PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERD

JUNI 2012, VOLUME 4 NOMOR 2

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL
MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP TINGKAT
PEMAHAMAN AKUNTANSI
Riswan Yudhi Fahrianta
Akhmad Yafiz Syam
Saifhul Anuar Syahdan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIE Indonesia) Banjarmasin
Jln. H. Hasan Basry No. 9-11 Banjarmasin 70123
Abstracts: This study aimed to find empirical evidence of the influence of
emotional intelligence and spiritual intelligence of accounting students to the level
of understanding of accounting students at the college in Banjarmasin.
Respondents who participated and viable research instrument used for data analysis
were as many as 89 pieces of research instruments. Most of accounting students
who were respondents in this study, have emotional intelligence consists of the
personal skills of emotional intelligence and social emotional intelligence skills and
spiritual intelligence in average category or level, while the level of understanding
of accounting is at a high level or category. The test results indicate that the first
hypothesis of emotional intelligence in the form of personal skills (self-awareness,
self-regulation, and motivation) of accounting students have a positive and

significant effect on the level of understanding of accounting, is unacceptable
because it is not significant. While the second hypothesis shows that emotional
intelligence in the form of social skills (empathy and social skills) of accounting
students have a positive and significant effect on the level of understanding of
accounting, is unacceptable because the direction to the negative coefficient. Then,
for test the third hypothesis shows that spiritual intelligence of accounting students
have a positive and significant effect on the level of understanding of accounting, is
unacceptable because it is not significant.
Keywords: kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, tingkat pemahaman
akuntansi
PENDAHULUAN
Tujuan dan arah pendidikan tinggi di
Indonesia seperti yang tercantum dalam Kepmen 232/U/2000, bahwa pendidikan tinggi
sebagai pendidikan akademik yang merupakan kelanjutan pendidikan menengah pada
program sarjana khususnya, para lulusan
diharapkan memiliki kualifikasi menguasai
dasar-dasar ilmiah dan keteram-pilan dalam
bidang keahlian tertentu sehingga mampu

menemukan, memahami, menjelaskan, dan

merumuskan cara penyelesaian masalah yang
ada di dalam kawasan keahliannya; mampu
menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan bidang keahlian dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan bersama; mampu bersikap dan berperilaku dalam
membawakan diri berkarya di bidang keahliannya maupun dalam berkehidupan bersama

317

JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

di masyarakat; dan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau kesenian yang merupakan keahliannya. Tidak hanya itu, secara umum pendidikan di Indonesia juga untuk mengembangkan
manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap,
dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dari tujuan dan arah pendidikan tinggi
serta tujuan pendidikan secara umum di Indonesia tersebut tersirat tuntutan yang juga
harus dipenuhi sebagai seorang lulusan perguruan tinggi tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga juga kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual.
Pendidikan tinggi akuntansi ditujukan

mendidik mahasiswa menjadi akuntan profesional yang tidak hanya secara hard skill tetapi juga soft skill. Seperti yang diidentifikasi
oleh De Mong, Lindgrenn dan Perry (1994)
dalam Trisniwati dan Suryaningsum (2003),
salah satu keluaran dari proses pengajaran
akuntansi dalam kemampuan intelektual yang
terdiri dari keterampilan teknis, dasar akuntansi dan kapasitas untuk berpikir kritis dan
kreatif. Selain ini juga kemampuan komunikasi organisasional, interpersonal, dan sikap.
Sisi lain Sundem (1993) dalam Machfoedz (1998), mengkhawatirkan akan ketidakjelasan industri akuntansi yang dihasilkan oleh pendidikan tinggi akuntansi. Pendidikan tinggi, tidak sanggup membuat anak
didiknya menguasai dengan baik pengetahuan dan keterampilan hidup (karena yang diajarkan cuma menghapal). Prakarsa (1996)
dalam Trisniwati dan Suryaningsum (2003),
mengkritisi pendidikan tinggi akuntansi karena lulusannya kurang memiliki keterampilan dan orientasi profesional yang diperlukan guna mengimplementasikan pengetahuan
yang diserap dalam dunia nyata. Kelemahan
tersebut diperparah karena peserta didik kurang mendapat pendidikan yang memadai

