PROSES PENERAPAN HABITUASI MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK MENUMBUHKAN KESADARAN HUKUM :Studi Deskriptif pada SMPN 1 Rajagaluh Kabupaten Majalengka.

(1)

i DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……….. i

PERNYATAAN……… ii

ABSTRAK……… . iii

KATA PENGANTAR………... iv

DAFTAR ISI………. viii

DAFTAR TABEL………. . x

DAFTAR BAGAN……… xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Rumusan Masalah……… 11

C. Tujuan Penelitian………. 12

D. Definisi Konseptual…..……… 12

E. Manfaat Penelitian….……….. 14

F. Subjek dan Tempat Penelitian………. 15

G. Tahap Penelitian……….. 16

I. Paradigma Penelitian………... 17

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian tentang Konsep Habituasi 1. Pengertian Nilai-Nilai dan Moral………... 18

2. Penerapan Habituasi……… 23

3. Tanggung Jawab Orang Tua dan Guru dalam Penerapan Habitusi………... 35

B. Kajian tentang Konsep Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan……….. 38

2. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan……… 44

3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan……… 46

4. Karakteristik dan Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan… 51 5. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan………. 55

a. Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan……… 55

b. Pengertian Pembelajaran……… 60

c. Pembelajaran PKn..………. 61

d. Pendekatan Pembelajaran PKn Sebagai Pendekatan Nilai dan Moral………. 64

e. Aspek Hukum dalam Kurikulum PKn di SMP ……… 67

C. Kajian tentang Konsep Kesadaran Hukum 1. Pengertian Hukum………. 68

2. Tujuan Penerapan Hukum……….. 73

3. Pengertian Kesadaran Hukum……… 75

4. Indikator Kesadaran Hukum………. 84

5. Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Hukum……… 87


(2)

ii BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian……… 93

1. Pendekatan Penelitian……… 93

2. Metode Penelitian……….. 95

B. Teknik Penelitian……… 99

C. Karakteristik dan Sumber Data……….. 100

1. Karakteristik Data……….. 100

2. Sumber Data………... 101

D. Subjek Penelitian………. 102

E. Instrumen Penelitian……… 103

F. Teknik Pengumpulan Data………. 104

1. Observasi……… 104

2. Wawancara………. 106

3. Dokumentasi………... 107

4. Studi Literatur………. 108

G. Teknik Analisis Data………... 108

1. Reduksi Data……….. 110

2. Penyajian Data……… 110

3. Pengambilan/ Verifikasi………. 110

H. Validasi Data………... 111

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 1 Rajagaluh Kabupaten Majalengka………. 113

2. Visi dan Misi Pendidikan………... 114

3. Sarana dan Perlengkapan……… 115

4. Perpustakaan………. 116

5. Keadaan Guru dan Karyawan/ Staf TU………... 117

6. Keadaan Siswa………. 117

7. Prestasi Akademik dan Non Akademik Tahun 2009-2011……….. 120

B. Deskriptif Hasil Penelitian 1. Visibilitas (kejelasan) proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum……… 121

2. Proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum………. 140

3. Dukungan stakeholders, guru mata pelajaran lain dan komponen sekolah lainnya dalam menunjang program penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum………... 144

C. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 147

1. Visibilitas (kejelasan) proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum……… 147


(3)

iii

2. Proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan

untuk menumbuhkan kesadaran hukum………. 149

3. Dukungan stakeholders, guru mata pelajaran lain dan komponen sekolah lainnya dalam menunjang program penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum………... 151

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan………. 153

1. Kesimpulan Umum……… 153

2. Kesimpulan Khusus……….. 155

B. Rekomendasi……….. 156

DAFTARA PUSTAKA………. 159


(4)

iv DAFTAR TABEL Tabel

1.1. Komponen Rumpun Bahan Pelajaran dan Sub Komponen Rumpun

Bahan Pelajaran PKn 2004……….. 53

2.2. Definisi Operasional Kesadaran Hukum………. 79 4.3. Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Rajagaluh………... 118


(5)

v DAFTAR BAGAN Bagan

1.1. Paradigma Penelitian………... 17 3.2. Langkah-langkah Observasi……… 106 3.3. Komponen-komponen Analisis Data……….. 109


(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Materi tentang hukum adalah materi dasar yang ada dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) baik kelas VII maupun kelas VIII, hal tersebut dapat dilihat dalam kurikulum yang dikembangkan dalam bentuk Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) oleh Bapak/Ibu guru mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dalam materi pendidikan kewarganegaraan kelas VII Bab 1 terdapat materi tentang pengertian hukum dari beberapa tokoh, penggolongan hukum, arti penting hukum bagi warga negara, serta sikap kesadaran hukum. Selanjutnya dalam materi kelas VIII disebutkan juga materi tentang hukum meskipun materi yang disajikan adalah materi konstitusi, materi konsitusi ada di dalam Bab II, sehingga diharapkan kesadaran siswa terhadap hukum dari awal mulai terbentuk. Namun, kenyataannya pada jenjang pendidikan, baik di dalam maupun di luar sekolah, kesadaran hukum siswa belum sepenuhnya ditegakkan. Dari beberapa pengamatan guru dan media masa beberapa pelanggaran masih dilakukan oleh para siswa. Berbagai pelanggaran yang dilakukan para siswa menunjukkan bahwa kesadaran hukum para siswa masih sangat rendah. Para siswa sebagai kaum terpelajar sangat tidak layak apabila melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma hukum. Disinilah peran guru, keluarga, lingkungan masyarakat, sangat dibutuhkan dalam upaya


(7)

2

menyadarkan para siswa untuk tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum.

Di SMP Negeri 1 Rajagaluh masih belum tumbuhnya kesadaran hukum dapat dilihat dalam buku harian catatan pelanggaran siswa dari mulai bulan Februari 2011 sampai dengan bulan Juni 2011, banyak siswa yang melanggar peraturan sekolah berupa datang terlambat, memakai sepatu putih, tidak mengikuti upacara bendera, tidak memakai seragam sekolah sesuai jadwal, hampir di tingkatan kelas ada siswa yang melakukan pelanggaran rata-rata lebih dari tiga kali pelanggaran terhadap peraturan sekolah. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebetulnya kesadaran hukum siswa masih belum tumbuh maksimal.

Di Majalengka berdasarkan data dari Poilisi Resort (Polres) Majalengka pada tahun 2010 telah terjadi tindak kriminalitas sebanyak 429 kasus. Dari jumlah tersebut kasus yang sudah diselesaikan berjumlah 264 kasus, sementara sisanya berjumlah 165 kasus belum terselesaikan. Dari 429 kasus kriminalitas tersebut terbagi menjadi 42 jenis tindak kriminal dimana pelaku dan korban masih tergolong pada anak-anak berusia sekolah.

Dalam data kriminalitas resmi Polres Majalengka pada tahun yang sama yaitu 2010 tercatat jenis kejadian kriminal berupa persetubuhan dengan anak di bawah umur sebanyak 2 (dua) kasus tepatnya pada bulan Januari dan bulan April 2010. Kasus tersebut sampai dengan sekarang belum terselesaikan. Selanjutnya jenis kasus yang melibatkan anak adalah pelanggaran terhadap Undang-Undang (UU) No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak


(8)

3

sebanyak 18 kasus terjadi dalam kurun waktu Januari sampai dengan Desember 2010 dan sudah terselesaikan sebanyak 17 kasus, 1 kasus belum terselesaikan (Sumber Data Crime Total dan Penyelesaian Tahun 2010 Polres Majalengka).

Dari data kriminalitas tersebut di atas terlihat jelas bahwa kesadaran hukum perlu ditingkatkan bagi setiap individu tidak terkecuali bagi anak usia sekolah maupun anak dibawah umur dengan berbagai usaha, minimalnya membiasakan diri untuk hidup tertib dan teratur sejak dini dalam lingkungan keluarga sehingga diharapkan dapat meminimalisir kejahatan yang mungkin akan muncul dari akibat rendahnya kesadaran hukum setiap individu.

Banyak prilaku siswa sangat jauh menyimpang terhadap norma atau kaidah hukum diantaranya yang akhir-akhir ini terjadi adalah seperti halnya di Kediri Jawa Timur telah terjadi peristiwa yang menggemparkan publik berupa kasus pembuatan dan pengedaran video asusila oleh si pelaku yang masih belum dewasa (masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama) kemudian korban masih duduk di bangku sekolah dasar. Sungguh ironis memang apabila kita hidup dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dimana dalam kita bertingkah laku ada hukum dasar yang mengatur, namun pada kenyataanya banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum, terlebih lagi apabila kita kaitkan terhadap kasus yang terjadi di Kediri Jawa Timur bahwa si pelaku adalah masih anak-anak dimana tuntutan berat maksimal 15 tahun penjara sudah menanti. Masih banyak lagi prilaku siswa yang menyimpang dengan peraturan hukum seperti: perkelahian atau tawuran antar siswa, sikap permusuhan, minum-minuman keras, pencurian dalam kelas, mengedarkan


(9)

4

pornografis, mengotori dan merusak fasilitas umum, dan masih banyak lagi perbuatan siswa yang dapat merugikan kepentingan pribadi dan masyarakat merupakan salah satu bukti bahwa kesadaran hukum para siswa masih sangatlah rendah.

