PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA STATUS IS

PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA: STATUS, ISSU DAN PROSPEK
Anselmus Y. Mones
I.

Pendahuluan
Pendidikan merupakan jantung kehidupan sebuah bangsa. Tanpa pendidikan,

suatu bangsa tidak akan berarti apa-apa, suatu bangsa akan mati, lumpuh- dan tak
berkembang. Pembahasan mengenai pendidikan merupakan pembahasan yang
panjang dan tak akan ada hentinya. Sebab secara umum masalah pendidikan
merupakan masalah yang paling mendasar dan terkait erat dengan upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan sumberdaya manusia indonesia seutuhnya.
Sebagai bangsa yang sedang berkembang, bangsa yang sedang dalam
pembenahan untuk mensejahterakan warganya, pendidikan pun tidak kalah penting
menjadi perioritas pembenahan. Berbagai kebijakan dan regulasi untuk memperbaiki
kualitas pendidikan digelindingkan. Mulai dari bongkar pasang kurikulum, pergantian
undang-undang,

deregulasi

pendidikan


sampai

pada

peningkatan

anggaran

pendidikan. Namun cita-cita kita untuk mendongkrak kualitas pendidikan dan daya
saing masih jauh dari harapan.1 Minimnya sosialisasi dan pelatihan, maraknya praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme dalam dunia pendidikan sampai pada

praktek

pendidikan kita di sekolah yang belum mencerminkan tujuan sejati dari pendidikan itu
sendiri.2
Undang-undang nomor 20 tahun 2003, mendeskripsikan secara jelas tentang
pendidikan,


bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan negara.3 Pengertian ini, telah mengubah peran
1 Data dari The Global Competitiveness Index menunjukkan tingkatan daya saing bangsa Indonesia
berada pada urutan 34 pada tahun 2014-2015 (naik empat tingkat dibandingkan pada edisi sebelumnya yakni
peringkat ke 38 pada tahun 2012-2013).Urutan ini masih berada di bawah Singapura (2), Malaysia (20) dan
Thailand (31). Data ini diambil dari laman: World Economic Forum (www.weforum.org). Sementara itu, data
tentang Human Development Index (HDI) menunjukkan bahwa pada tahun 2014, Indonesia berada pada urutan
108 dari 187 negara. Urutan ini berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand dan Brunei.
2 Berbagai persoalan dasar yang sering muncul dalam dunia pendidikan kita seperti kekerasan seksual,
kekerasan fisik, manipulasi, serta minimnya pengetahuan guru akan ilmu –ilmu dasar tentangan pengajaran
membuat anak-anak kita masih belum merasa nyaman ketika berada di sekolah.

3Direktorat Pendidikan Islam DEPAG RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Tentang
Pendidikan, 2006, hlm. 5

guru/dosen dari teacher center menuju student center. Guru atau dosen hanyalah
fasilitator yang menyiapkan kondisi/lingkungan belajar serta sumber belajar yang
memadai agar siswa/mahasiswa dapat mengembangkan pengetahuannya secara baik.
Kondisi belajar yang baik dapat memungkinkan proses asismilasi dan akomodasi
pengetahuan dapat berjalan mulus. Jean Piaget dalam teori belajar konstruktivisnya
mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan konstruksi dari orang yang mengenal
sesuatu. Pengetahuan tidak bisa ditransfer, karena setiap orang memiliki skema
sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses
kognitif di mana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai
keseimbangan (equiblirium), sehingga terbentuk suatu skema yang baru.4 Perubahan
paradigma tentang proses pembelajaran dan pembentukan pengetahuan kepada siswa
menjadi hal mendasar untuk guru (fasilitator) agar dapat memperlakukan siswa dalam
proses pembelajaran secara baik dan humanis.
Pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki
peran strategis dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu


