PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK DAUR AIR DAN PERISTIWA ALAM.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI POKOK DAUR AIR DAN PERISTIWA ALAM
(Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Elis Juniarti Rahayu 0904029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2013
(2)
Halaman Hak Cipta
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI POKOK DAUR AIR DAN
PERISTIWA ALAM
Oleh
Elis Juniarti Rahayu
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
© Elis Juniarti Rahayu 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI POKOK DAUR AIR DAN PERISTIWA ALAM
Oleh
Elis Juniarti Rahayu 0904029
Penelitian ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Daur Air dan Peristiwa Alam”. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas V SDN Pasirwangi. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut diakibatkan pembelajaran IPA masih dilakukan secara konvensional dengan menerapkan metode ceramah. Pembelajaran yang dilakukan pun kurang bermakna sehingga dari 30 orang siswa hanya delapan orang atau sekitar 27% siswa yang memperoleh nilai di atas KKM. Langkah yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM) dalam pembelajaran IPA materi daur air dan peristiwa alam. Model tersebut merupakan model konstruktivis yang menempatkan siswa pada posisi sentral dalam proses pembelajaran. Selain itu, pembelajaran dengan model ini menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa sehingga siswa lebih mudah memahaminya. Sintaks atau tahap-tahap penerapan model STM yaitu invitasi, eksplorasi, eksplanasi, dan aplikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model STM. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah tes, observasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran STM mengalami peningkatan yang signifikan. Pada siklus I keberhasilan yang dicapai siswa sebesar 63%, siklus II 73%, dan siklus III 90%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut terdapat beberapa rekomendasi bagi beberapa pihak terkait seperti guru, sekolah, dan peneliti selanjutnya. Bagi guru, penerapan model STM dapat dijadikan salah satu model alternatif pada pembelajaran IPA. Bagi sekolah, model pembelajaran STM sebagai salah satu alternatif pengembangan kurikulum. Selain itu, model pembelajaran STM dapat diterapkan dalam penelitian lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan subjek yang lebih luas dan jenjang yang berbeda.
(5)
(6)
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... i
HALAMAN PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Hipotesis Tindakan ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Definisi Operasional ... 6
G. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 8
1. Hakikat IPA ... 8
2. Pembelajaran IPA di SD ... 9
3. Tujuan Pembelajaran IPA di SD ... 9
B. Model Sains Teknologi Masyarakat ... 10
1. Pengertian Sains Teknologi Masyarakat ... 10
2. Tahap-Tahap Model Sains Teknologi Masyarakat ... 11
a. Tahap Invitasi ... 12
b. Tahap Eksplorasi ... 13
(7)
d. Tahap Aplikasi... 14
3. Kelebihan dan Kelemahan Model STM ... 15
C. Hasil Belajar... 16
D. Daur Air ... 17
1. Proses Daur Air ... 17
2. Kegiatan Manusia yang Mempengaruhi Daur Air ... 19
a. Penebangan Hutan ... 19
b. Penutupan Resapan Air ... 20
c. Pencemaran Air ... 20
d. Pemakaian Air Berlebihan ... 21
3. Pelestarian dan Penghematan Air ... 21
a. Mengadakan Reboisasi... 22
b. Mendaur Ulang Air ... 22
c. Membuat Tempat Resapan Air ... 23
d. Menghemat Penggunaan Air ... 23
E. Peristiwa Alam ... 24
1. Tanah Longsor... 24
2. Banjir ... 25
3. Gunung Meletus ... 25
4. Gempa Bumi ... 26
5. Kebakaran Hutan ... 27
F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 29
A. Metode Penelitian ... 29
B. Model Penelitian ... 30
C. Subjek Penelitian ... 31
D. Prosedur Penelitian ... 31
1. Siklus I... 32
a. Perencanaan Siklus I... 32
(8)
c. Observasi Siklus I ... 33
d. Refleksi Siklus I ... 33
2. Siklus II ... 33
a. Perencanaan Siklus II ... 33
b. Pelaksanaan Siklus II ... 33
c. Observasi Siklus II ... 34
d. Refleksi Siklus II ... 34
3. Siklus III ... 34
a. Perencanaan Siklus III ... 34
b. Pelaksanaan Siklus III ... 35
c. Observasi Siklus III ... 35
d. Refleksi Siklus III ... 35
E. Instrumen Penelitian ... 36
1. Instrumen Pembelajaran ... 36
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 36
b. Lembar Kerja Siswa ... 37
2. Instrumen Pengumpul Data ... 37
a. Tes ... 37
b. Pedoman Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 37
c. Pedoman Wawancara ... 37
d. Catatan Lapangan ... 38
F. Pengolahan dan Analisis Data ... 38
1. Hasil Tes ... 38
a. Penskoran ... 38
b. Mengubah Skor Menjadi Nilai ... 38
c. Menilai Tingkat Pemahaman Siswa ... 38
d. Menghitung Rata-Rata... 39
e. Menghitung Ketuntasan Belajar ... 39
2. Hasil Observasi ... 40
(9)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Deskripsi Awal Penelitian... 41
B. Hasil Penelitian ... 43
1. Deskripsi Siklus I ... 43
a. Perencanaan Siklus I... 43
b. Pelaksanaan dan Observasi Siklus I ... 47
c. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 51
d. Refleksi Siklus I ... 53
2. Deskripsi Siklus II ... 56
a. Perencanaan Siklus II ... 56
b. Pelaksanaan dan Observasi Siklus II ... 60
c. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 65
d. Refleksi Siklus II ... 67
3. Deskripsi Siklus III... 70
a. Perencanaan Siklus III ... 70
b. Pelaksanaan dan Observasi Siklus III... 75
c. Hasil Belajar Siswa Siklus III... 80