dalam keterampilan intelektual, komunikasi,
serta interpersonal.
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
untuk menghadapi dan memecahkan masalah
makna dan nilai menempatkan perilaku dan
hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, menilai bahwa tindakan

atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan
spiritual berkaitan dengan unsur pusat dari
bagian diri manusia yang paling dalam menjadi pemersatu seluruh bagian diri manusia
lain, yang bertumpu pada bagian dalam diri
manusia yang berhubungan dengan kearifan
di luar ego atau jiwa sadar, sehingga menjadikan manusia yang benar-benar utuh secara
intelektual, emosional dan spiritual. Sehingga
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa
yang dapat membantu manusia menyembuhkan dan membangun diri manusia secara utuh
(Zohar dan Marshall, 2002). Kecerdasan spiritual mampu mendorong mahasiswa mencapai keberhasilan dalam belajarnya karena kecerdasan spritual merupakan dasar untuk
mendorong berfungsinya secara efektif kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.
Penelitian pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi
yang dilakukan oleh Trisniwati dan Suryaningsum (2003), menunjukkan bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Sedangkan penelitian Trihandini
(2005), menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja karyawan
Hotel Horison Semarang.
Melandy dan Aziza (2006), juga meneliti pengaruh kecerdasan emosional terhadap
tingkat pemahaman akuntansi dengan tingkat

kepercayaan diri sebagai variabel pemoderasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya
perbedaan tingkat pengenalan diri dan
motivasi antara mahasiswa yang memiliki

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA AKUNTANSI
TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

318
Riswan Yudhi Fahrianta, Akhmad Yafiz Syam, Saifhul Anuar Syahdan

JUNI 2012, VOLUME 4 NOMOR 2

kepercayaan diri kuat dengan mahasiswa
yang memiliki kepercayaan diri lemah,
sedangkan untuk pengendalian diri, empati,
dan keterampilan sosial tidak terdapat
perbedaan. Penelitian dengan topik sinkronisasi komponen kecerdasan emosional dan
pengaruhnya terhadap tingkat pemahaman
akuntansi dalam sistem pendidikan akuntansi
kembali dilakukan oleh Melandy dkk (2007),

menunjukkan bahwa secara simultan komponen kecerdasan emosional saling pengaruh
dan sinkron, namun bila dilihat secara parsial
hanya beberapa komponen yang saling berpengaruh.
Pengaruh trio kecerdasan (intelektual,
emosional, dan spiritual) terhadap sikap etis
mahasiswa akuntansi yang dilakukan oleh
Tikollah, Triyuwono, dan Ludigdo (2007),
menyatakan bahwa kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi.
Tetapi secara parsial, hanya kecerdasan intelektual yang berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa.
Dari hasil-hasil penelitian tersebut,
peneliti termotivasi untuk meneliti pengaruh
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual mahasiswa akuntansi terhadap tingkat
pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi
pada perguruan tinggi yang ada di Kota
Banjarmasin, bahwa lokasi geografis dan
budaya yang berbeda dapat mempengaruhi
perspektif individual, yang peneliti juga
berpendapat ada kemungkinan perbedaan

temuan penelitian karena adanya perbedaan
lokasi geoegrafis dan budaya setempat terutama untuk mahasiswa perguruan tinggi yang
berada di Banjarmasin.
Menanggapi isu global, the Association
of Chartered Certified Accountants (ACCA)
mengeluarkan satuan tugas khusus “The Skill
for 21 Century Task Force” untuk meneliti
masalah yang berhubungan dengan perubahan kualifikasi para akuntan di abad 21.

Satuan tugas tersebut menemukan bahwa di
abad 21 ini para akuntan (auditor) yang
dibutuhkan, haruslah memiliki beberapa
kompetensi dan kualifikasi, seperti: keterampilan akuntansi, komunikasi, negosiasi, interpersonal, kemampuan intelektual, pengetahuan manajemen dan organisasi, dan atribut
personel, yaitu integritas, keadilan etika, dan
komitmen untuk belajar seumur hidup karena
product life cycle pengetahuan yang semakin
pendek. Menjawab tuntutan global tersebut,
secara lokal khususnya sistem pendidikan
tinggi akuntansi khususnya perguruan tinggi
yang ada di Banjarmasin perlu mengantisipasi tuntutan global tersebut. Salah satunya dengan mengeksplorasi secara empiris

dengan penelitian ini bagaimana kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual mahasiswa akuntansi berpengaruh terhadap tingkat
pemahaman akuntansi.
Kecerdasan Emosional
Cooper dan Sawaf (1998), seperti
yang dikutip oleh Armansyah (2002), Trisniwati dan Suryaningsum (2003), mendefinisikan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara
selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang
manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui,
menghargai perasaan pada diri dan orang lain
serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Goleman
(2005) mendefinisikan kecerdasan emosional
adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan
dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan
emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.