pengetahuan dan teknologi. Selain itu pendidikan tinggi merupakan sebuah rahim
yang sangat urgen sebab dari sinilah lahir manusia-manusia yang memiliki kapasitas
sumber daya manusia yang baik untuk membangun negara dan bangsa. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa Pendidikan tinggi merupakan sebuah proyek peradaban masa
depan suatu bangsa. Sebagian besar perkembangan masyarakat modern tergantung
pada standar pendidikan tinggi, sehingga peran pendidikan tinggi adalah
mempersiapkan orang-orang yang berkompoten dalam bidangnya untuk membangun
diri dan bangsanya. Orang-orang yang telah ditempa dalam dunia pendidikan tinggi
seharusnya memiliki karakter pembaharu, berbudaya intelektual serta memiliki ide
dan gagasan baru dalam mencari solusi untuk menyikapi suatu permasalahan dengan
memperhatikan

dan

menerapkan

nilai

humaniora


serta

pembudayaan

dan

pemberdayaan bangsa indonesia yang berkelanjutan.
Pendidikan Tinggi kita saat ini memperoleh gambaran yang sangat
mengkawatirkan dan bahkan menyedihkan. Tidak hanya soal mutu pendidikan tinggi
dan output yang tidak memiliki daya saing, namun kita dikejutkan dengan berbagai
4 Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), hlm. 36-40;
Undang-undang nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi, secara tegas menjelaskan tentang beberapa
prinsip dasar penyelenggaran pendidikan tinggi salah satunya adalah pembelajran yang berpusat pada
mahasiswa dengan memperhatikan lingkungan secara selaras dan seimabang.

persoalan dasar, terutama berkaitan dengan eksistensi kelembagaan dan legalnya
suatu gelar diperoleh;. adanya ijazah palsu dan perguruan tinggi palsu,
penyelenggaraan perkuliahan (kelas jauh) tanpa ijin, kelayakan sebagai dosen,
minimnya dosen yang berijazah S3, minimnya penelitian hingga kurangnya need

assesment dalam mendesain kurikulum sehingga pendidikan yang diperoleh
mahasiswa tidak memiliki relevansi dengan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan
kenyataan ini, pada tanggal 29 september 2015 yang lalu, Kementrian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi, menonaktifkan 243 kampus.5 Sanksi ini diberikan
dengan maksud adanya penertiban kelembagaan dan

penyelesaian persoalan-

persoalan intern kampus yang dapat mengakibatkan minimnya kualitas dan sumber
daya manusia yang dihasilkan.
II.

Profil Singkat Pendidikan Tinggi di Indonesia
a. Informasi Umum
Teasdale dalam bukunya berjudul Local Knowledge and Wisdom in Higher

Education menyinggung sejarah kejayaan pusat pendidikan dunia pada abad ke-16.
Dikatakan bahwa pusat kejayaan pendidikan tinggi dunia pernah terdapat di kota-kota
besar dunia pada waktu itu seperti Bagdad, Istanbul, Cordoba dan Kairo. Pada saat itu
tidak sedikit bangsa barat dari Eropa yang datang ke kota-kota tersebut untuk belajar

ilmu pengetahuan dan teknologi dengan cara barter yaitu menukar hasil pertanian
mereka dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.6
Indonesia sebagai bangsa yang besar memiliki sejarah yang panjang terutama
berkaitan erat dengan eksistensi penyelengaraan pendidikannya. Sebagai bangsa yang
pernah dijajah oleh bangsa lain, pendidikan merupakan salah satu peninggalan yang
berharga oleh bangsa kolonial. Hingga saat ini, jumlah Pendidikan Tinggi di indonesia
(tersebar di seluruh wilayah Indonesia) sebanyak 4.300. Dengan jumlah keseluruhan
dosen dan mahasiswa terdiri dari 241.725 untuk dosen dan 6.941.950 untuk
mahasiswa.7 Secara lebih detail dapat dilihat dalam tabel dan grafik berikut:

5 Data tersebut di atas dirilis oleh Kementrian Riset dan Teknologi dan pendidikan
Tinggi pada tanggal 29 September 2015 di laman resmi pangkalan data dikti direktorat
jenderal pendidikan Tinggi.
6 Teasdale, Local knowledgeand wisdom in higher education
7 Data tersebut di atas dirilis oleh Kementrian Riset dan Teknologi dan pendidikan
Tinggi pada tanggal 5 Oktober 2015 di laman resmi pangkalan data dikti direktorat
jenderal pendidikan Tinggi.