d. Refleksi Siklus III ... 82
C. Pembahasan... 83
1. Perencanaan Pembelajaran IPA dengan Penerapan Model STM.. 84
2. Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Penerapan Model STM .. 87
3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Penerapan Model STM 92 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 95
A. Simpulan... 95
B. Rekomendasi ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 98
LAMPIRAN ... 100
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1. Sintaks Model Pembelajaran STM ... 12
2.2. Tahap-Tahap Model Pembelajaran STM ... 15
2.3. Proses Daur Air ... 18
2.4. Penebangan Hutan ... 19
2.5. Penutupan Resapan Air ... 20
2.6. Pencemaran Air ... 20
2.7. Pemborosan Air ... 21
2.8. Reboisasi ... 22
2.9. Reservoir Penampungan Air Bersih ... 22
2.10. Lubang Biopori ... 23
2.11. Tanah Longsor ... 24
2.12. Banjir ... 25
2.13. Gunung Meletus ... 26
2.14. Akibat Gempa Bumi ... 26
2.15. Kebakaran Hutan ... 27
3.1. Alur PTK Model Kemmis dan Taggart ... 30
4.1. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 52
4.2. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 52
4.3. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 66
4.4. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 67
4.5. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 81
4.6. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 82
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A.1. RPP ... 102
A.2. Lembar Kerja Siswa ... 122
A.3. Kisi-Kisi Soal Tes ... 130
A.4. Lembar Soal Tes ... 136
A.5. Pedoman Penskoran ... 139
A.6. Pedoman Observasi ... 142
A.7. Pedoman Wawancara ... 160
B.1 Contoh Hasil LKS ... 162
B.2. Contoh Hasil Tes ... 170
B.3. Rekapitulasi Hasil Tes ... 185
B.4. Hasil Observasi ... 188
B.5. Hasil Wawancara ... 224
C.1. Dokumentasi Siklus I ... 228
C.2. Dokumentasi Siklus II ... 229
C.3. Dokumentasi Siklus III ... 230
D.1. SK Pengangkatan Pembimbing ... 232
D.2. Surat Izin Penelitian ... 233
D.3. Surat Keterangan Penelitian ... 234
(12)
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasari oleh fakta dan didapat melalui percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan” (Depdiknas, 2006). Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar melibatkan siswa untuk peduli terhadap alam sekitar dan memahami setiap gejala alam yang terjadi sehingga fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal melainkan faktual.
Salah satu tujuan pembelajaran IPA adalah untuk mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat serta dapat memecahkan masalah dan membuat keputusan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan dapat berpikir kritis dalam memahami masalah-masalah aktual berupa fenomena alam yang terjadi di lingkungan sekitarnya sehingga siswa mampu mengambil keputusan dan ikut serta mengatasi masalah-masalahtersebut.Selain itu siswa dilibatkan dalam proses penemuan terhadap suatu gejala alam, bukan hanya aspek kognitif yang harus dihapal oleh siswa. Proses penemuan yang dirancang dalam pembelajaran diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi dan membangun pengetahuannya sendiri. Prinsip keterlibatan langsung siswa dikemukakan oleh John Dewey (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 46) dengan “learning by doing”-nya.
Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Siswa dibimbing dan difasilitasi oleh guru untuk belajar melalui pengalaman atau keterlibatan langsung.
(13)
2
Belajar pun harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (problem solving).
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah melakukan pengalaman belajarnya. Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Agar pembelajaran IPA yang difasilitasi oleh guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, menantang, dan bermakna bagi siswa, guru harus pandai-pandai merancang strategi pembelajaran, memanfaatkan multi media, multi metode, dan multi aspek (logika, praktika, estetika).
Pada kenyataannya pembelajaran IPA di kelas V SDN Pasirwangi masih menggunakan metode ceramah dimana guru sebagai sumber informasi dan siswa menerima informasi tanpa ada peran aktif. Guru melaksanakan pembelajaran hanya secara verbalistik. Siswa tidak dilibatkan secara langsung untuk mengamati obyek tentang fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Siswa hanya sebagai pendengar dan pencatat apa yang disampaikan oleh guru sehingga mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan. Selain itu, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengelola pemikirannya sendiri dalam mengkaji fenomena-fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA semacam ini tentu jauh dari hakikat IPA itu sendiri yaitu memberikan pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Selain itu pembelajaran IPA dapat meningkatkan rasa peduli terhadap alam sekitar dan memperoleh pemahaman untuk mengatasi masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran konvensional tersebut kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan dalam proses pembelajaran. Hal inilah yang mengakibatkan rendahnya pemahaman siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru. Jika masalah ini tidak dapat diatasi akan berdampak negatif bagi siswa khususnya pada peningkatan pemahaman siswa dan kemampuan kognitif siswa dan terlebih lagi akan berdampak buruk bagi kemajuan hasil belajar. Akibatnya siswa tidak mendapatkan hasil yang maksimal dalam memahami materi yang diajarkan.