319

JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

Goleman (2005) yang mengadaptasi

model Salovey-Mayer membagi kecerdasan
emosional ke dalam lima unsur yang meliputi: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan kecakapan dalam membina
hubungan dengan orang lain. Kelima unsur
tersebut dikelompokkan ke dalam dua kecakapan, yaitu: kecakapan pribadi yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi; serta kecakapan sosial; yang meliputi
empati dan keterampilan sosial. Mayer,
dalam Goleman (2005), menyimpulkan
bahwa kecerdasan emosi berkembang sejalan
dengan usia dan pengalaman dari kanakkanak hingga dewasa, lebih penting lagi
bahwa kecerdasan emosional dapat dipelajari.
Kecerdasan Spiritual
Khavari (2000) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai fakultas dimensi
non material dari jiwa manusia. Khavari
menyebutnya sebagai intan yang belum terasah dan dimiliki oleh setiap insan. Kita
harus mengenali seperti adanya, menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekad yang
besar, menggunakannya menuju kearifan, dan
untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.
Zohar dan Marshall (2000) mengikutsertakan aspek konteks nilai sebagai suatu
bagian dari proses berpikir/berkecerdasan
dalam hidup yang bermakna, untuk ini
mereka mempergunakan istilah kecerdasan

spiritual (Spiritual Quotient/SQ). Kecerdasan
spiritual ini dalam pandangan mereka meliputi kemampuan untuk menghayati nilai dan
makna-makna, memiliki kesadaran diri, fleksibel dan adaptif, cenderung untuk memandang sesuatu secara holistik, serta berkecenderungan untuk mencari jawabanjawaban fundamental atas situasi-situasi
hidupnya. Oleh Zohar dan Marshall dinyatakan bahwa spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan
aspek ketuhanan, sebab menurutnya seorang

humanis ataupun atheis pun dapat memiliki
spiritualitas tinggi. (Armansyah, 2002)
Lebih lanjut Zohar dan Marshall
(2002) dalam Tikollah, Triyuwono, dan
Ludigdo (2006), menegaskan bahwa kecerdasan spiritual tidak mesti berhubungan
dengan agama. Kecerdasan spiritual mendahului seluruh nilai spesifik dan budaya
manapun, serta mendahului bentuk ekspresi
agama manapun yang pernah ada. Namun
bagi sebagian orang mungkin menemukan
cara pengungkapan kecerdasan spiritual melalui agama formal sehingga membuat agama
menjadi perlu.
Agustian (2005) memberikan makna
berbeda dengan nilai Danah Zohar dan Ian
Marshall, yang menyatakan kecerdasan

spiritual terkait dengan masalah ketuhanan
atau agama. Kecerdasan manusia terwujud
karena adanya dorongan suara hati (fitrah)
yang bersumber dari Allah dengan unsurunsur sifat Tuhan atau God-Spot, menjadikan
manusia memiliki ketangguhan pribadi dan
ketangguhan sosial dalam mewujudkan kesuksesan manusia. Selanjutnya oleh Agustian
(2005) digambarkan bahwa kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional berfungsi
secara horisontal, yakni berperan hanya kepada hubungan manusia dan manusia, sedangkan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan vertikal berupa hubungan kepada
Maha Pencipta. Penggabungan ketiga hal ini
akan menghasilkan manusia-manusia paripurna yang siap menghadapi hidup dan
menghasilkan efek kesuksesan atas apa yang
dilakukannya.
Pemahaman Akuntansi
Paham
dalam
Kamus
Bahasa
Indonesia
Online
(www.KamusBahasa
Indonesia.org) memiliki arti pandai dan mengerti benar tentang suatu hal, sedangkan pemahaman berarti proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan.

