KEMAMPUAN BERBICARA DAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JURISPRUDENSIAL TERHADAP SISWA KELAS XI SMK CITRA BANGSA.
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR BAGAN ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah... 6
1.3 Rumusan Masalah ... 7
1.4 Tujuan Penelitian ... 8
1.5 Manfaat Penelitian ... 8
1.6 Hipotesis ... 9
1.7 Definisi Operasional ... 10
BAB II KEMAMPUAN BERBICARA DAN PENERAPAN MODEL JURISPRUDENSIAL MELALUI DISKUSI 2.1 Kemampuan Berbicara ... 11
(2)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2.1.2 Tujuan Berbicara ... 12
2.1.3 Ciri Khusus Berbicara ... 13
2.1.4 Faktor-faktor Penunjang Kegiatan Berbicara ... 17
2.1.5 Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara ... 18
2.1.6 Penilaian Keterampilan Berbicara ... 18
2.2 Fungsi Bahasa ... 19
2.3 Pengertian Model Pembelajaran ... 21
2.3.1 Model Pembelajaran Sosial ... 22
2.3.2 Jenis-jenis Model Pembelajaran Sosial ... 23
2.3.2.1 Investigasi Kelompok ... 23
2.3.2.2 Jurisprudensial ... 23
2.3.2.3 Bermain Peran ... 23
2.3.2.4 Simulasi ... 23
2.3.2.5 Inquiri Sosial ... 24
2.4 Model Jurisprudensial ... 24
2.4.1 Prinsip-prinsip Reaksi ... 25
2.4.2 Langkah-langkah Pembelajaran Jurisprundesial ... 26
2.5 Ruang Lingkup Diskusi ... 28
2.5.1 Pengertian Diskusi ... 28
2.5.2 Tujuan Diskusi ... 29
2.5.3 Jenis-jenis Diskusi ... 30
2.5.3.1 Diskusi Kelompok Studi ... 30
(3)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2.5.3.3 Konferensi ... 31
2.5.3.4 Diskusi Panel ... 32
2.5.3.5 Simposium ... 33
2.5.4 Langkah-langkah Berdiskusi ... 33
2.5.4.1 Langkah Persiapan ... 33
2.5.4.2 Pelaksanaan Diskusi ...33
2.5.4.3 Penyelesaian ... 35
2.5.4.4 Tindak Lanjut ... 35
2.5.5 Pihak-pihak dalam Diskusi ... 35
2.5.6 Norma Diskusi ... 36
2.6 Kemampuan Berbicara dalam Kurikulum ... 37
2.6.1 Penilaian Berbicara ... 37
2.6.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berbicara ... 38
BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 42
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 44
3.3 Variabel Penelitian ... 45
3.4 Sumber Data dan Lokasi Penelitian ... 44
3.5 Prosedur dan Tahapan Penelitian ... 46
3.5.1 Prosedur Penelitian ... 45
(4)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3.5.3 Tahap Analisis ... 48
3.6 Instrumen Penelitian ... 48
3.6.1 Tes ... 49
3.6.2 Observasi ... 55
3.6.3 Angket ... 55
3.6.4 Prosedur Pelaksanaan Penerapan Model Jurisprudensial ... 56
3.6.5 Uji Coba Instrumen ... 58
3.7 Analisis Data ... 60
BAB 1V ANALISIS KEGIATAN BERBICARA 4.1 Deskripsi kegiatan berbicara 1 ... 62
4.1.1 Fungsi Bahasa ... 64
4.1.2 Penggunaan Bahasa ... 65
4.1.2.1 Pilihan kata ... 65
4.1.2.2 Struktur Kata ... 71
4.1.2.3 Pelafalan ... 73
4.2 Deskripsi Kegiatan Berbicara 2 ... 74
(5)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4.2.2 Penggunaan Bahasa ... 84
4.2.2.1 Pilihan Kata ... 84
4.2.2.2 Struktur Kata ... 92
4.3 Pembahasan ... 95
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 5.1 Deskripsi Gambaran Pembelajaran Keterampilan Berbicara... 99
5.1.1 Hasil Observasi ... 99
5.1.2 Hasil Angket ... 103
5.2 Perencanaan Model Pembelajaran ... 104
5.3 Deskripsi Pelaksanaan Model Pembelajaran Jurisprudensia... 108
5.3.1 Pendahuluan ... 109
5.3.2 Kegiatan Inti ...110
5.3.3 Penutup ... 110
5.4 Deskripsi Hasil Pembelajaran Berbicara... 111
5.4.1 analisis DataTes awal (Pretes) ... 111
5.4.1.1 Analisis Diksi ... 111
5.4.1.2 Analisis Pelafalan ... 119
5.4.1.3 Analisis struktur ... 120
5.4.1.4 Analisis Intonasi ... 122
(6)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5.4.1.6 Analisis Sikap ... 124
5.4.1.7 Analisis Penguasaa Medan ... 125
5.4.1.8 Analisis Mimik ... 125
5.4.2 Analisis Data Tes Akhir (Protes) ... 127
5.4.2.1 Analisis Diksi ... 127
5.4.2.2 Analisis Pelafalan ... 131
5.4.2.3 Analisis Struktur ... 132
5.4.2.4 Analisis Intonasi ... 134
5.4.2.5 Analisis Materi ... 137
5.4.2.6 Analisis Sikap ... 140
5.4.2.7 Analisis Medan ... 141
5.4.2.8 Analisis Mimik ... 143
5.5 Pengujian Hipotesis ... 152
5.5.1 Analisis Bivariat ... 152
5.5.2 Uji Normalitas ... 153
5.5.3 Uji Beda Rata-Rata Dua Data Berpasangan Untuk Kelas Eksperimen yang Diberikan Metode Diskusi... 157
5.5.4 Uji Beda Rata-Rata Dua Data Berpasangan Untuk Kelas Kontrol yang Diberikan Metode Presentasi ... 159
5.5.5 Uji Homogenitas Varians ... 161
5.5.6 Uji Beda Rata-Rata Untuk Dua Sampel Independen ... 161
5.6 Analisis Kesulitan Proses Belajar Mengajar dalam Pembelajaran Berbicara dengan Model Jurisprudensial ... 164
(7)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5.6.1 Analisis Hasil Observasi ... 164
5.6.2 Anakisis Hasil Angket ... 166
5.7 Pembahasan ... 166
5.7.1 Gambaran Pembelajaran Keterampilan Berbicara... 167
5.7.2 Perencanaan Model Pembelajaran Jurisprudensial ... 168
5.7.3 Keefektifan Penerapan model Jurisprudensial ... 171
5.7.4 Hambatan dan Kesulutan Penerapan Model Jurisprudensial .. 175
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 177
6.2 Saran ... 181
DAFTAR PUSTAKA... ...182 LAMPIRAN
(8)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Variabel Penelitian ... 45 Bagan 3.2 Prosedur Pelaksanaan Model Jurisprudensial melalui Diskusi ... 58
(9)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kegiatan Uji Coba ... 58
Tabel 5.1 Perbedaan Penilaian Intonasi Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Eksperimen ... 136
Tabel 5.2 Perbedaan Penilaian Penguasaan Materi Tes Awal dan Tes Akhir kelas Eksperimen Tabel 5.3 Perbedaan Penilaian Penguasaan Medan Tes Awal dan Tes Akhir kelas Eksperimen ... 142
Tabel 5.4 Perbedaan Penilaian Mimik Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Eksperimen ... 145
Tabel 5.5 Penilaian Pembelajaran Berbicara Kelas Eksperimen pada Tes awal ... 147
Tabel 5.6 Penilaian Pembelajaran Berbicara Kelas Eksperimen pada Tes Akhir ... 149
Tabel 5.7 Penilaian Pembelajaran Keterampilan Berbicara Kelas Kontrol pada Tes Awal ... 150
Tabel 5.8 Penilaian Pembelajaran Keterampilan Berbicara Kelas Kontrol pada Tes Akhir ... 151
Tabel 5.9 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ... 153
Tabel 5.10 Uji Normalitas Protest Kelas Eksperimen ... 154
Tabel 5.11 Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ... 155
(10)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 5.13 Uji Beda Rata-Rata Dua Data Berpasangan Untuk Kelas Eksperimen yang Diberikan Metode Diskusi... 158 Tabel 5.14 Uji Beda Rata-Rata Dua Data Berpasangan Untuk Kelas Kontrol yang
Diberikan Metode Presentasi ... 160 Tabel 5.3 Uji Beda Rata-Rata Untuk Dua Sampel Independen ... ... 161
(11)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
(12)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini, digunakan untuk memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia. Bahasa dianggap sebagai alat yang paling sempurna dan mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan baik mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun yang bersifat abstrak. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan.
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah tidak hanya menekankan pada teori, tetapi siswa dituntut untuk mampu menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi.
