BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar PPKN KelaS 4 SD Negeri Tingkir Tengah 02 Tahun Pelajaran 2017/2018 Menggunakan Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads To

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

  Era global semakin maju dan kurikulum pendidikan juga semakin ditingkatkan untuk menuju tahapan yang lebih baik. Perkembangan jaman menuntut para pendidik untuk memperbaiki pendidikan supaya tidak tertinggal dengan negara lain. Guru harus mampu menyesuaikan hal tersebut dengan kegiatan pembelajaran.

  Model pembelajaran diperbaiki dan diperbaharui untuk menuju kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, melibatkan siswa dan menciptakan suasana belajar yang baru pada setiap proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut, model pembelajaran memegang peran yang penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini, teori yang akan dikaji adalah pembelajaran tematik serta muatan PPKn, hasil belajar dan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) serta model pembelajaran

  

Numbered Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013. Hasil kajian yang

relevan, kerangka pikir, hipotesis juga akan dibahas dalam bab ini.

1.1.1 Hakikat Pembelajaran Tematik

  Model pembelajaran tematik integratif disebut sebagai model pembelajaran yang efektif. Tematik integratif dianggap sebagai model pembelajaran yang efektif karena mampu menampung dan menyentuh secara terpadu dilihat dari emosi, fisik, dan akademik peserta didik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2014:15)). Pembelajaran tematik integratif adalah pembelajaran yang tidak memakai “nama-nama disiplin ilmu” pada nama mata pelajaran tetapi menggunakan tema-tema tertentu (Yani, 2014: 114). Tema mengikat beberapa pokok bahasan dari sejumlah mata pelajaran yang berbeda.

  Model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran tematik Pembelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 dilaksanakan dalam tematik integratif. Muatan PPKn diintegrasikan dengan muatan pelajaran lain yaitu IPS, IPA, SBdP, dan juga bahasa Indonesia. penulis dalam penelitian ini akan melakukan penelitian terhadap muatan PPKn Tema 7 Subtema 3 pada siswa kelas 4. Adapun kompetensi dasar PPKn pada Tema 7 Subtema 3 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kompetensi Dasar PPKn Kelas 4 Tema 7 Subtema 3 No. Kompetensi Dasar 1.

3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.

  2.

4.4 Menyajikan berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.

2.1.2 Pengertian Belajar

  Belajar adalah proses yang dilakukan secara aktif oleh siswa itu sendiri untuk membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang selalu menerima ceramah dari guru tentang segala pengetahuan yang diberikan (Suprijono, 2009: 3). Pengetahuan bukan hanya bersumber dari guru tetapi lingkungan sekitar juga akan berpengaruh pada proses belajar, proses belajar yang dihasilkan akan lebih bermakna dibandingkan hanya ceramah dari guru. Proses belajar akan menghasilkan perubahan tingkah laku yang terlihat dari keseharian siswa dalam mengikuti berbagai kegiatan pembelajaran. Sedangkan (Hamalik, 2009: 27) menjelaskan bahwa perubahan tingkah laku dilihat melalui pengalaman siswa itu sendiri. Hal ini sesuai dengan sudut pandang Abdurrahman dan Mulyono (2009: 207), belajar yaitu wujud pertumbuhan atau perubahan dari diri seseorang yang dilihat dari cara bertingkah laku sesuai pengalaman yang baru dilakukan.

  Berdasarkan berbagai pengertian belajar yang telah dijelaskan dapat dilakukan kajian analisis secara komprehensif pada semua definisi tersebut. Analisis mencakup kata kunci yang tercatat dalam pengertian di atas.

Tabel 2.2 Kajian Analisis Pengertian Belajar

  Kata Kunci Suprijono Hamalik Mulyono

  • Proses aktif √

  Perubahan √ √ - tingkah laku

  • Pengalaman √ √ Berdasarkan Tabel 2.2 tampak setiap ahli memiliki kata kunci masing- masing dalam membangun pengertian belajar, selain menggabungkan kata-kata kunci tersebut, perlu adanya penambahan kata-kata kunci yang belum ada pada tiga pengertian tersebut. Beberapa kata kunci yang dapat ditambahkan yaitu:

  1. Interaksi dengan lingkungan Interaksi dengan lingkungan maksudnya murid dapat memberikan dampak negatif dan positif. Dampak negatif yang diberikan apabila siswa tidak bisa fokus pada pembelajaran dan dampak positif yang diberikan akan membuat pikiran mereka menjadi segar sehingga akan memunculkan ide/gagasan yang baru.

  2. Belajar secara kelompok Ketika proses pembelajaran berlangsung siswa tidak hanya belajar secara individu tetapi juga belajar bersama kelompok. Belajar bersama kelompok juga akan memberikan pengalaman belajar serta penambahan wawasan yang sangat luas dikarenakan setiap siswa di dalam kelompok akan memberikan pemikiran yang berbeda sehingga ilmu mereka akan bertambah ketika saling bertukar pikiran.

  3. Belajar sangat berguna untuk waktu yang akan datang Maksudnya belajar akan sangat beruna bagi kehidupan siswa itu sendiri ketika mereka sudah dewasa, siswa akan merasa sangat terbantu dari belajar yang dia lakukan pada saat ini untuk mencari pekerjaan atau hal lainnya.

