PARTISIPASI PEKERJA DALAM SERIKAT PEKERJA

PARTISIPASI PEKERJA DALAM SERIKAT PEKERJA

Hamong Santoso 1 dan Indi Djastuti 2

1 Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Jalan Erlangga Tengah Nomor 17 Semarang, Indonesia, Telepon +62-024-8453657

2 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang Jalan Prof. Soedharto Tembalang Semarang, Indonesia, Telepon +62-024-76486851 / +62-024-76486850

E-mail: indidjastuti@yahoo.co.id

Diterima 9 Mei 2011 / Disetujui 11 September 2011

Abstract: This research aims to evaluation performance of agriculture extension agent and es- timates expense of transaction needed to design revitalization scenario of counseling institute. This research applies primary data collected through interviews with respondent and key-per- sons. 200 farmers and 30 Agriculture extension agents taken as a sample with multistage sampling. The descriptive Statistics applied to depict responder profile, extension agent per- formance, and condition of the institution of counseling. A transaction cost will be applied to estimate the value of the expense of the transaction needed to design revitalization scenarios of the institution of counseling. The result of the research indicates that the behavior of farming in the research area has not been efficient, so that there is an opportunity to optimize farm production through counseling.

Keywords: extension agent performance, transaction cost, counselling institute, farming Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja petuga penyuluh pertanian dan

mengestimasi biaya transaksi yang dibutuhkan untuk mendisain skenario lembaga konseling. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui wawancara dengan para responden dan tokoh masyarakat. Sejumlah 200 orang petani dan 30 orang petugas penyuluh pertanian diambil sebagai sampel dengan metode multistages sampling. Statistik deskriptif di- gunakan untuk menggambarkan profil responden, kinerja penyuluh pertanian, dan kondisi lembaga konseling. Biaya transaksi diterapkan untuk memperkirakan nilai biaya operasi yang diperlukan merancang skenario revitalisasi lembaga konseling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pertanian di daerah penelitian tidak efisien dan ada kesempatan mengoptimal- kan produksi usaha tani melalui konseling.

Kata kunci: kinerja penyuluhan, biaya transaksi, lembaga konseling, usahatani

PENDAHULUAN

dukung lainnya, termasuk sumber daya alam, teknologi, dan sumber daya manusia dalam jumiah dan kualitas yang memadai, agar tercip-

Pembangunan ekonomi bertujuan meningkat- ta produktivitas yang tinggi sehingga target kan standar hidup masyarakat. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat tercapai. Dalam

tersebut akan tercapai jika produksi nasional pengembangan sumber daya manusia, sudah dapat ditingkatkan lebih cepat dari pertumbuh- menjadi kesepakatan umum yang mengatakan an penduduk. Di samping jumlah produksi di- bahwa sumber daya manusia merupakan unsur tingkatkan perlu juga diperhatikan tingkat pe- pendukung utama dalam proses pembangunan. merataan agar pertumbuhan ekonomi yang di- Bahkan akhir-akhir ini sumber daya manusia capai dapat dinikmati oleh seluruh penduduk. dipandang sebagai unsur yang amat menentu- Selama proses pembangunan ekonomi berlang- kan proses pembangunan, terutama di negara sung dibutuhkan sumber daya dan unsur pen-

Jurnal Ekonomi Pembangunan 222 Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 221-238

berkembang. Pembangunan nasional yang dilakukan sejak akhir tahun 1970, yaitu pada saat muncul- nya orde baru diwarnai dengan meningkatnya perekonomian nasional antara lain dengan ber- kembangnya industrialisasi. Dengan situasi de- mikian membawa konsekuensi perlunya pe- ningkatan perhatian terhadap sektor ketenaga- kerjaan, khususnya hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja. Secara makro kon- disi ketenagakerjaan di Indonesia kurang me- nguntungkan, dimana kondisi penyediaan te- naga kerja lebih besar dari permintaan tenaga kerja. Permasalahan ketenagakerjaan makro di Indonesia tersebut akan menjadi lebih sulit karena ditambah dengan permasalahan-perma- salahan mikro yang ada di perusahaan.

Masalah ketenagakerjaan yang ada di tingkat perusahaan itu di antaranya adalah per- soalan buruh atau pekerja. Persoalan buruh se- ring dikaitkan dengan tingkat kemiskinan, sehingga pekerja di Indonesia identik dengan upah dan daya beli yang rendah, jam kerja yang panjang, dan tidak memadainya jaminan kesehatan dan keselamatan kerja

Pembahasan tentang pekerja dan permasa- lahannya tersebut tidak akan terlepas dengan peran dan fungsi dari serikat pekerja. Gerakan serikat pekerja yang ada di Indonesia mempu- nyai sejarah yang panjang, dimana gerakan ini dimulai sejak abad XIX (1879). Hal ini ditandai dengan lahirnya NIOG (Netherland Onder Werpen Genoottschaft) sebagai serikat pekerja pertama yang mengorganisir guru-guru di sekolah Belanda (Uwiyono, 2000). Selanjutnya disusul dengan lahirnya serikat pekerja - serikat pekerja lain berdasarkan sektor dan profesinya. Pembentukan serikat pekerja di kalangan pe- kerja Belanda ini telah mendorong terbentuk- nya serikat pekerja di kalangan pekerja Indone- sia. Pada tahun 1908 VSTP (Vereneging Van Spoor en Trem Personeel ) serikat pekerja dari kalangan pekerja Indonesia terbentuk (Uwiyo- no, 2000). Setelah Indonesia merdeka perkem- bangan serikat pekerja di Indonesia berkem- bang dengan sangat cepat dan banyak partai politik yang membentuk serikat pekerja dengan tujuan untuk memperkuat posisinya dalam masyarakat. Antara lain Nahdlatul Ulama (NU)

membentuk SARBUMUS1, kemudian Partai Nasional Indonesia (PNI) membentuk KBM, Partai Komunis Indonesia (PKI) membentuk SOBSI.

Pada masa Orde Baru, pekerja telah ditata sedemikian rupa oleh pemerintah sebagai aki- bat hubungan yang kompleks antara pertim- bangan-pertimbangan ekonomi dan politik. Artinya kebijakan perburuhan di masa Orde Baru tidak semata-mata dibentuk oleh tuntutan agenda ekonomi pada waktu itu. Pertimbang- an-pertimbangan politik pun turut berperan dalam kebijakan tersebut, khususnya mencegah kembali elemen-elemen radikal dalam gerakan buruh dan secara lebih umum untuk memba- tasi ruang gerak tiap organisasi yang bersifat massal. Hal itu akhirnya betpengaruh juga terhadap gerakan serikat pekerja dimana mere- ka telah diarahkan untuk mendemobilisasi bu- ruh sebagai kekuatan sosial politik (Hadiz, 1990). Kondisi ini menyebabkan partisipasi pe- kerja di dalam serikat pekerja sangat rendah, karena segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerja telali di tata sedemikian rupa sehingga pekerja harus menerima segala perlakuan dari perusahaan.

