SENAM ERGONOMIK MENINGKATKAN SENSITIVITAS KAKI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

SENAM ERGONOMIK MENINGKATKAN SENSITIVITAS KAKI PADA

PENDERITA DIABETES MELITUS DI KELURAHAN PURWOSARI

KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA

  

Ergonomic Gymnastics Increase Foot Sensitivty In Patients With Diabetes Mellitus

In The Village Purwosari Districts Laweyan Of Surakarta City

Tri Susilowati, Fitri Windawati

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

  

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a disease in which the body of the syfferer can not

automatically control the glucose in their blood. Complications that often occur in

the lower limbs called diabetic foot. In these conditions occur abnormalities in the

blood vessels and innervations disorders that cause neuropathic diabetic patients

decreased sensitivity of the legs, loss of sensation is one of the major risk factors of

diabetic ulcers. Loss of sensitivity of the foot can be prevented by doing gymnastics

ergonomics. Purpose: determine the of gymnastics ergonomics on the level of foot

sensitivity in patients with diabetes mellitus in the village Purwosari districts

Laweyan of the Surakarta city.

  • This research uses a method Quasy Experiment with two group Pretest

    posttest. Accidental sampling using a sample with the number of respondents 20

    people per group, research instrument using observation sheet before and after

    treatment. Data were analyzed using the wilcoxon test and Mann Whitney test with

    significance level of 5%.

  The result of testing with Wilcoxon test with the sign < 0,05 is 0,000 in group A

and 0,003 in group B, while the Mann Whitney test obtained Z 2.305 to 0,042 sign.

Conclusion there is any influence of gymnastics ergonomics on the level of foot

sensitivity in patients with diabetes mellitus in the village Purwosari districts

Laweyan of the Surakarta city.

  Keywords : Gymnastics Ergonomics, Foot Sensitivity, Diabetes Mellitus

ABSTRAK

  Diabetes melitus adalah suatu penyakit, dimana tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan glukosa dalam darahnya. Komplikasi yang sering terjadi pada anggota gerak bawah yang disebut kaki diabetik. Dalam kondisi tersebut terjadi kelainanan pada pembuluh darah, dan kelainan persarafan neuropatik yang dapat menyebabkan pasien diabetes mengalami penurunan sensitivitas kaki,

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  hilangnya sensasi merupakan salah satu faktor utama risiko terjadinya ulkus diabetikum. Hilangnya sensitivitsa kaki dapat dicegah dengan melakukan senam ergonomik. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh senam ergonomik terhadap tingkat sensitivitas kaki pada penderita diabetes melitus di Kelurahan Purwosari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

  Penelitian ini menggunakan metode Quasy Eksperimental dengan rancanagan

  

Pretest- Postest Two Group . Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental

Sample dengan jumlah reponden 20 orang tiap grup, instrument penelitian

  menggunakan lembar observasi sebelum dan sesudah perlakuan. Data dianalisis dengan menggunakan Uji Wilcoxon dan Uji Mann Whitnney Test dengan taraf signifikan 5%.

  Sebagian responden memiliki tingkat sensitivitas kaki baik. Hasil pengujian dengan Uji Wilcoxon dengan sign <0,05 yaitu 0,000 pada kelompok A dan 0,003 pada kelompok B sedang Uji Mann Whitnney Test didapatkan Z 2.035 dengan sign 0,042. Kesimpulan ada pengaruh senam ergonomik terhadap tingkat sensitivitas kaki pada penderita diabetes melitus di Kelurahan Purwosari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

  Kata kunci : Senam ergonomik, Sensitivitas kaki, Diabetes melitus

  (2000) dan akan meningkat 2 kali atau

  PENDAHULUAN

  366 juta pada tahun 2030 (Bustan, Diabetes Melitus merupakan suatu

  2007). Berdasarkan data dari Riskesda kumpulan gejala yang timbul pada tahun 2013 kecenderungan prevelensi seseorang yang disebabkan adanya DM di Indonesia pada tahun 2013 peningkatan kadar (glukosa) darah (2,1%) mengalami kenaikan dibanding akibat kekurangan insulin atau insulin tahun 2007 (1,1%). 31 provinsi yang diproduksi tidak dapat bekerja menunjukkan kenaikan prevelensi DM sebagaimana mestinya (Subiyanto, yang cukup berarti seperti Maluku

  2010). Kadar glukosa darah tinggi ini (0,5% menjadi 2,1%), Sulawesi Selatan disebabkan jumlah hormon insulin (0,8 % menjadi 3,4%), Nusa Tenggara kurang efektif (resistensi insulin) Timur(1,2% menjadi 3,3%) dan Jawa (Waspadji, 2006). Menurut data Tengah (1,1% menjadi 2,0%).

