PEMBERIAN ASISTENSI MILITER AMERIKA SERI

PEMBERIAN ASISTENSI MILITER AMERIKA SERIKAT
KEPADA FILIPINA DALAM ISU SENGKETA PULAU SPRATLY
DI LAUT CHINA SELATAN

DWI FEBRI OKTOFIANTORO (0911240048)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Kawasan Laut China Selatan menjadi kawasan yang bergejolak selain di Timur
Tengah. Pulau Spartly yang merupakan salah satu kepulauan di kawasan laut China
Selatan menjadi salah satu pulau yang diperebutkan oleh China, Vietnam, dan Filipina.
Pulau Spratly di kawasan Laut China Selatan memiliki kekayaan alam seperti
kandungan minyak mentah, gas alam serta ikan. Cadangan minyaknya diperkirakan 10
kali lipat dari cadangan yang dimiliki Amerika Serikat. Fenomena ini membuat
Amerika Serikat mulai melirik Pulau Spratly, sehingga Amerika Serikat memutuskan
melakukan intervensi melalui Filipina yang merupakan sekutu terdekatnya di kawasan
Asia Tenggara. Keputusan intervensi Amerika Serikat dalam sengketa Pulau Spratly di
kawasan Laut China Selatan telah melalui pertimbangan cost and benefit, dimana
diketahui bahwa benefit dari keputusan melakukan intervensi memiliki banyak poin

dibandingkan tidak melakukan intervensi, meski pilihan melakukan intervensi juga
memiliki cost.
Kata Kunci: Amerika Serikat, Asistensi Militer, Pulau Spratly, Filipina

PENDAHULUAN
Selain Timur Tengah, kawasan yang saat ini sedang bergejolak adalah Asia
Tenggara, khususnya di Laut China Selatan. Pulau Spratly dan Pulau Paracel adalah

2

dua pulau yang ramai menjadi sengketa. Hingga akhir 2012, sengketa Pulau Spratly di
Laut China Selatan masih dalam status quo, artinya semua pihak atau negara masih
bertahan dengan klaim atas pulau tersebut. Posisi geografis Pulau Spratly berada tepat
di Laut China Selatan, berikut gambar petanya:
Pulau

Spratly

memiliki


keragaman

kekayaan

alam

seperti

kandungan minyak mentah,
gas alam serta ikan. Menurut
data

yang

dikutip

oleh

Informasi Energi Amerika
Serikat (EIA), China telah

memperkirakan
minyak

di

sana

cadangan
adalah

sebesar 213 miliar barel atau 10 kali lipat dari cadangan yang dimiliki Amerika
Serikat.1 Alasan tersebut yang membuat negara-negara di sekitarnya mengklaim atas
kepemilikannya. Wilayah Pulau Spratly saat ini diklaim oleh enam negara yaitu China,
Taiwan, Vietnam, Malaysia, Brunei serta Filipina.2
Dari keenam negara yang bersengketa terdapat tiga diantaranya gencar dalam
perebutan Kepulauan Spratly. Ketiga negara tersebut ialah China, Vietnam, dan
Filipina. Hal ini terbukti dari kekuatan militer yang di tempatkan di kepulauan tersebut,
berikut merupakan tabel kekuatan militer dari ketiga negara yang berkonflik yang
menunjukkan betapa ketiganya memiliki peran besar dalam sengketa di Pulau Spratly:


1

2

Anonim. 2012. ‘Sengketa Kepemilikan Laut Cina Selatan’, BBC Indonesia
diakses
pada 10 Januari 2013
Mayor Cba I.K. Arsana Putra. 2012. ‘Konflik Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan’
diakses pada 10 Januari 2013