Tabel 1.1 data jumlah perguruan tinggi dosen dan mahasiswa
(sumber:PDPT Kementrian Riset dan Teknologi dan pendidikan Tinggi.)

Grafik 1.1: jumlah dosen berdasakan jenis kelamin

Sumber: PDPT Kementrian Riset dan Teknologi dan pendidikan
Tinggi

Grafik 1.2 : jumlah Mahasiswa berdasakan jenis kelamin

Sumber: PDPT Kementrian Riset dan Teknologi dan pendidikan Tinggi
b. Struktur pendidikan tinggi di indonesia
Sebagaimana telah digambarkan pada bagian sebelumnya tabel 1.1 bahwa
pendidikan

tinggi

di

penyelenggara/pengontorolan

Indonesia
yang


berbeda.

memiliki
demikian

instansi
pun

status

kepemilikan; ada perguruan tinggi yang diselenggarakan/dimiliki oleh
pemerintah (Perguruan Tinggi Negeri) dan ada perguruan tinggi yang
diselenggarakan oleh masyarakat/yayasan (Perguruan Tinggi Swasta).
Sedangkan jenis atau struktur pendidikan tinggi terdiri dari : universitas,
sekolah tinggi, akademik, institut, politeknik dan akademi komunitas.8
Jenjang pendidikan di setiap institusi pendidikan tinggi terdiri dari
program diploma hingga program pascasarjana. Berikut akan disajikan
grafik perbandingan jumlah perguruan tinggi di indonesia.


8 Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 4 tahun 2014, pasal 1 ayat 12
menjelaskan bahwa Akademi Komunitas adalah
Perguruan
Tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan vokasi setingkat diploma satu dan/atau diploma dua
dalam satu atau beberapa cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi tertentu yang
berbasis keunggulan lokal atau untuk memenuhi kebutuhan khusus.

Gr
afik 1.3: Perbandingan jumlah perguruan tinggi di Indonesia. (Sumber:
PDPT Kementrian Riset dan Teknologi dan pendidikan Tinggi)
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah sekolah tinggi di Indonesia jauh
lebih besar dibandingkan dengan pendidikan tinggi lainnya. Tumbuh dan
berkembangnya pendidikan tinggi di indonesia di satu sisi membawa angin
segar bagi perkembangan masyarakat indonesia seutuhnya. Berbagai
pendidikan tinggi dengan

berbagai jurusan diselenggarakan demi

memenuhi dan menjawabi tantangan kebutuhan masyarakat. Di sisi lain

banyak persoalan bermunculan dengan kehadiran pendidikan tinggi. Ali
Muhson dkk, dalam sebuah penelitian yang berjudul “Analisis Relevansi
lulusan perguruan Tinggi dan dunia kerja” menemukan bahwa perguruan
tinggi kita belum mampu menyiapkan tenaga kerja yang sesuai dengan
dunia/lapangan kerja, selain itu, penerimaan mahasiswa yang melebihi
kuota (rasio perbandingan dosen dan mahasiswa yang tidak sebanding),
menyebabkan tingkat pengangguran yang tinggi dan berbagai masalah
sosial yang muncul.
c. Sumber dana/Pembiayaan Pendidikan Tinggi
Pembiayaan pendidikan pada Pendidikan Tinggi dapat dibedakan atas
biaya investasi, biaya operasional dan biaya personal. Biaya Investasi
satuan pendidikan yang dimaksud adalah biaya sarana dan prasarana,
pengembangan sumber daya manusia dan modal kerja tetap. Biaya
operasional meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala
tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis
pakai,dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa, daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi,dan lain-lain. Sedangkan biaya personal yang dimaksudkan