2.1.3 Pengertian Model Pembelajaran

  Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang dilakukan dari awal sampai akhir secara khas oleh guru. Model pembelajaran pintar mencari model

  • – model pembelajaran lainnya supaya siswa mendapatkan model pembelajaran yang baru dan tidak merasakan kejenuhan serta mau mengikuti pembelajaran dengan baik. Model pembelajaran dapat dijadikan acuan oleh guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran didalam kelas. Sardiman (2011: 101) mengemukakan dalam melakukan rangkaian pembelajaran, siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat apa yang dikatakan guru seperti yang dilakukan kebanyakan siswa di sekolah – sekolah yang masih tradisional.

  Model pembelajaran yang baru akan memberikan pengalaman yang setiap melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang berbeda setiap harinya, untuk itu guru harus memilih model pembelajaran yang tepat. Mengingat jaman yang semakin maju dan berkembangnya pendidikan di Indoneisa, guru diharuskan mampu membuat model pembelajaran dengan mengintegrasikan PPK ke dalam kegatan pembelajaran sesuai kompetensi guru dan siswa itu sendiri.

2.1.4 Pengertian Pembelajaran Kooperatif(Cooperatif Learning)

  Pembelajaran kooperatif diartikan sebagai sekelompok kecil pembelajar yang saling bekerja sama menyelesaikan suatu permasalahan, menyelesaikan tugas, atau menyelesaikan suatu tujuan secara bersama (Hartanti, T., 2013). Model pembelajaran kooperatif yaitu suatu model pembelajaran yang memprioritaskan adanya kerjasama, yaitu kerjasama antara siswa di dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberi petunjuk untuk mempelajari materi pelajaran yang sudah ditetapkan. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk terjadinya hubungan yang erat diantara siswa dengan latar belakang ras berbeda

  

(Slavin, 2008). Pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan kerjasama di dalam

kelompok yang bertujuan mempersatukan siswa dari berbagai latar belakang berbeda. a. Kebaikan Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif mempunyai kebaikan

  • – kebaikan sebagai berikut: 1)

  Kegiatan melalui pengelompokkan peserta didik yang dilakukan secara tepat, akan memberikan dampak yang baik bagi kualitas peserta didik dalam bekerjasama, saling menghargai pendapat orang lain, toleransi, berfikir kritis, disiplin dan masih banyak hal lainnya. 2)

  Menumbuhkan rasa semangat persaingan yang positif, karena di dalam kelompok masing

  • – masing peserta didik akan lebih giat dan sungguh –

  b. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif 1)

  Metode ini memerlukan persiapan yang sedikit rumit jika dibandingkan dengan metode lain. 2)

  Jika terjadi persaingan yang negatif baik antara individu dalam kelompok atau diantara kelompok lainnya maka hal yang dihasilkan akan menjadi buruk. 3)

  Jika ada peserta didik yang malas atau peserta didik yang mempunyai kuasa dalam kelompoknya, hal ini akan mempengaruhi peranan kelompok sehingga tugas didalam kelompok tidak bisa terlaksana dengan baik (Imansyah dalam Sri Mantalia S., 2007: 24).

2.1.5 Pengertian Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

  Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu bentuk model yang menekankan pada pemahaman dan identitas siswa untuk menjawab pertanyaan atau tugas dari guru secara bersama di dalam kelompok. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk bertanggungjawab mengerjakan tugas dari guru secara bersama bukan secara individu, model pembelajaran ini digunakan dalam proses pembelajaran dengan melihat karakter siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung untuk meningkatkan hasil belajarnya. Siswa diberi identitas dengan memberikan penomoran untuk melibatkan semua siswa dalam mengecek pemahaman yang diterima pada suatu pelajaran (Trianto, 2011). Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada akhirnya membuat siswa menjadi lebih mandiri dalam menemukan jawaban dari masalah yang diberikan guru dan melatih kerjasama diantara siswa.

  Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) didasarkan pada karakteristik penunjukkan siswa secara acak untuk mewakili kelompokknya (Nur, 2011). Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah model dimana siswa dalam proses belajar dibuat siap kapan saja saat guru akan memulai menunjuk siswa secara acak untuk menguji kesiapan dan sudah sejauh mana materi yang didapatkan. mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga akan memperoleh pengetahuan dan jawaban yang sebelumnya belum diketahui itu tidak melalui pemberitahuan melainkan diperoleh dari hasilnya sendiri kemudian teman kelompok yang belum memahami materi dan mengetahui jawaban akan diberitahu dan diajari dengan benar melalui diskusi kelompok. Adapun kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) sebagai berikut:

  a. Kelebihan Kelebihan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi dan menukar pikiran untuk menentukan jawaban yang dianggap paling tepat atau benar, dapat meningkatkan semangat dalam bekerja sama antar siswa, model pembelajaran ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan kelas (Huda, 2011: 138).