3

Military Forces

China

Vietnam Filipina

Tanks


9,200

2,000

126

Submarines

51

0

0

Destroyers and Frigates

55

7


1

55

44

190

43

Patrol and Coastal Aircraft 870
Combat Aircraft

5,845

Armed Forces

2,930,000 572,000

106,500


Sumber Data: ICE Case Studies3
ASEAN sebagai organisasi regional di kawasan Asia Tenggara tidak banyak
memainkan peran dalam sengketa ini. Kemudian, Amerika Serikat sebagai intrusive
system muncul dalam sengketa ini, mem-back up negara Filipina. Pada Januari 2012,
kedua negara berunding untuk melakukan kerja sama militer kembali dengan tujuan
menghadapi China yang semakin agresif. Per Januari 2012, 600 personel pasukan
Operasi Khusus Amerika Serikat ditempatkan di Filipina yang bertugas untuk melatih
prajurit Filipina memerangi pemberontak yang berafiliasi dengan jaringan Al Qaeda di
Pulau Mindanao.4
Filipina adalah sekutu terdekat Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara dan
disamping itu, Amerika Serikat memiliki pangkalan AL di Teluk Subic dan pangkalan
AU Clark yang telah habis masa kontraknya pada 1992. Keduanya adalah pangkalan
militer terbesar di Asia Tenggara. Selanjutnya pada Februari 2012, Amerika Serikat
secara resmi menghibahkan satu lagi kapal US Coast Guard / kapal penjaga pantai
yang difungsikan sebagai kapal perang setelah tahun 2011 Amerika Serikat
menghibahkan kapal yang sejenis kepada Filipina.5 Selain itu, Filipina menerima $ 30
3

4


5

ICE Case Studies. 1997. ‘Spratly Islands Dispute’ ,
diakses pada tanggal 10 Januari 2013.
Dahono Fitrianto. 2012. ‘AS akan Tingkatkan Kehadiran Militer di Filipina’, Kompas.com <
http://internasional.kompas.com/read/2012/01/26/10412739/AS.Akan.Tingkatkan.Kehadiran.Milite
r.di.Filipina > diakses pada tanggal 10 Januari 2013.
Dahono Fitrianto. 2012. ‘AS Setuju Hibahkan Kapal Kedua kepada Filipina’, Kompas.com, <
http://internasional.kompas.com/read/2012/02/10/21433724/AS.Setuju.Hibahkan.Kapal.Kedua.kep
ada.Filipina > diakses pada tanggal 10 Januari 2013.

4

juta bantuan militer AS yang meningkat hingga tiga kali lipat dibanding bantuan yang
diberikan pada 2011 sebesar $ 11.900.000.6
Hal ini merupakan salah satu bentuk kerjasama militer kedua negara dan fokus
kebijakan Amerika Serikat yang sedikit beralih ke Asia Pasifik. Tulisan ini
menguraikan determinan dalam kebijakan intervensi Amerika Serikat di kawasan Laut
China Selatan dan alasan atau motif dibalik pemberian asistensi militer kepada Filipina

terkait dengan isu sengketa Pulau Spratly di Laut China Selatan.

PEMBAHASAN
A. Determinan Kebijakan Luar Negeri menurut Kegley
Tulisan ini menggunakan determinan atau faktor-faktor yang berpengaruh
dalam pembuatan kebijakan luar negeri menurut Kegley ada 3, antara lain: pengaruh
global / global influences, pengaruh domestik / state or internal influences, pengaruh
individu / individual influences. Kemudian, ketiganya akan mempengaruhi bagaimana
sebuah kebijakan luar negeri bisa dibuat dan diputuskan. Pengaruh individu meliputi
karakteristik personal pemimpin suatu negara sebagai manusia,

termasuk

kewajibannya dalam membuat keputusan penting untuk kepentingan aktor negara
maupun non-negara layaknya masyarakat biasa yang perilakunya berdampak politis.
Karakteristik tersebut meliputi kepercayaan pribadi, nilai, dan kepribadian pemimpin. 7
Kemudian, pengaruh domestik terdiri atas kewenangan unit-unit yang
memimpin negara dalam pembuatan kebijakan luar negeri dan atribut internal (yakni
antara lain: tipe pemerintahan, pembangunan ekonomi, kekuatan militer, geopolitik


Mogato, Manuel. 2012. ‘US triples military aid to Philippines in 2012’, Reuters.
, diakses
pada 11 Januari 2013.
7
Charles W. Kegley & Shannon Lindsey Blanton. 2011. ‘Interpreting World Politics’, in World Politics:
Trend and Transformation (2010-2011 edition). Wadsworth: Cengage Learning. Hal. 18

6

5

dan jumlah kelompok nasionalnya) dimana keduanya menentukan pilihan kebijakan
luar negeri.8 Terakhir, pengaruh global mengacu pada interaksi antar aktor negara
maupun non-negara yang dimana perilaku menentukan sistem politik internasional dan
level dari konflik maupun kerjasama yang mencirikan politik global.9 Lebih jauh lagi,
pengaruh global seperti interdependensi perdagangan, hukum internasional, kerusakan
lingkungan dan jumlah aliansi militer.
Dalam menentukan BlackBox atau proses pengambilan keputusan, yaitu
manakah dari ketiga determinan diatas yang paling berpengaruh, tulisan ini akan
mencoba Decision Making Models milik Graham Allison. Penulis merasa Model I

yaitu The Rational Actor Model adalah model yang paling cocok digunakan pada topik
pada tulisan ini. Asumsi Model