adalah biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk
bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
Undang-undang nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi dan
Peraturan pemerintah nomor 04 tahun 2014 tentang penyelenggaraan
pendidikan tinggi dan pengelolaan pendidikan tinggi, secara jelas
mengisyaratkan batasan-batasan tanggung jawab, tugas dan wewenang
menteri (pemerintah) dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi. Lebih
lanjut berkaitan dengan pembinaan dan atau pendanaan untuk perguruan
tinggi diatur secara terpisah baik untuk perguruan tinggi swasta maupun
untuk perguruan tinggi negeri berbadan hukum. Peraturan menteri riset,
teknologi dan Pendidikan Tinggi nomor 19 tentang program pembinaan
perguruan tinggi swasta tahun 2015. Program pembinaan tersebut dibagi
ke dalam wilayah koordinasi (kopertis) dan biaya/pendanaan tersebut
berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara berdasarkan proposal
yang diusulkan oleh perguruan tinggi swasta atau yayasan sebagai badang
peyelenggara berbadan hukum. Sedangkan untuk Perguruan Tinggi
Negeri, semua sumber dana berasal dari APBN. Hal ini diatur secara
khusus dalam peraturan pemerintah nomor 26 tahun 2015 tentang bnetuk
III.

dan mekanisme pendanaan perguruan tinggi badan hukum.
Standar Mutu akademik pendidikan Tinggi
Undang-undang Pendidikan Tinggi, nomor 12 tahun 2012 pasal 51
mengatakan Pendidikan Tinggi yang bermutu merupakan Pendidikan Tinggi
yang menghasilkan lulusan yang mampu secara aktif mengembangkan
potensinya dan menghasilkan Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi yang
berguna bagi Masyarakat, bangsa, dan negara. Ada tiga standar nasional
pendidikan tinggi di antaranya adalah
a. Standar nasional pendidikan, terdiri dari :
1. standar kompetensi lulusan
2. standar isi pembelajaran
3. standar proses pembelajaran
4. standar penilaian pembelajaran
5. standar dosen dan tenaga kependidikan
6. standar sarana dan prasarana pembelajaran
7. standar pengelolaan pembelajaran dan
8. standar pembiayaan pembelajaran
b. Standar nasional penelitian terdiri dari :
1. Standar hasil penelitian
2. Standar isi penelitian
3. Standar proses penelitian

4. Standar penilaian penelitian
5. Standar peneliti
6. Standar sarana dan prasarana penelitian
7. Standar pengelolaan penelitian
8. Standar pendanaan dan pembiayaan penelitian
c. dan standar nasional pengabdian kepada masyarakat, terdiri dari:
1. standar hasil pengabdian kepada masyarakat
2. standar isi pengabdian kepada masyarakat
3. standar proses pengabdian kepada masyarakat
4. standar penilaian pengabdian kepada masyarakat
5. standar pelaksana pengabdian kepada masyarakat
6. standar sarana dan prasana pengabdian kepada masyarakat
7. standar pengelolaan pengabdian kepada masyarakat
8. standar pendanaan dan pembiayaan pengabdian kepada masyarakat
Ketiga standar tersebut satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam
pelaksanaan tridharma perguruan tinggi. Ada pun tujuan dari standar
nasional pendidikan tinggi sebagai mana tercantum dalam peraturan
pemerintah nomor 49 tahun 2014 adalah:
1. Menjamin tercapainya tujuan pendidikan tinggi yang berperan strategis
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menerapkan nilai humaniora serta pembudayaan dan
pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan;
2. Menjamin agar pembelajaran pada program studi, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
mencapai mutu sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan Tinggi; dan
3. Mendorong agar perguruan tinggi di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia mencapai mutu pembelajaran,penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat melampaui kriteria yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan Tinggi secara berkelanjutan.
Pelaksanaan dan pembinaan mutu pendidikan tinggi dilakukan melalui
evaluasi oleh pemerintah sebagai wujud tanggung jawabnya dalam
penyelenggaraan pendidikan. Salah satu wujud nyata dari kepedulian
pemerintah akan mutu pendidikan tinggi adalah dengan menerbitkan
pedoman sistem penjamin mutu pendidikan Tinggi (SPM-PT). SPM-PT
adalah sistem yang dibentuk untuk menjamin mutu perguruan tinggi,
dengan cara melaksanakan tiga macam kegiatan, diantaranya:

a. Pangkalan data perguruan Tinggi (PDPT) adalah Kegiatan pengumpulan,
pengolahan, dan penyimpanan data serta informasi tentang perguruan
tinggi oleh Pemerintah untuk mengendalikan
pemenuhan SNP (dahulu disebut EPSBED)

b.

