Pengaruh Jenis Industri, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Modal Intelektual.

(1)

TESIS

PENGARUH JENIS INDUSTRI, KEPEMILIKAN

MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,

DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP KINERJA

MODAL INTELEKTUAL

I NYOMAN TRISNA SUPRADNYA NIM 1391661016

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

PENGARUH JENIS INDUSTRI, KEPEMILIKAN

MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,

DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP KINERJA

MODAL INTELEKTUAL

Tesis unuk memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

I NYOMAN TRISNA SUPRADNYA NIM 1391661016

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 25 April 2016

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. I.G. Ketut Agung Ulupui, SE, MSi., Ak. Dr. Dewa Gede Wirama, MSBA, Ak. NIP. 19661213 199303 2 003 NIP. 19641224 199103 1 002

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Akuntansi Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Universitas Udayana,

Dr. Dewa Gede Wirama, MSBA, Ak. Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19641224 199103 1 002 NIP. 19590215 198510 2 001


(4)

Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 22 April 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No:………… Tanggal………….

Ketua : Dr. I.G. Ketut Agung Ulupui, SE, MSi., Ak. Anggota :

1. Dr. Dewa Gede Wirama, MSBA, Ak. 2. Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi., Ak., CPA. 3. Dr. I.G.A. Asri Dwija Putri, SE, MSi. 4. Dr. A.A.N.B. Dwirandra, SE, MSi., Ak.


(5)

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : I Nyoman Trisna Supradnya NIM : 1391661016

Program Studi : Magister Akuntansi

Judul Tesis : Pengaruh Jenis Industri, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Modal Intelektual

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah ini bebas dari plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 25 April 2016


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. I.G. Ketut Agung Ulupui, SE, MSi., Ak. pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti Program Magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. Dewa Gede Wirama, MSBA, Ak. sebagai pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak., sebagai Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan moral, pikiran dan tenaga selama proses pendidikan dan memberikan arahan serta bimbingan selama penelitian sampai pada penyelesaian tesis ini. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada para tim penguji pesis lainnya yaitu, Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi., Ak., CPA., Dr. I.G.A. Asri Dwija Putri, SE, MSi., dan Dr. A.A.N.B. Dwirandra, SE, MSi., Ak. yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan serta koreksi demi penyempurnaan tesis ini.


(7)

vii

Ucapan terimakasih yang penulis juga sampaikan kepada seluruh pengelola, dosen dan pegawai pada Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana, yang telah banyak memberikan bantuan dan layanan selama proses pendidikan sampai pada penyelesaian tesis ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada keluarga tercinta, terutama kepada Ayah I Nyoman Wartana dan Ibu Ni Wayan Musti atas doa serta motivasinya selama penulis menempuh proses pendidikan hingga penyelesaian tesis ini. Rekan-rekan mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Udayana Angkatan XII, yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Denpasar, 25 April 2016 I Nyoman Trisna Supradnya


(8)

ABSTRAK

PENGARUH JENIS INDUSTRI, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KEPEMILIKAN ASING

TERHADAP KINERJA MODAL INTELEKTUAL

Penelitian ini menguji pengaruh jenis industri, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing terhadap kinerja modal intelektual. Pengukuran kinerja modal intelektual menggunakan metode Extended VAIC Plus(E-VAIC Plus) yang dikembangkan oleh Ulum (2014).

Populasi penelitian ini adalah 491 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

purposive sampling yang menghasilkan 49 sampel perusahaan. Model regresi berganda digunakan untuk menguji bagaimana pengaruh variabel independen pada variabel dependen.

Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa kinerja modal intelektual jenis industri keuangan lebih tinggi dibandingkan kinerja modal intelektual jenis industri non keuangan. Kepemilikan institusional dan kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap kinerja modal intelektual. Sedangkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja modal intelektual.

Kata kunci: kinerja modal intelektual, jenis industri, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing.


(9)

ix ABSTRACT

THE INFLUENCE OF INDUSTRIAL TYPE, MANAGERIAL OWNERSHIP, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, AND FOREIGN OWNERSHIP TOWARD

INTELLECTUAL CAPITAL PERFORMANCE

This research aims to examine the influence of industrial type, managerial ownership, institutional ownership, and foreign ownership on intellectual capital performance. The intellectual capital performance is measured by Extended Value Added Intellectual Capital Plus (E-VAIC Plus) which was developed by Ulum (2014).

Population of this research is 491 listed companies in Indonesia Stock Exchange in the years 2012-2014. The sampling was created through purposive sampling technique that resulted in 49 companies samples. Multiple regression was used to analyze the influence of the independent variables on the dependent variable.

The result of multiple regression analysis shows financial industrial type of intellectual capital performance is higher than non financial industrial type of intellectual capital performance, institutional ownership and foreign ownership have positive influence on intellectual capital performance. Managerial ownership does not influence intellectual capital performance.

Keywords: intellectual capital performance, industrial type, managerial ownership, institutional ownership, foreign ownership.


(10)

RINGKASAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat pada era globalisasi telah mendorong perusahaan-perusahaan untuk merubah paradigmanya. Dahulu aset berwujud (tangible asset) seperti investasi dalam bentuk fisik, mesin-mesin, dan berbagai macam fasilitas lainnya menjadi salah satu faktor vital dalam produksi. Pada saat ini perusahaan modern secara berangsur-angsur telah bergeser paradigmanya menjadi ekonomi yang berbasis pengetahuan (knowledge), yang lebih mengandalkan teknologi informasi, keterampilan, dan pengetahuan dari karyawan. Kemampuan suatu perusahaan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan nilai tambah dan keunggulan bersaing pada perusahaan modern. Oleh karena itu dalam menciptakan nilai, dilakukan dengan pemanfaatan aset-aset tidak berwujud (intangible assets), yaitu modal intelektual. Hal tersebut telah mendorong perusahaan untuk peduli terhadap modal intelektual.

Jenis industri, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing menjadi aspek yang menentukan kinerja modal intelektual. Jenis industri yang berbeda akan mempunyai pandangan yang berbeda dalam pengelolaan aset dan kapabilitas perusahaan, serta mengoperasikan bisnis. Beberapa perusahaan akan lebih mengandalkan aset berupa modal intelektual, sementara yang lain akan lebih bergantung pada physical assets untuk keberhasilan usahanya. Struktur kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing mencerminkan pihak-pihak yang mempunyai kekuasaan untuk menentukan kebijakan sebagai pedoman bagi dewan direksi dalam menjalankan perusahaan. Perbedaan kebijakan pengelolaan modal intelektual akan menghasilkan kinerja modal intelektual yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh jenis industri, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing terhadap kinerja modal intelektual.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 491 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yang menghasilkan 49 sampel perusahaan. Variabel dependen pada penelitian ini adalah kinerja modal intelektual yang diukur menggunakan metode Extended VAIC Plus (E-VAIC Plus) yang dikembangkan oleh Ulum (2014). Variabel independen pada penelitian ini adalah jenis industri, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing. Pengukuran variabel jenis industri menggunakan variabel dummy skala 1 untuk industri keuangan dan 0 untuk industri bukan keuangan. Variabel kepemilikan saham manajerial diukur dari rasio jumlah saham yang dimiliki pihak manajerial terhadap total saham perusahaan. Variabel kepemilikan institusional diukur dari rasio jumlah kepemilikan saham institusional terhadap total saham perusahaan. Variabel kepemilikan asing dalam penelitian ini diukur dari rasio jumlah saham yang dimiliki pihak asing terhadap total saham perusahaan. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah laporan keuangan auditan, annual report,danfactbook.


