IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL JURISPRUDENSIAL DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN HUKUM SISWA:Studi deskriptif pada siswa kelas XI teknik komputer di SMK ulil albab depok kabupaten cirebon.
HALAMAN JUDUL ……….i
LEMBAR PENGESAHAN ………..ii
PERNYATAAN………...iii
KATA PENGANTAR.……….iv
UCAPAN TERIMA KASIH ………v
ABSTRAK ………...vi
DAFTAR ISI.………...vii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR………...viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………1
B. Rumusan Masalah .. ...………...………9
C. Tujuan Penelitian …….…….………10
D. Metode Penelitian ..…….………10
E. Manfaat penelitian …………..……….11
F. Struktur Organisasi ………..………....13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Jurisprudensial 1. Pengertian Model Pembelajaran ………..15
2. Hakikat Model Pembelajaran Jurisprudensial ……….21
3. Tujuan Model Pembelajaran Jurisprudensial ………..23
4. Langkah-langkah Pembelajaran Jurisprudensial ……….25
B. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ………...27
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ………31
3. Karakteristik dan Ruang Lingkup PKn ………..33
4. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ………..36
5. Komponen pembelajaran PKn ………39
6. Peran Pembelajaran PKn untuk menumbuhkan.……….43
Kesadaran Hukum Siswa C. Tinjaun Tentang kesadaran Hukum 1. Teori Kesadaran Hukum ………...45
2. Pengertian Kesadaran Hukum ………51
3. Indikator Kesadaran Hukum ………...55
4. Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Hukum ……….57
(2)
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi penelitian dan Subyek Penelitian ……….64
B. Metode Penelitian ………....65
C. Penjelasan Istilah…. .………..……….68
D. Instrumen Penelitian .……….…….……….70
E. Teknik Pengumpulan Data ………..…………71
F. Validitas Data Penelitian ………..…………...72
G. Teknik Analisis data ………..…………..74 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 1. Profil Sekolah SMK Ulil Albab Depok Kabupaten Cirebon ………..76
2. Deskripsi Pimpinan Sekolah dan Guru SMK Ulil Albab Depok ……77
3. Kurikulum SMK Ulil Albab Depok Kabupaten Cirebon ………78
4. Pengaturan Beban Belajar………80
5. Gambaran Umum Anak Didik .………...81
6. Tahap Pembentukan Pembelajaran PKn Kelas XI..……….83 B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ….……….………..84
1. Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Pertama..……….89
2. Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Kedua……….95
3. Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Ketiga ...………103 C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Analisis Hasil Penelitian...……….112 2. Temuan Hasil Penelelitain.……….118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……….………126
B. Rekomendasi ………..129 DAFTAR PUSTAKA.………..……….131
(3)
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti akan menyajikan terkait dengan latar belakang masalah yang ada dilapangan yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan tesis
A. Latar Belakang Masalah
Pengaruh globalisasi tidak bisa dihindarkan oleh semua bangsa tanpa terkecuali bangsa Indonesia, yang membawa perkembangan budaya dan membawa perubahan baru. Dampak dari globalisasi dapat dirasakan pada semua bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan sangatlah penting untuk menghasilkan anak didik menjadi generasi yang cerdas dan dapat memberi bekal, pengalaman serta meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai kehidupan secara pribadi,
Menurut Jalil Aria (2008), untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru perlu memberi bentuk baru dalam hubungannya dengan anak didiknya, yaitu bentuk “power relationship” ke bentuk “shared relationship”, yaitu dari posisi mengontrol ke posisi kerjasama. Dalam pendidikan bukan lagi bagaimana agar guru mampu mengontrol kelasnya, tetapi bagaimana agar anak didik kita terlibat langsung atau aktif dalam pembelajaran.
(4)
Bagi guru bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan membentuk perilaku serta membina sikap dan moral peserta didik merupakan tugas utama di sekolah.
Akan tetapi kenyataan yang terjadi berkaitan dengan implementasi Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 adalah sering terjadi berbagai pelanggaran terhadap ketentuan UU NRI 1945 terutama berkaitan dengan hak dan kewajiban konstitusional warga negara. Pelanggaran tersebut dilakukan oleh warga negara muda khususnya para siswa. Dengan semakin terkikisnya kesadaran hukum para warga negara muda sebagai generasi penerus cia-cita bangsa dalam menimbulkan pertentangan, perkelahian pelajar yang berakibat anarkis dan meresahkan masyarakat, serta melakukan penganiyaan.
Oleh karena itu bidang studi PKn mengkaji tentang aspek etika, moral, norma dan budi pekerti berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan nilai luhur budaya bangsa Indonesia dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang pada akhirnya menekankan pada pengetahuan, pemahaman dan sikap siswa akan hak dan kewajibannya sebagai subjek hukum, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan sikap peserta didik terhadap hukum yang pada akhirnya dapat menumbuhkan bahkan meningkatkan kesadaran hukum siswa yang dapat diterapkan dalam lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, maupun lingkungan pekerjaannya kelak di kemudian hari.
(5)
Berdasarkan pengamatan dan observasi peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Ulil Albab Depok Kabupaten Cirebon bahwa proses pembelajaran pendidikan kewaraganegaraan. Masih menggunakan pola lama, yai:
1. Pembelajaran masih menggunakan metode ceramah yaitu bersifat pembelajaran hanya berlangsung satu arah
2. Guru dalam mengelola kelas masih terlihat hanya berada di depan dekat papan tulis saja
3. Pembelajaran berpusat pada pengembangan materi yang ada dibuku paket guru
dan kurang mengembangkan keterampilan sikap siswa
4. Pembelajaran yang berlangsung cenderung tidak melibatkan pengetahuan siswa,
karena guru selalu mendominasi pembelajaran, akibatnya proses pengembangan belajar Pendidikan Kewarganegaraan terkesan terbatas.
Dengan demikian, pelaksanaan PKn tidak mengarah pada misi sebagaimana seharusnya. Beberapa indikasi empirik yang menunjukkan salah arah tersebut antara lain adalah sebagai berikut : Pertama, proses pembelajaran dan penilaian dalam PKn lebih menekankan pada dampak instruksional (instructional effect) yang terbatas pada penguasaan materi (content mastery) atau dengan kata lain hanya menekankan pada dimensi kognitifnya saja. Sedangkan pengembangan dimensi-dimensi lainnya (afektif dan psikomotor) serta pemerolehan dampak pengiring (nurturant effect) sebagai “hidden curriculum” belum mendapat perhatian
(6)
suasana kondusif dan produktif untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa melalui perlibatannya secara proaktif dan interaktif baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas, sehingga berakibat pada
miskinnya pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning)
untuk mengembangkan kehidupan dan perilaku siswa. Ketiga, pelaksanaan kegiatan ekstra-kurikuler sebagai wahana sosio-padagogis untuk mendapatkan “hand-on experience” juga belum memberikan kontibusi yang signifikan untuk menyeimbangkan antara penguasaan teori dan praktek pembiasaan perilaku dan keterampilan dalam berkehidupan sadar hukum. (Budimansyah, 2007)
Dalam paradigma baru, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)
merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk
mencerdaskankehidupanbangsaIndonesiamelalui koridor “value-based education” dengan kerangka sistemik sebagai berikut:
1 . Secara kurikuler bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar
menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab.