(14)
3
Pembelajaran tersebut mengakibatkan hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Tolak ukur dalam mengevaluasi keberhasilan pembelajaran IPA adalah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA kelas V SDN Pasirwangi yaitu 62. Setelah dilakukan analisis ternyata dari 30 orang siswa kelas V SDN Pasirwangi sebanyak 22 orang siswa atau sebesar 73% memperoleh nilai di bawah KKM, dan hanya sebanyak 8 orang siswa atau sebesar 27% yang memperoleh nilai di atas KKM (Sumber: Daftar Nilai Kelas V SDN Pasirwangi). Dengan demikian, diperlukan adanya upaya tindak lanjut untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut.
Salah satu langkah strategis yang perlu dilakukan oleh guru untuk membantu siswa dalam mempermudah memahami materi yang dipelajari adalah penggunaan metode, pendekatan, serta model pembelajaran. Dalam hal ini model pembelajaran yang sesuai dengan hakikat IPA adalah model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Model pembelajaran ini diawali dengan isu atau masalah aktual yang ada di masyarakat dan pada akhirnya dikaitkan dengan teknologi serta kegunaan dan kebutuhan masyarakat, maka konsep-konsep yang telah dipelajari dan dikuasai peserta didik diharapkan dapat bermanfaat bagi dirinya dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya serta masalah lingkungan.Dengan model pembelajaran ini siswa dikondisikan serta diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi sederhana atau solusi pemikiran untuk mengatur dampak negatif yang mungkin timbul akibat munculnya produk teknologi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, tampak bahwa pembelajaran STM memungkinkan anak dapat menghubungkan hal-hal yang telah di pahami dengan fenomena-fenomena yang ada di lingkungannya sehingga dapat menguatkan pemahaman terhadap suatu permasalahan atau memperoleh pemahaman yang baru yang berkaitan dengan kehidupan keseharian siswa tersebut. Sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang fenomena atau objek yang diamati. Selain itu, keuntungan penerapan model pembelajaran STM dalam pembelajaran IPA adalah berlakunya model belajar konstruktivis. Model konstruktivis tersebut menempatkan siswa pada posisi sentral dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
(15)
4
sesuai dengan hakikat IPA itu sendiri yaitu memberikan pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pada akhirnya diharapkan masalah pembelajaran yang dialami siswa dapat teratasi dengan meningkatnya hasil belajar.
Dalam KTSP 2006 terdapat beberapa kajian materi yang harus dikuasai oleh siswa. Salah satu kajian materi tersebut adalah mengenai daur air dan peristiwa alam. Konsep tersebut sangat penting dikuasai oleh siswa sekolah dasar, dimana konsep ini sangat berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa baik secara individu maupun sebagai anggota masyarakat. Guru perlu menanamkan konsep tersebut dengan baik agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai “Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Daur Air dan Peristiwa Alam (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis merumuskan masalah pokok dalam penelitian ini yaitu, “Bagaimanakah penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok daur air dan peristiwa alam?”
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirinci lebih lanjut menjadi:
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada materi pokok daur air dan peristiwa alam?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada materi pokok daur air dan peristiwa alam?
(16)
5
3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada pembelajaran IPA materi pokok daur air dan peristiwa alam?
C.Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah “Penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi pokok daur air dan peristiwa alam di kelas V SDN Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.”
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian secara umum ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok daur air dan peristiwa alam. Sedangkan tujuan khusus dilaksanakannya penelitian ini adalah:
1. Memperoleh gambaran mengenai perencanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada materi daur air dan peristiwa alam.
2. Memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada materi pokok daur air dan peristiwa alam.
3. Memperoleh gambaran mengenai hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada pembelajaran IPA materi pokok daur air dan peristiwa alam.
E.Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap berbagai pihak, diantaranya:
(17)
6
1. Bagi siswa
Diharapkan dapat memahami konsep materi dengan baik karena terlibat langsung dalam mengamati fenomena alam di sekitarnya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu penelitian ini dapat memberikan pengalaman baru dalam pembelajaran IPA sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
2. Bagi guru
Memberi wawasan baru dan masukan bagi guru tentang penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada materi daur air dan peristiwa alam yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik.
3. Bagi peneliti
Sebagai bahan acuan untuk penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada topik yang lain dan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dan tambahan pengalaman dalam membantu peneliti dalam merancang suatu pendidikan yang lebih baik di masa yang akan datang.
4. Bagi sekolah
Penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan serta memberikan sumbangan positif terhadap kemajuan sekolah khususnya kualitas pembelajaran IPA dengan diterapkannya model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat.
F. Definisi Operasional
Beberapa definisi operasional untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini yaitu sebagai beikut:
1. Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan isu yang tengah terjadi di masyarakat sebagai topik dalam pembelajaran di kelas yang berpusat pada siswa.Model pembelajaran STM dalam penelitian ini menggunakan model STM yang diajukan Horsley, et.al, Carlin, dan Yager (Indrawati, 2010) meliputi empat tahap, yaitu tahap invitasi, tahap eksplorasi, penemuan, dan penciptaan, tahap
(18)
7
pengajuan penjelasan dan solusi, serta tahap pengambilan tindakan. Perencanaan pembelajaran STM dilakukan dengan membuat RPP yang di dalam kegiatan intinya memuat tahap-tahap model pembelajaran STM tersebut. Gambaran keterlaksanaan pembelajaran diperoleh dengan menggunakan lembar observasi dan catatan lapangan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru. Selain itu dilakukan wawancara terhadap beberapa orang siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran STM.