  World Health

  Hasil Riset Kesehatan Dasar yang

  Organisation (WHO), di dunia kini

  dipublikasikan tahun 2013 menunjukkan didiami oleh 171 juta penderita DM

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  • – 60 tahun yang lalu dikenal 3 cara utama penatalaksanaan penyakit DM yaitu diet, obat – obatan dan olahraga.

  73 prevalensi penyakit DM untuk Jawa Tengah menurut diagnosis tenaga kesehatan sebesar 1,3% secara keseluruhan adalah 1,9%, prevalensi tertinggi terdapat di Kabupaten Cilacap (3,9%), diikuti Tegal (3,1%), Surakarta (2,8%), Pemalang (2,1%) dan yang terendah adalah Kota Salatiga (0,8%) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013).Berdasarkan data yang diperoleh dari Buku Profil Dinas Kesehatan Kota Surakarta tahun 2013, Jumlah penderita DM di Surakarta sebanyak 23.433 orang, sedangkan pada tahun 2014 mengalami peningkatan jumlah penderita DM sebanyak 31.002 orang.

  Komplikasi yang sering terjadi pada penderita diabetes adalah terjadinya perubahan patologis pada anggota gerak bawah yang disebut kaki diabetik atau diabetik foot. Dalam kondisi tersebut keadaan kaki diabetik yang terjadi adalah perubahan struktural, tonjolan kulit, perubahan kulit dan kuku, luka pada kaki, infeksi, kelainanan pada pembuluh darah, dan kelainan persarafan neuropatik yang dapat menyebabkan pasien diabetes mengalami penurunan sensitivitas, hilangnya sensasi merupakan salah satu faktor utama risiko terjadinya ulkus diabetikum (Subiyanto, 2010).

  Melihat kondisi tersebut penanganan diabetes melitus perlu dilakukan setelah deteksi dini untuk mengurangi komplikasi. Sejak tahun 50

  Senam Ergonomik atau senam inti raga adalah teknik senam untuk mengembalikan atau membetulkan posisi dan kelenturan sistem saraf dan aliran darah pada kaki diabetes, memaksimalkan supply oksigen ke otak, membuka sistem kecerdasan, sistem keringat, sistem pemanas tubuh, sistem pembakaran asam urat, kolesterol, gula darah, asam laktat, christal oxalate, sistem konversi karbohidrat, sistem pembuatan elektrolit atau ozon dalam darah, sistem kebugaran dan sistem kekebalan tubuh dari energi negatif/ virus, serta sistem pembuangan energi negative dari dalam tubuh (Sangiran, 2012).

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  Berdasarkan studi pendahuluan di

METODE PENELITIAN

  Wilayah Kerja Puskesmas Purwosari Penelitian ini menggunakan

  Kecamatan Laweyan Kota Surakarta metode Quasy Eksperimental dengan pada bulan Desember 2015 diperoleh rancanagan Pretest- Postest Two Group. penderita Diabetes Melitus sebanyak

  Lokasi penelitian di Kelurahan 2.215 kunjungan dalam setahun dan

  Purwosari Kecamatan Laweyan Kota terdapat 174 penderita. Diabetes Melitus Surakarta dengan populasi 76 penderita terbanyak adalah di Kelurahan diabetes melitus. Pengambilan sampel

  Purwosari, yaitu sebanyak 76 penderita menggunakan teknik accidental Sample yang tersebar di 11 posyandu. dengan jumlah reponden 20 orang tiap

  Kebanyakan penderita diabetes melitus grup. Instrument penelitian datang ke Puskesmas hanya sebatas menggunakan lembar observasi sebelum memeriksakan kadar gula darah dan sesudah perlakuan. Data dianalisis selanjutnya hanya meminum obat saja, tidak ada upaya yang lain selain minum dengan menggunakan Uji Wilcoxon dan obat. Dari hasil wawancara yang

