SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI SUMATERA

PENDAHULUAN
Perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia tidak bisa mengesampingkan
keadaan Islam pada masa kerajaan Islam.
Masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia dipandang dari segi historis dan
sosiologis sangat kompleks dan terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarah
perkembangan awal Islam. Ada perbedaan antara pendapat lama dan pendapat baru. Pendapat
lama sepakat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke-13 M dan pendapat baru menyatakan
bahwa Islam masuk pertama kali ke Indonesia pada abad ke-7 M. Namun yang pasti, hampir
semua ahli sejarah menyatakan bahwa daerah Indonesia yang mula-mula dimasuki Islam
adalah daerah Aceh kemudian mulai disebarluaskan di daerah lain.
Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pendidikan Islam di Sumatera
yang meliputi Aceh, Minangakabau, Jambi, Sumatera Utara serta Palembang dan Lampung.
Mengenai sistem/materi yang di ajarkan ataupun lembaga pendidikan yang sudah didirikan di
daerah tersebut.

1

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI SUMATERA
A. SEJARAH ISLAM DI SUMATERA
1. Sejarah Islam di Aceh
Masa kerajaan Islam merupakan salah satu dari periodesasi perjalanan sejarah

Pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini karena lahirnya kerajaan Islam yang disertai berbagai
kebijakan dari penguasanya saat itu sangat mewarnai sejarah Islam di Indonesia. Terlebihlebih, agama Islam juga pernah dijadikan sebagai agama resmi negara kerajaan pada saat itu.
Perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia tidak bisa mengesampingkan
keadaan Islam pada masa kerajaan Islam ini. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa
kerajaan Islam di Indonesia,1
2. Kerajaan Islam di Aceh
a) Kerajaan Samudera Pasai
Para ahli sependapat bahwa agama Islam sudah masuk ke indonesia (khususnya
Sumatera) sejak abad ke-7 atau 8 M. Meskipun Islam sudah masuk pada abad ke-7 atau 8 M
tersebut, ternyata dalam perkembangaannya mengalami proses yang cukup lama, baru bisa
mendirikan sebuah kerajaan Islam.2
Kerajaan ini berdiri pada abad ke-10 M/ 3 H. Raja pertamanya adalah Al-Malik
Ibrahim bin Mahdum, yang kedua bernama Al-Malik al Shaleh dan yang terakhir bernama
Al-Malik Sabar Syah.
Seorang pengembara dari Maroko yang bernama Ibnu Batutah pada tahun 1345 M
singgah di Kerajaan Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az-Zhahir pada perjalanannya ke

1

Enung K Rukiati dkk, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2004),


2

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 28

hlm.29

2

Cina. Ibnu Batutah mengemukakan bahwa sistem pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan
Pasai, yaitu:
 Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at ialah fiqih mazhab
syafi’i
 Sistem pendidikannya secara informal berupa majelis taklim dan halaqah
 Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh agama
 Biaya pendidikan agama bersumber dari negara3
b) Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia. Sultan
Mahdum Alauddin Muhammad Amin yang memerintah antara tahun 1243-1267 M tercatat
sebagai Sultan keenam.

Di Perlak terdapat suatu lembaga pendidikan lainnya berupa majelis taklim tinggi,
yang dihadiri khusus oleh para murid yang alim dan mendalam ilmunya. Pada majelis taklim
ini diajarkan kitab-kitab agama yang berbobot dan pengetahuan tinggi, seperti kitab Al-Um
karangan Imam Syafi’i. Dengan demikian, pada Kerajaan Perlak ini proses pendidikan islam
telah berjalan dengan baik. 4
c) Kerajaan Aceh Darussalam (1511-1874)
Kerajaan Aceh Darussalam yang diproklamasikan pada tanggal 12 Zulkaedah 916 H
(1511 M) menyatakan perang terhadap buta huruf dan buta ilmu. Hal ini merupakan tempaan
sejak berabad-abad yang lalu, yang berlandaskan pendidikan Islam dan Ilmu Pengetahuan.