(13)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan, 1983:86).
Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa juga dinyatakan oleh Farris (Supriyadi, 2005:179) bahwa pembelajaran keterampilan berbicara penting dikuasai siswa agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.
Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para siswa karena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara mereka. Siswa yang tidak mampu berbicara dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Berbicara tidak diajarkan sebagai suatu pokok bahasan yang berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan dalam pembelajaran bahasa bersama dengan keterampilan berbahasa yang lain. Kenyataan teresebut dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajaran bahasa, keterampilan berbahasa tertentu dapat dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Pengaitan keterampilan berbahasa yang dimaksud tidak selalu melibatkan keempat keterampilan berbahasa sekaligus, melainkan hanya menggabungkan dua keterampilan berbahasa saja sepanjang aktivitas berbahasa yang dilakukan bermakna.
(14)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dalam kegiatan belajar mengajar, melatih kemampuan berbicara pada siswa tidak cukup dengan diajarkan saja. Siswa tidak akan memperoleh keterampilan berbicara hanya dengan menunggu, mendengarkan, atau mencatat uraian guru. Keterampilan berbicara memerlukan latihan dan praktek yang berkelanjutan. Selain latihan dan praktek yang berkelanjutan, dalam mempersiapkan pembelajaran berbicara banyak hal yang perlu dilakukan. Disamping menyusun rencana pembelajaran, guru harus memiliki model yang tepat agar bahan pembelajaran dapat disajikan dan proses belajar mengajar lebih efektif dengan perencanaan yang telah disusun.
Mengingat begitu pentingnya pembelajaran dalam keterampilan berbicara. Pengajar berusaha menciptakan proses pembelajaran yang lebih epektif, dengan cara menggunakan strstegi-strategi pembelajaran, menerapkan berbagai model pembelajaran, dan memakai media pembelajaran yang dapat membantu meningkatakan pembelajaran yang lebih baik. Dalam keterampilan berbicara, tidak sedikit siswa yang tidak mampu berbicara di depan umum. Timbulnya hambatan psikologi dan tekatan-tekanan pada para siswa, sehingga mereka tidak dapat menguasai dirinya, apa yang dibicarakan siswa tersebut menjadi kurang bisa dimengerti apa yang akan disampaikan. Bahkan tidak sedikit yang ketika tampil di depan umum, apa yang akan dibicaran menjadi hilang. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dari beberapa siswa.
Faktor lain yang menjadi penyebab kurang berhasilnya pembelajaran, menurut rujukan-rujukan hasil observasi, dan hasil angket siswa yang diberikan sebelum perlakuan pembelajaran, di antaranya dalam penerapan model- model
(15)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang di lakukan pengajar untuk meningkatkan keterampilan berbicara, tidak semua berjalan dengan efektif. Guru lebih banyak menekankan teori dan pengetahuan bahasa dari pada menggunakan keterampilan bahasa. Di samping itu, proses belajara mengajar lebih banyak didominasi oleh guru dan kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan serta. Selain itu, tema yang dibawakan kurang menarik bagi para siswa, siswa juga merasa terbatasi dalam menyampaikan saran dan ide. Sehingga tidak semua siswa mampu berbicara dengan baik, karena tidak semua siswa mempunyai dorongan untuk menyampaiakn saran atau idenya, bahkan untuk mempertahankan argumennya.
Pentingnya keterampilan berbicara dalam komunikasi juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa, apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antar individu, sedangkan keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.
Pengungkapan fakta-fakta, pertanyaan-pertanyaan, ide,dan gagasan yang muncul pada diri siswa ketika siswa tersebut ikut berperan aktif atau terlibat langsung dalam situasi yang sedang berlangsung. Situasi yang sedang berlangsung dapat diartikan sebagai situasi di lingkungan sekolah ataupun dilingkungan masyarakat. Lingkungan sekolah ataupun lingkungan masyarakat
(16)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
banyak hal-hal yang dapat dijadikan bahan pembelajaran. Dalam kehidupan bermasyarakat banyak hal yang terjadi, terutama banyak permasalahan yang akan timbul dari perbedaan pandangan atau paham pada suatu kebijakan atau perkembangan yang sedang berlangsung. Siswa dilatih untuk peka terhadap permasalahan sosial, mengambil posisi (sikap) terhadap permasalahn tersebut, serta mempertahankan sikap tersebut dengan argumentasi yang relevan dan valid (Uno, 2007: 31).
Siswa sebagai bagian dari masyarakat mempunyai kepentingan untuk dapat mengetahui keadaan yang belangsung, dapat menilai seta memposisikan dirinya pada situasi yang belangsung. Kehidupan sosial yang kerap pada siswa menuntut pembelajaran menggunakan metode atau pendekatan sosial dalam proses belajar mengajar berlangsung. Pendekatan sosial menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain (Uno, Ibrahin B 2007:31). Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran jurisprudensial atau model isu-isu kontrovensial, yaitu model yang difokuskan pada peningkatan kemampuan individu dalam hubungan dengan orang lain.
Melihat begitu pentingnya kedudukan sosial pada dunia pendidikan terutama dalam pembelajaran, telah banyak dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Namun, dari hasil-hasil penelitian yang penulis temui. Sebagian besar pendekatan pembelajaran sosial atau model jurisprudensial ini diterapkan pada pembelajaran mata pelajaran lain, seperti mata pelajaran PKN, ilmu hukum, dan ilmu Pengetahuan Sosial. Dan telah ditemukan baru-baru ini, penelitian jurisprudensial pada bahasa Indonesia. Menurut peneliti terdahulu model
(17)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembelajaran jurisprudensial mampu mengembangkan kemampuan siswa dan proses belajar mengajar lebih efektif.
Untuk mengaplikasikan model jurisprudensial pada keterampilan berbicara, penilaian pun dilakukan melalui diskusi kelompok. Diskusi diartikan sebagai silang pendapat antara pihak pendukung dan pihak penyangkal. Melalui dikusi siswa lebih bebas berpikir mengeluarkan pendapatnya serta mengeluarkan argumennya, sehingga kemampuan dalam keterampilan berbicarapun terus berkembang.
Oleh karena itu berdasarkan beberapa alasan yang telah dikemukakan, begitu pentingnya keterampilan berbicara sebagai salah satu alat komunikas masyarakat dalam mengungkapkan gagasan atau pesan secara lisan serta masih rendahnya kemampuan berbahasa siswa terutama dalam aspek berbicara, maka penulis memandang perlu untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul "
KEMAMPUAN BERBICARA DAN PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN JURISPRUDENSIAL TERHADAP SISWA KELAS XI
SMK CITRA BANGSA”
1.2Identivikasi Masalah
Dari judul penelitian di atas, dapat diidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam kemampuan berbicara sebagai berikut :
1. Yang berkaitan dengan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam kemampuan berbicara. Masalah-masalah yang terkait dengan kemampuan berbicara siswa;
(18)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Masalah yang terkait dengan kemampuan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan berbicara dan hambatan-hambatan apa yang dihadapi guru dalam pelaksaan pembalajaran penerapan model jurisprudensial;
3. Proses pembelajaran yang langsung melibatkan siswa kedalam situasi yang sedang berlangsung;
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mendesain model pembelajaran jurisprudensial mengenai isu-isu kontroversial dapat meningkatakan kemampuan berbicara para siswa dengan mempersiapkan pembelajaran.
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka secara umum penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut. Untuk memperjelas masalah, maka permasalahan di atas dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan berikut:
1. Bagaimana gambaran pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas XI SMK Citra Bangsa ?
2. Bagaimana rancangan penerapan model jurisprudensial untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas XI SMK Citra Bangsa?
3. Seberapa besar keefektifan penerapan model jurisprudensial terhadap keterampilan berbicara?
4. Apa hambatan dan kesulitan dalam penerapan model jurisprudensial untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas XI SMK Citra Bangsa?
(19)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1.4Tujuan Penelitian
1. Untuk mengatahui gambaran pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas XI SMK Citra Bangsa;
2 Untuk mengetahui rancangan penerapan model jurisprudensial untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas XI SMK Citra Bangsa; 3 Untuk mengetahui keefektifan penerapan model jurisprudensial terhadap
keterampilan berbicara;
4 Untuk mengetahui hambatan dan kesulitan dalam penerapan model jurisprudensial untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas XI SMK Citra Bangsa.
1.5Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Guru memberikan kajian dan informasi mengenai penerapan model jurisprudensial untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas XI SMK Citra Bangsa sehingga pembelajaran bahasa Indonesia dapat lebih menyenangkan dan bermakna serta kualitas pembelajaran bahasa Indonesia lebih meningkat.
