PERKEMBANGAN DALAM KONTEKS FISIK KOGNITI

PERKEMBANGAN DALAM KONTEKS FISIK,
KOGNITIF DAN SOSIAL

OLEH :

NAMA
NIM
KELAS

: SAKINATUN NAJMI SIBARANI
: 5153111042
: REGULER B

DOSEN PENGAMPU :
ROIDA S.M. SIRUMPEA, M.Pd

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


\

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya
sampai saat ini, sehingga penulis dapat menyusun tugas rutin II ini dan dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Saya mengucapkan banyak terima kasih
kepada Ibu Roida S.M. Sirumpea, M.Pd yang telah memberikan tugas yang
sangat bermanfaat kepada mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan.
Dan harapan saya semoga makalah tugas rutin II ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Saya juga menyadari bahwa dalam penyajian tugas ini masih terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu saya berharap saran dan kritik untuk
membangun kesempurnaan tugas ini.

Medan, 12 Februari 2017

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

MIND MAPPING............................................................................................... 1
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 2
1. Latar Belakang......................................................................................... 2
2. Rumusan Masalah....................................................................................
3
3. Tujuan......................................................................................................
3
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................ 4
1.
2.
3.
4.

Perkembangan fisik (motor)..................................................................... 5
Perkembangan kognitif............................................................................. 6
Perkembangan Sosial................................................................................ 8
Penerapan Belajar Dalam Konteks Perkembangan Fisik, Kognitif
dan Sosial.................................................................................................. 9
5. Keterpaduan Proses Fisik, Kognitif dan Sosial dalam Belajar.................. 10
BAB III: KESIMPULAN................................................................................. 11

SUMBER............................................................................................................ 12

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang guru memiliki peran yang kompleks dalam pendidikan, tidak
hanya sebagai mediator dalam proses belajar akan tetapi juga turut andil dalam
pengembangan potensi anak didik. Oleh karena itu guru merupakan tenaga
profesional yang memiliki profisiensi (berpengetahuan dan berkemampuan
tinggi). Tidak hanya memiliki penguasaan yang mumpuni di bidang mata
pelajarannya tetapi juga memiliki pengaplikasian proses belajar mengajar yang
baik, sehingga pengajar dapat mengembangkan kepribadian anak didik menjadi
lebih tinggi dari tingkat sebelumnya.
Dalam proses belajar diperlukan adanya kesiapan. Menurut Thorndike
(Slameto, 2003:133) kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya. Selain
itu dengan adanya kesiapan belajar seorang peserta didik akan lebih termotivasi
sehingga untuk mengembangkan potensinya secara maksimal peserta didik harus
memiliki kesiapan. Oleh karena itu seorang guru harus memahami betul
bagaimana


perkembangan

psiko-fisik

peserta

didik

pada

proses-proses

perkembangan dan hubungannya sebagai bentuk kesiapan dalam kegiatan belajar
siswa. Perkembangan-perkembangan yang dimaksudkan yaitu perkembangan
fisik, kognitif dan sosial peserta didik. Sehingga diharapkan seorang guru akan
mampu memberikan gambaran tentang bagaimana proses pembelajaran yang tepat
sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik. Sedangkan bagi peserta didik
dapat melalui proses pembelajaran dengan pengetahuannya berdasarkan tahap
perkembangan yang di milikinya.
Dalam tugas rutin 2 ini membahas mengenai penerapan belajar dalam

konteks perkembangan fisik, kognitif dan sosial peserta didik dan bagaimana
keterpaduan ketiga konteks tersebut dalam belajar peserta didik serta bagaimana
hubungan konsep perkembangan dengan kesiapan dan proses belajar peserta
didik.

B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Apa itu perkembangan?
Apa itu perkembangan fisik?
Apa itu perkembangan kognitif?
Apa itu perkembangan sosial?
Bagaimanakah penerapan belajar dalam konteks ke 3 perkembangan

tersebut?
6. Bagaimana keterpaduan proses fisik, kognitif dan sosial dalam belajar?

