MAKNA LAFADZ IDRIB DALAM QS. AN-NISA AYAT 34 PERSPEKTIF ULAMA KABUPATEN MALANG
MAKNA LAFADZ IDRIB DALAM QS. AN-NISA
AYAT 34 PERSPEKTIF ULAMA KABUPATEN MALANG
Muhammad Lukman Haris
Fakultas Syari’ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Email: lukmanmuhammad1@gmail.com
Abstrak
The background of this research, is the fact often indicates that the marital relationship is not always harmonious. Sometimes a spouse fails to save the Big Dipper in the household as it faces problems that are considered to be beyond their means. Sometimes women ignore or less than the maximum husband right in doing his duty to the house and her children. This study aims to describe, how do cleric Malang Meaning Lafadz idrib on Qs. An-Nisa verse 34 and how do Malang cleric on how the settlement of disputes in domestic life which in turn can realize harmonious family. While the object of research is the Ulema Malang.The results of this Penetian, researchers finally, first, the meanings of the Salafi Ulama Lafadz idrib on Qs.An- Nisa verse 34 by taking the path of violence that is hitting with the hand, while the scholars of Modern and Contemporary in meaning Lafadz Idrib ie, hit without using street violence, ie by continuously advised.second, Salafi cleric in resolving disputes in domestic life are clubbed, Salaf allow wife beating wives who disobey the reason is still the responsibility of the husband, it is necessary to resort to violence to revive him. Modern and contemporary scholars While there are two methods to resolve disputes that occur in the home, The first is by way of violence, that is allowed to beat his wife as long as the stage-the stage prior to the beating had done well and has not produced results. The second dispute resolution process in the household is, without the use of the least violent way, which is enough to be kept advised menurus due to violence if the problem is not going to finish, and beating only produces more dangerous uprising.
Studinya bertujuan untuk menggambarkan, bagaimana ulama Malang Arti Lafadz idrib pada Qs. An-Nisa ayat 34 dan bagaimana ulama Malang tentang bagaimana penyelesaian sengketa dalam kehidupan rumah tangga yang pada gilirannya dapat mewujudkan keluarga yang harmonis. Sedangkan objek penelitian adalah Ulama Malang. Hasil Penetian ini, peneliti akhirnya, pertama, arti dari Salafi Ulam aLafadzidrib pada Qs.An - Nisa ayat 34 dengan mengambil jalan kekerasan yang memukul dengan tangan, sementara para ulama Modern dan Kontemporer dalam arti Lafadz Idribi adalah memukul tanpa menggunakan jalan kekerasan, yaitu dengan saran atau masukan, kedua, ulama salafi dalam menyelesaikan sengketa kehidupan rumah tangga dengan dipukul, ulama’ Salafi membolehkan pemukulan terhadap istri yang tidak taat alasannya adalah karena masih tanggung jawab suami, maka perlu menggunakan kekerasan untuk menghidupkan kembali kepadanya. Sedangkan para ulama’ kontemporer pertama adalah dengan cara pendekatan musyawarah, apabila belum membuahkan hasil. Proses penyelesaian sengketa kedua dalam rumah tangga adalah dengan peringatan yang keras, hindari kekerasan karena hanya menghasilkan pemberontakan lebih berbahaya .
Kata kunci :Lafadz Idrib , Ulama kabupaten Malang, Qs An-nisa
Makna Lafdz Idhrib Menurut Para ulama
berpegang teguh pada cara penafsiran bi al Tafsir.
riwayah seperti yang telah dikembangkan Masa Salaf 4 sebelumnya . Hanya saja sudah tampak adanya
Definisi Salaf ( ُﻒَﻠﱠﺴﻟا) upaya penafsiran Al-Quran dengan meng- Menurut bahasa (etimologi), Salaf (
gunakan analisis kebahasaan yang bersifat ُﻒَﻠﱠﺴﻟَا ) artinya yang terdahulu (nenek moyang),
leksiografis. Yakni pembahasan berdasarkan yang lebih tua dan lebih utama.[1] Salaf berarti
analisis tata bahasa Arab(I’rab) atau bela- para pendahulu. Jika dikatakan ( ِﻞُﺟ ﱠﺮﻟﺎُﻔَﻠَﺳ) salaf
kangan sering disebut dengan pendekatan atau seseorang, maksudnya kedua orang tua yang te-
metode analisis struktural.
lah mendahuluinya. 1 Corak tafsir bil al ma’tsur ini masih Menurut istilah (terminologi), kata
terus mendominasi model tafsir yang Salaf berarti generasi pertama dan terbaik dari
berkembang hingga paruh pertama abad ke-4 ummat (Islam) ini, yang terdiri dari para
Hijriyah. Pada paruh kedua abad ini corak Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan para
tafsir bil al a’yi mulai bermunculan ke permu- Imam pembawa petunjuk pada tiga kurun
kaan. Semua corak penafsiran yang ber- (generasi/masa) pertama yang dimuliakan oleh
kembang pada masa ini menggunakan metode Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sab-
Tahlily, Yakni penafsiran ayat-ayat Al-Quran
da Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sesuai dengan urutan mushaf (Uts- : ْﻢُﮭَﻧ ْﻮُﻠَﯿَﻨْﯾِﺬﱠﻟﺎﱠﻤُﺜْﻤُﮭَﻧ ْﻮُﻠَﯿَﻨْﯾِﺬﱠﻟﺎﱠﻤُﺜْﯿِﻧ ْﺮَﻘِﺳﺎﱠﻨﻟا ُﺮْﯿَﺧ
maniy).Metode ini berjalan berabad – abad .“Sebaik-baik manusia adalah pada 5 lamanya. Diantara para mufassir Kelompok Ini
masaku ini (yaitu masa para Sahabat), Adalah Imam Athabariy, Imam Al-Syaukaniy, kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’in), ke-
Imam Ibnu Katsir.
mudian yang sesudahnya (masa Tabi’ut Imam Athabariy Dalam Kitab Tafsir At Tabi’in.
Thabari.
Penafsiran terhadap Al-Quran pada Maknanya dari memukul adalah. dasarnya merupakan otoritas Nabi SAW karena
“Wahai para suami, nasehatilah istri kalian hanya nabi- lah yang memahami apa yang
tentang perbuatan nusyuz mereka. Jika mereka dimaksudkan oleh wahyu. 2 Akan tetapi, karena menolak untuk kembali kepada kewajiban
Nabi SAW tidak menjelaskan seluruh ayat mereka, maka ikatlah mereka dengan tali. dalam Al-Quran, maka setelah Nabi SAW
Dirumah mereka, dan pukullah mereka agar meninggal, para sahabat memhami Al-Quran
mereka kembali kepada kewajiban mereka, dengan cara bertanya pada para sahabat yang
yaitu taat kepada Allah dalam kewajiban ter-kenal sebagai ahli Tafsir. Artinya pada
mereka terkait dengan hak kalian”. Sifat masa sahabat sudah ada penafsiran Al-Quran
pukulan yang diperbolehkan Allah kepada sekalipun masih bersifat riwayat, yakni belum
suami adalah pukulan yang tidak melukai, dikodifikasi atau ditulis dalam sebuah kitab
tidak keras, dan jangan pukulan yang membuat tafsir. 3 tulangnya patah apalagi pukulan yang sampai
Setelah paruh abad ke-2 Hijriyah, 6 membuatnya cacat. Ulama membukukan Tafsir Al-Quran sebagai
Dr. Abdullah bin Muhammad Bin bagian dari atau menjadi bab dalam kitab kitab
Abdurahman bin Ishaq Alu Syaikh. Dalam hadis. Cara pembukuan seperti ini berjalan
Kitab Tafsir Jalalain.