  Dalam pembelajaran menggunakan model ini, pemahaman siswa terhadap penguasaan materi menjadi salah satu faktor penting dalam menumbuhkan pengetahuannya. Model pembelajaran ini menggunakan penugasan di dalam kelompok dan identitas sebagai penentu penunjukkan siswa untuk mengetahui pemahaman dalam menerima materi dan tugas yang diberikan. Setiap siswa dalam model pembelajaran ini menjadi siap belajar semua, siswa dapat melakukan aktivitas diskusi dengan serius, siswa yang pintar dapat mengajari siswa yang b. Kelemahan Kelemahan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah beberapa situasi dari kegiatan pembelajaran tidak cocok dengan model ini. Di samping itu, kemungkinan nomor identitas yang sudah dipanggil guru dapat di panggil lagi untuk maju mewakili kelompoknya dan tidak semua anggota di dalam kelompok mempunyai nomor identitas yang sama terpanggil oleh guru untuk maju ke depan mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya (Chotimah, 2009). digunakan untuk kelas besar (> 60 peserta didik) karena disini guru dituntut mempunyai keterampilan yang luar biasa hebat dalam pengelolaan kelas karena seorang guru yang belum mampu mengelola kelas secara baik maka kelas akan menjadi ramai dan tidak bisa dikendalikan, model pembelajaran ini tidak dapat menilai secara individu karena penilaiannya berdasarkan kelompok.

  Berdasarkan kekurangan

  • – kekurangan tersebut peneliti dalam penelitiannya memberikan solusi yaitu memodifikasi model pembelajarannya. Model pembelajaran yang akan digunakan sesuai kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Untuk itu, peneliti akan memperbaiki kekurangan
  • – kekurangan diatas dengan cara menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013.

c. Langkah

  • – Langkah Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Langkah – langkah model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) diantaranya: 1)

  Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap anggota kelompok mendapatkan nomor sebagai identitas.

2) Guru memberikan tugas kepada masing – masing kelompok.

  3) Kelompok berdiskusi dan memilih jawaban yang dianggap paling benar atau tepat dan memastikan setiap anggota kelompoknya mengetahui jawaban yang dipilih.

  4) Guru memanggil salah satu siswa melalui nomor yang dipanggil untuk

  5) Teman yang tidak maju kedepan memberikan tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor lain.

  6) Guru dan siswa menyimpulkan

  7) Guru memberikan evaluasi (Chotimah, 2009).

  Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) mempunyai langkah

  • – langkah yang hampir sama yaitu mempunyai ciri khas menggunakan identitas nomor. Arends (2007) mengemukakan seperti berikut: 1)

  Penomoran (numbering), disini guru membagi siswa menjadi beberapa 2) Pertanyaan (questioning), guru memberikan pertanyaan kepada siswa. 3)

  Berpikir bersama (head together), disini setiap anggota kelompok berfikir bersama dan memastikan setiap anggota kelompoknya mengetahui jawabannya. 4)

  Pemberian jawaban (answering), guru memanggil satu nomor dan siswa dengan nomor tersebut pada setiap kelompok mengangkat tangannya dan bersiap untuk memberikan jawaban yang paling benar. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Numbered Heads

  

Together (NHT) dari kedua pakar memiliki banyak kesamaan yaitu pertama,

  siswa diberikan nomor sebagai tanda pengenal. Hal ini bertujuan untuk membentuk kesiapan siswa saat di panggil guru. Kedua, siswa diberikan tugas yang akan dikerjakan bersama kelompok. Ketiga, semua kelompok mencari jawaban dan berdiskusi jawaban mana yang di anggap paling benar. Siswa yang belum tau jawaban dan belum mengerti akan dibantu teman kelompoknya sehingga semua anggota di dalam kelompok mengetahui jawabannya. Keempat, guru memanggil salah satu siswa secara acak. Guru dalam hal ini ingin membuat semua kelompok siap untuk maju dan memahami apa yang sudah di diskusikan. Kelima, siswa lain yang tidak maju mengamati dan guru menunjuk siswa lainnya sesuai nomor yang diberikan. Kesiapan yang dilakukan siswa disini harus sangat kuat, jika tidak maka siswa tersebut tidak akan bisa memberikan jawaban dengan benar. Keenam, guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran. hal ini dilakukan melakukan evaluasi. Evaluasi disini untuk melihat apakah siswa benar-benar memahami materi pembelajaran yang sudah diajarkan.

  Perbedaan yang menjadi ciri khas dari masing-masing pakar. Pertama, penamaan langkah-langkah yang berbeda. Kedua, bergantian menunjuk siswa secara acak. Menurut Arend pada langkah yang diberikan tidak dilihatkan setelah siswa maju kedepan apa langkah lainnya yang harus dilakukan. Penulis memilih menggabungkan langkah-langkah menurut kedua pakar tersebut. Selain itu, penulis mengembangkan sendiri langkah-langkah model pembelajaran Numbered pembelajaran berbasis Kurikulum 2013.

