BAYI TABUNG DALAM PERSPEKTIF ILMU PENGET

BAYI TABUNG DALAM PERSPEKTIF ILMU PENGETAHUAN,
TEKNOLOGI, MORAL DAN AGAMA
Eny Kusumastuti
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang sangat besar.
Manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menggunakan rasa,
karsa dan daya cipta yang dimiliki. Masalah-masalah moral baru sebagai dampak dari
modernisasi dan perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi misalnya belum
lama ini dunia dibuat bertanya-tanya tentang etis tidaknya melakukan cloning terhadap
manusia. Keberhasilan ilmuwan untuk menciptakan di Dolly anak domba hasil cloning dari
sel domba dewasa membuka kemungkinan baru bahwa proses yang kurang lebih sama
dapat diperlakukan juga untuk manusia. Tetapi etiskah melakukan manipulasi atas gen-gen
manusia? Apakah yang secara ilmiah-teknologis mungkin untuk dilakukan juga terhadap
gen manusia? Perlukah juga dilakukan guna melihat sampai berapa jauh manusia mampu
mengembangkan dirinya?
Kemajuan pesat iptek, khususnya dalam bidang biomedis belakangan ini telah
menghadapkan kita pada berbagai pertanyaan etis yang pelik dan memerlukan pemikiran
yang seksama. Selain masalah manipulasi gen-gen manusia, masalah-masalah lain yang
tidak kalah pelik dan belakangan banyak diajukan misalnya bolehkah seorang ibu yang
sendiri tidak bisa mengandung, tetapi sangat ingin memiliki anak, melakukan teknik bayi
tabung? Dalam kaitan ini, bolehkah ada donor sperma ataupun donor sel telur? Bolehkah
seorang wanita menyewakan rahimnya untuk mengandung anak orang lain? Karena sisasisa embrio yang tidak akan ditanam dalam rahim, bisa menimbulkan masalah dalam

penyimpanan, etiskah melakukan pemusnahan embrio?
Untuk menjelaskan permasalahan ini, menggunakan ilmu pengetahuan berdasarkan
sudut pandang ontologi, epistemologi dan aksiologi, moral dan agama sebagai pisau
pembedahnya. Ontologi adalah pembahasan tentang hahekat pengetahuan. Ontologi
membahas pertanyaan-pertanyaan tentang obyek apa yang telah ditelaah pengetahuan?
Adakah obyek tersebut? Bagaimanakah wujud hakikinya? Dapatkah objek tersebut

diketahui manusia dan bagaimana caranya? Bayi tabung dilihat dari sudut ontologi
merupakan hasil temuan dari sebuah ilmu pengetahuan tentang reproduksi.
Epistemologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk
mendapatkan pengetahuan. Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan seperti:
bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan? Bagaimana
prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan
yang benar? Lalu benar itu sendiri apa? Kriterianya apa saja? Metode yang digunakan
dalam proses inseminasi atau pembuatan bayi tabung diterangkan secara rinci dari tahapantahapan yang harus dilakukan dalam epistemologi.
Aksiologi adalah pembahasan mengenai nilai moral pengetahuan. Aksiologi
menjawab pertanyaan-pertanyaan model begini: Untuk apa pengetahuan itu digunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaan pengetahuan tersebut dengan kaidah-kaidah
moral?


Bagaimana

kaitan

antara

metode

pengetahuan

dengan

norma-norma

moral/professional? Kaidah-kaidah moral yang berkaitan dengan hasil ilmu pengetahuan
yang berupa bayi tabung dijabarkan dalam sudut pandang aksiologi.
Proses bayi tabung merupakan sebuah realitas kehidupan sekarang yang disebut das
sein. Dapat dipahami bahwa das sein merupakan peristiwa konkrit yang terjadi. Das Sein
adalah segala sesuatu yang merupakan implementasi dari segala hal yang kejadiannya
diatur oleh das sollen dan mogen. Das Sein berarti keadaan yang sebenarnya pada waktu