2. Siswa mendapat pengetahuan dan pengalaman sehingga siswa memiliki wawasan, dan dapat tampil lebih percaya diri, terutama keterampilan berbicara siswa lebih meningkat.
3. Memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran kemampuan berbicara dalam mengeluarkan argumentasi serta memberikan pandapat
(20)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dengan penggunaan bahasa yang baik, serta dapat meningkatkan kreativitas pembelajaran dalam proses belajar mengajar dan dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan efektifitas pembelajaran kemampuan berbicara.
4. Dapat memberikan motivasi bagi siswa dalam pengembangan kemampuan berbicara.
5. Para siswa diharapkan terlibat langsung dalam proses belajar mengajar. Dan lebih peka terhadap gejolak- gejolak yang berkembang dan muncul di masyarakat.
1.6 Hipotesis
Bertitik tolak pada latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pelitian, dan manfaat penelitian, maka hipotesis penelitian ini, yaitu
H1 : ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar belajar siswa yang menggunakan pembelajaran persentasi dengan hasil belajar siswa yang diberikan pembelajaran dengan pembelajaran berbicara siswa dengan peneran model jurisprudensial.
Ho : tidak ada perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran persentasi dengan hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan penerapan Model Jurisprudensial untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas XI SMK Citra Bangsa.
(21)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1.7Definisi Operasional
1.7.1 Penerapan model jurisprudensial
Sesuatu yang mudah diterima oleh seseorang atau kelompok tetapi juga mudah ditolak orang atau kelompok lain. Isu Kontroversual lahir dari perbedaan pendapat dan isu kontroversual pun dapat mengakibatkan perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat muncul dari perbedaan pandangan seseorang terhadap sebuah fakta.
1.7.2 Diskusi
siswa menjadi dua kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian persentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok, kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya, begitu seterusnya secara bergantian. Guru membimbing membuat kesimpulan.
1.7.3 Kemampuan berbicara
Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan; menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Kemampuan berbicara dalam penelitian ini diarahkan pada kemampuan Berbicara, meliputi pelafalan dan intonasi, pilihan kata/kosa kata, dan struktur kata.. Penampilan, meliputi gerak-gerik & mimik, dan volume suara.
(22)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini mengunakan metode eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematik, logis, dan teliti di dalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam penelitian eksperimen peneliti memanipulasikan sesuatu stimuli, tritmen atau kondisi-kondisi eksperimental, kemudian mengobservasi pengaruh yang diakibatkan oleh adanya perlakuan atau manipulasi tersebut ( Riyanto, 2010:35 ).
Penelitian eksperimental merupakan suatu metode yang sistematis dan logis untuk melihat kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliti, dengan memanifulasi suatu perlakuan, stimulus, dan kondisi-kondisi tertentu, kemudian mengamati pengaruh atau perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi (Syamsuddin dan Vismaia, 2007: 168). Alasan mengunakan metode eksperimen karena penelitian ini melibatkan kegiatan percobaan untuk melihat hasil yang diketahui dari variabel yang diselidiki. Keberhasilan pelaksaanan eksperimen banyak ditentukan oleh ketelitian dalam melakukan pengamatan atau kontrol terhadap gejala yang muncul serta situasi munculnya gejala. Desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah eksperimen quasi yang mengambil bentuk penilaian pre-test post-test control group design.
(23)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Metode eksperimen quasi dipandang relevan digunakan karena (1) terpusat pada pemecahan masalah yang akurat, (2) data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dianalisis kemudian disimpulkan, dan (3) adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara random. Penelitian ini dilaksanakan pada dua kelas, yaitu dipilih secara rendom berupa kelas eksperimen yang diberi perlakuan dan kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan. Kelompok eksperimen dengan model jurisprudensial sedangkan kelompok kontrol dengan persentasi.
Pada dasarnya rancangan eksperimen menggambarkan perosedur yang memungkinkan peneliti menguji hipotesis penelitiannya.
A O1 X O2
R
B O3 C O4
Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan :
R :penentuan sampel A : kelompok eksperimen B : kelompok kontrol
O1 : tes awal pada kelompok eksperimen O2 : tes akhir pada kelompok eksperimen O3 : tes awal pada kelompok kontrol O4 : tes akhir pada kelompok kontrol
X : pengajaran dengan model pembelajaran jurisprudensial 42
(24)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C : pengajaran model pembelajaran persentasi.
Berdasarka penjelasan di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa penelitian eksperimen quasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari suatu perlakuan yang diberikan dalam waktu tertentu.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populai adalah kesuluruhan sabjek penelitian. Suatu populasi menunjukkan pada sekolompok subjek yang menjadi objek penelitian, baik dalam bentuk manusia maupun bukan manusia. Sebagai sumber data penelitian, maka populasi dalam penelitian ini terdiri dari seluruh siswa kelas XI SMK Citra Bangsa yang berjumlah 155 orang.
Sampel adalah sebagai atau wakil populasi yang akan diteliti maka sampel dari penelitian ini adalah 20% dari jumlah populasi. Hal ini didasarkan pada pendapat Arikunto (1992: 107) yang menyatakan bahwa sampel dilakukan untuk sekedar perkiraan, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Tetapi jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10% sampai 15% atau 20% sampai 25% atau lebih.
Jumlah siswa yang dijadikan sampel sebanyak dua kelas yang terdiri atas 60 siswa. Jumlah ini dibagi dua kelompok yaitu 30 siswa dijadikan kelas eksperimen (KE) dan kelas kedua berjumlah sama untuk sijadikan kelas kontrol (KK).
(25)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3.3Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah penerapan model jurisprudensial (X) sedangkan variabel terikatnya adalah keterampilan berbicara Bahasa Indonesia (Y).
Hubungan antara variabel tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Bagan 3.1 : Variabel Penelitian
Keterangan :
X = Variabel bebas Y = Variabel terikat
3.4Sumber Data dan Lokasi Penelitian
Y
Keterampilan berbicara X
Penerapa model jurisprudensial melalui
(26)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Citra Bangsa Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta, dan subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Citra Bangsa. Dalam menentukan kelas kontrol dan eksperimen peneliti tidak menggunakan teknik sampling, tetapi semua siswa kelas XI dijadikan sebagai subjek penelitian. Dengan demikian di SMK Citra Bangsa terdapat sejumlah 60 siswa dari 2 kelas yang dimiliki. Dari kelas kontrol sebanyak 30 siswa dengan penerapan model diskusi, sedangkan kelas eksperimen, 30 siswa dengan penerapan model pembelajaran jurisprudensial melalui diskusi. Penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik, homogenitas dan heterogenitas SMK yang ada, termasuk memperhatikan keterbatasan penulis.
3.5Prosedur dan Tahapan Penelitian
Dalam penelitian ini tahap demi tahap dilakukan secara berkesinambungan sehingga tercapai tujuan yang diinginkan, dengan respon yang diharapkan, maka peneliti dapat menyelesaikan hingga tahap terakhir.
3.5.1 Prosedur Penelitian
Melliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Melakukan observasi pendahuluan melalui wawancara dengan Guru yang mengajar Bahasa Indonesia untuk memperoleh informasi tentang pelaksaanaan keterampilan berbicara, hambatan-hambatan yang dihadapai dalam pembelajaran berbicara, kajian data sebagai studi literatur, penelitian skala kecil, dan perkembangan-pertimbangan dari segi nilai.
(27)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Menyapakati dengan Guru tentang pelaksaan pembelajaran berbicara dengan menerapkan model jurisprudensial melalui diskusi pada kelas eksperimen, yaitu Guru melakukan proses pembelajarannya sedangkan penelitian sebagai observasi dan patner Guru, pembelajaran dilaksanakan sesuai jadwal yang telah direncanakan.
c. Merencanakan, menyusun rencana penelitian, meluputi kemampuan-kemampuan yang dilakukan dalam pelaksaan penelitian, rumusan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau lengkah-langkah penelitian.
d. Melakukan uji instrumen, yaitu dengan cara meminta pertimbangan dua orang sebagai penilai instrumen yang akan digunakan.
e. Memberikan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
f. Memperkenalkan model pembelajaran berbicara dengan model jurisprudensial yaitu memberikan palatihan atau penjelasan tentang stategi, langkah-langkah dan cara penerapannya kepada Guru yang akan melaksanakan stategi pembelajaran pada kelas eksperimen.
g. Pemberian perlakuan kepada kelas eksperimen dengan model jurisprudensial melalui diskusi dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
h. Memberikan postest kepada kelas eksperimen untuk mengetahui keterampilan berbicara setelah diberi perlakuan.