I ini antara lain: aktor tunggal yang optimal,

pemerintah sebagai blackboxnya, pemerintah memproses informasi menurut aturan
dalam mengoptimalkan keputusan rasional, informasi yang komplit, serta
mengidentifikasi dan memprioritaskan tujuan negara, mengidentifikasi pilihan
kebijakan alternatif dan konsekuensinya melalui cost and benefit, kemudian
mengidentifikasi pilihan terbaik bagi negara.
B. Alasan Pemberian Asistensi Amerika Serikat kepada Filipina
Kebijakan luar negeri Amerika Serikat terkait pemberian asistensi militer
kepada Filipina dapat dianalisa melalui Determinant of Foreign Policy Behaviour milik
Kegley sehingga melalui tulisan ini diketahui bagaimana sebuah kebijakan luar negeri
bisa dirumuskan. Dalam pengaruh global terdapat variabel yang sekiranya mampu
menjelaskan dikeluarkannya kebijakan luar negeri tersebut, yaitu jumlah aliansi
militer. Amerika Serikat memiliki aliansi militer di Asia Pasifik, yaitu Australia dan
Filipina.10 Keberadaan kedua negara aliansi yang berdekatan dengan kawasan Laut

Ibid., Hal. 19
Ibid.,
10
Global Research. 2011. ‘’Asia-Pasific: America’s Anti-China Military Alliance’, Global Research. <
http://www.globalresearch.ca/asia-pacific-america-s-anti-china-military-alliance/27730 > diakses
pada 13 Januri 2013.
8

9

6

China Selatan memberikan alasan bagi Amerika Serikat untuk melakukan intervensi
atas sengketa di kawasan tersebut.
Kemudian, dari pengaruh domestik terdapat variabel-variabel yang
sekiranya mampu menjelaskan dikeluarkannya kebijakan luar negeri tersebut,
antara lain: geopolitik, kapabilitas militer dan pembangunan ekonomi. Letak
geografis Amerika Serikat yang dikelilingi oleh lautan luas atau samudra dan
letaknya jauh dengan benua lain seperti Asia, Afrika dan Eropa membuatnya
semakin percaya diri dan merasa aman untuk mengeluarkan kebijakan luar negeri
yang agresif sekalipun, sebab peluang untuk berperang di negaranya sangat kecil
mengingat letak geografisnya. Dalam konsep 3G, ketika border stable atau
perbatasannya stabil, maka power projection-nya akan jauh. Hal tersebut mampu
menjelaskan corak politik Amerika Serikat yang agresif ke negara-negara lain,
termasuk power projection-nya ke Filipina.
Variabel selanjutnya adalah kapabilitas militer. Kapabiltas militer Amerika
Serikat merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Terdapat empat cabang militer
Amerika Serikat antara lain: US Army, US Navy (termasuk Marine Corps), US Air
Force dan US Coast Guard. Data 2005 menunjukkan bahwa pengeluaran militer
Amerika Serikat adalah 4% dari GDP-nya.11 Dengan modal kapabilitas militer yang
canggih semakin membuat Amerika Serikat agresif terutama kepada negara-negara
yang cenderung kontra dengan Amerika Serikat. Navy (Angkatan Laut Amerika
Serikat) merupakan militer terbesarnya, sebab mengingat geografisnya yang
dikelilingi oleh lautan. Basis Navy ada di banyak negara bagian Amerika Serikat,
salah satunya di Pearl Harbor.12

11

12

CIA. 2012. ‘The Worldfact Book: United States’, Central Intelligence Agency. <
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/us.html >, diakses pada 10
Januari 2013.
Anonim.
2009.
‘Navy
Facilities
Within
U.S’.
America’s
Navy
<
http://www.navy.mil/navydata/bases/navbases.html> diakses pada 10 Januari 2013.

7

Variabel

terakhir

adalah pembangunan ekonomi.
Status Amerika Serikat sebagai
negara hegemon diikuti pula
dengan kekuatan ekonominya.
Di samping, penulis lampirkan
tabel perkembangan ekonomi
terbesar di dunia menurut The
Richest.13 Ia terkenal sering

