ADAPTASI MORFOLOGI PADA HEWAN Macam

ADAPTASI MORFOLOGI PADA HEWAN
Macam-macam adaptasi morfologi pada hewan:
a. Adaptasi morfologi pada bentuk paruh dan
kaki pada burung
Bentuk paruh dan kaki pada burung beranekaragam disesuaikan dengan jenis makanan dan cara
memperoleh makanan tersebut.
Burung pemakan biji mempunyai bentuk paruh
berbeda dengan burung pemakan daging atau
burung pemakan serangga demikian pula kaki burung
elang berbeda dengan kaki bebek karena cara
memperoleh makanannya juga berbeda.
contoh adapatasi burung:

1)
runcing, agak

Paruh burung elang, bentuknya

panjang dengan ujung agak membengkok sesuai
dengan jenis makanannya yang berupa daging.
Kaki pada burung elang, ukurannya pendek,

cakar sangat kuat untuk mencengkeram mangsa
atau daging.

2)
terdapat bentuk

Paruh bebek, pada pangkalnya

seperti sisir, berguna untuk menyaring makanan
dari air dan lumpur dan kaki pada bebek
berselaput di antara ruas jarinya untuk berenang

dan berjalan di tanah berlumpur.

3)
pendek tebal dan

Paruh burung pipit, bentuknya

runcing sesuai dengan jenis makanannya yaitu

untuk memecah biji-bijian dan tiga kaki ke depan
satu ke belakang untuk berjalan dan hinggap.

4)
panjang

Paruh burung pelatuk, runcing agak

untuk memahat kayu pohon untuk menangkap
dan memakan serangga di dalamnya. Kaki
burung pelatuk mempunyai dua jari ke depan
dan dua jari ke belakang untuk memanjat.
b. Adaptasi morfologi pada mulut serangga

Bentuk mulut serangga bermacam-macam
disesuaikan dengan cara mengambil makanannya.
contoh adapaptasi serangga:
1) Tipe mulut penggigit, mempunyai rahang atas
dan rahang bawah yang kuat untuk menggigit,
misalnya: lipas, jengkerik, dan belalang.

2) Tipe mulut penghisap dan penjilat,memiliki bibir
untuk menjilat, misalnya: lebah madu dan lalat.
3) Tipe mulut penusuk dan penghisap, mempunyai
rahang yang runcing dan panjang untuk
menusuk dan menghisap, misalnya: nyamuk.
4) Tipe mulut penghisap, mempunyai alat penghisap
seperti belalai yang panjang dan dapat digulung
sehingga dapat menghisap madu yang terdapat
jauh di dasar bunga, misalnya kupu-kupu.

BERBAGAI BENTUK PARUH DAN KAKI UNGGAS SERTA
FUNGSINYA

Semua makhluk hidup membutuhkan makanan agar
tetap hidup. Begitu juga dengan burung atau jenis
unggas, mereka juga membutuhkan makanan agar tetap
hidup. Setiap jenis hewan dalam hal ini jenis unggas atau
burung memiliki cara tersendiri dalam memperoleh
makanan.


Setiap jenis unggas atau burung makanannya berbedabeda. Ada yang berupa cairan madu (nektar), biji-bijian,
atau daging. Oleh karena itu, bentuk paruh setiap jenis
burung juga berbeda-beda. Perbedaan makanan ini

1)
Burung pipit mempunyai paruh
pendek dan kuat. Bentuk
paruh ini sesuai untuk memakan jenis biji - bijian.
Paruh ini
berfungsi menghancurkan biji tersebut.

2)
kuat, tajam, dan

Burung elang mempunyai paruh

melengkung bagian ujungnya. Paruh seperti ini sesuai
untuk
mencabik mangsanya.


3)
Bebek mempunyai paruh yang
berbentuk seperti sudu.
Bentuk paruh seperti ini sesuai untuk mencari
makanan
di tempat becek, berlumpur, atau di air.

