STRUKTUR DAN PROSES SiSTEM POLITIK INDON

STRUKTUR DAN PROSES SiSTEM
POLITIK INDONESIA
Posted by Neeta Takky
a. Struktur politik di Indonesia
Indonesia menerapkan system pemerintahan demokrasi pancasila, sebagai satu kesatuan di dalam
system politik pancasila. Demokrasi dapat dikatakan sebagai “pemerintahan dari bawah”,
“pemerintahan yang dikendalikan oleh rakyat”, “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat untuk
rakyat” atau pemerintahan oleh banyak orang”. Walaupun tentunya tidak semua rakyat atau
setuiap orang ikut memerintah. Adalah merupakan sesuatu yang mustahil, atau justru merupakan
bentuk anarki (tanpa pemerintahan) jika setriap orang ikut menjalankan kekuasaan.
Sedangkan “struktur politik” adalah tata susunan kelembagaan (lembaga dan organisasi) dalam
kehidupan politik suatu bangsa dan suatu Negara. Struktur politik terdiri dari supra-struktur dan
infra struktur.
Supra-struktur mencakup:
1. Pemerintah
2. Lembaga tinggi Negara
3. Lembaga-lembaga Negara (di pusat dan di daerah) serta aparatur pelaksana pemerintah.
Infra-struktur mencakup saluran organisasi untuk penyaluran aspirasi rakyat, yaitu:
1. Orsospol/parpol (partai-partai politik)
2. Kelompok kepentingan (interest group)
3. Kelompok penekan/pendesak (pressure group)

4. Pendapat umum (public opinion) bersama-sama media massa)
SUPRA-STRUKTUR POLITIK
(tingkat pusat) • Pemerintah (eksekutif) (tingkat pusat) yaitu presiden, perdana menteri, cabinet
(dewan menteri)
• Lembaga tertinggi Negara (MPR) dan lembaga-lembaga tinggi Negara (DPR,DPA,MA,BPK)
(tingkat daerah) • Pemerintah daerah (pemda propinsi dan pemda kabupaten/kota)
• Musyawarah pimpinan daerah (Muspida), pemda propinsi, kabupaten/kota, kodam/korem
koramil, pengadilan tinggi/negeri, kejari
• Badan legislative (DPRD propinsi & DPRD kabupaten/kota)
INFRA STRUKTUR POLITIK
(tingkat pusat) • Partai-partai politik (PPP,PDI, PAN, PKB, dll)
• Kelompok- kelompok kepentingan, misalnya KADIN, KNPI dll)
• Pendapat umum (opini public) dan media massa.
(tingkat daerah) • DPW & DPC partai-partai politik
• Kelompok kepentingan & kelompok penekan di daerah atau pada tingkat daerah.
• Pendapat umum & media massa daerah
Dalam kehidupan politik demokratis, struktur politik ini dapat dibedakan menjadi dua. Yakni
yang bersifat formal dan informal. Struktur formal merupakan mesin politik yang dengan abash

mengidentifikasi segala masalah, menentukan dan melaksanakan segala keputusan yang

mempunyai kekuatan mengikat pada seluruh masyarakat. Dalam system politik, struktur ini
dibedakan atas kekuasaan legislative, eksekutif, yudikatif (menurut ajaran trias politica),
sedangkan struktur informal merupakan struktur yang mampu memperngaruhi cara kerja aparat
masyarakat untuk mengemukakan, menylurkan, menerjemahkan tuntutan, dukungan, dan
masalah tertentu yang berhubungan dengan kepentingan umum. Termasuk dalam struktur
informal ini adalah partai politik, kelompok-kelompok kepentingan, media massa dan lain
sebagainya.
Apakah reformasi telah mengubah struktur dan fungsi-fungsi politik ataukah hanya sedikit saja
terjadi perubahan terhadap struktur dan fungsi politik? Beberapa pengamat mengatakan bahwa
reformasi tidak mengubah sama sekali struktur dan fungsi-fungsi politik. Kritik yang
dikemukakan beberapa pengamat tsb mungkin saja benar, namun, mengabaikan banyak fakta
yang ada selama reformasi yang ditandai oleh setidaknya perubahan undang-undang yang sangat
mendasar, serti undang-undang tentang partai politik, undang-undang tentang kebebasan pers,
pemilihan umum dan sebagainya termasuk amandemen UUD 1945. tentu saja perubahan
semacam ini mempunyai dampak terhadap struktur dan fungsi-fungsi politik meskipun dalam
realitasnya tidak selalu terjadi seperti itu.
Di antara perubahan yang paling nyata adalah semakin menguatnya peran partai politik dalam
melakukan rekrutmen terhadap pemimpin pemimpin politik. Ini jelas berbeda dengan masa orde
baru. Pada masa ini, partai politik hanya mempunyai peranan yang sangat kecil saja dalam
mempengaruhi recruitment pemimpin politik.

b. Proses politik di Indonesia
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai bagaimana politik Indonesia setelah mengalami
reformasi sejak 1988. pada masa orde baru, system politik yang berkembang adalah system
politik otoriter dimana birokrasi dan militer mempunyai peranan penting dalam mengambil
kebijakan dan keputusan politik. Kelompok-kelompok di luar itu tidak dilibatkan dalam proses
pengambilan kebijakan di tingkat pusat. System politik otoriter yang didominasi oleh birokrasi
dan militer ini mempunyai dampak terhadap bagaimana system politik bekerja. Inputs system
politik sebagian besar berasal dari birokrasi dan militer. Dan hanya sedikit bahkan hamper tidak
ada sama sekali input-input yang berasal dari kelompok-kelompok di luar militer dan birokrasi.
Dalam konteks ini, tentu saja inputs system system politik yang berasal dari keluarga cendana
dan kroni-kroninya tidak bisa dikesampingkan. Ini berarti juga kebijakan yang diformulasikan
oleh system politik akhirnya hanya akan merefleksikan kepentingan kelompok-kelompok tadi.
Sebagaimana dikemukakan winters dan telah dikutip sebelumnya, pembangunan ekonomi yang
dilakukan orde baru telah mendatangkan kekayaan yang luar biasa bagi segelintir orang terutama
keluarga presiden dan orang-orang terdekatnya di tengah-tengah kemikinan yang merajalela.
Pernyataan winters ini menjadi cermin bagaimana system politik pada masa orde baru pada
dasarnya hnya di orientasikan untuk melayani kepentingan rezim, presiden, dan orang-orang
terdekatnya, militer dan birokrasi. Massa rakyat yang jumlahnya sangat besdar hanya menjadi
kelompok marginal diri soeharto.
Dalam konteks reformasi, pe rtanyaannya adalah apakah system politik sejak reformasi diglirkan