(28)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
i. Menggunakan uji beda setelah sebelumnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas variabel data yang ada untuk menguji apakah perbedaan keterampilan berbicara antara hasil prestest dan postest signifikan hanya terjadi secara kebetulan saja.
j. Melakukan analisis data dari hasil observasi. k. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian
3.5.2 Tahap Penelitian
Penelitian dilakukan terlebih dahulu dilakukan identifikasi masalah denga studi literatur terhadap standar isi mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menganalisis tujuan pembelajaran sehingga ditemukan konsep-konsep pembelajaran yang berupa kompetensi dasar berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran.
Selanjutnya, disusun skenario pembelajaran dengan menggunakan model jurisprudensial melalui diskusi yang dikembangkan terhadap keterampilan mengungkapkan pendapat, pengalaman, argumen, dan sikap dalam mempertahankan pendapat secara lisan melalui kegiatan berbicara. Kemudian, dilakukan studi keterampilan berbicara untuk menentukan indikator-indikator yang akan dikembangkan dalam model jurisprudensial melalui diskusi.
(29)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Setelah pelaksanaan eksperimen terhadap pembelajaran dengan model jurisprudensial melalui diskusi dilaksanakan, maka data yang telah dikumpulkan diolah dengan cara menggunakan teknik secara kuantitatif.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen menurut Arikunto (2000:149) adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode. Untuk itu, instrumen dalam penelitian ini terdiri atas skala penilaian dan observasi yang bertujuan untuk menghasilkan data supaya lebih akurat, skala penilaian dipakai sebagai alat untuk menjaring kemampuan pada siswa dalam berbicara. Skala penilaian berisi kriteria-kriteri untuk menentukan tinggi rendahnya skor yang dipakai para siswa dalam pembelajaran diskusi.
Penilaian meliputi aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Penyekoran pada kedua aspek itu dilakukan agar tidak menimbulkan subjektivitas. Dalam penyekoran digunakan katagori tinggi, sedang , dan rendah.
Sesuai dengan jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka instrumrn penelitian yang digunakan sebagai berikut:
3.6.1 Tes
Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa (prestest) dan kemampuan akhir (postest) siswa dalam keterampilan berbicara setelah proses belajara mengajar berlangsung. Bentuk tes secara lisan, pengukuran ini dilakukan kepada para siswa. Aspek-aspek yang diukur dalam tes keterampilan berbicara meliputi kebahasaan dan nonkebahasaan.
(30)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dalam hal berbicara Shihabudin (2008: 198) menuliskan kriteria penilaian terhadap kemampuan berbicara seseorang sekurang-kurangnya harus memperhatikan minimal enam aspek berikut
a. Lafal
Aspek ini meliputi (a) tekanan sesuai dengan standar, tidak nampak adanya pangaruh bahasa daerah, (b) ucapan yang dipahami, (c) sesekali timbul kesukaran memahami, (d) susah dipahami, (e) sama sekali tidak dapat dipahami.
b. Tata Bahasa
Aspek ini meliputi (a) hampir tidak membuat kesalahan, (b) sedikit sekali membuat kesalahan, sehingga kadang-kadang mengeluarkan pengertian, (d) kesalahan tata bahasa dan susunan kata menyebabkan pembicaraan sukar dipahami, (c) pembicara sering berhenti dan berbicara dengan terpatah-patah.
c. Isi pembicaraan
Aspek ini meliputi (a) alur pembicara sangat baik dan runtun, (b) alur topik berbicara sedikit terbuka, (c) alur pembicaraan masih bisa dipahami meskipun kurang runtun, (d) alur pembicaraannya kurang runtun dan kurang menjelaskan topik, (e) alur pembicaraannya tidak jelas sehingga menyimpang dari topik pembicaraan.
(31)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
d. Tata bahasa
Aspek ini meliputi (a) penggunaan kata-kata dan ungkapan sangat baik, (b) kadang-kadang digunakan kata atau istilah yang kurang tepat, (c) seringg menggunakan kata-kata yang salah dan penggunaannya sangat terbatas, (d) sering menggunakan kata-kata yang salah menyebabkan pembicaraan sukar dipahami, (e) kosakata amat terbatas, sehingga memacetkan pembicaraan.
e. Kefasihan
Aspek ini meliputi (a) penbicaraan lancar sekali, (b) kelancaran sering mengalami gangguan, (c) kecepatan dan kelancaran tampaknya sering diganggu oleh kesulitan berbahasa, (d) umumnya pembicara tersendat-sendat, (e) pembicaraan sering terhenti dan pendek-pendek.
f. Pemahaman
Aspek ini meliputi (a) dapat memahami masalah tanpa kesulitan, (b) dapat memahami percakapan dengan kecepatan yang normal dan dapat beraksi secara tepat, (c) dapat memahami sebagaian besar percakapan tetapi lambat beraksi, (d) dapat dikatakan tidak mampu memahami maksud percakapan bertapapun sangat bersahaja.
Ktiteria Penilaian Keterampilan Berbicara Faktor Kebahasaan
(32)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(tinggi) Apabila kata-kata yang digunakan tepat semua, kata mendukung gagasan yang digunakan, unsur kedaerahan sama sekali tidak tampak.
(sedang) Apabila terdapat satu tiga kata daerah, asing dan kata yang tidak tepat pemakaiannya sehingga agak mengganggu menyampaikan informasi.
( rendah) apabila terdapat banyak kata daerah dan asing yang digunakan dan ada beberapa kata yang tidak tepat penggunaannya sehingga sangat mengganggu gagasan yang disampaikan.
b. Struktur atau Pemakaian Kalimat
(tinggi) apabila sama sekali tidak ada kesalahan dalam susunan kalimat, frasa, dan kata, sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan tepat. (sedang) apabila terdapat satu- tiga kesalahan struktur, baik
pada tingkat kalimat, frasa, maupun penyususnan kata.
(rendah) apabila terdapat sampai empat kesalahan atau lebih, baik kesalahan yang menyangkut kalimat, frasa, maupun kata.
(33)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(tinggi) apabila sama sekali tidak ada kesalahan dalam pelafalan fonem atau kata, dan juga tidak ada engaruh pelafalan bahasa daerah dan asing.
( sedang) apabila terdapat satu – tiga kesalahan pelafalan, misalnya pelafalan dari bahasa daerah.
(rendah) apabila terdapat sebaanyak empat kesalahan atau lebih, kesalahan melafalkan kata, baik karena kesalahan dipengaruhi lafal bahasa daerahnya, asing maupun oleh faktor lain.
d. Intonasi
(tinggi) apabila terdapat pembicara dengan intonasi yang bervariasi, tidak monoton, atau penerapan intonasinya tepat, sehingga pendengar sedemikian rupa tertarik pada gaya berbicaranya.
(sedang) apabila penerapan intonasi bervariasi, tatapi nada suarunya monoton, sehingga gaya bicaranya agak membosankan pendengar.
( rendah) apabila intonasi monoton, nada suara monoton, sehingga membosankan pendengar.
(34)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku
( tinggi) apabila pembicara bersikaf wajar, tidak aneh-aneh, tenang, tidak grogi, dan tidak kaku.
( sedang) apabila salah satu sikaf dari ketiga sikaf tersebut wajar, tenang, tidak kaku, dan tampak jelas dilakukan oleh pembicara.
(rendah) apabila dua atau tiga sikap sama sekali tidak tampak pada diri pembicara sehingga proses berbicaranya tidak lancar.
b. Penggunaan Medan
(tinggi) apabila pandangan pembicaraan menyebar keseluruh penjuru ruangan menguasai situasi.
(sedang) apabila pandangan pembicara menyebar keseluruh penjuru ruangan, tetapi kurang menguasai situasi. (rendah) apabila pandangan tertuju pada satu arah saja
sehingga yang lain tidak terperhatikan dan kurang menguasai situasi.
c. Penguasaan materi (pemahaman)
(tinggi) apabila pembicara sungguh-sungguh menguasai pemahaman atau materi sehingga alur bicaranya lancar dan tidak tersendat- sendat.
(35)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(sedang) apabila berbicara agak kurang menguasai permasalahan yang disampaikan sehingga terdapat beberapa kali tersendat.
(rendah) apabila berbicara kurang menguasai permasalahan atau materi sehingga pembicara dapat terhenti beberapa saat tanpa arti apa-apa.
d. Gerak-gerik serta mimik
(tinggi) apabila terdapat gerak-gerik anggota badan yang berfungsi mendukung pembicara, adanya mimik yang tepat untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran pembicara.
(sedang) apabila terdapat gerak gerik anggota badan dan perubahan roman muka, tetapi tidak mendukung pembicaraan.
(rendah) apabila tidak ada sama sekali gerak gerik anggota badan dan tidak ada perubahan ekspresi wajah pembicara.
3.6.2 Observasi
Observasi meliputi lembar aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran dan lembar keterampilan berbicara. Aktivitas Guru dan siswa meliputi
(36)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengamatan kegiatan pembelajaran yang dilakukan sejak awal sampai akhir pembelajaran.