selama satu abad kurang lebih lamanya hingga Makna dari Lafadz Dharab tersebut pada sekitar dasawarsa terakhir abad ke 3-
yaitu jika nasehat dan pemisahan tempat tidur Hijriyah atau Dasawarsa pertama pada abad ke-
tidak menggetarkannya, maka kalian boleh
4 Hijriyah. Corak penafsirannya masih
http://almanhaj.or.id/content/3428/slash/0/definisi-salaf-
5 Fauzan Zenrif, h. 48
definisi-ahlus-sunnah-wal-jamaah/ . Diakses tanggal 3
Fauzan Zenrif, h. 49
Februari 2014 Pukul 16.35. 6
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Jami’ Al MF. Zenrif , Sintesis Paradigma Studi Al- Quran ,
Bayan an Ta’wil Ayi Al Quran : “Tafsir Ath-Thabari”, 3 (Malang; UIN Malang Press, 2008), h. 47
diterjemahkan oleh Akhmad Afandi, (Cet. I; Fauzan Zenrif, h. 48
Jakarta:Pustaka Azzam, 2008), 916 Jakarta:Pustaka Azzam, 2008), 916
Yaitu Pukulan yang tidak melukai. “Al-Hasan Diantara Mufassir kelompok ini adalah, al-Basiri berkata “Yaitu Pukulan yang tidak
Tafsir al-Manar Muhammad Rasyid Ridha, meninggalkan bekas. “para Fuqaha berkata : “
Ahmad Musthafa bin Muhammad bin Abdul Yaitu tidak melukai anggota badan dan tidak
Mun’im al-Maraghi dalam Tafsir Al Maraghi, meninggalkan bekas sedikitpun. “Ali bin Abi
Sayyid Qutb.
Talhah mengatakan dari Ibnu Abbas : “Yaitu: Memisahkan dari tempat tidur jika ia terima.
Sayyid Qutb Dalam Tafsir Fil Zhilalil Quran. Jika tidak Allah mengizinkanmu Untuk
Sejalan dengan maksud dan tujuan memukulnya, dengan pukulan yang tidak
semua tindakan di muka maka pemukulan yang menciderai dan yang melukai tulang, jika ia
dilakukan ini bukanlah untuk menyakiti, terima. Dan jika tidak Juga, maka Allah
menyiksa dan memuaskan diri. Pemukulan ini menghalalkanmu untuk mendapatkan tebusan
tidak boleh dilakukan dengan maksud untuk darinya. 8 menghinakan dan merendahkan. Juga tidak
Imam As-Syaukani Dalam Kitab Tafsir boleh dilakukan dengan keras dan kasar untuk Fath Qadr
menundukkannya kepada kehidupan yang tidak Bahwa sistem yang terdapat dalam Al-
disukainya. Pemukulan yang dilakukan Quran merupakan hal yang halal bagi si suami
haruslah dalam rangka mendidik, yang harus untuk memukul istri dengan pukulan yang
disertai dengan rasa kasih sayang seorang tidak parah dan pukulan yang tidak melukai
pendidik, sebagaimana yang dilakukan seorang pada saat Nusyuz tersebut dikhawatirkan
ayah terhadap anak-anaknya dan yang
9 terjadi. 11 Hal itu diungkapkan bahwa agar si dilakukan oleh guru terhadap muridnya. istri benar benar meninggalkan perbuatan
Sudah dimaklumi bahwa semua tin- Nusyuznya ketika proses pengabaian atau
dakan ini tidak boleh dilakukan kalu kedua memisahkannya dari tempat tidur tidak
belah pihak ini berada dalam kondisi harmonis mempengaruhinya
dalam mengendalikan organisasi rumah tangga perbuatan Nusyuznya tersebut. Tetapi jika
untuk
meninggalkan
yang amat sensitive ini. Tindakan itu hanya dengan pengabaian sudah cukup atau istri
boleh dilakukan untuk menghadapi ancaman meninggalkan perbuatan nusyuznya, maka si
kerusakan dan keretakan. Karena itu, tindakan suami harus menahan diri dari tindakan untuk
itu tidak boleh dilakukan kecuali kalau terjadi memukul istri.
penyimpangan yang hanya dapat diselesaikan dengan cara tersebut.
Masa Modern Al-Qurtubi Syaikh Imam. Dalam Tafsir Al- Pada periode berikutnya, umat Islam
Qurtubi.
semakin majemuk, terutama setelah ter- Allah memerintahkan agar memulainya sebarnya Islam di luar tanah Arab. Kondisi ini
dengan Nasehat dahulu kemudian pisah membawa konsekuensi logis terhadap per-
ranjang, bila belum berhasil maka pukullah, kembangan ilmu tafsir.Akibatnya, para pakar
karena itulah yang dapat memperbaikinya dan tafsir ikut mengantisipasinya dengan me-
yang dapat mendorongnya untuk memenuhi nyajikan penafsiran ayat al-Qur’an yang sesuai 12 hak suaminya. Sedangkan pukulan disini
dengan perkembangan zaman dan kehidupan adalah pukulan pendidikan bukan pukulan yang menyakitkan, tidak mematahkan tulang dan tidak menyebabkan luka seperi meninju
Dr. Abdullah bin Muhammad Bin Abdurahman bin Rosihan Anwar, Samudera al-Qur’an, (Bandung: Ishaq Alu Syaikh., “ Lubabut Tafsiir Min Ibni Katsiir”,
11 Pustaka Setia, 2001), hlm. 259. diterjemahkan oleh M.Abdul Ghoffar E.M, Tafsir Ibnu
Quthb Sayyid, Tafsir Fizhilalil Qura’an : “Tafsir di Katsir jilid 2 (Cet IV ; Jakarta: Pustaka Imam ASY-
Bawah Naungan Qura’an”, diterjemahkan oleh, As’ad 8 SYAFI’I,2006) h. 300
Yasin , Abdul Aziz Salam Basyarahil., Muchotob 9 Dr. Abdullah, Abdurahman bin Ishaq, h. 300
Hamzah (Cet. 4; Jakarta:Pustaka Gema Insani, 2008), h. ﻞﻌﻔﯾ نأ جوﺰﻠﻟ زﻮﺠﯾ ﮫﻧأ ﻲﻧآﺮﻘﻟا ﻢﻈﻨﻟا ﺮھﺎظو حﺮﺒﻣ ﺮﯿﻏ ﺎﺑﺮﺿ يأ
زﻮﺸﻨﻟا ﺔﻓﺎﺨﻣ ﺪﻨﻋ رﻮﻣﻷا هﺬھ ﻊﯿﻤﺟ 12 Imam Al Qurtubi, 401
dan yang semisalnya, karena tujuannya untuk memperbaiki bukan untuk yang lain.
Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Dalam Kitab Tafsir Al-Maraghi.
Suami boleh memukul istrinya, asalkan pukulan itu tidak menyakiti atau melukainya, seperti memukul dengan tangan atau tongkat
kecil. 13
Masa Kontemporer. Perkembangan Tafsir Kontemporer
tidak dapat begitu saja dilepaskan dengan perkembangannya di masa modern. Paradigma Tafsir Kontemporer dapat diartikan sebagai sebuah model atau cara pandang, totalitas premis-premis dan metodologis yang di- pergunakan dalam penafsiran Al-Quran di era kekinian.
Diantara Mufassir kelompok ini adalah Buku Al-Quran menurut perempuan oleh Aminah Wadud,M. Quraish Sihab. Dalam Tafsir Al Misbah, Prof Dr. Hamka dalam Tafsir Al-Azhar. Aminah Wadud. Dalam Buku Al-Quran
Menurut Perempuan. Namun tidak bisa diabaikan bahwa
pada QS An-Nisa Ayat 34 memang menyebutkan dengan kata dharaba ( memukul). Menurut Lisan Al’arab dan Lane’s Lexicon, dharaba tidak mesti menyatakan kekuatan atau kekerasan. Kata ini digunakan dalam Al-Quran, misalnya, dalam ungkapan, “dharaba Allah matsalan….’
menetapakan sebagai contoh….’). Kata ini juga digunakan untuk seseorang pergi, atau ‘Mulai mengadakan” perjalanan.
Namun kata ini sangat berbeda dengan bentuk keduanya, bentuk intensif – dharaba : memukul berulang- ulang atau dengan keras. Dipandang dari segi kekerasan yang berlebihan terhadap wanita yang ditunjukkan dalam biografi oleh sahabat dalam kebiasaan yang dikecam oleh Al-Quran (seperti pembunuhan bayi perempuan), maka ayat ini harus diartikan sebagai larangan tindak kekerasan tanpa kendali terhadap wanita. Jadi ini bukan izin,
13 Ahmad Mustofa Al-Maraghi :“Tafsir Al-Maraghi”, diterjemahkan oleh, Bahrun Abu Bakar, Lc, Drs Hery Noer Aly (Cet. 1; Semarang: Cv.Toha Putra, 1986), h. 45
melainkan larangan keras terhadap kebiasaan yang ada.
Al-Qura’an tidak pernah meme rintahkan seorang wanita untuk mentaati suaminya. Al-Quran tidak pernah menyatakan bahwa ketaatan kepada suami merupakan ciri- ciri wanita yang baik’, juga bukan prasyarat bagi wanita untuk memasuki komunitas islam, namun demikian dalam perkawinan, bentuk penundukan, wanita benar-benar mematuhi suami mereka, bahwasanya mereka percaya bahwa seorang suami yang secara materi menafkahi keluarganya, termasuk istrinya patut dipatuhi. Bahkan dalam kasus seperti itu, norma pada masa turunnya wahyu, tidak ada korelasi bahwa seorang suami harus memukul istrinya supaya patuh. Interpretasi seperti itu tidak berpeluang untuk berkembang secara universal, dan bertentangan dengan esensi Al- Quran dan Sunah Nabi. Interpretasi demikian merupakan kesalahan berat dalam memahami Al-Quran untuk membenarkan kurangnya pengendalian diri sebagai laki-laki. M. Quraish Sihab. Dalam Tafsir Al Misbah.
Jika seorang wanita nusyuz atau tidak menaati perintah suami, maka untuk menga tasinya, dilakukan 3 hal, pertama memberikan nasihat, jika tidak mendapat respon dari isteri yang nusyuz, dilakukan langkah kedua yaitu menghindari hubungan seks, jika dengan langkah kedua ini isteri tetap nusyuz, dilakukan langkah ketiga yaitu memukulnya, akan tetapi pemukulan ini harus di lakukan dengan tidak meninggalkan bekas atau mencederai fisik seperti tulang yang patah/retak, luka sebab pemukulan tersebut. Bahasa, ketika meng- gunakan dalam arti memukul, tidak selalu dipahami dalam arti menyakiti atau melakukan suatu tindakan keras dan kasar. Orang yang berjalan kaki atau musafir dinamai oleh bahasa dan oleh Al-Quran yadhribuna fil ardh, Yang secara harfiah berarti memukul bumi.Karena itu perintah diatas dipahami oleh ulama berdasarkan penjelasan Rasulullah, bahwa yang dimaksud dengan memukul adalah memukul
yang tidak menyakitkan. 14 Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar Cara yang Ketiga ini hanya dilakukan kepada perempuan yang memang sudah patut dipukul.
14 M. Quraish Shihab, “Tafsir Al Misbah”, (Lentera Hati), h. 410
Atau dalam kondisi yang sudah sangat 19 maupun kelompok. Beberapa deskripsi di- terpaksa. Laki-laki yang suka memukul istri-
gunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan nya, seakan-akan dipandangnya istrinya itu
penjelasan yang mengarah kepada penyim- sebagai budak atau hamba sahaya, padahal istri
pulan. Penelitian kualitatif bersifat in-duktif; bukan budak, bukan barang benda, tetapi istri
peneliti membiarkan permasalahan-permasa- itu manusia dan teman hidup. 15 Sudah terang lahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka
bahwa hanya perempuan yang sangat keras untuk interpretasi.Data dihimpun dengan kepala yang sampai akan kena pukul, dan
pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi hanya laki-laki yang kasar budi yang
dalam konteks yang mendetail disertai catatan- mempermudah memukul atau lancang tangan.
catatan hasil wawancara yang mendalam, serta Pendeknya peraturan Tuhan itulah yang baik,
hasil analisis dokumen dan catatan-catatan. Ada keizinan memukul kalau sudah sangat
Lokasi penenelitian yang di-lakukan oleh perlu, tetapi orang baik-baik berbudi tinggi,
peneliti di kecamatan Kepanjen, Kabupaten akan berupaya supaya memukul dapat
Malang, dan di Kecamatan gondanglegi dielakkan. 16 Jika sangat terpaksa memukul, Untuk memperoleh data digunakan
maka pukullah tetapi jangan yang me- teknik pengumpulan data sebagai berikut: nyebabkan istri menderita, jangan sampai me-
pertama, Data Primer yaitu data langsung dari lukai, jangan sampai membuat istri patah
sumber utama. Dalam hal ini peneliti menggali tulang, jangan berkesan, dan jauhi memukul
sumber dengan melakukan penelitian secara muka karena mukalah kumpulan dari segala
langsung terhadap Ulama Kecamatan Kepanjen kecantikan. Dan hendaklah berpisah pisah pu-
dan Kecamatan Gondanglegi Kabupaten kulan itu jangan hanya disatu tempat , supaya
Malang. Kedua, Sumber data sekunder yaitu jangan menyakitkan benar.