Setelah Orde Baru tidak lagi berkuasa kon- disi perburuhan di Indonesia tetap belum mengalami kemajuan. Walaupun demikian muncul fenomena baru di dalam hubungan industrial di Indonesia yaitu munculnya serikat pekerja-serikat pekerja baru, yang muncul seba- gai akibat ketidakpuasan terhadap serikat pe- kerja yang ada selama ini (SPSI). SPSI yang sekarang berganti nama menjadi FSPSI (Fede- rasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) di masa orde baru merupakan alat kontrol dan demobi- lisasi massa sehingga tidak sesuai dengan harapan. Kegagalan SPSI dalam peningkatan hak-hak asasi manusia dan standar ketenaga- kerjaan pada masa Orde Baru disebabkan oleh: pertama, faktor internal yang berkaitan dengan struktur atau bentuk organisasi SPSI dan ke- mandirian SPSI. Kedua. adalah faktor eksternal yang meliputi antara lain peraturan perundang- an di bidang ketenagakerjaan, pelaksanaan pola hubungan industrial Pancasila, sikap pengusa-

ha, kondisi ekonomi, situasi politik dan lain- lain (Uwiyono, 2000). Lebih lanjut Uwiyono

(2000) mengatakan, dilihat dari struktur organi- anggota sebanyak-banyaknya dan meningkat- sasi, SPSI diupayakan terus menerus sebagai kan partisipasi anggotanya. wadah tunggal selama masa orde baru, telah

Keanggotaan serikat pekerja di Provinsi memperlemah militansinya sebagai serikat pe-

Jawa Tengah khususnya di Kota Semarang ma- kerja, sehingga SPSI kehilangan kehilangan sih sedikit. Hal ini dapat dilihat dari jumlah fungsi kontrolnya sebagai serikat pekerja. Ke-

anggota serikat pekerja yang terdaftar melalui tiadaan persaingan antarserikat pekerja mem-

serikat pekerja yang terdaftar di Departemen perlemah semangat SPSI untuk memperjuang-

Tenaga Kerja Provinsi Jawa Tengah. Berdasar- kan hak-hak anggotanya.

kan sektor usaha kayu dan hutan terdapat 2.195 Munculnya keanekaragaman serikat peker-

orang, Percetakan dan Penerbitan 4.640 orang, ja pada era reformasi ini dimulai dengan pecah-

Rokok Tembakau Makanan dan Minuman 6.715 nya FSPSI menjadi dua yaitu FSPSI (yang lama)

orang, KEP 9.540 orang, LEM 5.039 orang, Teks- dan FSPSI Reformasi (yang baru), serta muncul-

til Sandang dan Kulit 11.676, Farmasi dan Kese- nya berbagai macam serikat pekerja. Saat ini

hatan 3.073 orang, Pariwisata 2.231 orang, terdapat 20 serikat pekerja yang terdaftar di De-

Transportasi 5.316 orang, serta Niaga dan Bank partemen Tenaga Kerja yaitu, SARBUMUSI, 786 orang. Jumlah totalnya ada 51.211 orang. KBM, GASBUNDO, FSBDI, PPM1, FOKUBA,

Dari jumlah pekerja yang masuk ke dalam FSPSI, FSPSI Reformasi, SBSI, FSPMI, GASPER-

serikat pekerja adalah sebesar 51.211 orang, MINDO, SP Independent, ASPEK Indonesia, sedangkan jumlah pekerja yang ada di Kota ASOKADIKTA, KPNI, KBKI, GSBI, KORPRI, Semarang adalah sebesar 142.466 orang. Ini ber- SBMSK, dan FSP BUMN (Uwiyono, 2000). Di

arti hanya sebesar 35,95 persen pekerja yang samping itu pemerintah juga mendorong ter-

terdaftar dan berpartisipasi di dalam serikat bentuknya serikat pekerja tingkat perusahaan

pekerja. Dengan demikian serikat pekerja harus (SPTP), yaitu serikat-serikat pekerja yang bebas

dapat mengoptimalkan kinerjanya dengan cara (non atiliasi) di tingkat perusahaan. Pemerintah

meningkatkan partisipasi anggotanya, agar ha- juga mulai memberlakukan Undang-Undang rapan-harapan anggotanya dapat tercapai. Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2000 Ten-

Seiring dengan semakin baiknya serikat pekerja tang Serikat Pekerja yang mulai berlaku efektif

melalui partisipasi anggotanya, pada gilirannya mulai tanggal 4 Agustus 2000 maka segala hal

serikat pekerja akan dapat menarik anggota yang berkaitan dengan serikat pekerja, seka-

baru.

rang ini harus menyesuaikan dengan undang- Secara garis besar partisipasi pekerja di da- undang tersebut. Berlakunya undang-undang lam serikat pekerja terbentuk karena dua alas- tersebut membuka peluang bagi serikat pekerja

an, yang pertama adalah alasan ideologis dan untuk berperan lebih aktif dalam memper-

yang kedua adalah alasan-alasan yang bersifat juangkan kepentingan pekerja. Dengan banyak-

pragmatis seperti ketidakpuasan terhadap ma- nya pilihan serikat pekerja, membuat pekerja

najemen (Simamora, 1997). Menurut Wheleer lebih mempunyai pilihan untuk bergabung de-

dan McClenden (1991), ada tiga faktor penting ngan serikat pekerja sesuai dengan harapan-

untuk menjelaskan mengapa pekerja berpartisi- harapan yang ingin dicapai. Kebebasan untuk

pasi di dalam serikat pekerja yaitu: ketidak- memilih tersebut, memungkinkan pekerja un-

puasan terhadap manajemen, manfaat yang di- tuk dapat berpartisipasi lebih aktif di dalam peroleh (utilitarian), dan kepercayaan politik serikat pekerja

atau ideologi.

Perubahan yang terjadi sekarang ini ada- Walaupun alasan politik maupun ideologi lah, untuk mempertahankan eksistensinya seri-

sangat jarang untuk dijadikan alasan untuk kat pekerja tidak lagi bisa bergantung pada berpartisipasi di dalam serikat pekerja, akan pemerintah, sehingga penggalangan kekuatan

tetapi di Indonesia hal ini masih cukup relevan internal organisasi serikat pekerja merupakan

sebagai sebagai salah satu faktor yang menye- satu-satunya jaminan. Hal ini merupakan tan-

babkan pekerja berpartisipasi di dalam serikat tangan bagi serikat pekerja untuk merekrut pekerja. Hal ini disebabkan karena kebijakan

Partisipasi Pekerja dalam Serikat Pekerja (Hamong dan Indi)

tisipasi pekerja di dalam serikat pekerja. Selain terjadi di negara berkembang seperti Indonesia

itu juga perlu dianalisis secara bersama-sama dimana keterlibatan negara dalam proses in-

pengaruh variabel ketidakpuasan terhadap ma- dustrialisasi di dunia ketiga berada dalam posi-

najemen, manfaat bersama, manlaat individu, si yang sangat dominan dan oleh karenanya dan kepercayaan politik atau ideologi terhadap dapat mempengaruhi sistem hubungan indus-

partisipasi pekerja di dalam serikat pekerja trial (S.A. Siddique, 1989 hal :390).

