PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM DI TURKI ANDA

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM DI TURKI
(ANDALUSIA)
Makalah ini Dipresentasikan pada Seminar Makalah dalam Matakuliah
Pemikiran Pendidikan Islam
Oleh:
LUKMAN HAKIM RITONGA
Prodi : PEDI-B

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Dja’far Siddik, M.A

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

BAB I
PENDAHULUAN
Ketika Islam mulai memasuki pada era kemunduran di daerah semenanjung
Arab, bangsa Eropa mulai bangkit yang kemudian banyak dikenal dengan

renaissance. Bangkit dalam bidang politik, dengan keberhasilan Eropa
mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Harus diakui, justru dalam bidang
ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan negara-negara baru
Eropa. Kemjuan-kemajuan Eropa tidak dapat dipisahkan dari peran Islam saat
menguasai Spanyol.1
Dari Spanyol Islam itulah Eropa banyak menimba ilmu pengetahuan. Ketika
Islam mencapai masa keemasannya, kota Cordoba dan Granada di Spanyol
merupakan pusat-pusat peradaban Islam yang sangat penting saat itu dan dianggap
menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen, Katolik
maupun Yahudi dari berbagai wilayah dan negra banyak belajar di perguruanperguruan tinggi Islam di sana.

Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa. 2

Sehingga keamanan mereka terjaga penuh dengan kedamaian dan toleransi yang
tinggi, kebebasan untuk berimajinasi dan adanya ruang yang luas untuk
mengekspresikan jiwa-jiwa seni dan sastra.
Penduduk keturunan Spanyol dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori,
yaitu: pertama, kelompok yang telah memeluk Islam; kedua, kelompok yang tetap
pada keyakinannya tetapi meniru adat dan kebiasaan bangsa Arab, seperti perilaku

dan perkataan; mereka kemudian dikenal dengan sebutan musta’ribah, dan ketiga,
1

Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2005), h. 109.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II (Jakarta: Rajawali Pers,
2004), h. 87.
2

kelompok yang tetap berpegang teguh pada agamanya semula dan warisan budaya
nenek moyangnya. Tidak sedikit dari mereka, yang no-muslim, menjadi pejabat
sipil maupun militer, di dalam kekuasaan Islam Spanyol. Mereka pun mendapat
keleluasaan dalam menjalankan ibadah mereka tanpa diganggu atau mendapat
rintangan dari penguasa muslim saat itu, sesuatu yang tidak pernah terjadi
sebelumnya saat penguasa Kristen memerintah Spanyol.3

3

Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam: dari Masa Klasik Hingga Modern
(Yogyakarta: LESFI, 2004), h. 83.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Letak Geografis Andalusia
Negeri Andalusia terletak di Spanyol dan portugal. Andalusia adalah
sebutan yang diberikan kaum muslim terhadap kawasan Iberia (Spanyol). Sebutan
itu berasal dari kata Vandal, suatu kelompok etnis Jerman atau Sicilia yang pernah
menyerbu kawasan itu pada abad ke-5 M. Saat itu semenanjung Iberia pernah
dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka dikalahkan oleh bangsa Ghotia
Barat pada abad ke-5. Daerah ini dikuasai oleh Islam setelah penguasa bani
Umayyah merebut tanah semenanjung ini dari bangsa Ghotik Barat pada masa
khalifah al-Walid ibn Abdul al-Malik.4
Luas kedua negara itu sekitar 600.000 km2, atau kurang dari 2/3 luas mesir.
Semenanjung Andalusia dipisahkan dengan Maroko oleh sebuah selat yang
semenjak era penaklukan Islam kemudian dikenal sebagai selat Gibraltar (yang
oleh para penulis dan sejarawan Arab dikenal dengan nama dar az-ziqaq); yang
lebarnya sekitar 12,8 km antara Sabtah (Ceuta) dan Jabal Thariq (Gilbraltar).5
Spanyol