Hukum merupakan suatu sistem aturan tertulis dan tidak tertulis bersifat mengikat dibuat dan dikukuhkan secara resmi oleh penguasa, pemerintah atau otoritas melalui lembaga hukum. Aturan tertulis atau hukum tertulis tertuang dalam sebuah konstitusi negara. “Negara Indonesia adalah negara hukum”, demikian bunyi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) Pasal 1 ayat (3). Dalam Penjelasan UUD NRI 1945 yang dinyatakan tidak berlaku, menurut Pasal II Aturan Peralihan Perubahan Keempat UUD NRI 1945 tahun 2002 yang dimaksud dengan negara hukum adalah bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtstaat). Penjelasan selanjutnya adalah bahwa pemerintahan berdasarkan atas konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Namun, pada kenyataannya kesadaran hukum masyarakat Indonesia belum optimal, hal ini ditandai oleh munculnya berbagai pelanggaran yang terjadi dalam kehidupan.

Contoh kasus menarik adalah oknum hakim bernama Syarifuddin yang tertangkap tangan menerima uang suap sebesar Rp 250 juta dari Puguh Wirawan, seorang kurator yang menangani aset PT SCI, pada hari Rabu tanggal 1 Juni 2011 oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Selain uang


(10)

5

tersebut turut diamankan sejumlah barang bukti berupa mobil Misubishi Pajero yang digunakan Puguh Wirawan, serta mata uang asing total nilai lebih dari Rp 2 Miliar. Uang tersebut berupa 116.128 dolar AS, 245.000 dolar Singapura, 20.000 yen, dan 12.600 riel Kamboja. Selanjutnya Hakim Syarifuddin telah diberhentikan oleh Mahkamah Agung (MA). (Pikiran Rakyat, 6 Juni 2011).

Kasus yang tidak kalah menariknya adalah kasus yang disangkakan kepada mantan bendahara Partai Demokrat bernama Muhamad Nazarudin yang telah kabur ke Singapura sebelum surat pencekalan terhadap Nazarudin yang dibuat oleh KPK dikeluarkan tepatnya pada tanggal 23 Mei 2011 surat pencekalan dikeluarkan pada tanggal 24 Mei 2011. Muhamad Nazarudin dituduh oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terlibat dalam kasus suap pembangunan wisma atlet Sea Games yang melibatkan banyak orang di Kantor Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora) diantaranya adalah Sekretaris Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga (Sekmempora). Selain itu pula Muhamad Nazarudin dituduh melakukan korupsi di Kemendiknas tahun 2007. Kasus tersebut sampai dengan sekarang masih dalam proses belum sampai kepada penetapan sebagai tersangka baru sebatas pemanggilan saksi-saksi yang terlibat di dalamnya oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berupa pemanggilan pertama dan kedua, karena pemanggilan pertama pihak Muhamad Nazarudin tidak hadir oleh (tvOne 8 Juni 2011).

Selanjutnya yang sangat menarik adalah kasus hukum dengan tersangka Gayus Tambunan yang melibatkan banyak instansi terkait (instansi penegak hukum) sebagai partner untuk melegalkan perbuatan yang


(11)

6

menyimpang yang ia lakukan. Beberapa oknum kepolisian, oknum hakim, oknum jaksa, oknum pengacara, dan oknum-oknum lain yang terlibat di dalamnya dengan berbagai jenis pelanggaran dari mulai gratifikasi, penggelapan uang negara, pencucian uang, permufakatan jahat, penyuapan teridentifikasi di dalamnya. Lebih mencengangkan lagi dalam menunggu proses peradilan yang akan berlangsung justru si akal bulus “Gayus” dapat bebas keluar masuk dari tahanan kepolisian untuk kepentingan pribadi (melihat pertandingan tenis di Bali, wisata ke Macau Cina, Singapura, Malaysia dan masih banyak tempat lain yang dikunjunginya) perbuatan tersebut jelas-jelas menyimpang dari peraturan hukum yang berlaku.

Realita terbaru yang dapat kita cermati bersama bahwa hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur memberikan putusan hukuman kepada hakim yang terbukti menerima suap dari oknum pegawai Ditjen pajak (Gayus H. Tambunan) hanya mendapatkan putusan hukuman 2 (dua) tahun penjara dan denda sebesar 50 juta rupiah (sumber tvOne 09 Desember 2010). Sekali lagi putusan ini dianggap ringan dan tidak adil bagi masyarakat awam jika dilihat kerugian yang ditimbulkan dari perbuatan oknum hakim tersebut, akibat akhirnya adalah masyarakat tidak percaya lagi terhadap proses penegakan hukum di Indonesia. Hukum belum sepenuhnya ditegakkan, sehingga negara hukum yang didambakan bakal menjadi impian belaka.

Kesadaran hukum warga negara tidak lahir dengan sendirinya, tetapi harus dibina dan perlu ditumbuhkan serta dibiasakan melalui penegakan hukum dalam segala aspek kehidupan. Untuk menumbuhkan kesadaran hukum diperlukan adanya pemahaman warga negara terhadap nilai-nilai dan


(12)

norma-7

norma yang menjadi muatan hukum. Pemahaman tersebut menjadi dasar warga negara untuk dapat selalu menjadikan hukum sebagai rujukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Jika warga negara telah memahami hukum dasar dan menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, maka dengan sendirinya ia dapat mengetahui dan mempertahankan hak-haknya yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945). Selain itu, warga negara dapat berpartisipasi secara penuh terhadap penegakan hukum, baik melalui pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warga negara, berpartisipasi dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan, maupun berperan sebagai pengontrol terhadap penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Warga negara dapat mencegah terjadinya penyimpangan ataupun penyalahgunaan hukum. Jika hal tersebut dilaksanakan, berarti telah terbentuk warga negara yang sadar hukum.

Kesadaran hukum sangat berpengaruh terhadap penegakan hukum, sedangkan kesadaran hukum warga negara sangat dipengaruhi oleh rasa keadilan dalam masyarakat. Rakyat sangat mendambakan hukum dan keadilan, tetapi saat ini terjadi krisis kepercayaan akan hukum, masyarakat tidak percaya lagi terhadap proses penegakan hukum di Indonesia, dimana masyarakat sekarang sudah sangat kritis untuk mensikapi terhadap penyimpangan, pelanggaran, tindak pidana, korupsi, dan sebagainya yang dilakukan oleh para oknum pejabat, orang yang paham hukum, masyarakat ekonomi kelas atas sangat berharap penegakan hukum yang maksimal, justru para pelaku


(13)

8

kejahatan tersebut dapat seenaknya mempermainkan hukum, dengan kata lain hukum dapat dibeli. Dalam kehidupan bermasyarakat akhir-akhir ini kita sering melihat tindakan pelanggaran hukum secara nyata maupun melalui media masa. Beberapa tayangan dan peristiwa seperti kriminalitas, kekacauan/anarkis, gaya hidup yang melanggar norma-norma masyarakat, dekadensi moral semua terekam oleh masyarakat, terutama generasi muda dan para pelajar. Hal ini dapat berpengaruh buruk terhadap pola perilaku mereka bila tanpa dibekali nilai-nilai agama, kontrol keluarga, pendidikan di sekolah, dan lingkungan pergaulan yang baik

Beberapa tingkah laku yang menyimpang dari hukum sejak dan selama bersekolah menurut Djamali (1984:131) dapat disebabkan oleh kemungkinan adanya: “(1) kurang perhatian orang tua terhadap kepentingan belajar anak, akan dapat menimbulkan pengaruh kepada teman yang dominan. (2) proses pembelajaran yang kurang tepat”. Guru dapat mengubah anak didik bertingkah laku menyimpang dari hukum bila Ia: “memperlakukan anak didik tidak sama; disiplin terlalu keras; hukuman yang diberikan tidak menunjang pendidikan”.

Perbuatan melanggar hukum yang akhir-akhir ini terjadi, sebagian besar pelakunya adalah para siswa merupakan tantangan dan tanggung jawab segenap pihak termasuk lembaga pendidikan. Pembinaan kesadaran hukum di sekolah menjadi sangat penting disamping pembinaan kesadaran hukum dari orang tua, dan tokoh agama agama.


(14)

9

Kesadaran hukum di sekolah dibina melalui pembinaan, penanaman disiplin para peserta didik serta membiasakannya untuk selalu mantaati dan mematuhi tatatertib yang berlaku di sekolah dengan pemberian contoh yang tepat oleh guru sebagai panutan di sekolah. Hal ini ditujukan agar para siswa mampu berdiri sendiri dan terciptanya suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran sehingga mereka mentaati segala peraturan yang berlaku. Tanggung jawab guru dalam membentuk disiplin peserta didik ialah mengarahkan peserta didik, berbuat baik, menjadi tauladan, dengan penuh pengertian dan kesabaran. Menurut pendapat Mulyasa (2007:171) untuk membentuk disiplin diri (self discipline) peserta didik, guru dapat melakukan beberapa hal yaitu sebagai berikut: “(1) membantu peserta didik mengembangkan perilaku untuk dirinya; (2) membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya; (3) menggunakan pelaksanan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin”.