tahun 1998 mengalami perubahan? Dengan lain perkataan., apakah perubahan-perubahan
struktur politik demokrasi juga berdampak pada kinerja system politik dalam memproses inputinput politik menjadi kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik yang berorientasi
kepada kepentingan masyarakat luas? Atau sebaliknya, perubahan-perubahan struktur politik

demokrasi tersebut tidak mempunyai implikasi pada kinerjanya sebagai akibat, misalnya tiddak
berubahnya budaya politik sebagaiaman disinyalir oleh soetandyo wignosoebroto, struktur
politiknya mengalami perubahan, tetapi tidak pada budaya politiknya sehingga nilai-nilai
demokrasi tidak berakar dengan baik karena adopsi system politik hanya menyentuh pada
dimensi strukut dan fungsi-fungsi politiknya. Padahal konstitusi bukanlah sekedar preskripsipreskripsi, apalagi hanya dokumen melainkan suatu komitmen, keberpihakan, dan makna-makna
yang hidup dalam sepanjang perjalanan sejarah.
Kenyataan di atas dapat dilihat pada system politik Indonesia dewasa ini. Konstitusi dan undangundang telah banyak mencerminkan kehendak demokratis, tetapi sayangnya struktur demokrasi
tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK-EKONOMI INDONESIA ERA ORDE BARU
6:58 PM

ulul albab
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG BERDIRINYA ORDE BARU

Orde baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan presiden Soeharto di Indonesia. Orde baru
menggantikan orde lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde baru berlangsung dari
tahun 1966 hingga 1998 dalam jangka waktu tersebut perkembangan ekonomi indonesia berkembang
pesat walaupun pada saat itu terjadi persamaan praktek korupsi yang merajalela dinegara ini. Sebagai
masa yang menandai sebuah masa baru setelah pemberontakan PKI tahun 1965.
Beberapa hal hal yang melatarbelakangi berdirinya orde baru:
1. Terjadinya peristiwa gerakan 30 September 1965.
2. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa gerakan 30 September 1965 dan
3.

ditambahnya dengan adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsung lama.
Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkan upaya
pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga barang bakar menyebabkan timbulnya

4.

keresahan masyarakat.
Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan besar-besaran yang
dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan demokrasi menuntut agar PKI beserta organisasi masanya


dibubarkan serta tokoh-tokohnya di adili..
5. Kesatuan aksi (KAMI, KAPI, KPPI, KASI dsb) yang ada dimasyarakat akan bergabung membentuk kesatuan
aksi berupa “Front Pancasila” yang selanjutnya lebih dikenal dengan “Angkatan 66” untuk
menghancurkan tokoh yang terlibat dalam gerakan 30 September 1965. Kesatuan aksi “Front Pancasila”
pada 10 Januari 1966 didepan gedung DPR mengajukan tuntutan yang dikenal dengan TRITURA (tri
tuntutan rakyat) berisi :
1) Pembubaran PKI beserta organisasi massanya
2) Pembersihan kabinet Dwikora
3 Penurunan harga-harga barang

6. Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan pembentuk kabinet seratus menteri tidak
juga memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap kabinet tersebut duduk tokoh-tokoh yang terlibat
dalam peristiwa gerakan 30 September 1965. Wibawa dan kekuasaan presiden Soekarno semakin
menurun setelah upaya mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam gerakan 30 September 1965 tidak
berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk mahkamah militer luar biasa (Mahmilub).
7. Sidang paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang sedang bergejolak tak juga
berhasil, maka presiden mengeluarkan surat pemerintah 11 Maret 1966 (supersemar) yang ditunjukan
bagi Letjen Soeharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaan keadaan
negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan.
Setelah dikelurkan Supersemar maka mulailah dilakukan penataan pada kehidupan berbangsa

dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.Penataan dilakukan didalam lingkungan lembaga
tertinggi negara dan pemerintahan. Dikeluarkannya Supersemar berdampak semakin besarnya
kepercayaan rakyat kepada pemerintah karena Suharto berhasil memulihkan keamanan dan
membubarkan PKI. Munculnya konflik dualisme kepemimpinan nasional di Indonesia.

Hal ini disebabkan karena saat itu Soekarno masih berkuasa sebagai presiden sementara Soeharto
menjadi pelaksana pemerintahan. Konflik Dualisme inilah yang membawa Suharto mencapai
puncak kekuasaannya

karena

akhirnya

Sukarno

mengundurkan

diri

dan


menyerahkan

kekuasaan pemerintahan kepada Suharto.Pada tanggal 23 Februari 1967, MPRS menyelenggarakan
sidang istimewa untuk mengukuhkan pengunduran diri Presiden Sukarno dan mengangkat Suharto
sebagai

pejabatPresiden

RI.

Dengan

Tap

MPRS

No.

XXXIII/1967


MPRS

mencabut

kekuasaan pemerintahan negara dan menarik kembali mandat MPRS dari Presiden Sukarno .Tanggal
12Maret 1967 Jendral Suharto dilantik sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia. Peristiwa ini
menandai berakhirnya kekuasaan Orde Lama dan dimulainya kekuasaan Orde Baru. Pada Sidang Umum
bulan Maret 1968 MPRS mengangkat Jendral Suharto sebagai Presiden Republik Indonesia.

PEMBAHASAN

A. STRUKTUR POLITIK

Presiden Soeharto memulai orde baru dalam dunia politik indonesia dan secara dramatis
mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh soekarno sampai akhir
jabatannya. Orde baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan
menempuh kebijaksanaannya melalui struktur administratifnya yang didominasi militer, DPR, dan MPR
tidak berfungsi efektif. Anggotanya juga seringkali dipilih dari kalangan militer khususnya mereka yang
dekat dengan cendana.dan hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat kurang di dengar pusat.

Jenderal Soeharto sebagai pemimpin utama orde baru yang menjabat ketua presidium kabinet
ampera, pada tanggal 19 April 1969 telah memberikan uraian mengenai hakekat orde baru yaitu sebagai
berikut “Orde baru adalah tatanan seluruh perkehidupan rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia
yang diletakkan kepada kemurnian pelaksanan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dilihat dari
proses lahirnya cita-cita mewujudkan orde baru itu merupakan suatu reaksi dan koreksi prinsipil
terhadap praktek-praktek penyelewengan yang telah terjadi pada pada waktu-waktu yang lampau yang
disebut dengan orde lama. Orde baru hadir dengan semangat “koreksi total” atas penyimpangan yang
dilakukan oleh Soekarno pada masa orde lama. Jadi oleh karena itu pengertian orde baru yang
terpenting ialah suatu orde yang mempunyai sikap dan tekat mental dan iktikhad baik yang mendalam
untuk mengabdi kepada rakyat, mengabdi kepada kepentingan nasional yang dilandasi oleh falsafah
Pancasila

dan

yang

menjunjung

tinggi


azas

dan

sendi

undang-undang

dasar

1945.