(11)

xi

Semua data variabel pada penelitian ini telah memenuhi pengujian asumsi klasik. Model regresi berganda digunakan untuk menguji bagaimana pengaruh variabel independen pada variabel dependen.

Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa kinerja modal intelektual jenis industri keuangan lebih tinggi dibandingkan kinerja modal intelektual jenis industri non keuangan, kepemilikan institusional dan kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap kinerja modal intelektual yang dibuktikan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Variabel kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja modal intelektual yang dibuktikan dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan jenis industri keuangan, kepemilikan institusional yang tinggi, dan kepemilikan asing yang tinggi maka semakin tinggi kinerja modal intelektual yang dihasilkan. Saran yang bisa diajukan dalam penelitian ini adalah perlunya perusahaan dari jenis industri non keuangan memperhatikan cara-cara pengelolaan modal intelektual pada industri keuangan. Kepemilikan institusional dan kepemilikan asing mempengaruhi kinerja modal intelektual. Hal ini mengimplikasikan bahwa perlunya setiap perusahaan untuk mengoptimalkan peran pemegang saham institusi dan pemegang saham asing demi pencapaian kinerja modal intelektual yang lebih baik. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel independen lainnya, seperti ukuran perusahaan dan umur perusahaan.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ……….. i

PERSYARATAN GELAR ……….… ii

LEMBAR PENGESAHAN ……….… iii

SURAT PERNYATAAN ……… v

UCAPAN TERIMAKASIH ………... vi

ABSTRAK ………..……… viii

ABSTRACT ………..………... ix

RINGKASAN ………..……… x

DAFTAR ISI ……… xii

DAFTAR TABEL ………..……….. xiv

DAFTAR GAMBAR ……….. xv

DAFTAR LAMPIRAN ……….... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2 Rumusan Masalah………. 7

1.3 Tujuan Penelitian ……… 7

1.4 Manfaat Penelitian ………..……… 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ……….………. 9

2.1.1Resource Based Theory……… 9

2.1.2 Teori Keagenan ………..……… 11

2.1.3 Pengertian Modal Intelektual ……….. 13

2.1.4 Pengukuran Kinerja Modal Intelektual ……….. 15

2.1.5 Jenis Industri….……….……….. 20

2.1.6 Struktur Kepemilikan….……….. 22

2.1.6.1 Kepemilikan Saham Manajerial ……….. 23

2.1.6.2 Kepemilikan Saham Institusional .……….. 24

2.1.6.3 Kepemilikan Saham Asing ….……….. 25

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya ……… 27

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir………. 32

3.2 Konsep Penelitian ………. 35

3.3 Hipotesis Penelitian ……….. 35

3.3.1 Pengaruh Jenis Industri Terhadap Kinerja Modal Intelektual ……..……….……….……… 35 3.3.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Modal


(13)

xiii

Intelektual……..……….……… 36

3.3.3 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Modal Intelektual……..……….……… 37

3.3.4 Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Modal Intelektual……..……….……… 38

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ……… 40

4.2 Lokasi dan Objek Penelitian ………. 42

4.3 Data Penelitian………. 42

4.3.1 Jenis Data……… 42

4.3.2 Sumber Data……… 42

4.3.3 Metode Penentuan Sampel ………. 43

4.4 Variabel Penelitian……… 44

4.4.1 Identifikasi Variabel ………. 44

4.4.2 Definisi Operasional Variabel ……….. 44

4.5 Metode Pengumpulan Data ……….. 47

4.6 Analisis Data………. 48

4.6.1 Uji Asumsi Klasik ………. 48

4.6.2 Analisis Regresi Berganda……….. 48

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian …….……….………. 54

5.1.1 Deskripsi Sampel Penelitian…….……… 54

5.1.2 Statistik Deskriptif………..……… 55

5.1.3 Pengujian Asumsi Klasik …..……….. 58

5.1.3.1Uji Normalitas ……….….…..………….... 58

5.1.3.2 Uji Multikolinearitas……… 58

5.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas ………. 59

5.1.3.4 UjiAutokorelasi ………….…...………. 60

5.1.4 Analisis Regresi Berganda ….………... 61

5.1.4.1 Uji Statistik F……….….…………..….……….... 62

5.1.4.2 Analisis Koefisien Determinasi ……… 62

5.1.4.3 Uji Statistik t ……… 62

5.2 Pembahasan……….. 63

5.2.1 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Pertama (H1) ….……… 63

5.2.2 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Kedua (H2)…….……… 64

5.2.3 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Ketiga (H3) ………..…. 66

5.2.4 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Pertama (H4) ………… 67

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Penelitian…….……….……….…69

6.2 Keterbatasan dan Saran……….……….……….. 70


(14)

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

5.1 Pengambilan Sampel Penelitian ……… 54

5.2 Statistik Deskriptif ……….. 55

5.3 Uji Normalitas……….………..…………. 58

5.4 Uji Multikolinearitas ……….………..…………. 59

5.5 Uji Heteroskedastisitas …………..………..…………. 60

5.6 Uji Autokorelasi ……….………..…………. 60


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

3.1 Kerangka Berpikir Penelitian………. 34 3.2 Konsep Penelitian ……….. 35 4.1 Rancangan Penelitian………. 41


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No 1. Data Sampel Penelitian ………. 01 2. Contoh Sumber Data kepemilikan manajerial, kepemilikan

institusional, dan kepemilikan asing……….. 02 3. Data Variabel Penelitian ……….. 03

Proses Perhitungan Variabel Kinerja Modal Intelektual ……… 03a


(17)

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat pada era globalisasi. Dahulu aset berwujud (tangible asset) seperti investasi dalam bentuk fisik, mesin-mesin, dan berbagai macam fasilitas lainnya menjadi salah satu faktor vital dalam produksi. Menurut Purnomosidhi (2006), pada saat ini perusahaan modern secara berangsur-angsur telah bergeser paradigmanya menjadi ekonomi yang berbasis pengetahuan (knowledge), yang lebih mengandalkan teknologi informasi, keterampilan, dan pengetahuan dari karyawan. Sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi sumber potensial pada perusahaan modern untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang tidak dapat diperoleh dan ditiru oleh pesaingnya serta mendorong perkembangan dan kesuksesan bisnis di masa depan (Yau, 2009).

Chen (2005) menyatakan bahwa kemampuan suatu perusahaan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan nilai tambah dan keunggulan bersaing pada perusahaan modern. Oleh karena itu dalam menciptakan nilai, dilakukan dengan pemanfaatan aset-aset tidak berwujud (intangible assets), yaitu modal intelektual. Hal tersebut telah mendorong perusahaan untuk peduli terhadap modal intelektual (Elisabeth, 2014).

Menurut Yau (2009) modal intelektual adalah sumber intelektual seperti pengetahuan, pengalaman, teknologi, hubungan pelanggan dan kemampuan


(19)

2

profesional yang dapat membuat dan menopang keunggulan bersaing dan penentu keberlangsungan masa depan perusahaan serta kesuksesan sebuah perusahaan. Menurut Serenko dan Bontis (2013) istilah modal intelektual menekankan kombinasi antara intelektualitas dan modal untuk menunjukkan pentingnya pengetahuan. Dalam prakteknya modal intelektual adalah tentang aktivitas manajer yang dapat diatribusikan dalam upaya atas nama pengetahuan. Aktivitas-aktivitas tersebut seringkali terkait dengan pengembangan karyawan, restrukturisasi organisasi, dan pengembangan aktivitas pemasaran (Ulum, 2015).