3
4

Zuharini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm. 136
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 30

3

Proklamasi Kerajaan Aceh Darussalam tersebut merupakan hasil peleburan Kerajaan
Islam Aceh di belahan Timur. Putra Sultan Abidin Syamsy Syah diangkat menjadi raja

dengan gelar Sultan Alauddin Ali Mughayat Syah (1507-1522).
Aceh pada saat itu merupakan sumber ilmu pengetahuan dengan sarjana-sarjananya
yang terkenal di dalam dan di luar negeri sehingga banyak orang luar yang datang ke Aceh
Darussalam untuk menuntut ilmu. Pada saat itu terdapat lembaga-lembaga negara yang
bertugas dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan, diantaranya Balai Seutia Hukuma,
Balai Seutia Ulama, Balai Jamaah Himpunan Ulama.5
Adapun jenjang pendidikan yang ada adalah sebagai berikut:
 Meunasah (Madrasah), terdapat di setiap kampung berfungsi sebagai sekolah dasar.
Materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca huruf Arab, ilmu agama, akhlak
dan sejarah Islam.
 Rangkang, meruapakan masjid sebagai tempat berbagai aktiviitas umat termasuk
pendidikan. Materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, ilmu bumi, sejarah, berhitung,
akhlak, fiqih dan lain-lain.
 Dayah, terdapat disetiap ulebalang dan terkadang berpusat di masjid. Materi yang
diajarkan yaitu fiqih, bahasa arab, tauhid, tasawuf/ akhlak, ilmu bumi, sejarah.
 Dayah Teuku Cik, Materi yang diajarkan yaitu fiqih, tafsir, hadis, tauhid, akhlak
tasawuf, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, ilmu falaq
dan filsafat.6

5


Enung K Rukiati dkk, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2004),

6

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 32

hlm.32

4

d) Kerajaan Siak
Sultan pertamanya adalah Abdul Jalil Rahmad Syah yang memerintah sebagai Sultan
Siak I (1723-1746 M). Pada masa kerajaan Siak II di bawah kekuasaan Sultan Muhammad
Abdul Jalil Muzafar Syah (1746-1765 M) adalah zaman panji-panji Islam berkibar di Siak.
Islam diperkirakan masuk ke Siak pada abad ke-12 M.
Demikianlah diantara kerajaan-kerajaan yang berada di Sumatera yang berasaskan
Islam, perlu ditekankan bahwa semua kerajaan tersebut telah mendukung penyiaran
pendidikan Islam, baik di Sumatera maupun di luar daerah Sumatera.
B. SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI SUMATERA

1. PENDIDIKAN ISLAM DI MINANGKABAU
Menurut sebagian ahli sejarah, Islam masuk ke Minangkabau kira-kira tahun 1250 M.
Ulama yang termasyhur sampai sekarang sebagai pembawa Islam ke Minangkabau adalah
Syekh Burhanuddin yang dilahirkan di Sintuk Pariaman tahun 1066 H/ 1646 M dan wafat
tahun 1111 H/ 1691 M. Dia mengajarkan agama Islam dan membuka madrasah (surau)
tempat pendidikan dan pengajaran agama Islam. Menurut Prof. H. Mahmud Yunus, Syekh
inilah yang pertama kali mendirikan madrasah untuk menyiarkan pendidikan dan pengajaran
Islam di Minangkabau dengan sistem yang lebih teratur sesuai dengan sistem pendidikan dan
pengajaran Islam yang digunakan gurunya, Syekh Abdul Rauf di Aceh.7
Agama Islam masuk ke Minangkabau melalui dua arah, yaitu:
1. Dari Malaka, melalui Sungai Siak dan Sungai Kampar lalu ke pusat Minangkabau.
2. Dari Aceh, melalui pesisir barat.
Dengan tersebarnya Islam di Minangkabau, adat setempat yang berlawanan dengan
syara mulai ditinggalkan. Peraturan-peraturan yang berlaku dalam negeri dinamai Hukum
7