Sekolah dibangun sebagai wahana pendidikan formal dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai kehidupan secara pribadi dalam menciptakan iklim budaya sekolah yang penuh makna. Untuk itu sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran dengan merealisasikan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya adalah upaya peningkatan kesadaran hukum siswa dengan menguatkan pendidikan nilai.

Secara konseptual pendidikan nilai merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan, karena pada dasarnya tujuan akhir


(15)

10

dari pendidikan sebagaimana tersurat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 3) adalah “untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”. Sejalan dengan hal tersebut Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value-based education”. Konfigurasi atau kerangka sistemik PKn dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut: Pertama, PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Kedua, PKn secara teoretik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks subsatansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. Ketiga, PKn secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral


(16)

11

Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara (Budimansyah dan Suryadi, 2008:68).

Dengan diberikannya mata pelajaran yang bermuatan nilai, moral, dan norma yang merupakan disiplin pendidikan kewarganegaraan, serta disertai dengan contoh keteladan sikap dan prilaku yang baik (seimbang antara hak dan kewajiban) dari guru di sekolah secara terus menerus yang pada akhirnya memunculkan pembiasaan sikap siswa yang sesuai dengan hukum, ditambah dengan pemberian contoh yang baik dari keluarga, dan lingkungan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran hukum siswa, mencegah mereka melakukan tindakan yang menyimpang, melanggar norma hukum, kesusilaan, kesopanan, atau norma agama.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis memfokuskan pada pokok permasalahan penelitian: “Bagaimana proses penerapan habituasi melalui Pendidikan Kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum?”

Untuk mempermudah penulis dalam meneliti, maka pokok permasalahan tersebut dijabarkan menjadi sub permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana visibilitas (kejelasan) proses penerapan habituasi melalui PKn untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa?

2. Bagaimana proses dan strategi penerapan habituasi melalui PKn untuk menumbuhkan kesadaran hukum?


(17)

12

3. Bagaimana dukungan stakeholders, guru mata pelajaran lain dan komponen sekolah lainnya dalam menunjang proses penerapan habituasi melalui PKn untuk menumbuhkan kesadaran hukum?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan secara umum peneltian ini bertujuan untuk mengkaji proses habituasi melalui PKn untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan seabagai berikut:

a. Mengetahui visibilitas (kejelasan) proses habituasi melalui PKn untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa.

b. Mengetahui Proses dan strategi penerapan habituasi melalui PKn untuk menumbuhkan kesadaran hukum.

c. Bagaimana dukungan stakeholders, guru mata pelajaran lain, dan komponen sekolah lainnya dalam menunjang proses habituasi melalui PKn untuk menumbuhkan kesadaran hukum.

D. Definisi Konseptual

1. Konsep Habituasi/ Pembiasaan

Habituasi adalah proses penciptaan aneka situasi dan kondisi (Budimansyah, 2010 : 62-63), yang berisi penguatan yang memungkinkan peserta didik pada satuan pendidikannya, di rumahnya, di lingkungan masyarakatnya membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai dan menjadi


(18)

13

karakter yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi dari dan melalui proses intervensi (Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025, 2010 : 30).

2. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan

Kalidjernih (2010: 130) mendefinisikan pendidikan kewarganegaraan sebagai:

pendidikan pengembangan karakteristik-karakteristik seorang warga negara melalui pengajaran tentang peraturan peraturan dan institusi masyarakat dan negara. Empat aspek yang lazim menjadi perhatian utama pendidikan ini adalah hak dan kewajiban, tanggung-jawab, partisipasi dan identitas dalam relasi negara-warga negara dan warga negara dan warga negara.

3. Konsep Kesadaran Hukum

Kesadaran hukum berarti kesadaran akan kewajiban hukum kita terhadap orang lain. “kesadaran akan kewajiban tidak semata-mata berhubungan dengan ketentuan undang-undang saja, tapi juga kepada hukum yang tidak tertulis. Kesadaran hukum mengandung sikap teposeliro atau toleransi” (Mertokusumo, 1981:145).

4. Penelitian Terdahulu

Alianty (2008) mengatakan bahwa, peningkatan kesadaran hukum siswa dapat dikembangkan dan dibina melalui pembelajaran PKn dengan cara guru dan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui berbagai metoda dan media yang tersedia.


(19)

14 E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Dari penelitian ini dapat memberikan manfaat scara ilmiah bagi dunia pendidikan menengah pertama, untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang kolaboratif, efektif, berkenaan dengan perencanaan, pengorganisasian, penyajian materi, metode dan evaluasi. Khusus dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, dapat dijadikan pedoman dasar untuk melaksanakan proses penerapan habituasi yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa pada SMPN 1 Rajagaluh Kabupaten Majalengka. 2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Memberi masukkan kepada guru untuk meningkatkan profesionalismenya terutama dalam proses habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum. Misalnya, Bapak dan Ibu guru mampu melaksanakan tugas dan fungsi guru sebagai pendidik sekaligus pengajar siswa berkenaan denagan materi pembelajaran dan perilaku siswa yang taat terhadap peraturan.

b. Bagi siswa/peserta didik melalui penelitian ini, diharapkan memperoleh pengalaman baru dalam mempelajari pendidikan kewarganegaraan guna menumbuhkan kesadaran hukum, sehingga mampu menampilkan sikap dan perilaku yang taat dan sadar akan hukum. Siswa dapat mencontoh secara langsung proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan,


(20)

15

misalnya, bagaimana cara bersikap dan berperilaku yang sopan, tidak melanggar peraturan, dan sebagainya,

c. Memberi masukkan pada sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terutama dalam menumbuhkan kesadaran hukum. Maksudnya adalah memberi masukkan kepada semua guru terhadap kewajibannya sebagai seorang pengajar dan pendidik untuk senantiasa mentaati peraturan dengan jalan membiasakan diri untuk bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan peraturan.

d. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan baru dalam mengembangkan teori pendidikan di lapangan.

F. Subjek dan Tempat Penelitian 1. Subjek Penelitian

Menurut S. Nasution, subjek penelitian adalah sumber yang dapat memberikan informasi, dipilih secara purposif dan pelaksanaanya sesuai dengan purpose atau tujuan tertentu. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 1 Rajagaluh yang berjumlah 930 siswa terdiri dari 473 siswa dan 457 siswi, serta 2 orang guru pendidikan kewarganegaraan, 1 orang guru kelas VII, dan 1 orang guru kelas IX, di SMPN 1 Rajagaluh.

2. Tempat Penelitian

Tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah SMPN 1 Rajagaluh, Jalan Mutiara No. 77, Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat, luas wilayah 3.500 M2, dengan luas bangunan 2.109 M2.


(21)

16 H. Tahap Penelitian

1. Tahap Orientasi

Tahap ini berhubungan dengan mempersiapkan diri sebelum benar-benar menggali data, yaitu menyiapkan persyaratan administrasi berupa perizinan dan pendekatan secara informal dengan subjek penelitian.

2. Tahap Eksplorasi

Tahap ini merupakan inti dari proses penelitian, dengan melibatkan diri secara langsung menggali data dari lapangan yang dibutuhkan. Baik melalui wawancara, studi dokumentasi maupun studi literatur.

3. Tahap Member Check

Member check dilakukan untuk memperoleh tingkat keabsahan data setelah sebelumnya data tersebut dieksplorasi, baik setelah selesai secara keseluruhan maupun hanya bagian demi bagian.


(22)

17 I. Paradigma Penelitian

Bagan 1.1. Paradigma Penelitian Penerapan Nilai-nilai Habituasi

Melalui PKn Untuk Menumbuhkan Kesadaran Hukum Siswa Membaca Al Qur’an sebelum belajar Berdo’a sebelum dan sesudah belajar Bersalaman dengan Bapak/Ibu guru Berprilaku sopan dan santun Disiplin berpakaian dan taat aturan (dsb). P E M B I A S A A N K E S A D A R A N H U K U M P K N


(23)

93 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan penedekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2004: 4). Karakteristik penelitian kualitatif yaitu peneliti berperan sebagai instrumen penelitian, berlatar alamiah, bersifat deskriptif, menganalisa secara induktif, membatasi penelitian dengan fokus dan sebagainya. Hal ini tersebut seperti yang dikemukakan oleh Moleong, bahwa penelitian kualitatif memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

“Berlatar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat peneliti, memanfaatkan metode kualitatif, menganalisis secara induktif, mengarahkan sasaran sebagai usaha untuk menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki kriteria untuk menguji keabsahan data, rancangan penelitian bersifat sementara dan hasil penelitian disepakati bersama antara pihak peneliti dengan subjek yang diteliti”. (Moleong, 2004: 37).