4)
Burung pelatuk mempunyai paruh
yang panjang, kuat, dan
runcing. Paruh burung pelatuk untuk mencari
serangga yang
bersembunyi di kulit pohon, dalam lubang pohon,
atau pada
batang pohon yang lapuk.

5)
Burung kolibri mempunyai paruh
berbentuk panjang dan
runcing. Bentuk paruh seperti itu memudahkan

burung
kolibri mengisap nektar.

6)
berkantong. Paruh

Burung pelikan mempunyai paruh

demikian memudahkannya untuk menangkap ikan
dalam air. Berdasarkan penjelasan di atas dapat
dikatakan bahwa ada kesesuaian antara bentuk paruh
burung dan jenis makanannya.
Selain bentuk paruh, kaki pada berbagai burung juga
mempunyai bentuk bermacam-macam. Berbagai bentuk
kaki burung merupakan salah satu bentuk penyesuaian
terhadap cara memperoleh makanan.

Berbagai macam bentuk kaki burung

a.

Kaki burung kakatua untuk
memanjat. Selain itu, juga untuk
memegang makanan.

b.
Kaki ayam untuk mengais tanah saat
mencari makanan.

c.
Burung elang mempunyai kaki kuat
dengan kuku tajam. Kaki ini untuk mencengkeram
mangsanya.

d.
Burung pipit mempunyai kaki
langsing untuk bertengger.

e.
Kaki itik dan pelikan berselaput
sehingga cocok untuk

berenang di air.

f.
Burung pelatuk pandai memanjat
karena bentuk kakinya sesuai untuk memanjat.
Berdasarkan gambar di depan, terdapat hubungan antara
bentuk kaki burung dengan cara memperoleh
makanannya.

Anatomi burung
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Anatomi luar burung (topografi) :1. Paruh
2. Kepala

13. Paha

3. Iris


14. Artikulasi Tibio-Tarsal

4. Pupil

15. Tarsus

5. Mantel
6. Lesser Bulu

16. Kaki
17. Tulang kering

7. Scapular

18. Perut

8. Bulu Atas

19. Panggul


9. Tertials

20. Dada

10. Pantat

21. Tenggorokan

12. Anus

11. Primari

22. Pial

Anatomi burung atau struktur fisik tubuh burung
memperlihatkan banyak adaptasi, yang kebanyakan
bertujuan untuk menunjang kemampuan terbang.
Burung memiliki sistem kerangka yang ringan dan otot
yang ringan tapi kuat, dengan sistem kardiovaskular dan

sistem pernapasan yang mampu dalam tingkat
metabolisme yang tinggi serta asupan oksigen yang
memungkinkan burung untuk terbang. Perkembangan
paruh telah membawa evolusi pada sistem pencernaan.
Kekhususan anatomi tersebut telah menempatkan
burung dalam klasifikasi ilmiah mereka dalam filum
vertebrata.
Daftar isi [sembunyikan]
1 Sistem kerangka
1.1 Kaki burung
2 Sistem otot
3 Sistem integumen

3.1 Sisik
3.2 Rampoteka dan Podoteka
4 Sistem pernafasan
5 Sistem peredaran darah
6 Sistem pencernaan
7 Perilaku minum
8 Sistem urogenital dan endokrin
9 Sistem saraf
10 Lihat juga
11 Catatan
12 Referensi
13 Pranala luar
Sistem kerangka[sunting]
Sistem tulang pada kerangka merpati:
1. Tengkorak
2. Tulang leher

3. Furcula
4. Korakoid
5. Bengkokan tulang rusuk
6. Keel
7. Patela
8. Tarsometatarsus
9. Jari
10. Tulang kering
11. Fibia
12. Tulang paha
13. Iskium
14. Pubis
15. Illium
16. Tulang ekor
17. Pygostyle
18. Synsacrum
19. Scapula