data-data yang dikumpulkan, diolah dan di- Metode Penelitian
sajikan oleh pihak lain mencakup dokumen- Penelitian ini termasuk dalam jenis
dokumen resmi, buku-buku, maupun hasil penelitian Empiris atau Lapangan. Adapun 20 penelitian yang berwujud laporan. Data yang
pengertian dari penelitian empiris merupakan dimaksud adalah data-data yang diperoleh dari penelitian yang pada awalnya adalah data
Ulama Kabupaten Malang. sekunder, untuk kemudian dilanjutkan dengan
Untuk mendapatkan data yang penelitian tehadap data primer dilapangan, atau
diperlukan dalam penelitian ini, penulis terhadap masyarakat 17 Penelitian Hukum menggunakan berbagai macam metode dan
empiris juga menggunakan data sekunder tek-nik pengumpulan data yang tepat. sebagai data awalnya, yang kemudian dilan-
Tujuannya agar diperoleh data yang jutkan dengan data primer atau data lapangan.
obyektif. Adapun teknik pengumpulan data Akibat dari jenis datanya (data sekunder dan
tersebut adalah dengan metode wawancara data primer), maka alat pengum-pul datanya
dan dokumentasi.
terdiri dari studi dokumen; pengamatan Setelah data terkumpul dari hasil (observasi), dan wawancara (Interview). 18 pengumpulan data, maka perlu adanya
Penulis menggunakan pendekatan pengolahan dan analisis data, ini dilakukan penelitian kualitatif. Pendekatan Kualitatif
tergantung pada jenis datanya. Karena adalah sustu penelitian yang ditujukan untuk
metode analisis yang digunakan adalah mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
pendekatan kualitatif maka data yang peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan,
dianalisa dengan menguraikannya dalam persepsi, pemikiran orang secara individual
bentuk kalimat yang baik dan benar, sehingga mudah dibaca dan diberi arti
15 21 (interpretasi).
Prof. Dr. Hamka , “Tafsir Al-Azhar juz 5” (Jakarta: 16 P.T Metro Pos Jakarta, 1981). h.61-62.
Prof.Dr.Hamka,h. 62
17 Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode (Jakarta: UI-Press,2006), 52
Penelitian Pendidikan, (Bandung; Rosda, 2005), 60
Amiruddin, SH,. M.Hum. H. Zainal Asikin, S.H, 20 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta; Raja
21 (Jakarta: Raja Grafindo, 2003) ,12 GrafindoPersada), h. 134
Fak. Syari’ah, Pedoman Penulisan,30
Dalam analisis data, penulis Menurut saya Makna dari lafadz berusaha untuk memecahkan masalah
idrib tersebut adalah “Memukul” suami dengan menganalisis data-data yang ber-
diperbolehkan untuk memukul dengan hasil dikumpulkan, selanjutnya dikaji dan
pukulan yang niatnya untuk memberikan dianalisis sehingga memperoleh data yang
pendidikan kepada istri dan dalam memukul valid. Kemudian peneliti akan melakukan
tersebut memukul pada anggota tubuh yang analisis data guna memperkaya informasi.
tidak membahayakan, guna menyadarkan Analisis data dimulai dengan editing,
istrinya tersebut agar taat kembali kepada calssyfiying, verifying, analyzing, dan
kewajibannya sebagai mana seorang istri
concluding (kesimpulan). 24 yang telah disyariatkan dalam agama. Makna Lafadz Idrib menurut Ulama
Kabupaten Malang. Sebagai Ulama Salaf Desa Ketapang Apabila istri tetap enggan berhenti
Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang, dengan nasehat dan menjauhi ranjang,
KH. M Suadi Said Mengatakan: Menurut maka ia harus mendidiknya dengan
saya makna dari lafadz Idrib tersebut adalah pukulan yang tidak menyakitkan, pukulan
“Memukul”, Dikarenakan menurut saya yang lembut halus dan mendidik, bukan
suami boleh memukul istri jika si istri pukulan yang merusak sehingga setan yang
memang benar benar keterlaluan atas per- menipunya dengan pembangkangan dan
buatan nusyuznya kepda suaminya, di sisi penentangan keluar dari kepalanya.
lain istri masih menjadi tanggung jawab Tentu cara yang ini hanya
suami .Jadi si suami wajib mendidiknya dilakukan kepada perempuan yang me-
sekalipun dengan jalan kekerasan. Menurut mang sudah patut dipukul. Ada kaum
saya diperbolehkannya suami memukul perempuan terpelajar, yang mengukur
karena islam mngajarkan ketegasan kepada seluruh perempuan dengan dirinya sendiri, 25 uamatnya.
menyanggah keras dengan kebolehan seperti ini terhadap kaum ibu yang lemah,
Sebagai Ulama Modern serta pendiri Dia agaknya tidak sadar bahwa memang
sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Pu- ada perempuan yang memang pukul yang
tra Miftahul Huda Kepanjen Kabupaten hanya dapat memperbaiki kedurha-
Malang KH. Abdul Wahab mengatakan: kaannya 22 . Menurut Saya makna dari Lafadz
Sebagai Ulama Salaf Desa Ganjaran Idrib tersebut adalah Pukulan dengan perkataan Kecamatan Gondanglegi KH. Mukhlis
bukan pukulan dengan tangan atau dengan cara Yahya mengatakan:
kekerasan. Pukulan dengan perkataan , yang Menurut pendapat saya Makna Dari
kiranya perkataan tersebut dapat membuat si lafadz Wadhribuhunna tersebut adalah
istri sadar dan berubah menjadi lebih baik. “Memukul” suami boleh memukul istrinya
Dikarenakan perkataan itu bisa menembus
asalkan jika tahapan-tahapan sebelumnya 26 segala sesuatu yang keras sekalipun itu batu. sudah dilaksanakan dengan baik dan benar,
dikarenakan istri sudah sangat keterlaluan Ulama Modern dan sebagai pengajar dan disisi lain istri masih menjadi tanggung
di Sma Islam Kecamatan Kepanjen Kabu- jawab suami. Kerana terdapat orang yang
paten Malang Ust Munir mengatakan :Menurut sifatnya kesadarannya tumbuh ketika
saya makna dari lafadz Idrib tersebut adalah menggunakan cara kekerasan 23 . “Memukul”, si suami boleh memukul istri
Sebagai Ulama Salaf di Murcoyo Gondang dengan pukulan yang tidak menciderai, legi Wetan Kecamatan Gondang legi Be-
liau, KH. Zainul Fanani mengatakan:
24 Naim , Wawancara, Malang, Tanggal 07 september 2013
Prof. Dr. Hamka , “Tafsir Al-Azhar juz 5” (Jakarta: P.T 25 Khosim, Wawancara, Malang,Tanggal 10 September
23 Metro Pos Jakarta, 1981). h.63 Toriq , Wawancara, Malang, Tanggal 05 september 26 Ja’far ,Wawancara, Malang, Tanggal 13 september 2013
meninggalkan bekas sedikitpun dan tidak keras sama sekali dan memukulny aharus pada bagian yang kiranya tidak membahayakan istri, alasan di perbolehkannya memukul karena segala pola prilaku istri menjadi tanggung
jawab suami. 27
Sebagai Ulama Modern dan Sebagai pengasuh Pondok Pesantren Puti Tarbiyatul Quran (PPTQ) Kepanjen Malang. Ustdz.Siti Romlah mengatakan:
Menurut saya makna dari Lafadz Idrib tersebut adalah, Suami boleh memukul dengan pukulan yang tidak membahayakan dan pukulan yang niatnya bukan untuk melukai dan mencelakai si istri, dan pukulan tersebut harus dilakukan dengan pelan tanpa mengeluarkan suara sebagaimana layaknya orang memukul, bagian itu adalah mulai pusar sampai kebawah.