2.1.6 PPK (Penguatan Pendidikan Karakter)

  Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan harus mempunyai karakter yang kuat dalam kegiatan pembelajarannya. Diharapkan dengan adanya pendidikan karakter akan menghasilkan manusia yang berkarakter sesuai dengan tujuan dan cita-cita pendidikan di Indonesia (Khusniati, 2012). Pendidikan karakter itu sendiri mempunyai segala aktivitas yang menggambarkan serangkaian kegiatan manusia dalam melakukan segala perbuatan ketika bertindak. Secara sederhana, pendidikan karakter dapat diartikan sebagai usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa ( Sudrajat, A., 2011). Hal tersebut dapat dilihat dengan keberhasilan seorang guru dalam menerapkan pendidikan karakter terlihat dari mampunya siswa yang dididiknya menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata/ saat kegiatan pembelajaran berlangsung (Julaiha, 2014). Kepribadian terlihat ketika aktivitas yang dilakukan benar – benar terjadi secara nyata bukan direkayasa yang semua itu terlihat dari rasa dan karsa manusia dalam berkehidupan.

  Pendidikan karakter mempunyai suatu sistem penanaman nilai – niai karakter kepada masyarakat sekolah diantaranya komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dari diri siswa itu sendiri, dan tindakan yang dilakukan dalam melaksanakan nilai

  • – nilai tersebut, baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesamanya, lingkungan sekitar dan rumah, maupun dalam bangsa dan negara
  • – untuk menjadikan manusia yang seutuhnya dilihat dari karakter pribadi masing masing siswa (Sudrajat, 2010).

  Pendidikan karakter disini lebih ditekankan pada pendidikan karakter berbasis kecerdasan moral. Kecerdasan moral (moral intelligence) adalah kemampuan memahami hal yang benar dan salah melalui keyakinan etika yang kuat dan bertindak melalui keyakinan itu sendiri dilihat dari sikap yang benar serta tingkah laku yang terhormat (Borba, 2008: 4). Pendidikan karakter berbasis kecerdasan moral menjadi sesuatu hal yang sangat penting, hal ini disebabkan siswa dalam menyikapi dan menghadapi tantangan hidup yang lebih bertentangan dari apa yang diharapkan. Ada tujuh kebajikan yang perlu dimiliki siswa dalam mengembangkan kecerdasan moral, yaitu: empati, hati nurani, kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi dan keadilan.

  Desain pendidikan karakter berbasis moral yang disebutkan tadi, siswa akan memiliki sejumlah kebajikan utama yang berguna bagi dirinya sendiri saat menghadapi segala macam rintangan untuk berhasil secara akademis. Pendidikan karakter berbasis moral merupakan wujud pengembangan kemampuan siswa yang berfokus pada pemilikan kompetensi kecerdasan ditambahi dengan karakter. Desain di atas, pendidikan karakter di sekolah dapat diaktualisasikan melalui empat tahapan: 1)

  Kegiatan belajar mengajar di kelas, dengan menerapkan pendidikan karakter yang menggunakan pendekatan terintegrasi pada semua mata pelajaran (embeded approach)

  2) Kegiatan yang dilakukan sehari – hari dalam bentuk kebiasaan budaya sekolah (school culture)

  3) Kegiatan tambahan (ekstrakurikuler)

  4) Kegiatan sehari – hari yang dilakukan dirumah dan dilingkungan masyarakat (Katresna, 2010: 9).

  

2.1.7 Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Berbasis

Kurikulum 2013

  Kurikulum saat ini sedang hangat dibicarakan melihat upaya pemerintah dalam mengganti kurikulum yang ada di Indoneisa yang disesuaikan dengan keadaan jaman sekarang ini. Upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pembelajaran juga semakin pesat dilakukan, sekarang ini model pembelajaran berbasis kurikulum 2013 semakin dikembangkan salah satunya yaitu model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013. yang dilakukan, guru bukan sebagai sumber ilmu satu

  • – satunya melainkan guru hanya sebagai fasilitator. Model pembelajaran berbasis kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran langsung melalui proses mengamati, mencoba, menalar, mengkomunikasikan, menanya dan mengumpulkan informasi. Berikut ini langkah
  • – langkah model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013, yaitu: 1) Siswa dibagi dalam kelompok.

  2) Tiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. 3) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

  Dengan cara merangkum dan mencatat hal-hal penting (Mengamati). 4)

  Kelompok mendiskusikan jawabannya yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya. Siswa didalam kelompok mendiskusikan materi dan diminta memberikan contoh lain (Mencoba, menalar). 5)

  Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil mempresentasikan hasil kerjasama mereka. Kelompok yang lain memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi siswa yang maju. Mempresentasikan secara lisan/ berbantu dengan PPT (Mencoba). 6)

  Guru menunjuk nomor yang lain. Untuk membandingkan antara jawaban siswa satu dengan siswa yang lain (Mengkomunikasikan). 7) Siswa bertanya kepada guru materi apa yang belum dimengerti (Menanya).