Sesuai dengan karakteristik metode penelitian kualitatif, Abdullah Ali (2007) menjelaskan tentang tugas dan aktifitas peneliti sesuai dengan konsep naturalistik sebagai penelitian alamiah, antara lain:

“Peneliti berperan sebagai instrumen penelitian, peneliti datang di lokasi berada di tengah masyarakat yang akan diteliti, mencatat gejala-gejala peristiwa yang disaksikan, dialami dan dirasakan selama berada di lokasi,


(24)

94

sambil menyaksikan perilaku orang-orang yang terlibat dalam aktifitas sosial, dakwah dan pendidikan, sekaligus mengambil foto dokumentasi untuk mendukung bukti-bukti visual”.

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki sesuatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998: 15). Bogdan dan Taylor dalam (Moleong, 2007: 3), mengatakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi, dan multi tekhnik dalam mengumpulkan data-data, sebagaimana yang dijelaskan oleh Sukmadinata, (2006: 95) bahwa penelitian kualitatif adalah:

Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung, observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, tekhnik-tekhnik pelengkap seperti foto, rekaman dan lain-lain. Hal itu merupakan tekhnik-tekhnik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitia di lapangan”.

Dalam penelitian ini tidak ada pengontrolan aspek, maupun perlakuan manipulasi dari peneliti. Penelitian dilakukan secara alamiah, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen yang bersifat mengukur. Hasilnya dianalisis, untuk mencari data-data diantara dari variabel-variabel yang diteliti.

Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis teori tertentu, melainkan suatu upaya ke arah menemukan pemahaman baru


(25)

95

mengenai penerapan nilai-nilai habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada pendekatanpenelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah (natural setting) yang bertujuan menggambarkan secara tepat proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum. Oleh karena itu, prosedur ini dapat menghasilkan data kualitatif yang berupa ungkapan atau catatan tentang aktivitas yang dilakukan oleh komponen sekolah (kepala sekolah, guru, staf tata usaha, pesuruh dan siswa termasuk di dalamnya adalah komite sekolah). Dengan digunakannya metode ini, peneliti perlu turun ke lapangan untuk mengadakan pengamatan langsung terhadap kegiatan yang dilakukan oleh satuan pendidikan yang dimaksud. Ketajaman penelitian dalam menangkap dan menafsirkan kata-kata dan tindakan yang menjadi sumber data, menjadi kunci keberhasilan penelitian ini.

Metodologi penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistic memiliki karakteristik seperti yang dikemukakan oleh Bogdan and Biklen (1982: 28) “Qualitative researchers are concerned with process rather than simply with outcomes or products” yaitu penekanan dalam penelitian kualitatif itu pada proses secara khusus memberi keuntungan dalam penelitian peranan


(26)

96

sosialisasi pemilu dan pengembangan demokrasi dan dapat dilihat dalam aktivitas keseharian.

Tujuan digunakannya metodologi penelitian kualitatif adalah untuk 1) Memperoleh gambaran yang mendalam dan holistik tentang bagaimana proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum. 2) Mengetahui bagaimana visibilitas (kejelasan) proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum. 3) Untuk mengetahui bagaimana proses dan strategi penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum. 4) Mengetahui dukungan stakeholders, guru mata pelajaran lain dan komponen sekolah lainnya dalam menunjang program penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum.

Dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dalam penelitian ini peneliti berusaha mengamati lebih mendalam proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum dalam lingkungan SMPN 1 Rajagaluh Kabupaten Majalengka, berinteraksi dengan seluruh komponen sekolah dan berusaha memahami bahasa, tafsiran, dan realita yang terjadi dalam lingkungan SMPN 1 Rajagaluh Kabupaten majalengka. Metode kualitatif juga dapat memberikan deskripsi secara luas serta memuat penjelasan tentang proses atau aktivitas yang dilakukan, dalam hal ini Miles dan Huberman (1982: 1) mengemukakan bahwa dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa


(27)

97

secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkungan pikiran orang-orang setempat dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat.

Hal senada dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985: 37) bahwa dalam penelitian kualitatif, paradigma yang digunakan adalah paradigma naturalistic yang kenyataannya dapat dipandang sebagai sesuatu yang kompleks. Studi naturalistik memiliki mekanisme kerja tersendiri, yang membedakan dengan studi lainnya. Adapun karakteristik yang membedakan terletak pada asumsi-asumsi terhadap realitas (paradigma), peran-peran peneliti dan mekanisme kerja yang bersifat fenomenologi dan holistik.

Dengan demikian penggunaan metodologi penelitian kualitatif, peneliti memungkinkan mendapatkan keleluasaan dan kelapangan “ruang gerak” dalam menelusuri dan merambah pelbagai aspek proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum dalam lingkungan SMPN 1 Rajagaluh Kabupaten Majalengka.

Metodologi penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002: 136). Metodologi penelitian diperlukan untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang disoroti. Oleh karena itu, pada bab ini akan dikemukakan tentang: Metode; Karakteristik dan sumber data penelitian; Teknik pengumpulan data; Teknik analisis data; dan Tahap-tahap penelitian.

Dalam metodologi penelitian hukum terdapat metodologi penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris atau sosiologis (Soekanto, 1982:128). Metodologi penelitian senantiasa harus disesuaikan dengan ilmu


(28)

98

pengetahuan yang menjadi induknya, maka metodologi penelitian hukum normatif berbeda dengan penelitian hukum empiris atau sosiologis. Perbedaannya akan dapat diidentifikasi pada kriteriumnya yaitu objek studi masing-masing ilmu pengetahuan, walaupun ilmu hukum empiris merupakan pendukung atau penunjang bagi ilmu hukum normatif.

Masing-masing tipe utama tadi dapat diperinci lebih lanjut ke dalam bentuk-bentuk yang lebih khusus lagi yaitu:

1. Penelitian terhadap hukum yang tertulis:

a. Penelitian terhadap sistematika dan konsistensi daripada kaedah-kaedah hukum yang merupakan suatu kerangka.

b. Penelitian terhadap azas-azas yang menjadi dasar dari kaedah-kaedah hukum.

c. Penelitian terhadap proses terbentuknya kaedah-kaedah hukum. d. Perbandingan sistem kaedah-kaedah hukum.

e. Penelitian terhadap efektivikasi kaedah-kaedah hukum. f. Penelitian terhadap efektifitas kaedah-kaedah hukum. g. Ppenelitian terhadap kesadaran hukum.

2. Penelitian terhadap hukum tidak tertulis. a. Identifikasi hukum

b. Ppenelitian terhadap proses terbentuknya hukum tidak tertulis. c. Pperbandingan hukum tidak tertulis.

d. Penelitian terhadap hubungan antara hukum tidak tertulis dengan gejala-gejala sosial lainnya.


(29)

99

Tipe-tipe penelitian hukum tersebut di atas dapat dilakukan sebagai penelitian kepustakaan dan penelitian di lapangan. Patokan yang sederhana adalah bahwa penelitian harus dilakukan juga di lapangan apabila hukum dihubungkan dengan perikelakuan. Dengan demikian, maka penelitian terhadap kesadaran hukun merupakan penelitian kepustakaan dan penelitian di lapangan, termasuk proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum.

B. Teknik Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif atau penelitian naturalistik. Karakteristik penelitian kualulitatif yang dimaksud sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Bikken (1982:28) adalah “Qualitative researchers are concerned with process rather than simply with outcomes or products” yaitu penekanan dalam penelitian kualitatif itu pada proses secara khusus memberi keuntungan dalam penelitian proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum.

Lincoln dan Guba (1985: 14) dalam bukunya Naturalistik Inquary menyatakan bahwa penelitian yang menelusuri secara alamiah dalam melakukan penelitiannya harus secara general (menyeluruh) artinya seluruh masalah dari segi objek penelitian tidak luput dari proses pengamatan.

Tujuan digunakannya metodologi penelitian kualitatif dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang mendalam dan holistik


(30)

100

tentang bagaimana penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa.

Penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah.

C. Karakteristik dan Sumber Data 1. Karakteristik Data

Dalam studi data diartikan sebagai informasi verbal, atribut-atribut dan geajala-gejala (fisik non fisik) yang dapat memberi pemahaman tentang indikator yang dicari oleh tujuan penelitian. Keseluruhan data disebut dengan “system data” yang berupa pendapat (persepsi), sikap dan motif-motif serta tindakan (perilaku) manusia (responden) maupun non manusia seperti seperangkat peraturan, Undang-Undang dan norma-norma pada satuan pendidikan yang berhubungan dengan pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

Data yang dipakai dalam penelitian ini ialah data yang ada dalam satuan pendidikan SMPN 1 Rajagaluh Kabupaten Majalengka dalam penerapan nilai-nilai habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum dengan melakukan klasifikasi data yang sesuai dengan masalah penelitian yang dijabarkan dalam Bab I di muka.


(31)

101

Bahwa sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati, dalam penelitian naturalistik, populasi dan sample yang relevan digunakan sample purposif yang bertujuan untuk memperhatikan detil-detil yang spesifik untuk memberikan citra yang khas dan konteks yang unik kepada studi ini, bukan untuk mencari persamaan-persamaan yang diarahkan untuk mengembangkan generalisasi.

