GERAKAN POLITIK ISLAM DI INDONESIA

Pendidikan Agama Islam
Kelompok 6:
1.
2.
3.
4.
5.

Ananda Achrilia
Donih Damara
Nadya Nur Fauzia
Putri Rifdah Yusriyah
Syaila Syafana Wijaya
XII Akuntansi 3

Materi
Gerakan Politik Islam di
Indonesia
Peran Organisasi Politik
Islam Dalam
Kemerdekaan Indonesia


Macam-Macam Organisasi
Politik di Indonesia

Sarekat Islam

Muhammadiya
h

Partai Islam
Indonesia

Laskar
Hizzbullah

Nahdatul
Ulama

MIAI
(Masyumi)


Dibentuk pada tahun 1911 dengan nama Sarekat
Dagang Islam oleh Hj. Samanhudi. Tahun 1923 nama
“Dagang” dihilangkan agar bias berkontribusi tidak
hanya dalam bidang dagang saja. Latar belakang
dibentuknya perkumpulan ini adalah reaksi terhadap
monopoli penjualan bahan baku oleh pedagang China
yang dirasakan sangat merugikan pedagang Islam.
Namun, para pendiri Sarekat Islam mendirikan
organisasi itu bukan hanya untuk mengadakan
perlawanan terhadap orang-orang Cina namun untuk
membuat front melawan penghinaan terhadap rakyat
bumi putera.Juga merupakan reaksi terhadap rencana
krestenings politik (politik pengkristenan) dari kaum
Zending,perlawanan
terhadap
kecurangankecurangan dan penindasan-penindasan dari pihak
ambtenar bumi putera dan Eropa.

Sarekat Islam


Tujuan Sarekat Islam

Faktor Berkembangngnya
Sarekat Islam

Membantu para anggota yang mengalami
kesulitan dalam bidang usaha,

Kesadaran sebagai bangsa yang mulai
tumbuh,

Memajukan pengajaran dan semua usaha
yang menaikkan derajat rakyat bumiputera

Sifatnya kerakyatan,

Menentang pendapat-pendapat yang keliru
mengenai agama Islam, dan


Didasari agama Islam,

Hidup menurut perintah agama.

Persaingan dalam perdagangan, dan
Digerakkan para ulama.

Para pemimpin Islam yang kebanyakan
terdiri dari Pengurus Besar (PB) Muhammadiyah
mempertimbangkan untuk mendirikan sebuah
partai baru. Kemudian diadakan persidangan,
hingga pada sidang terakhir yakni pada tanggal 4
Desember 1938 di rumah dr. Satiman, Surakarta,
yang dihadiri oleh 23 orang ulama dan
pemimpin Islam, disepakati untuk membentuk
partai baru bernama Partai Islam Indonesia (PII).
Pada awal berdirinya, PII baru memikirkan
masalah praktis di antaranya menuntut Indonesia
berparlemen kepada pemerintah Hindia Belanda.
Baru kemudian menyusun program bersifat

secara menyeluruh, mengirimkan juru kampanye
untuk menarik anggota-anggota di seluruh
Nusantara.

Partai Islam Indonesia

Tujuan Partai Islam
Indonesia
Penghapusan
peraturan yang
menghambat Islam

Perlindungan
perusahaan dan
pedagang dari
tekanan asing

Penyerahan
perusahaan vital
pada negara


Hapusnya pajak
yang memberatkan
rakyat

Nahdlatul Ulama didirikan pada 16 Rajab 1344 H
(31 januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H
Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar. Untuk
menegaskan prinsip dasar organisasi ini, maka K.H
Hasyim Asy’ari merumuskan kitab Qanun Asasi
(Prinsip Dasar), kemudian juga merumuskan
kitab I’tiqad Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Kedua
kitab
tersebut
kemudian
di
implementasikan dalam khittah NU yang dijadikan
sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir
dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan

politik.
Organisasi ini bertujuan untuk menegakkan ajaran
islam menurut paham kitab I’tiqad Ahlussunnah Wal
Jama’ah ditengah-tengah kehidupan masyarakat, di
dalam wadah negara kesatuan republik indonesia.

Nahdatul Ulama

Upaya NU di Berbagai
Bidang

Agama

• melaksanakan dakwah islamiyah dan meningkatkan rasa
persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan
dalam perbedaan

Pendidikan

• menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilainilai islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa,

berbudi luhur, berpengetahuan luar

Sosial
Budaya

• mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan
yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan

Ekonomi

• mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan
yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan

Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman
Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember
1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis,
kemudian dikenal dengan KHA Dahlan. Beliau adalah
pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang
Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam
pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan

amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya
untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang
sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist.
Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan
seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah.
Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam
bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan
alasan adaptasi. Muhammadiyah berasal dari bahasa Arab
“Muhammad” yaitu nama nabi terakhir, kemudian
mendapatkan ‘ya nisbiyah’ yang artinya menjeniskan

Muhammadiyah

Upaya Muhammadiyah di
Berbagai Bidang
Pendidikan

• Mendirikan madrasah-madrasah yang
juga diberi pendidikan pengajaran
ilmu-ilmu pengetahuan umum


Kemasyarakatan

• Mendirikan rumah-rumah sakit modern, lengkap
dengan segala peralatan, membangun balai-balai
pengobatan, rumah bersalin, apotek, dan sebagainya.
• Mendirikan panti-panti asuhan anak yatim, baik putra
maupun putri untuk menyantuni mereka.

