Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Tema Lingkungan Sahabat Kita pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupate

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Pendidikan pada hakekatnya adalah pengembangan potensi atau kemampuan manusia secara menyeluruh yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengajarkan berbagai pengetahuan dan kecakapan yang dibutuhkan oleh manusia itu sendiri (Muhibbin, 2010: 32). Sehingga keberhasilan pendidikan itu sendiri tergantung pada proses pelaksanaannya atau yang bisa disebut proses pembelajaran. Dalam penyelenggaraan proses pendidikan, agar tujuannya dapat tercapai dijabarkan dalam kurikulum. Kurikulum menjadi pegangan serta pedoman bagi pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu kurikulum harus dirancang dan dibuat dengan sebaik-baiknya.

  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Di Indonesia, kurikulum baru yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 adalah Kurikulum 2013. Pemerintah (Kemendikbud) menerapkan Kurikulum 2013 di semua jenjang pendidikan sekolah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang sangat menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya (Mulyasa, 2013: 30).

  Permendikbud No. 67 tahun 2013 menyebutkan bahwa Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Tujuan kurikulum 2013 dapat tercapai jika pelaksanaan kurikulum dapat berjalan dengan baik.

  Pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran), sehingga perlu diterapkan sebuah metode pembelajaran yang berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning) atau berbasis pemecahan masalah/proyek (Permendikbud No. 67 tahun 2013). Di Sekolah Dasar p roses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tematik terpadu/integratif. Menurut Abdul Majid (2013: 80) pembelajaran tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara olistik, bermakna, dan otentik.

  Abdul Majid (2014: 28) juga menambahkan bahwa orientasi kurikulum 2013 adalah mengarahkan proses pembelajarannya pada pengembangan ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dimana ketiga ranah tersebut tidak dapat dipisahkan. Rusman (2010: 254) menyatakan bahwa model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik dengan melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Disebut

  “bermakna” dikarenakan dalam pembelajaran tematik siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan mengubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Hal ini juga dijelaskan oleh Andi Prastowo (2013: 125) bahwa pembelajaran tematik merupakan proses pembelajaran yang penuh makna dan berwawasan multikurikulum, yaitu pembelajaran yang berwawasan penguasaan dua hal pokok terdiri dari penguasaan bahan/materi ajar yang lebih bermakna bagi kehidupan siswa serta pengembangan kemampuan berpikir matang dan bersikap dewasa agar dapat mandiri dalam memecahkan masalah kehidupan.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik integratif adalah model pembelajaran terpadu yang melibatkan beberapa mata pelajaran yang mana proses pembelajarannya mengarah pada pengembangan ranah kognitif, afektif dan psikomotor, dan untuk memberikan penguasaan bahan/materi ajar yang lebih bermakna bagi kehidupan siswa serta pengembangan kemampuan berpikir matang dan bersikap dewasa agar dapat mandiri dalam memecahkan masalah kehidupan.

  Pembelajaran tematik integratif menggunakan suatu pendekatan yaitu pendekatan scientific. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu (Andi Prastowo: 176). Tidak hanya itu, diharapkan juga agar siswa mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja serta diarahkan untuk melatih berpikir analitis (siswa diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghapal saja).

  Jadi, dalam pembelajaran tematik integratif dengan pendekatan scientific seharusnya guru dapat menciptakan pembelajaran yang memuat ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi, juga menekankan pada kondisi siswa yang berperilaku ilmiah dengan bersama-sama diajak mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengomunikasikan (5M), sehingga siswa akan dapat dengan benar menguasai materi yang dipelajari dengan baik. Tidak hanya itu, sesuai dengan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan, pembelajaran tematik integratif dengan pendekatan scientific sasaran pembelajarannya mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui pengetahuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

  Pembelajaran tematik integratif pada Kurikulum 2013 sekarang sudah direvisi kembali untuk tahun 2017. Revisi Kurikulum 2013 tahun 2017 tidak terlalu signifikan, tetapi perubahan di fokuskan untuk meningkatkan hubungan atau keterkaitan antara kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD). Dalam hal penyusunan proses pembelajaran Kurikulum 2013 revisi 2017, guru harus memunculkan empat macam hal yaitu Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), kegiatan literasi, 4C (Creative, Critical thinking, Communicative, dan

  

Collaborative ), serta HOTS (Higher Order Thinking Skill). Dengan revisi

  Kurikulum 2013 tersebut, karakteristik pendekatan scientific tetap melekat pada Kurikulum 2013 dan tidak mengalami perubahan. Jadi, pembelajaran tematik integratif tetap menggunakan pendekatan scientific dengan memuat ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi, dan perilaku ilmiah (mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengomunikasikan) serta lebih menekankan pada Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), kegiatan literasi, 4C serta HOTS.