Hasil temuan dari penelitian ini dari segi Rumusan Masalah. Masalah-masalah yang ilmiah diharapkan dapat memberikan wawasan berkaitan dengan hubungan industrial di Indo-

baru bagi akademisi di bidang sumber daya nesia masih sering terjadi, dan pada saat ini manusia, khususnya pada bidang hubungan in- telah banyak lahir serikat pekerja-serikat peker-

dustrial di Indonesia. Selain itu, dari segi prak- ja baru. Dengan semakin banyaknya serikat pe-

tis, diharapkan dapat memberikan masukan kerja membuat semakin besar tantangan yang

bagi serikat pekerja, pihak manajemen maupun dihadapi oleh pihak manajemen maupun seri-

lembaga lain yang terkait tentang seberapa jauh kat pekerja dalam menciptakan sistem hubung-

faktor-faktor yang dijadikan alasan pekerja un- an industrial yang harmonis.

tuk berpartisipasi di dalam serikat pekerja ber- Banyaknya serikat pekerja yang muncul pengaruh, terutama di dalam kebijakan-kebi- sekarang ini, haruslah diimbangi oleh partisi-

jakan yang berkaitan dengan pekerja. pasi pekerja di dalam serikat pekerja. Partisipa-

Partisipasi di dalam Serikat Pekerja. Hu- si anggota serikat pekerja menjadi sangat pen-

bungan perburuhan (labor relations), adalah hu- ting, karena serikat pekerja pada saat ini meru-

bungan berkesinambungan di antara sekelom- pakan organisasi yang mandiri sehingga hidup

pok karyawan (yang diwakili oleh serikat pe- matinya suatu serikat pekerja ditentukan oleh

kerja) dengan manajemen perusahaan. Serikat serikat pekerja itu sendiri. Untuk itu perlu pekerja (union) adalah sebuah organisasi yang dilakukan pengkajian masalah faktor-faktor berunding bagi para karyawan tentang upah- yang mempengaruhi partisipasi pekerja di da-

upah, jam-jam kerja, dan syarat-syarat dan kon- lam serikat pekerja dan seberapa besar faktor-

disi pekerjaan lainnya (Henry Simamora, 1997). faktor tersebut berpengaruh terhadap partisi-

Sedangkan Undang-Undang Republik Indone- pasi pekerja di dalam serikat pekerja.

sia No. 21 tentang Serikat Pekerja Pasal 1 men- Menurut Paul Tolich dan Mark Harcourt

definisikan serikat pekerja sebagai, organisasi (1996, hal: 71) partisipasi pekerja di dalam seri-

pekerja yang bersifat mandiri, demokratis, be- kat pekerja dipengaruhi oleh beberapa faktor,

bas, dan bertanggung jawab yang dibentuk yaitu mempunyai masalah dengan kerja, per-

dari, oleh, dan untuk pekerja guna memper- baikan upah dan kondisi kerja, percaya terha-

juangkan hak dan kepentingan kaum pekerja, dap serikat pekerja, sebagian besar pekerja ada-

dan keluarganya. Sifat-sifat serikat pekerja itu lah anggota serikat pekerja, memperoleh pela-

mengandung arti sebagai berikut: (1) Mandiri, yanan hukum, pelatihan dan keuangan, dan yakni keberadaannya tidak dikendalikan oleh pelayanan profesional.

pihak manapun melainkan oleh kekuatan sen- Tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini ada-

diri baik dalam mendirikan, menjalankan, mau- lah untuk menganalisis pengaruh faktor keti-

pun mengembangkan organisasi; (2) Demokra- dakpuasan terhadap manajemen terhadap par-

tis, yakni dalam pembentukan organisasi, pemi- tisipasi pekerja di dalam serikat pekerja, meng-

lihan pengurus, memperjuangkan dan melaksa- analisis pengaruh faktor manfaat bersama (col-

nakan hak-hak dan kewajibannya dilakukan lective benefits ) terhadap partisipasi pekerja di sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, yaitu dalam serikat pekerja, menganalisis pengaruh

mengakui dan menghargai adanya perbedaan faktor manfaat individu (individual benefits)

pendapat, tidak memaksakan kehendak, serta terhadap partisipasi pekerja di dalam serikat konsisten melaksanakan putusan yang telah

224

Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 221-238

Partisipasi Pekerja dalam Serikat Pekerja (Hamong dan Indi)

225

ditetapkan bersama; (3) Bebas, yakni sebagai organisasi di dalam melaksanakan hak-hak dan kewajibannya tidak dibawah pengaruh atau tekanan pihak lain; (4) Bertanggung jawab, yak- ni dalam mencapai tujuan dan melaksanakan hak dan kewajiban bertanggung jawab kepada anggota, masyarakat, dan negara.

Serikat pekerja dipandang sebagai organi- sasi yang memberikan kegunaan bagi pekerja dan bersifat normatif (Schein, 1980, dalam Kel- loway dan Julian Barling, 1993, hal: 262). Seba- gai organisasi yang memberikan kegunaan, serikat pekerja menyediakan kepada anggota- nya beberapa manfaat melalui proses tawar menawar bersama (Freeman dan Medoff, 1984 dalam Kelloway dan Julian Barling, 1993, hal: 262). Sebagai organisasi normatif keberadaan serikat pekerja ditandai dengan kurang berpe- rannya pekerja di dalam organisasi, dalam hal ini keterlibatan moral di dalam serikat pekerja (Schein, 1980, dalam Kelloway dan Julian Bar- ling, 1993, hal: 262). Kegunaan dan sifat norma- tif dari serikat pekerja merupakan sumber dari perbedaan dalam partispasi pekerja di dalam serikat pekerja. Menurut Olson 1970 (dalam Kelloway dan Julian Barling, 1993, hal: 262) lebih 90 persen anggota serikat pekerja tidak menghadiri pertemuan organisasi, di lain sisi lebih dari 90 persen anggota serikat pekerja memberikan suaranya sebagai kekuatan untuk memiliki serikat pekerja dan sedapat mungkin membayar iuran organisasi. Menurut Nichol- son, 1978 (dalam Kelloway dan Julian Barling, 1993, hal :262), hanya sedikit perhatian terha- dap definisi partisipasi pekerja di dalam serikat pekerja. Partisipasi pekerja di dalam serikat pe- kerja merupakan bentuk perilaku yang terus menerus dioperasionalkan dengan sedikit usa-

ha untuk memahami bagaimana bentuk parti- sipasi tersebut dapat dapat dihubungkan. Menghadiri pertemuan, membayar iuran, menggunakan prosedur keluhan merupakan indikator dari partisipasi pekerja di dalam seri- kat pekerja.

Partisipasi pekerja di dalam serikat pekerja menjadi penting karena hal ini merupakan indi- kasi dukungan pekerja terhadap serikat pekerja (Anderson, 1978, dalam Aryee dan Deebrah, 1997, hal: 130). Penelitian mengenai partisipasi

pekerja diadopsi berdasarkan serikat pekerja sebagai organisasi dan konsisten dengan defi- nisi bahwa organsiasi sebagai institusi bersama dengan mempertunjukkan keadaan yang per- manen (Child Loveridge dan Warner, 1973 dalam Aryee dan Deebrah, hal: 130). Kondisi permanen tersebut dijelaskan dari keterlibatan pekerja secara spesifik dalam peran dan perila- ku di organisasi.