Fenomena modal intelektual di Indonesia mulai berkembang terutama setelah munculnya PSAK No. 19 tentang aktiva tidak berwujud. Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai modal intelektual, namun lebih kurang modal intelektual telah mendapat perhatian (Ulum, 2008). Menurut PSAK No. 19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (IAI, 2012).

Terbatasnya ketentuan standar akuntansi tentang modal intelektual mendorong para ahli untuk membuat model pengukuran modal intelektual. Model pengukuran yang sangat popular adalah metode Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) yang dikembangkan oleh Pulic (1998). VAICTM mengukur dampak dari pengelolaan modal intelektual. Asumsinya adalah jika suatu perusahaan memiliki modal intelektual yang baik, dan dikelola dengan baik pula, maka tentu aka nada dampak yang ditimbulkannya. Sehingga dengan demikian


(20)

3

VAICTM lebih tepat disebut sebagai ukuran kinerja modal intelektual (Ulum, 2015). Komponen utama dari VAICTMdapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA – value added capital employed), human capital

(VAHU–value added human capital), dan structural capital(STVA–structural capital value added). Ulum (2014) melakukan modifikasi lanjutan terhadap metode VAICTM yang menempatkan taksonomi modal intelektual pada posisi yang lebih tepat dengan metodeExtended VAICTMPlus(E-VAIC Plus).

Modal intelektual seringkali menjadi faktor penentu utama perolehan laba suatu perusahaan dan dianggap sebagai suatu kekuatan dalam mencapai kesuksesan dalam dunia bisnis (Sawarjuwono, 2003). Oleh karena itu, penting untuk menilai kinerja modal intelektual dari suatu perusahaan dan juga meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja modal intelektual karena dalam jangka panjang hal ini akan memberikan kontribusi pada keunggulan kompetitif perusahaan (Saleh, 2009).

Jenis industri diduga sebagai faktor yang mempengaruhi kinerja modal intelektual. Perusahaan dari industri yang berbeda akan mempunyai pandangan yang berbeda dalam pengelolaan aset dan kapabilitas perusahaan, serta mengoperasikan bisnis. Beberapa perusahaan akan lebih mengandalkan aset berupa modal intelektual, sementara yang lain akan lebih bergantung pada

physical assets untuk keberhasilan usahanya (Tan, 2007). Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan modal intelektual dan kinerja yang berbeda dalam berbagai kelompok industri (Bontis, 2000; Tan, 2007; Kuryanto, 2008; Solikhah, 2010).


(21)

4

Penelitian Tan (2007) yang menggunakan 150 perusahaan yang terdaftar di bursa efek Singapura sebagai sampel penelitian menyatakan bahwa kontribusi modal intelektual terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya. Kuryanto (2008) melakukan penelitian dengan mengambil 73 sampel perusahaan yang terdaftar di BEI. Hasil statistik dari penelitian tersebut menyatakan bahwa dari empat sektor industri (manufaktur, perdagangan, jasa, properti) hanya perusahaan manufaktur yang modal intelektualnya tidak mempunyai kontribusi terhadap kinerja perusahaan. Penelitian Solikhah (2010) yang menggunakan 116 perusahaan yang terdaftar di BEI sebagai sampel menyatakan bahwa kontribusi modal intelektual terhadap kinerja perusahaan berbeda untuk masing-masing industri. Penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan variabel kinerja modal intelektual sebagian besar dilakukan pada sektor keuangan, yaitu Firrer (2003), Mavridis (2004), Kamath (2007), Ulum (2009), Ulum (2014). Menurut Firrer (2003), sektor keuangan merupakan sektor bisnis yang bersifat intellectually intensive. Kamath (2007) menyatakan bahwa perusahaan keuangan termasuk sektor jasa, dimana layanan pelanggan sangat tergantung pada kecerdasan modal manusia.

Faktor lain yang diduga mempengaruhi kinerja modal intelektual selain jenis industri dalam penelitian ini adalah struktur kepemilikan yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing yang merujuk pada penelitian Putriani (2010) dan Bohdanowicz (2013). Bonie dalam Putriani (2010) mengungkapkan bahwa sebagai faktor utama dalam meningkatkan nilai perusahaan, modal intelektual dipengaruhi oleh beberapa aspek. Faktor sebagai


(22)

5

aspek penentu yang mempengaruhi modal intelektual tersebut adalah: (1) retensi kepemilikan; (2) biaya kepemilikan; (3) tata kelola struktur perusahaan. Saleh (2009) menguji pengaruh struktur kepemilikan keluarga, manajemen, pemerintah dan luar negeri terhadap kinerja modal intelektual. Struktur kepemilikan mencerminkan pihak-pihak yang mempunyai kekuasaan untuk menentukan kebijakan sebagai pedoman bagi dewan direksi dalam menjalankan perusahaan. Kebijakan tersebut salah satunya adalah mengenai pengelolaan modal intelektual. Perbedaan kebijakan pengelolaan modal intelektual akan menghasilkan kinerja modal intelektual yang berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Saleh (2009) dengan mengambil sampel perusahaan di Malaysia menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen dan kepemilikan asing tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja modal intelektual. Hal ini disebabkan karena kepemilikan manajerial relatif kecil dan manajer tidak mempunyai kekuatan untuk menentukan sejauh mana pengelolaan IC akan dilakukan. Hasil penelitian Saleh (2009) sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahardika (2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap kinerja modal intelektual perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Penelitian Novitasari (2009) dengan sampel perusahaan perbankan di BEI menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kinerja modal intelektual atau dengan kata lain kepemilikan institusional yang besar di sektor perbankan justru tidak memberikan peningkatan pada kinerja modal


(23)

6

intelektual. Putriani (2010) dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja modal intelektual. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh suatu institusi maka akan terdorong untuk melakukan kinerja yang baik, karena pengawasan yang dilakukan oleh institusi biasanya akan lebih ketat (Putriani, 2010). Hasil penelitian Dian (2011) menyatakan bahwa kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap kinerja modal intelektual perusahaan perbankan di BEI. Perusahaan perbankan domestik memang memerlukan transfer pengetahuan dan teknologi dari pihak investor asing, sehingga kepemilikan asing mampu menjadi mekanisme untuk meningkatkan kinerja modal intelektual (Dian, 2011).

Penelitain Bohdanowicz (2013) dengan sampel perusahaan di Polandia menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja modal intelektual, yang berarti bahwa tingginya kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional dapat meningkatkan kinerja modal intelektual perusahaan. Sedangkan kepemilikan asing berpengaruh negatif terhadap kinerja modal intelektual yang berarti bahwa besarnya kepemilikan asing tidak memberikan peningkatan terhadap kinerja modal intelektual pada perusahaan di Polandia.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Jenis Industri, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Modal Intelektual Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.


(24)

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Apakah jenis industri berpengaruh terhadap kinerja modal intelektual? 2) Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja modal

intelektual?

3) Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja modal intelektual?