2. Hasil belajar adalah pencapaian kompetensi siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam penelitian ini, hasil belajar adalah nilai ulangan harian siswa kelas V SDN Pasirwangi pada pembelajaran IPA materi pokok daur air dan peristiwa alam dengan menerapkan model STM. Hasil belajar tersebut diukur melalui tes tertulis yang diberikan kepada siswa pada akhir pembelajaran. Soal dibuat berdasarkan indikator capaian kompetensi serta mencakup ranah kognitif yaitu pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2).
G.Indikator Keberhasilan Penelitian
Penelitian tindakan kelas dengan topik “Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Materi Pokok Daur Air dan Peristiwa Alam di Kelas V SDN Pasirwangi” dikatakan berhasil dan dihentikan apabila sebanyak 80% siswa memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
(19)
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan metode PTK dikarenakan guru yang lebih mengenal keadaan kelasnya dapat melakukan penelitian secara langsung untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan meliputi guru, siswa, atau kepala sekolah dalam situasi sosial termasuk pendidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, pemahaman mengenai praktik tersebut dan situasi-situasi tempat praktik tersebut dilaksanakan. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakanKemmis dan Taggart (Kunandar, 2010:42) bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk self-inquiry kolektif yang dilakukan oleh partisipan di dalam situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan, serta mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi dimana praktik itu dilaksanakan.
Wardhani dan Wihardit (2008:1.4) menjelaskan pula bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Selanjutnya Arikunto, dkk. (2008:3) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Pemilihan PTK dalam penelitian ini memiliki pertimbangan antara ketepatan dalam pemecahan masalahnya yaitu, berkaitan dengan fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian yang akan diperoleh selama penelitian berlangsung. Berdasarkan beberapapendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa PTK terkait dengan persoalan pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru sehingga, akar permasalahannya muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang
(20)
30
bersangkutan. Penelitian ini bermanfaat sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
B.Model Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam suatu siklus (putaran) tertentu. Setiap siklus terdiri dari beberapa langkah yang harus dilakukann oleh peneliti.Terdapat beberapa model rancangan yang dikemukakan para pakar.Desain pelaksanaan PTK yang digunakan adalah model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart, dalam suatu sistem spiral atau dalam bentuk pengkajian berdaur siklus, yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Alur penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart adalah sebagai berikut:
Sumber:haedlaniez.blogspot.com Gambar 3.1. Alur PTK Model Kemmis dan Taggart
(21)
31
Model yang dikemukakan Kemmis dan Taggart merupakan pengembangan lebih lanjut dari konsep dasar model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak terdapat perbedaan yang mendasar antara keduanya. Dalam model ini tahap pelaksanaan dan observasi dijadikan satu kesatuan karena keduanya tidak terpisahkan dan dilaksanakan secara bersamaan. Model Kemmis dan Taggartini digunakan karena dianggap lebih mudah untuk dilaksanakan dengan beban tugas yang dimiliki. Model ini diharapkan dapat membantu mempermudah penelitian yang akan dilaksanakan dan mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan keinginan dan tujuan yang diharapkan.
Tahap pertama pada setiap siklus adalah penyusunan rencana tindakan. Tahapselanjutnya pelaksanaan dan sekaligus pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Hasil dari tahap pengamatan kemudian dievaluasi dalam bentuk refleksi. Apabila hasil refleksi siklus pertama menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan belum memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka selanjutnya dirancang kembali rencana untuk dilaksanakan pada siklus kedua. Demikian seterusnya hingga hasil yang diharapkan dapat tercapai.
C.Subjek Penelitian
Penelitian berlokasi di SDN Pasirwangi, Desa Gudang Kahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah pembelajaran IPA di kelas V SDN Pasirwangi. Oleh karena itu, subjek penelitian ini adalah siswa SDN Pasirwangi kelas V yang terdiri dari 30 siswa dengan 18 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2012/2013.
D.Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian mengikuti prinsip dasar penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian yang digunakan sesuai dengan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Setiap siklus memiliki beberapa tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Setiap siklus penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru dalam
(22)
32
sistem sekolah. Selain itu, guru dibantu dibantu oleh observer untuk melakukan pengamatan setiap tindakan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam setiap siklusnya.
1. Siklus I
a. Perencanaan Siklus I
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah mempersiapkan sesuatu yang diperlukan dalam melaksanakan tindakan. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA dirancang dengan materi pokok daur air sesuai dengan tahap-tahap model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat yaitu tahap invitasi, eksplorasi, penjelasan solusi dan pengambilan tindakan. Peneliti pun mempersiapkan LKS, media pembelajaran atau alat bantu pembelajaran lainnya. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu lembar tes, pedoman wawancara, dan pedoman observasi.
b. Pelaksanaan Siklus I
Segala sesuatu yang telah disiapkan dalam tahap perencanaan dilaksanakan pada tahap tindakan yaitu pelaksanaan dan penilaian pembelajaran baik terhadap pemahaman siswa maupun aktivitas belajar mengajar. Pada tahap invitasi siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep daur air yang dibahas. Pada tahap ini guru merangsang siswa mengingat atau menampilkan kejadian-kejadian yang ditemukan dalam masyarakat. Pada tahap eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen yang telah dirancang guru. Pada tahap penjelasan solusi siswa memberikan penjelasan-penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya pada tahap eksplorasi. siswa dapat menyampaikan gagasannya, membuat rangkuman dan kesimpulan. Kemudian tahap pengambilan tindakan siswa mengajukan saran baik bagi individu maupun masyarakat yang berhubungan dengan pemecahan masalah dengan membuat janji diri. Pada akhir pembelajaran siswa mengerjakan soal tes untuk mengukur hasil belajar siswa.