Oleh karena karakteristik data yang diharapkan oleh peneliti karaketeristik data yang dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang tercantum dalam pertanyaan penelitian, maka langkah yang dilakukan dengan memisahkan data dan mengklasifikasikan data yang dikatagorikan bisa memberikan jawaban yang memuaskan.

2. Sumber Data

Sesuai dengan karakteristik yang disebutkan di atas, sumber data dapat dipilih menjadi dua bagian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari atau melalui informasi (responden). Sedangkan yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah seluruh komponen yang berada di SMPN 1 Rajagaluh Kabupaten Majalengka (kepala sekolah, guru, staf tata usaha, siswa, pesuruh).

Alasan dipilihnya komponen sekolah (kepala sekolah, guru, staf tata usaha, siswa, pesuruh) karena sebagai sumber data primer yang terlibat langsung. Alasan selanjutnya adalah komponen sekolah (kepala sekolah, guru, staf tata usaha, siswa, pesuruh) karena merupakan komponen dasar yang


(32)

102

berada dalam SMPN 1 Rajagaluh yang mengetahui seluruh rangkaian Kegiatan Belajar Mengajar di tempat yang dimaksud. Sedangkan data sekunder yang dijaring melalui data dokumentasi yakni, data yang diperoleh dari dokumen dalam pelbagai bentuk Kegiatan Belajar Mengajar di SMPN 1 Rajagaluh.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu konsep yang mengandung empat aspek substantial di dalamnya yaitu mencakup isi, kesatuan atau unit ruang dan waktu. Agar dapat diperoleh subjek penelitian yang tepat dan valid serta sesuai dengan tujuan penelitian, maka diperlukan suatu tekhnik pemilihan dan penetapan dari subjek penelitian. Teknik penetapan subjek penelitaian yang dipilih dan ditetapkan dalam penelitian ini adalah tekhnik purposive, yaitu suatu tekhnik pemilihan dan penetapan subjek yang dilaksanakan secara cermat agar sesuai dengan tujuan penelitian.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran kewarganegaraan, dan siswa SMPN 1 Rajagaluh Kabupaten Majalengka, serta proses interaktif yang terjadi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa selama berlangsungnya program tindakan ini.

Adapun alasan dijadikannya pihak-pihak di atas sebagai subjek penelitian ini ialah karena mereka berhubungan langsung dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti. Dengan demikian maka, dijadikannya pihak-pihak tersebut di atas sebagai subjek penelitian besar harapan peneliti bisa


(33)

103

menggali secara mendalam dan luas atas proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa SMPN 1 Rajagaluh.

Beberapa alasan pokok penggunaan teknik purposive dalam menetapkan subjek penelitian ini adalah: (1) relevan dengan tuntutan metodologi penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini Lincolin dan Guba (1985: 40); (2) dapat menjamin adanya unsur tertentu yang relevan dengan rancangan dan tujuan dari penelitian yang dilakukan (Nasution, 1990: 99); (3) praktis, hemat waktu, biaya dan tenaga (Nasution, 1996: 99).

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian naturalistik, instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri (human instrument) yang turun ke lapangan (sekolah) untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Menurut Sugiyono (2005: 59) “dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat peneliti adalah peneliti itu sendiri”.

Selanjutnya, dalam Sugiyono (2005: 60), Nasution menyatakan: “Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.

Di samping peneliti sendiri sebagai instrumen utama, penelitian ini juga akan menggunakan instrumen bantu berupa catatan lapangan (field notes),


(34)

104

lembar panduan observasi, pedoman wawancara, dokumen sekolah, foto, dan alat perekam.

F. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan sifatnya yang fenomenologis kualitatif, maka tentu saja segala data dan informasi yang dijaring dengan berbagai instrument dalam studi ini akan berupa tumpukan-tumpukan data mentah. Tidak semua data mentah itu dipindahkan ke dalam laporan penelitian, melainkan perlu dipilih, direduksi dan dianalisis berdasarkan tujuan penelitian. Jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah, disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis sehingga lebih mudah dikendalikan.

Teknik pengumpulan data mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data. Menurut Creswell (1998: 121) “Prosedur pengumpulan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari empat tipe dasar yaitu: Observasi, wawancara, dokumentasi, dan audio visual”. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Karena keseluruhan teknik ini diharapkan dapat melengkapi dalam memperoleh data yang diperlukan.

1. Observasi

Observasi adalah semua kegiatan yang diajukan untuk mengamati, merekam dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang


(35)

105

dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang ditimbulkan oleh tindakan yang terencana maupun akibat sampingan (Kasbolah, 1998/ 1999: 91). Selanjutnya Marshall dalam Sugiyono (2005: 64) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Tujuan utama dari observasi adalah untuk memantau proses, hasil, dan dampak perbaikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang direncanakan.

Dalam penelitian ini observasi dilakukan terhadap keseluruhan rangkaian penerapan nilai habituasi untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa melalui pendidikan kewarganegaraan, untuk melihat proses, keadaan dan hasilnya, apakah terjadi perkembangan pembelajaran peserta didik. Dalam kegiatan observasi ini, peneliti menggunakan jenis observasi partisipasi aktif (Aktive Partisipation): means that the researcher generally does what others in the setting do. Dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap (Sugiyono, 2005: 66). Disamping itu juga peneliti menggunakan obdervasi terbuka, yaitu menggunakan kertas kosong sebagai alat untuk mencatat kegiatan pembelajaran, setiap langkah yang dilakuakan oleh guru dan siswanya. (Wardani, et al, 2000: 3.24; Kasbolah, 1998/1999: 95).

Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang akurat maka kegiatan observasi ini dilakukan berulangkali sampai dengan diperoleh semua data yang diperlukan. Langkah-langkah observasi terdiri dari tiga tahap yaitu: pertemeuan pendahuluan, pelaksanaan observasi, dan pertemuan balikan.


(36)

106

Pertemuan pendahuluan sering disebut sebagai pertemuan perencanaan dilakuka sebelum observasi berlangsung dengan tujuan menyepakati hal-hal yang akan diamati dengan mitra peneliti. Pelaksanaan observasi dilakukan setelah adanya kesepakatan dengan guru mitra sebelumnya terhadap proses dan hasil tindakan perbaikan yang terfokus perolaku mengajar guru, perilaku belajar siswa dan interaksi antara guru dan siswa. Diskusi atau pertemuan balikan dilakukan setelah tindakan perbaikan yang diamati berakhir.

Siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan: 3.1. Langkah-langkah Observasi Sumber: Wardani, et al (2002: 2.20)

2. Wawancara

Menurut Arikunto (2002: 132) wawancara adalah suatu dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Nasution (1996: 69) mengatakan “observasi saja tidak memadai dalam melakukan penelitian, sebabnya observasi harus dilengkapi oleh wawancara. Dengan melakukan wawancara peneliti dapat memasuki dunia pikiran dan perasaan responden”.

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara dengan berbagai pihak diantaranya dengan kepala sekolah, guru mitra dan peserta didik. Wawancara dengan kepala sekolah dilakukan untuk memperoleh

Pertemuan Perencanaan


(37)

107

gambaran tentang penerapan nilai-nilai habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan dan informasi awal tentang pembelajran pendidikan kewarganegaraan di sekolah yang dipimpinnya. Wawancara dilakukan dengan guru mitra pendidikan kewarganegaraan sebagai mitra peneliti dimaksudkan untuk mendapat gambaran tentang pelakasanaan nilai-nilai habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa dikelasnya. Di samping itu wawancara dialogis dengan guru mitra dalam bentuk diskusi akan dilakukan untuk mengetahui dan mencari alternatif pemecahan masalah yang mungkin saja ditemukan ketika pelaksanaan tindakan berlangsung. Sedang wawancara dengan siswa akan dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang penerapan nilai-nilai habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa. Wawancara dengan siswa dilakukan dengan acak yang kira-kira dapat mewakili kelasnya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi sebagai tekhnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dokumen-dokumen resmi yang dimiliki sekolah dan dari guru mitra peneliti. Dokumen-dokumen resmi yang dimiliki sekolah antara lain: sejarah berdirinya sekolah, kepala-kepala sekolah yang pernah memimpin sekolah, data jumlah guru staf tata usaha dan siswa, peraturan dan tata tertib sekolah. Sedangkan dokumen guru mitra peneliti antara lain Rencana Pelaksanaan


(38)

108

Pembelajaran (RPP), buku teks yang digunakan, buku penunjang yang digunakan, daftar absensi dan daftar nilai siswa dan lain-lain.

4. Studi Literatur

Studi literatur adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian (Endang Danial AR).

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan (Nasution, 1996: 126). Selanjutnya, ia menjelaskan menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola, tema atau kategori. Menurut Sugiyono (2005: 89) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membaut kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam penelitian ini menggunakan cara yang dipakai oleh Miles dan Huberman (1992: 16-18) terdiri atas tiga jalur kegiatan secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/ verifikasi. Selanjutnya, Miles dan Huberman (1992:20) menatakan bahwa “analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan merupakan rangkaian kegiatan


(39)

109

analisis yang saling susul menyusul”. Dengan demikian analisis yang dimaksud merupakan kegiatan lanjutan dari langkah pengumpulan data.