4) Apakah kepemilikan asing berpengaruh terhadap kinerja modal intelektual?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh jenis industri terhadap kinerja modal intelektual.

2) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja modal intelektual.

3) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja modal intelektual.

4) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh kepemilikan asing terhadap kinerja modal intelektual.


(25)

8

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Manfaat teoritis

Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa jenis industri, kepemilikan institusional dan kepemilikan asing berpengaruh terhadap kinerja modal intelektual. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang sudah ada sebelumnya yaitu resource based theory dan teori keagenan. Sehingga penelitian ini dapat dijadikan bahan pengembangan riset selanjutnya yang terkait dengan

resource based theorydan teori keagenan. 2) Manfaat praktis

(1) Bagi investor: hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis industri keuangan memiliki kinerja modal intelektual lebih tinggi. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi investor dalam membuat keputusan investasi.

(2) Bagi perusahaan: hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja modal intelektual. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak perusahaan untuk meningkatkan kinerja modal intelektual melalui penambahan proporsi kepemilikan saham oleh pihak manajerial, institusional, dan asing.


(26)

(27)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan resource based theory dan teori keagenan sebagai grand theory yang didukung pula dengan beberapa supporting theory. Teori-teori tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:

2.1.1Resource Based Theory

Resource Based Theory (RBT) membahas mengenai sumber daya yang dimiliki perusahaan dan bagaimana perusahaan mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. RBT dipelopori oleh Penrose, mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan bersifat heterogen, tidak homogen, dan sumber daya perusahaan tersebut akan memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan (Astuti, 2005). RBT menyatakan bahwa perusahaan memiliki sumber daya yang dapat menjadikan perusahaan memiliki keunggulan bersaing dan mampu mengarahkan perusahaan untuk memiliki kinerja jangka panjang yang baik.

Sumber daya yang berharga dan langka dapat diarahkan untuk menciptakan keunggulan bersaing, sehingga sumber daya yang dimiliki mampu bertahan lama dan tidak mudah ditiru, ditransfer atau digantikan. Nothnagel (2008) mengemukakan bahwa terdapat dua asumsi yang melekat pada RBT, yaitu

resource heterogeneity dan resource immobility. Resource heterogeneity

menyinggung apakah sebuah perusahaan memiliki sumber daya atau kapabilitas yang juga dimiliki oleh perusahaan lain yang menjadi kompetitornya, sehingga


(28)

10

sumber daya tersebut dianggap tidak dapat menjadi suatu keunggulan bersaing. Sedangkan resource immobility menunjuk pada suatu sumber daya yang sulit didapat oleh kompetitor karena sulit untuk mendapatkan atau jika menggunakan sumber daya tersebut biayanya sangat mahal.

Barney (1991) menyatakan bahwa dalam perspektif RBT, sumber daya perusahaan meliputi seluruh aset, kapabilitas, proses organisasional, atribut-atribut perusahaan, informasi, knowledge, dan lain-lain yang memungkinkan perusahaan untuk memahami dan mengimplementasikan strategi guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Sumber daya harus memenuhi kriteria tertentu agar dapat memberikan keunggulan kompetitif dan kinerja yang berkelanjutan (Barney, 1991). Kriteria tersebut adalah:

1) Berharga (valuabel resources): sumber daya berharga jika memberikan nilai strategis bagi perusahaan. Sumber daya memberikan nilai jika membantu perusahaan dalam memanfaatkan peluang pasar atau membantu dalam mengurangi ancaman pasar. Tidak ada keuntungan dari memiliki sumber daya jika tidak menambah atau meningkatkan nilai perusahaan. 2) Langka (rare resources): sumber daya yang sulit untuk ditemukan di

antara pesaing dan menjadi potensi perusahaan. Oleh karena itu sumber daya harus langka atau unik untuk menawarkan keunggulan kompetitif. Sumber daya yang dimiliki oleh beberapa perusahaan di pasar tidak dapat memberikan keunggulan kompetitif, karena mereka tidak dapat merancang dan melaksanakan strategi bisnis yang unik dibandingkan dengan kompetitor lain.


(29)

11

3) Tidak dapat ditiru (imperfectly imitable resources): sumber daya dapat menjadi dasar keunggulan kompetitif yang berkelanjutan hanya jika perusahaan yang tidak memegang sumber daya ini tidak bisa mendapatkan mereka atau tidak dapat meniru sumber daya tersebut.

4) Non-substitutability resources: menunjukkan bahwa sumber daya tidak dapat diganti dengan alternatif sumber daya lain. Di sini, pesaing tidak dapat mencapai kinerja yang sama dengan mengganti sumber daya dengan sumber daya alternatif lainnya.

Beberapa peneliti telah mengklasifikasikan sumber daya perusahaan sebagai sumber daya yang berwujud dan tidak berwujud. Barney (dalam Bontis, 2000) mengkategorikan tiga jenis sumberdaya:

1) Modal sumber daya fisik (teknologi, pabrik dan peralatan),

2) Modal sumber daya manusia (pelatihan, pengalaman, wawasan), dan 3) Modal Sumber daya organisasi (struktur formal).

Melalui penjelasan tersebut menurut RBT, modal intelektual memenuhi kriteria-kriteria sebagai sumber daya unik yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat menciptakanvalue addedbagi perusahaan.

2.1.2 Teori Keagenan

Teori keagenen mulai berkembang berawal dari adanya penelitian oleh Jensen dan Meckling (1976) yang mengacu pada pemenuhan tujuan utama dari manajemen keuangan yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan disebut prinsipal. Maksimalisasi


(30)

12

kekayaan prinsipal akan diserahkan kepada pihak-pihak yang dianggap profesional untuk mengelola perusahaan. Pihak profesional tersebut dalam perusahaan disebut sebagai manajemen, yang dalam teori keagenan disebut sebagai agen.

Eisendhart (1989) mengemukakan beberapa teori yang melandasi teori agensi. Teori-teori tersebut dibedakan menjadi tiga jenis asumsi yaitu asumsi tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan dirinya sendiri (self-interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality) dan tidak menyukai resiko (risk aversion). Asumsi keorganisasian menekankan bahwa adanya konflik antar anggota organisasi dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agen. Sedangkan asumsi informasi menekankan bahwa informasi sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan. Jadi yang dimaksud dengan teori keagenan yaitu membahas tentang hubungan keagenan antara prinsipal dan agen.

Konflik kepentingan antara agen dan prinsipal dalam mencapai kemakmuran yang dikehendakinya disebut sebagai masalah keagenan. Masalah keagenan tersebut dapat terjadi akibat adanya asimetri informasi antara pemilik dan manajer. Asimetri informasi ini terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan yang relatif lebih banyak dan mendapatkan informasi relatif lebih cepat dibanding pihak eksternal, seperti investor dan kreditor. Kondisi ini memberikan kesempatan kepada manajer untuk menggunakan informasi yang


(31)

13

diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan kemakmurannya (Richardson, 1998).

2.1.3 Pengertian Modal Intelektual

Menurut Brooking (1996) menyatakan bahwa modal intelektual adalah istilah yang diberikan kepada aset tidak berwujud yang merupakan gabungan dari pasar dan kekayaan intelektual, yang berpusat pada manusia dan infrastruktur yang memungkinkan perusahaan untuk berfungsi. Roos (1997) menyatakan bahwa modal intelektual termasuk semua proses dan aset yang tidak biasanya ditampilkan pada neraca dan seluruh aset tidak berwujud (merek dagang, paten danbrands) yang dianggap sebagai metode akuntansi modern.