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA AKUNTANSI
TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

320
Riswan Yudhi Fahrianta, Akhmad Yafiz Syam, Saifhul Anuar Syahdan

JUNI 2012, VOLUME 4 NOMOR 2

Tidak ada definisi autoritatif yang cukup umum untuk dapat menjelaskan apa sebenarnya akuntansi itu, sehingga banyak
definisi yang diajukan oleh para ahli dan
buku teks tentang pengertian akuntansi.
Akuntansi
secara
operasional
oleh
Suwardjono (2003), didefinisikan dari dua
sudut pengertian yaitu sebagai disiplin/bidang
pengetahuan (studi) yang diajarkan di institusi pendidikan dan sebagai kegiatan/proses
yang dilakukan di dalam praktik. Dari sudut
bidang studi, akuntansi dapat didefinisikan
sebagai seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa
informasi keuangan kuantitatif suatu unit organisasi dan cara penyampaian (pelaporan)
informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan ekonomik. Sedangkan akuntansi sebagai proses dapat didefinisikan sebagai proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan, pengklasifikasian,
penguraian, penggabungan, peringkasan dan
penyajian data keuangan dasar yang terjadi
dari kejadian-kejadian, transaksi-transaksi
atau kegiatan operasi suatu unit organisasi
dengan cara tertentu untuk menghasilkan
informasi yang relevan bagi pihak yang berkepentingan.
Berdasar dari definisi pemahaman dan
definisi akuntansi sebagai bidang studi, dapat
diartikan pemahaman akuntansi sebagai tingkat kepandaian dan mengerti benar tentang
akuntansi. Mata kuliah initi program studi
akuntansi yang di dalamnya menggambarkan
akuntansi secara umum adalah Pengantar
Akuntansi 1 dan 2, Akuntansi Keuangan
Menengah 1 dan 2, Akuntansi Keuangan
Lanjutan 1 dan 2, Pengauditan 1 dan 2, serta
Teori Akuntansi.

berempati, dan kemampuan sosial. Kelima
unsur tersebut dikelompokkan ke dalam dua
kecakapan, yaitu: (1) kecakapan pribadi;
yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri,
dan motivasi; serta (2) kecakapan sosial;
yang meliputi empati dan keterampilan
sosial. Oleh karena itu, mahasiswa yang
memiliki kecerdasan emosional yang baik
akan berhasil di dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk terus belajar. Sehingga
hipotesis pertama, bahwa kecerdasan emosional yang berupa kecakapan pribadi mahasiswa akuntansi mempunyai pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi, dan hipotesis kedua, bahwa
kecerdasan emosional yang berupa kecakapan sosial mahasiswa akuntansi mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
tingkat pemahaman akuntansi.
Kecerdasan spiritual adalah landasan
yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional
secara efektif. Kecerdasan spiritual yang baik
dapat dilihat dari ketuhanan, kepercayaan, kepemimpinan pembelajaran, berorientasi masa
depan, dan keteraturan. Oleh karena itu,
mahasiswa yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi akan termotivasi untuk lebih
giat belajar karena mahasiswa yang memiliki
kecerdasan spiritual yang tinggi, memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga memiliki motivasi untuk selalu belajar dan memiliki kreativitas yang tinggi pula. Dari uraian
ini, maka dapat ditarik hipotesis ketiga,
bahwa kecerdasan spiritual mahasiswa akuntansi mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap tingkat pemahaman
akuntansi.

Pengembangan Hipotesis
Kecerdasan emosional yang baik
dapat dilihat dari kemampuan mengenal diri
sendiri, mengendalikan diri, memotivasi diri,

Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah
mahasiswa program studi akuntansi di beberapa perguruan tinggi yang ada di Banjar-