adalah


negara

yang

berubah

nama

setelah

Andalusia,

kepopulerannya dikarenakan adanya satu klub sepak bola ternama Real Madrid.
Masyarakatnya lebih mengenal pemain sepak bola ketimbang pemimpin negara
mereka, bahkan dalam daftar kekayaan club ternama di dunia, Real Madrid
termasuk rangking di puncak dalam peringkat pendulangan harta kekayaan.6
Semenanjung Iberia terletak di bagian Tenggara Eropa, di atas daratan
segitiga yang semakin menyempit saat kita berjalan ke arah Timur, dan semakin
melebar saat kita berjalan menuju arah Barat. Di bagian Selatan ia berbatasan
dengan Prancis dengan dibatasi barisan pegunungan yang dikenal sebagai

pegunungan Bartat. Air laut mengelilingi wilayah ini dari segala penjuru; yang
menyebabkan bangsa Arab menyebutnya sebagai jazirah al-Andalusia ataupun
pulau Andalusia. Laut Tengah meliputinya dari arah Timur dan Tenggara,
4

Afifuddin, “Pendidikan Islam di Andalusia dan Sisilia,” dalam Didaktika: Jurnal
Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Vol. 10, 2015.
5
Rhagib as-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, Terj. Muhammad Ihsan dan Abdul
Rasyad Shiddiq (Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2013), h. 12.
6
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011),
h. 95.

kemudian laut atlantik meliputinya perbatasan darat yang menghubungkan
semenanjung ini dengan Eropa, karena di Utara ia bertemu dengan laut atlantik
dan di Selatan ia bertemu dengan laut Tengah (Mediteranian Sea). Pegunungan
Pirenia yang menjadi pemisah antara Prancis dan Spanyol membuat seolah-olah
semenanjung itu membalikkan wajahnya membelakangi Eropa dan mengarah ke
arah Maroko. Inilah yang kemudian disepakati oleh para ilmuan geografis

muslim, bahwa Andalusia sebenarnya adalah kelanjutan dari Afrika, dan bukan
belahan benua Eropa. Apalagi telah diketahui bahwa semenanjung ini memiliki
banyak kesamaan ekologis (tanaman dan hewan) dengan Maroko, khususnya kota
Sabtah (Cueta) dan Thanjah (Tangier).
Adapun dari dalam semenanjung itu sendiri maka kita berhadapat dengan
sebuah daratan tinggi yang dikenal dengan Maseta, yang dilintasi oleh
pegunungan secara horizontal, dipenuhi oleh banyak sungai yang mengalir,
seolah-olah ia hidup di atas jalur-jalur air.7 Inilah letak geografis negeri Andalusia
yang sekarang kita kenal dengan sebutan Spanyol.
B. Masuknya Islam ke Andalusia
Dalam sejarah ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, tanah Spanyol lebih
banyak dikenal dengan sebutan Andalusia, yang diambil dari sebutan tanah
semenanjung liberia. Julukan Andalusia berasal dari kata Vandalusia yang berarti
negeri bangsa Vandal, karena bagian Selatan semenanjung ini pernah dikuasai
oleh bangsa Vandal sebelum mereka dikalahkan oleh bangsa Gothia Barat pada
abad ke-5. Daerah ini dikuasai Islam setelah penguasa bani Umayyah merebut
tanah semenanjung ini dari bangsa Gothia Barat masa khalifah al-Walid ibn Abdul
Malik.8
Islam masuk ke Spanyol (Cordoba) pada tahun 93 H (711 M) melalui jalur
Afrika Utara di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad yang memimpin angkatan

perang Islam untuk membuka Andalusia.9 Sebelum penaklukan Spanyol, umat
Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikan sebagai salah satu provinsi
dari dinasti bani Umayyah.
7

Rhagib as-Sirjani, Bangkit, h. 12-13.
Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam, h. 69.
9
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, h. 110.
8

Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi di zaman khalifah Abdul
Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man alGhassani menjadi gubernur di daerah Afrika Utara. Pada masa khalifah al-Walid,
Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid,
Musa ibn Nushair melakukan perluasan wilayah kekuasaannya dengan menduduki
Aljazair dan Maroko. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali
dikalahkan sampai salah satu provinsi dari khalifah bani Umayyah memakan
waktu selama 53 tahun, dimulai dari tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah
ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa khalifah al-Walid). 10 Sebelum
dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, kawasan ini terdapat kantung-kantung

yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan yang dapat
dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan. Mereka adalah Tharif
ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai
perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan
benua Eropa dengan satu pasukan perang lima ratus orang diantaranya adalah
tentara berkuda yang gagah berani, mereka menaiki empat buah kapal uang
disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta
rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif ibn
Malik dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visighotic yang berkuasa di
Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta
rampasan perang, Musa ibn Nusair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke
Spanyol sebanyak 7.000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.11
Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan Spanyol karena
pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian
besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang
Arab yang dikirim khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di
bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.12 Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq
dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama
10


Syalabi, Sejaran dan Kebudayaan Islam Jilid II (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983), h.

154.
11

Philip K. Hitti, History of the Arab (London: Macmillan Press, 1970), h. 493.
Carl, Brockelmann, History of the Islami Peoples (London: Rotledge & Kegan Paul,
1980), h. 83.
12

Gilbraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasinya daerah tersebut, maka terbukalah
pintu secara luas memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di Bakkah, raja
Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya menaklukkan kotakota penting seperti Cordova, Granada dan toledo (ibu kota kerajaan Gothik pada
saat itu).13 Sebelum menaklukkan kota Toledo, Thariq meminta tambahan pasukan
kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara. Lalu, dikirimlah 5.000 personil,
sehingga jumlah pasukan Thariq 12.000 orang. Jumlah ini tidak sebanding dengan
pasukan Ghotik yang berjumlah 25.000 orang.14
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan
untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Musa ibnNushair pun melibatkan

diri untuk membantu perjuangan Thariq. Selanjutnya, keduanya berhasil
menguasai seluruh kita penting di Spanyol, termasuk bagian Utaranya mulai dari
Sangosa sampai Navarre.15
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan
khalifah Umar ibn Abdul Aziz tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya menguasai
daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang kedua
terbesar dari penyerbuan kaum muslimin bergerak dimulai pada permulaan abad
ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh ke Prancis
Tengah dan bagian-bagian penting dari italia.
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah.
Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal. Faktor
eksternal, adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri.
Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi politik, wilayah
Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil.
Bersamaan dengan itu, penguasa Ghotic bersikap tidak toleran terhadap aliran
agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap
penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian
terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibabtis menurut agama Kristen. Bagi
yang tidak bersedia akan disiksa dan dibunuh secara brutal.16


13

Syalabi, Sejarah dan Kebudaan Islam, h. 161.
Philip K. Hitti, History of the Arab, h. 628.
15
Carl, Brockelmann, History of the Islami Peoples, h. 14.
16
Thomas w. Arnold, Sejarah Dakwah Islam (Jakarta: Wijaya, 1983), h. 118.
14

Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaanya diliputi oleh
kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti
itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebasan dan juru pembebasannya
mereka temukan dari orang Islam.

17

berkenaan dengan itu, Ameer Ali, seperti

dikutip oleh Imanuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati
kenyaman dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan
tetangganya di Jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah
kekuasaan tangan resi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam
kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat. 18 Akibat perlakuan
yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan
dan pemberontakan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu
keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak
coraknya dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika
Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal,
sewaktu Spanyol berada di bawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan
tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri, dan
perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi,
setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Gothic, perekonomian
lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan
terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dengan
daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.19
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama
disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa
pemerintahan raja Roderick, raja Gothic terakhir yang dikalahkan Islam.
Awal

kehancuran

kerajaan

Gothic

adalah

ketika

raja

Roderick

memindahkan ibu kota negaranya dari Sevilla ke Toledo, sementara Witiza yang
saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja.
Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza.
Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderic.
17