2 . Secara teoretik memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik (Civic Knowledge, Civic Skills, dan Civic Dispositions) yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara.
3. Secara programatik menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warganegara dalam kehidupan berwarga negara, berbangsa, dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara (Winataputra dan Budimansyah, 2007:86).
(7)
sarana pembinaan watak bangsa dan merupakan subjek pembelajaran yang mengemban misi untuk membentuk kepribadian bangsa, yakni sebagai upaya sadar (nation and character building) dan pemberdayaan warga negara, dan mengemban misi membentuk warga negara yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Oleh karena itu dari permasalahan diatas memerlukan kajian yang mendalam tentang pola perilaku siswa selama ini, salah satunya dapat dilakukan melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berfungsi membentuk peserta didik menjadi pribadi utuh, yang memiliki norma-norma kehidupan sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial (anggota masyarakat) baik sebagai warga negara Indonesia maupun sebagai warga dunia. Selain itu Pendidikan Kewarganegaraan yang merupakan salah satu wujud dari pendidikan karakter yang mengajarkan etika personal dan nilai-nilai kebajikan.(Best, 1960;Winataputra (2001). Pendidikan Kewarganegaraan pada hakikatnya merupakan pendidikan yang mengarahkan pada terbentuknya warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Secara konseptual-epistemologis, PKn memiliki misi menumbuhkan potensi individu agar memiliki pengetetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai warga negara yang berwatak dan berperadaban baik. Dalam konteks ini PKn sangat relevan digunakan sebagai wahana peningkatan kesadaran hukum.
(8)
Kalidjernih, (2009:67) menyatakan bahwa “ Penguatan terhadap nilai-nilai pancasila dan menanamkan nilai-nilai yang baik melalui kegiatan-kegiatan positif dalam pembelajaran guna membentuk sikap dan perilaku generasi muda”. dalam konteks masyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia, diyakini bahwa nilai dan karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
Sejalan dengan maksud dari pembelajaran Pendidikan Kewaraganegaraann dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Penjelasan Pasal 37 ayat 1, PKn dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, maka PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai tugas membentuk perilaku dan kepribadian serta membina sikap dan moral peserta didik yang sudah menjadi bagian integral dalam menunaikan tugasnya sehari-hari untuk mengembangkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Upaya untuk mengembangkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air diantaranya dapat dengan mengembangkan sikap kesadaran hukum
dalam diri siswa. Oleh karena itu dalam pembahasan kompetensi
Mengembangkan Sikap yang Sesuai Dengan Hukum Yang Berlaku, dianggap efektif dalam menumbuhkan sikap kesadaran hukum siswa.
Dengan adanya mata pelajaran PKn di sekolah diharapkan mampu mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan melibatkan seluruh komponen pendidikan. Kurikulum dirumuskan sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan,
(9)
mengacu kepada tujuan instruksional, yang menyeimbangkan antara materi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Dengan demikian kesadaran hukum di sekolah perlu dibina melalui pembinaan, penanaman disiplin para peserta didik dalam proses pembelajaran yang berfokus terhadap nilai-nilai hukum dan norma serta pembiasaan untuk selalu mantaati dan mematuhi tata tertib yang berlaku di sekolah dengan pemberian contoh yang tepat oleh guru sebagai panutan di sekolah. Hal ini ditujukan agar para siswa mampu berdiri sendiri dan terciptanya suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran sehingga mereka mentaati segala peraturan yang berlaku. Tanggung jawab guru dalam membentuk disiplin peserta didik ialah mengarahkan peserta didik, berbuat baik, menjadi tauladan, dengan penuh pengertian dan kesabaran.
Oleh karena itu, salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan agar pembelajaran tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, tentunya harus mampu memilih metoda belajar yang tepat dan model pembelajaran yang dianggap mendukung dalam pembelajaran PKn, khususnya dalam upaya menumbuhkan sikap kesadaran hukum siswa di sekolah menengah kejuruan (SMK) Ulil Albab Depok Kabupaten Cirebon melalui model pembelajaran.
Berdasarkan fenomena dalam kultur kelas Pendidikan Kewarganegaraan tersebut maka peneliti ingin memperbaiki kultur kelas tersebut dengan melakukan
(10)
uji coba pengembangan model pembelajaran, dan model pembelajaran ini diharapkan dapat menjawab misi dari PKn tersebut. Adapun produk model pembelajaran yang ingin dikembangkan yaitu model jurisprudensial, model ini dirancang untuk memandu siswa belajar seputar masalah-masalah kebijakan publik dan nilai-nilai mereka sendiri serta menyiratkan metode kasus sebuah studi sosial. Studi kasus yang melibatkan masalah sosial di daerah-daerah di mana kebijakan publik harus dilakukan (keadilan dan kesetaraan, kemiskinan dan kekuasaan dll). Menurut Oliver dan Shaver dalam (Joyce. & Weil. 2009:348), pendekatan model ini melatih kemampuan mengolah informasi dan menyelesaikan isu kemasyarakatan dengan kerangka acuan atau cara berpikir jurisprudensial (ilmu tentang hukum-hukum manusia), siswa dituntut untuk menganalisa/mengidentifikasi kebijakan publik isu-isu pelanggaran serta pilihan yang tersedia untuk berhubungan dengan mereka dan nilai-nilai yang mendasari orang-orang pilihan. Meskipun eksplorasi dialog sikap konfrontatif siswa 'adalah jantung dari model jurisprudensial, beberapa kegiatan lainnya sangat penting, seperti membantu para siswa merumuskan sikap mereka akhirnya membela dan membantu mereka merevisi posisi mereka setelah argumentasi tersebut. Namun dalam model hukum ini, siswa hanya menelusuri isu dalam lingkup kasus hukum tertentu dari pada sebuah nilai secara umum.
Dalam model ini siswa memiliki peran tertentu dan guru pun menantang peran (posisi) tersebut dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan guru harus diatur sedemikian rupa untuk merangsang pikiran siswa sehingga
(11)
respon atau jawaban siswa bisa menggambarkan serta membantu siswa mempelajari konsep aturan-aturan hukum yang dilanggar.