  Uji Mann Whitnney Test dengan taraf

  dilakukan pada ketua kader posyandu signifikan 5% denga skala ordinal. kelurahan Purwosari, mengatakan bahwa penderita diabetes belum pernah

HASIL DAN PEMBAHASAN

  mendapatkan latihan fisik senam

  Hasil

  ergonomik terhadap tingkat sensitivitas

  Karateristik Responden Umur

  kaki guna untuk menangganan dini

  Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kelompok A

  mencegahan ulkus diabetikum yaitu

   No. Umur F %

  sensitivitas kaki. Dari Uraian diatas, 1 31-40

  1

  5 Peneliti tertarik untuk meneliti apakah 2 41-50

  2

  10 ada pengaruh senam ergonomik 3 51-60

  6

  30 4 61-70

  10

  50 terhadap tingkat sensitivitas kaki pada 5 71-80

  1

  5 penderita diabetes melitus di Kelurahan

  Jumlah 20 100

  Purwosari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

  74

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

  1 IRT

  7

  35

  2 Perempuan

  13

  65 Jumlah

  20 100

  Distribusi frekuensi pada kelompok B berdasarkan jenis kelamin responden menujukkan distribusi jenis kelamin tertinggi adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 12 responden (60%) dan distribusi terendah adalah jenis kelamin laki-laki sebanyak 8 responden (40%).

  Pekerjaan Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kelompok A

  No Pekerjaan F %

  7

  Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kelompok B No Jenis Kelamin F %

  35

  2 Swasta

  4

  20

  3 Wiraswasta

  7

  35

  4 Pensiunan

  2

  10 Jumlah

  1 Laki-laki

  Distribusi frekuensi pada kelompok A berdasarkan jenis kelamin responden menujukkan distribusi jenis kelamin tertinggi adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 12 responden (60%) dan distribusi terendah adalah jenis kelamin laki-laki sebanyak 8 responden (40%).

   ISSN : 2407 - 2656

  3

  75 Distribusi frekuensi pada kelompok A berdasarkan umur responden menunjukkan distribusi umur tertinggi adalah umur 61-70 tahun yaitu sebanyak 10 responden (50%) dan distribusi umur terendah adalah umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 1 responden (5%).

  Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kelompok B No. Umur F %

  1 31-40 2 41-50

  1

  5 3 51-60

  5

  25 4 61-70

  11

  55 5 71-80

  15 Jumlah

  20 100

  20 100

  Distribusi frekuensi pada kelompok B berdasarkan umur responden menunjukkan distribusi umur tertinggi adalah umur 61-70 tahun yaitu sebanyak 11 responden (55%) dan distribusi umur terendah adalah umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 0 responden (0%).

  Jenis Kelamin Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kelompok A

   No Jenis Kelamin F %

  1 Laki-laki

  8

  40

  2 Perempuan

  12

  60 Jumlah

  20 100

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

  40

  15 Jumlah 20 100 Distribusi frekuensi pada

  Kelompok A berdasarkan pendidikan responden menujukkan distribusi tertinggi adalah SMA sebanyak 10 responden (50%) dan distribusi terendah adalah Diploma/Sarjana sebanyak 2 responden (10%).

  Tabel 8. Distribusi Frekuensi kelompok B No Pendidikan F %

  1 SD

  5

  25

  2 SMP

  5

  20

  3 SMA

  8

  4 DIPLOMA/SARJANA

  4 DIPLOMA/SARJANA

  2

  15 Jumlah 20 100 Distribusi frekuensi pada

  Kelompok B berdasarkan pendidikan responden menujukkan distribusi tertinggi adalah SMA sebanyak 8 responden (40%) dan distribusi terendah adalah Diploma/Sarjana sebanyak 2 responden (15%).

  Tingkat Sensitivitas Kaki Identifikasi tingkat sensitivitas kaki sebelum di lakukan senam ergonomik Tabel 9. Distribusi Frekuensi Kelompok A

  No. Tingkat Sensitivitas Kaki F %

  1 Baik

  2 Sedang

  11

  55

  3 Kurang

  9

  45

  3

  50

   ISSN : 2407 - 2656

  4 Pensiunan

  76 Distribusi frekuensi pada kelompok A berdasarkan jenis pekerjaan responden menujukkan distribusi tertinggi adalah wiraswasta sebanyak 7 responden (35%) dan distribusi terendah adalah pensiunan sebanyak 2 responden (10%).

  Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kelompok B No Pekerjaan F %

  1 IRT

  6

  30

  2 Swasta

  3

  15

  3 Wiraswasta

  8

  40

  3

  10

  15 Jumlah

  20 100

  Distribusi frekuensi pada kelompok B berdasarkan jenis pekerjaan responden menujukkan distribusi tertinggi adalah wiraswasta sebanyak 8 responden (40%) dan distribusi terendah adalah pensiunan sebanyak 3 responden (15%).

  Pendidikan Tabel 7. Distribusi Frekuensi kelompok A

  No Pendidikan F %

  1 SD

  5

  25

  2 SMP

  2

  10

  3 SMA

  4 Tidak Ada Jumlah 20 100

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

  10

  4 Tidak Ada Jumlah 20 100

  Distribusi sensitivitas kaki sebelum dilakuakan senam ergonomik pada kelompok A yang memiliki tingkat sensitivitas kaki tinggi adalah baik sebanyak 14 responden (70%) dan yang paling rendah adalah kurang sebanyak 6 responden (30%).

  Tabel 12. Distribusi Frekuensi kelompok A No. Tingkat Sensitiviitas Kaki F %

  1 Baik

  8

  40

  2 Sedang

  50

  30

  3 Kurang

  2

  10

  4 Tidak Ada Jumlah 20 100

  Distribusi sensitivitas kaki pada kelompok A yang memiliki tingkat sensitivitas kaki tinggi adalah baik sebanyak 10 responden (50%) dan yang paling rendah adalah kurang sebanyak 2 responden (10%).

  Pengaruh Senam Ergonomik terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki Pada Penderita Diabetes Melitus pada Kelompok A

  Tabel 13. Hasil Analisis

  Sumber Data Mean Selisih Mean Z Hitung Z Tabel P Value

  3 Kurang

  6

   ISSN : 2407 - 2656

  3 Kurang

  77 Distribusi sensitivitas kaki sebelum dilakukan senam ergonomik pada kelompok A yang memiliki tingkat sensitivitas kaki paling tinggi adalah sedang sebanyak 11 responden (55 %) dan yang paling rendah adalah baik sebanyak 0 responden (0%).

  Tabel 10. Distribusi Frekuensi Kelompok B No. Tingkat Sensitivitas Kaki F %

  1 Baik

  2

  10

  2 Sedang

  13

  65

  5

  2 Sedang

  25

  4 Tidak Ada Jumlah 20 100

  Distribusi sensitivitas kaki sebelum dilakukan senam ergonomik pada kelompok B yang memiliki tingkat sensitivitas kaki paling tinggi adalah sedang sebanyak 11 responden (55 %) dan yang paling rendah adalah baik sebanyak 0 responden (0%).

  Identifikasi tingkat sensitivitas kaki sesudah dilakukan senam ergonomic Tabel 11. Distribusi Frekuensi kelompok A

  No. Tingkat Sensitiviitas Kaki F %

  1 Baik

  14

  70

  Pre Test 1,55 1,15 4,065 1,96 0,000 Post Test 2,70

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

  3,000 > Z tabel 1,96 atau ρ (0,003) < α

  Bahasan Sensitivitas Kaki pada Penderita Diabetes Melitus Sebelum dan Sesudah Diberi Senam Ergonomik

  3 minggu dan kelompok B yang dilakukan senam ergonomik 2x seminggu dalam 3 minggu.

  Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Uji Mann Whitney U-test yang digunakan untuk mengetahui adanya perbeaan antara Kelompok A dan Kelompok B. Didapatkan hasil nilai Z hitung kelompok A dan kelompok B sebesar 2,035 > Z tabel 1,96 dan p value 0,042 < 0,05 sehingga ada perbedaan yang bermakna pada kelompok A yang dilakukan senam ergonomik 3x seminggu dalam

  Mann- Whitney Selisih Mean Z P Value Kelompok A 1,15 2,035 0,042 Kelompok B 0,45

  Tabel 14. Hasil Analisis

  Perbedaan Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki Pada Penderita Diabetes Melitus Pada Kelompok A dan Kelompok B

  (0,05) sehingga dapat disimpulkan nilai p value < 0,05 maka hipotesa nol (Ho) ditolak artinya ada pengaruh senam ergonomik terhadap tingkat sensitivitas kaki pada penderita diabetes mellitus.