C. Tujuan
Dalam penyusunan Tugas Rutin II dengan materi Penerapan belajar dalam
konteks fisik, kognitif dan sosial ini penulis berharap dapat memberikan
manfaat baik bagi penulis sendiri maupun pembaca dan masyarakat luas.
Adapun tujuan penyusunan Tugas Rutin ini bagi Penulis makalah ini
adalah agar penulis lebih memahami materi penerapan belajar dalam konteks
fisik, kognitif dan sosial. Bagi pembaca dan masyarakat luas, makalah ini
dimaksudkan sebagai salah satu referensi untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai materi ini.

BAB II
PEMBAHASAN

Hurlock (1980: 2) menyatakan perkembangan adalah rangkaian perubahan
progesif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Sedangkan menurut Hasan (2006: 13), perkembangan berarti segala perubahan
kualitatif dan kuantitatif yang menyertai pertumbuhan dan proses kematangan
manusia
Perkembangan adalah tahapan-tahapan perubahan yang progresif yang
terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa

membedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri organisme tersebut.
(Dictionary of Psychology : 1972). Selanjutnya Dictionary of Psychology secara
lebih luas merinci pengertian perkembangan manusia, yaitu :
1. Perkembangan merupakan perubahan yang progresif dan terus menerus
dalam diri organisme sejak lahir hingga mati.
2. Perkembangan itu berarti pertumbuhan
3. Perkembangan berarti perubahan dalam bentuk dan penyatuan bagianbagian yang bersifat jasmaniah ke dalam bagian-bagian yang fungsional
4. Perkembangan adalah kematangan atau kemunculan pola-pola dasar tingkah
laku yang bukan hasil belajar.
Sehingga dapat disimpulkan perkembangan adalah suatu perubahan yang
diperoleh dari kematangan psikologis dan psikis dalam rentang waktu tertentu
yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan proses belajar anak didik.
Perkembangan memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi berdasarkan
aliran-aliran, yaitu :
1. Aliran Nativisme (Arthur Schopenhauer :1788-1860)
Aliran ini memiliki pandangan “pesimisme pendagogis” dimana
perkembangan manusia ditentukan pembawaannya, sedangkan pendidikan
dan pengalaman tidak berpengaruh apa-apa.
2. Aliran Empirisme (John Locke : 1632-1704)
Aliran ini memiliki doktrin “tabula rasa” dimana pendidikan dan

pengalaman memiliki arti yang penting, sedangan bakat dan pembawaan
tidak ada pengaruhnya.
3. Aliran Konvergensi (Louis William Stern : 1871-1938)

Merupakan gabungan dari Aliran Nativisme dan Aliran Empirisme,
dimana hereditas dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh
dalam perkembangan manusia
Maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan manusia dipengengaruhi 2
hal,

yaitu

pembawaan

(hereditas)

dan

lingkungan


berupa

pengalaman

pendidikannya dan didikan orangtua, keluarga serta masyarakat. Oleh karena itu
manusia tidak pernah dalam keadaan statis (diam). Sejak terjadi proses
pembuahan hingga ajal tiba, manusia selalu berubah, mengalami perubahan dan
perkembangan. Seorang anak akan melalui beberapa perkembangan, diantaranya
perkembangan fisik, kognitif, dan sosial.
A. PERKEMBANGAN FISIK (MOTOR)
Pada perkembangan fisik menurut Gleitman (1987), seorang anak yang
baru lahir memiliki bekal sebagai dasar perkembangan kehidupan anak, yaitu :
bekal kapasitas motor (jasmani) dan bekal kapasitas pancaindera (sensori). Sebab
semua kapasitas tersebut menjadi modal dasar dalam perkembangan peserta didik.
Menurut

Muhibbin

Syah


dalam

bukunya

Psikogi

Pendidikan

mengelompokkan 4 macam faktor yang mendorong kelanjutan motor skills
(kecakapan-kecakapan jasmani) anak yang memungkinkan adanya campur tangan
orangtua dan guru dalam mengarahkannya, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Pertumbuhan dan perkembangan sistem saraf
Pertumbuhan otot-otot
Perkembangan dan pertumbuhan fungsi kelenjar endokrin
Perubahan struktur jasmani