memberi dana bantuan kepada
negara-negara berkembang (terlepas conditionality yang diterapkan bersamaan
dengan bantuan tersebut) dan juga ia banyak memiliki modal yang sangat besar di
berbagai organisasi internasional, seperti IMF (International Monetary Fund),
sehingga semakin menaikkan power-nya dalam sistem internasional.
Pengaruh individu terdiri atas variabel kepercayaan, nilai dan kepribadian
pemimpin. Setiap kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh negara sedikit-banyak
dipengaruhi oleh pemimpin yang sedang berkuasa, termasuk Amerika Serikat. Namun,
faktor pemimpin akan sangat berpengaruh dalam kasus negara yang otokratis, bukan
demokratis seperti Amerika Serikat, dimana pengambilan sebuah kebijakan sifatnya
terpusat, sedangkan dalam kasus Amerika Serikat tidak demikian, melainkan banyak
tahap-tahap yang harus dilewati sebelum keputusan resmi dijadikan sebuah kebijakan.
Sehingga, pengaruh individu dalam kasus ini akan sedikit memberikan pengaruh pada
kebijakan luar negeri asistensi militer Amerika Serikat kepada Filipina.
Kemudian untuk mengetahui decision-making processnya atau blackbox
mana dari ketiga pengaruh tersebut yang paling dominan, peneliti menggunakan
Decision Making Model dari Allison, dengan Model I yaitu The Rational Actor
Model. Peneliti memilih model ini sebab sesuai dengan asumsi utama model ini
13

The Richest. 2012, ‘The World’s Largest Ecomonies 2012’ , diakses pada 10 Januari 2013.

8

yaitu negara sebagai aktor tunggal yang benar-benar memiliki kapabilitas
optimal dalam mengeluarkan sebuah kebijakan luar negeri. Kemudian
pemerintah, dalam hal ini pemeritahan Presiden Barrack Obama sebagai
blackboxnya.

Sebelum

diresmikannya

kebijakan

tersebut,

pemerintah

mengidentifikasi threat and opportunities masing-masing pilihan yang sesuai
dengan tujuan negara.
Kemudian dianalisa kebijakan-kebijakan alternatif melalui analisa cost and
benefit. Pilihan yang muncul adalah Amerika Serikat melakukan intervensi di Laut
China Selatan melalui Filipina atau tidak melakukan intervensi di Laut China
Selatan sama sekali. Berikut peneliti berikan tabel analisa mengenai cost and
benefit masing2 pilihan:
Choices
Intervensi

Cost




Benefit

Menambah

alokasi



Menguatkan

basis

pengeluaran militer ke

militer

Filipina.

Serikat di kawasan

Semakin

Asia

membuat

Amerika

Tenggara,

atmosfir perang di Laut

khususnya

China Selatan.

China Selatan


Laut

Mampu menguasai
jalur perdagangan di
Laut

China

Selatan.14


Menguasai cadangan
energi di Laut China
Selatan.

14

F. William Engdahl. 2012, “Obama’s Geopolitical China ‘Pivot’: The Pentagon Targets China”
diakses pada 10 Januari 2013.

9



Mampu

menekan

power China yang
semakin menguat di
Laut China Selatan.
Tidak



Amerika Serikat akan
mendapat

Intervensi

’teguran’

dari ASEAN

sebab

ASEAN belum mampu



Tidak
menambah

perlu
alokasi

pengeluaran militer
ke Filipina.

menyelesaikan
sengketa

ini,

Amerika
sebagai

serta
Serikat

polisi

dibutuhkan

dunia
dalam

penyelesaian sengketa
perbatasan

di

Laut

China Selatan.


China

akan

mampu

menguasai Laut China
Selatan

beserta

kelebihankelebihannya.

Dari tabel perbandingan cost and benefit di atas dapat dilihat bahwa keputusan
melakukan intervensi di Laut China Selatan memiliki keuntungan lebih dibandingkan
tidak melakukan intervensi sama sekali. Meski resiko cost-nya juga ada, sebab sebuah
pilihan pasti memiliki untung-rugi, namun kemungkinan masih bisa ditutupi oleh
benefit dari keputusan untuk melakukan intervensi. Maka, kebijakan intervensi
Amerika Serikat di Laut China Selatan melalui pemberian asistensi militer kepada

10

Filipina resmi dikeluarkan sebab keputusan tersebut adalah terbaik dibanding
kebijakan alternatif lainnya.

PENUTUP
Kebijakan luar negeri Amerika Serikat yaitu intervensi di Laut China Selatan
melalui pemberian asistensi militer ke Filipina telah melalui tahapan identifikasi cost
and benefit. Kebijakan ini mampu memberikan benefit lebih daripada pilihan
sebaliknya yaitu tidak melakukan intervensi di Laut China Selatan. Sesuai dengan
tujuan nasional Amerika Serikat yaitu mempertahankan statusnya sebagai negara maju
dan hegemon, maka kebijakan asistensi militer ke Filipina adalah kebijakan yang
paling menguntungkan dan sesuai dengan tujuan nasional Amerika Serikat. Disamping
alasan cadangan energi yang melimpah dan penguasaan jalur perdagangan, keberadaan
China yang disebut-sebut ’the next hegemon besides US’ menjadi ancaman Amerika
Serikat. Oleh karena itu, intervensi Amerika Serikat akan mempengaruhi eksistensi
China secara general dan power China di Laut China Selatan secara khusus, serta akan
semakin menyulitkan China dalam menguasai kawasan Laut China Selatan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.