Enung K Rukiati dkk, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2004),

hlm.34


5

Adat. Dan peraturan-peraturan secara Islam dinamai Hukum Syara’ sehingga terkenal
pepatah, “Adat bersendi Syara’, Syara’ bersendi kitabullah”. Pada setiap desa, diangkat
seseorang sebagai tempat bertanya tentang hukum adat yang dinamai “Cermin yang tiada
kabur, pelita yang tiada paham”. Adapun yang menetapkan hukum syara’ adalah Suluh nan
terang. Di Minangkabau terkenal empat sebutan orang, yaitu: Penghulu (Raja dalam suku),
Manti (Menteri), Dubalang (Polisi dalam suku) dan Malim (Kepala agama).8
Pendidikan Islam di Minangkabau mengalami perkembangan yang pesat karena
banyaknya buku-buku pelajaran agama Islam yang masuk ke sana. Adapun susunan materi
pendidikan Islam di Minangkabau antara lain:
a. Belajar huruf Hijaiyah seperti halnya di Aceh.
b. Pengajian kitab yang terbagi atas tiga tingkatan, yaitu: Nahwu, Saraf, dan Fiqih,
Tauhid, Tafsir.
c. Pengajian ilmu Tasawuf, Mantiq, dan Balaghah.
Sistem pendidikan yang digunakan masih seperti masa-masa awal, yaitu halaqah dan
sistem majelis taklim. Di Minangkabau yang menjadi pusat pendidikan awal permulaan Islam
adalah Surau kemudian dibuat ruang-ruang berbentuk kelas, dinamakan madrasah.9
Sebagaimana telah disebutkan di muka, bahwa Syekh Burhanuddin adalah orang
pertama yang melakukan pendidikan keislaman. Diantara muridnya yang termasyhur adalah

Tuanku Mansiang Nan Tuo di Paninjauan. Selain itu, ada pula Tuanku di Tanah Rao, dan
masih banyak lagi para Tuanku yang mengajarkan ilmu agama Islam di Minangkabau.
Namun, perlu dicatat bahwa untuk jalannya pendidikan Islam, tiap-tiap negeri mendirikan

8
9

Ibid., hlm.35
http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/15/sejarah-pendidikan-islam-di-indonesia/

6

balai adat (tempat musyawarah), masjid (tempat beribadah), air tepian (tempat mandi), dan
pasar (tempat berjual-beli).10
Pada tahun 1803, tiga orang anak Minangkabau yang melaksanakan ibadah haji di
Mekah, yaitu seorang dari Pandai Sikat, seorang dari Sumanik (Tanah Datar) dan seorang
lagi dari Piobang, Lima Puluh Koto. Di Mekkah pada masa itu sedang gencar-gencarnya
ajaran Wahabi, maka merea pun mempelajari ajaran Islam Wahabi itu. Orang Pandai Sikat
diberi gelar Haji Miskin. Dalam mengajarkan ajaran agama Islam, ia menggunakan cara yang
dirasa oleh orang Minangkabau terlalu keras, hingga ia dikeluarkan oleh penduduk setempat

dari daerahnya, lalu ia pindah ke Luhak Limapuluh, bertempat di masjid Sungai Landir di Air
Tabit. Di sana, ia bersungguh-sungguh menjalankan ajaran Islam menurut mazhab Wahabi.
Akibatnya timbullah kerusuhan di dalam negeri sehingga merea sepakat untuk membunuh
Haji Miskin menyebabkan Minangkabau terpech menjadi dua aliran, yaitu aliran lama yang
dipimpin oleh Tuanku Nan Tuo dan Pakih Sagir yang tetap menghormati adat yang sesuai
dengan budaya Islam, dan aliran baru yang menentang adat, yang pemimpinnya terkenal
dengan sebutan Tuanku Nan Selapan yang digelari orang Harimau Nan Selapan. Tuanku Nan
Selapan ini terdiri dari:
1. Tuanku di Kubu Sanang;
2. Tuanku di Ladang Lawas;
3. Tuanku di Padang Luar;
4. Tuanku di Galung;
5. Tuaku di Koto Ambalau;
6. Tuanku di Lubuk Aur;
7. Tuanku di Bangsah (Tuanku Nan Rinceh);
10