sekarang, sedangkan das Sollen berarti apa yang dicita-citakan; apa yang harus ada nanti,
atau untuk singkatnya arti dari keduanya adalah "yang ada dan yang seharusnya".
Keduanya diambil dari bahasa Jerman. Das Sollen adalah segala sesuatu yang
mengharuskan kita untuk berpikir dan bersikap. Contoh: dunia norma, dunia kaidah dsb.
Dapat diartikan bahwa das sollen merupakan kaidah dan norma serta kenyataan normatif
seperti apa yang seharusnya dilakukan. Dalam hal ini, proses bayi tabung apakah sudah
sesuai dengan kaidah dan norma kehidupan kita?
Das Sein adalah sebuah realita yang telah terjadi sedangkan Das Sollen adalah apa
yang sebaiknya dilakukan yaitu sebuah impian dalam dunia utopia yang menjadi keinginan
dan harapan setiap manusia sedangkan Das Sollen merupakan realita yang menimpa

manusia itu sendiri. Hal inilah yang disebut dengan sebuah harapan dan kenyataan. Antara
keduanya tidak selalu se-Variabel, manusia sebagai Makhluk ciptaan Allah yang
sepenuhnya diberi keleluasaan dalam menjalani sebuah pilihan hidupnya sendiri, Tuhan
menjadikan manusia sebagai Khalifah dimuka bumi dalam rangka memberikan kebebasan
memilih hidupnya, kemanakah akan diarahkan hidupnya itu terserah pilihan manusianya
sendiri, kearah kebaikankah yang nantinya janji Allah adalah Surga atau Kearah kebathilan
yang dijanjikannya dengan Neraka.
Bayi Tabung Sebagai Hasil Perkembangan Ilmu dan Teknologi (Das Sein)
Bayi tabung atau pembuahan in vitro yaitu sebuah teknik pembuahan dimana sel

telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Proses pembuahan dilakukan dalam sebuah
tempat khusus sejenis tabung atau cawan petri berisi medium kultur. Tabung tersebut
dikondisikan sedemikian rupa sehingga menyerupai tempat pembuahan yang asli yaitu
rahim wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan
ketika metode lainnya tidak berhasil dengan cara mengendalikan proses ovulasi secara
hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam
sebuah medium cair. Prosesnya mula-mula dengan melakukan pengambilan sel telur dari
wanita yang baru saja mengalami ovulasi (pelepasan sel telur dari indung telur) dengan
menggunakan suatu alat khusus, kemudian sel telur yang diambil tadi dibuahi dengan
sperma yang sudah dipersiapkan dalam tabung yang suasananya dibuat persis seperti dalam
rahim. Hasil pembuahan dipelihara beberapa saat dalam tabung tersebut sampai pada suatu
saat tertentu akan “ditanam” kembali ke dalam rahim wanita tersebut. Selanjutnya
diharapkan embrio akan tumbuh sebagaimana layaknya di dalam rahim wanita dan wanita
tersebut akan mengalami kehamilan dan perkembangan selama kehamilan seperti biasa.
Ada dua metode dalam proses bayi tabung, yaitu konvensional dan injeksi sperma
intra sitoplasma (Intra Cytoplasmic Sperm Injection/ICSI). Dua metode ini dilakukan
dengan berbagai pertimbangan yang berbeda. Metode konvensional dilakukan jika
berdasarkan pertimbangan medis, sel sperma masih dapat berenang dan membuahi sendiri
sel telur. Pada teknik ini pertama dilakukan perangsangan indung telur (superovulasi).