Untuk belajar keterampilan fisik (motor learning) tidak hanya dengan

latihan dan praktik, tetapi diperlukan juga kegiatan perceptual learning (belajar
berdasarkan pengamatan) atau sensory-motor learning (belajar keterampilan
indrawi-jasmani). Dalam ini seorang guru dituntut kepiawaiannya dalam melatih
keterampilan peserta didik dan kepiawaiannya dalam menjelaskan alasan atau cara
keterampilan tersebut dilakukan.
Maka dapat disimpulkan bahwa proses pendidikan (terutama di sekolah)
merupakan pendukung yang sangat berarti dalam perkembangan fisik dan motorik
anak.

B. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Ada 2 teori sebagai pendekatan dasar untuk memahami perkembangan
kognitif. Pendekatan pertama adalah Piagetian approach dan pendekatan kedua
adalah Teori Vygotsky.
Jean Piaget (1896-1980) mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak
menjadi 4 tahapan :
1.
2.
3.
4.
a.

Tahap sensory-motor, terjadi pada usia 0-2 tahun.
Tahap pre-operational, terjadi pada usia 2-7 tahun.
Tahap concrete-operational, terjadi pada usia 7-11 tahun.
Tahap formal-operational, terjadi pada usia 11-15 tahun
Tahap Sensori Motor
Intelegensi Sensori-Motor dipandang sebagai intelegensi praktis dimana anak
usia 0-2 tahun untuk belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum ia
mampu berfikir mengenai hal yang sedang ia perbuat. Maka disimpulkan
anak mengalami perkembangan melalui indera motoriknya.

b.

Tahap Pra-Operasional
Perkembangan ini dimulai saat anak sudah menyadari adanya eksistensi suatu
benda yang harus ada atau biasa ada. Kemampuan ini muncul akibat kapasitas
kognitif baru yang disebut mental representation (gambaran mental) yang
memungkinkan anak mengembangkan deferred-imitation (peniruan yang
tertunda). Perilaku yang ditiru adalah orang lain yang sebelumnya pernah ia
lihat (terutama orangtua dan guru). Maka dalam tahap ini anak berfikir hanya
dengan sudut pandangnya sendiri (egosentrik).

c. Tahap Konkret-operasional
Tahap ini anak mendapatkan tambahan kemampuan yang disebut system of
operations (satuan langkah berfikir) dimana anak dapat menkoordinasikan
pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem
pemikirannya sendiri, akan tetapi masih memiliki keterbatasan kapasitas.
Maka dalam tahap ini anak masih berfikir secara konkret.
d. Tahap Formal-operasional

Dalam perkembangan kognitif tahap akhir ini seorang remaja telah memiliki
kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan.
Maka dalam tahap ini anak sudah mampu berfikir secara abstrak.
Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif seseorang dipengaruhi oleh
empat, yaitu :
1. Kematangan (maturation) otak dan sistem syarafnya.
2. Pengalaman (experience) yang terdiri atas:
 Pengalaman fisik (physical experience), yaitu interaksi manusia dengan
lingkungannya.
Pengalaman logika-matematis (logico-mathematical experience), yaitu
kegiatan-kegiatan pikiran yang dilakukan manusia.
3. Transmisi sosial (social transmission)
4. Penyeimbangan (equilibration)
Maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif menurut teori Piaget


adalah hasil gabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf dan adaptasi pada
lingkungan kita. Tahapan perkembangan kognitif menguraikan ciri khas
perkembangan kognitif tiap tahap dan merupakan suatu perkembangan yang
saling berkaitan dan berkesinambungan.
Salah satu konsep penting dari teori Vygotsky adalah Zone of Proximal
Development (ZPD). Vygotsky mendefinisikannya untuk tugas-tugas yang sulit
dikuasai sendiri oleh siswa, tetapi dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan
orang dewasa atau siswa yang lebih terampil (Santrock, 1995). Vygotsky telah
mengubah cara pendidik berpikir tentang interaksi anak-anak dengan orang lain.
Ia yakin bahwa seorang siswa pada sisi pembelajaran konsep baru dapat
memperoleh manfaat dari interaksi dengan seorang pendidik atau teman kelas.
Bantuan yang pendidik atau teman sebaya berikan sebagai scaffolding.
Scaffolding diartikan sebagai kerangka pengetahuan yang disiapkan saat masa
kematangan tiba. Dengan cara yang sama, orang dewasa dan teman sebaya dapat
membantu seorang anak “mencapai” konsep atau kecakapan baru dengan
memberikan informasi yang mendukung.
Maka dengan memahami teori perkembangan kognitif seorang pendidik akan
mampu memahami kecakapan kognitif yang dimiliki siswa dan sebagai petunjuk
bahwa siswa berada dalam perkembangan tertentu, misalnya seperti tahap
konkret-operasional atau formal-operasional pada teori pendekatan Piaget dan