METODE PENELITIAN

321

JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

masin. Adapun mahasiswa yang dipilih sebagai sampel adalah mahasiswa semester
akhir yang telah menempuh 120 SKS, dengan
pertimbangan atau dapat dianggap mahasiswa
tersebut telah mendapat manfaat maksimal
dari pengajaran akuntansi.
Operasionalisasi Variabel
Untuk
pengukuran
kecerdasan
emosional diadopsi dari Goleman (2005)
yang mengadaptasi model Salovey-Mayer.
Sedangkan untuk kecerdasan spiritual instrumen mengadopsi pengukuran yang dikembangkan oleh Agustian (2005). Untuk pengukuran tingkat pemahaman akuntansi adalah
nilai rata-rata mata kuliah Pengantar Akuntansi 1 dan 2, Akuntansi Keuangan Menengah 1 dan 2, Akuntansi Keuangan Lanjutan
1 dan 2, Pengauditan 1 dan 2 serta Teori
Akuntansi. Pengukuran tingkat pemahaman
akuntansi dengan menggunakan nilai ratarata mata kuliah inti akuntansi ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Profil 89 responden mahasiswa
akuntansi
yang
berpartisipasi
dalam
penelitian ini, responden pria 48 orang dan
wanita 41 orang, jumlah SKS yang telah
ditempuh oleh mahasiswa yang bersangkutan,
49 orang sudah menempuh antara 120 sampai
dengan 130 SKS, dan di atas 130 SKS adalah
sebanyak 40 orang.
Secara umum kecerdasan emosional
(kecakapan pribadi dan kecakapan sosial),
dan kecerdasan spiritual mahasiswa akuntansi
berada pada kategori sedang. Sedangkan
untuk tingkat pemahaman akuntansi menunjukkan bahwa tingkat pemahaman akuntansi
mahasiswa akuntansi pada kategori tinggi.
Hasil uji kualitas data secara statistik
dapat diinterpretasikan bahwa variabel kecerdasan emosional baik kecakapan pribadi dan
sosial adalah konsisten dan akurat untuk di-

gunakan dalam analisis selanjutnya. Begitu
pula pada variabel kecerdasan spiritual.
Untuk uji asumsi klasik, hasil evaluasi juga
dapat diinterpretasikan model regresi yang
digunakan layak dipakai.
Pengujian hipotesis penelitian yang
diajukan dilakukan dengan analisis regresi
linier berganda dengan bantuan program
aplikasi statistik SPSS. Dari tampilan output
besar Adjusted R Square (R2) adalah 0,036,
berarti 3,6% variasi tingkat Pemahaman
Akuntansi (PA) yang mencerminkan nilai
rata-rata mata kuliah inti program studi
akuntansi dapat dijelaskan oleh variasi dari
ketiga variabel independen, yaitu kecerdasan
emosional kecakapan pribadi, kecerdasan
emosional kecakapan sosial, dan kecerdasan
spiritual, sedangkan sisanya 96,4% dijelaskan
oleh faktor-faktor lain di luar model.
Pengaruh kecerdasan emosional yang
terdiri dari kecakapan pribadi dan kecakapan
sosial, serta kecerdasan spiritual terhadap
tingkat pemahaman akuntansi secara simultan
menunjukkan nilai F sebesar 2,105 dengan
tingkat
signifikansi
0,106.
Karena
probabilitas lebih besar dari 0,05, maka dapat
diinterpretasikan bahwa kecerdasan emosional yang terdiri dari kecakapan pribadi dan
sosial dan kecerdasan spiritual secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat pemahaman
mahasiswa akuntansi.
Pengujian
pengaruh
kecerdasan
emosional pada kecakapan pribadi terhadap
tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa
akuntansi diperoleh nilai koefisien positif
sebesar 0,125 dengan nilai t statistik sebesar
1,523 dengan tingkat signifikansi 0,131. Nilai
signifikansi t tersebut menunjukkan lebih
besar dari tingkat kepercayaan 0,05, sehingga
dapat diinterpretasikan bahwa pengaruh kecerdasan emosional kecakapan pribadi terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi adalah positif tetapi tidak
signifikan.

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA AKUNTANSI
TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