2012.

‘Sengketa

Kepemilikan

Laut

Cina

Selatan’,

BBC

Indonesia



diakses pada 10 Januari 2013
Anonim.

2009.

Navy

Facilities

Within

America’s

U.S.

Navy

<

http://www.navy.mil/navydata/bases/navbases.html> diakses pada 10 Januari 2013
CIA.

2012.

‘The

Worldfact

Book:

United

States’,

Central

Intelligence

https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/us.html

Agency.

<

>, diakses pada

tanggal diakses pada 10 Januari 2013.
Fitrianto, Dahono. 2012. ‘AS akan Tingkatkan Kehadiran Militer di Filipina’, Kompas.com <
http://internasional.kompas.com/read/2012/01/26/10412739/AS.Akan.Tingkatkan.Kehadiran.
Militer.di.Filipina > diakses pada tanggal 10 Januari 2013.
_____________. 2012. ‘AS Setuju Hibahkan Kapal Kedua kepada Filipina’, Kompas.com, <
http://internasional.kompas.com/read/2012/02/10/21433724/AS.Setuju.Hibahkan.Kapal.Kedu
a.kepada.Filipina > diakses pada tanggal 10 Januari 2013.
Engdahl, F. William. 2012, “Obama’s Geopolitical China ‘Pivot’: The Pentagon Targets China”
diakses pada 10 Januari 2013.
Global Research. 2011. ‘’Asia-Pasific: America’s Anti-China Military Alliance’, Global Research. <
http://www.globalresearch.ca/asia-pacific-america-s-anti-china-military-alliance/27730

>

diakses pada 13 Januri 2013.
ICE Case Studies. 1997. ‘Spratly Islands Dispute’ ,
diakses pada tanggal 10 Januari 2013.
Kegley, Charles W. & Blanton, Shannon Lindsey. 2011. ‘Interpreting World Politics’, in World Politics:
Trend and Transformation (2010-2011 edition). Wadsworth: Cengage Learning.
Mayor Cba I.K.Arsana Putra. 2012. ‘Konflik Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan’
diakses pada 10 Januari
2013.
Mogato,

Manuel.

2012,

“US

triples

military

aid

to

Philippines

in

2012”

,
diakses pada 11 Januari 2013.
The Richest. 2012, ‘The World’s Largest Ecomonies 2012’ , diakses pada 10 Januari 2013.

Dokumen yang terkait

KARAKTERISTIK PAVING BLOCK FINE COARSE AGREGAT (FCA) DENGAN PEMBERIAN VARIASI PRESSING PADA PROSES PEMBUATANNYA (Studi Penelitian)

0 67 2

ANALISIS EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI CAIRANUNTUK GANGGUANKESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADAAN.Z DENGAN GASTROENTERITIS AKUT DI RUANG EMPU TANTULAR RSUD KANJURUHAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

0 53 22

PERAN PERAWAT DALAM IMPLEMENTASI KOLABORATIF PEMBERIAN TERAPI INSULIN SEBAGAI TINDAKAN DALAM PENURUNAN KADAR GULA DALAM DARAH PADA KLIEN DENGAN HIPERGLIKEMI DI RUANG AIRLANGGA RSUD KANJURUHAN KEPANJEN TAHUN 2012

1 55 23

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

“PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS JUS JERUK MANIS (Citrus sinensis) TERHADAP KADAR GSH (Glutation sulfhidril) HATI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK”

1 35 1

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

DISKRIMINASI PEREMPUAN MUSLIM DALAM IMPLEMENTASI CIVIL RIGHT ACT 1964 DI AMERIKA SERIKAT

0 34 14

PENGARUH PEMBERIAN KUNYIT DAN TEMULAWAK MELALUI AIR MINUM TERHADAP GAMBARAN DARAH PADA BROILER

12 105 39

EFEK KEMOPREVENTIF PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) PADA EPITEL DUKTUS JARINGAN PAYUDARA TIKUS BETINA GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI SENYAWA 7,12-DIMETHYLBENZ[A]ANTHRACENE (DMBA)

1 60 56