Aktivitas guru yang diamati meliputi : menjelaskan materi dengan ceramah, mengamati kegiata siswa, memberi petunjuk kegiatan, memotovasi siswa, membahas kerja kelopok, dan menjelaskan prilaku yang tidak sesuai dengan kegiatan belajar mengajar.
Aktivitas siswa yang diamati meliputi: memperhatikan penjelasan Guru dan teman; membaca lembar kerja siswa; menulis materi; berdiskusi antar siswa.
Keterampilan siswa meliputi: menghargai pendapat orang lain, mengambil giliran dan berbagi tugas, menyimak, bertanya; berada dalam tugas masing-masing, memeriksa ketepatan.
3.6.3 Angket
Angket digunakan untuk memperoleh data mengenai komentar atau pendapat siswa terhadap komponen pembelajaran keterampilan berbicara dikelas XI SMK Citra Bangsa yang meliputi materi pembelajaran, cara belajar, penggunaan model pembelajaran, dan cara guru mengajar.
Item angket yang ditanyakan pada siswa di antaranya.
a. Apakah tujuan pembelajaran yang disampaikan guru sesuai dengan bahan pembelajaran yang anda terima?
b. Apakah menurut pendapat anda bahan (kemampuan berbicara) yang telah diteri menarik?
(37)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
c. Apakah model pembelajaran yang digunakan dapat menumbuhkan motivasi belajar anda?
d. Apakah proses belajar mengajar antara anda dengan guru, anda dengan teman sekelas berlangsung efektif?
e. Apakah guru menggunakan alat bantu pembelajaran (media) dalam pembelajaran berbicara?
f. Apakah anda sering menggunakan media dalam pembelajaran berbicara? g. Apakah guru telah menggunakan model pembelajaran secara efektif
h. Apakah guru mengguanakan alat evaluasi dalam pembelajaran berbicara dengan menarik?
i. Apakah guru berulang-ulang mengadakan evaluasi dalam proses belajar mengajar?
3.6.4 Prosedur Pelaksaaan Penerapan Model Jurisprudensial
Prosedur penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu (1) pemberian tes awal; (2) pelaksanaan keterampilan berbicara dengan menggunakan model diskusit melalui isu-isu kontroversial; (3) pemberian tes akhir.
Tahap pertama, memberikan tes awal terhadap subjek penelitian dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai kemampuan siswa dalam berbicara. Langkah ini dilakukan untuk memilih siswa dalam pembagian kelompok. Pembegian kelompok ini berdasarkan hasil tes penempatan yaitu siswa yang berkemampuan tinggi dibagi tiga, siswa yang berkemampuan sedang dibagi tiga, dan siswa yng berkemampuan rendah dibagi tiga.
(38)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tahap kedua, pengukuran kemampuan awal siswa tentang berbicara, hasil pengukuran ini digunakan sebagai kemampuan awal siswa dalam berbicara sebelum diperlakukan dengan model pembelajaran diskusi melalui isu-isu kontroversial. Kemampuan awal ini dibandingkan dengan hasil pengukuran akhir setelah proses belajar mengajar dengan menggunakan penerapan model jurisprudensial.
Tahap ketiga, melaksanakan pembelajaran berbicara dengan menggunakan model jurisprudensial. Kegiatan ini dilakukan oleh satu orang guru. Dalam langkah ketiga ini juga dilakukan observasi terhadap kualitas proses belajar berbicara dengan model pembelajaran jurisprudensial.
Tahap keempat, memberikan tes akhir setelah proses belajar (post test) Tahap kelima, menyebarkan angket tentang kualitas proses belajar mengajar terhadap siswa dan guru
Bagan 3.2
Prosedur Pelaksaan Model Jurisprudensial melalui diskusi
- meningkatkan hasil belajar - pembelajaran
berkualitas - pembelajaran
efektif Proses belajar memengajar
(39)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3.6.5 Uji Coba Instrumen
Untuk mendapatkan instrumen yang terjamin validitas (Face validity) dan realibilitasnya. Berikut instrumen diujicobakan.
Tabel 3.1
KEGIATAN UJI COBA
NO Kegiatan yang Dilakukan
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 Menguasai para siswa
mempersiapkan naskah dengan tema Pemindahan Pasar Plered
Menguasai para siswa
mempersiapkan naskah dengan tema Pemindahan Pasar plered.
2 Siswa menyampaikan naskah yang telah dipersiapkan dengan
Siswa menyampaikan naskah yang telah dipersiapkan dengan cara
Model pembelajaran jurisprudensial melalui diskusi
Tahap 1: pembagian kelompok
Tahap 2 : mepersiapkan bahaan
Tahap 3 : menjelaskan strategi
pemembelajaran model
jurisprudensial
Tahap 4 : pelaksaan
Tahap 5 : tes
Tahap 6 : penghitungan skor GURU
Hasil belajar Tes
awal Belajar
mengajar
- Berpikir kritis - Memperolah kesepakatan GURU
(40)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
model pembelajaran jurisprudensial ( tes awal )
persentasi
3 Peneliti merekam kegiatan para siswa dalam jurisprudensial
Peneliti merekam kegiatan para siswa dalam persentasi
4 Mendiskusikan hasil pembelajaran
Hasil pembelajaran
5 Para siswa ditigaskan kembali menyiapkan naskah
Para siswa ditugaskan kembali menyiapkan naskah
6 Siswa menyyampaikan naskah dengan model jurisprudensial
Siswa menyampaikan naskah dengan presentasi
7 Hasil didiskusikan seperti waktu tes awal. Penyekoran tes awal dan tes akhir
Penyekoran tes awal dan tes akhir
Instrumen ini dapat digunakan sebagai penjaring data penelitian , akan tetapi berkaitan dengan pelaksanaan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Ketika model pembelajaran jurisprudensial sedang berlangsung;
2. Kelas dibagi enam kelompok, setiap kelompok dapat menentukan posisi antara pro, dan kontra;
3. Ketika mendiskusikan hasil atau model jurisprudensial yang pertama itu ada pengoreksian, sedangkan pada model jurisprudensial yang kedua tidak ada;
(41)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Uji coba dilakukan di dalam kelas. 3.7 Analisis Data
Data pembelajaran berbicara dalam mengungkapkan pendapat dianalisis dengan melihat perbedaan model pembelajaran jurisprudensial dengan yang tidak menggunakan model jurisprudensial menggunakan rumus uji t, karena melihat perbedaan rata-rata dengan sampel kecil. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Perhitungan rata-rata (mean) dalam simpangan baku (standar deviasi) skor tes prestasi belajar pada tes awal dan tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol;
2. Pengujian hipotesis perbedaan rata-rata tes presentasi belajar siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol menggunakan Uji t.
Rumus Uji t yang digunakan adalah uji t untuk sampel berkorelasi, yaitu:
t =
D
�2 − �
2 � � − � − 1
keterangan :
t = koefisien t
D = rata-rata selisih tes awal dengan tes akhir
D = selisih antara tes awal dengan tes akhir
(42)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. menentukan dasar taraf signifikansi (α) yaitu 5% atau 0,05; 4. memeriksa t dari tabel pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = n -1
5. menentukan beda rata-rata, apakah t hitung signifikan atau tidak;
6. menguji hipotesis dau rata-rata tes akhir masing-masing di kelas eksperimen dengan kelas kontrol, dengan mengunakan rumus sebagai berikut
t =
X 12
− X 22
�1
2+ �2
2
�+ � −2
1
�1−
1
�2
keterangan :
t = koefisien t
� 1 = rata-rata nilai kelas eksperimen
� 2 = rata-rata nilai kelas kontrol
�1 = selisih nilai dikurangi rata-rata kelas eksperimen
�2 = selisih nilai dikurangi rata-rata kontrol
�2 = jumlah kelas kontrol
�1 = jumlah kelas eksperimen
(43)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
(44)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada bab ini peneliti mengemukakan laporan hasil penelitian dan pembahasan pembelajaran keterampilan berbica dengan menggunakan model jurisprudensial di kelas XI SMK Citra Bangsa. Berdasarkan data yang terkumpul dari lapangan yang disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian, maka penganalisisan dibagi dalam tiga bagian, yaitu penyajian pendeskripsian kemampuan berbicara, penyajian dalam bentuk tabel dan grafik, serta pembahasan terhadap seluruh hasil penelitian yang disajikan.
5.1Deskripsi Gambaran Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil pengumpulan angket dari siswa mengenai gambaran pembelajaran Bahasa Indonesia dalam keterampilan berbicara siswa kelas XI SMK Citra Bangsa
5.1.1 Hasil Observasi
Aspek yang diobservasikan pada waktu proses belajar mengajar Bahasa Indonesia pada keterampilan berbicara mengenai (1) penggunaan strategi; (2) pengembangan materi; (3) penerapan strategi; (4) pengelolaan kelas.