Landasan-landasan orde baru antara lain :
1. Landasan idiil
Falsafah dan ideologi negara pancasila
2. Landasan konstitusional
Undang-undang dasar 1945 dan adapun landasan situasional adalah landasan-landasan yang dipakai
sampai terbentuknya pemerintahan baru sesudah pemilihan umum.
 Pembubaran PKI dan Organisasi masanya
Dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, serta stabilitas pemerintahan, Soeharto sebagai
pengemban Supersemar telah mengeluarkan kebijakan:
 Membubarkan PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan Ketetapan MPRS No

IX/MPRS/1966
 Menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia

 Pada tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan 30

September 1965.
 Penyederhanaan Partai Politik
Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama pada masa Orde Baru
pemerintahan pemerintah melakukan penyederhanaan dan penggabungan (fusi) partai- partai politik
menjadi tiga kekuatan sosial politik. Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak didasarkan pada
kesamaan ideologi, tetapi lebih atas persamaan program. Tiga kekuatan sosial politik itu adalah:
 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari NU, Parmusi, PSII, dan PERTI
 Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI,

dan Parkindo
 Golongan Karya

 Pemilihan Umum
Selama masa Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan enam kali pemilihan umum, yaitu
tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Dalam setiap Pemilu yang diselenggarakan selama masa
pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu memperoleh mayoritas suara dan memenangkan Pemilu. Pada
Pemilu 1997 yang merupakan pemilu terakhir masa pemerintahan Orde Baru, Golkar memperoleh
74,51 % dengan perolehan 325 kursi di DPR dan PPP memperoleh 5,43 % dengan perolehan 27 kursi.
Sedangkan PDI mengalami kemorosotan perolehan suara dengan hanya mendapat 11 kursi di DPR. Hal
disebabkan adanya konflik intern di tubuh partai berkepala banteng tersebut. PDI akhirnya pecah
menjadi PDI Suryadi dan PDI Megawati Soekarno Putri yang sekarang menjadi PDIP. Penyelenggaraan
Pemilu yang teratur selama masa pemerintahan Orde Baru telah menimbulkan kesan bahwa demokrasi
di Indonesia telah berjalan dengan baik Apalagi Pemilu berlangsung dengan asas LUBER (langsung,
umum, bebas, dan rahasia). Namun dalam kenyataannya, Pemilu diarahkan untuk kemenangan salah
satu kontestan Pemilu saja yaitu Golkar. Kemenangan Golkar yang selalu mencolok sejak Pemilu 1971
sampai dengan Pemilu 1997 menguntungkan pemerintah yang perimbangan suara di MPR dan DPR
didominasi oleh Golkar. Keadaan ini telah memungkinkan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia
selama enam periode, karena pada masa Orde Baru presiden dipilih oleh anggota MPR. Selain itu setiap

pertanggungjawaban, rancangan Undang-undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat
persetujuan MPR dan DPR tanpa catatan.

 Peran Ganda (Dwi Fungsi) ABRI
Di masa Orde Baru, ABRI menjadi institusi paling penting di Indonesia. Selain menjadi angkatan
bersenjata, ABRI juga memegang fungsi politik, menjadikannya organisasi politik terbesar di negara.
Peran ganda ABRI ini kemudian terkenal dengan sebutan Dwi Fungsi ABRI. Timbulnya pemberian peran
ganda pada ABRI karena adanya pemikiran bahwa TNI adalah tentara pejuang dan pejuang tentara.
Kedudukan TNI dan POLRI dalam pemerintahan adalah sama. di MPR dan DPR mereka mendapat jatah
kursi dengan cara pengangkatan tanpa melalui Pemilu. Pertimbangan pengangkatan anggota MPR/DPR
dari ABRI didasarkan pada fungsinya sebagai stabilitator dan dinamisator. Peran dinamisator sebenarnya
telah diperankan ABRI sejak zaman Perang Kemerdekaan. Waktu itu Jenderal Soedirman telah
melakukannya dengan meneruskan perjuangan, walaupun pemimpin pemerintahan telah ditahan
Belanda. Demikian juga halnya yang dilakukan Soeharto ketika menyelamatkan bangsa dari perpecahan
setelah G 30 S/PKI, yang melahirkankan Orde Baru.
Sistem ini memancing kontroversi di tubuh ABRI sendiri. Banyak perwira, khususnya mereka yang
berusia muda, menganggap bahwa sistem ini mengurangi profesionalitas ABRI. Masuknya pendidikan
sosial dan politik dalam akademi militer mengakibatkan waktu mempelajari strategi militer berkurang.
Secara kekuatan, ABRI juga menjadi lemah dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya. Saat itu,
hanya ada 533.000 prajurit ABRI, termasuk Polisi yang kala itu masih menjadi bagian dari ABRI. Angka ini,
yang hanya mencakup 0,15 persen dari total populasi, sangat kecil dibanding Singapura (2,06%), Thailand
(0,46%), dan Malaysia (0,68%). [16] Pendanaan yang didapatkan ABRI pun tak kalah kecil, hanya sekitar
1,96% dari total PDB, sementara angkatan bersenjata Singapura mendapatkan 5,48% dan Thailand
3,26%.Selain itu, peralatan dan perlengkapan yang dimiliki juga sedikit; ABRI hanya memiliki 100 tank
besar dan 160 tank ringan.

 Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)

Pada tanggal 12 April 1976 Presiden Soeharto mengemukakan gagasan mengenai pedoman
untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila, yang terkenal dengan nama Ekaprasatya Pancakarsa
atau Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Untuk mendukung pelaksanaan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen, maka sejak tahun 1978
pemerintah menyelenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat.
Penataran P4 ini bertujuan membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila, sehingga
dengan adanya pemahaman yang sama terhadap Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 diharapkan
persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan tersebut opini
rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru. Sehingga sejak tahun
1985 pemerintah menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi. Semua
bentuk organisasi tidak boleh menggunakan asasnya selain Pancasila. Menolak Pancasila sebagai sebagai
asas tunggal merupakan pengkhianatan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan
demikian Penataran P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi ideologi, dan Pancasila menjadi bagian dari
sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia. Pancasila merupakan
prestasi tertinggi Orde Baru, dan oleh karenanya maka semua prestasi lainnya dikaitkan dengan nama
Pancasila. Mulai dari sistem ekonomi Pancasila, pers Pancasila, hubungan industri Pancasila, demokrasi
Pancasila, dan sebagainya. Pancasila dianggap memiliki kesakralan (kesaktian) yang tidak boleh
diperdebatkan.