20. Lumbar vertebrae
21. Humerus
22. Tulang hasta
23. Tulang pengumpil
24. Karpus
25. Metakarpus
26. Jari
27. Alula

Kerangka burung sangat beradaptasi untuk terbang.
Kerangka tersebut sangat ringan, namun cukup kuat
untuk menahan tekanan pada saat lepas landas, terbang
dan mendarat. Salah satu kunci adaptasi yakni
tergabungnya tulang dalam osifikasi tunggal. Hal ini
membuat burung memiliki jumlah tulang yang sedikit
dibanding vertebrata lain yang hidup di darat. Burung
juga tidak memiliki gigi bahkan rahang, namun memiliki
paruh yang lebih ringan. Paruh pada anak burung
memiliki "gigi telur" yang digunakan untuk membantu
keluar dari cangkang telur.

Burung memiliki banyak tulang yang berongga yang
saling bersilang untuk menambah kekuatan struktur
tulang. Jumlah tulang berongga bervariasi antar spesies,
meskipun burung yang terbang dengan melayang atau
melambung cenderung memiliki tulang berongga yang
lebih banyak. Kantung udara dalam sistem pernapasan
sering membentuk kantung-kantung udara dalam tulang
semi berongga pada kerangka burung.[1] Beberapa
burung yang tidak mampu terbang seperti penguin atau
burung unta hanya memiliki tulang yang padat, hal ini
membuktikan hubungan antara kemampuan terbang
burung dengan adaptasi pada sistem rongga pada tulang.
Kantung udara dan pendistribusiannya.

Burung juga memiliki tulang leher yang lebih banyak
dibanding binatang lainnya. Kebanyakan memiliki tulang
leher yang sangat fleksibel yang terdiri dari 13 - 25
tulang. Burung merupakan satu-satunya binatang
vertebrata yang memiliki tulang selangka yang menyatu

(furcula atau tulang dada). Hal ini berfungsi sebagai
penopang otot pada saat terbang, atau serupa pada
penguin untuk menopang otot pada saat berenang.
Adaptasi ini tidak dimiliki oleh burung yang tidak bisa
terbang seperti burung unta. Menurut catatan, burung
perenang memiliki tulang dada yang lebar, burung yang
berjalan memiliki tulang dada yang panjang atau tinggi,
sementara burung yang terbang memiliki tulang dada
yang panjang dan tingginya mendekati sama.[2]

Burung memiliki bengkokan tulang rusuk yang
merupakan perpanjangan tulang yang membengkok yang
berfungsi untuk menguatkan tulang rusuk dengan saling
bertumpang tindih. Fitur ini juga ditemukan pada
Sphenodon. Mereka juga memiliki tulang panggul
tetradiate yang memanjang seperti pada beberapa reptil.
Kaki belakang memiliki sambungan intra-tarsal yang juga
ditemukan pada beberapa reptil. Ada perpaduan yang
lebar pada tulang tubuh sama seperti perpaduan tulang
dada. Mereka memiliki tengkorak diapsid seperti pada
reptil dengan lekukan air mata. Tengkoraknya memiliki
oksipital kondilus tunggal.[3]

Tengkorak burung terdiri dari lima tulang utama: frontal
(atas kepala), parietal (belakang kepala), premaksilari dan
hidung (paruh atas), dan mandibula (paruh bawah).
Tengkorak burung normal biasanya beratnya sekitar 1%
dari berat badan keseluruhan burung. Mata burung
menempati sebagian besar tengkorak dan dikelilingi oleh
cincin mata-sklerotik, cincin tulang kecil yang mengelilingi
mata.

Sistem tulang belakang dapat dibagi menjadi tiga bagian:
cervical (11-25) (leher), Synsacrum (menyatu pada tulang
punggung, juga menyatu pada pinggul), dan pygostyle
(ekor).

Dada terdiri dari furcula (tulang garpu) dan coracoid
(tulang leher), dimana dua tulang, bersama-sama dengan
tulang belikat membentuk pectoral korset. Sisi dada
dibentuk oleh tulang rusuk, yang bertemu di tulang dada.