Dalam hal ini penulis memilih model jurisprudensial sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah yang dihadapi guru khususnya dalam rangka meningkatkan pemahaman hukum dalam konteks kesadaran hukum siswa tentang
masalah sosial dan isu-isu konflik, sehingga siswa memiliki kecerdasan
emosional, kecerdasan Sosial, dan Kecerdasan Intelektual dalam tingkah dan perilaku yang merupakan bekal menuju kehidupan yang sukses.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah di atas, Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka secara lebih spesifik fokus permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model JurisprudensialDalam Menumbuhkan Kesadaran Hukum Siswa?”.
Dari fokus penelitian ini dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana proses perencanaan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
melalui model jurisprudensial dalam menumbuhkan kesadaran hukum siswa ?
2. Bagaimanapelaksanaan penerapan model jurisprudensial dalam pembelajaran
(12)
3. Bagaiamana kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan model jurisprudensial dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaran untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa ?
4. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan guru dalam menerapkan model
jurisprudensial dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang bagaiamana implementasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran melalui model jurisprudensial (model pengajaran hukum) dalam menumbuhkan kesadaran hukum siswa. secara khusus, penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui bagaimanakah implementasi model jurisprudensial dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam menumbuhkan kesadaran
hukum siswa
2. Untuk Mengetahui bagaiamana pelaksanaan model jurisprudensial dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan melaui model jurisprudensial untuk menumbuhkan
(13)
4. Untuk mengetahui upaya mengatasi kendala dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan melaui model jurisprudensial untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa.
D. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif atau naturalistik. Nasution (1996:5) berpandangan bahwa pendekatan naturalistik disebut juga pendekatan kualitatif, sebab tahap pengumpulan datanya dilakukan secara kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1992:5). Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Moleong (2003:3) penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif berakar pada latar belakang alami sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, menempatkan metode kualitatif, mengadakan analisis secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha untuk menemukan teori dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitian bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati kedua belah pihak yaitu peneliti dan subjek penelitian.
Melalui penelitian ini, peneliti mengamati berlangsungnya proses pembelajaran siswa-siswi di SMK Ulil Albab Depok Kabupaten Cirebon pada
(14)
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, mulai dari persiapan sampai dengan tahap evaluasi pembelajaran.
Menurut Nasution (1996:54), bahwa dalam penelitian naturalistik peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utama yang terjun langsung ke lapangan serta berusaha sendiri mengumpilkan informasi melalui observasi dan wawancara.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang dihadapi. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode deskriptif, karena apabila peneliti bermaksud mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa banyak, sejauhmana dan sebagainya. Maka penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menjelaskan atau menerangkan suatu peristiwa. (Arikunto, 1998 :25).
Metodedeskriptifsemata-matamenerangkanataumendeskripsikan kenyataan
sosial tertentu dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel penelitian. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik maka untuk memperoleh data sebanyak-banyaknya dilakukan dengan sangat mendalam artinya melalui
berbagai teknis yang disusun secara sistematis serta dicari informasi
selengkapnya untuk tujuan pengumpulan data hasil penelitian yang lebih sempurna.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
(15)
pembelajran yang kolaboratif, efektif, berkenaan dengan perencanaan, pengorganisasian, penyajian materi, metode dan evaluasi. Khusus dalam mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan, agar tujuan pembelajaran untuk
meningkatkan pengetahuan kewarganegaraan tentang konsep kesadaran hukum dapat dicapai dengan hasil maksimal.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi guru: Dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan , guru
harus terlebih dahulu membuat perencanaan pengajaran dengan memperhatikan pola pembelajaran yang dapat menumbuhkan siswa belajar dengan kreatif, aktif, inovatif, dan menyenangkan. Dalam hal ini guru dituntut untuk memiliki kretifitas dan daya nalar yang tinggi, serta wawasan yang luas tentang berbagai macam metode dan model pembelajaran sehingga mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien. Dengan mengembangkan model pembelajaran jurisprudensial (model hukum), wawasan dan keterampilan guru dalam proses pembelajaran diharapkan berkembang.
2. Bagi siswa/peserta didik melalui penelitian ini, di harapkan memperoleh pengalaman baru dalam mempelajari pendidikan kewarganegaraan
menggali dan memunculkan potensi siswa untuk memiliki
kemampuan, sehingga memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat, mau bekerja sama, dan percaya diri, sehingga dapat mencapai keberhasilan dalam belajarnya.
(16)
3. Memberikan masukan pada sekolah untuk meningkatkan mutu pelajaran pendidikan kewarganegara. maksudnya adalah memberi masukan kepada semua guru terhadap kewajiban sebagai seorang pengajar dan pendidik dan memberikan contoh yang baik, serta senantiasa mentaati peraturan dengan jalan membiasakan diri untuk bersikap dan berprilaku yang sesuai dengan peraturan.
F. Struktur Organisasi
Dalama struktur penulisan tesis ini, meliputi bab satu sampai bab lima yang mencakup bab satu, yakni: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penulisan, pada bab selanjutnya meliputi kajian pustaka yang terdiri dari pengertian model, hakikat model, tujuan model dan langkah-langkah model jurisprudensial serta konsep pendidikan kewarganegaraan yang terdiri pengertian, tujuan, karakteristik, pembelajaran, komponen dan pengembangan pendidikan kewarganegaraan, dan dilanjutkan dengan tinjauan tentang kesadaran hukum yang mencakup, teori pengertian, indikator, faktor yang mempengaruhi dan upaya dalam meningkatkan kesadaran hukum, serta temuan-temuan penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini.
Bab berikutnya meliputi metode penelitian yang mencakup, lokasi, subyek, metode, definisi operasional, instrumen dan teknik pengumpulan data dalam penelitian serta bab empat yang meliputi hasil penelitian dan pembahasan yang
(17)
kurikulum sekolah, pengaturan beban belajar, gambaran anak didik, tahap pembentukan pembelajaran PKn, deskripsi pelaksanaan penelitian dan pembahasan hasil temuan penelitian,
Bab terakhir merupakan bab kesimpulan dan rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap analisis dan hasil/temuan penelitian.
(18)
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian yang mencangkup lokasi dan subyek penelitian, metode penelitian, penjelasan istilah, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan validitas data penelitian dilapangan.
A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Menurut Nasution, (2003:43) lokasi penelitian menunjuk pada pengertian lokasi sosial yang dicirikan oleh adanya tiga unsur yaitu pelaku, tempat, dan kegiatan yang dapat diobservasi. Adapun yang menjadi lokasi tempat berlangsungnya pembelajaran adalah sekolah menengah kejuruan (SMK) Ulil Albab Depok Kabupaten Cirebon.