Serikat pekerja muncul akibat adanya in- dustrialisasi. Pada masa praindustrialisasi keba- nyakan pekerja adalah pekerja mandiri yang bekerja di rumah dan tanahnya sendiri. Indus- trialisasi telah menyebabkan melemahnya sis- tem kemandirian ini dan mengakibatkan ba- nyak pekerja tergantung pada pemilik bengkel, pabrik, atau perusahaan untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan. Industrialisasi juga memisahkan fungsi-fungsi manajemen dan tenaga kerja (Simamora, 1997).

Kehadiran serikat pekerja secara signifikan mengubah beberapa aktivitas sumber daya ma- nusia. Proses perekrutan, prosedur seleksi, ting- kat-tingkat upah, kenaikan gaji, paket tunjang- an, sistem keluhan, dan prosedur disiplin dapat berubah secara drastis disebabkan oleh persya- ratan perjanjian perburuhan (labor agreement). Tanpa serikat pekerja perusahaan-perusahaan leluasa membuat keputusan-keputusan unilate- ral (unilateral decisions) menyangkut gaji, jam kerja, kondisi-kondisi kerja. Keputusan-kepu- tusan ini dapat dilakukan oleh perusahaan tan- pa masukan-masukan atau persetujuan dan karyawan. Karyawan-karyawan yang tidak ber- partisipasi di dalam serikat pekerja mestilah menerima persyaratan manajemen, menegosia- sikannya sendiri jika ingin mengubahnya, atau keluar dari perusahaan. Bagaimanapun pada saat karyawan berpartisipasi di dalam serikat pekerja sehingga memiliki wakil serikat peker- ja, perusahaan diwajibkan mengasosiasikan de- ngan serikat pekerja dalam pengambilan kepu- tusan bilateral (bilateral decision making), me- ngenai tingkat gaji, jam kerja, kondisi kerja, dan masalah-masalah lain dari keamanan pekerjaan. Untuk menghadapi setiap karyawan secara satu persatu perusahan mestilah berunding dengan serikat pekerja yang mewakili pekerja.

Dengan semakin besarnya partisipasi pe-

Jurnal Ekonomi Pembangunan 226 Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 221-238

kerja di dalam serikat pekerja akan memper- besar pengaruh mereka ke dalam wilayah-wila- yah lain manajemen seperti penjadwalan kerja, penyusunan standar kerja, desain ulang peker- jaan, dan pengenalan peralatan dan metode baru. Perusahaan-perusahaan biasanya meno- lak pelanggaran batas ke dalam wilayah-wi- layah pengambilan keputusan ini dengan me- ngakui secara sepihak bahwa persoalan-per- soalan ini merupakan hak prerogratif manaje- men. Apakah manajemen berhasil dalam mem- pertahankan pengendalian eksklusif terhadap hak-hak prerogratif ini akan tergantung pada kekuatan relatif dan kedua belah pihak dalam perundingan kolektif (collective bargaining) dan pada resolusi terhadap konflik-konflik lainnya seperti keluhan, pemogokan, dan perlambatan kerja.

Kebanyakan pekerja menginginkan upah yang tinggi dan kondisi kerja yang baik, artinya pekerja dapat melaksanakan pekerjaanya terlin- dung dari kemungkinan kecelakaan maupun kondisi kerja yang baik meliputi antara lain hubungan kerja yang harmonis antarpekerja maupun antara pekerja dengan manajemen. Untuk dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan pekerja sering tidak memiliki ke- mampuan tawar menawar dengan pihak mana- jemen untuk menuntut upah yang tinggi serta kondisi kerja yang baik. Untuk meningkatkan kemampuan tawar menawar dengan pihak manajemen, alternatif yang sangat rasional bagi pekerja adalah dengan membentuk serikat pe- kerja dan berpartisipasi di dalamnya.

Keberadaan serikat pekerja meskipun seca- ra hukum merupakan hal yang legal bagi setiap pekerja, namun sering kurang mendapatkan tanggapan positif dari pihak manajemen. Hal ini disebabkan karena pihak manajemen tidak ingin ada campur tangan pihak lain yang me- maksakan kehendak sehingga tidak sesuai dengan garis kebijaksanaan manajemen.

Dengan semakin banyaknya serikat pekerja yang muncul terutama setelah era reformasi sekarang ini, membuktikan bahwa serikat pe- kerja yang dulu hanya diwakili oleh SPSI ter- nyata tidak memberikan harapan yang baik ba- gi pekerja. Sekarang ini pekerja mempunyai ba- nyak pilihan untuk berpartisipasi di dalam

serikat pekerja, dan munculnya serikat pekerja bagai ingin membuktikan bahwa kesadaran pekerja akan hak-hak mereka semakin tinggi.

Ketidakpuasan terhadap Manajemen. Ke- tika seseorang menerima pekerjaan, kondisi- kondisi tertentu pekerjaan(upah, jam kerja, dan jenis pekerjaan) disebutkan dalam kontrak pe- kerjaan. Suatu kontrak psikologis juga terdapat antara perusahaan dengan pekerja berisikan harapan-harapan tidak tertulis pekerja menge- nai kondisi-kondisi kerja yang memadai, kebu- tuhan-kebutuhan untuk pekerjaan tersebut, ser- ta wujud otoritas yang dimiliki perusahaan dalam mengarahkan pekerjaan pada pekerja. Harapan-harapan ini berkaitan dengan keingin- an pekerja untuk memuaskan preferensi-prefe- rensi pribadinya di tempat kerja. Seberapa jauh perusahaan mampu memuaskan preferensi- preferensi ini untuk menentukan tingkat ke- puasaan pekerja. Pekerja menginginkan kom- pensasi mereka agar wajar dan adil. Upah penting bagi mereka karena upah menyediakan kebutuhan hidup dan kesenangan-kesenangan. Jika pekerja tidak puas dengan upahnya, maka mereka kemungkinan akan berpartisipasi di dalam serikat pekerja untuk meningkatkan standar hidup mereka (Simamora, 1997).

Beberapa istilah dan pengertian banyak digunakan dalam pembahasan upah. Pertama, ada perbedaan antara upah uang (money wages), upah riil (real wages), dan biaya tenaga kerja (labour costs). Upah uang adalah pembayaran secara tunai yang diterima pekerja untuk peker- jaannya. Pekerja tidak hanya berkepentingan pada pembayaran dalam uang, tetapi pada ba- rang dan jasa yang dapat dibeli dengan upah- nya. Inilah yang disebut dengan upah riil. Jika upah uang naik, tetapi harga pangan, sandang, perumahan dan kebutuhan lainnya naik lebih tinggi, upah riil turun dan pekerja serta keluar- ganya menjadi lebih miskin. Di banyak negara, terutama di negara berkembang, upah dibayar- kan sebagian dalam uang dan sebagian dalam jenis, seperti beras, transport, pengobatan dan kebutuhan lain. Nilai total upah dalam uang dapat dihitung dengan memperkirakan nilai pasar dari pembayaran dalam jenis, dan me- nambahkannya dalam pembayaran uang. Nilai total dalam uang dari upah yang dibayarkan

Partisipasi Pekerja dalam Serikat Pekerja (Hamong dan Indi)

227

pengusaha, bersama dengan pembayaran lain untuk pekerjanya (jaminan sosial, pendidikan/ pelatihan) merupakan biaya tenaga kerja, dan menjadi bagian dari total biaya produksinya (Sentanoe, 1995).