Enung K Rukiati dkk, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2004),

hlm.35


7

8. Tuanku Haji Miskin.
Tokoh yang terkenal dalam perang Paderi adalah Tuanku Imam Bonjol. Dari segi
sejarah pendidikan Islam Malin Basa (Tuanku Imam Bonjol) sangat berjasa dalam proses
penyebaran pendidikan agama Islam sesuai dengan sistem yang dibawa dari Mekkah.
Namun, penjajahan Belanda di Minangkabau selama 108 tahun, membuat pengajaran agama
Islam mundur sehingga datang pembaharu kedua, ketiga dan seterusnya.
Pada masa sebelum tahun 1900, sistem pendidikan di Minangkabau dinamai sistem
lama. Sistem lama itu dilakukan dengan pengajian Al-Qur’an sebagai pendidikan Islam
pertama. Sistem ini meliputi cara mengajarkan huruf Al-Qur’an (hijaiyah), yaitu dengan cara
mengajarkan nama-nama huruf menurut tertib Qidah Bagdadiyah, kemudian titik huruf,
macam-macam baris dan membaca juz Amma, selanjutnya mushaf Al-Qur’an. Cara
mengajarkan ibadah bermula dari bersuci, wudhu, lalu shalat. Cara mengajarkan akhlak
melalui cara menceritakan nabi-nabi dan orang shaleh, serta suri teladan dari guru agamanya.
Cara mengajarkan iman, dengan cara mengajarkan keimanan. Pengajian kitab yang diajarkan
bila anak telah mampu membaca Al-Qur’an, yaitu dengan mempelajari kitab nahu, sharaf,
ilmu fikih, ilmu tafsir dan lain-lain.
Adapun sistem baru yang digunakan dalam pendidikan dan pengajaran di

Minangkabau dimulai tahun 1900-1908. Pada tahun 1909-1930, lahirlah madrasah-madrasah
yang menggunakan sistem baru (klasikal). Sekolah yeng pertama kali menggunakan sistem
baru tersebut adalah Sekolah Adabiyah di Padang yang didirikan oleh Syekh Abdullah
Ahmad pada tahun 1909. 11

11

Ibid.,hlm..37

8

Di samping madrasah-madrasah yang diperuntukkan bagi anak-anak, perguruanperguruan tinggi Islam pun mulai berdiri seperti Sekolah Tinggi Islam yang didirikan oleh
Mahmud Yunus pada tanggal 9 Desember 1940.
Sejak 1945-1959 sekolah-sekolah pemerintah resmi dimasukkan, serta guru-guru
agama pun ditetapkan dan mendapat gaji. Hasil ini didapat diantaranya karena perjuangan
Mahmud Yunus yang pada waktu itu menjabat sebagai pemeriksa agama pada kantor
pengajaran di Minangkabau. Dari sanalah, pendidikan Islam dikembangkan dari pendidikan
dasar sampai perguruan tinggi. Di antara para pembaharu pendidikan Islam di Minangkabau
adalah H. Muh. Taib Umar (1874-1920), Syekh H. Abdul Karim Amrullah (1879-1945),
Syekh H. Ibrahim Musa (1884), Syekh Abdullah Ahmad (1878-1933), Syekh M. Jamil
Jambek (1860-1947), Syekh H. Abbas Abdullah (1883-1957), Zaenuddin Labai el Yunusi
(1890-1924).
Merekalah yang berjasa besar terhadap kemajuan pendidikan Islam di Minangkabau
yang sampai sekarang masih terus ditumbuhkembangkan.12
2. PENDIDIKAN ISLAM DI JAMBI
Jambi adalah salah satu daerah yang berpegang teguh pada ajaran Islam. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya pesantren/madrasah di Jambi, seperti berikut:
1. Pesantren/ Madrasah Nurul Iman di Jambi
Pesantren ini didirikan pada tahun 1332 H oleh H. Abdul Samad. Pada mulanya
sistem ini digunakan sama seperti pesantren-pesantren lainnya, yaitu sistem halaqah.
Namun, beberapa tahun kemudian memakai sistem klasikal, yaitu dalam pelaksanaan
pengajarannya menggunakan ruangan kelas, papan tulis, meja, bangku dan
sebagainya.
12