Langakah-langkah analisis data tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Bagan: 3.2. Komponen-komponen Analisa Data Diadopsi dari Miles dan Huberman (1992: 20)

Bagan di atas dapat dijelaskan bahwa tiga jenis kegiatan utama pengumpulan data (reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/ verifikasi) merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti harus siap bergerak di antara empat sumbu kumparan itu selama pengumpula data, selanjutnya bergerak bolak balik di antara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi.

Pengumpulan Data

Kesimpulan/Verifikasi Reduksi Data


(40)

110 1. Reduksi Data (Data Reduction)

Menurut Miles dan Huberman (1992: 16) reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisa data, ini berguna untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang diperoleh. Sugiyono (2005: 92) menyatakan, mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok memfokuskan pada hal-hal yang penting. Reduksi data akan berlangsung secara terus menerus selama penelitian berlangsung.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah melakukan reduksi terhadap data yang dikumpulkan maka, peneliti menyajikan data dalam bentuk deskripsi yang berdasarkan aspek-aspek yang diteliti dan disusun berturut-turut mengenai pembelajaran yang dilakukan oleh guru dari tahap persiapan atau perencanaan sampai pada pelaksanaannya. Data yang akan dianalisis dan dideskripsikan, sebelumnya dikatagorisasikan terlebih dahulu berdasarkan masalah penelitian. Dalam hal ini pembelajaran penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum.

3. Pengambilan kesimpulan/ Verifikasi (conclusion/ verification)

Berdasarkan kegiatan tersebut di atas langkah terakhir yang dilakukan oleh peneliti adalah mengambil kesimpulan/ verifikasi. Kesimpulan merupakan


(41)

111

pemaknaan terhadap data yang telah dikumpulkan di mana kesimpulan tersebut diarahkan pada pokok permasalahan yang diteliti.

Dalam hal ini kesimpulan dilakukan secara bertahap, pertama berupa kesimpulan sementara, namun dengan bertambahnya data maka perlu dilakukan verifikasi data yaitu dengan mempelajari kembali data-data yang ada (yang direduksi maupun disajikan). Di samping itu, dilakukan dengan cara meminta pertimbangan dengan pihak-pihak yang berkenaan dengan penelitian ini, yaitu kepada pihak sekolah dan pihak guru. Setelah hal itu dilakukan, maka peneliti baru dapat mengambil keputusan akhir.

H. Validasi Data

Validasi data adalah suatu kegiatan pengujian terhadap keobjektifan dan keabsahan data. Validasi data dilakukan untuk mendapatkan data yang benar-benar mendukung dan sesuai dengan karakteristik permasalahan maupun tujuan penelitian. Tekhnik validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Triangulasi (Hopkins, 1993: 152-153) menyatakan triangulasi adalah pengecekan kebenaran data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan dengan cara mengkonfirmasi kebenaran data, yaitu upaya mendapatkan informasi dari sumber-sumber lain mengenai kebenaran data penelitian. Sumber-sumber lain yang dapat digunakan untuk konfirmasi penelitian adalah guru mitra peneliti yang terlibat langsung dalam penelitian ini, siswa, maupun guru-guru lain. Dalam hali ini peneliti membandingkan data hasil


(42)

112

wawancara dengan guru dan kepala sekolah dengan data hasil observasi, serta mencocokkan dengan guru melalui cara reflektif-kolaboratif.

2. Member-chek (Nasution, 1996: 117-118), yaitu mengecek kebenaran dan kesahihan data temuan penelitian dengan cara mengkonfirmasikannya dengan sumber data atau kepada pemberi data agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data berarti datanya valid, sehingga semakin dipercaya. Dalam proses ini data atau informasi yang diperoleh dikonfirmasikan dengan guru mata pelajaran melalui diskusi pada setiap akhir pelaksanaan tindakan, dan pada akhir keseluruhan pelaksanaan tindakan yang direncanakan sesuai dengan tujuan penelitian.

3. Expert Opinion (Wiriaatmadja, 2005: 171), yaitu kegiatan untuk menkonsultasikan hasil temuan atau meminta nasehat kepada para ahli. Dalam penelitian ini peneliti mengkonsultasikan hasil temuan-temuan kepada pembimbing untuk memperoleh arahan dan masukan terhadap masalah-masalah penelitian. Perbaikan, modifikasi atau penghalusan berdasarkan arahan atau opini pembimbing akan meningkatkan derajat kepercayaan sehingga validasi penemuan penelitian dapat dipertanggungjawabkan.


(43)

153 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan sejumlah temuan penelitian yang telah diuraikan dalam Bab IV, tampak bahwa proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum perlu diterapkan sejak dini, yaitu sejak menjadi siswa SMP Negeri 1 Rajagaluh. Dalam proses penerapan habituasi, diperlukan keterpaduan antara jenis kegiatan habituasi yang bersifat spontan, kegiatan habituasi yang bersifat rutin, kegiatan habituasi yang bersifat keteladanan, dan kegiatan habituasi yang bersifat terprogram, dengan keterpaduan seluruh komponen sekolah yang berwujud dukungan dalam pelaksanaan program habituasi di SMP Negeri 1 Rajagaluh.

Membiasakan kepada siswa untuk berperilaku yang baik, berperilaku sesuai dengan peraturan dapat dilakukan dalam kondisi apapun dan dimanapun, baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun di luar kegiatan belajar mengajar (kegiatan ekstrakurikuler). Kegiatan habituasi/ pembiasaan tersebut harus dilaksanakan secara terus menerus atau berualng-ulang secara konsisten, dengan melibatkan seluruh komponen sekolah terutama Bapak dan Ibu guru pendidikan kewarganegaraan. Tujuan proses penerapan habituasi melalui pedidikan kewarganegaraan adalah tanggung jawab guru pendidikan kewarganegaraan, nemun demikian perlu juga dukungan dari komponen


(44)

154

sekolah lainnya dalam melaksanakan proses habituasi untuk menumbuhkan kesadaran hukum.

Pelaksanaan proses habituasi dalam kenyataannya banyak hambatan yang harus dihadapi untuk dicarikan penyelasaian secara tepat dan benar. Di lapangan masih banyak ditemukan siswa yang masih sering melanggar peraturan sekolah. Peneliti memandang bahwa permasalahan tersebut adalah sebagai tantangan untuk dicarikan solusi nyata, agar siswa tersebut mampu secara sadar untuk kembali mentaati peraturan sekolah. Dengan membiasakan siswa kepada perilaku yang baik, perilaku yang taat terhadap aturan adalah salah satu solusi nyata untuk menumbuhkan kesadaran hukum di SMP Negeri 1 Rajagaluh. Proses pembiasaan tersebut dapat diwujudkan kedalam bentuk kegiatan spontan misalnya, memberi salam kepada Bapak dan Ibu guru atau komponen sekolah yang lain, kegiatan rutin seperti mengikuti upacara bendera setiap hari Senin, kegiatan keteladan seperti pemberian contoh bertutur kata sopan, berperilaku sesuai dengan peraturan, dan kegiatan terprogram seperti mengikuti kegiatan kuliah tujuh menit (kultum) yang sudah menjadi program SMP Negeri 1 Rajagaluh. Apabila kegiatan tersebut dilaksanakan secara berulang-ulang dan konsisten, maka permasalahan pelanggaran terhadap peraturan sekolah dapat teratasi dengan baik.

Pada akhirnya keterpaduan semua komponen sekolah dan kejelasan pelaksanaan program habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa, adalah hal penting yang harus ada untuk menumbuhkan perilaku siswa yang sadar hukum. Proses penerapan


(45)

155

habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan adalah proses kegiatan yang dapat diamati secara langsung dalam penerapannya, sehingga diperlukan usaha maksimal, kesabaran, dan konsistensi dalam menerapkannya agar tujuan umtuk menumbuhkan kesadaran hukum dapat terwujud.

Pada akhirnya proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan adalah salah satu cara yang efektif untuk menumbuhkan kesadaran hukum siswa di SMP Negeri 1 Rajagaluh. Karena, dengan proses penerapan habituasi siswa akan dibiasakan dengan bersikap dan berperilaku sesuai dengan peraturan yang ada di SMP Negeri 1 Rajagaluh melalui proses pembelajaran.