 Hubungan antarLembaga Negara
Hubungan antar lembaga politik merupakan hubungan yang akan menciptakan suatu proses
pemerintahan yang baik. Hubungan akan baik jika antar lembaga Negara mengerti tugas dan peran
masing-masing dalam pemerintahan.hubungan antar lembaga Negara Indonesia adalah keseimbangan
dalam lembaga eksekutif , legeslatif, yudikatif. Masa orde baru hubungan dan kedudukan antara
eksekutif dan legeslatif dalam sistem UUD 1945, sebetulnya telah diatur, kedua lembaga tersebut sama
akan kedudukannya. Pemerintahan pada masa orde baru, kekuasaan eksekutif lebih dominan terhadap
semua aspek kehidupan pemerintahan dalam negara kita. Dominasi kekuasaan eksekutif mendapat
legimilitasi konstitusional, karena dalam penjelasan umum UUD 1945 bahwa presiden adalah pemegang
kekuasaan pemerintahan tertinggi dibawah majelis. Presiden juga memiliki kekuasaan diplomatik.
Kekuasaan pada masa orde baru pada presiden begitu besar sehingga presiden Soeharto bisa menjabat
presiden seumur hidup. DPR sebagai lembaga pengawasan tidak berjalan secara efektif.

 Pembentukan kabinet pembangunan
Kabinet ini awal l pada peralihan kekuasaan (28 Juli 1966) adalah kabinet ampera dengan tugas
yang terkenal dengan nama dwi darma kabinet ampera yaitu untuk menciptakan stabilitas politik dan
ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksenakan pembangunan nasional. Kabinet pembangunan pada
tahun

1968

dalam

sidang

MPRS

ada

tugas

lain

pula

yang

disebut

pancakrida.

 SISTEM KELEMBAGAAN NEGARA
Sistem merupakan kumpulan bagian-bagian pemerintahan yang tersusun secara sistematis dan
fungsional untuk mencapai suatu tujuan. Bagian-bagian dari lembaga negara terdiri dari berbagai tugas
dan kewajiban untuk saling melengkapi, dalam proses kelembagaan negara Indonesia. Sistem lembaga
negara ialah:
1. Indonesia adalah Negara hukum
Negara Indonesia berdasar hukum (rechsstaat), tidak berdasarkan atas kekuassaan belaka (machtsaat).
Negara di dalamnya terdiri dari lembaga-lembaga Negara melaksanakan tugasnya berdasarkan hukum.
2.

Sistem Konstitusional
Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi atau hukum dasar. Sistem ini memberi ketegasan akan
pengendalian pemerintahan negara yang dibatasi oleh ketentuan-ketentuan.
3. Kekuasaan Negara tertinggi adalah MPR
Kedaulatan rakyat di pegang oleh MPR sebagai penjelmaan seluruh rakyat. Tugas MPR, yaitu :
· Menetapkan Undang-Undang Dasar
· Menetapkan GBHN
· Mengangkat kepala Negara dan wakilnya
4. Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan negara tertinggi menurut UUD

Presiden dalam menjalankan pemerintahan, tanggung jawab penuh ada ditangan presiden. Presiden
tidak hanya dilantik dari majelis dan juga melaksanakan kebijakan dari GBHN ataupun ketetapan MPR.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Kedudukan presiden degan DPR dan presiden membentuk undang-undang dan APBN. Presiden bekerja
sama dengan DPR, presiden tidak bertanggung jawab kepada dewan. Presiden juga tidak bisa
membubarkan DPR.
6. Menteri Negara
Presiden memilih, mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri Negara. Menteri tidak
bertanggung jawab kepada DPR dan kedudukannya tidak tergantung dari dewan, tapi tanggung jawab
kepada presiden.
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak-terbatas.
8. Dewan Perwakilan Rakyat.

 Penataan Politik Luar Negeri
Pada masa Orde Baru, politik luar negeri Indonesia diupayakan kembali kepada jalurnya yaitu
politik luar negeri yang bebas aktif. Untuk itu maka MPR mengeluarkan sejumlah ketetapan yang
menjadi landasan politik luar negeri Indonesia. Dimana politik luar negeri Indonesia harus berdasarkan
kepentingan nasional, seperti permbangunan nasional, kemakmuran rakyat, kebenaran, serta keadilan.
1. Kembali menjadi anggota PBB
Indonesia kembali menjadi anggota PBB dikarenakan adanya desakan dari komisi bidang
pertahanan keamanan dan luar negeri DPR GR terhadap pemerintah Indonesia. Pada tanggal 3 Juni 1966
akhirnya disepakati bahwa Indonesia harus kembali menjadi anggota PBB dan badan-badan
internasional lainnya dalam rangka menjawab kepentingan nasional yang semakin mendesak. Keputusan
untuk kembali ini dikarenakan Indonesia sadar bahwa ada banyak manfaat yang diperoleh Indonesia
selama menjadi anggota PBB pada tahun 1950-1964. Indonesia secara resmi akhirnya kembali menjadi
anggota PBB sejak tanggal 28 Desember 1966.

2. Normalisasi hubungan dengan beberapa Negara
· Pemulihan hubungan dengan Singapura
Sebelum pemulihan hubungan dengan Malaysia Indonesia telah memulihkan hubungan dengan
Singapura dengan perantaraan Habibur Rachman (Dubes Pakistan untuk Myanmar). Pemerintah
Indonesia menyampikan nota pengakuan terhadap Republik Singapura pada tanggal 2 Juni 1966 yang
disampaikan pada Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Akhirnya pemerintah Singapura pun menyampikan
nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatik.

· Pemulihan hubungan dengan Malaysia
Normalisasi hubungan Indonesia dan Malaysia dimulai dengan diadakan perundingan di Bangkok
pada 29 Mei-1 Juni 1966 yang menghasilkan perjanjian Bangkok, yang berisi:
 Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah mereka ambil mengenai
kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.
 Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatik.
 Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan. Peresmian persetujuan pemulihan
hubungan Indonesia-Malaysia oleh Adam Malik dan Tun Abdul Razak dilakukan di Jakarta tanggal 11
Agustus 1966 dan ditandatangani persetujuan Jakarta (Jakarta Accord). Hal ini dilanjutkan dengan
penempatan perwakilan pemerintahan di masing-masing negara..



Pendirian ASEAN (Association of South-East Asian Nations)
Indonesia menjadi pemrakarsa didirikannya organisasi ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967. Latar
belakang didirikan Organisasi ASEAN adalah adanya kebutuhan untuk menjalin hubungan kerja sama
dengan negara-negara secara regional dengan negara-negara yang ada di kawasan Asia Tenggara. Tujuan
awal didirikan ASEAN adalah untuk membendung perluasan paham komunisme setelah negara komunis
Vietnam menyerang Kamboja. Hubungan kerjasama yang terjalin adalah dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, dan budaya. Adapun negara yang tergabung dalam ASEAN adalah Indonesia, Thailand, Malaysia,
Singapura, dan Filipina.