  Berdasarkan paparan di atas maka guru dituntut untuk memiliki kompetensi-kompetensi tersebut. Untuk mencapai pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang telah dipaparkan maka guru dengan didukung oleh pemerintah berdaya upaya melalui suatu tindakan dengan pelatihan dan penyuluhan seperti Bintek (Bimbingan Teknis), dan pelatihan in-on-in. Pelatihan

  

in-on-in adalah pelatihan yang diadakan melalui tatap muka dengan narasumber

  dalam diklat lalu melaksanakan tugas di lapangan misalnya di sekolah yang merupakan kelanjutan dari in service. Namun guru masih belum bisa menerapkan kompetensi-kompetensi dan belum bisa mencapai hasil yang diharapkan.

  Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di SD Negeri 3 Nambuhan Kec. Purwodadi Kab. Grobogan pada kelas 5. Observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran menunjukkan bahwa guru secara konvensional cenderung menggunakan model pembelajaran yang menerapkan ceramah sebagai inti pembelajaran . Dampaknya terlihat pada siswa yang menjadi kurang berminat pada pembelajaran dan mereka cepat bosan ketika di dalam kelas. Kurang minatnya siswa menjadikan mereka menjadi pasif selama pembelajaran berlangsung. Pemahaman siswa pun menjadi rendah dan juga berdampak pada keterampilan proses siswa menjadi rendah. Sesuai dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka guru belum mengupayakan terciptanya pembelajaran tematik yang bermakna bagi siswa serta guru belum mencapai pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kurikulum 2013. Hal tersebut diperkuat dengan observasi mengenai keterampilan proses selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan pada siswa kelas 5 pembelajaran Tema 2 Udara Bersih bagi Kesehatan Subtema 3 Memelihara Kesehatan Organ Pernapasan Manusia.

  Tabel 1.1

Hasil Observasi Keterampilan Proses Siswa Kelas 5 Pembelajaran Tema 2

Udara Bersih Bagi Kesehatan Subtema 3 Memelihara Kesehatan Organ

  

Pernapasan Manusia

Frekuensi Muatan Bahasa Muatan

  

Interval Kategori Persentase

Indonesia

  IPA

  • 16-20
  • Baik Sekali 11-15 Baik

  

8

8 28,6% 5-10 Cukup

17

17 60,7% 0-4 Kurang

  

3

3 10,7% 100% Total

  

28

  28 Dari tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa pada Muatan IPA dan Bahasa

  Indonesia dari 28 siswa kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan, pada kategori baik sekali masih tidak ada siswa yang masuk dalam kategori tersebut, dalam kategori baik terdapat 8 siswa dengan persentase sebesar 28,6%, dalam kategori cukup terdapat 17 siswa dengan persentase sebesar 60,7%, dan dalam kategori kurang terdapat 3 siswa dengan persentase sebesar 10,7%. Hal ini menunjukkan bahwa setengah dari jumlah seluruh siswa kelas 5 masih kurang dalam keterampilan prosesnya. Karena kurangnya keterampilan proses tersebut akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa yang masih rendah atau di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dengan persentase sebesar 71,4%.

Tabel 1.2 Hasil Belajar Siswa Tema 2 Subtema 3 Memelihara Kesehatan Organ

  

Pernapasan Manusia Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

  Interval Frekuensi Kategori Presentase 85 - 100

  3 Sangat Baik 10,7% 75 - 84

  5 Baik 17,9%

  65 - 74

  7 Cukup 25% 55 - 64

  10 Kurang Baik 35,7% Sangat Tidak

  < 55 3 10,7% Baik

  TOTAL 28 100% Dari tabel 1.2 dapat dijelaskan bahwa dari 28 siswa kelas 5 SD Negeri 3

  Nambuhan, terdapat 8 siswa yang mencapai KKM dengan persentase sebesar 28,6% dengan interval nilai 75-84 sebanyak 5 siswa dan interval nilai 85-100 sebanyak 3 siswa, dan sebanyak 20 siswa tidak mencapai KKM dengan persentase sebesar 71,4% dengan interval nilai 65-74 sebanyak 7 siswa, nilai 55-64 sebanyak 10 siswa dan interval nilai kurang dari 55 sebanyak 3 siswa. Pada proses pembelajaran tematik, KKM yang diterapkan adalah nilai 75.

  Melihat kondisi dan situasi yang terjadi pada pembelajaran di kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan, perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajarannya. Seharusnya guru lebih meningkatkan siswa dalam keterampilan proses berpikirnya tanpa meninggalkan keterampilan yang lain. Hal ini dikarenakan apabila pembelajaran yang sebelumnya masih berlaku akan menyebabkan pada keterampilan proses berpikir siswa menjadi berkurang sehingga hasil belajar siswa akan tetap di bawah KKM. Upaya yang akan dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran Project Based

  

Learning karena model tersebut dirasa ampuh untuk meningkatkan keterampilan

  proses pada siswa kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.

  Keampuhan model Project Based Learning ini didukung dengan penelitian dari Umi Faizah (2015) dengan judul “Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui

  Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Seworan, Wonosegoro”, hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan model Project Based Learning terbukti dapat meningkatkan keterampilan proses sub tema macam-macam sumber energi. energi sebesar 26% pada siklus 1 dan 30,67% untuk siklus 2. b) meningkatkan persentase jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar minimal(KKM) berikut : kondisi awal, persentase pencapaian kriteria ketuntasan minimal(KKM) untuk muatan Bahasa Indonesia sebesar 40%(6 siswa), pada siklus 1 persentase meningkat menjadi 60%(9 siswa) dan pada siklus 2 persentase jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 73,33%(11 siswa). Sedangkan untuk muatan

  IPA kondisi awal persentase pencapaian kriteria ketuntasan minimal(KKM) sebesar 46,67%,(7 siswa) pada siklus 1 persentase meningkat menjadi 60%(9 siswa) dan pada siklus 2 persentase jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 80% (12 siswa).

  Diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratna Malawati (2016) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Dengan Model

  Project Based Learning Berbasis Pelatihan Dalam Pembelajaran Fisika ”. Pada siklus I diberikan penekanan perlakuan dengan adanya pelatihan pada fase pertama hingga ketiga dalam model Project Based Learning, sedangkan pada siklus II diberikan tambahan perlakuan dengan menekankan diskusi bersifat kolaborasi dalam mencapai hasil produk terbaik untuk setiap kelompok. Hasil analisis data menunjukkan ada peningkatan Kemampuan berpikir Mahasiswa pada ranah kognitif dan Keterampilan Proses Sains pada ranah psikomotor. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Project Based Learning meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar mahasiswa.

  Menurut Umi Faizah (2015: 31), keunggulan dari model pembelajaran Project Based Learning antara lain meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, membuat siswa menjadi lebih baik aktif dan memecahkan problem-

  

problem yang kompleks, meningkatkan kolaborasi, mendorong peserta didik

  untuk mengembangkan dan mempraktikkan ketrampilan berkomunikasi, meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam mengelola sumber, dan menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

  Berdasarkan pemaparan dan hasil penelitian yang terdahulu mengenai model Project Based Learning, maka dapat disimpulkan bahwa model Project

  

Based Learning terbukti mampu meningkatkan keterampilan proses siswa yang

nantinya diharapkan akan berdampak pada kenaikan ketuntasan belajar siswa.

  Berdasarkan latar belakang masalah diatas, untuk mengatasi rendahnya proses pembelajaran dengan pendekatan scientific, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Dan Hasil Belajar Tema Lingkungan Sahabat Kita Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2017/2018 ”.

1.2 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang maka dapat diidentifikasi masalah yang ada, sebagai berikut :

  1. Guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional dan masih menerapkan metode ceramah sebagai inti pembelajaran.

  2. Siswa kurang berminat pada pembelajaran dan merasa cepat bosan ketika di dalam kelas.

  3. Pemahaman siswa menjadi rendah karena guru tidak menerapkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa sehingga keterampilan proses siswa pun menjadi rendah dengan persentase sebesar 71,4%.

  4. Siswa tidak dapat menguasai materi secara maksimal karena minimnya minat dan kurang aktifnya siswa pada kegiatan pembelajaran.

  5. Hasil belajar siswa belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan persentase sebesar 71,4%.

1.3 Rumusan Masalah

  Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah, sebagai berikut:

  1. Bagaimana penerapan model Project Based Learning terhadap keterampilan proses dan hasil belajar Tema Lingkungan Sahabat Kita pada siswa kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2017/2018? 2. Apakah penerapan model Project Based Learning dapat meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar Tema Lingkungan Sahabat Kita pada siswa kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2017/2018?

  1.4 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan tujuan penelitian, sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui cara menerapkan model Project Based Learning terhadap keterampilan proses dan hasil belajar Tema Lingkungan Sahabat Kita pada siswa kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2017/2018.

  2. Untuk meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar dengan penerapan model Project Based Learning Tema Lingkungan Sahabat Kita pada siswa kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2017/2018.

  1.5 Manfaat Penelitian

  1.5.1 Manfaat Teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi mengenai model pembelajaran yang tepat dan cocok untuk diterapkan di kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan sehingga dapat meningkatkan keterampilan mencoba dan keterampilan yang lainnya sesuai dengan materi tersebut.

  1.5.2 Manfaat Praktis a.

  Bagi guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran tematik integratif.

  b.

  Bagi siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan keterampilan proses dan pemahaman dalam pembelajaran tematik integratif c. Bagi peneliti

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk tambahan informasi dan menambah pengalaman serta ilmu pengetahuan ketika terjun langsung ke dunia pendidikan.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam Pembelajaran Tematik Siswa Kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga

0 0 19

3.1 Jenis dan Setting 3.1.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam Pembelajaran Tematik

0 0 17

4.2 Kondisi Awal - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam Pembelajaran Tematik Siswa Kelas 4 SD Negeri Blot

0 0 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam Pembelajaran Tematik Siswa Kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam Pembelajaran Tematik Siswa Kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga

0 1 81

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Tanggung Jawab dan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa Tahun Pelajaran 2017/ 2018

0 1 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Tanggung Jawab dan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa Tahun Pelajaran 2017/ 2018

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Tanggung Jawab dan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa Tahun Pelajaran 2017/ 2018

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Tanggung Jawab dan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa Tahun Pelajaran 2017/ 2018

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Tanggung Jawab dan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa Tahun Pelajaran 2017/ 2018

0 0 149