Bahu terdiri dari skapula (tulang belikat), coracoid (tulang
leher), dan humerus (tulang lengan atas). Lengan atas
bergabung dengan tulang pengumpil dan ulna (lengan)
untuk membentuk siku. Tulang-tulang karpus dan
metakarpus membentuk "pergelangan tangan" dan
"tangan" dari burung, dan jari-jari yang digabungkan
bersama. Tulang-tulang di sayap sangat ringan sehingga
burung bisa terbang lebih mudah.

Pinggul terdiri dari panggul yang meliputi tiga tulang
utama: Illium (atas pinggul), iskium (sisi pinggul), dan
pubis (depan pinggul). Ketiga tulang ini menyatu menjadi
satu (tulang innominate). Tulang innominate merupakan
evolusi yang signifikan yang memungkinkan burung untuk
bertelur. Mereka bertemu di acetabulum (soket pinggul)
dan mengartikulasikan dengan tulang paha, yang
merupakan tulang pertama dari kaki belakang.

Kaki bagian atas terdiri dari tulang paha. Pada sendi lutut,
tulang paha menghubungkan ke tibiotarsus (tulang
kering) dan fibula (sisi tungkai bawah). Tarsometatarsus

membentuk bagian atas kaki, serta jari yang membentuk
kaki. Tulang kaki burung merupakan tulang yang paling
berat, berkontribusi pada rendahnya titik berat burung.
Hal ini membantu dalam penerbangan. Sebuah kerangka
burung terdiri dari hanya sekitar 5% dari total berat
badan burung.
Kaki burung[sunting]
Jenis kaki burung

Kaki burung diklasifikasikan menjadi anisodactyl,
zygodactyl, heterodactyl, syndactyl atau pamprodactyl.
[4] Anisodactyl merupakan bentuk kaki burung yang
paling umum, dengan tiga jari di depan dan satu di
belakang. Bentuk seperti ini banyak ditemui di burung
penyanyi, burung pengicau, elang, rajawali, dan falkon.

Beberapa burung memiliki bentuk kaki syndactyl yakni
bentuk kaki yang menyerupai anisodactyl namun jari ke
tiga dan ke empat atau ketiga jari depan menyatu seperti

yang terdapat pada burung raja udang. Jenis kaki ini
merupakan karakteristik burung dari ordo Coraciiformes.

Zygodactyl (dari bahasa Yunani ζυγον, kuk) adalah bentuk
kaki burung, dengan dua jari kaki menghadap ke depan
(jari 2 dan 3) dan dua jari menghadap ke belakang (jari 1
dan 4). Pengaturan ini paling sering terjadi pada spesies
arboreal, terutama spesies yang naik batang pohon atau
memanjat melalui dedaunan. Bentuk kaki zygodactyl
dapat dijumpai pada burung bayan, burung pelatuk dan
beberapa burung hantu. Dari hasil penelusuran,
zygodactyl telah ditemukan dari peride 120 - 110 juta
tahun yang lalu (awal jaman kapur), 50 juta tahun
sebelum fosil zygodactyl pertama kali diidentifikasikan.[5]

Heterodactyl menyerupai zygodactyl, yang membedakan
hanya pada heterodactyl jari 3 dan 4 menghadap ke
depan sedang jari 1 dan 2 menghadap ke belakang.
Bentuk kaki seperti ini hanya ditemukan pada trogon,
sedangkan pamprodactyl adalah susunan jari kaki dimana
keempat jari dapat menghadap ke depan, atau burung

dapat memutar kedua jari belakang. Bentuk kaki seperti
ini merupakan karakteristik dari burung walet.
Sistem otot[sunting]
Supracoracoideus bekerja menggunakan sistem seperti
katrol untuk mengangkat sayap sementara pectorals
menyediakan daya dorong kebawah yang kuat

Kebanyakan burung memiliki sekitar 175 otot yang
berbeda, yang sebagian besar mengontrol sayap, kulit
dan kaki. Otot terbesar dari seekor burung adalah otot
pektoralis atau otot dada yang mengatur gerakan sayap
dan burung penerbang, berat otot ini sekitar 15 - 25%
dari berat tubuhnya. Otot ini memberikan kepakan sayap
yang kuat untuk terbang.