Mahmudunnasir, Islam Its Concept & History (New Delhi: Kitab Bravan, 1981), h. 214.
S. M. Imanuddin, Muslim Spain: 711-1492 A.D (Leiden: e. J. Brill, 1981), h. 9.
19
S. M. Imanuddin, Muslim Spain, h. 13.
18

Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara
itu, terjadi pula komplik antara Roderick dengan ratu Julian, mantan penguasa
wilayah Septah. Julian bergabung dengan kaum muslimin di Afrika Utara dan
mendukung usaha uman Islam untuk menguasai Spanyol. Julian bahkan
memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Thaif, Tariq, dan
Musa.20
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah tentara Roderick yang
terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang.
Selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan dan
memberikan bantuan bagi perjuangan kaum muslimin.21
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang
terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang, dan para prajurit Islam
terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin
adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentara yang kompak, bersatu, dan penuh percaya
diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam mengahadapi setiap persoalan.
Tidak kalah pentingnya, adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam,
yaitu sikap toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama,
dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan
pendudukan Spanyol menyambut kehadirian Islam di sana.
C. Karakteristik Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Islam dan
Teknologi Andalusia
Meskipun persaingan yang terjadi antara Abbasiyah di Baghdad dan
Umayyah di Andalusia, namun hubungan budaya antara Timur dan Barat tidak
selalu berupa peperangan. Banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung
Barat wilayah Islam ke ujung Timur dan sebaliknya, dengan membawa bukubuku dan gagasan-gagasan cerdas. Sejumlah sarjana muslim dikirim ke daratan
India dan Cina untuk dapat meningkatkan hubungan dan kerja sama dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Pada kesempatan yang sama, banyak kalangan

20
21

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, h. 96.
Syalabi, Sejarah, h. 158.

terpelajar dan penguasa dari Jerman, Prancis, Itali, dan India belajar ke
Andalusia.22
Pada saat madrasah berkembang pesat di berbagai belahan dunia Islam,
terutama di wilayah Timur, istilah madrasah masih belum dikenal di Andalusia.
Sistem pengajaran diselenggarakan di mesjid-mesjid. Dunia pendidikan Islam,
khususnya madrasah berjalan sebentar di Andalusia, yaitu kurang lebih setengah
abad.23
Hal ini juga tidak terlepas dari pasang surutnya dunia Islam di Spanyol
saat itu. Sebagaimana yang dipaparkan oeleh Badri Yatim bahwa terdapat
beberapa alasan yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran kekuatan Islam
di Spanyol, antara lain adanya konflik antara Islam dengan Kristen, tidak adanya
ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
dan keterpencilan Spanyol dari tanah Arab yang menjadi basis Islam.24
Charles Stanton, seperti dikutip Hanun, mengungkapkan alasan mengapa
madrasah tidak dikenal di Andalusia. Menurutnya, hal tersebut disebabkan karena
mayoritas muslim di Andalus menganut mazhab Maliki yang konservatif dan
tradisional. Penguasa-penguasa yang mengatur wakaf tidak memberikan
kesempatan kepada para dermawan untuk mempengaruhi pemilihan dan
pergantian guru, syekh atau pengganti-penggantiannya atau mengajukan dirinya
untuk menjadi pengawas wakaf.25
Pertumbuhan lembaga-lembaga pendidikan Islam tergantung kepada
keluarga penguada, terutama khalifah, yang menjadi pendorong utama bagi
kegiatan keilmuan di Granada, Sevillah dan Cordova. Fikih merupakan inti
kurikulum, namun mereka lebih menekankan kepada mazhab Maliki daripada
mazhab-mazhab lainnya. Hal ini juga berlaku pada saat menentukan tenaga
pengajar dan kurikulum yang akan diterapkannya, peran khalifah dan penasehatpenasehat dekatnya aman dominan. Karena khalifah dan keluarganya amat
menentukan dalam penyediaan dana dan arah kegiatan lembaga-lembaga
pendidikan di Andalusia, maka maju mundurnya lembaga-lembaga tersebut amat
22
23

Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, h. 110.
Asrahan, Hanun, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h.