2.1.8 Kajian Tentang Pembelajaran PPKn

  a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) Pendidikan di Indonesia harus dikembangkan dan diperbaiki dengan sangat hati

  • – hati dan teliti untuk menghasilkan generasi emas yang berkarakter bangsa. Pendidikan yang baik harus melibatkan siswa. Guru dan siswa harus menjalin keterlibatan dalam proses pembelajaran supaya menjadikan siswa aktif, kreatif, dan mempunyai semangat tinggi. Pendidikan kewarganegaraan menjadi salah satu mata pelajaran yang mempunyai tujuan untuk memperbaiki kuwalitas setiap siswa pembelajaran dimaksudkan untuk membentuk karakter percaya diri, tetapi tetap mengarah pada pembentukan kuwalitas yaitu dengan cara menanamkan nilai, moral dan norma. Pendidikan kewarganegaraan (PPKn) merupakan pendidikan yang wajib supaya kita lebih memahami dan dapat melaksanakan kehidupan bernegara dan berbangsa (Perwitasari, 2014). Materi pendidikan kewarganegaraan di semua tingkatan sama yaitu mempunyai kandungan konsep nilai, moral dan norma (Ruminiati, 2007). Pendidikan kewarganegaraan jika dilihat lebih luas bukan program pengajaran yang hanya meningkatkan pengetahuan
  • – kewarganegaraan, tetapi mengemban nilai/karakter serta keterampilan keterampilan lainnya sehingga siswa mampu berpartisipasi secara efektif (Darma, 2015). Oleh karena itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya dapat memenuhi penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai sikap, pengetahuan serta keterampilan siswa agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar bermanfaat dan berguna bagi siswa (Kemendikbud, 2013).

  Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) dilaksanakan di sekolah dasar, kita perlu mengkaji beberapa permasalahan pembelajaran PPKn yang ada dalam proses pembelajaran berlangsung di kelas, diantaranya:

  

1) Guru pada saat menyampaikan materi masih bersifat teoritis. Melihat

  kemajuan jaman seperti saat ini, proses pembelajaran secara teoritis harus dihentikan dan diperbaharui menjadi pembelajaran yang aktif.

  

2) Monoton pada bacaan buku. Melihat situasi seperti ini, pembelajaran tidak saja belajar berbasis lingkungan, internet dan masih banyak lagi sebagai sumber referensi belajar.

  

3) Siswa pasif saat mengikuti pembelajaran. Hal ini jika terus dibiarkan akan

  berdampak pada diri siswa itu sendiri karena hanya mendengarkan ceramah yang disampaikan guru sehingga siswa tidak mengalami aktifitas dalam proses pembelajaran.

  

4) Merasa jenuh dan bosan. Melihat situasi ini, keterlibatan siswa dan guru

  sangat diperlukan supaya siswa dalam proses pembelajaran merasa kelas.

  Jadi uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di dalam kelas atau saat proses pembelajaran berlangsung masih bersifat ceramah dan tidak ada kegiatan yang melibatkan siswa menjadi aktif dan hanya mengandalkan buku.

  Jika hal ini terus dibiarkan maka siswa pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran akan menjadi ramai sendiri dan menjadikan pembelajaran tidak efektif. Jadi disini harus ada keterlibatansiswadalamproses pembelajaransupaya menjadikan pembelajaran menjadi terarah dan solusinya menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013 karena model ini cocok digunakan dalam proses pembelajaran dengan melihat karakter siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung untuk meningkatkan hasil belajarnya.

  Karakter siswa bisa dilihat dari kegiatan pembelajaran berlangsung menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013 dalam proses pembelajarannya. Model pembelajaran Numbered

  

Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013 dengan melihat karakter siswa

  dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa disini akan belajar dengan semangat tinggi, aktif, kreatif, mampu bekerjasama, memberikan tantangan tersendiri dalam proses belajar, menjadikan suasana belajar yang lebih interaktif serta dapat membuat hasil belajar peserta didik menjadi meningkat.

  Pendidikan kewarganegaraan sebagai sarana untuk mengembangkan pendidikan demokrasi dan mengembangkan tiga fungsi pokok, yaitu: mengembangkan kecerdasan masyarakat Indonesia, membangun rasa tanggung jawab sebagai masyarakat Indonesia, dan berperan serta sebagai masyarakat Indonesia (Udin S Winataputra, 2008).

  Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang mempunyai tujuan untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia untuk berfikir kritis dan bertindak demokrasi melalui kegiatan yang menanamkan kesadaran

  Uraian pendapat di atas Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang mempunyai peran penting bagi siswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kehidupan sehari

  • – hari. Pendidikan kewarganegaraan diharapkan mampu membentuk karakter siswa dalam proses pembelajaran di kelas melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar dilihat dari karakter siswa dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar. Hal tersebut dilihat dari perkembangan jaman yang semakin pesat maka karakter juga harus ditanamkan untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

  Jadi Pendidikan Kewarganegaraan adalah pembelajaran yang menekankan siswa untuk terus aktif, kreatif, mempunyai pikiran positif dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap diri sendiri maupun orang lain serta mempunyai pandangan yang luas terhadap sistem demokrasi yang ada di Indonesia terutama sebagai pelajar. Materi yang diajarkan pada Pendidikan kewarganegaraan ditekankan dengan melihat karakter siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga akan menghasilkan peningkatan hasil belajar sesuai yang diharapkan.

  b. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan kepada masyarakat Indonesia, hal ini dikarenakan

  Pendidikan Kewarganegaraan menjadi salah satu program pendidikan yang membekali peserta didik dengan serangkaian pengetahuan guna mendukung peran datang. Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan termasuk mata pelajaran yang berfokus pada pembentukan masyarakat Indonesia yang memahami dan mampu melaksanakan hak