Perangsangan berlangsung 5-6 minggu sampai sel telur dianggap cukup matang untuk
"dipetik". Selanjutnya, sel telur diambil dengan tuntunan alat ultrasonografi melalui vagina.
Ketika sel telur tersebut disimpan dalam inkubator, sperma dikeluarkan, dibersihkan, lalu
diambil sekitar 50.000 - 100.000 sperma. Sperma tersebut disebarkan di sekitar sel telur
dalam sebuah wadah khusus. Dari sinilah kemungkinan nama bayi tabung berasal, karena
pembuahan berlangsung dalam sebuah tabung. Sel telur yang telah dibuahi, ditandai
dengan adanya dua sel inti, segera membelah menjadi embrio. Maksimal empat embrio
yang berkembang ditanamkan ke rahim. Proses selanjutnya tak jauh berbeda dengan
kehamilan biasa. Tingkat keberhasilan metode ini sekitar 15% dan jika pertimbangan teknis
maupun fisiologis tak memungkinkan metode konvensional maka metode ICSI adalah
pilihan terakhir.
Berbeda cara konvensional, pada ICSI hanya dibutuhkan satu sperma dengan
kualitas terbaik. Sperma "jagoan" itu, melalui pipet khusus, akan disuntikkan ke dalam satu
sel telur yang juga terbaik. Sel telur dibuahi oleh satu sel sperma yang disuntikkan oleh
jarum khusus. Sel sperma tak perlu bersusah payah berenang menembus dinding sel telur.
Setelah pembuahan terjadi dan embrio terbentuk, dilakukan "penanaman" dalam rahim.
Dengan teknik ini, keberhasilan bayi tabung meningkat menjadi 30 - 40%, terutama pada
pasangan usia subur.
Bayi Tabung dilihat dari Kacamata Moral dan Agama (Das Sollen)
Dr. Ramon Nadres menegaskan perbedaan antara cinta di dalam dunia manusia dan

cinta di dalam dunia binatang. Baginya cinta manusia amat istimewa, karena disertai
dengan aspek spiritual, dan bukan sekedar biologis, seperti pada hewan. Dimensi spiritual
inilah yang merupakan dasar dari martabat manusia. Hal yang sama juga terjadi soal
hubungan seks. Pada hewan hubungan seks bertujuan untuk reproduksi. Sementara pada
manusia hubungan seks bertujuan untuk mencipta bersama (pro-create). Tidak hanya tubuh
yang berhubungan, tetapi juga jiwanya.
Proses prokreasi ini mempunya dua tujuan dasar. Yang pertama adalah
menghadirkan anak, lalu membentuk keluarga. Yang kedua adalah penyatuan antara pria

dan wanita sebagai simbol dari kedalaman cinta mereka. Inilah esensi dari hubungan
seksual, sebagaimana dinyatakan oleh Nadres.
Dari sudut pandang ini, menurut Nadres, teknik bayi tabung tidak memiliki nilai
moral. Ada tiga alasan. Yang pertama di dalam proses bayi tabung, tidak terjadi hubungan
seksual yang merupakan simbol cinta antara pria dan wanita. Padahal proses hubungan
seksual amatlah penting, dan itu merupakan “bahasa” yang melandasi hubungan antara
suami dan istrinya. Yang kedua di dalam prosedur bayi tabung, hanya satu sperma bertemu
dengan satu ovum, supaya bisa tercipta pembuahan, yang juga disebut sebagai embrio.
Yang kemudian digunakan hanyalah satu embrio saja. Lalu bagaimana dengan embrio
lainnya? Kalau dibuang maka akan terjadi aborsi, karena embrio adalah cikal bakal
manusia yang telah memiliki martabat sama seperti manusia, begitu pendapat Nadres.

Alasan ketiga yaitu jika embrio sisa digunakan untuk penelitian, maka akan terjadi bahaya
eksperimentasi manusia. Padahal embrio memiliki martabat yang sama dengan manusia.
Maka embrio juga harus diperlakukan sama dengan manusia. Dengan ketiga alasan ini,
Nadres ingin menegaskan, bahwa prosedur bayi tabung tidak memiliki nilai moral.
Berkaitan

dengan

adanya

proses

bayi

tabung,

dari

sudut


agama

Majelis menetapkan sebagai berikut: Pertama: Lima perkara berikut ini diharamkan dan
terlarang sama sekali, karena dapat mengakibatkan percampuran nasab dan hilangnya hak
orang

tua

serta

perkara-perkara

lain

yang

dikecam

oleh


syariat.