Pembedaan upah lainnya adalah antara upah paruh waktu (time rates) dan upah potong (piece rates) atau metode pembayaran lainnya dimana upah dihubungkan dengan hasil pro- duksi (output) sehingga pekerja memiliki insen- tif untuk menaikkan produksinya. Dalam upah waktu pekerja dibayar dalam upah tertentu karena bekerja satu jam, hari, minggu, atau bulan. Dalam upah potong, pekerja menerima upah karena mengerjakan suatu kuantitas pe- kerjaan tertentu. Misalnya: memasang 500 bata. Pekerja yang cepat dan bersemangat akan mela- kukan lebih banyak pekerjaan dan memperoleh lebih banyak upah dan pekerja yang lambat dan malas (Sentanoe, 1995).

Oleh karena itu, upah masuk ke dalam ke- bijakan dan hubungan antara pekerja, pengu- saha, dan pemerintah. Semua pihak itu mem- punyai kepentingan untuk meningkatkan kuan- titas barang dan jasa, yang memberikan upah, laba, dan penghasilan. Namun kontroversi sering timbul mengenai bagaiman kue barang dan jasa ini harus dibagi diantara mereka. Dimana serikat pekerja telah mantap, kekuatan tawar menawar atas upah dengan pengusaha sering sangat tajam. Meskipun masing-masing pihak menginginkan mencapai kesepakatan, perbedaan antara upah yang ditawarkan oleh pengusaha dan jumlah yang mau diterima pekerja bisa terlalu besar untuk tercapinya sua- tu penyelesaian. Dalam keadaan itu, konflik tajam terjadi dan kekuatan masing-masing pi- hak akhirnya ditunjukkan dengan mogok atau penutupan perusahaan sampai satu pihak terpaksa mengalah atau tercapai kompromi.

Selain upah hal lain yang sering diperma- salalikan oleh pekerja atau karyawan adalah masalah kondisi kerja. Pada pembicaraan sehari-hari kondisi kerja sering disalahtafsirkan dengan lingkungan kerja, padahal sebenamya kondisi kerja merapakan salah satu faktor dari lingkungan kerja. Kondisi kerja adalah kondisi yang dapat dipersiapkan oleh manajemen per- usahaan yang bersangkutan pada waktu per-

usahaan akan didirikan oleh perusahaan tersebut (Agus Asyhari, 1994, dalam Indra Gunawan, 2000, hal: 18). Kondisi kerja sangat berkaitan dengan layout pabrik, oleh sebab itu kondisi kerja harus direncanakan bersamaan pada saat perencanaan pembangunan pabrik. Tujuan untuk merencanakan kondisi kerja da- lam perusahaan sesuai dengan tujuan dari perencanaan kerja adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan (Agus Asyhari, 1994, dalam Indra Gunawan, 2000, hal: 19).

Menurut Robbins (1993, dalam Djoddy Ismanto 2000, hal :20), karyawan akan memper- hatikan kondisi kerjanya demi kenyamanan pribadi dan agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik. Karyawan lebih suka dalam kon- disi kerja yang tidak berbahaya dan nyaman. Suhu, cahaya, tingkat kebisingan, dan sebagai- nya tidak ekstrem. Selain itu kebanyakan karyawan lebih suka apabila tempat kerjanya relatif dekat dengan rumah, dalam lingkungan yang bersih, fasilitas yang modern dan dileng- kapi dengan peralatan dan mesin yang mema- dai.

Faktor-faktor kondisi kerja yang harus direncanakan selaras dengan perencanaan pa- brik adalah: (1) Penerangan. Penerangan di da- lam kondisi kerja ini adalah cukupnya sinar matahari yang masuk di dalam ruang kerja masing-masing karyawan perusahaan; (2) Suhu Udara. Suhu udara pada ruang kerja para karyawan perusahaan akan ikut mempenga- ruhi produktivitas kerja para karyawan perusa- haan yang bersangkutan; (3) Suara Bising. Suara bising yang terjadi di dalam ruang pro- duksi pada umumnya belum mendapat per- hatian dengan semestinya; (4) Ruang gerak yang diperlukan agar para karyawan perusa- haan yang bersangkutan ini dapat leluasa ber- gerak dengan baik, maka ruang untuk karya- wan ini haruslah memadai.

Selain upah dan kondisi kerja, masalah lain yang sering muncul antara manajemen dengan pekerja adalah masalah keamanan kerja, dima- na yang biasanya terjadi adalah masalah peme- catan terhadap karyawan dan munculnya prak- tek pensubkontrakkan kerja. Masalah-masalah ini masing sering terjadi, sehingga pekerja ber- usaha untuk memasukkan klausa-klausa ter-

Jurnal Ekonomi Pembangunan 228 Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 221-238

sebut ke dalam kesepakatan kerja bersama. Bila pekerja merasa tidak puas dengan aspek-aspek lingkungan kerjanya, seperti upah, kesempatan promosi, perlakuan oleh atasan, pekerjaan itu sendiri, dan peraturan-peraturan kerja mereka mungkin berpendapat bahwa de- ngan berpartisipasi di dalam serikat pekerja akan dapat membantu memperbaiki situasi. Jika mereka percaya bahwa serikat pekerja mampu membantu, mereka kemudian akan menimbang manfaat dan kerugian bila mereka berpartisipasi di dalam serikat pekerja. Semakin percaya serikat pekerja dapat menghasilkan pekerjaan yang positif, pekerja akan berang- gapan dengan berpartisipasi aktif di dalam serikat pekerja akan semakin instrumental da- lam menghapuskan penyebab ketidakpuasan (Maryono dan Sri Sudarsi, 2000). Menurut Free- man dan Medoff, 1984 (dalam Yitchak Haber- feld, 1995, hal: 657), ”...serikat pekerja menye- diakan pekerja suara bersama dalam rangka menghilangkan sumber ketidakpuasan".