(23)
33
c. Observasi Siklus I
Observasi dilakukan saat pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dan dilakukan oleh observer. Lembar observasi yang digunakan berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Selain itu dilakukan dokumentasi serta digunakannya catatan lapangan mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan model Sains Teknologi Masyarakat.
d. Refleksi Siklus I
Setelah diobservasi tahap selanjutnya adalah refleksi. Refleksi dilakukan terhadap pelaksanaan penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat serta menganalisis kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini data dan hasil yang diperoleh pada tahap perencanaan, tindakan, observasi, kemudian dianalisis untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan yang sudah dilakukan sehingga dapat dijadikan pedoman dan bahan pertimbangan untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan Siklus II
Pada tahap perencanaan siklus II, rancangan pembelajaran mengacu pada hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I. Hasil refleksi pada siklus I dijadikan acuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan model Sains Teknologi Masyarakat. Seperti halnya tahap perencanaan pada siklus I, peneliti mempersiapkan RPP, LKS, media, serta instrumen yang diperlukan seperti lembar tes, pedoman observasi, dan pedoman wawancara. b. Pelaksanaan Siklus II
Perencanaan yang telah disiapkan pada tahap sebelumnya dilaksanakan pada tahap tindakan yaitu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Pada tahap invitasi siswa mengemukakan pengetahuan awalnya konsep yang akan dibahas. Pada tahap eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen. Pada tahap penjelasan solusi siswa mengemukakan penjelasan dan solusinya berdasarkan tahap eksplorasi yang telah dilakukan. Kemudian tahap
(24)
34
pengambilan tindakan siswa mengajukan saran baik bagi individu maupun masyarakat mengenai pelestarian dan penghematan air. Pada akhir pembelajaran siswa menyimpulkan pembelajaran dan mengerjakan soal tes untuk mengukur hasil belajar siswa.
c. Observasi Siklus II
Pada tahap observasi siklus II guru dibantu oleh observer yaitu wali kelas dan rekan sejawat untuk melakukan proses pengamatan pemlaksanaan tindakan pada pembelajaran dengan model Sains teknologi Masyarakat. Hal yang diamati adalah keterlaksanaan pembelajaran meliputi aktivitas guru dan siswa. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi yang sebelumnya telah disiapkan pada tahap perencanaan. Observer menulis temuannya dalam lembar observasi tersebut.
d. Refleksi Siklus II
Tahap refleksi siklus II dilakukan setelah tindakan siklus II dilaksanakan. Refleksi kembali dilakukan dengan melibatkan para observer untuk menganalisis proses pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan guru serta menganalisis kelebihan dan kekurangannya. Hasil refleksi ini kemudian akan dijadikan bahan perbaikan untuk pelaksanaan siklus selanjutnya Jika hasil penelitian belum mencapai indikator keberhasilan maka penelitian dilanjutkan pada siklus III.
3. Siklus III
a. Perencanaan Siklus III
Seperti halnya siklus I dan II, hasil refleksi siklus sebelumnya dijadikan bahan acuan pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, guru kembali merencanakan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi dengan membuat RPP, LKS, media, serta instrumen penelitian lainnya. Rancangan pembelajaran dibuat sedemikian hingga untuk memperbaiki hasil belajar pada siklus sebelumnya.
(25)
35
b. Pelaksanaan Siklus III
Perencanaan yang telah dirancang kemudian dilakukan dalam proses pembelajaran secara nyata. Kegiatan yang dilakukan pada tahap invitasi yaitu siswa mengemukakan pengetahuannya mengenai isu-isu peristiwa alam di lingkungan. Pada tahap eksplorasi siswa melakukan eksperimen tanah longsor dengan bimbingan guru. Kemudian pada tahap penjelasan dan solusi siswa mengemukan penjelasan dan solusinya berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada tahap eksplorasi. Pada tahap pelaksanaan tindakan siswa memberkan saran bagi individu maupun bagi masyarakat mengenai konsep yang telah dibahas. Selanjutnya pada akhir pembelajaran siswa menyimpulkan pembelajaran dan mengerjakan lembar tes yang telah disiapkan oleh guru untuk mengukur hasil belajar siswa.
c. Observasi Siklus III
Observasi siklus ini sama halnya dengan siklus sebelumnya yaitu dilakukan oleh observer yang terdiri dari wali kelas dan rekan sejawat. Observer mengamati kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran. Keterlaksanaan pembelajaran dengan penerapan model Sains Teknologi Masyarakat ini diamati dengan pedoman observasi. Semua temuannya dituliskan dalam lembar observasi dan catatan lapangan.
d. Refleksi Siklus III
Tahap akhir pada siklus ini adalah tahap refleksi. Kegiatan refleksi dilakukan dengan melibatkan observer yang telah mengamati pelaksanaan pembelajaran. Kelebihan serta kekurangan yang ditemukan pada tahap pelaksanaan dianalisis dalam kegiatan refleksi ini. Kemudian hasil refleksinya dijadikan perbaikan pada siklus berikutnya. Sama halnya dengan siklus sebelumnya, dalam tahap refleksi ini dilihat ketercapaian pelaksanaan siklus serta hasil belajar siswa. Jika hasil belajar siswa masih belum meningkat maka dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya, Sebaliknya apabila hasil belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian maka penelitian dapat dikatakan berhasil dan dapat dihentikan.