Otot medialis (bawah) sampai pectorals adalah
supracoracoideus. Otot ini mengangkat sayap pada saat
burung mengepakkan sayap. Kedua otot
supracoracoideus dan pectorals ini memiliki berat sekitar
25 - 35% dari keseluruhan berat badan burung.

Otot-otot kulit membantu burung pada saat terbang
dengan menyesuaikan arah bulu yang melekat pada otot
kulit dan membantu burung saat melakukan manuver
penerbangan.

Bagian tubuh dan ekor hanya memiliki beberapa otot,
tetapi otot-otot tersebut sangat kuat dan sangat penting
bagi burung. Pygostyle mengontrol semua gerakan di
bagian ekor dan mengontrol bulu di bagian ekor. Hal ini
menjadikan ekor memiliki permukaan yang lebih besar
yang membantu menjaga burung di udara.
Sistem integumen[sunting]
Kaki burung unta
Sisik[sunting]

Sisik burung terdiri dari keratin yang sama seperti yang
terdapat pada paruh, cakar, dan taji. Sisik-sisik ini
ditemukan terutama pada jari kaki dan metatarsus,

namun pada beberapa burung dapat ditemukan juga di
pergelangan kaki. Kebanyakan sisik burung tidak terlalu
tumpang tindih, kecuali pada burung raja-udang dan
burung pelatuk. Sisik burung dianggap homolog dengan
sisik pada reptil dan mamalia.[6]

Pada tahap janin, kulit burung mulai berkembang dalam
kondisi mulus. Di kaki, stratum, atau lapisan terluar, kulit
ini dapat terkeratin, menebal dan sisik mulai terbentuk.
Sisik-sisik ini dapat digolongkan dalam;
Cancella – sisik sangat kecil, yang hanya berupa
penebalan serta pengerasan dari kulit, saling bersilang
dengan alur yang dangkal.
Reticula – kecil tapi berbeda, terpisah, berbentuk sisik.
Ditemukan pada permukaan lateral dan medial
metatarsus ayam. Sisik ini terbuat dari alpha-keratin.[7]
Scutella – Sisik yang tidak sebesar scute, seperti yang
ditemukan pada bagian belakang, dari metatarsus ayam.
Scute – sisik terbesar, biasanya ditemukan pada
permukaan bagian depan metatarsus dan permukaan

dorsal jari. Sisik ini terbuat dari beta-keratin seperti pada
sisik reptilia.[7]

Pada beberapa kaki burung, bulu dapat bercampur
dengan sisik. Kantung bulu dapat terletak di antara sisik
atau bahkan langsung di bawah sisik, di lapisan dermis
kulit yang lebih dalam. Dalam kasus terakhir ini, bulu
mungkin muncul secara langsung melalui sisik, dan
sepenuhnya akan dilingkari di bidang munculnya oleh
keratin sisik.[6]
Rampoteka dan Podoteka[sunting]

Paruh pada sebagian besar burung wader memiliki ujung
saraf yang membantu mereka mendeteksi mangsa yang
bersembunyi di bawah pasir yang basah dengan
merasakan perbedaan tekanan yang mendadak di dalam
air.[8]

Semua burung berevolusi dengan memindahkan bagian
rahang atas terhubung dengan tengkorak otak. Namun

hal ini lebih menonjol dalam beberapa burung dan dapat
dengan mudah dideteksi pada burung bayan.[9]

Daerah di antara mata dan paruh di sisi kepala burung
disebut Lore. Daerah ini kadang-kadang berbulu, dan
kulit dapat berwarna, seperti dalam banyak spesies dari
keluarga pecuk.