Penjamin mutu internal (PMI) adalah Kegiatan evaluasi diri perguruan
tinggi oleh perguruan tinggi sendiri (internally driven ), untuk memenuhi
atau melampaui SNP secara berkelanjutan/continuous improvement
(dahulu disebut Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi);

c. Penjaminan Mutu Eksternal (PME) adalah Kegiatan penilaian kelayakan
perguruan tinggi oleh BAN-PT atau lembaga mandiri di luar perguruan
tinggi yang diakui Pemerintah, berdasarkan SNP atau standar yang
melampaui SNP yang ditetapkan oleh perguruan tinggi sendiri (disebut
Akreditasi).
Terlepas dari semua standar yang ditentukan oleh pemerintah, perlu disadari
bahwa Pendidikan tinggi di Indonesia telah memberikan kontribusi yang
cukup signifikan terhadap pembangunan di Indonesia. Beberapa politisi dan
negarawan besar seperti presiden RI pertama (the founding father), sejumlah
pejabat negara, pengusaha dan ilmuawan ternama telah dihasilkan oleh
perguruan tinggi di Indonesia. Banyak karya ilmiah telah dipublikasikan lewat
jurnal baik tingkat nasional maupun internasional kesemuanya merupakan
bentuk partisipasi dari perguruan tinggi yang telah aktif dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi melalui kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi
(pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat).
IV.

Prospek Pendidikan Tinggi di Indonesia
Pada hakikatnya tujuan sejati dari penyelenggaraan pendidikan Tinggi adalah
(a) berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk
kepentingan bangsa; (b) dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu
Pengetahuan dan/atau Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan
peningkatan daya saing bangsa; (c) dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi melalui Penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai
Humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban

dan kesejahteraan umat manusia; dan (d) terwujudnya Pengabdian kepada
Masyarakat berbasis penalaran dan karya Penelitian yang bermanfaat dalam
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selaras dengan tujuan pendidikan tinggi tersebut diatas adapun fungsi
Pendidikan Tinggi adalah pertama, mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa; kedua, mengembangkan Sivitas Akademika
yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya saing, dan kooperatif
melalui pelaksanaan Tridharma; dan ketiga,

mengembangkan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai
Humaniora. Berdasarkan tujuan dan fungsi penyelenggaraan Pendidikan
Tinggi di atas dapat dijelaskan beberapa point berikut:
A. Pendidikan: sarana membentuk manusia beriman, bertaqwa dan berakhlak
mulia.
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan, dengan
sangat jelas mengatakan bahwa tujuan dari pendidikan nasional adalah
“untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”
Jika dicermati secara teliti tujuan pendidikan sebagaimana termuat dalam
undang-undang (baik uu nomor 20 tahun 2013 dan uu no. 12 tahun 2014),
Pendidikan bertujuan tidak sekedar proses alih budaya atau alih ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga sekaligus sebagai proses
alih nilai (transfer of value). Artinya bahwa Pendidikan, di samping proses
pertalian dan transmisi pengetahuan, juga berkenaan dengan proses
perkembangan dan pembentukan kepribadian atau karakter masyarakat.
Pendidikan utamanya harus menjadi sarana membentuk manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhannya dan menghargai perbedaan
keyakinanan. Pendidikan juga dapat menghasilkan manusia-manusia yang
menghayati nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai kebaikan yang senantiasa
dijunjung tinggi dalam kehidupan bersama. Dalam rangka internalisasi
nilai-nilai tersebut kepada peserta didik, maka perlu adanya optimalisasi
pendidikan. Optimalisasi pendidikan dimaksud agar seluruh kurikulum
didesain dan bersumber pada nilia-nilai kebenaran dan kebaikan
sebaimana diajaran dalam kitab suci dan dalam setiap agama yang berada