(26)
36
Berdasarkan alur model penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I dijadikan acuan pada siklus berikutnya. Begitu seterusnya, hingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan.
E.Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka diperlukanlah suatu alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Instrumen adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Instrumen merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu kegiatan penelitian. Mutu penelitian sangat ditentukan dari benar tidaknya data yang diperoleh. Sedangkan benar tidaknya data ditentukan dari baik tidaknya instrumen pengumpul data. Oleh karena itu, instrumen penelitian harus memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai. Instrumen yang valid adalah instrumen yang mampu dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur sedangkan reabilitas menyangkut akurasi dan konsistensi alat pengumpul data (Arikunto, dkk., 2008:127). Semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian dapat dikatakan instrumen penelitian. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.
1. Instrumen Pembelajaran
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan menajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar. Tujuan penggunaan rencana pelaksanaan pembelajaran oleh guru yaitu sebagai pedoman umum untuk melaksanakan pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, metode
(27)
37
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat, serta evaluasi.
b. Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa merupakaninstrumen yang dijadikan sebagai pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar kerja siswa memuat tujuan kegiatan, alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja, pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan, serta kesimpulan hasil diskusi. Lembar kerja siswa digunakan dengan tujuan siswa dapat mengembangkan kemampuan, menerapkan pengetahuan, melatih keterampilan, serta aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Instrumen Pengumpulan Data a. Tes
Tes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suatu aspek tertentu. Tes sebagai instrumen pengumpulan data merupakan serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu maupun kelompok.Tes dalam penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai pemahaman siswa mengenai materi pembelajaran. Tes dilakukan setelah selesai pembelajaran.
b. Pedoman Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Lembar observasi ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang diisi oleh observer dengan indikator yang telah ditetapkan. Indikator yang ditetapkan sesuai dengan tahap-tahap model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat. Pedoman observasi ini menggunakan kolom “ya” dan “tidak” yang harus diisi oleh observer. Selain itu terdapat kolom keterangan untuk memuat saran dari observer maupun kekurangan aktivitas guru dan siswa untuk dijadikan bahan refleksi pada akhir pembelajaran.
(28)
38
Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab lisan untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu hal. Pedoman wawancara ini dibuat dalam bentuk pertanyaan terstruktur untuk memperoleh informasi mengenai kesan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan model Sains Teknologi Masyarakat.
d. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan tertulis mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian. Catatan tersebut meliputi deskripsi tentang apa yangsesungguhnya diamati, yang benar-benar terjadi menurut apa yang dilihat, didengar atau diamati dengan alat indra maupun komentar, tafsiran, refleksi, pemikiran atau pandangan tentang apa yang diamati.Semua yang diamati dan dianggap bertalian dengan masalahpenelitian dapat dijadikan data. Catatan tersebut dapatberisi kata-kata inti dan ringkas, frase, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa dan lain-lain.
F. Pengolahan dan Analisis Data
Setelah dilakukan pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan kualitatif. 1. Hasil Tes
a. Penskoran
Penskoran dilakukan untuk menghindari unsur subjektivitas dan dilakukan berdasarkan ketentuan standar nilai setiap soal.
b. Mengubah Skor Menjadi Nilai
Setelah dilakukan penskoran maka selanjutnya adalah mengubahnya menjadi bentuk nilai presentase (%) dengan menggunakan rumus:
nilai = a
(29)
39
c. Menilai Tingkat Pemahaman Siswa
Menurut Arikunto (2008) , berdasarkan tabel tafsiran kategori kemampuan, penilaian kemampuan siswa dapat dikategorikan kedalam lima kategori.
Tabel 3.1.Skala Kategori Kemampuan Nilai (%) Kategori Kemampuan
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat kurang
Arikunto (2008) d. Mengitung Rata-Rata
Rata-rata nilai dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
x =
Keterangan:
x = rata-rata kelas ∑x = jumlah seluruh skor n = banyaknya siswa
e. Menghitung Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar merupakan persentase siswa yang memperoleh nilai memenuhi KKM mata pelajaran IPA yaitu 62. Ketuntasan belajar dihitung dengan rumus:
ketuntasan belajar = a a
(30)
40
2. Hasil Observasi
Peneliti dapat mengumpulkan informasi mengenai aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dengan melalui kegiatan observasi. Keterlaksanaan pembelajaran dapat dihitung dengan rumus:
% keterlaksanaan pembelajaran = a a a a a
a a x 100 %
Selanjutnya untuk menginterpretasikan keterlaksanaan pembelajaran dapat ditentukan berdasarkan tabel berikut ini:
Tabel 3.2.Interpretasi Keterlaksanaan Pembelajaran Nilai (%) Interpretasi
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat kurang
(Prihardina, 2012) 3. Hasil Wawancara dan Catatan Lapangan
Pedoman wawancara ini dibuat untuk memperoleh informasi mengenai kesan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan model Sains Teknologi Masyarakat. Wawancara dilakukan dilakukan secara fleksibel dengan menggunakan pertanyaan pada pedoman wawancara. Sedangkan catatan lapangan merupakan catatan tertulis meliputi deskripsi tentang apa yang sesungguhnya diamati, yang benar-benar terjadi menurut apa yang dilihat, didengar atau diamati dengan alat indra maupun tafsiran dan refleksi tentang apa yang diamati. Semua yang diamati dan dianggap bertalian dengan masalahpenelitian dapat dijadikan data. Data hasil wawancara
(31)
41
dan catatan lapangan dapat dijadikan sebagai bahan refleksi pembelajaran dengan penggambaran secara deskriptif.