Selaput bersisik yang melingkupi kaki burung disebut
podoteka.
Sistem pernafasan[sunting]
Udara selalu mengalir dari kanan (posterior) ke kiri
(anterior) melalui paru-paru burung baik pada saat
menghirup atau menghembuskankan nafas.
Keterangan gambar: 1 cervical, 2 clavicular, 3 cranial
thoracic, 4 caudal thoracic, 5 abdominal (5' diverticulus),
6 paru-paru, 7 trakea

Karena laju metabolisme basal yang tinggi diperlukan
untuk terbang, burung memiliki kebutuhan oksigen yang
tinggi. Perkembangan sistem pernapasan yang efisien
memungkinkan evolusi burung untuk terbang. Burung
melakukan pertukaran udara di paru-paru dengan
menggunakan kantung udara.

Kantung udara ini tidak langsung melakukan pertukaran
udara, tapi berlaku seperti ubub yang memindahkan
udara ke sistem pernapasan, memungkinkan paru-paru
menjaga volume udara dalam jumlah yang tetap dengan
udara segar selalu mengalir melewatinya.[1]

Tiga pasangan organ yang menjalankan tugas
pernapasan; Kantung udara anterior (interclavicular,
cervicals, dan anterior thoracics), paru-paru, dan kantung
udara posterior (posterior thoracics dan abdominals).
Kantung udara posterior dan anterior, biasanya sembilan,
mengembang pada saat menghirup nafas. Udara masuk
melalui trakea. Separuh dari udara masuk ke kantung
udara posterior, separuh udara yang lain melewati paru-

paru dan masuk ke kantung udara anterior. Udara dari
kantung udara anterior langsung terbuang melalui trakea
dan keluar melalui hidung. Kantung udara posterior
mengeluarkan udara melalui paru-paru. Udara yang
melewati paru-paru saat burung menghembuskan nafas
dibuang melalui trakea. Beberapa grup taksonomi
(burung pengicau) memiliki 7 kantung udara, karena
kantung udara klavikularis dapat saling behubungan atau
menyatu dengan kantung udara cranial thoracic
Paru-paru burung mendapat udara bersih baik pada saat
menghirup atau menghembuskan nafas.

Karena udara mengalir melalui sistem kantung udara dan
paru-paru, maka tidak pernah terjadi percampuran
antara udara yang kaya oksigen dengan udara yang
miskin oksigen, kaya karbon dioksida, seperti pada paruparu mamalia. Dengan demikian tekanan oksigen dalam
paru-paru burung sama dengan tekanan di udara
terbuka, sehingga burung memiliki pertukaran oksigen
dan karbon dioksida yang lebih efisien dibandingkan
dengan mamalia.

Paru-paru burung tidak memiliki alveolus, sebagai yang
dimiliki paru-paru mamalia, tetapi berisi jutaan bagian
kecil yang dikenal sebagai parabronkhus, terhubung di
kedua ujunnya oleh dorsobronchi dan ventrobronchi.
Udara mengalir melalui dinding sarang lebah dari
parabronkhus ke vesikula udara, yang disebut serambi,
yang menjorok dari parabronkhus. Serambi ini
meningkatkan kapilaritas udara, di mana oksigen dan
karbon dioksida yang bertukar dengan kapilaritas darah
yang mengalir bersilangan melalui proses difusi.[10]

Burung juga tidak memiliki diafragma. Rongga seluruh
tubuh bertindak sebagai penghembus untuk
memindahkan udara melalui paru-paru. Fase aktif
respirasi pada burung adalah menghembuskan nafas,
yang membutuhkan kontraksi otot.