Ibid.,

9

2. Madrasah Sa’adatud Darain
Madrasah ini didirikan oleh H. Ahmad Syakur. Sistemnya sama dengan madrasah
Nurul Iman. Murid-muridnya kurang lebih 300 orang dengan gurunya 20 orang di
tahun 1957.
3. Madrasah Nurul Islam
Madrasah ini didirikan oleh Kamas H. Muh. Shaleh. Jumlah muridnya hampir sama
dengan madrasah Sa’adatud Darain.
4. Madrasah Jauharain
Madrasah ini didirikan pada tahun 1340 H oleh H. Abd. Majid. Muridnya hampir
sama dengan madrasah Nurul Islam.
5. Madrasah As’ad
Madrasah ini didirikan oleh K. Abd. Kadir pada tahun 1952. Sistemnya seperti
dikemukakan prof. H. Mahmud Yunus, yaitu mengikuti sistem-sistem madrasah di
Minangkabau. Begitu pula, buku-buku yang dipelajarinya.13

3. PENDIDIKAN ISLAM DI ACEH
Sejak masuknya Islam ke Aceh sekitar tahun 1290 M, pendidikan Islam lahir dan
tumbuh dengan suburnya, terutama dengan berdirinya kerajaan Islam di Pasai. Pesantrenpesantren pun dibangun dengan bantuan pihak pemerintah Islam pada waktu itu. Masa
pemerintahan Iskandar Muda, merupakan zaman keemasan bagi pendidikan Islam sehingga
tumbuh nama-nama ulama yang termasyhur seperti: Syekh Nurudin Ar-Raniri, Syekh Ahmad
Khatib Langin, Syekh Syamsudin As-Sumatrawi, Syekh Hamzah Fansuri, Syekh Abdur Rauf
dan muridnya dan Syekh Burhanuddin yang kemudian menjadi ulama besar di Minangkabau.
Syekh Abdur Rauf adalah ulama yang menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa
Melayu. Tafsir Al-Qur’an iru bernama Tarjamanul Mustafid Bil Jawi. Ulama-ulama Aceh
13

Ibid.,

10

pun telah mengarang kitab-kitab dengan bahasa Aceh, seperti: Akhbarul Karim, Bahaya
Siribene dan masih banyak lagi. Hal ihwal tentang pendidikan Islam di Aceh cukup semarak
dan maju karena mendapat dukungan dari pihak pemerintah. Namun, sangat disayangkan,
keadaan yang damai dalam menjalankan syariat pendidikan Islam terbengkalai setelah
timbulnya kerusuhan-kerusuhan antara kampung yang satu dan kampung yang lainnya. Pada
tahun 1873-1904 terjadi peperangan Aceh karena ulah para penjajah Belanda terhadap umat
Islam yang bermaksud menghancurkan persatuan dan kesatuan di kalangan umat Islam.
Setelah perang selesai, pendidikan Islam pun berkembang kembali hingga mengalami
berbagai pembaharuan mulai rencana pengajaran sampai pembagian tingkat atau kelas.14
4. PENDIDIKAN ISLAM DI SUMATERA UTARA
Pendidikan Islam di Sumatera Utara ditandai oleh tumbuhnya berbagai pesantren dan
madrasah yang cukup qualified dalam mencetak kader penerus cita-cita bangsa dan agama.
Di antara pesantren yang terkenal adalah pesantren Syekh Hasan Ma’sum di Medan (1916
M), Pesantren Syekh Abdul Wahab Sungai Lumut, Panai Labuhanbilik (Labuhanbatu),
Pesantren/ Madrasah Abdul Hamid Tanjung Balai, Asahan dan Pesantren Syekh Sulaiman
At-Tambusy (Kualuh). Adapun madrasah yang terkenal adalah Madrasah Maslurah (1331 H/
1912 M), Madrasah Aziziyah (1923 M). Madrasah Lilbanat, dan Maktab Islamiyah Tapanuli
Medan (1336 H/ 1918 M).15
Pesantern dan madrasah tersebut sudah mempraktikkan rencana pengajaran yang
tersusun rapi memakai sistem klasikal dan bertingkat bagi madrasah, mempelajari kitab
klasik bagai pesantren dan ilmu pengetahuan umum bagi madrasah.