Sedangkan Bontis (2000) mengakui bahwa modal intelektual sulit untuk dipahami, namun setelah ditemukan dan dieksploitasi, maka dapat memberikan sebuah organisasi basis sumber daya baru untuk bersaing. Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) menjelaskan modal intelektual sebagai nilai ekonomi dari dua kategori aset tidak berwujud: (1) organizational (structural) capital; dan (2) human capital. Organisational (structural) capital

mengacu pada hal seperti sistem software, jaringan distribusi, dan rantai pasokan.

Human capital meliputi sumber daya manusia di dalam organisasi yaitu sumber daya tenaga kerja atau karyawan dan sumber daya eksternal yang berkaitan dengan organisasi, seperti konsumen dansupplier(Ulum, 2009).

Dengan demikian, modal intelektual merupakan sumber daya perusahaan yang berbasis pengetahuan dan berupa aset tidak berwujud yang dapat dijadikan


(32)

14

nilai tambah bagi perusahaan dengan memperhatikan human capital, structural capital, dan customer capital yang dimiliki perusahaan. Selain itu, modal intelektual mampu digunakan perusahaan untuk menciptakan inovasi dan persaingan bisnis yang kompetitif.

Pada umumnya peneliti menyatakan komponen modal intelektual terdiri dari tiga komponen utama diantaranya:

1) Human Capital

Human capital merupakan kemampuan yang dimiliki karyawan suatu perusahaan dalam menciptakan maupun menghasilkan suatu produk serta kemampuan karyawan untuk berinteraksi dengan pelanggan. Human capital merupakan sumber inovasi dan perbaikan, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Menurut Bontis (2000) human capital

adalah kombinasi dari pengetahuan, skill, kemampuan melakukan inovasi dan kemampuan menyelesaikan tugas. Jika perusahaan berhasil dalam mengelola pengetahuan karyawannya, maka hal itu dapat meningkatkan

human capital.

2) Structural Capital

Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi


(33)

15

manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan.

3) Customer Capital

Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Customer capital merupakan hubungan yang harmonis/association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut (Sawarjuwono, 2003).

2.1.4 Pengukuran Kinerja Modal Intelektual

Praktik akuntansi tradisional hanya mampu mengakui intellectual property

sebagai aset tak berwujud dalam laporan keuangannya, seperti paten, merk dagang dan goodwill (Starovic, 2003).Intangible baru seperti kompetensi staf, hubungan pelanggan, model simulasi, sistem komputer dan administrasi tidak memperoleh pengakuan dalam model keuangan tradisional (Tan, 2007). Pengakuan terhadap modal intelektual yang merupakan penggerak nilai perusahaan dan keunggulan kompetitif makin meningkat, meskipun demikian pengukuran yang tepat atas modal intelektual masih terus dicari dan dikembangkan (Chen, 2005).


(34)

16

Sulitnya mengukur modal intelektual secara langsung tersebut, kemudian Pulic (1998) mengusulkan pengukuran secara tidak langsung terhadap modal intelektual dengan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (Value Added Intellectual Coefficient – VAIC™). Konsep nilai tambah adalah indikator obyektif secara keseluruhan dari kesuksesan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai dengan memasukkan investasi sumber daya termasuk gaji dan bunga untuk aset keuangan, deviden, pajak serta biaya research and development.

Formulasi dan tahapan perhitungan nilai VAICTM yang dikembangkan oleh Pulic (1998) adalah sebagai berikut:

1) Value Added(VA)

Tahap pertama dengan menghitung Value Added (VA). VA dihitung dengan menggunakan cara yaitu sebagai berikut:

VA = OUT–IN ……….……(1) Keterangan:

VA =value addedperusahaan

OUT = total penjualan dan pendapatan lain

IN = beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan) 2) Capital Employed Efficiency(CEE)

Rasio ini menunjukkan kontibusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE (Capital Employed)terhadapvalue addedperusahaan.

CEE = Value Added(VA) …….………..(2)


(35)

17

Keterangan:

CE:capital employed(nilai buku dari total aset) 3) Human Capital Efficiency(HCE)

HCE menunjukkan berapa banyak VA (Value Added) dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC (Human Capital)terhadapvalue addedperusahaan.

Keterangan:

HC:human capital(beban karyawan) 4) Structural Capital Efficiency(SCE)

Rasio ini mengukur jumlah SC (Structural Capital) yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

Keterangan:

SC:structural capital(VA - HC)

5) Value Added Intellectual Coefficient(VAICTM)

Tahap kelima dengan menghitung Value Added Intellectual Coefficient

(VAICTM).

VAICTM= CEE + HCE + SCE …………...………(5) HCE = Value Added(VA) …….………….………..(3)

Human Capital(HC)

SCE = Structural Capital (SC) …….………..….……..(4)


(36)

18

Berdasarkan kajian sejumlah model pengukuran modal intelektual yang dihasilkan oleh para ahli, Nazari dan Herremans (2007) menawarkan Extended VAICTM Model yang merupakan revisi atas model VAICTM. Jika dalam model VAICTM terdapat tiga komponen yaitu CEE (capital employed efficiency), HCE (human capital efficiency), dan SCE (structure capital efficiency), maka dalam

Extended VAICTM Model menjadi lima komponen, yaitu: HCE, CEE, CCE (customer capital efficiency), InCE (innovation capital efficiency), PCE (process capital efficiency). Formulasi Extended VAICTM Model yang dikembangkan oleh Nazari dan Herremans (2007) adalah sebagai berikut:

1) Value Added(VA)

Tahap pertama dengan menghitung Value Added (VA). VA dihitung dengan menggunakan cara yaitu sebagai berikut:

VA = OUT–IN ……….……(6) Keterangan:

VA: value addedperusahaan

OUT: total penjualan dan pendapatan lain

IN: beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan) 2) Capital Employed Efficiency(CEE)

Keterangan:

CE:capital employed(nilai buku dari total aset) 3) Human Capital Efficiency(HCE)

CEE = Value Added(VA) …….………….………..(7)

Capital Employed(CE)

HCE = Value Added(VA) …….………….………..(8)


(37)

19

Keterangan:

HC:human capital(beban karyawan) 4) Structural Capital Efficiency(SCE)

Keterangan:

CC:customer capital

InC:innovation capital

PC:process capital

5) Process Capital Efficiency(PCE)

PCE = SCE - InCE - CEE ……….……(10)

Keterangan: InCE= InC : VA CCE= CC : VA 6) ExtendedVAICTMModel ExtendedVAICTM= CEE + HCE + SCE ……….…(11)

Perkembangan selanjutnya terhadap pengukuran kinerja modal intelektual dilakukan oleh Ulum (2014) melalui model Extended VAIC Plus (E-VAIC Plus) yang merupakan modifikasi lanjutan dari model VAICTM. Metode E-VAIC Plus relation capital (RC) ditempatkan sebagai komponen tersendiri dan bukan merupakan bagian dari structure capital (SC) sebagaimana formulasi dari Nazari dan Herremans (2007). Secara utuh, E-VAIC Plus diformulasikan sebagai berikut: E-VAIC Plus = ICE + CEE……...……...……….(12)