Siring adalah organ yang menghasilkan suara pada
burung, terletak di dasar trakea burung. Seperti pada
laring mamalia, suara yang dihasilkan oleh getaran udara

mengalir melalui organ ini. Siring memungkinkan
beberapa spesies burung untuk menghasilkan vokalisasi
yang sangat kompleks, bahkan meniru ucapan manusia.
Pada beberapa burung penyanyi, siring dapat
menghasilkan lebih dari satu suara pada suatu waktu.
Sistem peredaran darah[sunting]

Burung memiliki jantung dengan empat bilik, yang sama
dengan manusia, kebanyakan mamalia, dan beberapa
reptil (yakni Crocodylia). Adaptasi ini memungkinkan
transportasi nutrisi dan oksigen yang efisien ke seluruh
tubuh, memberikan burung dengan energi untuk terbang
dan mempertahankan aktivitas yang tinggi. Hati
Archilochus colubris berdetak hingga 1200 kali per menit
(sekitar 20 denyut per detik).[11]
Sistem pencernaan[sunting]
sistem pencernaan pada burung.

Banyak burung memiliki kantong otot di sepanjang
kerongkongan disebut tembolok. Fungsi tembolok adalah
sebagai tempat menghaluskan makanan serta mengatur
aliran makanan kedalam sistem pencernaan dengan
menyimpannya sementara. Ukuran dan bentuk tembolok
dari beberapa variasi burung cukup berbeda. Burung dari
ordo columbidae seperti merpati menghasilkan susu
tembolok bergizi yang diumpankan ke anak mereka
dengan regurgitasi. Burung memiliki ventriculus, atau
ampela, terdiri dari empat larik otot yang memutar dan
menghancurkan makanan dengan menggeser makanan
dari satu tempat ke tempat lain di dalam ampela. The
ampela dari beberapa spesies mengandung potongan
kecil pasir atau batu yang sengaja ditelan oleh burung
untuk membantu proses penggilingan pencernaan, yang
berfungsi seperti gigi pada mamalia atau reptil.
Penggunaan batu ampela pada burung memiliki
kesamaan dengan dinosaurus.
Perilaku minum[sunting]

Ada empat cara yang umum dilakukan burung untuk
minum: menggunakan gravitasi, menghisap,

menggunakan lidah, mendapatkan air hanya dari
makanan.

Sebagian besar burung tidak dapat menelan dengan
gerakan peristaltik "mengisap" atau "memompa" di
kerongkongan mereka (seperti yang dilakukan manusia),
dan minum dengan berulang kali mengangkat kepala
mereka setelah mengisi mulut mereka untuk
memungkinkan cairan mengalir oleh gaya gravitasi,
metode yang digambarkan sebagai "menyeruput".[12]
Pengecualian yang tercatat adalah Columbidae, menurut
Konrad Lorenz pada tahun 1939,
"ordo ini dapat dikenali dengan sebuah karakteristik
tingkah laku, yaitu bahwa pada saat minum, air dipompa
oleh gerakan peristaltik dari esophagus yang terjadi
tanpa pengecualian. Satu-satunya kelompok lain yang
menunjukkan tingkah laku yang sama adalah Pteroclidae,
diletakkan dekat dengan merpati hanya karna
karakteristik lama yang tidak diragukan lagi."[13]

Meskipun aturan umum ini masih berlaku, sejak saat itu,
beberapa observasi telah membuat beberapa
pengecualian dari kedua arah.[12][14]

Sebagai tambahan, burung penghisap nektar seperti
Nectariniidae dan Trochilidae minum dengan
menggunakan lidah yang menyerupai palung, dan
Psittacidae minum dengan menjilat air.[12]

Banyak burung laut yang memiliki kelenjar di dekat
matanya yang memungkinkan mereka minum air laut.
Garam yang terkandung dalam air laut akan dikeluarkan
melalui lubang hidung.