Integrasi Timor-Timur ke Wilayah Indonesia
Timor- Timur merupakan wilayah koloni Portugis sejak abad ke-16 tapi kurang diperhatikan oleh
pemerintah pusat di Portugis sebab jarak yang cukup jauh. Tahun 1975 terjadi kekacauan politik di
Timor-Timur antar partai politik yang tidak terselesaikan sementara itu pemerintah Portugis memilih
untuk meninggalkan Timor-Timur. Kekacauan tersebut membuat sebagian masyarakat Timor-Timur yang
diwakili para pemimpin partai politik memilih untuk menjadi bagian Republik Indonesia yang disambut
baik oleh pemerintah Indonesia. Secara resmi akhirnya Timor-Timur menjadi bagian Indonesia pada
bulan Juli 1976 dan dijadikan provinsi ke-27. Tetapi ada juga partai politik yang tidak setuju menjadi
bagian Indonesia ialah partai Fretilin. Hingga akhirnya tahun 1999 masa pemerintahan Presiden Habibie
melakukan jajak pendapat untuk menentukan status Timor-Timur. Berdasarkan jajak pendapat tersebut
maka Timor-Timur secara resmi keluar dari Negara Kesatuan republik Indonesia dan membentuk negara
tersendiri dengan nama Republik Demokrasi Timor Lorosae atau Timur Leste.

B. STRUKTUR EKONOMI
1. Pelita I

Dilaksanakan mulai 1 April 1969 sampai 31 Maret 1974. Tujuan Pelita I adalah untuk
meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahaptahap berikutnya. Sasaran yang hendak dicapai ialah pangan, sandang, perbaikkan prasarana,
perumahan rakyat (papan), perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita I lebih
menekankan pada pembangunan bidang pertanian. Hal ini disebabkan, karena sebagian besar penduduk
Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.
Pelita I telah mencapai hasil yang cukup memuaskan di beberapa bidang, yang ditunjukkan oleh
beberapa indicator sebagai berikut.
1) Bidang Pertanian, produksi beras mengalami kenaikan rata-rata hinggal 4% setahun.
2) Bidang Industri, terutama sektor industri pupuk, semen, dan tekstil.
3) Bidang Perhubungan, khususnya perbaikan jalan yang menunjukkan hasil cukup memuaskan.

4) Bidang Kelistrikkan, yang ditandai dengan berhasilnya pembangunan pusat-pusat tenaga listrik seperti
contoh : PLTA Karangkates, Riam Kanan, Selorejo, serta pembangunan PLTU di Tanjung Priok dan
Ujungpandang.
5) Bidang Pendidikan, yang ditandai dengan indicator sebagai berikut.
*) Pembagian 63,5 juta buku bagi guru dan murid,
*) pembangunan 6000 gedung SD,
*) mengangkat 57.740 guru,
*) pembangunan pusat-pusat pelatihan teknik,
*) merehabilitasi sekolah-sekolah kejuruan, dan
*) penataran tenaga-tenaga pengajar.
Peningkatan di berbagai sektor pembangunan merupakan indikasi semakin baiknya kondisi
ekonomi masyarakat jika dibandingkan dengan kondisi ekonomi masa Orde Lama. Pemerintah juga
memberikan penghargaan kepada daerah yang berhasil dalam pembangunan dengan menganugerahkan
Parasamya Purnakarya Nugraha. Anugerah tersebut merupakan penghargaan tertinggi yang dicapai oleh
suatu daerah dalam perihal pembangunan.
Seiring dengan pelaksanaan Pelita I, pada tanggal 12 hingga 25 Maret 1973, MPR hasil Pemilu
1971 melangsungkan Sidang Umum MPR. Dalam Sidang Umum tersebut, MPR berhasil menetapkan
GBHN berdasarkan Ketetapan No. IV/MPR/1973. Di samping itu, MPR juga mengangkat Soeharto
kembali sebagai Presiden RI/Mandatris MPR berdasarkan Ketetapan No. IX/MPRS/1973 dan Sri Sultan
Hamengkubuwono IX sebagai wakil presiden berdasarkan Ketetapan No.XI/MPRS/1973. Keduanya
dilantik pada tanggal 25 Maret 1973.
Pada tanggal 27 Maret 1973, di Istana Negara Presiden Soeharto kemudian mengumumkan
susunan kabinet baru. Kabinet tersebut terdiri dari 17 menteri yang memimpin departemen dan lima
menteri negara.

2. Pelita II
Pelita II dilaksanakan mulai 1 April 1974. Sasaran utama Pelita II, yaitu tersedianya pangan,
sandang, perumahan (papan), sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas
kesempatan kerja.
Pelita II berdampak pada kehidupan masyarakat. Keseluruhan kegiatan Pelita II berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% setahun. Di bidang pengairan telah berhasil
diperbaiki dan disempurnakan kira-kira 00.000 hektar. Di samping perbaikan dan penyempurnaan juga
dibangun jaringan irigasi kurang lebih 500.000 hektar dan pengaturan serta pengembangan sungai dan
rawa kurang lebih 600 hektar.
Di bidang industri terjadi kenaikan produksi kerajinan rakyat, industri kecil, industri menengah,
dan industri besar. Produksi tekstil meningkat dari 900 juta menjadi 1,3 juta meter. Produksi semen
memperlihatkan kenaikan yang mencolok dari 900 ribu ton menjadi 5 juta ton.
Di bidang perhubungan tercatat rehabilitasi jalan sepanjang 8000 km dan jembatan 21.000 meter.
Di samping itu selesai dibangun pula jalan baru sepanjang 850 km dan jembatan baru sekitar 6.500 km.
Setahun sebelum Pelita II berakhir, telah terbentuk MPR hasil Pemilu 1977. Pada tanggal 11
sampai dengan 23 Maret 1978, MPR menyelenggarakan sidang umum. Dalam sidang tersebut, Soeharto
diangkat kembali menjadi Presiden Republik Indonesia dan Adam Malik sebagai wakil presiden. Setelah
diambil sumpahnya, Presiden Soeharto beberapa hari kemudian mengumumkan susunan Kabinet
Pembangunan III.

3. Pelita III
Pelita III dimulai pada 1 April 1979 sampai 31 Maret 1984. Pelita III ini menekankan pada Trilogi
Pembangunan. Asas-asas pemerataan ini dituangkan dalam berbagai langkah dan kegiatan, antara lain
melalui delapan jalur pemerataan, yang meliputi aspek-aspek pemerataan sebagai berikut.
1) Pemerataan pemenuhan kebutuhan rakyat banyak khususnya pangan, sandang, dan perumahan (papan).

2) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3) Pemerataan pembagian pendapatan.
4) Pemerataan kesempatan kerja.
5) Pemerataan kesempatan berusaha.
6) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum
wanita.
7) Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
8) Pemerataan memperoleh keadilan.
Setahun sebelum berakhirnya Pelita III, Pemilu 1982 telah menghasilkan MPR RI baru. Lembaga
ini mengadakan Sidang Umum MPR RI pada tanggal 1 hingga 11 Maret 1983. Dalam Sidang Umum
tersebut, Soeharto terpilih kembali sebagai presiden dan Umar Wirahadikusuma sebagai wakilnya.
Beberapa hari kemudian dibentuklah Kabinet Pembangunan IV.

4. Pelita IV
Pelita IV dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 – 31 Maret 1989. Pada Pelita IV ini, pemerintah
lebih menitikberatkan sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang
dapat menghasilkan mesin industri sendiri.
Adapun hasil-hasil yang dicapai hingga akhir Pelita IV adalah sebagai berikut.
1) Swasembada Pangan

Presiden Soeharto saat menghadiri acara 'Panen Raya' sebagai simbol dari keberhasilan
swasembada pangan.

Presiden Soeharto ketika menerima penghargaan dari FAo atas keberhasilan bangsa Indonesia di
dalam swasembada pangan.

Kecukupan pangan, tempat tinggal yang nyaman, dan jumlah keluarga yang terencana merupakan
factor penting untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Ketiga hal ini menjadi focus perhatian
pemerintah Orde Baru.

Sebagai bangsa agraris yang mayoritas masyarakatnya hidup dan bekerja di bidang pertanian,
maka pembangunan di sektor ini mendapat perhatian utama. Kerja keras dalam bidang pertanian sejak
Pelita I (1969), membuat Indonesia mampu meningkatkan hasil pertanian dan memperbaiki kehidupan
petani. Kerja keras para petani ini berhasil meningkatkan produksi beras dari hanya 12,2 juta ton pada
tahun 1969 menjadi lebih dari 25,8 juta ton pada tahun 1984. Hasilnya, pada tahun 1984, Indonesia
berhasil mencapai swasembada beras yang merupakan kebutuhan pokok penduduk.
Keberhasilan ini mempunyai nilai yang spektakuler, karena mengubah Indonesia dari negara
pengimpor beras terbesar di dunia menjadi negara swasembada. Kesuksesan ini pula yang membuat
Indonesia mendapatkan penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia). Presiden
Soeharto pun diundang untuk berpidato di depan konferensi ke-23 FAO di Roma, Italia, pada tanggal 14
November 1985.
Dalam kesempatan berpidato tersebut, Presiden Soeharto menyampaikan pernyataan penting
yang ditujukan kepada negara-negara maju anggota FAO. Beliau mengatakan, bahwa selain bantuan
pangan yang paling penting adalah kelancaran ekspor komoditi pertanian dari negara-negara yang
sedang membangun ke negara-negara industri maju. Ekspor pertanian bukan semata-mata untuk
meningkatkan devisa, tetapi lebih dari itu, untuk memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan
pendapatan petani.

2) Keluarga Berencana
Menurut Presiden Soeharto, kenaikan produksi pangan yang besar tidak akan banyak artinya jika
pertambahan jumlah penduduk tidak terkendali. Karena itu pelaksanaan program Keluarga Berencana
(KB) merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Program KB
dikoordinasikan oleh BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) yang dibentuk tahun 1970.
Program ini semula memang ditentang secara luas, namun belakangan mendapat dukungan dari para
pemuka agama. KB bukan lagi sebuah program yang ditekankan oleh pemerintah, tetapi menjadi popular
di kalangan keluarga dan dilaksanakan atas kesadaran diri sendiri.
Strategi yang diterapkan dalam Program Kependudukan dan Keluarga Berencana adalah
tercapainya jumlah penduduk yang serasi dengan laju pembangunan. Program KB telah berhasil

menekan laju pertumbuhan jumlah penduduk secara nyata serta meningkatkan kesejahteraan penduduk
Indonesia.
Selain itu, perhatian Orde Baru terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dilakukan
secara terus-menerus. Program imunisasi polio dengan memberikan vaksin kepada bayi dan anak-anak
balita di seluruh Indonesia merupakan wujud pemerintah dalam menciptakan kesehatan. Melalui
program imunisasi ini, Indonesia waktu itu dinyatakan bebas polio.
Presiden Soeharto dan jajaran BKKBN yang dipimpin oleh Haryono Suyono, telah berhasil
mengubah persepsi “banyak anak banyak rezeki” menjadi “keluarga kecil bahagia”. Pandangan hidup ini
menjadi begitu mendarah daging dalam masyarakat, baik bagi yang sudah menikah maupun belum
menikah. Atas keberhasilan pelaksanaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana, Presiden
Soeharto pun akhirnya memperoleh penghargaan tertinggi PBB di bidang kependudukan.

3) Rumah untuk Keluarga

Presiden Soeharto ketika sedang meninjau pabrik yang nantinya akan menciptakan rumah-rumah murah
untuk keluarga.

Program pembangunan perumahan sangat penting bagi kehidupan rakyat, karena bukan sekedar
tempat tinggal, tetapi juga tempat pembentukan watak dan jiwa melalui kehidupan keluarga. Untuk
memantapkan program tersebut, pemerintah membentuk Badan Kebijaksanaan Perumahan Nasional
(BKPN) pada bulan Mei 1972. Sebagai badan pelaksana, kemudian dibentuk Perum Pembangunan
Rumah Nasional.
Pada Pelita II sudah mulai diperkenalkan sistem pembiayaan pembelian rumah melalui fasilitas
Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Adapun pada Pelita III, pembangunan perumahan yang terjangkau
masyarakat berpenghasilan rendah terus ditingkatkan.
Secara kuantitatif dan kualitatif, pembangunan perumahan terus meningkat dari waktu ke waktu.
Pada Pelita IV, secara kualitatif ditingkatkan pengembangan program perumahan dan pemukiman di
daerah perkotaan. Program tersebut meliputi perintisan perbaikan lingkungan perumahan kota di 400
lokasi kota, perintisan peremajaan kota di beberapa kota besar, dan pengembangan kota serta pusatpusat pertumbuhan baru.
Pada tahun 1987, diadakan pemilu yang menghasilkan terbentuknya MPR-RI yang baru. Pada
tanggal 1 sampai 11 Maret 1988, MPR menyelenggarakan sidang umum. Dalam Sidang Umum tersebut,
disamping menetapkan GBHN berdasarkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1988, juga telah mengangkat
Soeharto sebagai presiden kembali dan Soedharmono sebagai wakilnya.