5.1.1.1 Penggunaan Strategi
Dalam peroses belajar mengajar, Guru cermat dalam menggunakan strategi pembelajaran. Ada beberapa poin yang dicermati dalam penggunaan strategi pembelajaran, yaitu:
(45)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1) Guru menetapkan tujuan pembelajaran
Menurut hasil observasi dalam peroses pembelajaran keterampilan berbicara. Guru dalam menetapkan tujuan pembelajaran dilakukan dengan baik. Tujuan pembelajaran dituangkan dalam pembuatan rencana pembelajaran. Tetapi sering kali terlupakan untuk disampaikan kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran.
2) Menentukan metode dan teknik pembelajaran
Menentukan metode dan teknik pembelajaran cukup baik. Metode yang dipilih disesuaikan dengan standar kompentensi dan tujuan pembelajaran. Tetapi dalam menentukan teknik pembelajaran guru mengalami sedikit kesulitan untuk menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
3) Menyesuaikan tujuan dan media
Media pembelajaran merupakan hal penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut hasil observasi, penyesuaian tujuan pembelajaran dengan penyediaan media kurang begitu relevan. Media pembelajaran seringkali tidak sesuai dengan apa yang ingin dicapai dalam tujuan pembelajaran. Hal tersebut dipengaruhi dengan terbatasnya alat atau media pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran kurang maksimal dan tujuan pembelajaran tidak sepenuhnya tercapai.
(46)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5.1.1.2 Pengembangan Materi
Pengembangan materi dalam proses pembelajaran tidak kalah penting. Materi pembelajaran dapat menentukan keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran adapun hal-hal yang yang diamati dan dilakukannya observasi
1) Menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran
Pemilihan materi dalam pembelajaran terutama dalam pembelajaran keterampilan berbicara kurang sesuai. Materi yang disediakan atau bahan ajar yang diberikan cenderung terpatok pada materi atau bahan ajar yang telah disediakan pada buku pelajaran. Adapun bahan ajar yang dipih tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2) Mengangkat materi dari hal-hal menarik yang sedang berkembang
Sama halnya dengan pembahasan di atas, pengangkatan materi yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran kurang inovatif
3) Dapat menarik perhatian siswa
Menurut hasil dari observasi. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara kurang begitu menarik siswa. Ini tebukti dengan kurang berperan aktifnya siswa dalam kegiatan berbicara.
5.1.1.3 Penerapan Strategi
Hasil dari observasi mengenai penerapan strategi pembelajaran keterampilan berbicara dapat digambarkan dalam hal-hal berikut.
(47)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1) Memotivasi siswa
Motivasi siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara kurang begitu baik, karena mereka kurang mempunyai keberanian untuk tampil atau berbicara didepan umum, dan dalam pelaksaan pembelajaran kurang ditumbuhkannya motivasi.
2) Mendorong siswa untuk berbicara dengan baik
Karena motivasi yang kurang dari siswa dalam belajar keterampilan berbicara, maka dorongan siswa pun untuk berbicara dengan baik kurang mendapat respons dari siswa. Apalagi siswa banyak terpengaruh bahasa-bahasa pergaulan dan penggunaan bahasa-bahasa daerah. Sehingga pemilihan kata dalam berbicara kurang baik.
3) Melatih siswa untuk aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran
Dalam pembelajaran guru cenderung tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Guru hanya melibatkan siswa dalam evaluasi pembelajaran saja. Sehingga hasil dari pembelajaran tidak maksimal.
5.1.1.4 Pengelolaan Kelas
Dalam pembelajaran sering kali terlupakan. Padahal hal itu cukup penting dalam mendukung peningkatan mutu pembelajaran.
1) Kehangatan dan antusiasan
Kehangatan dan keantusiasan guru dan siswa dalam pembelajaran sangat membantu dalam proses pembelajaran. Menurut hasil observasi. Kehangatan yang terjalin antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa, terjalin
(48)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
cukup baik. Tetapi antusias murid yang kurang baik dalam merespons pembelajaran keterampilan berbicara
2) Membagi perhatian pada siswa
Perhatian guru kepada siswa cukup merata, dimana guru tidak membedakan siswa yang satu dengan yang lainnya.
3) Evaluasi
Untuk mengetahui hasil dalam proses pembelajaran guru mengadakan evaluasi yang telah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
5.1.2 Analisis Hasil Angket
Berdasarkan pandangan siswa dari hasil penyebaran angket. Bahwa para siswa berpendapat tujuan pembelajaran yang disampaikan sesuai dengan bahan ajar yang diterima siswa menjawab ya sebanyak 55 orang. Sedangkan tidak sebanyak 5 orang.
Bahan pembelajaran keterampilan berbicara menurut pendapat siswa begitu kurang menarik. Siswa sebanyak 52 (90%) orang yang menjawab tidak menarik, dan 8 (10%) orang menjawab menarik. Berdasarkan pendapat siswa tersebut, pembelajaran keterampilan berbicara kurang begitu menarik.
Dalam pembelajaran motivasi menjadi hal yang penting dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Menurut pendapat siswa model pembelajaran dalam keterampilan berbicara yang digunakan tidak terlalu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Siswa sebanyak 20% menjawab dapat menumbuhkan motivasi, dan 80% siswa menjawab tidak dapat menumbuhkan motivasi.
(49)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Proses pembelajaran bisa dilihat dari keaktifan siswa dan guru, maupun siswa dan siswa. Siswa sebanyak 35% yang menjawab pembelajaran yang berlangsung aktif,dan 65% yang menjawab pembelajaran yang berlangsung antara guru dan siswa, dan siswa dengan siswa berlangsung tidak aktif.
Penggunaan media merupakan hal yang menjadi daya tarik siswa dalam belajar. Penggunaan media dalam pembelajaran siswa belum sepenuhnya dilakukan. Siswa sebanyak 30% menjawab media pembelajaran digunakan, dan sebanyak 70% menjawab tidak menggunakan media.
5.2 Perencanaan Model Pembelajaran Jurisprudensial
Berdasarkan pada teori , di sejumlah disiplin ilmu mengenai pembelajaran, perencanaan model jurisprudensial pada keterampilan berbicara sebagai berikut:
Identitas Rencana Model Jurisprudensial
Sekola : SMK Citra Bangsa
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/ Semester : XI/ 2
Alokasi Waktu : 4 X 45 menit
Tema : Pemindahan pasar Plered
Standar Kompentensi : berbicara
(50)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kompetensi Dasar : mempersentasikan hasil penelitian secara runtun dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar
Indikator : 1. Menulis pokok-pokok yang akan disampaikan;
6 Mengemukakan hasil ringkasan penelitian;
7 Menjelaskan proses penelitian dengan kalimat yang mudah dimengerti;
8 Mendengarkan dan menganalisis pendapat seseorang; 9 Memberikan komentar/tanggapan terhadap pendapat
yang didengar
10 Model pembelajaran jurisprudensial dengansaling memberikan komentar/ tanggapan atas pendapat seseorang.
Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat berkomukasi dengan teman;
2. Siswa dapat memilih pilihan kata dalam kalimay yang menarik;
1. Siswa mampu mengungkapkan pendapat sesuai dengan fakta dan opini;
2. Siswa mampu mendengarkan dan menganalisis pendapat seseorang;
3. Siswa mampu memberikan komentar/ tanggapan terhadap pendapat seseorang
(51)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Model : Jurisprudensial
Metode pembelajaran : Ceramah, tanya jawab, dan diskusi pemberian tugas
Materi pembelajaran :isu-isu kontroversial yang sedang berkembang dimasyarakat (pemindahan pasar Plered).
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
Kegiatan ini dilakukan dalam waktu 5 menit sampai 10 menit, yaitu mencoba mengukur kesiapan siswa untuk mempelajari bahan ajar dengan melihat pengalaman sebelumnya yang sudah dimiliki oleh siswa.
a. Guru mengkondisikan siswa, agar siap melaksanakan proses belajar mengajar yang efektif.
b. Guru melakukan apersepsi, untuk meningkatkan materi yang telah disampaikan dan menghubungkannya dengan materi yang dibahas. c. Guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai pada proses
pembelajaran. 2. Kegiatan Inti
Kegiatan ini dilakukan 30 menit. Kegiatan utama yang menanamkan, mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan berbicara dalam mengungkapakan pendapat dengan kajian yang sesuai dengan tema yang telah ditentukan sebelumnya perkelompok.