VA = OUT–IN………...……...…….(13)

ICE = HCE + SCE + RCE………...……....(14)

CEE = VA : CE……….…….…….(15)

SCE = CC + InC + PC …….………..(9)


(38)

20

HCE = VA : HC……….………..……...…….(16)

SCE = InCE + PCE………..…………...…….(17)

RCE = RC : VA………...………...…….(18)

InCE = InC : VA………..………...…….(19)

PCE = PC : VA………...………...……….(20)

Keterangan:

E-VAIC Plus:Extended VAIC Plus

ICE :Intellectual Capital Efficiency

HCE :Human Capital Efficiency

SCE :Structural Capital Efficiency

RCE :Relation Capital Efficiency

CEE :Capital Employed Efficiency

CE :Capital Empyoyed; nilai buku dari total aset VA :Value added

OUT : Total penjualan dan pendapatan lain

IN : Beban dan biaya-biaya kecuali beban karyawan

HC :Human Capital; total biaya gaji dan pelatihan karyawan InCE :Innovation Capital Efficiency

PCE :Process Capital Efficiency

RC :Relational Capital; biaya pemasaran

InC :Innovation Capital; biayaresearch and development

PC :Process Capital; biaya penyusutan dan amortisasi

Berdasarkan penjelasan diatas, maka pengukuran kinerja modal intelektual yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metodeExtended VAIC Plus (E-VAIC Plus) yang dikembangkan oleh Ulum (2014).

2.1.5 Jenis Industri

BerdasarkanIDX Statistics Booksektor industri di BEI dapat diklasifikasikan menjadi sembilan sektor, yaitu:

1) Sektor pertanian, 2) Sektor pertambangan,


(39)

21

4) Sektor aneka industri, 5) Sektorconsumer goods,

6) Sektor properti, real estate, dan konstruksi, 7) Sektor infrastruktur, utiliti, dan transportasi, 8) Sektor keuangan

9) Sektor perdagangan, jasa-jasa, dan investasi

Kuryanto (2008) menyatakan bahwa perusahaan dari industri berbeda memiliki jangkauan yang berbeda pada aktiva dan kapabilitas mengoperasikan bisnisnya dengan efektif. Beberapa perusahaan akan menyandarkan lebih pada modal intelektual, tetapi perusahaan yang lain akan bergantung pada aset keuangan dan aset fisik untuk kesuksesan mereka (Tan, 2007).

Penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan variabel kinerja modal intelektual sebagian besar dilakukan pada sektor keuangan, yaitu Firrer (2003), Mavridis (2004), Kamath (2007), Ulum (2009), Ulum (2014). Menurut Firrer (2003) serta Kamath (2007), sektor keuangan merupakan sektor bisnis yang bersifat intellectually intensive dan termasuk sektor jasa dimana layanan pelanggan sangat tergantung pada kecerdasan modal manusia. Ambar (2004) menyatakan bahwa sektor keuangan merupakan salah satu industri yang masuk dalam kategori industri berbasis pengetahuan (knowledge based-industries) yaitu industri yang memanfaatkan inovasi-inovasi yang diciptakannnya sehingga memberikan nilai tersendiri bagi perusahaan atas produk dan jasa yang dihasilkan bagi konsumen.


(40)

22

Hasil penelitian Bontis (2000) dan Tan (2007) menunjukkan kontribusi modal intelektual lebih tinggi untuk perusahaan di sektor jasa. Industri jasa memerlukan banyak tenaga kerja dalam menjalan aktivitas perusahaan dibandingkan dengan kebutuhan aset fisik. Perusahaan sektor jasa mengindikasikan bahwa modal intelektual menentukan kualitas jasa perusahaan yang akan diberikan ke pelanggan (Yudhanti, 2011). Kuryanto (2008) melakuan penelitian pada perusahaan yang terdaftar di BEI menyatakan bahwa kontribusi modal intelektual lebih tinggi untuk perusahaan di sektor properti dan jasa, sedangkan kontribusi modal intelektual masih kurang untuk sektor perdagangan dan bahkan lebih sedikit untuk sektor manufaktur.

Berdasarkan klasifikasi sektor industri menurut IDX Statistics Book, maka dalam penelitian ini akan digunakan dummy 1 untuk perusahaan keuangan dan 0 untuk bukan keuangan sebagai proksi dari variabel jenis industri. Perusahaan industri keuangan terdiri dari perusahaan perbankan, lembaga pembiayaan, perusahaan sekuritas dan asuransi.

2.1.6 Struktur Kepemilikan

Para peneliti berpendapat bahwa struktur kepemilikan perusahaan memiliki peran yang sangat penting dalam keberlangsungan usaha. Dalam penelitian ini struktur kepemilikan dibedakan menjadi tiga, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing.


(41)

23

2.1.6.1 Kepemilikan saham manajerial

Jansen dan Mackling (1976) menyatakan kepemilikan manajerial yang tinggi dapat mengurangi konflik antara prinsipal dan agen. Dengan kata lain kepemilikan saham manjerial dalam suatu perusahaan akan mendorong penyatuan kepentingan antara agen dan prinsipal sehingga manajer akan bertindak sesuai dengan yang diharapkan pemegang saham.

Manajer yang memiliki saham saham perusahaan akan menyelaraskan kepentingannya dengan kepentingan sebagai pemegang saham. Sementara dalam perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, manajer yang bukan pemegang saham kemungkinan akan mementingkan kepentingannya sendiri. Mudambi (1995) menemukan bahwa kepemilikan saham oleh manajer akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Semakin meningkatnya proporsi kepemilikan saham manajerial maka kinerja perusahaan juga semakin baik, dengan meningkatkan kepemilikan saham manajerial akan mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

Marcus (2006) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham (outsiders ownership), sehingga akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang diambil serta menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri.


(42)

24

Kepemilikan saham manajerial adalah proporsi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen, yang dapat diukur dari persentase saham biasa yang dimiliki oleh pihak manajemen yang secara aktif terlibat dalam pengambilan keputusan perusahaan (Wahidahwati, 2002). Manajer eksekutif ini meliputi direksi, dan dewan komisaris. Pada penelitian ini besarnya kepemilikan saham manajerial diukur dari rasio dari jumlah saham yang dimiliki pihak manajerial terhadap total saham perusahaan. Pengukuran ini mengacu pada penelitian Saleh (2009).

2.1.6.2 Kepemilikan saham institusional

Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham. Signifikansi kepemilikan oleh institusional sebagai agen pengawas ditekankan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal.

Bathala (1994) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan oleh institusi maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi untuk mengawasi manajemen. Akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan juga akan meningkat. Pengawasan terhadap perusahaan tidak hanya terbatas dilakukan oleh pihak dalam perusahaan, namun juga dapat dilakukan dari pihak eksternal perusahaan yaitu dengan adanya pengawasan melalui investor-investor


(43)

25

institusional. Kepemilikan perusahaan oleh institusi akan mendorong pengawasan yang lebih efektif, karena institusi merupakan profesional yang memiliki kemampuan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan yang lebih optimal terhadap kinerja perusahaan.