2. Subyek Penelitian
Sedangkan subyek penelitian ini adalah guru mata pelajaran Pendidikan Kewaraganegaraan kelas XI Teknik Komputer Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Ulil Albab Depok Kabupaten Cirebon, dan siswa kelas XI Teknik Komputer Jaringan.
Dalam penelitian ini yang diamati sebagai sumber data adalah manusia, peristiwa dan situasi (Nasution, 1996:9). Manusia yang dimaksud adalah semua orang yang terlibat dalam penelitian ini yaitu terdiri dari peneliti, siswa, dan
(19)
guru (observer). Peristiwa yang dimaksud adalah semua kejadian yang diamati selama kegiatan pembelajaran berlangsung di dalam kelas. Sedangkan yang dimaksud dengan situasi adalah latar atau gambaran yang menyangkut keadaan
atau kondisi ketika berlangsung pengamatan terhadap pengembangan
pembelajaran oleh guru.
B. Metode Penelitian
Dalam peneleitian ini digunakan pendekatan kualitatif atau naturalistik. Nasution (1996:5) berpandangan bahwa pendekatan naturalistik disebut juga pendekatan kualitatif, sebab tahap pengumpulan datanya dilakukan secara kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1992:5). Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Moleong (2003:3) penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif berakar pada latar belakang alami sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, menempatkan metode kualitatif, mengadakan analisis secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha untuk menemukan teori dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitian bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati keduabelah pihak yaitu peneliti dan subjek penelitian.
(20)
Melalui penelitian ini, peneliti mengamati berlangsungnya proses pembelajaran siswa - siswi di SMK Ulil Albab Depok Kabupaten Cirebon pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, mulai dari persiapan sampai dengan tahap evaluasi pembelajaran.
Menurut Nasution (1996:54), bahwa dalam penelitian naturalistik peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utama yang terjun langsung ke lapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang dihadapi. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode deskriptif, karena apabila peneliti bermaksud mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa banyak, sejauhmana dan sebagainya. Maka penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menjelaskan atau menerangkan suatu peristiwa Arikunto, 1998 :25).
Secara umum penelitian deskriptif memiliki ciri-ciri menurut Surachmad (1999:140) yaitu :
1. Memusatkan pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yaitu
masalah yang aktual.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis
Selanjutnya Moh Nazir mengemukakan (2005:63) mengungkapkan
dalam buku metode penelitian sebagai berikut:
Metode deskriptif adalah metode dalam meneliti status kelompok manusia atau objek, suatu sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa
(21)
gambaran atau ukuran secara sistemik serta hubungan antara fenomena yang diteliti.
Metodedeskriptifsemata-matamenerangkanataumendeskripsikan kenyataan
sosial tertentu dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel penelitian. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik maka untuk memperoleh data sebanyak-banyaknya dilakukan dengan sangat mendalam artinya melalui
berbagai teknis yang disusun secara sistematis serta dicari informasi
selengkapnya untuk tujuan pengumpulan data hasil penelitian yang lebih sempurna.
Alasan penulis melakukan penelitian dengan studi deskriptif ini karena sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan bukan menguji hipotesis, tetapi berusaha untuk mendapat gambaran yang nyata tentang
bagaimana Peranan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui model
jurisprudensial dalam menumbuhkan kesadaran hukum siswa
Penelitian ini bersifat kualitatif maka instrument utama penelitian adalah peneliti sendiri yang terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan wawancara. Sebagaimana yang dikatakan Moleong (2000:103) bahwa : “bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrument utama karena ia menjadi segala bagi proses penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir dan akhirnya ia menjadi pelapor penelitian.”
(22)
Jadi selama proses penelitian ini, penulis akan lebih banyak berhubungan
ataumengadakan kontak dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya khususnya di
lokasi penelitian SMK Ulil Albab Depok Kabupaten Cirebon.
Dengan demikian ditempat tersebut penulis lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan dalam penelitian.
C. Penjelasan Istilah
Untuk tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai pengertian dari judul di atas, maka perlu di uraikan penjelasan sebagai inti dari subtansi kajian penelitian ini sebagai berikut :
1. Model Pembelajaran adalah suatu konseptual atau suatu kerangka yang
dipergunakan untuk membantu suatu proses kegiatan yang secara sengaja dikelola yang dapat menghasilkan suatu tujuan yang diharapkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Joyce & Weil dalam (Rusman, 2010:02) model pembelajaran adalah Suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Model Jurisprudensial adalah suatu model yang Dirancang untuk melatih kemampuan mengolah informasi dan menyelesaikan isu kemasyarakatan dan
(23)
memecahkan masalah kompleks dan kontroversial didalam konteks aturan sosial dengan kerangka acuan atau cara berpikir jurisprudensial (ilmu tentang hukum-hukum manusia). Olivear & Shaver, (1966/1974), model jurisprudensial merupakan metode yang menantang siswa agar belajar untuk mencari solusi bagi suatu masalah atau isu-isu kebijakan dan konflik , masalah ini di gunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan, kemampuan analisis siswa dan inisiatif siswa atas materi pelajaran serta melatih siswa untuk peka terhadap permasalahan sosial, mengambil posisi (sikap) terhadap permasalahan tersebut. Model ini juga dapat mengajarkan siswa untuk dapat menerima atau menghargai sikap orang lain terhadap suatu masalah yang mungkin bertentangan dengan sikap yang ada pada dirinya. (Hamzah B. Uno, 2007:31).
3. Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Cogan (1999: 4), bahwa (civic education),” The fundational course work in school designed to prepare young citzen for in active role in thinr adult lives”, atau satu mata pelajaran dasar sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga negara muda, agar kelek setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat. Pendidikan kewarganegaraan (civic education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio kultur, bahasa, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (Depdiknas, 2003: 7).
(24)
Kalidjernih (2010: 130) mendefinisikan Pendidikan Kewaraganegaraan sebagai :
Pendidikan pengembangan karakteristik - karateristik seorang warga negara Melalui pengajaran tentang peraturan-peraturan dan institusi masyarakat dan negara. Empat aspek yang lazim menjadi perhatian utama pendidikan ini adalah hak dan kewajiban, tanggung - jawab, partisipasi dan identitas dalam relasi negara-warga negara dan warga negara.
4. Kesadaran Hukum
Definisi kesadaran hukum menurut Paul Scholten dalam (Yesmil Anwar, 2009: 235). Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa hukum itu atau apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita dengan mana kita membedakan antara hukum dengan tidak hukum (onrecht), antara yang seyogianya dilakukan dan tidak dilakukan.