28 Sebagai Ulama Kontemporer dan
Sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Syraif Hidayatullah, Kepanjen Kabuapten Malang. Dan Pengajar Mata Kuliah Ilmu Balaghah di STIT Ibnu Sina Kepanjen.KH. Zainul Arifin mengatakan:
Menurut pendapat saya makna dari lafadz Idrib tersebut adalah Sarana bagi suami untuk menyadarkan istri tanpa ada rasa dendam dan efek jera, walaupun keadaanya darurat tidak diperbolehkan dan dibenarkan untuk memukul, karena memukul akan mengakibatkan dan menumbulkan rasa den- dam dan dengan memukul tersebut tidak akan menyelesaikan permaslahan yang se-dang terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Di- samping memukul itu tidak akan me- nyelesaikan masalah, memukul hanya akan menimbulkan kecemburuan sosial antara suami istri karena dapat dipastikan terdapat pihak yang merasa menang dan terdapat pihak yang merasa dikalahkan dengan
pemukulan tersebut. 29
Sebagai Ulama Kontemporer dan sebagai tenaga pengajar di STIT Ibnu Sina Kepanjen Kabupaten Malang, Ust Arbain
27 Munir, Wawancara, Malang, Tanggal 15 september2013. 28 Karnoto,Wawancara, Malang, Tanggal 17 september2013. 29 Hasan ,Wawancara, Malang, Tanggal 20 september 2013.
Nurdin mengatakan:Menurut Saya Makna Dari Lafadz Idrib tersebut adalah Sebuah cara suami untuk menyadarkan si istri tanpa menggunakan cara kekerasan dan tidak menimbulkan rasa sakit hati istri. Maka yang harus dilakukan oleh suami adalah memberi pencerahan dengan ilmu pengetahuan, dan harus saling intropeksi antara pihak suami dan istri agar bisa mengambil jalan tengah untuk menyelesaikan permasalahn yang terjadi yang pada akhirnya menimbulkan dan menuju kedamaian kehidupan berumah tangga tanpa ada pihak yang merasa menang
dan kalah diantara suami istri tersebut 30 .
Sebagai Ulama Kontemporer dan Sebagai Pengasuh Pondok Pesantren putri Miftahul Huda Kepanjen Kabupaten Malang dan Sebagai Tenaga Pengajar Mata Kuliah
Ulumul Quran di STIT Ibnu Sina Kepanjen Malang. Ustz. Esti Luluin mengatakan:
Menurut saya makna dari lafadz Idrib tersebut adalah cara atau alat yang dipergunakan suami untuk menyadarkan istri tanpa timbul rasa dendam dan efek jera pada akhirnya nanti , Sedarurat atau sebahaya apapun kea- adannya suami tidak dibenarkan untuk melakukan perbuatan kekerasan atau me- mukul, karena memukul hanya akan me- ngakibatkan dan menumbulkan rasa dendam Maka yang harus dilakukan oleh suami adalah memberi pencerahan dengan ilmu pengetahuan, dan harus saling intropeksi an- tara pihak suami istri dan saling menge- nyampingkan sifat watak keras dan rasa keegoisannya masing masing agar meemukan jalan tengah atau menemukan cara yang ter- baik untuk menyelesai per-selisihan dan permasalahan tersebut dengan kondisi pikiran yang dingin dan tanpa menggunakan cara
kekerasan sedikitpun 31 .
Solusi yang tepat untuk mengatasi perma- salahan dan perselisihan yang terjadi dalam kehidupan keluarga.
Sebagai Ulama Salaf Desa Ganjaran Kecamatan Gondanglegi KH. Mukhlis Yahya mengatakan:Menurut saya
Arbain ,Wawancara, Malang, Tanggal 23 september 2013.
31 Dewi ,Wawancara, Malang, Tanggal 24 september 2013.
solusi yang tepat untuk mengatasi per- suami istri agar mencari momen yang tepat selisihan dalam kehidupan rumah tangga
dan indah untuk selanjutnya diajak bicara adalah si suami harus benar-benar menjadi
membahas apa yang sebenarnya terjadi dalam contoh yang baik bagi istri maupun anak.
kehidupan rumah tangga tersebu dengan men- Karena secara tidak langsung perbuatan
datangkan juru damai dari kedua belah suami yang baik tersebut akan dicontoh oleh
pihak,dengan ini suami istri saling intropeksi istri dan anak anaknya. Jadi kuncinya selesai
diri masing – masing supaya saling menya- tidaknya suatu permasalahan dalam keluarga
dari semua kesalahannya masing masing, dan tergantung pada suaminya. 32 setelah menyadarinya maka perdamaian ter-
35 sebut akan timbul dengan sendirinya . Sebagai Ulama Salaf di Murcoyo
Gondanglegi Wetan Kecamatan Gondanglegi Ulama Modern dan sebagai pengajar Beliau, KH. Zainul Fanani mengatakan:
di Sma Islam Kecamatan Kepanjen Ust Menurut saya solusi yang tepat untuk
Munir mengatakan:Menurut saya solusi yang mnyelesaikan perselisihan dan permaslahan
tepat untuk menyelesaikan perselisihan yang rumah tangga adalah, suami sebagai kepala
terjadi pada kehidupan rumah tangga adalah keluarga harus benar-benar bisa membawa
agar pihak suami istri saling membicarakan keluarganya menuju yang lebih baik dengan
secara terang terangan apa sebenarnya yang cara menasehati kepada istrinya dan mem-
sebenarnya terjadi, dikarenakan penyebab berikan contoh yang baik kepada istri, karena
terjadinya perselisihan terebut bukan tidak perbuatan suami yang bagai manapun akan
mungkin dari istri saja tapi bisa saja datang dicontoh oleh istrinya. Jika suami bisa
dari pihak suami.Dengan dilakukannya hal ini memberi contoh yang baik maka istri akan
permasalahan tersebut akan terselesaiakan menjadi baik juga, dan permasalahan dan per-
secara sendirinya dan jika ini selalu dila- selisihan tersebut tidak akan terjadi kembali.