(32)
95
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi daur air dan peristiwa alam di kelas V SDN Pasirwangi. Simpulan tersebut mencakup beberapa aspek utama sesuai dengan tujuan penelitian yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan peningkatan hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat.
Perencanaan pembelajaran dirancang dengan menerapkan sintaks atau tahap-tahap model pembelajaran sains teknologi masyarakat yaitu invitasi, eksplorasi, eksplanasi serta pengajuan solusi dan aplikasi. Kualitas perencanaan pembelajaran mengalami peningkatan karena setiap siklus dirancang dengan mengacu pada hasil refleksi pada siklus sebelumnya. Berdasarkan temuan dan analisis dapat disimpulkan perencanaan yang efektif antara lain: (1) pada tahap invitasi guru menyiapkan media yang mengenai isu yang berkaitan dengan materi pembelajaran, (2) pada tahap eksplorasi guru membagi kelompok secara heterogen serta menyiapkan LKS dan alat bahan yang akan digunakan, (3) pada tahap eksplanasi dan solusi guru menyiapkan teknik diskusi kelas yang membuat siswa aktif, (4) pada tahap aplikasi guru meyiapkan reward untuk memotivasi siswa.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model sains teknologi masyarakat dapat melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Aktivitas siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya seperti keantusiasan, keaktifan dan ketertiban. Guru dalam pembelajaran berperan sebagai fasilitator, pembimbing, dan motivator. Berdasarkan temuan dan analisis, pelaksanaan yang efektif dalam penerapan model sains teknologi masyarakat dalam pembelajaran IPA antara lain: (1) pada tahap invitasi guru mengatur posisi duduk siswa dan membuat kesepakatan aturan tanya jawab, (2) pada tahap eksplorasi guru memberikan petunjuk terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan eksplorasi,
(33)
96
membimbing siswa, dan mengingatkan pentingnya kerjasama dalam kelompok, (3) pada tahap eksplanasi dan solusi guru bertindak sebagai moderator dalam kegiatan diskusi kelas, (4) pada tahap aplikasi guru memberikan reward untuk agar siswa termotivasi untuk mengemukakan pendapatnya mengenai pelestarian lingkungan.
Hasil belajar siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya. Peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran dengan menerapkan model sains teknologi masyarakat berdampak pula pada hasil belajarnya. Peningkatan hasil belajar terlihat dari hasil tes siswa yang dilakukan di akhir pembelajaran. Pada pra siklus siswa yang mencapai KKM hanya sebesar 27%. Namun setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 63%. Setelah pelaksanaan Siklus II siswa yang mencapai KKM kembali meningkat menjadi 73%. Pada siklus III seluruh siswa sudah mencapai KKM yaitu sebesar 90%. Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa keterlibatan langsung dan kebermaknaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat mempermudah siswa memahami pembelajaran dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi atau hasil belajar siswa secara signifikan. B.Rekomendasi
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi bagi beberapa pihak terkait dalam penelitian seperti guru, sekolah, dan peneliti selanjutnya.
Bagi guru, penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat dijadikan salah satu model alternatif pada pembelajaran IPA. Guru dituntut untuk kreatif dalam mengembangkan skenario pembelajaran serta menyiapkan alat dan sumber belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak hanya melalui percobaan, lebih baik jika memungkinkan siswa mengamati peristiwa atau fenomena alam yang terdapat secara langsung dalam lingkungan keseharian siswa. Selain itu guru juga perlu merancang pembelajaran agar siswa dapat menerapkan konsep yang didapatnya dalam bentuk tindakan nyata tidak hanya sebagai sebuah gagasan atau ide.
(34)
97
Bagi sekolah, semoga hasil penelitian tindakan kelas ini dapat menjadikan sumbangan positif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran baik dalam pembelajaran IPA maupun pembelajaran lainnya. Sekolah dapat menjadikan model pembelajaran sains teknologi masyarakat sebagai salah satu alternatif pengembangan kurikulum. Penelitian ini juga diharapkan dapat berkontribusi terhadap kemajuan serta kualitas pendidikan di sekolah.
Bagi peneliti selanjutnya, model pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat diterapkan dalam penelitian lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan subjek yang lebih luas dan jenjang yang berbeda. Namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala yang dirasakan oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya disarankan dapat lebih kreatif dalam menyusun
rancangan perencanaan yang matang dan dapat mengembangkan langkah-langkah
penelitian agar pelaksanaan penelitian dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang maksimal.
(35)
98
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S., dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Aunurrahman. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Azmiyati, C., dkk. (2008). IPA Salingtemas untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dimyati dan Mudjiono, (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hidayat, W. A. (2011). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam
Pembelajaran IPA pada Materi Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Proses Hasil Belajar Siswa Kelas III Sekolah Dasar. Skripsi
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Indrawati. (2010). Sains Teknologi Masyarakat untuk Guru SD. PPPPTK IPA Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali
Pers.
Poedjiadi, A. (2010). Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Prihardina, M. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Pembelajaran Ipa Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya. Skripsi UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Primardani, D. I. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Sains teknologi
Masyarakat (STM) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA tentang Sumber Daya Alam. Skripsi Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar FIP UPI Bandung: Tidak diterbirkan.
Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Samatowa, U. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks
(36)
99
Sanjaya, W. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wardhani, IGAK dan Wihardit, K. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
(1)
dan catatan lapangan dapat dijadikan sebagai bahan refleksi pembelajaran dengan penggambaran secara deskriptif.
(2)
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi daur air dan peristiwa alam di kelas V SDN Pasirwangi. Simpulan tersebut mencakup beberapa aspek utama sesuai dengan tujuan penelitian yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan peningkatan hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat.
Perencanaan pembelajaran dirancang dengan menerapkan sintaks atau tahap-tahap model pembelajaran sains teknologi masyarakat yaitu invitasi, eksplorasi, eksplanasi serta pengajuan solusi dan aplikasi. Kualitas perencanaan pembelajaran mengalami peningkatan karena setiap siklus dirancang dengan mengacu pada hasil refleksi pada siklus sebelumnya. Berdasarkan temuan dan analisis dapat disimpulkan perencanaan yang efektif antara lain: (1) pada tahap invitasi guru menyiapkan media yang mengenai isu yang berkaitan dengan materi pembelajaran, (2) pada tahap eksplorasi guru membagi kelompok secara heterogen serta menyiapkan LKS dan alat bahan yang akan digunakan, (3) pada tahap eksplanasi dan solusi guru menyiapkan teknik diskusi kelas yang membuat siswa aktif, (4) pada tahap aplikasi guru meyiapkan reward untuk memotivasi siswa.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model sains teknologi masyarakat dapat melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Aktivitas siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya seperti keantusiasan, keaktifan dan ketertiban. Guru dalam pembelajaran berperan sebagai fasilitator, pembimbing, dan motivator. Berdasarkan temuan dan analisis, pelaksanaan yang efektif dalam penerapan model sains teknologi masyarakat dalam pembelajaran IPA antara lain: (1) pada tahap invitasi guru mengatur posisi duduk siswa dan membuat kesepakatan aturan tanya jawab, (2) pada tahap eksplorasi guru memberikan petunjuk terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan eksplorasi,
(3)
membimbing siswa, dan mengingatkan pentingnya kerjasama dalam kelompok, (3) pada tahap eksplanasi dan solusi guru bertindak sebagai moderator dalam kegiatan diskusi kelas, (4) pada tahap aplikasi guru memberikan reward untuk agar siswa termotivasi untuk mengemukakan pendapatnya mengenai pelestarian lingkungan.
Hasil belajar siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya. Peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran dengan menerapkan model sains teknologi masyarakat berdampak pula pada hasil belajarnya. Peningkatan hasil belajar terlihat dari hasil tes siswa yang dilakukan di akhir pembelajaran. Pada pra siklus siswa yang mencapai KKM hanya sebesar 27%. Namun setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 63%. Setelah pelaksanaan Siklus II siswa yang mencapai KKM kembali meningkat menjadi 73%. Pada siklus III seluruh siswa sudah mencapai KKM yaitu sebesar 90%. Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa keterlibatan langsung dan kebermaknaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat mempermudah siswa memahami pembelajaran dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi atau hasil belajar siswa secara signifikan. B.Rekomendasi
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi bagi beberapa pihak terkait dalam penelitian seperti guru, sekolah, dan peneliti selanjutnya.
Bagi guru, penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat dijadikan salah satu model alternatif pada pembelajaran IPA. Guru dituntut untuk kreatif dalam mengembangkan skenario pembelajaran serta menyiapkan alat dan sumber belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak hanya melalui percobaan, lebih baik jika memungkinkan siswa mengamati peristiwa atau fenomena alam yang terdapat secara langsung dalam lingkungan keseharian siswa. Selain itu guru juga perlu merancang pembelajaran agar siswa dapat menerapkan konsep yang didapatnya dalam bentuk tindakan nyata tidak hanya sebagai sebuah gagasan atau ide.
(4)
Bagi sekolah, semoga hasil penelitian tindakan kelas ini dapat menjadikan sumbangan positif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran baik dalam pembelajaran IPA maupun pembelajaran lainnya. Sekolah dapat menjadikan model pembelajaran sains teknologi masyarakat sebagai salah satu alternatif pengembangan kurikulum. Penelitian ini juga diharapkan dapat berkontribusi terhadap kemajuan serta kualitas pendidikan di sekolah.
Bagi peneliti selanjutnya, model pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat diterapkan dalam penelitian lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan subjek yang lebih luas dan jenjang yang berbeda. Namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala yang dirasakan oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya disarankan dapat lebih kreatif dalam menyusun rancangan perencanaan yang matang dan dapat mengembangkan langkah-langkah penelitian agar pelaksanaan penelitian dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang maksimal.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S., dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Aunurrahman. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Azmiyati, C., dkk. (2008). IPA Salingtemas untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dimyati dan Mudjiono, (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hidayat, W. A. (2011). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran IPA pada Materi Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Proses Hasil Belajar Siswa Kelas III Sekolah Dasar. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Indrawati. (2010). Sains Teknologi Masyarakat untuk Guru SD. PPPPTK IPA
Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Pers.
Poedjiadi, A. (2010). Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Prihardina, M. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Pembelajaran Ipa Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya. Skripsi UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Primardani, D. I. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Sains teknologi Masyarakat (STM) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA tentang Sumber Daya Alam. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI Bandung: Tidak diterbirkan.
Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
(6)
Sanjaya, W. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wardhani, IGAK dan Wihardit, K. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.