hubungan kognitif peserta didik dengan lingkungannya seperti teori pendekatan
Vygotsky .
C. PERKEMBANGAN SOSIAL
Menurut Bruno (1987), Perkembangan sosial adalah proses pembentukan
social-self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, bangsa, dan
setererusnya.
Kualitas hasil perkembangan sosial siswa sangat bergantung pada kualitas
proses belajar siswa, baik di lingkungan sekolah dan keluarga maupun di
lingkungan yang lebih luas.
Vygotsky (Berk, L. E & Winsler, A., 1995) menekankan pentingnya konteks
sosial untuk proses belajar anak, dan pengalaman interaksi sosial ini sangat
berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikir anak. Menurut Piaget,
interaksi dengan teman sebaya lebih bermanfaat dibandingkan dengan orang
dewasa, karena ada negosiasi sosial.
Hal ini didukung oleh seorang tokoh bernama Albert Bandura yang
mengemukakan teori belajar sosial, dimana secara umum teori ini mengatakan
bahwa manusia bukanlah seperti robot yang tidak mempunyai pikiran dan
menurut saja sesuai dengan kehendak pembuatnya. Namun, manusia mempunyai
otak yang dapat berpikir, menalar, menilai, ataupun membandingkan sesuatu
sehingga dapat memilih arah bagi dirinya. Lebih lanjut Bandura memperjelas
teorinya lebih mendalam dengan menamakan teori belajar sosial kognitif. Bandura
sangat yakin bahwa perilaku seseorang itu merupakan hasil dari mengamati
perilaku orang lain, dengan kata lain secara kognitif, perilaku individu itu
mengadopsi dari perilaku orang lain.
D. PENERAPAN BELAJAR DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN
FISIK, KOGNITIF DAN SOSIAL
Dalam situasi belajar peserta didik terlibat langsung dalam situasi
memperoleh pemecahan masalah. Dengan demikian tingkah laku peserta didik
bergantung kepada responnya terhadap apa yang terjadi dalam suatu situasi
belajar. Dalam hal ini guru sebagai seorang pendidik harus mampu menjalankan
perannya menerapkan proses belajar dalam ketiga konteks tersebut, yaitu :
Pertama, guru dalam menunjang kegiatan profesionalnya memiliki
kecakapan yang bersifat jasmaniah (fisik), seperti duduk, berdiri, berjalan,