kukan, maka permaslahan serta perse-lisihan
33 yank terjadi dalam keluarga tidak akan terjadi Sebagai Ulama Salaf Desa 36 kembali. Ketapang Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang , KH. M Suadi Said Mengatakan:
Sebagai Ulama Modern dan Sebagai Menurut saya solusi yang tepat untuk
pengasuh Pondok Pesantren Puti Tarbiyatul mengatasi perselisihan dan permasalahan ke-
Quran (PPTQ) Kepanjen Malang. Ustdz.Siti luarga adalah suami sebagai kepala keluarga
Romlah mengatakan:Menurut saya sulusi harus bisa menjadi suri tauladan yang baik
yang tepat untuk mengatasi permasalahan bagi istrinya, karena segala perbuatan atau
yang terjadi dalam keluarga adalah; Perma- tindak laku suami akan ditirukan atau akan
salahan yang timbul dan sekiranya sudah dicontoh oleh istri, untuk itu suami benar
memasuki puncaknya hendaknya dimusya- benar dituntut untuk bisa menjadi contoh
warahkan dengan kepala yang benar benar yang baik bagi istrinya 34 . dingin, dengan dibantu dengan mendatangkan
juru damai dari kedua belah pihak, agar Sebagai Ulama Modern serta
supaya uneg-uneg yang ada dalam hati suami pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren
dan hati istri dapat tersampaikan dengan baik Putra Miftahul Huda Kepanjen Kabupaten
sehingga saling mngetahui keinginan masing Malang KH. Abdul Wahab mengatakan:
masing, dengan ini secara langsung akan Menurut saya solusi yang tepat
menyelesaikan permaslahan tersebut, dan jika untuk mengatasi pemaslahan yang terjadi
hal ini dilakukan secara terus menerus maka dalam kehidupan keluarga adalah: pihak
Toriq ,Wawancara, Malang, Tanggal 05 september
33 2013. Naim ,Wawancara, Malang, Tanggal 07 september
Ja’far ,Wawancara, Malang, Tanggal 13 september 2013.
Khosim, Wawancara, Malang,Tanggal 10 September 36 Munir, Wawancara, Malang, Tanggal 15 2013.
september2013.
permaslahan tidak akan timbul kembali dalam belah pihak, dan nantinya pihak suami kehidupan keluarga. 37 maupun istri supaya saling intropeksi dirinya
masing-masing, dan tidak hanya bisa saling Sebagai Ulama Kontemporer dan
menyalahkan antara satu dengan yang Sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Syraif
lainnya, dikarenakan permasalahan yang se- Hidayatullah, Kepanjen Dan Pengajar Mata
dang mendera dalam keluarga tersebut adalah Kuliah Ilmu Balaghah di STIT Ibnu Sina 40 pasangan suami istri itu sendiri.
Kepanjen. KH. Zainul Arifin mengatakan: Menurut saya solusi yanng tepat untuk
Makna Lafadz Idrib Pada Qs An-Nisa ayat 34 menyelesaikan perselisihan dan permasalahan
Menurut Ulama Kabupaten Malang. dalam kehidupan rumah tangga adalah: Suami
Ulama Salaf.
supaya memberikan pencerhan atau ilmu KH. Mukhlis Yahya sebagai ulama pengetahuan tentang hak dan kewajiban
Salaf mengatakan boleh memukul dengan suami istri dan suami istri tersebut agar bisa
pukulan fisik, dikarenakan alasan mereka saling menerima kekurangan masing masing
jika sudah memasuki tahap yang terakhir yai- dan supaya mehilangkan sifat egois nya baik
tu tahap pemukulan kondisi si istri me-mang suami maupun istri agar perdamaian itu dapat
tingkat kedurhakaannya terhadap suami sudah tercipta tanpa menggunakan proses kekerasan
keterlaluan dan alasan yang lain, si istri ter- sedikitpun. 38 sebut masih menjadi tanggung jawab suami,
maka menurut mereka cara yang am-puh dan Sebagai Ulama Kontemporer dan
mujarab untuk mengobati tersebut adalah sebagai tenaga pengajar di STIT Ibnu Sina
dengan cara dipukul. Tetapi pukulan ini Kepanjen Kabupaten Malang Ust Arbain
diniatkan hanya untuk mendidik si istri, bu- Nurdin mengatakan:
kan pukulan yang bersifat balas dendam atau Menurut saya solusi yang tepat untuk
yang lainnya, dan bukan pukulan yang keras menyelesaikan permaslahan serta perselisihan
yang sampai membuatnya luka dan mem- dalam keluarga adalah: Dengan Mendatang-
buatnya cacat. .
kan Juru damai dari kedua belah pihak, pihak suami dan istri, agar pihak suami istri ter-
Pendapat KH. Mukhlis Yahya sebagai sebut bisa saling menerima kekurangan dan
ulama salaf ini senada dengan pendapat kelebihan dari pasangannya, dikarenakan jika
Ulama Tafsir Klasik Yaitu Imam AthThabari saling menerima dan saling mngertia antara
yang berbunyi : , “Wahai para suami, nase- suami dan istri permaslahan yang terjadi
hatilah istri kalian tentang perbuatan nusyuz akan luluh dan akan segera terselesaiakan de-
mereka. Jika mereka menolak untuk kembali ngan sendirinya, karena pemicu terjadinya
kepada kewajiban mereka, maka ikatlah permasalahan tersebut ada-lah pasangan
mereka dengan tali.Dirumah mereka, dan suami istri itu sendiri. 39 pukullah mereka agar mereka kembali kepada
kewajiban mereka, yaitu taat kepada Allah Sebagai Ulama Kontemporer dan
dalam kewajiban mereka terkait dengan hak Sebagai Pengasuh Pondok Pesantren putri
kalian”.Sifat pukulan yang diperbolehkan Miftahul Huda Kepanjen Kabupaten Malang
Allah kepada suami adalah pukulan yang dan Sebagai Tenaga Pengajar Mata Kuliah
tidak melukai, tidak keras, dan jangan Ulumul Quran di STIT Ibnu Sina Kepanjen
pukulan yang membuat tulangnya patah Malang. Ustz. Esti Luluin mengatakan:
apalagi pukulan yang sampai membuatnya Menurut saya solusi nya adalah 41 cacat.
Agar Mendatangkan Juru damai dari kedua
Dewi ,Wawancara, Malang, Tanggal 24 september Karnoto,Wawancara, Malang, Tanggal 17
Hasan ,Wawancara, Malang, Tanggal 20 september 41 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Jami’ Al 2013.
Bayan an Ta’wil Ayi Al Quran : “Tafsir Ath-Thabari”, Arbain ,Wawancara, Malang, Tanggal 23 september
diterjemahkan oleh Akhmad Afandi, (Cet. I; 2013.
Jakarta:Pustaka Azzam, 2008), 916
bukan dengan tangan atau dengan cara keke- Sedangkan pendapat KH. Zainul Fanani
rasan, pukulan dengan perkataan yang kira- sebagai ulama’ Salaf dalam memaknai lafadz
nya perkataan tersebut dapat membuat istri Idrib ini beliau mengatakan boleh memukul
berubah atau istri kembali taat kepada dengan tangan dan pukulan tersebut harus
suaminya. Karena perkataan dapat menem- diniatkan hanya untuk membri pendidikan
bus segala sesuatu yang tidak dapat ditembus kepada istri, agar si istri akan jera dengan
oleh batu sekalipun.
segala kedurhakannya terhadap suami. Hal Pendapat dari KH. Abdul Wahab senada juga dikatakan oleh ulama Tafsir salaf
tersebut sama dengan pendapat dari Ulama yaitu Imam As-Syaukani dalam Tafsir Al-Qadr
Tafsir Modern Yaiitu Ahmad Mustofa Al- yang berbunyi :Bahwa sistem yang terdapat
Marghi beliau mengatakan bahwa Allah dalam Al-Quran merupakan hal yang halal
mengingatkan para hambaNya akan ke- bagi si suami untuk memukul istri dengan
kuasaannya-Nya atas mereka, agar mereka pukulan yang tidak parah dan pukulan yang
takut kepada-Nya didalam memperlakukan tidak melukai pada saat Nusyuz tersebut
kaum wanita. Sekan-akan Dia berfirman dikhawatirkan terjadi. 42
kepada mereka, sesungguhnya kekuasan-Nya bahwa agar si istri benar benar meninggalkan
Hal itu diungkapkan
atas kalian melebihi kekuasaan kalian atas perbuatan Nusyuznya ketika proses pengabaian
istri; maka jika kalian berbuat aniaya terhadap atau memisahkannya dari tempat tidur tidak
mereka, Dia akan menyiksa kalian; dan jika mempengaruhinya
kalian memaafkan kesalahan - kesalahan me- perbuatan Nusyuznya tersebut.
untuk
meninggalkan
reka, niscaya dia akan memaafkan kesalahan KH. M Suadi Said Sebagai ulama 44 kesalahan kalian.