  • – hak dan kewajiban untuk menjadi masyarakat Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang di amanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 Depdiknas (2006 : 271). Pendidikan kewarganegaraan mempunyai beberapa aspek, yaitu: 1)

  Program pendidikan berdasarkan nilai – nilai Pancasila sebagai sarana untuk perkembangan dan pelestarian nilai luhur dan moral yang berakar pada diwujudkan dalam perilaku sehari – hari. 2)

  Mata pelajaran yang berfokus pada pembentukan diri yang bermacam – macam, sosio-kultural, bahasa, umur, dan suku bangsa untuk menjadi masyarakat Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945.

  c. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan 1)

  Visi Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) Visi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ini yaitu pendidikan sebagai pendidikan demokrasi yang mempunyai berbagai dimensi (Winataputra, 2009). 2)

  Misi Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) Membantu siswa memantapkan kepribadiannya agar tetap konsisten dalam mewujudkan nilai

  • – nilai dasar Pancasila, rasa kebanggaan terhadap tanah air, dan selalu cinta terhadap tanah air ini dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

  3) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn)

  Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran sosial yang mempunyai tujuan untuk membentuk atau membina masyarakat Indonesia yang baik yaitu masyarakat yang tahu, mau dan mampu berbuat baik (Ruminiati, 2008: 5).

2.1.9 Hasil Belajar

  a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah hasil yang didapatkan seseorang dengan kata lain hasil perubahan tingkah laku dalam waktu tertentu ( Haryoko, 2009). Hasil belajar

  

adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa berdasarkan serangkaian tes

atau ujian akhir yang diberikan guru sesudah mengikuti serangkaian pembelajaran

yang dinyatakan dalam bentuk angka (Wasti, 2013). H asil belajar merupakan hal

  yang sangat penting untuk dijadikan tolak ukur keberhasilan siswa saat belajar belum. Proses belajar mengajar dikatakan berhasil ketika semua kompetensi belajar yang diinginkan tercapai (Rohmawati, 2012). Hal ini menekankan pada penerapan rencana pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan materi pelajaran, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa (Halim, 2012). “Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar merupakan indikator ada terdapatnya perubahan tingkah laku siswa (Hamalik, 2007: 159 )”. Pengertian ini menunjukkan hasil belajar terjadi pada perubahan tingkah laku pada peserta didik. Pengertian ini hampir sama dengan pengertian

  Berdasarkan berbagai definisi hasil belajar di atas dapat dilakukan kajian analisis secara komprehensif pada semua definisi tersebut. Analisis mencakup kata kunci yang tercatat dalam defini di atas.

Tabel 2.3 Kajian Analisis Hasil Belajar

  Kata kunci Haryoko Wasti Rohmawat Halim Hamalik i Hasil Penilaian Tingkah - -

  √ perubahan laku

  • Waktu
  • >Proses dari √ - Kompeten suatu si kemampuan
  • Tes Angka Terdapat indik
  • Kompetensi
  • Serangkaian Sistem kegiatan
  • Karakteristi

  √ k Prestasi Kemampua √ - - - belajar n siswa

  Berdasarkan Tabel 2.3 tampak bahwa setiap ahli memiliki kata kunci masing-masing dalam membangun definisi hasil belajar. oleh karena itu, selain menggabungkan kata-kata kunci tersebut, perlu adanya penambahan kata-kata kunci yang belum ada pada empat pengertian tersebut. Beberapa kata kunci yang dapat ditambahkan yaitu:

  1. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah patokan yang diberikan kepada nilai siswa dan nilai tersebut biasanya sudah ditetapkan pemerintah atau dari guru sekolah tersebut menyesuaiakan kondisi sekolah. Sekolah pada dasarnya mempunyai batas sarana prasarana atau kemampuan berfikir siswa yang berbeda sehingga bisa jadi setiap sekolah mempunyai kriteria KKM yang berbeda.

  2. Penambahan Pengutan Pendidikan Karakter (PPK) Pendidikan karakter yang diberikan kepada siswa saat proses pembelajaran akan menjadikan siswa semakin kuat dalam mendidik dan merubah karakter siswa menjadi lebih baik sehingga akan terlihat hasil belajar yang semakin meningkat.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

  Penelitian yang dilakukan dalam hal meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian tentang model Penelitiannya berbentuk jurnal ilmiah dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan

I. M. C.

3. Adnyana,

  Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran

  IPA mata pelajaran PKN Kelas XI IPA 3 SMA NEGERI 3 SINGARAJA.

  Hal ini dapat dilihat berdasarkan skor rata-rata hasil belajar PKn siswa pada siklus I sebesar 69,4% daya serap 75,3% dengan ketuntasan belajar klasikal 69,44% sedanngkan skor rata-rata hasil belajar PKn siswa pada siklus II yaitu sebesar 81,25% dan daya serap 81,3% dengan ketuntasan belajar klasikal 94,44%. Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan hasil belajar PKn siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI

  Kelas XI IPA 3 SMA NEGERI

  (NUMBERED HEAD TOGETHER) Pada Siswa

  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

  Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn Melalui

  2013.