116.
24
25

Afifuddin, Jurnal Didaktika, h. 8.
Afifuddin, Jurnal Didaktika, h. 6.

tergantung kepada interest patronase penguasa terhadap kegiatan keilmuan
Islam.26 Kekuatan intelektual muslim Spanyol sebenarnya baru dimulai pada abad
kesepuluh, tetapi kontribusinya yang paling signifikan baru dilakukan selama
periode paruh terakhir abad kesebelas hingga perTengahan abad ketiga belas.
Pada saat ini Spanyol telah memantapkan bangunan fondasinya dalam dunia ilmu
pengetahuan yang telah dirintisnya beberapa waktu sebelumnya, termasuk di
antaranya adalah dengan mulai masuknya ilam sejak abad ke-7.
Berbagai khazanah Islam mulai diperkenalkan kepada mata dunia Eropa,
sejalan dengan meningkatnya arus mahasiswa dan cendikiawan dari Eropa Barat
yang belajar di sekolah-sekolah tinggi dan universitas Spanyol dan melalui
terjemahan-terjemahan karya-karya muslim yang berasal dari sumber-sumber
(berbahasa) Arab. Hal inilah yang merangsang tumbuh dan berkembangnya teori
dan praktik dunia kedokteran, menghasilkan kontroversi baru dalam bidang
teologi dan filsafat.27 Pada dunia pendidikan Islam, khususnya kawasan Islam
Timur mulai dikenal lembaga madrasah, namun istilah madrasah ini belum
banyak dikenal di Andalusia. Mesjid dan perpustakaan masih menjadi basis dalam
pengembangan dunia pengetahuan. Istilah madrasah tidak dikenal di Andalusia
hingga abad ke-13 M. Baru pada perTengahanabad ke-14 M, sebuah bangunan
madrasah yang besar didirikan di Granada oleh penguasa Nasrid, yaitu Yusuf Abu
al-Hajjaj pada tahun 750 H (1349 M). Pembangunan madrasah di Granada
tersebut akhirnya menjadi contoh bagi pendirian madrasah-madrasah di empat lain
di Andalusia.28
Pada zaman kegemilangan Islam di Andalusia, ilmu-ilmu dan seni
semakin bertambah banyak dan berkembang pesat sehingga sukar dihimpun
semuanya. Namun demikian, bangunan keilmuan Islam pada masa itu dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Pengetahuan syariah, seperti ilmu Tafsir, ilmu Qira’ah (tata cara membaca
quran), tajwid dan pemberian harakat (dlabt), ilmu Hadist, ilmu
Musthalah Hadist, ilmu Fikih, ilmu Usul Fikih, ilmu Kalam, dan Tasawuf.

26

Ibid.,
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, h. 117.
28
Ibid.,
27