Salaf berpendapat n bahwa makna dari Lafdz Tidak diragukan lagi, lelaki yang Idrib itu adalah Memukul. Menurut beliau si
memperbudak wanita akan melahirkan budak suami diperbolehkan memukul dengan tangan
bagi orang lain, karena mereka terdidik agar si istri kembali taat kepada suami dan
dengan kzhaliman dan tidak mempunyai kembali melaksanakan segala kewajibannya
kehormatan, sifat-sifat baik dan belas kasihan. terhadap suami. Alasan diperbolehkannya me-
Juga akan melahirkan budak wanita dan juga mukul karena suami masih mempunyai
akan melhirkan orang-orang seperti dia; ter- pertanggung jawaban penuh terhadap istrinya.
didik sebagai budak yang hina dan tidak Pendapat KH. M Suadi Saidtersebut senada
mempunyai kemulyaan. Sungguh tak ubahnya dengan pendapat ulama tafsir Salaf yaitu Dr.
mereka seperti sekumpulan seorang kambing, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman
dihalau setiap pengembala dan menyambut bin Ishaq Alu Syaikh dalam kitab Tafsir 45 setiap teriakan.
jalalain. Yang berbunyi :Makna dari Lafadz Dharab tersebut yaitu jika nasehat dan pemi-
Ust. Munir mengungkapkan pen- sahan tempat tidur tidak mengge-tarkannya,
dapatnya tentang makna lafadz idrib pada maka kalian boleh memukul nya . 43 Qs An-Nisa Ayat 34, yaitu makna dari lafadz
Ulama Modern. Idrib yang terdapat dalam Qs-An-Nisa ayat KH. Abdul Wahabdalam me-
34 tersebut adalah “Memukul”, menurut Ust maknai lafadz idrib yang ada pada Qs An-nisa
munir suami diperbolehkan untuk memukul ayat 34 sudahlah sangat modern yaitu beliau
istri asalkan sifat dari pukulannya tersebut Mengatakan bahwa itu merupakan perintah
yaitu dengan pukulan yang tidak menciderai, memukul, yaitu memukul dengan perkataan
meninggalkan bekas sedikitpun dan tidak keras sama sekali dan memukulnya tersebut
harus pada bagian yang kiranya tidak mem-
43 Dr. Abdullah bin Muhammad Bin Abdurahman bin Ahmad Mustofa Al-Maraghi :“Tafsir Al-Maraghi”, Ishaq Alu Syaikh., “ Lubabut Tafsiir Min Ibni Katsiir”,
diterjemahkan oleh, Bahrun Abu Bakar, Lc, Drs Hery diterjemahkan oleh M.Abdul Ghoffar E.M, Tafsir Ibnu
Noer Aly (Cet. 1; Semarang: Cv.Toha Putra, 1986), h. Katsir jilid 2 (Cet IV ; Jakarta: Pustaka Imam ASY-
SYAFI’I,2006) h. 300
Musthafa, Marghi. h. 48 Musthafa, Marghi. h. 48
kebawah.
pusar kebawah, alasan di perbolehkannya me- Ustdz.Siti Romlah memberikan mukul karena segala pola perilaku istri men-
alasan atas diperbolehkannya memukul jadi tanggung jawab suami.
tersebut dikarenakan kondisinya sudah Hal senada juga di ungkapkan oleh
darurat dan sudah kepepet. Dan alasan yang ulama Tafsir Modern Yaitu Sayyid Qutub,
lainnya diperbolehkannya memukul adalah beliau mngatakan bahwa, Sejalan dengan
dikarenakan menurut Siti Romlah memang maksud dan tujuan semua tindakan di muka
ada sifat dari beberapa manusia di muka bumi maka pemukulan yang dilakukan ini bukanlah
ini jika mereka melakukan kesalahan baru untuk menyakiti, menyiksa dan memuaskan
sadar atau baru sembuh dari kesalahannya diri. Sudah dimaklumi bahwa semua tindakan
dengan cara kekerasan atau dengan cara ini tidak boleh dilakukan kalau kedua belah
dipukul dengan tangan.
pihak ini berada dalam kondisi harmonis dalam mengendalikan organisasi rumah tang-
Pendapat sama juga dipaparkan
ga yang amat sensitive ini.Tindakan itu hanya oleh ulama Tafsirr Modern Yaitu Sayyid boleh dilakukan untuk menghadapi ancaman
Qutb Dalam kitab tafsir fi zahlil Quran , kerusakan dan keretakan. Karena itu, tindakan
Yang berbunyi: Memang adakalanya terdapat itu tidak boleh dilakukan kecuali kalau terjadi
orang-orang wanita yang tidak mau men- penyimpangan yang hanya dapat diselesaikan
jadikan laki-laki yang dicintainya itu sebagai dengan cara tersebut. 46 pemimpin dan direlakannya menjadi suami-
Kesimpulan pendapat dari Ust nya kecuali jika lelaki itu dapat menguasai Munir memaknai lafadz idrib adalah suami
dirinya secara fisik. Meskipun ini tidak diperbolehkan memukul istri, tetapi hanya
menjadi tabiat semua wanita, namun wanita dengan niatan untuk mendidik, bukan dengan
yang demikian itu memang ada. Wanita niatan yang lainnya, seperti niatan me-
dengan model demikian inilah yang rendahkan atau melecehkan. Dan tindakan
memerlukan pemecahan tahap akhir ini, pemukulan ini hanya boleh dilakukan untuk
supaya dia dapat kembali lurus dan menjaga menghadapi adanya ancaman atau adanya
keutuhan organisasi rumah tangganya dalam tanda-tanda akan terjadinya keretakan dalam 47 kedamaian dan ketrentaman.
rumah tangga, dan tindakan pemukulan ini Kesimpulan pendapat dari Ustdz boleh dilakukan jika tindakan dari penyim-
Siti Romlah tentang makna Lafadz idrib pangan istri terhadap suaminya bisa dise-
adalah. Suami boleh memukul istri, jika lesaikan hanya dengan jalan memukul.
sudah kepepet, dan asalkan dalm pemukulannya tersebut bukan dengan niatan
Ustdz. Siti Romlah memaparkan mencelakai atau dengan niatan merendah- pendapatnya dalam memaknai makna lafadz
kannya, dan jika si istri akan benar-benar Idrib yaitu menurut beliau adalah, Suami
sadar setelah dilakukannya tahapan pemu- diperbolehkan untuk memukul istri asalkan
kulan ini. Dikarenakan terdapat beberapa sifat dari pukulan tersebut yaitu pukulan yang
wanita yang baru sadar dari semua kesalahan- tidak membahayakan dan pukulan yang
kesalahan yang telah dilakukannya itu jika niatnya bukan untuk melukai dan mencelakai
telah dipukul atau dengan cara suami bisa si istri, dan pukulan tersebut harus dilakukan
mengendalikan nya dengan cara fisik atau dengan pelan tanpa mengeluarkan suara
cara kekerasan.
sebagaimana layaknya orang memukul, dan
Ulama Kontemporer
bagian yang diperbolehkan untuk dipukul KH.Zainul Arifin memaparkan pendapatnya tentang makna Lafadz
Idrib pada Qs An-Nisa Ayat 34.