2. Kesimpulan Khusus

a. Proses habituasi atau disebut juga pembiasaan adalah proses yang dapat diamati/ dilihat, baik proses pembiasaan yang bersifat terprogram, rutin, spontan, maupun yang bersifat keteladanan, sehingga diperlukan keseriusan, ketelatenan, kesabaran dalam pelaksanaannya. Tindak lanjut dari proses penerapan habituasi dibutuhkan bagi siswa yang sering melanggar peraturan sekolah, dengan jalan memberi perhatian lebih bila perlu disertai pemberian sanksi yang mendidik, supaya tujuan dari penerapan habituasi untuk menumbuhkan kesadaran hukum dapat terwujud.

b. Keberhasilan proses penerapan nilai-nilai habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum dapat dicapai melalui usaha ssecara terus menerus dan konsisten, untuk memberikan


(46)

156

contoh perilaku yang baik, perilaku sesuai dengan peraturan dalam berbagai jenis kegiatan di SMP Negeri 1 Rajagaluh.

c. Sangat dibutuhkan dukungan stakeholders, guru mata pelajaran lain dan komponen sekolah lainnya dalam menunjang keberhasilan program penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka pada bagian ini dikemukakan rekomendasi yang diperkirakan dapat bermanfaat bagi pihak terkait yang peduli terhadap pembinaan siswa agar sadar dan taat terhadap aturan hukum yang ada di sekolah. Ada beberapa rekomendasi yang akan disampaikan kepada pihak-pihak terkait, yaitu:

1. Bagi guru pendidikan kewarganegaraan di lapangan diharapkan dapat merubah kerangka pemikiran tentang konsep yang memandang pembelajaran adalah proses pengalihan pengetahuan (transfer of knowledge) dari guru kepada siswa tanpa memperhatikan proses keteladanan yang merupakan salah satu contoh penerapan nilai-nilai habituasi, beralih kepada paradigma yang memandang pembelajaran sebagai proses konstruktif artinya pengetahuan akan hanya dapat diperoleh peserta didik jika peserta didik itu sendiri yang membangun pengetahuannya (ber-PKn) melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran tanpa meninggalkan proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan, sehingga siswa


(47)

157

benar-benar menjadi peserta didik yang cerdas dan berakhlak mulia akan selalu sadar terhadap aturan sekolah.

2. Kepala sekolah dan para pembantu kepala sekolah (stakeholder) sebagai pihak yang sangat strategis dan memiliki otoritas dalam mengambil dan menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, maka diharapkan mempunyai komitmen untuk memperhatikan pengadaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran yang diperlukan oleh pendidik. Kepala sekolah seyogyanya dapat memberi contoh keteladanan, bimbingan, motivasi dan kesempatan seluas-luasnya kepada para guru untuk mengembangkan potensinya dan meningkatkan kompetensinya dalam melaksanakan pembelajaran serta senantiasa mempraktekkan penerapan habituasi untuk menumbuhkan kesadaran hukum.

3. Kepada Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat dan Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu masukan dalam meningkatkan prilaku dan akhlak kepada peserta didik khususnya melalui pendidikan kewarganegaraan untuk mensikapi kondisi bangsa yang memprihatinkan. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan profesionalisme guru pendidikan kewarganegaraan, seyogyanya agar diperbanyak kegiatan-kegiatan peletihan guru dengan dipandu oleh tenaga-tenaga yang mempunyai kualitas dan kepakaran atau ahli pada bidangnya.


(48)

158

4. Karena keterbatasan penelitian ini, yang difokuskan pada proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum, barangkali perlu diupayakan suatu penelitian lebih lanjut tentang proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum.


(49)

159

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A. (1996). Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis). Jakarta: Chandra Pratama.

_____. (2007). Metodologi Penelitian dan Penelitian Karya Ilmiah. Cirebon. Stain Cirebon Press.

Arikunto, S. (1990). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.

Bogdan, Robert C. dan Biklen, SK (1982). Qualitative Research for Education and Introduction to Theory and Methods. Boston Ally and Bacon. Inc

.

Budimansyah, D. dan Suryadi, K. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Budimansyah, Dasim. (2008). Pembelajaran Pendidikan Kesadaran Hukum. Bandung: PT Genesindo.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Center for Indonesia Civic Education. (1999). Democratic Citizens in a civic Society: Building Rationales for the 21 Century’s Civic Education. Bandung.

Creswell, J. W. (1998). Qualitatif Inquiry and Research Design: Chosing Among Five Traditions: London, New Delhi: Sage Publication, Inc.

Daniel, Endang. (2007). Metode Penelitian, Laboratorium Jurusan FPIPS, UPI Bandung.

Dirdjosisworo, S. (1984). Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: CV. Rajawali.

Djahiri, A. Kosasih. (2007). Kapita Selekta Pembelajaran; Pembaharuan Paradigma PKn-PIPS-PAI. Bandung: Lab. PMPKN FPIPS UPI Bandung. _________. (2004). Memahami Makna dan Isi Pesan Pembelajaran dan

Portofolio Learning and Evaluation Based. PPs UPI.

Djahiri, AK. 1985. Strategi Pengajaran Afektif Nilai-Moral-VCT dan Games dalam VCT. LP3 IPS FKIS IKIP Bandung. Bandung: Granesia.


(50)

160

Fajar, A. (2005). Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas; Tinjauan Praksis, Makalah pada Seminar Nasional dan Rakernas Pendidikan Kewarganegaraan 2005. Bandung: Auditorium UNPAS Bandung.

Fraenkel, Jack R dan Wallen, Norman E. (1990). How To Design and Evaluate Research in Education. New York: Mc. Graw-Hill Publishing Company. Friedman, L. Penerjemah Basuki, W. (2001). Hukum Amerika, Sebuah Pengantar.

Jakarta: PT. Tatanusa.

Hamidi, J. dan Lutfi, M. (2010). Civic Education: Antara Realitas Politik dan Implementasi Hukumnya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hopkins, D. (1993). A Teachers Guide to Classroom Research. Philadelphia Open University Press.

Jordaan, W. J. et. al. (1997). General Psychology A. Psycologycal Approach. New York: Mc Graw-Hill Book Company.

Kalidjernih, FK. 2010. Kamus Studi Kewarganegaraan: Perspektif Sosiologikal dan Politikal. Jakarta: Widya Aksara Press.

Kansil, C.S.T. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kasbolah, K. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Dirjen Dikti, Depdikbud.

Kurtines, W. M. dan Gerwits. J. L. (1984). Moralitas, Perilaku Moral, Perkembangan Moral. Jakarta: UI Press.

Lincoln, Yvonna dan Guba, Egon G. (1985). Naturalistic Inquary. London New Delhi: Sage Publications.

Mertokusumo, S. (1986). Mengenal Hukum. Yogyakarta: Liberty.

Miles, M. B dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.

Mulyasa, E. (2007). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (1996). Metodologi Penelitian naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.


(51)

161

Natawidjaya, R. dan Moesa, A. M. (1991). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dirjen Dikti, PPTK.

Nugroho, dan Safari (2009). Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VII. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Paiono, (2007). Peranan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Meningkatkan Kesadarb Hukum Siswa. Tesis SPS UPI Bandung.

Prijodarminto, S. 1994. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Abdi.

Rachman, Maman. 1999. Manajemen Kelas. Jakarta: Depdiknas, Proyek Pendidikan Guru SD.

Rasjidi, L. dan Rasjidi, I. Thania. (2002). Pengantar Filsafat Hukum. Bandung: Mandar Maju.

Sanusi, A. (1991). Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata Hukum Indonesia. Bandung: Tarsito.

Soekanto, S. (1982). Keasadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. Jakarta: CV. Rajawali.

__________. (1997). Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Soekanto, S. dan Purwadi, P. (1993). Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Soeroso, R. (1992). Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Somantri, M. Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyino, (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta. Sukmadinata, Nana S. (2006). Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek

Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tanako, Soleman, B. (1993). Pokok-Pokok Studi Hukum dalam masyarakat. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Wahab, A. Azis. Dkk. (1986). Metode Pengembangan Kurikulum IPS dalam Kurikulum Sekolah. FKIS IKIP Bandung.


(52)

162

Wasliman, I. (2002). Accelerated Learning, Pola Belajar yang Cepat, Tepat, Efektif dan Menyenangkan, (Makalah). Dinas Pendidikan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat.

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PPs UPI dengan Remaja Rosdakarya.

Tesis, dan Internet

Aniaty, Dewi. 2008. Pembinaan Kesadaran Hukum Siswa dalam Implementasi Program Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan Sekolah melalui Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan. Tesis pada sekolah Pasca Sarjana UPI. Tidak diterbitkan

Darkam, D. (2009). Peranan Sosialisasi Pemilu di Komoisi Pemilihan Umum Dan Implementasinya Terhadap Pengembangan Partisipasi Politik Warga Negara. Tesis SPS UPI Bandung.

Rabani, L. (2000). Pengembangan Kesadaran Hukum Melalui Metode Mengajar Bermain Peran Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Tesis PPS UPI Bandung.

Siswinarti. (2010). Perbedaan Perilaku Keagamaan antara Siswa Laki-Laki dan Perempuan di SMP Negeri 1 Rajagaluh. Tesis, IAIN Syeikh Nurjati Cirebon.

Fahmi Awaludin http://25fahmi.wordpress.com/2010/06/22/pengembangan-diri-kegiatan-belajar-pembiasaan/

http://www.alhassanain.com/indonesian/book/book/family_and_community_l ibrary/family_and_child/mendidik_anak/033.html

Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


(1)

157

benar-benar menjadi peserta didik yang cerdas dan berakhlak mulia akan selalu sadar terhadap aturan sekolah.