Banyak burung gurun pasir mendapat air hanya dari
makanan yang mereka makan. Pembuangan limbah
nitrogen sebagai asam urat mengurangi kebutuhan tubuh
akan air.[15]
Sistem urogenital dan endokrin[sunting]

Anak burung

Meskipun kebanyakan burung jantan tidak mempunyai
alat kelamin di luar, namun burung jantan memiliki dua
testis yang dapat membesar ratusan kali pada saat
musim kawin untuk memproduksi sperma.[16] Testis
burung pada umumnya tidak simetri, dimana kebanyakan
burung memiliki testis sebelah kiri yang lebih besar dari
sebelah kanan.[17] Burung betina pada sebagian besar
famili hanya memiliki sebuah ovarium yang dapat
berfungsi (Ovarium sebelah kiri), terhubung pada saluran
telur - walaupun pada embrio burung betina dapat
ditemukan dua ovarium. Beberapa spesies burung
memiliki dua ovarium yang dapat berfungsi, dan ordo
Apterygiformes selalu memiliki dua oravium.[18][19]

Pada burung jantan dari spesies yang tidak memiliki falus,
sperma disimpan di dalam semen glomera di dalam
tonjolan kloaka sebelum persetubuhan. Pada saat
persetubuhan, burung betina menggerakkan ekornya ke
arah samping, dan burung jantan menunggan burng

betina bisa dari samping atau dari atasnya. Kloaka
kemudian bersentuhan, sehingga sperma dapat masuk ke
dalam sistem reproduksi burung betina. Hal ini bisa
terjadi dengan sangat cepat, bahkan kadang kurang dari
setengah detik.[20]

Sperma disimpan dalam penyimpanan sperda di tubuh
burung betina dalam waktu satu minggu sampai lebih
dari 100 hari,[21] tergantung dari jenis spesiesnya.
Kemudian telur-telur akan di buahi satu per satu saat
telur tersebut keluar dari ovarium, sebelum cangkang
telur mengeras. Setelah telur dikeluarkan oleh burung
betina, embrio terus berkembang di dalam telur di luar
tubuh burung betina.
Seekor Leucophaeus atricilla remaja

Banyak unggas air dan beberapa jenis burung lain seperti
burung unta dan kalkun, memiliki falus. Panjang falus ini
diduga berhubungan dengan kompetisi sperma.[22] Bila
tidak melakukan persetubuhan, falus tersebut

tersembunyi dalam ruang proktodeum dalam kloaka, di
dalam lubang anus.

Setelah telur menetas, induk burung memiliki kepedulian
yang beragam dalam hal penyediaan makanan serta
perlindungan. Burung Precocial sudah dapat mengurus
diri sendiri hanya dalam waktu beberapa saat setelah
menetas, burung altricial pada saat baru menetas tidak
bisa melakukan apapun, buta, tidak berbulu dan
membutuhkan perhatian penuh dari induknya. Anak
ayam dan beberapa burung yang bersarang di tanah
seperti partridge dan wader sering dapat berlari begitu
menetas, burung yang seperti ini dikelompokkan dalam
nidifugous. Sebaliknya, burung yang bersarang di dalam
lubang, sering kali tidak bisa melakukan apapun begitu
menetas.

Beberapa buruns seperti merpati, angsa dan bangau
mahkota merah memiliki pasangan yang tetap sepanjang
hidupnya dan dapat menghasilkan keturunan secara
teratur.

Sistem saraf[sunting]
Lihat pula: Penglihatan burung

Burung memiliki penglihatan yang tajam. Burung
pemangsa memiliki penglihatan delapan kali lebih tajam
dari manusia. Hal ini dikarenakan tingginya densitas
reseptor warna yang ada di dalam retina (sampai
1.000.000 per mm persegi pada elang buteo, sementara
manusia hanya memiliki 200.000 per mm persegi),
sejumlah besar saraf optik, otot mata kedua yang tidak
dimiliki binatang lain, dan, pada beberapa jenis, fovea
yang menjorok yang dapat memperbesar bagian tengah
bidang pandang. Banyak spesies, termasuk kolibri dan
albatros memiliki dua fovea pada masing-masing mata.
Banyak burung yang mampu mendeteksi cahaya yang
terpolarisasi.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124