b) Ilmu-ilmu bahasa dan sastra, seperti ilmu Bahasa, ilmu Nahwu, Sharaf,
dan Arudl, ilmu Sastra, ilmu Balaghah dan ilmu Kritik Sastra (Naqd
Aladab).
c) Ilmu-ilmu sejarah dan sosial, yaitu: ilmu Sirah, Peperangan dan Biograf,
ilmu Sejarah, Politik, Sosial, ilmu Jiwa, Pendidikan, Akhlak, Sosiologi,
Ekonomi, dan Tata Laksana yang terdiri dari ilmu-ilmu berikut: ilmu
Geografi dan Perencanaan Kota.
d) Ilmu-ilmu Falsafah (filsafat), Logika, Debat, dan Diskusi.
e) Ilmu Murni, yaitu Matematika, ilmu Falak, dan ilmu Musik Pendidikan.
f) Ilmu-ilmu Kealaman dan eksperimental, yaitu ilmu Kimia, ilmu Kimia,
ilmu Fisika dan Biologi.
g) Ilmu-ilmu terapan dan praktis, yaitu ilmu Kedokteran, Farmasi, dan
Pertanian.29
Namun harus diakui bahwa kawasan Andalusia di bawah pengaruh Islam
pada saat itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju dibandingkan di
kawasan Eropa lainnya. Hampir tidak seorangpun penduduknya yang buta hurup,
baik tulis maupun baca. Disisi lain Eropa Kristen saat itu baru mengenal asas-asas
ilmu pengetahuan, itupun masih terbatas pada beberapa kalangan, yaitu kalangan
pendeta dan penguasa.
Dari tanah Andalusia pun dunia ilmu pengetahuan dan peradaban Arab
mengalir dengan deras ke negara-negara Eropa Kristen melalui kelompokkelompok terpelajar yang mengecap pendidikan di universitas Cordova, Malaga,
Granada, Seville, dan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan lainnya di kawasan
Andalusia. Pengaruh-pengaruh tersebut sampai hari ini sebagian masih
dipertahankan sebagaibukti sejarah bagaimana kontribusi Islam terhadap
kebudayaan dan peradaban Barat. Dengan demikian dapat dibayangkan
bagaimana besarnya peranan Spanyol di dalam naungan umat Islam yang dikenal
dengan Andalusia dalam menghantarkan dunia Eropa memasuki periode baru,
yaitu masa kebangkitan (rennaissance).

29

Afifuddin, Jurnal Didaktika, h. 8.

D. Spesifikasi Pemikiran Pendidikan Islam Andalusia
Sejarah perjalan Islam tentu tidak akan luput tentang daulah Umayyah,
terlihat dalam sudut pandang sejarah tentang perkembangan pendidikan Islam
yang

menghantarkan

dunia

Islam

pada

inklusifisme

pemikiran

ketika

merasionalisasikan al-Qur’an, keadaan ini semakin membuka pandangan umat
untuk

terus

menerjemahkan

manuskrif-manuskrif

peninggalan

helenik,

Abdurrahman ad-Dakhil sebagai periode kedua daulah Amawiyah dan selanjutnya
pada periode ketiga ketika itu Andalusia telah terpecah-pecah menjadi negaranegara

kecil

dan

ini

menyebabkan

berkurangnya

perkembangan

ilmu

pengetahuan, dimana beliau menerapkan pendidikan yang berbasis di mesjid
sampai kepada terbentuknya pendidikan tinggi di Cordova, pada awalnya
pendidikan berkembang hanya pada sistem membaca, menulis, menghapal, dan
keseluruhannya itu mengkaji tentang pendidikan agama, seperti ilmu bahasa Arab,
Sastra, Hadist, Fikih, dan sebagainya, selanjutnya berkembang kepada ilmu-ilmu
alat. Perkembangan pendidikan tinggi ini menjadikan perhatian masyarakat Eropa
untuk menimba ilmu-ilmu sebagai kebutuhan peradaban.30
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia Islam dilambangkan dengan
dinasti Umayyah menunjukkan bahwa dunia Islam telah menancapkan cakarnya
menuju perubahan yang berkonsentrasi pada penyebaran agama Islam, para tokoh
pemikir-pemikir Islam waktu itu seperti, Abdullah ibn Yasin, Abu Am’r Yuduf
ibn al-Barr abu al-Walid, ibn Hazm, Hussain ibn al-Ghassani, ibn Ashim dan
mereka ini adalah para muhadditsin.31
Prestasi tersebut karena atas seiringnya visi dan visi pemerintah dengan
para

ilmuan

sehingga

perkembangan

ilmu

pengetahuan

bergulir

dan

menumbuhkan ilmu lainnya yang di antaranya adalah pengetahuan tentang agama
yaitu pengkajian tentang hadits, fikih,32 ilmu kalam, tasawuf, sastra yaitu sebagai
salah satu unsur untuk mempermudah dalam menerjemahkan manuskripmanuskrip yang ditemukan dalam masa eksvansi filsafat dan sains merupakan
30