  Test dapat diketahui bahwa Z hitung

   ISSN : 2407 - 2656

  Berdasarkan uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon Macth Pairs

  Pre Test 1,85 0,45 3,000 1,96 0,003 Test

  Sumber Data Mean Selisih Mean Z Hitung Z Tabel P Value

  Tabel 14. Hasil Analisis

  Pengaruh Senam Ergonomik terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki Pada Penderita Diabetes Melitus pada Kelompok B

  4,065 > Z tabel 1,96 atau ρ (0,000) < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan nilai p value < 0,05 maka hipotesa nol (Ho) ditolak artinya ada pengaruh senam ergonomik terhadap tingkat sensitivitas kaki pada penderita diabetes melitus.

  Test dapat diketahui bahwa Z hitung

  78 Berdasarkan uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon Macth Pairs

  Hasil penelitian yang dilakukan pada penderita diabetes melitus di Kelurahan Purwosari Kecamatan

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  79 Laweyan Kota Surakarta pada bulan Mei 2016 dapat diketahui tingkat sensitivitas kaki sebelum dilakukan senam ergonomik pada kelompok A maupun kelompok B sebagian besar adalah sedang, sesudah diberikan senam ergonomik tingkat sensitivitas kaki pada Kelompok A maupun B mengalami peningkatan dari sebagian besar adalah tingkat sensitivitas sedang menjadi baik.

  Hasil penelitian menunjukka usia termuda didapatkan adalah 40 tahun dan tertua adalah 68 tahun. Semakin bertambahnya usia seseorang maka sirkulasi darah pun akan menurun, sehingga akan lebih berisiko untuk mengalami perubahan pada sensitivitas kaki seseorang (Tandra, 2008). Usia juga mempengaruhi kulit terhadap rangsang dimana semakin tua usia seseorang maka semakin rendah tingkat sensitivitasnya hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktaviah (2015) dimana peningkatan sensitivitas terjadi lebih besar pada kelompok umur lansia daripada dewasa muda.

  Disamping itu, menurut Endriyanto (2012) bahwa sensitivitas kaki seseorang dipengaruhi oleh keadaan sendiri orang tersebut, dimana sensitivitas kaki akan mengalami peningkatan menjadi baik apabila mereka melakukan aktivitas fisik, salah satunya dengan senam.

  Aktivitas senam ergonomik mempunyai manfaat meningkatkan sensitivitas kaki dibandingkan pada orang yang tidak melakukan aktivitas apapun karena aktivitas fisik dapat berpengaruh memperbaiki keadaan kaki dan menstimulus saraf- saraf.

  Analisis Pengaruh Senam Ergoomik Terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki Antara Kelompok A Dengan

  Hasil penelitian yang dilakukan pada penderita diabetes melitus di Kelurahan Purwosari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta didapatkan hasil bahwa ada pengaruh senam ergonomik terhadap tingkat sensitivitas kaki pada penderita diabetes melitus.

  Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Endriyanto (2012) setelah diberikan senam dan biasanya neuropati diabetik timbul akibat kondisi hiperglikmia yang

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  80 berkepanjangan yang berakibat terganggunya sirkulasi darah yang kemudian dapat menghancurkan serat saraf. Terutama pada saraf perifer yang dimulai dari jempol kaki serta berlanjut ketelapak kaki dan seluruh kaki yang menimbulkan rasa baal.

  Priyanto dan Junaiti (2014) mengatakan aktivitas fisik khususnya senam kaki akan membantu meningkatkan aliran darah di daerah kaki sehingga akan membantu menstimuli syaraf-syarat kaki dalam menerima rangsang. Hal ini akan meningkatkan sensitivitas kaki terutama pada penderita diabetes melitus. Kondisi tersebut didukung hasil penelitian yang dilakukan di Magelang yang menunjukkan peningkatan rata-rata sensitivitas kaki pada kelompok intervensi yang dilakukan senam kaki dibanding kelompok yang tidak dilakukan senam kaki. Lansia yang melakukan senam kaki mempunyai sensitivitas lebih baik dibandingkan lansia yang tidak melakukan senam kaki.Senam ergonomik sendiri adalah senam yang dimodifikasi dari gerakan sholat dan bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah, dan menstimulasi saraf. Menurut Wratsongko (2008) senam ergonomik mampu mengembalikan posisi dan kelenturan system saraf dan aliran darah.