(52)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Siswa terlebih dahulu mengadakan penelitian dari isu-isu kontrovesial yang sedang berkembang;
b. Siswa membentuk kelompok menurut posisi yang dipilih; c. Menulis hasil penelitian;
d. Menuliskan pokok-pokok yang akan disampaikan dalam diskusi; e. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru; f. Siswa mengumukakan ringkasan hasil penelitian dalam diskusi;
g. Menjelaskan proses penelitian dengan kalimat yang mudah dimengerti; h. Siswa menyajikan informasi dan bukti-bukti yang dapat mendukung;
posisi mereka;
i. Siswa lain dapat berpendapat dan memberikan kritik dan sarannya kepada siswa lain;
j. Siswa menuliskan pendapat;
k. Siswa diberikan kesempatan untuk mengubah atau memperbaiki pendapat;
l. Siswa dan guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran kemampuan berbiacara dalam suasana yang gembira dan partisipasi aktif.
3. Kegiatan Akhir
Kegiatan ini dilakukan dalam waktu 10 menit
a. Siswa dengan bimbingan guru menyimpilkan materi pembelajaran berbicara dengan model jurisprudensial;
b. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi pelajaran jika ada yang kurang jelas;
(53)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
c. Siswa mencatat tindak lanjut, dan dapat menerapkan hasil pembelajaran pada keadaan yang sedang terjadi
Penilaian
1. Penilaian proses dilakukan selama pembelajaran berlangsung sesuai dengan pedoman pengamatan yang telah disediakan;
2. Penilaian hasil terhadap penampilan siswa di depan kelas dalam melakukan diskusi, mengomentari, mengungkapkan pendapat.
5.3Deskripsi Pelaksanaan Model Pembelajaran Jurisprudensial
Dalam pelaksaan pembelajaran, peran guru sebagai fasilitator dan motivator, dengan cara mengarahkan, membimbing dan dan memberi petunjuk kepada siswa dalam memecahkan suatu masalah pembelajaran. Dengan demikian, keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar akan lebih dominan. Hal ini menyebabkan potensi yang ada pada diri siswa akan tergali, yang pada akhirnya dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitas secara optimal dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Model pembelajaran jurisprudensial sebagai suatu model pembelajaran berbicara yang perlu dipertimbangkan keefektivitasannya. Untuk pembuktian diperlukan penelitian tentang fungsi tersebut. Apabila belum terbukti keefektivitasannya maka terdapat kemungkinan para guru merasa ragu-ragu dalam mengaplikasikannya.
Berdasarkan hasil pengamatan guru Bahasa dan Sastra Indonesia, langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksaan pembelajaran berbicara dalam
(54)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mengungkapkan pendapat dengan menggunakan model jurisprudensial sebagai berikut.
5.3.1 Pendahuluan
5.3.1.1 Penampilan Guru Bahasa dan Sastra Indonesia
Berdasarkan hasil observasi, pelaksaan pembelajaran untuk penampilan guru bersemangat, menguasai situasi, tepat waktu dan dapat mendorong motivasi siswa.
5.3.1.2 Pengaturan Kelas
Dalam pengaturan kelas guru Bahasa Indonesia Melakukan (1) pengarahan tempat duduk waktu pelaksaan model pembelajaran jurisprudensial, tidak melakukan kesulitan; (2) mempersiapkan media yang diperlukan; (3) mengecek kehadiran siswa
5.3.1.3 Menjelaskan tujuan dan materi pembelajaran
Guru mengemukakan pentingnya pembelajaran berbicara dalam mengungkapkan pendapat, serta menjelaskan kegiatan yang saling berkaitan dengan menggalakan partisipasi siswa untuk mengaitkan tema dengan bidang kehidupan.
5.3.1.4 Mengadakan apersepsi
Pertama, guru membentu siswa mengingat kembali pengetahuan yang sudah diperoleh sebelumnya. Kedua, guru memberikan motovasi kepada siswa dalam memberikan kegiatan baru dengan teknik mengajukan pertanyaan yang
(55)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bersifat mengali pemikiran siswa. Ketiga, guru membantu untuk mengerti apa yang akan dicapai dengan melibatkan diri dalam kegiatan belajar.
5.3.2 Kegiatan Inti
5.3.2.1 Penguasaan materi
Guru Bahasa dan Sastra Indonesia dalam penguasaan materi dengan bahan pembelajaran disampaikan sesuai waktu dan terencana, bahan pembelajaran disampaikan secara sistematis.
5.3.2.2 Petunjuk dan penjelasan isi pembelajaran
Guru memberikan petunjuk dan penjelasan secara jelas dan mudah diterima siswa.
5.3.2.3 Penggunaan alat bantu pembelajaran
Guru menggunakan alat bantu dengan terampil dan efektif, serta mampu mendemontrasikan alat bantu dalam sajian pembelajaran.
5.3.2.4 Partisipasi siswa
Para siswa memperoleh kesempatan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran
5.3.2.5 Pemanfaatan waktu
Guru menghindari penggunaan waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat dan menghindari penyimpangan topik yang tidak diperlukan.
5.3.3 Penutup
Membuat simpulan hasil pembelajaran
Guru bersama-sama siswa membuat simpulan hasil pembelajaran secara mendalam dan dikaitkan dengan pembelajaran selanjutnya
(56)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tes akhir dilaksanakn untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Seperti halnya tes awal, tes akhir dilakukan dengan semangat.
5.4 Deskripsi Hasil Pembelajaran Berbicara
Berikut pendeskripsian hasil pembelajaran berbicara dalam mengungkapkan pendapat pada proses pembelajaran berlangsung.
5.4.1 Analisis Data Kemampuan Tes awal (Pretes)
5.4.1.1 Analisis diksi
Dalam kegiata pembelajaran keterampilan berbicara pada tes awal banyak mengalami kesalahan penggunaan diksi. Berikut kesalahan diksi
Proses kegiatan keterampilan berbicara yang dilakukan pada tes awal menimbulkan beberapa kesalahan penggunaan diksi, seperti kata laku, aya, rizki, mah, teh, ka, leeur, papanasan, ti, gote, acak acakan, atuh, tuh. Kata-kata tersebut digunakan dalam kalimat
1. Penggunaan kata laku dan aya pada kalimat
“Yah soal laku ngak laku itu aya rizkinya masing-masing”
“.Tapi dengan keberadaan mol kan, bisa-bisa membuat pasar tradisiona ngak laku lagi. Pasar tradisional bisa sepi pembeli,trus padagang akan bangkrut, dan mereka tak pnya duit lagi bat makan.”
2. Pengunaan kata mah, teh
(57)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
“Tapi kalau di mol teh hanya orang yang kaya yang dapet untungnya. Karna pasar tradisional semua orang bisa punya kesempatan untuk berjualan. Beda dengan di mol. Mol hanya milik perseorangan”
” Yap bener banget, pasar tradisional teh pasar yang sudah ada dari dulu banget,dari jaman nenek moyang kita pun sudah mengenal pasar”
“Krena pasar tradisional itu teh pasar jadul, brati pasar modern alias Mol teh pasar sekarang atuh”
. “Krena pasar tradisional itu teh pasar jadul, brati pasar modern alias Mol teh pasar sekarang atuh”
3. Penggunaan kata ka
”Saya juga kalau ka mol lebih enjoy dibandingkan dengan pasar tradisional”
4. Penggunaan kata leuer, papanasan.
Belanja ke mol ngak becek, leleur, juga ada Ac nya. Jadi kita tidak perlu papanasan
5. Penggunaan kata ti terdapat pada kaliamat. Bersih ti hongkong .
6. Penggunaan kata gote, acak-acakan
Udah mah jalannya gote, becek, semeraut, ah pokokna mah acak-acakan, jadi pembeli tidak nyaman.
7. penggunaan kata yah, atuh
(58)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
“Yah soal laku ngak lakukan itu aya rizkinya masing-masing. setiap orang membawa tulisannya masing-masing”
“Krena pasar tradisional itu teh pasar jadul, brati pasar modern alias Mol teh pasar sekarang atuh.”
” Makanya kita harus sekolah atuh yang lebih tinggi, agar kita teh bisa bekerja dab mencari duit yang banyak pisan”
“Brati pasar tradisional ama pasar modern, sama-sama bisa di bangun yah, jadi kita bisa milih untuk berbelanja”
8. penggunaan kata tuh terdapat pada kalimat “bener tuh, pasar mah tempat segala ada”.
9. Penggunaan kata seeur, pisan terdapat pada kalimat
“ karna berbelanja di pasar tradisional seeur pisan manfaatnya.”. 10. Penggunaan kata enteng dalam kalimat
“Selain kita enteng, kita juga bdah membantu orang lain dala mencari makan.