5. Pelita V
Pelita V dilaksanakan mulai 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Pada Pelita V ini, pemerintah
menitikberatkan pada sektor pertanian serta sektor industri untuk memantapkan swasembada pangan
dan meningkatkan produksi pertanian lainnya serta menghasilkan barang-barang untuk diekspor.
Sementara itu, dalam bidang industri dititikberatkan pada peningkatan industri yang bersifat pada karya
dan industri yang menghasilkan mesin-mesin industri.
Sesuai dengan ketetapan dalam GBHN, Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun pertama yang
dirampungkan dengan selesainya pelaksanaan Pelita V. Setelah itu akan dilanjutkan, ditingkatkan, dan
diperluas dengan Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun kedua yang dimulai dengan Pelita VI. Sasaran

utama Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun pertama di bidang ekonomi adalah terpenuhinya
kebutuhan pokok rakyat dan tercapainya struktur ekonomi yang seimbang. Sasaran dititikberatkan pada
kekuatan industry yang didukung oleh bidang pertanian. Keadaan ini selanjutnya menjadi landasan
bidang ekonomi yang menghantarkan pembangunan Indonesia dalam Repelita VI. Dalam Repelita VI,
Indonesia diharapkan mulai memasuki proses tinggal landas untuk memacu pembangunan dengan
kekuatan sendiri demi menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Satu tahun sebelum Pelita V berakhir, diselenggarakan Pemilu pada tahun 1992. Berdasarkan hasil
pemilu tersebut, terbentuklah lembaga MPR RI yang baru. Pada tanggal 1 sampai 11 Maret 1993
diselenggarakan Sidang Umum MPR. Setelah Soeharto terpilih kembali sebagai presiden dan Tri Sutrisno
sebagai wakilnya, maka dibentuklah Kabinet Pembangunan VI.

6. Pelita VI
Pelita VI dilaksanakan pada tanggal 1 April 1994 sampai dengan 31 Maret 1999. Pada Pelita VI ini,
pemerintah masih tetap menitikberatkan pembangunan pada sektor bidang ekonomi. Pembangunan
ekonomi ini berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas
sumber daya manusia sebagai pendukungnya.
Keberhasilan Orde Baru dalam pembangunan di berbagai bidang terhitung sejak Pelita I hingga
Pelita VI, akhirnya mengalami tantangan yang cukup hebat. Pada akhir tahun 1997, Indonesia diterpa
badai krisis yang sulit diatasi. Semua itu bermula dari krisis moneter yang kemudian berlanjut pada krisis
ekonomi yang akhirnya menimbulkan krisis kepercayaan kepada pemerintah.
Pelita VI yang dimulai sejak 1 April 1994 dan direncanakan berakhir hingga 31 Maret 1999
akhirnya kandas di tengah jalan. Sementara itu, pemilu yang diselenggarakan tahun 1997 kembali
dimenangkan oleh Golkar dan menetapkan lagi Soeharto sebagai presiden dan B.J. Habibie sebagai
wakilnya. Namun, semua itu tidak banyak membantu memulihkan keadaan Indonesia untuk keluar dari
krisis.

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki tatanan atau aturan pemerintahan. waktu ke
waktu dari masa ke masa dalam pemerintahan orde baru yakni tahun 1966 sampai 1998. Pada masa
orde baru sistem kelembagaan negara terdiri dari MPR, DPR, DPA, BPK, Presiden, dan MA. Lahirnya orde
baru dilatarbelakangi oleh terjadinya G30S 1965, diikuti dengan kondisi politik, keamanan dan ekonomi
yang kacau (inflasi tinggi). Wibawa presiden Soekarno semakin menurun setelah gagal mengadili tokohtokoh yang terlibat G30S. Presiden mengeluarkan SUPERSEMAR 1966 bagi Letjen Soeharto guna
mengambil langkah yang dianggap perlu untuk memperbaiki keadaan negara. Akhirnya Presiden
Soekarno mengundurkan diri dan digantikan oleh Presiden Soeharto.
Pada masa awal Orde Baru pembangunan ekonomi di Indonesia maju pesat mulai dari pendapatan
perkapita, pertanian, pembangunan infrastruktur dll. Upaya pembangunan ekonomi dilaksanakan
melalui REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yangdimulai pada tanggal 1 April 1969. Namun
pada akhir tahun 1997 Indonesia dilanda krisis ekonomi. Kondisi kian terpuruk ditambah dengan KKN
yang merajalela.
Dalam bidang sosial budaya pada masa orde baru telah mengalami kemajuan. Antara lain makin
meningkatnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan fasilitas pendidikan dasar sudah makin merata
dengan adanya program wajib belajar 9 tahun. Ditetapkan tentang P-4 yaitu Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (Eka Parasetia Pancakarsa)untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur.


Kekurangan Orde baru antara lain :

1.

Maraknya KKN atau yang dikenal dengan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

2.

Terjadinya kesenjangan sosial antara Orang kaya dengan Orang miskin

3.

Pemerataan Pembangunan yang tidak merata seperti pembangunan yang lambat di daerah Aceh dan
Papua

4.

Pelanggaran HAM yang sering terjadi, demi keamanan.

5.

Birokrasi Indonesia yang menurun drastis

6.

Muncul rasa cemburu antar penduduk akibat transmigrasi yang berlebihan

7.

Timbul kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah

8.

Segala bentuk kritikan di haramkan pada saat itu

9.

Pers sangat di batasi pergerakannya

10. Golkar menjadi senjata utama dalam sistem politik Indonesia pada waktu itu


Kelebihan Orde Baru antara lain:

1.

Indonesia sukses memerangi buta huruf pada masyarakat

2.

Sukses melaksanakan swasembada pangan

3.

Pendapatan perkapita Indonesia pada saat itu mengalami peningkatan yang drastis

4.

Sukses menjalankan Pemilihan umum

5.

Sukses memerangi pengangguran

6.

Berhasil menerapkan sistem Repelita atau (Rencana pembangunan lima tahun)

7.

Berhasil meningkatkan Program transmigrasi

8.

Berhasil mendatangkan investor asing dari luar negeri

9.

Berhasil menjalankan program KB (Keluarga Berencana)

10. Sukses menegakkan Wajib belajar

B. SARAN
Dengan permasalahan yang dialami oleh pemerintahan pada masa Orde Baru, seperti dengan
banyaknya hutang luar negeri bangsa Indonesia untuk pembangunan, meskipun pembangunan berjalan
dengan lancar, tapi Indonesia menanggung utang yang begitu banyak. Selain itu, pemerintah pada zaman
tersebut terjadi sentralisasi dalam pemerintahan dan kegiatan ekonomi.

Oleh karena itu penulis memberikan saran terhadap permasalahan tersebut. Yaitu lakukan
otonomi daerah kepada seluruh propinsi, sehingga potensi-potensi yang ada pada daerah tersebut bisa
dioptimalkan dengan seefisien mungkin. Harus terjadi transparansi dalam sistem keuangan sehingga
masyarakat bisa mengerti.