322
Riswan Yudhi Fahrianta, Akhmad Yafiz Syam, Saifhul Anuar Syahdan

JUNI 2012, VOLUME 4 NOMOR 2

Selanjutnya pengujian pengaruh kecerdasan emosional kecakapan sosial terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi diperoleh nilai koefisien
negatif sebesar 0,120 dengan nilai t statistik
sebesar -2,127 dengan tingkat signifikansi
0,036. Nilai signifikansi t ter-sebut menunjukkan lebih kecil dari tingkat kepercayaan
0,05, sehingga dapat diintterpretasikan bahwa
pada tingkat pengaruh kecerdasan emosional
kecakapan sosial terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi adalah
negatif dan signifikan.
Untuk pengujian pengaruh variabel
individual ketiga adalah pengaruh kecerdasan
spiritual terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi diperoleh nilai
koefisien positif sebesar 0,076 dengan nilai t
statistik sebesar 0,982 dengan tingkat signifikansi 0,329. Nilai signifikansi t tersebut
menunjukkan lebih besar dari tingkat kepercayaan 0,05, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa pengaruh kecerdasan spiritual
mahasiswa terhadap tingkat pemahaman
akuntansi mahasiswa akuntansi adalah positif
dan tidak signifikan.
Pembahasan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa
secara simultan, kecerdasan emosional pada
kecakapan pribadi dan sosial, kecerdasan spiritual tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi. Hasil ini tidak mengejutkan,
karena konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Trisniwati dan Suryaningsum
(2003) dan Melandy, Widiastuti, dan Aziza
(2007), yang juga menunjukkan bahwa
komponen-komponen kecerdasan emosional
secara simultan tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat pemahaman akuntansi
mahasiswa akuntansi. Salah satu hal yang
dapat menjelaskan adalah ukuran atau output
utama yang dihasilkan dari kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual bersifat

lebih kualitatif, sedangkan tingkat pemahaman akuntansi yang direpresentasikan dengan
ukuran kuantitatif. Dalam hanyak hal
mungkin saja kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual tidak terkait langsung
dengan hasil dari sebuah prestasi belajar.
Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa kecerdasan emosional pada
kecakapan pribadi yang meliputi: kesadaran
diri, pengaturan diri, dan motivasi mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat
pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi
tetapi pengaruhnya tidak signifikan.
Sedangkan komponen ketiga dari kecerdasan emosional pada kecakapan pribadi
adalah motivasi. Oleh Goleman (2005) dikemukakan bahwa motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat
dapat membangkitkan semangat dan tenaga
untuk mencapai keadaan yang lebih baik,
serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif. Unsur-unsur motivasi,
yaitu: dorongan prestasi, komitmen, inisiatif,
dan optimisme.
Dalam mempengaruhi tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi, kecerdasan emosional pada kecakapan pribadi
ditunjukkan secara statistik positif tapi tapi
tidak bermakna penting (tidak signifikan).
Meningkatkan kecerdasan emosional pada
kecakapan diri dapat diwujudkan melalui
proses pembelajaran dalam lingkungan
kampus yang mendidik mahasiswanya menjadi lebih mengenal dirinya, kemampuan dirinya, pengendalian diri, dan meningkatkan
motivasi diri mahasiswa sehingga pada akhirnya juga akan meningkatkan pemahaman
akuntansi mahasiswa akuntansi.
Implementasi
dari
Kurikulum
Berbasis Kom-petensi (KBK) dan integrasi
mata kuliah non akuntansi terutama yang
berkaitan dengan pengembangan kepribadian
mahasiswa akuntansi menjadi suatu kenyataan yang harus diwujudkan untuk tujuan
luhur pendidikan secara umum di Indonesia.

323

JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa kecerdasan emosional pada kecakapan sosial yang meliputi: empati dan
keterampilan sosial mempunyai pengaruh
negatif terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi tetapi pengaruhnya tidak signifikan. Pengaruh negatif walaupun tidak signifikan perlu dikritisi lebih
lanjut, apakah dengan meningkatnya kecerdasan emosional pada kecakapan sosial yang
meliputi empati dan keterampilan sosial
justru akan menurunkan tingkat pemahaman
mahasiswa akuntansi.
Konfirmasi atas hasil penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya, yaitu oleh
Trisniwati dan Suryaningsum (2003) serta
Melandy dan Aziza (2006), juga konsisten
bahwa kecerdasan emosional pada kecakapan
sosial yang meliputi empati dan keterampilan
sosial mempunyai pengaruh negatif terhadap
tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa
akuntansi, walaupun pengaruh negatif tersebut tidak signifikan. Bahwa apabila kecakapan sosial pada empati dan keterampilan
mahasiswa akuntansi ditingkatkan justru akan
menurunkan tingkat pemahaman akuntansi
mahasiswa akuntansi. Empati dan keterampilan sosial yang mungkin dipersepsikan oleh
mahasiswa akuntansi diwujudkan dalam bentuk kerjasama dan kegiatan non kurikuler di
dalam dan di luar kampus justru akan menurunkan tingkat keberhasilan studi atau dianggap mengganggu fokus keberhasilan studi
mereka.
Hasil pengujian secara parsial ketiga
menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual
mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat
pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi
tetapi pengaruhnya tidak signifikan. Ketidakbermaknaan pengaruh kecerdasan spiritual
walaupun pengaruhnya positif mencerminkan
bahwa dengan meningkatnya kecerdasan
spiritual akan meningkatkan tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi.