2. Kepala sekolah dan para pembantu kepala sekolah (stakeholder) sebagai pihak yang sangat strategis dan memiliki otoritas dalam mengambil dan menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, maka diharapkan mempunyai komitmen untuk memperhatikan pengadaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran yang diperlukan oleh pendidik. Kepala sekolah seyogyanya dapat memberi contoh keteladanan, bimbingan, motivasi dan kesempatan seluas-luasnya kepada para guru untuk mengembangkan potensinya dan meningkatkan kompetensinya dalam melaksanakan pembelajaran serta senantiasa mempraktekkan penerapan habituasi untuk menumbuhkan kesadaran hukum.

3. Kepada Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat dan Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu masukan dalam meningkatkan prilaku dan akhlak kepada peserta didik khususnya melalui pendidikan kewarganegaraan untuk mensikapi kondisi bangsa yang memprihatinkan. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan profesionalisme guru pendidikan kewarganegaraan, seyogyanya agar diperbanyak kegiatan-kegiatan peletihan guru dengan dipandu oleh tenaga-tenaga yang mempunyai kualitas dan kepakaran atau ahli pada bidangnya.


(2)

158

4. Karena keterbatasan penelitian ini, yang difokuskan pada proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum, barangkali perlu diupayakan suatu penelitian lebih lanjut tentang proses penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan kesadaran hukum.


(3)

159

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A. (1996). Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis). Jakarta: Chandra Pratama.

_____. (2007). Metodologi Penelitian dan Penelitian Karya Ilmiah. Cirebon. Stain Cirebon Press.

Arikunto, S. (1990). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.

Bogdan, Robert C. dan Biklen, SK (1982). Qualitative Research for Education and Introduction to Theory and Methods. Boston Ally and Bacon. Inc

.

Budimansyah, D. dan Suryadi, K. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Budimansyah, Dasim. (2008). Pembelajaran Pendidikan Kesadaran Hukum. Bandung: PT Genesindo.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Center for Indonesia Civic Education. (1999). Democratic Citizens in a civic Society: Building Rationales for the 21 Century’s Civic Education. Bandung.

Creswell, J. W. (1998). Qualitatif Inquiry and Research Design: Chosing Among Five Traditions: London, New Delhi: Sage Publication, Inc.

Daniel, Endang. (2007). Metode Penelitian, Laboratorium Jurusan FPIPS, UPI Bandung.

Dirdjosisworo, S. (1984). Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: CV. Rajawali.

Djahiri, A. Kosasih. (2007). Kapita Selekta Pembelajaran; Pembaharuan Paradigma PKn-PIPS-PAI. Bandung: Lab. PMPKN FPIPS UPI Bandung. _________. (2004). Memahami Makna dan Isi Pesan Pembelajaran dan

Portofolio Learning and Evaluation Based. PPs UPI.

Djahiri, AK. 1985. Strategi Pengajaran Afektif Nilai-Moral-VCT dan Games dalam VCT. LP3 IPS FKIS IKIP Bandung. Bandung: Granesia.


(4)

160

Fajar, A. (2005). Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas; Tinjauan Praksis, Makalah pada Seminar Nasional dan Rakernas Pendidikan Kewarganegaraan 2005. Bandung: Auditorium UNPAS Bandung.

Fraenkel, Jack R dan Wallen, Norman E. (1990). How To Design and Evaluate Research in Education. New York: Mc. Graw-Hill Publishing Company. Friedman, L. Penerjemah Basuki, W. (2001). Hukum Amerika, Sebuah Pengantar.

Jakarta: PT. Tatanusa.

Hamidi, J. dan Lutfi, M. (2010). Civic Education: Antara Realitas Politik dan Implementasi Hukumnya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hopkins, D. (1993). A Teachers Guide to Classroom Research. Philadelphia Open University Press.

Jordaan, W. J. et. al. (1997). General Psychology A. Psycologycal Approach. New York: Mc Graw-Hill Book Company.

Kalidjernih, FK. 2010. Kamus Studi Kewarganegaraan: Perspektif Sosiologikal dan Politikal. Jakarta: Widya Aksara Press.

Kansil, C.S.T. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kasbolah, K. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Dirjen Dikti, Depdikbud.

Kurtines, W. M. dan Gerwits. J. L. (1984). Moralitas, Perilaku Moral, Perkembangan Moral. Jakarta: UI Press.

Lincoln, Yvonna dan Guba, Egon G. (1985). Naturalistic Inquary. London New Delhi: Sage Publications.

Mertokusumo, S. (1986). Mengenal Hukum. Yogyakarta: Liberty.

Miles, M. B dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.

Mulyasa, E. (2007). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (1996). Metodologi Penelitian naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.


(5)

161

Natawidjaya, R. dan Moesa, A. M. (1991). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dirjen Dikti, PPTK.

Nugroho, dan Safari (2009). Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VII. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Paiono, (2007). Peranan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Meningkatkan Kesadarb Hukum Siswa. Tesis SPS UPI Bandung.

Prijodarminto, S. 1994. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Abdi.

Rachman, Maman. 1999. Manajemen Kelas. Jakarta: Depdiknas, Proyek Pendidikan Guru SD.

Rasjidi, L. dan Rasjidi, I. Thania. (2002). Pengantar Filsafat Hukum. Bandung: Mandar Maju.

Sanusi, A. (1991). Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata Hukum Indonesia. Bandung: Tarsito.

Soekanto, S. (1982). Keasadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. Jakarta: CV. Rajawali.

__________. (1997). Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Soekanto, S. dan Purwadi, P. (1993). Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Soeroso, R. (1992). Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Somantri, M. Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyino, (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta. Sukmadinata, Nana S. (2006). Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek

Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tanako, Soleman, B. (1993). Pokok-Pokok Studi Hukum dalam masyarakat. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Wahab, A. Azis. Dkk. (1986). Metode Pengembangan Kurikulum IPS dalam Kurikulum Sekolah. FKIS IKIP Bandung.


(6)

162

Wasliman, I. (2002). Accelerated Learning, Pola Belajar yang Cepat, Tepat, Efektif dan Menyenangkan, (Makalah). Dinas Pendidikan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat.

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PPs UPI dengan Remaja Rosdakarya.

Tesis, dan Internet

Aniaty, Dewi. 2008. Pembinaan Kesadaran Hukum Siswa dalam Implementasi Program Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan Sekolah melalui Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan. Tesis pada sekolah Pasca Sarjana UPI. Tidak diterbitkan

Darkam, D. (2009). Peranan Sosialisasi Pemilu di Komoisi Pemilihan Umum Dan Implementasinya Terhadap Pengembangan Partisipasi Politik Warga Negara. Tesis SPS UPI Bandung.

Rabani, L. (2000). Pengembangan Kesadaran Hukum Melalui Metode Mengajar

Bermain Peran Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan (PPKn). Tesis PPS UPI Bandung.

Siswinarti. (2010). Perbedaan Perilaku Keagamaan antara Siswa Laki-Laki dan Perempuan di SMP Negeri 1 Rajagaluh. Tesis, IAIN Syeikh Nurjati Cirebon.

Fahmi Awaludin http://25fahmi.wordpress.com/2010/06/22/pengembangan-diri-kegiatan-belajar-pembiasaan/

http://www.alhassanain.com/indonesian/book/book/family_and_community_l ibrary/family_and_child/mendidik_anak/033.html

Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Dokumen yang terkait

PENGARUH HABITUASI, MEDIA SOSIAL DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP KESADARAN LINGKUNGAN SISWA SMA : Studi Survei pada SMA Negeri Se-Kota Bandung.

1 14 76

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ANTI KORUPSIMELALUI HABITUASI DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER SISWA UNTUK MEMBANGUN KARAKTER SISWA :Studi Deskriptif di SMP Negeri 1 Cianjur-Jawa Barat.

0 9 54

PENERAPAN METODE EXPERIENTIAL BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK MENUMBUHKAN CIVIC DISPOSITIONS PADA SISWA.

0 1 47

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL JURISPRUDENSIAL DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN HUKUM SISWA:Studi deskriptif pada siswa kelas XI teknik komputer di SMK ulil albab depok kabupaten cirebon.

1 4 40

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HABITUASI TERHADAP KESADARAN LINGKUNGAN HIDUP SISWA SMP.

1 2 49

LPSE Kabupaten Majalengka 3 RUP KEC RAJAGALUH

0 0 2

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN KONSTITUSI SISWA (Studi Deskriptif Analitis Terhadap Siswa SMA Negeri di Kabupaten Purbalingga)

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN KONSTITUSI SISWA (Studi Deskriptif Analitis Terhadap Siswa SMA Negeri di Kabupaten Purbalingga) - repository

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan - PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN KONSTITUSI SISWA (Studi Deskriptif Analiti

0 0 33

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP PRODUKTIVITAS USAHA KECIL DESA RAJAGALUH KEC. RAJAGALUH KABUPATEN MAJALENGKA (Studi Kasus Nasabah BMT Al Islah Kantor Kas Rajagaluh Kec. Rajagaluh Kab. Majalengka) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 3 97