Politik

• Ikut aktif dalam keanggotaan MIAI (Majelis Islam A’la
Indonesia) dan menyokong sepenuhnya tuntutan
Gabungan Politik Indonesia (GAPI) agar Indonesia
mempunyai parlemen di zaman penjajahan. Begitu juga
pada kegiatan-kegiatan Islam Internasional, seperti
Konferensi Islam Asia Afrika, Muktamar Masjid seDunia, dan sebagainya

Majelis Islam A'la Indonesia atau MIAI adalah badan
federasi bagi ormas Islam yang dibentuk dari hasil

pertemuan 18-21 September 1937. KH Hasyim Asy'ari
merupakan pencetus badan kerja sama ini, sehingga
menarik hati kalangan modernis seperti KH Mas Mansur
dari Muhammadiyah dan Wondoamiseno dari Syarekat
Islam.
MIAI mengoordinasikan berbagai kegiatan dan
menyatukan umat Islam menghadapi politik Belanda
seperti menolak undang-undang perkawinan dan wajib
militer bagi umat Islam. KH Hasyim Asy'ari menjadi
ketua badan legislatif dengan 13 organisasi tergabung
dalam MIAI.MIAI dapat berkembang menjadi organisasi
besar yang mendapat simpati dari seluruh umat islam
Indonesia sehingga Jepang mulai mengawasi kegiatannya.
Setelah Jepang datang,
digantikan dengan Masyumi.

MIAI

dibubarkan

dan

MIAI (Masyumi)

Masyumi adalah sebuah partai politik yang berdiri pada
tanggal 7 November 1945 di Yogyakarta. Partai ini didirikan
melalui sebuah Kongres Umat Islam pada 7-8 November 1945,
dengan tujuan sebagai partai politik yang dimiliki oleh umat Islam
dan sebagai partai penyatu umat Islam dalam bidang politik.
Masyumi pada akhirnya dibubarkan oleh Presiden Soekarno
pada tahun 1960 dikarenakan tokoh-tokohnya dicurigai terlibat
dalam gerakan pemberontakan dari dalam Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Melalui Badan Koordinasi Amal Muslimin (BKAM) para
pemimpin Islam tidak menyerah begitu saja, pada sidangnya
tanggal 7 Mei 1967 dibentuklah panitia 7 (tujuh) yang diketuai
oleh tokoh Muhammadiyah yaitu H. Faqih Usman, setelah melalui
beberapa kali pertemuan dan perjuangan yang berat, akhirnya
pemerintah memberikan izin untuk mendirikan sebuah parpol
baru, yaitu Parmusi (Persatuan Muslim Indonesia), untuk
menampung aspirasi umat Islam, khususnya bekas konstituen
Masyumi, dengan syarat mantan-mantan pemimpin Masyumi tidak
boleh menduduki jabatan yang penting dalam tubuh partai
Parmusi.

Kurun 1943-1945 hampir semua pondok pesantren
membentuk laskar-laskar, dan yang paling populer
adalah Laskar Hizbullah dan Sabilillah. Pada kurun
waktu tersebut kegiatan Pondok Pesantren adalah
berlatih perang dan olah fisik. Bahkan peristiwaperistiwa perlawanan sosial politik terhadap penguasa
kolonial, pada umumnya dipelopori oleh para kiai
sebagai pemuka agama, para haji, dan guru-guru ngaji.
Laskar Hizbullah (Tentara Allah) dan Sabilillah
(Jalan Allah) didirikan menjelang akhir pemerintahan
Jepang, dan mendapat latihan kemiliteran di
Cibarusah, sebuah desa di Kabupaten Bekasi, Jawa
Barat. Laskar Hizbullah berada di bawah komando
spiritual KH. Hasyim Asy’ari dan secara militer
dipimpin oleh KH. Zaenul Arifin.

Laskar Hizbullah

Peran Organisasi Politik
Islam Dalam
Kemerdekaan Indonesia

Upaya Perjuangan yang
Dilakukan Organisasi Islam
Setelah penjajah
berhasil menguasai
kerajaan Islam, lahirlah
organisasi Islam

Yang paling
berkembang pesat
diantaranya adalah
Sarekat Islam, Partai
Islam Indonesia, MIAI,
NU, Muhammadiyah

Beberapa organisasi
dibubarkan oleh
Belanda, Jepang, dan
Pemerintah Indonesia
sendiri di bawah Ir.
Soekarno

Beberapa organisasi
Islam yang ada
langsung terjun dalam
pertempuran dibantu
Laskar Hizbullah dan
Laskar Sabilillah

Organisasi yang ada
tetap melakukan upaya
di berbagai bidang
termasuk dalam
kemiliteran

Para ulama dan
cendikiawan sepakat
membentuk kerja sama
dan bersatu untuk
mewujudkan
kemerdekaan

E
T

A
M
I
R

K

H
I
S
A