Adapun definisi operasional kesadaran hukum siswa
No Indikator Deskripsi
Kesadaran Hukum Siswa
Pengetahuan Hukum
Siswa mengetahui perilaku
tertentu yang diatur oleh
hukum
Pemahaman Hukum
Siswa mempunyai pengetahuan
dan pemahaman mengenai
aturan-aturan tertentu yang diatur oleh hukum
Sikap Hukum
Siswa mempunyai kecenderungan untuk
mengadakan penilaian terhadap aturan-aturan hukum
(25)
Perilaku Hukum Siswa berprilaku sesuai dengan hukum yang berlaku
D. Instrumen Penelitian
Sebagai Penelitian yang bersifat kualitatif, maka kerjanya tidak terlepas dari karakteristik penelitian kualitatif. Menurut Cresswell (1997: 16) adalah sebagai berikut.
Setting alami (terfokus data lapangan) sebagai sumber data, peneliti sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data, pengumpulan data berupa kata-kata dan gambar-gambar, mengutamakan proses dari pada hasil, analisis data bersifat induktif, perhatian peneliti diarahkan pada hal-hal
tertentu yang bermakna, menggunakan bahasa ekspresif,
pendekatannya persuasif.
Dalam penelitian ini, peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utama (human instrument) yang turun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Menurut Sugiyono (2011: 305) “dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat peneliti adalah peneliti itu sendiri”.
Di samping peneliti sendiri sebagai instrumen utama, penelitian ini juga akan menggunakan instrumen bantu berupa catatan lapangan (field notes), lembar panduan observasi, pedoman wawancara, dokumen sekolah, foto, dan alat perekam.
E. Teknik Pengumpulan data.
Teknik Pengumpulan data mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu penelitian. Oleh karena tujuan penelitian untuk memperoleh data. Dalam penelitian yang bersifat kualitatif peneliti sendirilah yang akan mengumpulkan
(26)
data di lapangan dan berusaha sendiri mendapatkan informasi melalui berbagai cara atau teknik. Menurut Cresswell (1998: 121) “Prosedur pengumpulan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari empat tipe dasar yaitu: Observasi,
wawancara, dokumentasi, dan studi literatur”. Teknik pengumpulan data yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi
Dengan cara mengamati keseluruhan kegiatan guru dalam pembelajaran Pendidikan kewaraganegaraan dan siswa didalam dan diluar kelas selama proses penelitian dan pengumpulan data juga disertai dengan lembar observasi. Data yang diperoleh dilapangan dikumpulkan dan dicatat dalam catatan lapangan yang berbentuk kekurangan dan keberhasilan untuk mendiskusikan langkah-langkah selanjutnya.
2. Wawancara
Suatu rencana baik terstruktur maupun tidak diperlukan dalam penelitian untuk menggali dan memperjelas informasi yang dibutuhkan atau tidak ditemukan dalam penelitian melalui proses pembelajaran didalam kelas. Wawancara ini dapat dilakukan dengan:
- Observer dengan siswa
- Observer dengan guru
- Observer dengan Kepala Sekolah.
(27)
dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Studi dokumentasi sangat membantu dalam melengkapi data yang masih kekurangan juga berguna mengkaji kebenaran dari suatu peristiwa yang digali melalui teknik lainya misalnya teknik wawancara.
4. Studi Literatur
Mempelajari buku-buku sumber data untuk mendapatkan data dan informasi teoretis yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu berupa buku-buku yang berkaitan dengan rencana pembelajaran.
F. Validitas Data Penelitian
Keabsahan atau validitas data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif menurut L.J Moleong (2010: 324) adalah mempunyai derajat kepercayaan (credibility). Teknik validasi dalam penelitian ini, diantaranya ialah Triangulasi, Member cek dan Expert Opinion.
1. Triangulasi
Memeriksa kesahihan data dengan menggunakan sumber lain, misalnya guru dan siswa dengan didasarkan pada prinsip reflektif kolaboratif antara guru, siswa, peneliti. Seperti yang dijelaskan Meleong; (1989) bahwa”proses tringulasi ini dilakukan untuk memeriksa kebenaran data dengan menggunakan sumber lain, misalnya membandingkan kebenaran data dengan data yang diperoleh dari sumber lain (guru, guru lain,siswa) atau membandingkan data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan data yang diperoleh melalui observasi dan seterusnya sehingga diperoleh derajat kepercayaan yang maksimal.
(28)
2. Member Cek
Menurut Miles & Huberman; 1992,( dalam Nasution; 1992), adalah dengan meninjau kembali kebenaran dan kesahihan data penelitian dengan mengkonfirmasikan pada sumber data.
3. Expert Opinion
Tahapan lanjut dari triangulasi, dan member check ialah Expert Opinion, yaitu menanyakan atau mengecek kembali kepada pendapat ahli, dalam penelitian ini pendapat ahli seperti pembimbing.
G. Teknik Analisis Data
Kompenen-komponen atau langkah-langkah dalam analisis data (interactive model) Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiono, (2011:338), dapat diuraikan berikut ini:
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merampung, memilih hal-hal yang pokok, memfokus pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila diperlukan.
2. Display Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penyajian data bisa dilakukan dalam uraian singkat, bagan, hubungan
(29)
yang diperoleh dan untuk mempermudah mengambil kesimpulan. Display data dimaksudkan untuk menyajikan data secara lengkap dan sesuai dengan permasalahan penelitian, maka dalam pembahasan penelitian diungkapkan makna yang terkandung didalamnya.
3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Miles dan Huberman (1984) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang ditentukan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data. Maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
(30)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Umum
Berdasarkan sejumlah temuan penelitian yang telah diuraikan di atas tampak bahwa upaya menumbuhkan kesadaran hukum siswa melalui model jurisprudensial dalam Pendidikan Kewarganegaran sudah Nampak meningkat, Hal tersebut dapat dilihat dari: a) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dilaksanakan dikelas tidak hanya menitikberatkan pada penguasaan meteri pembelajaran secara kognitif saja, tetapi siswa juaga diberikan peran aktif untuk menemukan sendiri berbagai hal terkait dengan pengalaman belajar yang diharapkan.
b) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sudah dilakukan dengan
menggunakan metode pembelajaran yang tidak bersifat indoktrinatif, sehingga mendorong penguatan peran dan kedudukan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan kesadaran hukum bagi siswa.
Pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja /pengalaman siswa dengan mengkaitkan peristiwa kasus/isu yang terjadi dikehudupan masyarakat dengan menggunakan langkah model jurisprudensial dapat membimbing siswa untuk aktif dalam meningkatkan keterampilan dan kesadaran hukum siswa. Bimbingan dan motivasi yang diberikan oleh guru menambah ketertarikan anak didik akan tantangan berpikir sehingga proses pembelajaran akan semakin menarik. Kegiatan mencari,
(31)
mengidentifikasi kasus, memilah kasus, meguji kasus dan merumuskan dapat melatih anak didik untuk belajar lebih mandiri dan dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman, sikap dan perilaku hukum siswa.