Sperma yang diambil dari pihak lelaki disemaikan kepada indung telur pihak wanita yang
bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya. Indung telur yang diambil
dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang diambil dari pihak lelaki yang bukan
suaminya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si wanita. Sperma dan indung telur
yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami istri, kemudian dicangkokkan ke
dalam rahim wanita lain yang bersedia mengandung persemaian benih mereka tersebut.
Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim si istri. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut
diambil dari seorang suami dan istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya
yang lain.

Kedua: Dua perkara berikut ini boleh dilakukan jika memang sangat dibutuhkan
dan setelah memastikan keamanan dan keselamatan yang harus dilakukan, sebagai berikut:
Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari istrinya kemudian
disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya. Sperma si suami diambil kemudian
di suntikkan ke dalam saluran rahim istrinya atau langsung ke dalam rahim istrinya untuk
disemaikan. Secara umum beberapa perkara yang sangat perlu diperhatikan dalam masalah
ini adalah aurat vital si wanita harus tetap terjaga (tertutup) demikian juga kemungkinan

kegagalan proses operasi persemaian sperma dan indung telur itu sangat perlu
diperhitungkan. Demikian pula perlu diantisipasi kemungkinan terjadinya pelanggaran
amanah dari orang-orang yang lemah iman di rumah-rumah sakit yang dengan sengaja
mengganti sperma ataupun indung telur supaya operasi tersebut berhasil demi mendapatkan
materi dunia.
Sidang Komisi A dalam Muktamar ke-29 NU, Desember 1994, memfatwakan
haram hukumnya rahim sewaan. Ini sesungguhnya merupakan rangkaian dari fatwa yang
telah dikeluarkan NU tidak lama sebelum Muktamar tentang dibolehkannya bayi tabung
dengan syarat bibit harus berasal dari suami isteri. Apabila telah berhasil terjadi pembuahan
di dalam tabung, maka haram hukumnya sel telur sang isteri yang telah dibuahi oleh
sperma sang suami itu dimasukkan ke dalam rahim perempuan siapapun juga selain ke
dalam rahim isterinya.
Teknologi tidak dapat dipisahkan dari sains, sehingga biasanya dipakai ungkapan
kata-kata sains dan teknologi. Ungkapan Iptek yang biasa dipakai orang tidak begitu kena,
oleh karena Ip sebagai singkatan dari ilmu pengetahuan tidak tegas, mestinya ilmu
pengetahuan alam. Itulah sebabnya saya tidak habis pikir ada fakultas yang bernama MIPA,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, mengapa tidak dipakai singkatan Ipatek
untuk sains dan teknologi? Sains adalah proses penafsiran alam semesta yang dapat
dideteksi oleh pancaindera, biasanya dengan bantuan instrumen, yang kemudian penafsiran
itu harus diujicoba juga dengan bantuan instrumen. Dengan pernyataan seperti di atas itu

kelihatannya menurut apa yang difahami sebagian orang sains itu adalah polos, tanpa nilai.
Atau dengan ungkapan yang lebih canggih: sains itu otonom. Polos atau otonom artinya

tidak memihak. Padahal dengan tidak mau tahu tentang agama di dalam sains, berarti sudah
memihak kepada golongan agnostik itu. Artinya pemahaman bahwa sains itu otonom
sebenarnya adalah pernyataan yang palsu. Karena sains itu tidak bebas nilai, maka
teknologi juga tidak bebas nilai. Lagi pula teknologi itu bertolak dari niat manusia yang
merancangnya, untuk apa teknologi itu dirancang (designed). Dari segi inipun teknologi
tidak bebas nilai.