Quthb Sayyid, Tafsir Fizhilalil Qura’an : “Tafsir di Bawah Naungan Qura’an”, diterjemahkan oleh, As’ad
Menurut beliau makna dari lafadz Idrib
Yasin , Abdul Aziz Salam Basyarahil., Muchotob
tersebut adalah Merupakan sarana bagi
Hamzah (Cet. 4; Jakarta:Pustaka Gema Insani, 2008), h. 359
Quthb Sayyid, h. 359
pihak suami untuk menyadarkan istri yang sedang durhaka atau sedang tidak melaksanakan segala kewajibannya terhadap suami tanpa ada rasa dendam dan efek jera, walaupun dan bagai- manapun keadaanya tidak diper- bolehkan dan dibenarkan untuk mela- kukan pemukulan terhadap istri , karena dengan memukul akan mengakibatkan dan menumbulkan rasa dendam dan de- ngan memukul tersebut tidak akan me- nyelesaikan permaslahan yang sedang terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Disamping memukul itu tidak akan mnyelesaikan masalah, memukul hanya akan menimbulkan kecemburuan sosial antara suami istri karena dapat dipas- tikan terdapat pihak yang merasa menang dan terdapat pihak yang merasa dikalahkan dengan pemukulan tersebut.
Pendapat senada juga di uraikan oleh Ulama Tafsir Kontemporer Yaitu Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mis- bahnya. Menurut Beliau Kata Wadri- buhunna yang diterjemahkan dengan pukullah mereka terambil dari kata Dharaba. Yang mempunyai banyak arti. Bahasa dalam menggunakan arti me- mukul tidak selalu dipahami da-lam arti menyakiti atau melakukan suatu tindakan keras dan kasar. Orang yang berjalan kaki atau musafir dinamai oleh bahasa dan Oleh Al-Quran Yadhri- buhunna fil ardh, yaitu secara harfiah berarti memukul bumi. Karena itu perintah diatas dipahami oleh ulama berdasarkan penjelasan Rasulullah SAW, bahwa yang dimaksud dengan memukul adalah pukulan yang tidak menyakitkan.
Kesimpulan dari pendapat KH. Zainul Arifin adalah, dalam makana lafadz idrib ini bukan perintah pihak suami untuk memukul istri, tetapi itu merupakan sarana atau alat yang diper- gunakan suami untuk menyadarkan pihak istri yang sedang durhaka, tanpa menimbulkan efek jera dan tanpa me- nimbulkan rasa dendam dikemudian harinya setelah dilakukannya proses tersebut. Jadi menurut pendapat dari KH. Zainul Arifin Walapun dan bagai-
manapun serta serumit apapun kon- disinya tetap tidah diperbolehkan untuk melakukan pemukulan terhadap istri.
Ust Arbain Nurdin dalam memaparkan pendapatnya nya tentang makna lafadz idrib pada Qs An-nisa ayat 34 beliau memaknai Lafadz ter- sebut dengan Sebuah cara suami untuk menyadarkan si istri tanpa meng- gunakan cara kekerasan dan tidak me- nimbulkan rasa sakit hati istri. Maka yang harus dilakukan oleh suami adalah memberi pencerahan dengan ilmu pengetahuan, dan harus saling intro- peksi antara pihak suami dan istri agar bisa mengambil jalan tengah untuk menyelesaikan permasalahn yang ter- jadi yang pada akhirnya menim-bulkan dan menuju kedamaian kehi-dupan berumah tangga tanpa ada pihak yang merasa menang dan kalah diantara suami istri tersebut .
Pendapat senada juga dipa- parkan oleh ulama Tafsir kontem-porer yaitu Buya Hamka dalam kitab Taf- sirnya yaitu Tafsir Al-Azhar : Beliau mengemukakan pendapatnya bahwa, perempuan yang taat bukanlah semata mata perempuan yang tunduk kepada Tuannya. Taat, adalah pe-rempuan yang tahu akan hak dan kewajibannya, yang menjaga rumah tangga dengan baik dan tahu akan tenggang menenggang dan juga tahu akan harha dirinya. Kepada istri yang sudah semacam itu kea- daannya, janganlah mencari-cari ma- salah. Berlakulah hormat-menghormati dalam kehidupan berumah tangga. Karena kalu istri sudah sedemikian rupa baiknya, lalu laki-laki mencari fasal membuat gaduh, jangan disesalkan kalu si istri melawan.Janganlah suatu masa- lah yang terjadi pada rumah tangga hanya ditimpahkan saja kepada is-
tri 48 .Karena meskipun dia perempuan, dia juga manusia yang patut dihormati. Keadaan laki-laki pun sangat cangung kalu wanita itu tidak ada.
Prof. Dr. Hamka , “Tafsir Al-Azhar juz 5” (Jakarta: P.T Metro Pos Jakarta, 1981). h.65 Prof. Dr. Hamka , “Tafsir Al-Azhar juz 5” (Jakarta: P.T Metro Pos Jakarta, 1981). h.65
Kesimpulan dari pendapat Ust
Masalah
tangga dikalangan muslim dewasa ini idrib yang ada pada Qs An-Nisa ayat 34
tidak bersumber dari ayat Al-Quran ini. ini adalah : Adalah merupakan cara
Sebagian laki-laki memukul istri mere- bagi suami untuk menyelesaikan per-
ka setelah benar-benar mengikuti An- masalahan dalam keluarga tanpa meng-
juran Al-Quran untuk mengembalikan gunakan cara kekerasan sedikitpun, dan
keharmonisan rumah tangga. Tujuan tanpa meninggalkan efek sakit fisik
laki-laki seperti itu adalah kehancuran maupun sakit hati. Dengan cara saling
bukan keharmonisan. Tindakan demi- intropeksi diri antara pihak suami istri
kian mereka lakukan setelah mene- dengan apa segala kekurangannya, dan
mukan fakta bahwa mereka tidak dapat jika ada permasalahan yang terjadi
merujuk ke ayat 3;34 untuk mem- dalam kehidupan rumah tangaa harus
benarkan tindakan mereka. diselesaikan bersama-sama tanpa me-
Akhirnya kata Ta’aat dalam ayat nyalahkan salah satu pihak. Agar
ini perlu direnungkan secara kon- permaslahan dapat terselesaikan dengan
tekstual. Ayat ini berbunyi, “jika baik.