  Hal ini terlihat dari adanya peningkatan persentase rata-rata hasil belajar siswa dari 65,80% atau berada pada kategori cukup dengan ketuntasan belajar sebesar 58,06% pada siklus I menjadi 73,50% atau berada pada kategori baik pada siklus II dengan ketuntasan belajar sebesar 83,87%. Adapun persentase peningkatan rata-rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 8,02%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V mata pelajaran IPA SD No. 7 Kampung Barutahun

  7 Kampung Baru Kecamatan Buleleng tahun pelajaan 2013/2014.

  IPA pada siswa kelas V SD NO.

  Numbered Heads Together untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

  (2014) Penerapan model pembelajaran

  Hasil belajar siswa kelas XA sesudah dilaksanakan tindakan dengan Model Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari nilai Post Test siswa setelah dilaksanakan siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus 2 indikator keberhasilan yang ditentukan dapat tercapai, sebanyak 20 siswa (54,82%) sudah mencapai ketuntasan dalam belajar, nilai minimal yang diperoleh siswa 64, dan nilai maksimal yang diperoleh siswa 90 dari KKM yang ditetapkan, yaitu 70

  

Numbered Heads Together (NHT) di atas, terdapat kesamaan yang digaris bawahi

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

  1. Jamalong , Ahmad.

  2012 Meningkatkan hasil belajar siswa melalui model kooperatif

  Numbered Head Together (NHT) di kelas X SMA Negeri 1 Beduai

  K. S., Sumantri, M., & Suwatra,

  Kabupaten Sanggau.

  2. Suandewi , K., & Wibawa,

  (2017) Penerapan model pembelajaran

  Numbered Head Together meningkatkan hasil belajar

  IPA siswa kelas

  IV SD NO. 3 Kapal.

  Rata-rata persentase hasil belajar pada pra siklus sebesar 62,57% berada pada kategori rendah dan meningkat pada siklus I menjadi 72,70% berada pada kategori sedang. Terjadi peningkatan dari hasil refleksi awal ke siklus I sebesar 10,13%. Setelah dilaksanakan perbaikan tindakan pada siklus II rata- rata persentase hasil belajar menjadi 85,13% berada pada kategori tinggi. Terjadi peningkatan rata-rata persentase hasil belajar IPA dari siklus I ke siklus II sebesar 12,43%.

I. I. W.

4. NILUH

WIDYA SARI.

3 SINGARAJA TAHUN AJARAN 2012/2013..

  yaitu peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran

  

Numbered Heads Together (NHT) . Hasil penelitian ini untuk menjadi rujukan

  bagi peneliti selanjutnya, penulis memiliki gagasan baru yang belum diteliti mengenai model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013 untuk meningkatkan hasil belajar pada muatan PPKn. Model yang dikembangkan oleh penulis, terdapat beberapa perubahan yaitu dalam langkah-langkah Numbered Heads Together (NHT) mengandung 6m dan karakter (PPK). Karena sejatinya proses pembelajaran mempengaruhi hasil belajar siswa. satunya yaitu dengan mengintegrasikan PPK didalam kegiatan pembelajaran. Karakter yang diperkuat terutama 5 karakter, yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. PPK perlu mengintegrasi, memperdalam, memperluas, dan sekaligus menyelaraskan berbagai kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan sampai sekarang. Pendidikan karakter lebih ditekankan pada kecerdasan moral yang dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi manusia yang lebih memiliki sikap yang baik didalam kehidupan sehari –hari. Inilah yang sesungguhnya kita inginkan untuk keberhasilan kurikulum 2013.

  Pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui pengenalan nilai

  • –nilai, pengeintegrasian nilai–nilai kedalam perbuatan siswa dalam kehidupan sehari
  • –hari melalui proses pembelajaran baik yang dilakukan di kelas atau diluar kelas pada semua mata pelajaran dan disini digunakan pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PPKn). Kegiatan pembelajaran akan menjadikan siswa lebih menguasai materi yang ditargetkan, hal ini dilakukan supaya siswa lebih mengenal, menyadari/peduli, dan mengintegrasikan nilai –nilai.

  Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada tahap awal yaitu pendahuluan dan penutup, hal ini dipilih dan dilakukan supaya siswa mempraktikkan nilai

  • –nilai karakter yang ditargetkan. Guru pada proses kegiatan pembelajaran juga harus melakukannya dengan menggunakan model pembelajaran yang menanamkan nilai
  • –nilai bagi siswa itu sendiri. Guru melakukannya menggunakan model
menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013 dilihat melalui karakter siswa, yaitu: a. Kegiatan Pendahuluan/Pembuka

  Berdasarkan standar proses, kegiatan pendahuluan dalam proses kegiatan belajar mengajar seperti berikut: 1)

  Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik pada saat mengkuti proses kegiatan pembelajaran. 2) pertanyaan

  • –pertanyaan yang berhubungan dengan Memberikan 3)

  Memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai siswa. 4)

  Memberikan penjelasan tentang cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus yang ada.