berjabat tangan dan sebagainya ataupun mengekspresikan diri secara verbal
maupun non-verbal.
Kedua, guru harus memiliki kapasitas kognitif tinggi yang menunjang
kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Menurut Muhibbinsyah (1997),
keterampilan yang menunjang profesinya secara kognitif ada 2 kategori yaitu : 1.)
ilmu pengetahuan kependidikan (psikologi pendidikan, metode pembelajaran dan
sebagainya) dan 2.) Ilmu pengetahuan materi bidang studi. Maka dengan bekal
kemampuan kognitif tersebut seorang guru dapat menguasai materi secara
mendalam di sertai dengan penyampaian yang baik dalam proses belajar, sehingga
seorang guru mampu memaksimalkan kemampuan kognitif peserta didik.
Ketiga, Seorang guru harus memiliki keterampilan sosial yang baik. Guru
hendaknya memiliki sifat empati, ramah dan bersahabat kepada orang lain
terutama kepada peserta didik. Jika guru menerapkan perilaku tersebut maka akan
menumbuhkan keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai
seorang pendidik guru harus memiliki keyakinan dalam kemampuannya dalam
meningkatkan kegiatan pembelajaran. Seperti menurut Muhibbinsyah (1997)
Guru yang memiliki keyakinan yang tinggi tentang kemampuannya mengajarnya
ternyata juga menghasilkan siswa yang memiliki prestasi tinggi.
E. KETERPADUAN PROSES FISIK, KOGNITIF DAN SOSIAL DALAM
BELAJAR
Perkembangan Peserta Didik merupakan bagian dari pengkajian dan
penerapan Psikologi Pendidikan, dimana dalam hal ini Perkembangan peserta
didik difokuskan pada perkembangan individu sebagai peserta didik pada institusi
pendidikan. Sebab ciri yang ada pada masing-masing individu yang akan
membedakan cara berpikir, berperasaan, dan bertindak.
Dalam konteks perkembangan fisik, kognitif dan sosial masing-masing
menekankan aspek khusus dari perkembangan, akan tetapi memiliki kaitan satu
sama lain. Misalnya kemampuan kognitif seseorang dapat bergantung pada
kesehatan fisik dan pengalaman sosial, atau perkembangan sosial yang
dipengaruhi kematangan fisik maupun kognitif.
Menurut Muhibbin Syah (2010), ranah psikologis yang terpenting adalah
ranah kognitif sebab tanpa ranah kognitif, seorang siswa akan sulit berfikir dan
sulit memahami materi pelajaran yang di sajikan kepadanya. Dengan

mengembangkan fungsi kognitif maka akan berdampak posifif pada fungsi yang
lain (afektif dan psikomotor). Misalnya siswa yang berprestasi baik dalam bidang
agama tentu akan lebih rajin beribadah. Dia tidak akan segan memberikan
pertolongan pada orang yang membutuhkan. Sebab ia merasa memberi bantuan
itu adalah kebajikan (afektif), sedangkan perasaan yang berkaitan dengan
kebajikan tersebut berasal dari pemahaman yang mendalam terhadap materi
pelajaran agama yang ia terima dari gurunya (kognitif).
Maka dengan meningkatkan proses belajar dalam konteks kognitif akan
mempengaruhi konteks fisik (motor) dan sosial peserta didik menjadi alasan
ketiga konteks perkembangan ini tidak dapat dipisahkan serta saling berkaitan
satu sama lain. Selain itu dapat menjadi salah satu Indikator keberhasilan dari
upaya seorang guru dalam meningkatkan perkembangan keterampilan dan
kemampuan peserta didik dalam proses belajar.
BAB III
KESIMPULAN
Melalui belajar peserta didik akan berkembang dan mampu mempelajari
hal-hal yang baru. Perkembangan adalah tahapan perubahan psiko-fisik manusia
yang progresif sejak lahir hingga akhir hayat. Perkembangan akan dicapai karena
adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan
menimbulkan perilaku yang baru juga. Ada beberapa konteks perkembangan,
yaitu : Perkembangan Fisik, Perkembangan Kognitif dan Perkembangan Sosial.
Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Peserta didiklah yang
menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Maka menjadi tugas seorang guru
untuk memberikan gambaran tentang bagaimana proses pembelajaran yang tepat
sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik. Sedangkan bagi peserta didik
dapat melalui proses pembelajaran dengan pengetahuannya berdasarkan tahap
perkembangan yang di milikinya. Sehingga kesemuanya itu dapat menjadi wujud
realisasi atau penerapan proses belajar dalam konteks perkembangan Fisik,
Kognitif dan Sosial.

DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Sit, Masganti. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan : Perdana Publishing.
Milfayetty, Sri. 2015. Psikologi Pendidikan. Medan : Unimed
Press.
Syamsussabri, Muhammad. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Volume 1 :
Halaman 3, 4, 5, 6.
Sugiyanto. 2010. Psikologi Pendidikan : Bab IV Belajar dan Pembelajaran.
(diakses dari http://sugiyanto@uny.ac.id Pada hari Sabtu, 18 Februari
2017)