Ketidakpuasan terhadap persyaratan-per- syaratan dan kondisi-kondisi implisit pekerjaan akan membuat pekerja berupaya mengubah situasi pekerjaan, seringkali melalui serikat pe- kerja. Suatu studi penting menemukan hubung- an yang sangat kuat antara tingkat kepuasan dan proporsi para pekerja untuk berpartisipasi di dalam serikat pekerja (Maryono dan Sri Sudarsi, 2000). Partisipasi pekerja di dalam seri- kat pekerja disebabkan karena mereka mempu- nyai masalah dalam kerja, kemudian upah dan kondisi kerja (Waddington dan Whitson, 1997 dalam Paul Tolich dan Mark Harcourt, 1996, hal: 66). Menurut George R. Grai dan Myers (1999, hal:38), mengatakan bahwa usaha untuk melindungi dan mendorong pekerja dan untuk memastikan perlakuan adil terhadap pekerja merupakan dasar yang kuat bagi kepercayaan antara manajemen dan pekerja. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Paul Tolich dan Mark Harcourt (1996), yang menga- takan bahwa masalah di dalam kerja merupa- kan salah satu faktor yang mempengaruhi par- tisipasi pekerja di dalam serikat pekerja. Peneli- tian lain mengatakan bahwa, negoisasi menge- nai upah dan kondisi kerja merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi pekerja

untuk berpartisipasi di dalam serikat pekerja (Kerr, 1992, dalam Paul Tolich dan Mark Harcourt, 1995, hal:66). Menurut Freeman dan Medoff, 1984 (dalam Yitchak Heberteld, 1995, hal:657) menyatakan bahwa ketidakpuasan kerja dan rasa frustasi merupakan alasan peker- ja untuk berpartisipasi di dalam serikat pekerja.

Kegunaan atau Manfaat Serikat Pekerja.

Secara umum serikat pekerja bertujuan untuk mempromosikan kepentingan para anggota dan kelangsungan hidup dari serikat pekerja itu sendiri serta berusaha mempertahankan atau meningkatkan dukungan pekerja dengan me- nyediakan kebutuhan-kebutuhan mereka (Mar- yono dan Sri Sudarsi, 2000). Sedangkan FSPSI mendefinisikan fungsinya sebagai berikut (1) Pembela dan pelindung hak-hak dan kepen- tingan serta penyalur aspirasi pekerja; (2) Pen- dorong dan penggerak pekerja dalam turut menyukseskan program–program pembangun- an nasional, khususnya pembangunan sosial ekonomi; (3) Wahana peningkatan kesejahtera- an pekerja; (4) Wadah pembinaan kader-kader bangsa yang menunjang pembangunan secara profesional, disiplin, trampil, produktif, dan berwawasan kebangsaan; (5) Mitra yang aktif dalam proses pengambilan keputusan politik ketenagakerjaan serta pelaksanaan kontrol so- sial terhadap pelaksanaannya.

Beberapa studi mengemukakan bahwa pe- kerja memandang manfaat atau kegunaan seri- kat pekerja dari dua aspek yaitu, manfaat bersa- ma dan manfaat individu. Menurut Wadding- ton dan Whitson, 1997 (dalam Paul Tolich dan Mark Harcourt, 1996, hal:65), manfaat bersama adalah hal-hal yang berkaitan dengan organisa- si secara keseluruhan dan memasukkan du- kungan yang saling menguntungkan serta per- baikan upah dan kondisi kerja. Sedangkan manfaat individu adalah pelatihan dan pendi- dikan, pelayanan hukum, dan keuangan. Lebih lanjut Waddington menyatakan bahwa manfaat bersama untuk berpartisipasi di dalam serikat pekerja tetap lebih penting dibandingkan man- faat individu. Menurut Phelps Brown, 1990 (dalam Paul Tolich dan Mark Harcourt, 1996, hal:66) beberapa peneliti mengungkapkan bah- wa partisipasi pekerja di dalam serikat pekerja lebih banyak disebabkan oleh manfaat individu dibandingkan manfaat bersama. Menurut Paul

Tolich dan Mark Harcourt (1996, hal:65), peneli- Siddique, hal: 391). Hal tersebut merupakan tian sekarang mengasumsikan bahwa pekerja pola dalam pembentukan kelas dalam konteks berpartisipasi dalam serikat pekerja lebih ba-

kelas pekerja di negara berkembang yang telah nyak disebabkan oleh kebutuhan akan manfaat

memperlemah posisi kelas pekerja dengan dua bersama dibandingkan manfaat individu.

cara, pertama diciptakan sebuah pembagian Menurut survei yang dilakukan oleh Peetz

kelas pekerja yang dapat disebut sebagai "semi (1997, dalam Paul Tolich dan Mark Harcourt,

proletariat", dan kedua mencegah perkembang- 1996, hal:66) yang melakukan studi terhadap an pasar tenaga kerja di negara-negara berkem- 942 tenaga kerja dari 35 tempat kerja menemu-

bang. Lebih jauh, keberadaan berbagai kelom- kan bahwa, hampir setengah dari responden pok di dalam kelas pekerja telah memunculkan menjelaskan alasan mereka berpartisipasi di konflik ideologis dan kepentingan di antara dalam serikat pekerja dikarenakan alasan per-

mereka di negara berkembang (Taylor 1979; lindungan, nasehat, dan adanya perwakilan 238, dalam S.A. Siddique, hal:391). Posisi lemah buat mereka. Menurut penelitian terhadap 3000

yang dimiliki kelas pekerja di negara berkem- tenaga kerja di Victoria Australia yang dilaku-

bang telah mendesak mereka untuk terpaksa kan oleh Creegan, Johnston, dan Bartram, 1994

melakukan tindakan politik untuk mengatasi (dalam Paul Tolich dan Mark Harcourt, 1996,

kekurangan mereka. Para pekerja di negara hal:66), menemukan bahwa 94 persen anggota

berkembang mendapati bahwa tindakan politik berpartisipasi di dalam serikat pekerja karena

lebih efektif daripada tindakan ekonomi untuk alasan perlindungan kerja dan hak-hak pekerja,

menyelesaikan permasalahan mereka (Clegg, kemudian 25 persen karena dukungan moral,

1976; 4, dalam S.A.Siddique, hal:391). Menurut

26 persen karena kondisi kerja, dan 21 persen Deery dan De Cieri, 1991 (dalam Paul Tolich karena alasan solidaritas. Menurut Anat Levy

dan Mark Harcourt, 1996, hal:70), kepercayaan (1990, hal:41), pekerja mempunyai hasrat untuk

ideologi merupakan motif kunci bagi pekerja berpartisipasi di dalam serikat pekerja apabila

untuk berpartisipasi di dalam serikat pekerja. serikat pekerja memberikan kegunaan bagi Demikian pula dengan penelitian yang dilaku- pekerja

kan oleh Paul Tolich dan Mark Harcourt (1996, Politik atau Kepercayaan Ideologi. Nega-

hal: 71) dimana mereka menemukan bahwa, ra-negara di dunia ketiga sangat turut campur

kepercayaan terhadap politik serikat pekerja dan berusaha untuk mengontrol setiap aspek

merupakan alasan kedua terpenting untuk ber- dari sistem hubungan industrial. Keterlibatan partisipasi di dalam serikat pekerja. Menurut pemerintah dalam sistem hubungan industrial

Yitchak Haberfeld (1995, hal:658), pekerja ber- di berbagai negara dunia ketiga hampir secara

partisipasi di dalam serikat pekerja merupakan total dan secara kualitatif berbeda dengan yang

hasil dari kepercayaan politik, di beberapa ada di barat (Shaheed,1997 dalam S.A. Siddi-

negara serikat pekerja berafiliasi dengan partai que, hal:394). Dengan ikut campurnya pemerin-

politik.