Kepemilikan saham institusional dapat membantu untuk melakukan monitoring perusahaan. Dengan demikian, kemungkinan manajer untuk mencapai kepentingan pribadi akan berkurang. Permanasari (2013) menyatakan tingginya kepemilikan oleh institusi akan meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan. Pengawasan yang tinggi ini kemungkinan akan meminimalisasi tingkat penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh pihak manajer. Pengawasan oleh institusi diharapkan dapat mendorong manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan efek, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, perbankan, dana pensiun dan kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008). Pada penelitian ini kepemilikan institusional diukur dari rasio dari jumlah kepemilikan saham institusional terhadap total saham perusahaan. Pengukuran ini mengacu pada Bohdannowicz (2013).

2.1.6.3 Kepemilikan saham asing

Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal menjelaskan beberapa pasal yang menyangkut kepemilikan saham asing, yaitu:


(44)

26

1) Pasal 1 angka 3: penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing.

2) Pasal 1 angka 6: penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik Indonesia.

Untuk batasan penyertaan saham asing di Indonesia, diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014 tentang daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal. Sedangkan batasan penyertaan saham asing di Indonesia pada perusahaan perbankan diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1999 tentang pembelian saham bank umum, yang menjelaskan bahwa jumlah kepemilikan saham bank oleh warga negara asing dan atau badan hukum asing yang diperoleh melalui pembelian secara langsung maupun melalui bursa efek sebanyak-banyaknya adalah 99% dari jumlah saham bank yang bersangkutan.

Kepemilikan asing dapat digunakan sebagai salah satu mekanisme yang efektif untuk mengawasi manajemen karena peranan kepemilikan asing mirip dengan investor institusional (Saleh 2009). Kepemilikan asing dalam perusahaan juga merupakan pihak yang dianggap concern terhadap peningkatan good corporate governance. Jika investor asing diasumsikan dapat berperan dalam mengawasi manajemen maka diharapkan kinerja perusahaan dapat meningkat dan


(45)

27

kepemilikan asing diharapkan juga mampu menjadi mekanisme untuk meningkatkan kinerja modal intelektual perusahaan.

Chibber & Majumdar (1999) menemukan kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan di India. Dengan semakin banyaknya pihak asing yang menanamkan sahamnya diperusahaan maka akan meningkatkan kinerja dari perusahaan yang di investasikan sahamnya, hal ini terjadi karena pihak asing yang menanamkan modal sahamnya memiliki sistem manajemen, teknologi dan inovasi, keahlian dan pemasaran yang cukup baik yang bisa membawa pengaruh positif bagi perusahaan.

Kepemilikan asing dalam penelitian ini menggunakan persentase pemilikan saham pihak/entitas asing (luar negeri). Besarnya saham pihak/entitas asing diukur dari rasio dari jumlah saham yang dimiliki pihak asing terhadap total saham perusahaan. Pengukuran ini mengacu pada Saleh (2009).

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai kinerja modal intelektual telah dilakukan di Indonesia maupun di luar negeri. Firer (2003) melakukan penelitian pengaruh VAIC terhadap kinerja perusahaan pada 75 perusahaan publik di Afrika Selatan degan empat intensive industry sector, yaitu keuangan, elektrikal, teknologi informasi, dan jasa. Hasil dari penelitian tersbut menyatakan bahwa VAIC tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Mavridis (2004) melakukan penelitian mengenai kinerja modal intelektual pada industri perbankan di Jepang selama periode 2000-2001 dengan jumlah sampel sebanyak 141. Metode yang digunakan adalah model


(46)

28

VAIC yang oleh Mavridis disebut sebagai Best Practice Index (BPI). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata skor BPI institusi keuangan di Jepang adalah 4,07 (good performance).

Ulum (2009) melakukan penelitian dengan sampel 23 bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2007. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa VAIC berpengaruh signifikan terhadap ROA, baik masa sekarang maupun masa datang. Ulum (2014) melakukan penelitian pada perusahaan publik sektor perbankan di Indonesia selama tahun 2009-2012. Jumlah total sampel adalah 123, dengan model pengukuran yang digunakan adalah Moddified VAIC (MVAIC). Berdasarkan hasil perhitungan MVAIC, selanjutnya dibuat pemeringkatan kinerja modal ntelektual perbankan di Indonesia. Berdasarkan kriteria yang ditentukan, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 29 perusahaan perbankan berada pada kriteria top performers dan 17 perusahaan perbankan berada pada kriteria

bad performer.

Tan (2007) menggunakan 150 perusahaan yang terdaftar di bursa efek Singapura sebagai sampel penelitian untuk melihat pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan dan kontribusi modal intelektual terhadap kinerja perusahaan dilihat dari jenis industrinya. Kinerja keuangan yang digunakan adalah return on equity, earnings per share, dan annual return.

Penelitian tersebut mengindikasikan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dan kontribusi modal intelektual terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya. Penelitian yang serupa dengan Tan (2007) juga telah dilakukan oleh Kuryanto (2008) dan Solikhah (2010).


(47)

29

Kuryanto (2008) melakukan penelitian dengan mengambil 73 sampel perusahaan yang terdaftar di BEI. Penelitian tersebut menguji pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa: tidak ada pengaruh positif antara modal intelektual sebuah perusahaan dengan kinerjanya, dan kontribusi modal intelektual untuk sebuah kinerja perusahaan akan berbeda sesuai dengan jenis industrinya. Selain itu hasil statistik dari penelitian tersebut menyatakan bahwa dari empat sektor industri (manufaktur, perdagangan, jasa, properti) hanya perusahaan manufaktur yang modal intelektualnya tidak mempunyai kontribusi terhadap kinerja perusahaan.

Penelitian Solikhah (2010) menguji pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan dan perbedaan kinerja modal intelektual masing-masing industri. Sampel yang digunakan berjumlah 116 perusahaan yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hasil lainnya adalah kontribusi modal intelektual terhadap kinerja perusahaan berbeda untuk masing-masing industri.

Penelitian mengenai kinerja modal intelektual dilakukan oleh Saleh (2009). Penelitian tersebut menguji pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja modal intelektual. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan yaitu: (1) kepemilikan keluarga memiliki hubungan yang negatif terhadap kinerja modal intelektual. (2) kepemilikan manajerial, kepemilikan pemerintah, dan kepemilikan asing tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja modal intelektual. Saleh (2009) menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di pasar modal Malaysia.


(48)

30

Pengukuran kinerja modal intelektual penelitian tersebut menggunakan metode VAIC™. Hasil penelitian saleh (2009) sejalan dengan hasil penelitian Mahardika (2014).

Putriani (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja modal intelektual. Sampel yang digunakan adalah 60 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja modal intelektual. Sedangkan kepemilikan manajerial dan kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap kinerja modal intelektual.

Dian (2011) melakukan penelitian dengan sampel yang digunakan adalah 56 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menguji pengaruh struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan manajerial, institusional, asing dan pemerintah serta ukuran perusahaan, dan umur perusahaan terhadap kinerja modal intelektual. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa: (1) kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja modal intelektual, (2) kepemilikan asing dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja modal intelektual, (3) kepemilikan pemerintah dan umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap kinerja modal intelektual.

Penelitian lainnya dilakukan Bohdannowicz (2013) yang menguji pengaruh struktur kepemilikan terhadap efisiensi modal intelektual. Sampel yang digunakan adalah perusahaan di Polandia yang terdaftar di Bursa Efek Warsawa. Hasil dari penelitian tersebut adalah: (1) kepemilikan asing dan kepemilikan pemerintah berpengaruh negatif terhadap efisiensi modal intelektual. (2) kepemilikan


(49)

31

manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap efisiensi modal intelektual.