  Aktivitas fisik mampu meningkatkan sensitivitas kaki seperti senam ergonomik, karena dapat memperbanyak sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi, dan meningkatkan kebugaran klien DM. Oleh karena itu, melakukan senam ergonomik efektif untuk membantu meningkatkan sensitivitas kaki pada penderita diabetes melitus.

  Analisis Perbedaan Pengaruh Senam Ergoomik Terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki Antara Kelompok A Dengan Kelompok B

  Hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Purwosari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah ada perbedaan antara Kelompok A dengan Kelompok B. Hal ini disebabkan karena semakin rutin seseorang melakukan

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  81 aktivitas fisik salah satunya adalah senam yang proposinya minimal dilakukan 3X seminggu dengan waktu kurang dari 30 menit dapat meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin, sehingga dapat memperbaiki kadar gula darah seseorang dan menurunkan resiko adanya ulkus diabetes. Dari hasil yang diperoleh bahwa senam ergonomik yang dilakukan

  3X seminggu lebih efektif daripada 2X dalam seminggu.

  Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dan Setyogoro (2013) yaitu semakin rendah tingkat kesibukan yang timbul dari pekerjaan seseorang semakin tinggi pula tingkat istirahat seseorang hal tersebut memberikan kesempatan dalam penumpukan lemak dan gula darah dalam tubuh dan akan mengakibatkan tubuh kurang maksimal dalam pembakaran lemak dan penggunaan glukosa dalam darah yang seharusnya digunakan untuk aktivitas maka gula darah akan terjadi peningkatan.

  Joko, et Al (2015) mengemukakan sensitivitas yang kurang juga menyebabkan pembengkakan dan kekeringan pada kaki. Pencegahan komplikasi pada penderita diabetes melitus merupakan hal yang sangat penting karena sensitivitas yang kurang dapat menyebabkan ulkus, infeksi dan masalah yang menimpa pada kaki, proporsi olahraga yang cukup sangatlah membantu. Proporsi kurangnya aktivitas fisik yaitu kebiasaan olahraga atau senam 3 kali dalam seminggu selama 30 menit dapat memperbaiki sensitivitas darah, memperbaiki kinerja insulin sehingga kadar gula darah menjadi baik.

  Menurut Priyanto dan Junaiti (2014) dengan kadar gula yang terkendali maka akan mencegah terjadinya komplikasi kronis diabetes melitus. Olahraga rutin selama lebih dari 3x dalam seminggu selama 30 menit akan memperbaiki metabolisme karbohidrat. Orang diabetes melitus memiliki 3 alasan lebih tinggi resikonya mengalami masalah kaki. Pertama, berkurangnya sensasi rasa nyeri (neuropati) membuat penderita tidak menyadari bahkan sering mengabaikan

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  luka yang terjadi karena tidak rutin hal tersebut terbukti dengan dirasakannya. Kedua, sensitivitas kaki pemberian senam ergonomik 3x dan tungkai yang menurun dan seminggu selama 3 minggu pada kerusakan endotel pembuluh darah yang kelompok A lebih efektif dibandingkan dapat mengakibatkan luka terutama pada pemberian senam ergonomik 2x tungkai. Ketiga, daya tahan tubuh seminggu selama 3 minggu pada terhadap infeksi kelompok B.

  Pencegahan kaki diabetes melitus tidak terlepas dari pengendalian

SIMPULAN DAN SARAN

  (pengontrolan) penyakit secara umum

  Simpulan

  mencakup pengendalian kadar gula 1.

  Tingkat sensitivitas kaki kelompok A darah, status gizi, tekanan darah, kadar pada penderita diabetes melitus kolesterol, pola hidup sehat. Bila sebelum dilakukan senam ergonomik sensitivitas kaki yang kurang baik terjadi sebagaian besar responden secara terus menerus, maka besar mengalami sensitivitas kaki sedang. kemungkinan penderita diabetes 2.