tah dalam hubungan industrial, secara lang- Penelitian Terdahulu. Hasil penelitian ter- sung atau pun tidak langsung pemerintah men-

dahulu tentang alasan pekerja untuk masuk coba mempertahankan kepentingannya teruta-

serikat pekerja terangkum dalam Tabel 1. ma dalam bidang ekonomi dan politik perbu-

Hipotesis. H1 adalah Ketidakpuasan ter- ruhan. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan bu-

hadap manajemen berpengaruh positif terha- ruh murah, yang akhirnya menimbulkan senti-

dap partisipasi pekerja di dalam serikat pekerja; men-sentimen terhadap sistem ekonomi kapi-

H2 adalah Manfaat bersama berpengaruh posi- talis.

tif terhadap partisipasi pekerja di dalam serikat Kebanyakan rumah tangga di negara ber-

pekerja; H3 adalah Manfaat individu berpenga- kembang lebih mencurahkan pekerjaannya un-

ruh positif terhadap partisipasi pekerja di da- tuk memproduksi secara langsung bagi peme-

lam serikat pekerja; H4 adalah Kepercayaan nuhan kebutuhan mereka sendiri terutama ke-

politik atau ideologi berpengaruh positif terha- butuhan makanan (Freund, 1981; 5, dalam S.A.

dap partisipasi pekerja di dalam serikat pekerja;

Partisipasi Pekerja dalam Serikat Pekerja (Hamong dan Indi)

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

Judul Pengarang Hasil Penelitian

Why do people join unions ? a case

Kebanyakan pekerja berpartisipasi dengan study of the New Zealand engineer-

Paul Tolich dan

serikat pekerja karena mereka mempunyai ing, printing and manufacturing

Mark Harcourt

masalah dengan kerja dan disebabkan mereka union (1999)

percaya terhadap serikat pekerja

Why do workers join unions? The

Pekerja di Israel berpartisipasi dengan serikat case of Israel (1995)

Yitchak Haberfeld

pekerja karena non work benefit dan social value

Ada dua kondisi yang haras diperoleh pekerja determination (1990)

Heterogeneity and union membership

Anat Levy

untuk berpartisipasi dengan serikat pekerja yang pertama adalah dengan berpartisipasi

dengan serikat pekerja, pekerja berharap ada peningkatan upah, kedua dengan berpartisipasi dengan serikat pekerja, pekerja akan memperoleh manfaat tambahan.

Why while collar staff join trade

Pekerja berpartisipasi dalam serikat pekerja union. (1994)

IRS Employment

Trends (news)

karena mempunyai masalah dengan kerjakebanyakan pekerja adalah anggota

serikat pekerja, kepercayaan terhadap serikat pekerja, ingin memperbaiki upah dan kondisi kerja, dan pelatihan dan pendidikan.

Determinant of Australian trade

Pekerja berpartisipasi dengan serikat pekerja, unions membership (1998)

C. Cregan, S.

Johnson, T. Bartram

karena ingin melindungi pekerjaan dan hak- hak mereka, dukungan moral, negosiasi upah

dan kondisi kerja, serta solidaritas Why join? WJiy stay? union,

Lebih dan setengah responden berpartisipasi employer and aspect of union

D.Peetz

dengan serikat pekerja karena alasan membershipm Australia (1997)

perlindungan, nasehat dan mempunyai wakil. Why do people join unions in a

Pekerja berpartisipasi dengan serikat pekerja period of membership decline

Waddington,

disebabkan karena manfaat bersama (1997)

Jeremy, Whitston,

and Colin

Sumber: berbagai sumber

H5 adalah ketidakpuasan terhadap manajemen, bab akibat antara variabel-variabel melalui pe- manfaat bersama, manfaat individu dan keper-

ngujian hipotesis (Masri Singarimbun, 1989). cayaan politik atau ideologi secara bersama-

Sedangkan metode yang digunakan adalah sama berpengaruh terhadap partisipasi pekerja

metode survei

di dalam serikat pekerja

Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN

Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pekerja yang menjadi anggota serikat

Jenis Penelitian

pekerja pada perusahaan-perusahaan di Kota Semarang yang terdaftar di Departemen Tena-

Jenis penelitian yang digunakan dalam peneli-

ga Kerja Kota Semarang. Yang dimaksud de- tian ini adalah penelitian explanatory yaitu je-

ngan pekerja di sini adalah tenaga kerja yang nis penelitian yang menjelaskan hubungan se-

230

Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 221-238

Partisipasi Pekerja dalam Serikat Pekerja (Hamong dan Indi)

231

bekerja di dalam hubungan kerja pada peng- usaha dengan menerima upah. Sampel diambil dengan metode cluster random sampling. Tek- nik ini digunakan karena obyek yang akan di teliti sangat luas, sehingga pengambilan sampel dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap perta- ma, adalah dengan membagi jumlah serikat pe- kerja berdasarkan sektor usaha, dimana terda- pat 10 sektor usaha. Kemudian dari masing- masing sektor usaha dipilih secara acak untuk memperoleh satu serikat pekerja di perusahaan untuk masing-masing sektor usaha, sehingga akhirnya diperoleh 10 serikat pekerja yang mewakili tiap-tiap sektor usaha. Dari masing- masing serikat pekerja diambil sampel secara acak proporsional sebanyak 30 orang, sehingga jumlah sampel keseluruhan sebanyak 300 res- ponden (30 x 10 perusahaan).

Jenis dan Sumber Data

Data primer diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan, dimana kuesioner tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan opini responden mengenai variabel-variabel penelitian, yaitu partisipasi pekerja di dalam serikat pekerja, ketidakpuasan terhadap mana- jemen, manfaat bersama, manfaat individu, dan kepercayaan politik atau ideologi. Data sekun- der diperoleh dari lembaga-lembaga lain dima- na data-data tersebut berkaitan dan mendu- kung terhadap permasalahan yang diteliti.

Definisi Operasional Variabel

Partisipasi di dalam serikat pekerja adalah per- sepsi anggota serikat pekerja terhadap kewajib- an-kewajibannya sebagai anggota serikat peker- ja dilihat dan mematuhi AD/ART, membela se- rikat pekerja, membayar iuran, aktif mengha- diri pertemuan, diukur dengan menggunakan skala likert 1-5.

Ketidakpuasan terhadap manajemen ada- lah persepsi pekerja terhadap kondisi-kondisi normatif kerja yang mereka hadapi, dilihat dari upah, kondisi kerja, dan keamanan kerja, di- ukur dengan menggunakan skala likert 1-5 (Yitehak Haberfeld, 1995; hal: 664).

Manfaat bersama adalah persepsi pekerja terhadap keuntungan-keuntungan bersama yang diharapkan yang akan diperoleh dengan

berpartisipasi di dalam serikat pekerja dilihat dari diikungan moral, solidaritas, dan diukur dengan menggunakan skala likert 1-5 (Yitchak Haberfeld, 1995; hal: 658).

Manfaat individu adalah persepsi pekerja terhadap keuntungan-keuntungan pribadi yang diharapkan akan diperoleh dengan berpartisi- pasi di dalam serikat pekerja dilihat dari perwa- kilan, perlindungan, pendidikan dan pelatihan, dan diukur dengan skala likert 1-5 (Yitchak Haberfeld, 1995; hal:658).