Oleh Agustian (2005), bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan vertikal berupa hubungan kepada Maha Pencipta, yang
oleh Zohar dan Marshall (2002), bahwa indikasi dari kecerdasan spiritual yang telah
berkembang dengan baik mencakup: kemampuan untuk bersikap fleksibel; adanya tingkat
kesadaran diri yang tinggi; kemampuan untuk
menghadapi dan memanfaatkan penderitaan;
kemampuan untuk menghadapi dan melampaui perasaan sakit; kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai; keengganan
untuk menyebabkan kerugian yang tidak
perlu; kecenderungan untuk berpandangan
holistik; kecenderungan untuk bertanya
“mengapa” atau “bagaimana jika” dan berupaya untuk mencari jawaban-jawaban yang
mendasar; dan memiliki kemudahan untuk
bekerja melawan konvensi.
PENUTUP
Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
mahasiswa akuntansi terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa pada perguruan
tinggi di Banjarmasin. Dimana hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan sistem pendidikan
tinggi akuntansi khususnya pengembangan
kurikulum akuntansi untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas tidak hanya secara
akademis (intelektual), tetapi juga kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual yang
baik.
Secara simultan pengaruh kecerdasan
emosional kecakapan pribadi, kecerdasan
emosional kecakapan sosial, dan kecerdasan
spiritual tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi. Sedangkan secara parsial,
bahwa kecerdasan emosional yang berupa
kecakapan pribadi mahasiswa akuntansi

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA AKUNTANSI
TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

324
Riswan Yudhi Fahrianta, Akhmad Yafiz Syam, Saifhul Anuar Syahdan

JUNI 2012, VOLUME 4 NOMOR 2

mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak
signifikan terhadap tingkat pemahaman
akuntansi. Untuk kecakapan sosial terhadap
tingkat pemahaman akuntansi mempunyai
pengaruh negatif tetapi tidak signifikan.
Selanjutnya, kecerdasan spritual mahasiswa
terhadap tingkat pemahaman akuntansi
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan.
Ketidakbermaknaan secara statistik
pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap tingkat pemahaman
akuntansi mahasiswa akuntansi ini menimbulkan pertanyaan yang tentu harus tetap dikritisi lebih lanjut. Apakah memang pendidikan tinggi akuntansi juga terjebak dalam
proses pendidikan teknis akuntansi saja (hard
skill), tetapi belum atau tidak dapat membekali para calon lulusan akuntansi dengan
pengetahuan dan keterampilan hidup (soft
skill) sehingga nanti lulusannya kurang memiliki keterampilan dan orientasi profesional
yang diperlukan guna mengimplementasikan
pengetahuan yang diserap dalam dunia nyata.
Seperti yang ditengarai oleh Wilopo (Harian
Kompas, 08 Februari 2010), bahwa sebagian
besar pendidikan tinggi yang melahirkan
akuntan hanya membekali/melahirkan hard
skill, tidak seimbang dengan soft skill. Implementasi dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) dan integrasi mata kuliah non akuntansi terutama yang berkaitan dengan pengembangan kepribadian mahasiswa akuntansi menjadi suatu kenyataan yang harus
diwujudkan untuk tujuan luhur pendidikan
secara umum di Indonesia. Pembentukan dan
pengembangan kecerdasan intelektual bersama dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara komprehensif dan
proporsional oleh perguruan tinggi khususnya
untuk mahasiswa akuntansi sebagai calon
akuntan, dapat dilakukan dengan pendekatan:
(1) intellectual-psychological process, yang
diarahkan pada pengasahan unsur akal pada
diri manusia, (2) social interaction process,
yang diarahkan pada pengendalian nafsu dan