di indonesia. Singkatnya pendidikan dapat mencetak manusia yang
beriman dan bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa dan berakhlak mulia,
sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya
untuk kepentingan bangsa.
B. Pendidikan: sarana Penguasaan ilmu pengetahuan dan Teknologi
Bangsa yang maju adalah bangsa yang ditentukan oleh kualitas
sumberdaya pengetahuan dan teknologi yang dikuasainya. Sejarah telah
membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi memilki peran yang
sentral dalam mewujudkan pembangun nasional. Karena itu penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah penting untuk generasi-generasi
penerus bangsa. Pendidikan merupakan tempat dan sarana di peserta didik
dituntut untuk mengusai ilmu pengetahuan dan teknolgi.

Karena itu

lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah, haruslah mampu
mengakomodasikan dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar
seyogianya hasil perkembangan iptek yang mutahir, baik yang berkaitan
dengan hasil perolehan informasi maupun cara perolehan informasi itu dan
manfaatnya bagi masyarakat. Kebutuhan pendidikan yang mendesak
cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari
berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan
haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam menyusun bahan
ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam
pewarisan iptek tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar iptek dan
calon pakar iptek itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan
fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
C. Pendidikan: sarana penyelesaian masalah melalui riset dan penelitian
ilmiah
Riset dapat diartikan sebagai seperangkat kegiatan yang sistematik dan
terarah untuk pemecahan masalah, penemuan dan pengembangan ilmu
yang terorganisasikan. Riset dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk
metode kerja atau metode pemecahan masalah yang dilakukan secara
terencana dan cermat untuk mendapatkan data, informasi (fakta), dan

kesimpulan (konklusi) yang dapat menambah kemampuan memahami,
meramalkan atau mengendalikan keadaan (peristiwa).9
Para mahasiswa adalah generasi muda, potensi insani bangsa, kehadiran
mereka di kampus-kampus, merupakan bagian dari aliran generasi muda,
yang memberikan vitalitas penelitian di perguruan-perguruan tinggi. Para
mahasiswa selalu tampil dengan rasa ingin tahu dan antusiasme yang
tinggi, pemikiran-pemikiran yang kritis dan kreatif, serta daya berpikir
yang tangguh. Kehadiran mahasiswa di kampus memiliki kontribusi dalam
mendongkrak produktivitas dan keberlanjutan kegiatan penelitian. Karena
itu pendidikan

di indonesia harus menjadi tempat yang nyaman dan

tersedianya fasilitas yang memadai agar iklim keilmiahan dan keilmuan
dapat berkembang. Tempat di mana orang tidak lagi menyelesaikan
masalah/persoalan bangsa dengan adu jotos ataupun kekerasan lainnya.
Peneletian dan riset menjadi satu-satu jalan untuk menemukan alternatif
solusi terhadap perkembangan dan persoalan bangsa. Dengan demikian
bangsa ini akan maju dan berkembang dengan lebih baik.
D. Pendidikan: mempersiapkan peserta didik untuk mengabdi kepada
masyarakat
Pengabdian kepada Masyarakat merupakan kegiatan Sivitas Akademika
dalam mengamalkan dan membudayakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.