SISTEM, FUNGSI, DAN STRUKTUR DARI PADA PARTAI POLITIK DI INDONESIA
SISTEM POLITIK DI INDONESIA
Sesuai dengan isi pada Pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD 1945 bahwa Indonesia
menganut sistem multi partai yaitu sistem yang pada pemilihan kepala negara atau pemilihan
wakil-wakil rakyatnya dengan meelalui pemilihan umum yang diikuti oleh banyak partai.
Sistem multi partai dianut karena keanekaragaman yang dimiliki oleh negara Indonesia sebagai
negar kepulaaan yang di dalamnya terdapat perbedaan ras, agama, atau suku bangsa adalah
kuat,golongan-golongan masyarakat lebih cenderung untuk menyalurkan ikatan-ikatan terbatas
(primodial) tadi dalam saru wadah saja.
Di dalam sistem demokrasi yang ada di Indonesia. Partai politik diselenggarakan dengan tujuan
sebagai berikut:


Partai sebagai sarana Komunikasi Politik

Partai politik mempunyai tugas adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan inspirasi
masyarakat dan mengatur dari pada kesimpangsiuran pendapat dari masyarakat berkurang.
Pendapat yang telah disalurkan akan ditampung dan disatuikan agar tercipta kesamaan tujuan.
Proses penggabungan pendapat dan inspirasi tersebut dinamakan penggabungan kepentingan
(interest aggregation). Sesudah penggabungan tersebut
Di sisi lain partai politik juga sebagai bahan perbincangan dalam menyebarluaskan kebijakankebijakan pemerintah. Di sisi ini politik sebagai wahana perantara anatara pemerintah dengan
warga negara. Dimana wahana ini berfungsi sebagai pendengar bagi pemerinytah dan sebagai
pengeras suara bagi masyarakat.


Partai sebagai sarana Sosialisasi Politik

Partai politik memiliki peranan yaitu sebagai sarana sosialisasi politik. Di dalam ilmu poltik,
Sosialisasi Politik diartikan sebagai proses melalaui mana seseorang memperoleh sikap dan
orientsi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat di mana ia berada.
Biasanya proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari mssa kanak-kanak sampai
dewasa.
Dalam hal ini partai politik sebagai salah satu sarana sosialisasi politik. Dalam menguasai
pemerintah melalui kemenangan dalam pemilihan umum, dan partai harus mendapat dukungan
secara seluas-luasnya.


Partai sebagai sarana Recruitment Politik

Partai politik juga berfungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut dalam
kegiatan politik sebagai anggota partai (political recruitment). Dengan demikian partai turut
memperluas partisipasi politik. Caranya dengan melalui kotak pribadi, persuasi dan lain-lain.

Dan partai politik juga, berfungsi juga dalam mendidik kader-kader muda untuk menggantikan
kader yang lama.


Partai sebagai sarana Pengatur Konflik

Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan
soal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik, partai politik berusaha dalam mengatasinya.
STRUKTUR POLITIK DI INDONESIA
Di bawah ini adalah beberapa penjabaran apa yang dimaksud dengan kelompok kepentingan,
kelompok elit, kelompok birokrasi dan massa.


Kelompok Kepentingan

Kelompok kepentingan (intrest group) adalah suatu kelompok yang mempunyai tujuan untuk
memperjuangkan “kepentingan” dan mempengaruhi lembaga-lembaga politik agar mendapatkan
keputusan yang menguntungkan atau menghindarkan keputusan yang merugikan.
Kelompok ini tidak berusaha untuk menempatkan wakil-wakilnya dalam dewan perwakilan
rakyat, melainkan cukup mempengaruhi satu atau beberapa partai di dalamnya atau instansi
pemerintah atau menteri yang berwenang.
Contohnya kelompok-kelompok


Kelompok Elit

Kelompok elit adalah kelompok yang terorganisisr yajgn anggota-anggotanya mempunyai
orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuannya yaitu untuk memperoleh kekuasaan
politik dan merebut kedudukan politik, biasanya dengan cara konstitusional
Contohnya yaitu elit politik yang di dalamnya terdapat kader-kader yang nantinya akan dipilih
melalui pemilihan ketua umum partai. Pemilihan ini diikuti oleh anggota-anggota yang terdaftar
di dalam partai tersebut.


Kelompok Birokrasi

Suatu kelompok yang memiliki peranan dalam prroses terciptanya suatu kebijakan umum yang
diambil dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah yang keputusan itu sangat bermanfaat.
Contohnya Pembuatan SKCK yang prosesnya dimulai dari tingkata terkecil yaitu RT, RW dan
dilanjutkan Kelurahan sebelum SKCK dibuat di POLSEK ataupun POLRES.


Massa

Massa merupakan sekumpulan orang yang berpatisipasi dalam proses pemilihan pemimpinpemimpin politik dan turutn serta secara langsung atau tidak langsung dalam pembentukan
kebijakan umum yang merupakan tujuan dari terbentuknya partai politik.
Wassalam..

SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK
Diposkan oleh WIDYA AFRIYANTI , , Minggu, 03 Juli 2011 23.37

SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK
SISTEM POLITIK adalah seperangkat interaksi yang abstrak dari totalitas perilaku social
melalui nilai – nilai yang disebar untuk suatu masyarakat
STRUKTUR POLITIK merupakan wujud nyata dalam sistem politik dimana ia menggambarkan
hubungan secara organisatoris antara lembaga – lembaga politik yang ada.
SISTEM POLITIK
SISTEM POLITIK adalah salah satu sistem dari berbagai sistem yang ada di masyarakat yang
lain di antaranya adalah sistem social, sistem ekonomi, sistem budaya, dan sistem hokum,
Ada beberapa cirri utama system politik sebagai berikut
1. Cirri – cirri identifikasi
Dua cirri indetifikasi system politik berikut ini yang membedakannya dengan system lain.
a. Unit – unit system politik ,unit – unit adalah unsure – unsure yang membentuk system politik
aitu tindakan – tindakan politik yang membentuk peranan – peranan politik dan kelompok –
kelompok politik.
b. Batas –batas , sebagai system yang berada dalam masyarakat, maka system politik tidak selalu
sendirian dia akan selalu berdampingan dengn system system lain sebgai lingkungan luar.
2. Adanya input – output
Setiap system politik passti menghasilkan keputusan – keputusan penting bagi masyarakat yang
disebut output. Untuk menghasilkann output , system politik membutuhkan input secara
berkelanjutan . input ini pentig, karena bila tidak ada input maka system tidak akan berfungsi.
3. Adanya diferensiasi dalam system
Jenis input dari lingkungan masuk kedalam system politik bermacam – macam. Tidak mungkinn
jika berbagai macam input itu ditangani oleh satu orang atau satu kelompok apalagi dalam wktu
yang bersamaan didalam waktu tertentu dikerjakan oleh beberapa kelompok yang dapat bekerja
dengan baik . kelompok yang bekerja sesuai dengan bidang keahlian masing – masing itu yang
disebut diferensiasi dlam sys