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai kinerja modal intelektual. Pengembangan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya dilakukan dengan menambah satu variabel baru yaitu jenis industri. Penelitian sebelumnya hanya terfokus pada kinerja modal intelektual di kelompok industri yang sifatnya homogen.


(50)

(1)

kepemilikan asing diharapkan juga mampu menjadi mekanisme untuk meningkatkan kinerja modal intelektual perusahaan.

Chibber & Majumdar (1999) menemukan kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan di India. Dengan semakin banyaknya pihak asing yang menanamkan sahamnya diperusahaan maka akan meningkatkan kinerja dari perusahaan yang di investasikan sahamnya, hal ini terjadi karena pihak asing yang menanamkan modal sahamnya memiliki sistem manajemen, teknologi dan inovasi, keahlian dan pemasaran yang cukup baik yang bisa membawa pengaruh positif bagi perusahaan.

Kepemilikan asing dalam penelitian ini menggunakan persentase pemilikan saham pihak/entitas asing (luar negeri). Besarnya saham pihak/entitas asing diukur dari rasio dari jumlah saham yang dimiliki pihak asing terhadap total saham perusahaan. Pengukuran ini mengacu pada Saleh (2009).

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai kinerja modal intelektual telah dilakukan di Indonesia maupun di luar negeri. Firer (2003) melakukan penelitian pengaruh VAIC terhadap kinerja perusahaan pada 75 perusahaan publik di Afrika Selatan degan empat intensive industry sector, yaitu keuangan, elektrikal, teknologi informasi, dan jasa. Hasil dari penelitian tersbut menyatakan bahwa VAIC tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Mavridis (2004) melakukan penelitian mengenai kinerja modal intelektual pada industri perbankan di Jepang selama periode 2000-2001 dengan jumlah sampel sebanyak 141. Metode yang digunakan adalah model


(2)

VAIC yang oleh Mavridis disebut sebagai Best Practice Index (BPI). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata skor BPI institusi keuangan di Jepang adalah 4,07 (good performance).

Ulum (2009) melakukan penelitian dengan sampel 23 bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2007. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa VAIC berpengaruh signifikan terhadap ROA, baik masa sekarang maupun masa datang. Ulum (2014) melakukan penelitian pada perusahaan publik sektor perbankan di Indonesia selama tahun 2009-2012. Jumlah total sampel adalah 123, dengan model pengukuran yang digunakan adalah Moddified VAIC (MVAIC). Berdasarkan hasil perhitungan MVAIC, selanjutnya dibuat pemeringkatan kinerja modal ntelektual perbankan di Indonesia. Berdasarkan kriteria yang ditentukan, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 29 perusahaan perbankan berada pada kriteria top performers dan 17 perusahaan perbankan berada pada kriteria bad performer.

Tan (2007) menggunakan 150 perusahaan yang terdaftar di bursa efek Singapura sebagai sampel penelitian untuk melihat pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan dan kontribusi modal intelektual terhadap kinerja perusahaan dilihat dari jenis industrinya. Kinerja keuangan yang digunakan adalah return on equity, earnings per share, dan annual return. Penelitian tersebut mengindikasikan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dan kontribusi modal intelektual terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya. Penelitian yang serupa dengan Tan (2007) juga telah dilakukan oleh Kuryanto (2008) dan Solikhah (2010).


(3)

Kuryanto (2008) melakukan penelitian dengan mengambil 73 sampel perusahaan yang terdaftar di BEI. Penelitian tersebut menguji pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa: tidak ada pengaruh positif antara modal intelektual sebuah perusahaan dengan kinerjanya, dan kontribusi modal intelektual untuk sebuah kinerja perusahaan akan berbeda sesuai dengan jenis industrinya. Selain itu hasil statistik dari penelitian tersebut menyatakan bahwa dari empat sektor industri (manufaktur, perdagangan, jasa, properti) hanya perusahaan manufaktur yang modal intelektualnya tidak mempunyai kontribusi terhadap kinerja perusahaan.

Penelitian Solikhah (2010) menguji pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan dan perbedaan kinerja modal intelektual masing-masing industri. Sampel yang digunakan berjumlah 116 perusahaan yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hasil lainnya adalah kontribusi modal intelektual terhadap kinerja perusahaan berbeda untuk masing-masing industri.

Penelitian mengenai kinerja modal intelektual dilakukan oleh Saleh (2009). Penelitian tersebut menguji pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja modal intelektual. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan yaitu: (1) kepemilikan keluarga memiliki hubungan yang negatif terhadap kinerja modal intelektual. (2) kepemilikan manajerial, kepemilikan pemerintah, dan kepemilikan asing tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja modal intelektual. Saleh (2009) menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di pasar modal Malaysia.


(4)

Pengukuran kinerja modal intelektual penelitian tersebut menggunakan metode VAIC™. Hasil penelitian saleh (2009) sejalan dengan hasil penelitian Mahardika (2014).

Putriani (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja modal intelektual. Sampel yang digunakan adalah 60 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja modal intelektual. Sedangkan kepemilikan manajerial dan kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap kinerja modal intelektual.

Dian (2011) melakukan penelitian dengan sampel yang digunakan adalah 56 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menguji pengaruh struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan manajerial, institusional, asing dan pemerintah serta ukuran perusahaan, dan umur perusahaan terhadap kinerja modal intelektual. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa: (1) kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja modal intelektual, (2) kepemilikan asing dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja modal intelektual, (3) kepemilikan pemerintah dan umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap kinerja modal intelektual.

Penelitian lainnya dilakukan Bohdannowicz (2013) yang menguji pengaruh struktur kepemilikan terhadap efisiensi modal intelektual. Sampel yang digunakan adalah perusahaan di Polandia yang terdaftar di Bursa Efek Warsawa. Hasil dari penelitian tersebut adalah: (1) kepemilikan asing dan kepemilikan pemerintah berpengaruh negatif terhadap efisiensi modal intelektual. (2) kepemilikan


(5)

manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap efisiensi modal intelektual.

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai kinerja modal intelektual. Pengembangan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya dilakukan dengan menambah satu variabel baru yaitu jenis industri. Penelitian sebelumnya hanya terfokus pada kinerja modal intelektual di kelompok industri yang sifatnya homogen.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, dan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di BEI

0 31 97

Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang, Dan Kebijakan Dividen Dalam Perspektif Teori Keagenan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 29 136

Pengaruh kepemilikan keluarga, kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial terhadap biaya utang (cost of debt) : Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013

8 35 111

Pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance : studi empiris pada sektor perbankan yang terdaftar di bei periode tahun 2009-2013

0 15 0

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN MANAJERIAL KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN ASING DAN KEPEMILIKAN PUBLIK TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

0 3 108

Pengaruh Jenis Industri, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Modal Intelektual.

0 8 50

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN K

0 2 80

PENGARUH JENIS INDUSTRI, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN ASING, DAN STRATEGI BERSAING TERHADAP KINERJA INTELLECUAL

0 0 16

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP KINERJA INTELLECTUAL CAPITAL

0 0 17

Pengaruh kepemilikan manajerial,kepemilikan institusional dan kepemilikan asing terhadap kinerja intellectual capital - Perbanas Institutional Repository

0 0 13