14
15

Ibid.,
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,(Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1992),

hlm. 185

11

Di samping pesantren dan madrasah, telah berdiri pula Universitas Islam Sumatera
Utara (UISU) yang didirikan di Medan tanggal 7 Januari 1952 M yang mulanya bernama
Perguruan Tinggi Islam Indonesia Medan. Perubahan nama menjadi UISU terjadi pada tahun
1956 M.
5. PENDIDIKAN ISLAM DI SUMATERA SELATAN (PALEMBANG DAN
LAMPUNG)
Memasuki tahun 1930-an muncul berbagai lembaga pendidikan Islam di beberapa
wilayah di karesidenan Palembang, terutama di Palembang antara lain; Madrasah Al-Ilhsan
10 ilir, Madrasah Arabiyah 13 Ulu, Madrasah Nurul Falah, Madrasah Muhammadiyah,
Madrasah Darul Funun dan Madrasah Ma’had Islami Selain dalam format Madrasah,
Lembaga pendiidkan Islam di Palembang juga muncul dalam format sekolah umum ala
Belanda yang akhirnya disebut sekolah Islam, artinya dalam penyelenggaraan pendidikannya
juga menyajikan materi pelajaran agama. Berbagai pembaharuan dalam berbagai unsur baik
dari segi organisasi, administrasi, kurikulum maupun aspek-aspek yang terdapat dalam
system dan lembaga pendidikan Islam di Palembang dan bersumber pada ide-ide yang
dibawa oleh para alumni pusat-pusat pendidikan Islam di Timur Tengah, adopsi dari sistem
dan lembaga dan lembaga pendidikan Barat yang dibentuk oleh pemerintah kolonial Belanda.
Selain itu bersumber juga dari gerakan pembaharuan pendidikan pendidikan di Indonesia
khususnya dari pulau jawa dan pemikiran serta aksi pembaharuan social dan keagamaan
Islam yang dibawa oleh organisasi Islam semacam Muhammadiyah dan Al-Irsyad.16
Sistem pengajaran di pesantren dan madrasah di Sumatera Selatan dalam hal
pendidikan Islam hampir sama dengan di Jawa, bagitu pula kitab yang dipelajrainya.
Pesantren dan madrasah yang terkenal, seperti: madrasah Al-Qur’aniyah, Sekolah Ahliyah
Diniyah, Madrasah Nurul Falah dan Madrasah Darul Funun.
16

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2033540-sejarah-pendidikan-islam-di-sumatera/

#ixzz4OPqy0yDb

12

Di samping pesantren dan madrasah juga telah berdiri Perguruan Islam Tinggi
Palembang di Sumatera Selatan pada tahun 1957 M.17

17

Enung K Rukiati dkk, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2004),

hlm.40

13

PENUTUP
Perjalanan sejarah pendidikan islam di Indonesia terjadi karena lahirnya kerajaan
islam di Indonesia yang sangat mewarnai sejarah pendidikan islam di Indonesia terlebih-lebih
agama islam di Indonesia, pengajaran islam serta penyebaran islam bertambah maju.
Para ahli sependapat bahwa agama Islam sudah masuk ke indonesia (khususnya
Sumatera) sejak abad ke-7 atau 8 M. Pada zaman kerajaan Samudera Pasai, sistem
pendidikan mencakup: materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at ialah fiqih
mazhab syafi’i; sistem pendidikannya secara informal berupa majelis taklim dan halaqah;
tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh agama; biaya pendidikan agama bersumber
dari negara.

14

DAFTAR PUSTAKA
Rukiati, K Enung dan Hikmawati, Fenti. 2006. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia.
Bandung: Pustaka Setia
Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Zuharini, dkk. 1997. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Yunus, Mahmud. 1992. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara Sumber Widya

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2033540-sejarah-pendidikan-islam-disumatera/#ixzz4OPqy0yDb
http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/15/sejarah-pendidikan-islam-di-indonesia/

15