Kesadaran hukum yang merupakan pencerminan pengetahuan, pemahaman, sikap dan perilaku setip siswa terhadap hak dan kewajiban baik sebagai individu maupun kelompok dapat diinternalisasikan melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Hal tersebut dapat terwujud apabila dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa dibekali pengetahuan untuk menjadi warga negara yang baik, serta dilatih untuk menciptakan suasana kehidupan yang demokratis serta mencerminkan kehidupan warga negara Indonesia yang melek politik dan hukum
2. Kesimpulan Khusus
Adapun yang menjadi kesimpulan khusus dalam penelitian ini adalah:
a. Dalam perencanaan yang dilakukan dalam penerapan model jurisprudensial dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa yaitu dengan melakukan strategi pembelajaran dengan berbagai materi kasus melalui observasi, diskusi, tanya jawab, presentasi dan pembuatan tugas, hal ini membuktikan adanya perubahan yang ditandai dengan semakin meningkatnya pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai hukum, serta semakin terlihat pula pola sikap dan perilaku siswa yaitu, kemampuan anak didik dalam memberi kesempatan kepada orang lain didalam kelompok untuk sama-sama mendapatkan hak dan kewajiban yang sama, anak
(32)
didik saling menghormati dan berpandangan positif kepada anggota yang lain, dan peka terhadap sesama. Memberi kesempatan kepada teman secara bergiliran ketika mengajukan pertanyaan ketika berdiskusi dalam kelompok dan ketika mempresentasikan hasil diskusi didalam kelas.
b. Model jurisprudensial dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas XI teknik komputer nampaknya telah berhasil menumbuhkan kesadaran hukum siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari sikap dan pemahaman siswa terhadap materi sebuah kasus pelanggaran hukum selama materi pembelajaran yaitu Pengatahuan Hukum: Siswa mengetahui perilaku tertentu yang diatur oleh Hukum. Pemahaman Hukum: Siswa mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai aturan-aturan tertentu yang diatur oleh hukum. Sikap Hukum: Siswa mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian terhadap aturan-aturan hukum, Perilaku Hukum: Siswa berprilaku sesuai dengan hukum yang berlaku atau dalam arti siswa sudah mempunyai pengetahuan dan pemahaman bahwa suatu perbuatan diatur oleh hukum; sikap dalam arti siswa sudah dapat memberikan penilaian terhadap hukum yang berlaku, dan perilaku dalam arti siswa sudah dapat berprilaku sesuai dengan hukum yang berlaku, apakah dalam kehidupan dikeluarga, sekolah dan masyarakat.
c. Kendala pelaksanaan pembelajaran yang sering dihadapi guru dalam pembelajaran
pendidikan kewaraganegaraan dengan model jurisprudensial untuk
(33)
yang dipelajari,. kurangnya kreatifitas guru dan penyedian sumber referensi berupa buku-buku yang relevan dengan materi pendidikan kewaraganegaran dan sarana prasarana di sekolah yang tidak menunjang dalam proses pembelajaran. Selain itu siswa masih belum terbiasa dengan model pembelajaran dengan teknik bertanya, siswa masih malu-malu untuk mengajukan pertanyaan, serta kesulitan dalam membangun suasana kelas yang aktif dan demokratis, siswa juga belum terbiasa dengan tugas-tugas yang dilakukan di luar kelas.
d. Dalam penerapan model jurisprudensial pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa adalah (a) merencanakan proses pembelajaran di kelas dan berusaha membangun suasana kelas yang aktif dengan cara memotivasi siswa dengan memberikan nilai tambahan atau point kepada siswa yang bertanya atau yang mengemukakan pendapatnya, (b) memberikan tugas luar yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga meningkatkan prestasi belajar siswa, menanamkan diskusi dalam setiap pembelajaran (c) memilih dan menuliskan topik yang menarik dan dapat memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran PKn, kemudian memunculkan wacana yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang kritis. (d) guru berusaha menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam setiap proses pembelajaran, hal ini dapat membuat siswa lebih nyaman dalam belajar dan tidak merasa bosan. (e) membahas masalah sosial yang sedang hangat terjadi di luar lingkungan sekolah melalui media televisi, radio atau media cetak, dikaitkan
(34)
terhadap materi yang akan dibahas dengan melakukan strategi pembelajaran yang menarik seperti diskusi dan debat.
B. Rekomendasi
1. Implementasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melaui model
pembelajaran jurisprudensial sangat berkonstribusi terhadap tingkat kesadaran
hukum siswa sebagai warga negara muda. Oleh karena pengembangan
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan kesadaran hukum harus terus dilakukan, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah yang dilakukan secara berkesinambungan dan komprehensif.
2. Bagi guru, dalam proses pembelajaran harus lebih inofativ, kreatif agar dapat memberdayakan kemampuan siswa serta dapat merealisasikan perencanaan pembelajaran yang telah ditetapkan untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan model pembelajaran jurisprudensial melalui diskusi secara individu maupun kelompok.
3. Guru diharapkan agar selalu berusaha untuk senantiasa memperbaiki proses pembelajaran dengan memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan kewaraganegaran dan terus meningkatkan kualitas mengajarnya dengan memperbaiki metode atau strategi yang digunakan oleh guru, karena metode dan strategi pembelajaran sangat penting dalam mempengaruhi respon siswa dan motivasi siswa untuk menggali keterampilan
(35)
kewarganegaraan (civic skills) dan membangun suasana pembelajaran yang demokratis,dan aktif.
4. Bagi guru dan kepala sekolah, untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa adalah dengan usaha secara terus menerus dan konsisten, untuk memberikan contoh prilaku yang baik, prilaku yang sesuai dengan peraturan dalam berbagai jenis kegiatan di sekolah serta dengan cara guru dan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui metode dan media yang tersedia.
5. Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan penelitian ini masih terdapat kekurangan maka, perlu untuk dikembangakan oleh peneliti-peneliti lain yang berkompeten untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
(36)
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Y (2009) Saat Menuai Kejahatan, sebuah pendekatan sosiokultur kriminologi, Hukum, dan HAM. PT Refika Aditama. Bandung Budimansyah, D. (2008) Pembelajaran Pendidikan Kesadaran Hukum. PT Genesindo. Bandung
Budimansyah. dan S. Syaifullah (2006). Pendidikan Nilai Moral Dalam Dimensi PKn. Laboratorium PKn FPIPS. UPI Bandung
Branson. S.M, Dkk, (1999). Belajar Civic Education dari amerika. Penerjemah M. Syafrufuddin dkk. LkiS. Yogyakarta.