Pengabdian tersebut dapat dilakukan dalam berbagai bentuk

kegiatan sesuai dengan budaya akademik, keahlian, dan/atau otonomi
keilmuan Sivitas Akademika serta kondisi sosial budaya masyarakat.
Setiap tahun lahir generasi muda dengan predikat sarjana, magister dan
doktor, yang kemudian masuk ke dalam lembaga-lembaga pemerintahan,
organisasi-organisasi bisnis, lembaga-lembaga non pemerintahan atau
menjadi pengusaha. Mereka dipersiapkan secara matang saat mereka
berada di bangku sekolah. Berkaitan dengan mutu dan kualitas output yang
dihasilkan, lembaga pendidikan (perguruan Tinggi) menjadi aktor utama
dalam meningkatkan daya saing indonesia di kanca internasional.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan
sumber daya manusia, menjadi tanggung jawab seutuhnya lembaga
9 John W Best, Meteodologi Penelitian Pendidikan, (disunting oleh Sanapiah Faisal dan Mulyadi
Guntur Waseso), (Usaha Nasional: Surabaya. 1982), hlm 12.

pendidikan, karena itu lembaga pendidikan perlu mendesain kurikulum
yang kontekstual dengan lapangan kerja dan pengembang karakter
V.

kebangsaan.
Penutup
Ada sebuah paradigma yang sedang dianut oleh bangsa-bangsa berkembang
seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, dan beberapa negara lain,
paradigma tersebut adalah "build nation build schools" yang mengandung
pengertian kontekstual yaitu "memajukan bangsa melalui pendidikan". Dalam
pembahasan saya pada awal tulisan ini, memperlihatkan bahwa bangsa-bangsa
sebagaimana tersebut di atas, sudah satu dua langka lebih maju dalam dunia
pendidikan dan daya saingnya di bandingkan dengan di indonesia. Filosofi
membangun bangsa melalui pendidikan merupakan sebuah terobosan dan
menjadi perhatian penuh bangsa-bangsa yang ingin maju. Pendidikan
merupakan urat nadi kehidupan. Bangsa yang maju adalah bangsa yang
konsen terhadap perkembangan pendidikannya, bangsa yang peduli terhadap
pendidikan anak-anak bangsa sebagai generasi penerus dan masa depan.
Karena itu pemerintah, baik yudukatif, eksekutif dan legislatif, sebagai
pemangku kebijakan, haruslah memiliki rasa keberpihakan terhadap dunia
pendidikan baik berkaitan dengan kebijakan anggaran, standarisasi, kurikulum
dan output yang dihasilkan. Selain itu pelaku pendidikan, baik tenaga pendidik
maupun tenaga kependidikan juga memilki peran penting untuk memajukan
dunia pendidikan di indonesia. Mereka dapat berjuang mencari solusi/strategi
untuk bisa mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge) dan transfer nilai
(transfer of value) kepada peserta didik serta menyiapkan kondisi yang
nyaman bagi terciptanya/terbngunnya pengetahuan peserta didiknya. Dengan
demikian bangsa akan maju karena dapat memajukan pendidikannya secara
baik dan matang.

DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang No. 12 tahun 2012 tentang pendidikan Tinggi
Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
Pertauran Perintah No. 4 tahun 2014 tentang penyelenggaraan pendidikan
Tinggi dan pengelolaan perguruan tinggi
Konai Helu Thaman, Decolonizing Pacific Studies: Indigenous Perspectives,
Knowledge, and Wisdom in Higher Education (jurnal The
Contemporary Pacific, Volume 15, Number 1, Spring 2003, 1–17
2003 by University of Hawai‘i Press)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 26 tahun 2015 tentang
bentuk dan mekanisme pendanaan perguruan tinggi negeri badan
hukum.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 49
tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
DR. C. ANBALAGAN, Challenges and Prospects of Indian Higher
Educational Services- A Global View (jurnal IRACST- International
Journal of Research in Management & Technology (IJRMT), Vol. 1,
No.2, December 2011)
World Economic Forum (www.weforum.org). Berkaitan dengan The Global
Competitiveness Index dan Human Development Index
Pangkalan Data Pendidikan Tinngi (PDPT) DIKTI tahun 2015
Direktorat Pendidikan Islam DEPAG RI, Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah Tentang Pendidikan, 2006

Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius,
1997),
Teasdale, Local knowledgeand wisdom in higher education
John W Best, Metodologi Penelitian Pendidikan, (disunting oleh Sanapiah
Faisal dan Mulyadi Guntur Waseso), (Usaha Nasional: Surabaya.
1982), hlm 12.