akal dalam konteks interaksi sosial, dan (3)
spiritual process, yang diarahkan untuk
menciptakan divine conciousnes pada diri
manusia. (Triyuwono, 2002 dalam Tikollah,
Triyuwono, dan Ludigdo, 2007)
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar. 2005. Rahasia
Sukses
Membangun
Kecerdasan
Emosi dan Spiritual: The ESQ Way
165. Cetakan ke-25. Arga: Jakarta.
Armansyah. 2002. Intellency Quotient,
Emotional Quotient, dan Spiritual
Quotient Dalam Membentuk Perilaku
Kerja. Jurnal Ilmiah Manajemen dan
Bisnis. Vol.2 No.1. Hal.13-22.
(www.manbisnis.tripod.com diakses
22 April 2011).
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS.
Cetakan IV. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Goleman, Daniel. 2005. Kecerdasan Emosi
untuk Mencapai Puncak Prestasi.
Cetakan Keenam. Diterjemahkan oleh
Alex Tri Kuntjahyo Widodo dari
Working with Emotional Intellegence.
2000. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Khavari, Khalil A. 2000. The Art of
Happiness: Mencipta Kebahagiaan
dalam Setiap Keadaan. Diterjemahkan oleh Agung Prihantono 2006.
Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Machfoedz, Mas’ud. 1998. Survei Minat
Mahasiswa Mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP). Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.13
No.4. Hal.110-124
Melandy, Risso dan Widiastuti, Fitri dan
Aziza, Nurna. 2007. Sinkronisasi
Komponen Kecerdasan Emosional
dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat
Pemahaman Akuntansi dalam Sistem

325

JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

Pendidikan
Tinggi
Akuntansi.
Makalah SNA X. Unhas Makassar 2628 Juli 2007.
Melandy, Rissyo dan Aziza, Nurna. 2006.
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Kepercayaan Diri sebagai
Variabel Pemoderasi. Makalah SNA
IX. Padang 23-26 Agustus 2006.
Rachmi, Filia. 2010. Pengaruh Kecerdasan
Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan
Perilaku Belajar Terhadap Tingkat
Pemahaman Akuntansi (Studi Empiris
pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang dan
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta). Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Semarang: Fakultas Ekonomi UNDIP.
Solimun. 2011. Aplikasi Statistika Mutakhir.
Makalah disajikan dalam Pelatihan
Aplikasi Statistika-PLS di Program
Pascasarjana Magister Manajemen
STIE Indonesia Banjarmasin. Banjarmasin 15-16 Januari 2011.
Suwardjono. 2003. Akuntansi Pengantar:
Proses Penciptaan Data Pendekatan
Sistem. Edisi Ketiga. Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
Svyantek. D J. 2003. Emotional Intelligence
and Organizational Behavior. The
International
Journal
of
Organizational Analysis. Hal.167169.

Tikollah, M Ridwan dan Triyuwono, Iwan
dan Ludigdo, Unti. 2007. Pengaruh
Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan
Emosional, dan Kecerdasan Spiritual
Terhadap Sikap Etis Mahasiswa
Akuntansi (Studi pada Perguruan
Tinggi Negeri di Kota Makassar
Propinsi Sulawesi Selatan). Makalah
SNA X. Unhas Makassar 26-28 Juli
2007.
Trihandini, R A Fabiola M. 2005. Analisis
Pengaruh Kecerdasan Intelektual,
Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan
Spiritual
Terhadap
Kinerja
Karyawan(Studi Kasus di Hotel
Horison Semarang). Tesis Tidak
Dipublikasikan. Semarang: Program
Pascasarjana Magister Manajemen
UNDIP.
Trisniwati, Eka Indah dan Suryaningsum, Sri.
2003. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman
Akuntansi. Makalah SNA VI.
Surabaya 16-17 Oktober 2003.
Zohar, D dan I. Marshall, 2002. SQ:
Memanfaatkan SQ dalam Berpikir
Holistik untuk Memaknai Kehidupan.
Cetakan Kelima. Diterjemahkan oleh
Rahmani Astuti, Nadjib Burhani dan
Ahmad Baiquni dari SQ: Spiritual
Intellegence-The Ultimate Intellegence. 2000. Bandung: Mizan.

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA AKUNTANSI
TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

326
Riswan Yudhi Fahrianta, Akhmad Yafiz Syam, Saifhul Anuar Syahdan