11. Penggunaan kata wae, adeh terdapat pada kalimat
” Adeh,,,gaya banget kaya mau berbelanja banyak wae Brati pasar tradisional ama pasar modern, sama-sama bisa di bangun yah, jadi kita bisa milih untuk berbelanja
(59)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
“Makanya kita harus sekolah atuh yang lebih tinggi, agar kita teh bisa bekerja dan mencari duit yang banyak pisan”
“Maap, sayah kurang satuju dengan pendapatnya Alin, bahwa bebelanje di pasar tradisional baik ko, karna berbelanja di pasar tradisional seeur pisan manfaatnya. Contohnya bisa silaturahmi ama banyak orang, berbagi rizki sama orang lain”
13. Penggunaan kata satuju, sadaya dalam kalimat
” saya satuju sekalih dengan sadaya peraturan pemerintah yang mengadakan pasar modern dan pasar tradisional, karna dayana bisa memenuhi hidup”.
Pada kalimat-kalimat di atasPembicara membuat kesalahan dengan menggunakan kata gote dan acak-acakan, dimana kata tersebut dipengaruhi oleh Bahasa Daerah, sehingga kalimat menjadi tidak efektif. Penggunaan tersebut seharusnya diganti oleh kata baku yang tertera pada kamus besar Bahasa Indonesia, Kalimat di atas menyalahi aturan kaidah bahasa Indonesia, oleh karena itu kata mah dan teh bisa dihilangkan karena tidak memiliki makna yang menunjang kalimat
Proses kegiatan keterampilan berbicara yang dilakukan pada tes awal menimbulkan beberapa kesalahan penggunaan diksi, seperti amazing, rilek, so, why not. Berikut kalimat yang di pengaruhi bahasa asing.
1. Penggunaan kata amazing terdapat pada kalimat
(60)
Novta Dewi Astri N., 2012
Kemampuan Berbicara Dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial Terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Penggunaan kata rileks terdapat pada kalimat
“Tapi kalau di mol keamanan kita terjamin, sehingga dapet lebih rilek belanjanya”
3. Penggunaan kata so, hwy not terdapat pada kalimat
“Tradisi itukan kebiasaan, jadi kalau kebiasaan itu kurang gereget, so why not kita membiasakan berbelanja ke mol yang lebih asik.”
Kalimat di atas ada kata membiasakan yang salah penggunannya. Kata membiasakan merupakan kata kerja aktif yang langsung berhadapan dengan objek. Oleh karena itu, di depan kata berbelanja ke mol yang berfungsi sebagai objek yang tidak perlu diletakan kata depan mengenai yang juga berfungsi sebagai pangantar objek (Badudu, 1991: 69). Kesalahan penggunaan kata pada kalimat-kalimat di atas adalah di pengaruhi oleh penggunaan bahasa asing terutama bahasa Inggri.
Proses kegiatan keterampilan berbicara yang dilakukan pada tes awal menimbulkan beberapa kesalahan penggunaan diksi, seperti makasi banyak, ngak, duit, gito loh, enjoy, ko, yah, sampe, gimana, banget, jadul, ama, enteng, dah, tak, bruntung, sante, sih, brati, bener dalam kalimat
1. Penggunaan kata makasi banyak terdapat pada kalimat
“Makasih banyak atas kesempatannya, kalau menurut saya, keberadaan pasar modern sangat membantu pembeli. Pembeli bisa lebih mudah mendapat banyak barang-barang, jadi gak usah cape-cape dari satu toko ke toko lain.”
(1)
174
keaktifan yang tinggi di dalam kegiatan belajar. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, hal ini juga ditemukan di dalam penelitian, yaitu berdasarkan hasil observasi dan hasil angket siswa yang menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan model jurisprudensial dapat meningkatkan keefektifan siswa di dalam kegiatan belajar di kelas.
Di dalam penelitian ini juga ditemukan adanya perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam hal kemampuan berbicara pada masing-masing kelas. Standar deviasi dari kelas eksperimen menunjukkan bahwa sebaran data yang dimiliki kelas eksperimen lebih mendekati nilai rata-rata kelasnya, artinya kemampuan siswa kelas eksperimen lebih seragam atau lebih merata dibandingkan kemampuan kelas kontrol.
Hal di atas terjadi dikarenakan model jurisprudensial ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Pernyataan ini didukung pula oleh hasil angket siswa. Menyatakan sangat setuju bahwa model pembelajaran yang digunakan dapat meningkatkan keaktifan mereka pada saat belajar di kelas.
Hasil angket dan observasi terhadap pernyataan di atas menunjukkan bahwa pengajar sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini dikarenakan kemampuan dalam keterampilan berbicara argumentasi dilakukan di dalam kelompok sehingga mereka lebih berani untuk mengungkapkan pendapatnya. Selain itu melalui penerapan model ini siswa yang biasanya hanya menjadi objek pembelajaran kini menjadi subjek pembelajaran, dikarenakan pengajar dalam
(2)
175
model ini memposisikan dirinya sebagai motivatir, pembimbing dan juga sebagai pengamat.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran ini sesuai dengan pernyataan Joyce dan Weil (2000: 363) mengenai sistem sosial dari model jurisprudensial sebagai berikut:
Stuktur dari model ini bervariasi dari yang berstruktur sederhana sampai yang kompleks. Secara umum, pengajar mulai membuka tahapan dan bergerak dari tahap satu ketahap yang lainnya tergantung pada kemampuan para siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas belajarnya untuk setiap tahapan. Reaksi pengajar, terutama yang terjadi pada tahap keempat dan kelima tidak bersifat evaluatif. Apa yang dilakukan pengajar hanyalah berupa reaksi terhadap komentar siswa dengan cara memberikan pertanyaan mengenai relevansi, keajegan, kekhususan, atau keumuman atau kejelasan secara definisi.
Pernyataan di atas memberikan pedoman pada guru dalamm memberikan tanggapan dan respon dari setiap tahapan. Tugas utama Guru dalam cara kerja strategi-strategi ini adalah memonitor bagaimana siswa memproses informasi dan kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan.
5.7.4 Pembahasan Hambatan dan kesulitan Penerapan model jurisprudensial
Selain keunggulan di atas, ada juga beberapa kelemahan yang ditemukan dari hasil wawancara dengan pengajar yang dapat dipergunakan untuk perbaikan model ini. Kekurangan yang menjadi hambatan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah keoptimalan persiapan . Dalam pelaksanaan model ini diperlukan persiapan yang optimal dari pengajar dalam mempersiapkan data-data mengenai babarapa isu-isu atau permasalahan yang sedang berkembang di lingkungan sosial. Data-data ini bisa berupa dokumentasi dan sumber dokumen yang fokus
(3)
176
pada situasi permasalahan. Data yang akan diberikan kepada siswa ini tentunya harus dipersiapkan sebaik mungkin agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Faktor lain yang menjadi penghambat penerapan model pembelajaran jurisprudensial ini adalah kemampuan pengajar dalam mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan berupa pertanyaan yang bersifat mengarahkan siswa dalam mengungkapkan pendapat serta argumen dalam memilih posisi yang dipilih.
Selain uraian diatas faktor yang menjadi penghambat penerapan model jurisprudensial ini adalah lambatnya atau lamanya waktu pada saat pengumpulan data atau sumber dokumen yang menjadi sistem pendukung pelaksanaan model jurisprudensial.
Dari uraia-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan model jurisprudensial memiliki lebih banyak kelebihan dibandingkan model lain, hal ini terlihat dari meningkatnya kemampuan berbicara siswa dalam mengeluarkan pendapat serta mengeluarkan argumentasi mereka dengan penggunaan bahasa yang baik.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Badudu, J. S. 1991. Inilah Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar III. Jakarta: Gramedia
Depdiknas. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Hermawan, Hendy. 2006. Model-Model Pemelajaran Inovatif. Bandung: Citra Praya
Joyce, Bruce, Weil, Marsha, with Emily Calhoun. 2000. Model of Teaching. Ed. Boston: Allyn and Bacom A Person Education Company
Kartini, Tien. 1985. Keterampilan Berbicara Bahan Perkuliahan. Bandung: FPBS IKIP Bandung
Mar’at, Samsunuwiyati. 2005. Spikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: Refika
Aditama
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra
(5)
Riyanto, Yatim. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC
Rusyana, Yus, dkk. 1982. Model Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang
Senduk, Hurhadi. 2003. Pendekatan Kontektual (Contextual Teaching and
Learning/CTL) dan Penerapan Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri
Malang
Shihabuddin. 2008. Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia SPs UPI
Subana, M. Sunarti. 2003. Stategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia
Sudjana. 1992. Metodologi Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Supriyadi, dkk, 2005. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud
Syamsuddin A, R dan Vismaia S, Damaianti. 2007. Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya
Tarigan, H. G. 1986. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
(6)
Trianto. 2007. Pembelajaran Inovatif Berorientantasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka
Uno, Hamzah. B. 2007. Model Pembelajar Menciptakan Proses Belajar