Center for Indonesia Civic Education. (1999). Democratic Citizens in a Civic Society: Building Rationales for the 21 Century’s Civic
Education. Bandung
Cresswell J.W. ( 2010) Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Thousand Oaks California, Pustaka Pelajar Yogyakarta Cresswell, J. W. (1998). Qualitatif Inquiry and Research Design: Chosing Among Five Traditions: London, New Delhi: Sage Publication, Inc. Cogan, J.J (1999) Developing the civic society of civic education Bandung: CICED. Djahiri,A. Kosasih (2006), Pendidikan Nilai Moral Dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung: Labolaturium Pendidikan
Kewarganegaraan FPIS UPI.
(1985), Strategi belajar mengajar afektif-nilai moral, VCT dan games dalam VCT, Bandung : Jurusan PMPKN FPIPS IKIP Bandung (1996), Menelusuri dunia afektif-nilai moral, norma. Bandung : Lab. PPKN IKIP Bandung
(37)
Darmadi, H (2007), Dasar konsep pendidikan moral, Bandung : Alfabeta
Depdiknas. (2003). Mata Pelajaran Kewarganegaraan, Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas.
Fajar, A. (2005). Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas; Tinjauan Praksis, Makalah pada Seminar Nasional dan Rakernas Pendidikan Kewarganegaraan 2005. Bandung: Auditorium UNPAS Bandung.
Friedman, L. Penerjemah Khozim M. (2011). Sistem Hukum, Perspektif ilmu Sosial. Nusa Media. Bandung
Hamidi, J. dan Lutfi, M. (2010). Civic Education: Antara Realitas Politik dan Implementasi Hukumnya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hamalik. O (2003). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Joyce B, Weil M, & Calhoun E. (2009). Models Of Teaching : Model-Model Pengajaran. Upper Saddley River, New Jersey, USA. Edisi Bahasa Indonesia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Kalidjernih, F.K, (2010) Kamus Studi Kewarganegaraan; Prespektif Sosiologi dan Politikal. Bandung. Widia Aksara Press
(2009) Puspa Ragam Konsep dan Isu Kewaraganegaraan. Bandung. Widia Aksara Press
Kansil C.S.T (1989). Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta
Majid. A (2008). Perencanaan Pembelajran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. PT. Rosdakarya, Bandung.
Moleong, L.J (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
(38)
Miles, M.B. & Huberman, A. (1992) Qualitative Data Analisis. Alih Bahasa Tjejep Rohendi Rohidi. Analisis Data Kualitatif, Jakarta : Universitas Indonesia.
Magnis-Suseno, F.V. (1985). Etika Umum. Yogyakarta: Kanisius. Mertokusumo, S. (2005). Mengenal Hukum. Yogyakarta: Liberty
Nasution, S. (1996). Metodologi Penelitian naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Nasution S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif : Cetakan Ketiga. Bandung :Tarsito.
Rahmat, Dkk (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Laboraturium Pendidikan Kewarganegaraan, FPIPS UPI. Bandung. Rabani, L. (2000). Pengembangan Kesadaran Hukum Melalui Metode Mengajar Bermain Peran Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn). Tesis PPS UPI Bandung.
Rusman (2010). Model –Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Mulia Mandiri Press. Bandung.
Riyanto.A (2007). Filsafat Hukum, cetakan kedua. Yapemendo. Bandung Sugiyono (2011). Metode Penelitian pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.
Sudjana N. (2002), Dasar -dasar proses belajar mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Somantri, N (1972). Metode Pengajaran Civics, Bandung: IKIP Bandung (2001). Menggagas Pembaharuan IPS. PT Rosdakarya. Bandung. Soekanto. S (1982) Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. CV Rajawali.
(39)
Sanusi, A. (2002). Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata Hukum Indonesia. Edisi IV. Bandung: Tarsito.
Siregar E & Nara H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Ghalia Indonesia. Bogor.
Suyitno I. (2011). Memahami Tindakan Pembelajaran: Cara Mudah Dalam Perencanaan Penelitian Tndakan Kelasa (PTK). PT. Refika Aditama. Bandung.
Soekanto, S. dan Purwadi, P. (1993). Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Tanako, Soleman, B. (1993). Pokok-Pokok Studi Hukum dalam masyarakat. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
UPI. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung; upi press
Uno Hamzah B. (2007). Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan efektif. PT Bumi Aksara. Jakarta
Winataputra, U.S (2001) Jati diri pendidikan kewaraganegaraan sebagai wahana sistemik pendidikan demokrasi: suatu kajian konseptual dalam konteks pendidikan IPS. Bandung : PPs-UPI (disertasi Dr) Winataputra, U.S dan Budimansyah, D. (2007). Civic Education :
Landasan, Konteks, Bahan Ajar dan Kultur Kelas, Bandung : Prodi PKn SPS UPI.
Widjaja, A.W (1984), Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila. Jakarta : Era Swasta
Wahab Azis A. (2007). Metode dan Model_model Mengajar IPS. CV. Alfabeta Bandung.
(40)
kewarganegaraan baru Indonesia bagi terbinanya warga negara dimensional Indonesia”, Pendidikan nilai moral dalam dimensi PKn, Bandung : Laboraturium PKN FPIPS UPI.
Wuryan dan Syaifullah, (2008). Ilmu Kewaragnegaraan (civic). Bandung: Laboratorium PKn
Zubair, A.C (1985). Kuliah Etika, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Tesis dan Disertasi
Astrie Nur. Wisudawaty (2009). ” Pengaruh pengetahuan warga negara
(civic knowledge) terhadap kesadaran hukum siswa disekolah”. Tesis SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan
Dewi aniaty (2008) Pembinaan kesadaran hukum siswa dalam implementasi program ketertiban, kebersihan dan keindahan di sekolah melelui pembelajaran PKn, tesis SPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Paiono, (2007). Peranan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum Siswa. Tesis SPS UPI
Bandung. Tidak diterbitkan
Winarno. (2010). Proses Penerapan Habituasi Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Menumbuhkan Kesadaran Hukum. Tesis pada sekolah PascaSarjana UPI. Tidak diterbitkan.
Undang-Undang, Permen dan Publikasi Departemen
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan
(1)
kewarganegaraan (civic skills) dan membangun suasana pembelajaran yang demokratis,dan aktif.
4. Bagi guru dan kepala sekolah, untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa adalah dengan usaha secara terus menerus dan konsisten, untuk memberikan contoh prilaku yang baik, prilaku yang sesuai dengan peraturan dalam berbagai jenis kegiatan di sekolah serta dengan cara guru dan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui metode dan media yang tersedia.
5. Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan penelitian ini masih terdapat kekurangan maka, perlu untuk dikembangakan oleh peneliti-peneliti lain yang berkompeten untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Y (2009) Saat Menuai Kejahatan, sebuah pendekatan sosiokultur kriminologi, Hukum, dan HAM. PT Refika Aditama. Bandung Budimansyah, D. (2008) Pembelajaran Pendidikan Kesadaran Hukum. PT Genesindo. Bandung
Budimansyah. dan S. Syaifullah (2006). Pendidikan Nilai Moral Dalam Dimensi PKn. Laboratorium PKn FPIPS. UPI Bandung
Branson. S.M, Dkk, (1999). Belajar Civic Education dari amerika. Penerjemah M. Syafrufuddin dkk. LkiS. Yogyakarta.
Center for Indonesia Civic Education. (1999). Democratic Citizens in a Civic Society: Building Rationales for the 21 Century’s Civic
Education. Bandung
Cresswell J.W. ( 2010) Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Thousand Oaks California, Pustaka Pelajar Yogyakarta Cresswell, J. W. (1998). Qualitatif Inquiry and Research Design: Chosing Among Five Traditions: London, New Delhi: Sage Publication, Inc. Cogan, J.J (1999) Developing the civic society of civic education Bandung: CICED. Djahiri,A. Kosasih (2006), Pendidikan Nilai Moral Dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung: Labolaturium Pendidikan
Kewarganegaraan FPIS UPI.
(1985), Strategi belajar mengajar afektif-nilai moral, VCT dan games dalam VCT, Bandung : Jurusan PMPKN FPIPS IKIP Bandung (1996), Menelusuri dunia afektif-nilai moral, norma. Bandung : Lab. PPKN IKIP Bandung
(3)
Darmadi, H (2007), Dasar konsep pendidikan moral, Bandung : Alfabeta
Depdiknas. (2003). Mata Pelajaran Kewarganegaraan, Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas.
Fajar, A. (2005). Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas; Tinjauan Praksis, Makalah pada Seminar Nasional dan Rakernas Pendidikan Kewarganegaraan 2005. Bandung: Auditorium UNPAS Bandung.
Friedman, L. Penerjemah Khozim M. (2011). Sistem Hukum, Perspektif ilmu Sosial. Nusa Media. Bandung
Hamidi, J. dan Lutfi, M. (2010). Civic Education: Antara Realitas Politik dan Implementasi Hukumnya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hamalik. O (2003). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Joyce B, Weil M, & Calhoun E. (2009). Models Of Teaching : Model-Model Pengajaran. Upper Saddley River, New Jersey, USA. Edisi Bahasa Indonesia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Kalidjernih, F.K, (2010) Kamus Studi Kewarganegaraan; Prespektif Sosiologi dan Politikal. Bandung. Widia Aksara Press
(2009) Puspa Ragam Konsep dan Isu Kewaraganegaraan. Bandung. Widia Aksara Press
Kansil C.S.T (1989). Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta
Majid. A (2008). Perencanaan Pembelajran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. PT. Rosdakarya, Bandung.
Moleong, L.J (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
(4)
Miles, M.B. & Huberman, A. (1992) Qualitative Data Analisis. Alih Bahasa Tjejep Rohendi Rohidi. Analisis Data Kualitatif, Jakarta : Universitas Indonesia.
Magnis-Suseno, F.V. (1985). Etika Umum. Yogyakarta: Kanisius. Mertokusumo, S. (2005). Mengenal Hukum. Yogyakarta: Liberty
Nasution, S. (1996). Metodologi Penelitian naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Nasution S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif : Cetakan Ketiga. Bandung :Tarsito.
Rahmat, Dkk (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Laboraturium Pendidikan Kewarganegaraan, FPIPS UPI. Bandung. Rabani, L. (2000). Pengembangan Kesadaran Hukum Melalui Metode Mengajar Bermain Peran Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn). Tesis PPS UPI Bandung.
Rusman (2010). Model –Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Mulia Mandiri Press. Bandung.
Riyanto.A (2007). Filsafat Hukum, cetakan kedua. Yapemendo. Bandung Sugiyono (2011). Metode Penelitian pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.
Sudjana N. (2002), Dasar -dasar proses belajar mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Somantri, N (1972). Metode Pengajaran Civics, Bandung: IKIP Bandung (2001). Menggagas Pembaharuan IPS. PT Rosdakarya. Bandung. Soekanto. S (1982) Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. CV Rajawali. Jakarta
(5)
Sanusi, A. (2002). Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata Hukum Indonesia. Edisi IV. Bandung: Tarsito.
Siregar E & Nara H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Ghalia Indonesia. Bogor.
Suyitno I. (2011). Memahami Tindakan Pembelajaran: Cara Mudah Dalam Perencanaan Penelitian Tndakan Kelasa (PTK). PT. Refika Aditama. Bandung.
Soekanto, S. dan Purwadi, P. (1993). Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Tanako, Soleman, B. (1993). Pokok-Pokok Studi Hukum dalam masyarakat. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
UPI. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung; upi press
Uno Hamzah B. (2007). Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan efektif. PT Bumi Aksara. Jakarta
Winataputra, U.S (2001) Jati diri pendidikan kewaraganegaraan sebagai wahana sistemik pendidikan demokrasi: suatu kajian konseptual dalam konteks pendidikan IPS. Bandung : PPs-UPI (disertasi Dr) Winataputra, U.S dan Budimansyah, D. (2007). Civic Education :
Landasan, Konteks, Bahan Ajar dan Kultur Kelas, Bandung : Prodi PKn SPS UPI.
Widjaja, A.W (1984), Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila. Jakarta : Era Swasta
Wahab Azis A. (2007). Metode dan Model_model Mengajar IPS. CV. Alfabeta Bandung.
(6)
kewarganegaraan baru Indonesia bagi terbinanya warga negara dimensional Indonesia”, Pendidikan nilai moral dalam dimensi PKn, Bandung : Laboraturium PKN FPIPS UPI.
Wuryan dan Syaifullah, (2008). Ilmu Kewaragnegaraan (civic). Bandung: Laboratorium PKn
Zubair, A.C (1985). Kuliah Etika, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Tesis dan Disertasi
Astrie Nur. Wisudawaty (2009). ” Pengaruh pengetahuan warga negara
(civic knowledge) terhadap kesadaran hukum siswa disekolah”. Tesis SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan
Dewi aniaty (2008) Pembinaan kesadaran hukum siswa dalam implementasi program ketertiban, kebersihan dan keindahan di sekolah melelui pembelajaran PKn, tesis SPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Paiono, (2007). Peranan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum Siswa. Tesis SPS UPI
Bandung. Tidak diterbitkan
Winarno. (2010). Proses Penerapan Habituasi Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Menumbuhkan Kesadaran Hukum. Tesis pada sekolah PascaSarjana UPI. Tidak diterbitkan.
Undang-Undang, Permen dan Publikasi Departemen
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan
Departemen Pendidikan Nasional (2006). Permendiknas No 22/2006: Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menegah. Jakarta BNSP