Kepercayaan politik atau ideologi adalah persepsi pekerja terhadap ideologi ataupun ke- percayaan politik serikat pekerja, dilihat dari kepercayaan terhadap serikat pekerja sebagai tempat untuk menyalurkan aspirasi politik dan hubungan serikat pekerja dengan partai politik, diukur dengan skala likert 1-5 (Paul Tolich dan Mark Harcourt, 1995; hal:71, Yitchak Haberfeld, 1995; hal:658).

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala pengukuran ordinal, skala ini digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap suatu jawaban. Dalam menentukan bobot (skor) digunakan skala likert yang terbagi ke dalam 5 jenjang yaitu: (a) Katagori jawaban sangat tinggi diberi skor 5; (b) Kategori jawaban tinggi diberi skor 4; (c). Kategori jawaban sedang di- beri skor 3; (d). Kategori jawaban sedang ren- dah diberi skor 1.

Uji Instrumen Penelitian

Kuesioner yang dipakai harus diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur da- lam melakukan fungsi memberikan hasil ukur yang sesuai. Pengukuran dilakuikan dengan teknik korelasi skor item dan skor total product moment correlation. Indikator dinyatakan valid apabila menunjukkan nilai r product moment correlation lebih besar dari 0,40.

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk meng- ukur sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan atau seberapa konsisten suatu instrumen mengukur konsep- konsep yang ada. Pengukuran dilakukan terha- dap estimasi keseluruhan test dengan menggu- nakan koefisien alpha yang dikemukakan oleh

Jurnal Ekonomi Pembangunan 232 Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 221-238

Cronbach. Keterandalan suatu indikator dapat dilihat dari nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,60 (Dongoran,1987).

Teknik Analisis Data

Untuk menguji faktor-faktor yang mempenga- ruhi partisipasi pekerja di dalam serikat pekerja adalah dengan model regresi linier berganda. Analisa regresi merupakan analisis yang digu- nakan untuk melihat hubungan yang ada di antara variabel-variabel sehingga dari hubung- an yang diperoleh kita dapat menaksir variabel yang satu apabila harga variabel lainnya diketa- hui (Sudjana, 1997). Sedangkan analisa regresi bertujuan untuk memperkirakan nilai dari va- riabel-variabel tak bebas pada nilai variabel bebas tertentu (J. Supranto,1987). Dalam peneli- tian ini persamaan regresi yang dibuat adalah sebagai berikut:

Y = bo + bi xl+b2 x2 + b3 x3 + b4 x4 + e dimana: Y adalah partisipasi pekerja di dalam

serikat pekerja; bo adalah intersep; b1-b4 adalah koefisien regresi parsial untuk variabel xl-x4; x adalah ketidakpuasan terhadap manajemen; x2 adalah manfaat bersama; x3 adalah manfaat individu; x4 adalah kepercayaan politik atau ideologi; el adalah galat (kesalahan penggang- gu).

Berdasarkan pada hasil analisis linier ber- ganda tersebut akan dapat diketahui pengaruh dan tingkat signifikansi masing-masing varia- bel bebas terhadap keputusan masuk ke dalam serikat pekerja. Selanjutnya besarnya kontribusi secara simultan (koefisien determinasi) diper- oleh dengan rumus:

SSTotal

SSregresi R  2

Kalau diuraikan menjadi sebagai berikut:

SStotal

SSresidu

SStotal

SSregresi SSresidu R

Dari hasil regresi yang diperoleh, kemu- dian dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah koefisien regresi yang diperoleh mem-

punyai pengaruh yang signifikan atau tidak, baik secara simultan maupun parsial, dan un- tuk mengetahui pula seberapa besar pengaruh- nya. Dalam hal ini ada dua bentuk pengujian, yaitu: (1) Uji t statistik untuk menguji pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel tak bebas secara parsial dengan mengasumsikan bahwa variabel lain dianggap konstan dengan tingkat kepercayaan 95%, df = n-k, nilai t tabel dibandingkan dengan nilai t hitung yang diper- oleh untuk menentukan apakah pengaruhnya signifikan atau tidak. Bila t hitung>t label, maka Ho ditolak atau menerima Ha, sebaliknya bila t hitung<t tabel, maka Ho dinyatakan diterima atau menolak Ha.; (2). Uji F statistik untuk me- ngetahui pengaruh variabel bebas secara simul- tan terhadap variabel tergantung (Y), pada ting- kat kepercayaan 95% atau a = 0,05 dan degree of freedom (derajat kebebasan) df = n-k-1 akan diperoleh nilai F tabel, kemudian nilai F hitung dibandingkan dengan F tabel untuk menentu- kan apakah pengaruh simultan signifikan atau tidak. Bila F hitung > F tabel, maka Ho ditolak atau menerima Ha, sebaliknya bila F hitung < F tabel, maka Ho dinyatakan diterima atau meno- lak Ha.

Untuk memperoleh model persamaan linier yang memiliki penduga terbaik (best linier unbiased estimator ), dilakukan pengujian atas asumsi klasik regresi, meliputi: (1) Uji normali- tas, model regresi yang baik adalah model re- gresi yang mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal dengan melihat normal probability plot dan uji Kolmogorov - Smirnov Test; (2) Multikolinieritas, dengan menentukan variance inflation factor (Santoso, 2000), antar variabel independen haruslah rendah (<0,70); (3) Heteroskedastis, dalam suatu model regresi tidak boleh terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagian besar responden (74,89 persen) men- dukung partisipasi pekerja di dalam serikat pe- kerja bila diukur dari kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh anggota serikat pekerja. Mereka (69,50 persen) juga menyata- Sebagian besar responden (74,89 persen) men- dukung partisipasi pekerja di dalam serikat pe- kerja bila diukur dari kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh anggota serikat pekerja. Mereka (69,50 persen) juga menyata-

pekerja dengan masuk ke dalam serikat pekerja

ga mempengaruhi mereka untuk berpartisipasi seperti adanya perwakilan untuk berunding dalam serikat pekerja. Kemudian (54,27 persen)

dengan manajemen, mendapatkan perlindung- menyatakan manfaat individu juga mereka per-

an hukum, memperoleh pelatihan dan pendi- oleh dengan berpartisipasi di dalam serikat dikan, mendapatkan asuransi kesehatan, dan pekerja. Alasan partisipasi dalam serikat peker-

memperoleh jaminan pensiun, maka semakin ja adalah kepercayaan politik atau ideologi se-

besar partisipasi pekerja di dalam serikat peker- bagai faktor yang mempengaruhi untuk ber-

ja. Nilai koefisien regresi sebesar -0,0008 untuk partisipasi di dalam serikat pekerja hanya dike-

variabel kepercayaan politik dan ideologi, mukakan oleh sebagian kecil dari pekerja (17,49

memberikan arti bahwa semakin besar keperca- persen).

yaan pekerja terhadap politik atau ideologi seri- Hasil analisis regresi dengan mengguna-

kat pekerja maka semakin kecil partisipasi kan program SPSS diperoleh nilai koefisien re-