  Disini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan nilai, membangun rasa peduli terhadap nilai, karakter dilihat dari kecerdasan moral siswa itu sendiri, dan membantu menyeimbangkan nilai karakter terhadap mata pelajaran yang digunakan. Contoh nilai

  • –nilai yang diterapkan pada kegiatan ini adalah pada saat guru datang tepat waktu maka nilai yang ditanamkan adalah disiplin, berdoa sebelum pembelajaran berlangsung termasuk nilai karakter religius, melihat sampul buku dan memberikan pertanyaan termasuk nilai karakter kecerdasan moral siswa, dll.

  b. Kegiatan Inti Didalam kegiatan ini ditanamkan nilai karakter kecerdasan moral dilihat melalui tingkah laku siswa selama mengikuti proses kegiatan pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.

  c. Kegiatan Penutup Untuk kegiatan penutup ini, tahapan kegiatan yang dilakukan yaitu guru bersama siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran dari tahapan awal hingga akhir. Melalui tahapan ini maka nilai yang ditanamkan adalah mandiri, kerjasama, kritis, kecerdasan moral, dan logis. Guru melakukan evaluasi, dalam hal ini guru materi yang diajarkan dan kekurangan kelebihan siswa itu sendiri selama mengikuti proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru memberikan balikan terhadap proses dan hasil belajar siswa, siswa yang nilainya belum mencapai target KKM akan diberikan remidial dan pengayaan.

  Dari seluruh tahapan kegiatan pembelajaran dari pendahuluan/pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dapat disimpulkan bahwa nilai – nilai karakter yang ditanamkan pada proses kegiatan pembelajaran berlangsung antara lain disiplin, santun, peduli, religus/moral, mandiri, berfikir logis, kreatif, tanggung jawab yang tinggi, kritis dan jujur. Hal ini diharapkan siswa mampu mendapatkan hasil belajar yang meningkat dilihat dari karakter siswa, karena dengan karakter yang baik maka proses kegiatan pembelajaran akan menjadi lebih terstruktur dan peningkatan hasil belajar juga terlihat.

2.3 Kerangka Pikir

  Berdasarkan kajian teori yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaaan model pembelajaran Numbered

  

Heads Together (NHT) tidak hanya diterapkan pada tingkatan SD tetapi pada

  jenjang yang lebih tinggi sehingga model ini dapat digunakan pada materi atau mata pelajaran apa saja. Namun dalam pembahasan penelitian ini, peneliti lebih menekankan pada muatan PPKn. Dengan penggunaan model pembelajaran yang baru siswa juga akan lebih termotivasi lagi untuk belajar lebih giat sehingga mendapatkan nilai yang memuaskan dan maksimal. Melalui model pembelajaran

  

Numbered Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013 ini siswa dapat

  bertanggung jawab, menanamkan nilai moral, serta bekerjasama dalam kelompok karena di dalam kelompok siswa bertanggung jawab untuk mencari jawaban secara bersama tentang tugas yang diberikan oleh guru. Dengan model pembelajaran ini siswa dapat bekerjasama dengan baik antar siswa di kelas dan kelompok. Adanya model pembelajaran yang baru ini siswa juga dapat mengeksplorasi materi yang ada untuk dipelajari bersama-sama dengan teman

  

Together (NHT) berbasis kurikulum 2013 dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran PPKn kelas VI SD.

  Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, maka kerangka berpikir dalam pembelajaran ini adalah:

Bagan 2.1 Kerangka Pikir Perencanaan Model Numbered Heads Together

  (NHT) Berbasis Kurikulum 2013 Kondisi Awal

  Tindakan Kondisi Akhir

  Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013

  Guru: Belum menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013

  Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013 meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Tingkir Tengah 02 Guru menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013 Hasil belajar yang diperoleh siswa rendah

2.4 Hipotesis Tindakan

  1) Dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan

  Kewarganegaraan (PPKn) siswa kelas 4 SD Negeri Tingkir Tengah 02 semester II tahun pelajaran 2017/2018. 2)

  Dengan penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013 dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) siswa kelas 4 SD Negeri Tingkir Tengah 02 semester II tahun pelajaran

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Tanggung Jawab dan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa Tahun Pelajaran 2017/ 2018

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Tanggung Jawab dan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa Tahun Pelajaran 2017/ 2018

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Tanggung Jawab dan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa Tahun Pelajaran 2017/ 2018

0 0 149

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Tema Lingkungan Sahabat Kita pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupate

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Tema Lingkungan Sahabat Kita pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupate

0 1 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Tema Lingkungan Sahabat Kita pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupate

0 1 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Tema Lingkungan Sahabat Kita pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupate

0 0 51

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR TEMA LINGKUNGAN SAHABAT KITA PADA SISWA KELAS 5 SD NEGERI 3 NAMBUHAN KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 20172018 Tugas Akhir - Institutiona

0 0 16

LAMPIRAN 1 SURAT IJIN OBSERVASI DAN PENELITIAN TUGAS AKHIR - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Tema Lingkungan Sahabat Kita pada Si

0 11 176

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar PPKN KelaS 4 SD Negeri Tingkir Tengah 02 Tahun Pelajaran 2017/2018 Menggunakan Penerapan Model Pembelajaran Numbered He

0 0 7