  Tingkat sensitivitas kaki kelompok B melitusakan mengalami gangguan kaki pada penderita diabetes melitus diabetik. Olahraga dan senam sebelum dilakukan senam ergonomik ergonomik dapat meningkatkan sebagaian besar responden sensitivitas dan sirkulasi darah ke kaki. mengalami sensitivitas kaki sedang. Beberapa olahraga yang dapat 3.

  Tingkat sensitivitas kaki kelompok A meningkatkan sirkulasi darah dan pada penderita diabetes melitus sensitivitas pada diabetes seperti yang setelah dilakukan senam ergonomik diungkapkan oleh Waspadji (2006) sebagaian besar responden adalah senam, peregangan dan rotasi mengalami sensitivitas kaki baik. pergelangan kaki.

  4. Tingkat sensitivitas kaki kelompok B Nilai sensitivitas akan menjadi pada penderita diabetes melitus lebih baik apabila dilakukannya secara setelah dilakukan senam ergonomik

  82

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  sebagaian besar responden untuk deteksi dini ulkus diabetikum mengalami sensitivitas kaki baik. serta sebagai acuan penelitian yang

  5. akan datang yang membahas tentang

  Ada pengaruh senam ergonomik terhadap tingkat sensitivitas kaki Penatalaksanaan pada Pasien pada penderita diabetes melitus pada Diabetes Melitus dalam upaya masing masing kelompok. peningkatan sensitivitas kaki.

  6.

  3. Ada perbedaan yang signifikan antara Bagi Peneliti Selanjutnya kelompok A dan kelompok B Disarankan agar dilakukan penelitian terhadap pengaruh senam ergonomik yang lain untuk menambah variabel terhadap tingkat sensitivitas kaki atau menambah durasi senam dari pada penderita diabetes melitus di penelitian yang sudah dilakukan ini Kelurahan Purwosari Kecamatan atau dengam metode perlakuan yang Laweyan Kota Surakarta. lain.

  Saran

DAFTAR PUSTAKA 1.

  Bagi Responden Bustan. 2007. Epidemologi Penyakit Tidak Menular . Rineka Putra.

  Jakarta. melakukan senam ergonomik secara mandiri dirumah untuk mengurangi

  Endriyanto, E. 2012. “ Efektivitas Senam

  Kaki Diabetes Melitus Dengan

  komplikasi diabetikum terutama

  Koran Terhadap Tingkat

  tingkat sensitivitas kaki pada

  Sensitivitas Kaki pada Pasien DM Tipe 2”. Skripsi UNRI Tahun

  penderita Diabetes Melitus, setelah 2012. mengetahui manfaat dan gerakkan Joko, DP, Lelik ,A & Nur IP, 2015. senam ergonomik.

  Pengaruh Senam Ergonomis 2. terhadap Perubahan Kadar Gula

  Bagi Institusi Kesehatan

  Darah pada Klien Diabetes

  Diharapkan hasil penelitian ini dapat

  Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja

  menambah ilmu pengetahuan tentang

  Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan . Skripsi

  penanganan penurunan sensitivitas STIKES Muhammadiyah kaki pada penderita Diabetes Melitus Pekalongan, Pekalongan

  83

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656 Oktaviah D, Yesi H, Agrina. 2015.

  Efektifitas Senam Kaki Diabetik Dengan Bola Plastik Terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki Pada . Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Skripsi ,Pekan Baru

  Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan

  Penelitian dan Pengembangan Kesehatan , 87, Jakarta.

  Sangiran. 2012. Mukjizat Gerakan

  Sholat . Qultum Media. Jakarta .

  Priyanto, S & Junaiti . 2014. Pengaruh

  Senam Kaki Terhadap sensitivitas kaki dan kadar gula darah pada agregat lansia diabetes melitus di magelang 2012 . Tesis. FKI UI

  JAKARTA Subiyanto.2010. Self Hypnosis Bagi Diabetes . Gosyen Publihing.

  Jakarta. Tandra, H. 2008. Segala Sesuatu Yang

  Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Gramedia. Jakarta.

  Trisnawati, SK, Setyorogo, S. 2013. “

  Faktor Resiko Diabetes Melitus di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012

  ”, Jurnal Waspaji, S. 2006. Hidup Sehat dengan Diabetes Melitus . FKUI. Jakarta.

  Wratsongko, M. 2014 . Sehat Tanpa Obat Kimia dengan BEST .

  Mizamia. Jakarta.

  84