Musyifah sunanto, Sejarah Islam Klasim: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam
(Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 128.
31
Ahmad Amin, Dzuhr Al-Islam: Juz Iii (Kairo: Maktabah, Al-Nadhah Al-Mishriyyah,
1953), h. 48.
32
Ibid., ulama fikih, terkenal waktu itu adalah imam malik (abd. Makil ibn habib alsullami) yang mengembangkan ilmu fikih dari warisan gurunya. Dan beliau banyak mendidik
murid-muridnya sampai menjadi tokoh penyebar paham malikiyah, seperti: yahya ibn al-laits, isa
ibn dinar fikih yang saat ini masih tetap dianut oleh umat Islam modern.

kajian tentang transformasi helenik terhadap pemurnian filsafat ke dalam filsafat
Islam yaitu pemikiran-pemikiran Aristoteles dan tokoh-tokoh lainnya dan juga
yang terkenal ketika itu adalah kemahiran para penyair dalam mengubah katakata. Perkembangan arsitektur yaitu pengembangan konstruksi infra-struktur
dalam mendirikan mesjid-mesjid dan bangunan lainnya.33
Di antara ilmu pengetahuan tersebut masih ada keilmuan yang
berkembang ketika itu termasuk ilmu tumbuh-tumbuhan dan pengobatan yang
dikembangkan melalui penelitian yang mengagungkan oleh para ilmuan Islam
seperti Sabi’in al-Ghafiqi, Abu Ja’far, dan yang mengembangkan ilmu kedokteran
diwakili oleh Ahmad ibn Muhammad, yang bahan obat-obatannya menggunakan
tumbuh-tumbuhan.34
Sistem pengembangan pendidikan yang diterapkan pemerintah ketika itu
tidak dapat dipisahkan atas kerja sama dengan para ilmuan yang berasal dari
Eropa Timur dan mereka sengaja didatangkan ke Spanyol untuk mengajarkan
ilmu yang masih berbahasa Parsi dan berbahasa Pahlavi juga bahasa-bahasa
lainnya, juga para ilmuan yang sengaja melakukan penelitian di luar Andalusia
sebagai bentuk observasi dan eksperimen dan semuanya itu didukung oleh
pemerintah dan kesungguhan para ilmuan juga kestabilan keamanan waktu itu
menjadi sebuah jaminan bagi ilmuan, sehingga mereka lebih leluasa dalam
mengembangkan dan mengajarkan ilmu-ilmu tersebut, dimana Islam telah
menjebatani dan membangkitkan stagnasi ilmu-ilmu Yunani Purba.35
1. Mendirikan lembaga pendidikan
Ketika umat Islam berkuasa di Spanyol, umat Islam telah mendirikan
madrasah yang tidak sedikit jumlahnya guna menopang pengembangan peradaban
pendidikannya. Madrasah-madrasah itu tersebar di seluruh daerah kekuasaan
Islam, antara lain di Qurthubah (Cordova), Isybillah (Seville), Thuailitiah
(Toledo), Ghranathah (Granada), dan lain sebagainya.
Guna melakukan sosialisasi ilmu pengetahuan lebih meluas, khalifah
Abdul Rahman III mencoba merintis dengan mendirikan universitas Cordova
sebagai pusat ilmu pengetahuan. Dari sini terlihat dengan jelas begitu besarnya
33

Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam, h. 130.
Philif K.Hitti, History, h. 557.
35
Amin, Dzuhr al-Islam, h. 295.
34

perhatian yang diberikan penguasa dalam memajukan pendidikan Islam di
Spanyol masa itu. Di Cordova telah berdiri lembaga pendidikan, baik sekolah
rendah sampai perguruan tinggi kurang lebih sebanyak 800 sekolah, belum lagi
sekolah-sekolah yang ada di daerah lain seperti Toledo, Seville, dan lain
sebagainya.
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa pola lembaga pendidikan
yang ditawarkan pada masa itu telah memilki kesamaan stratifikasi dengan
pendidikan saat ini. Kesamaan tersebut adalah diterapkannya tingkatan-tingkatan
kelas tertentu (sistem klasikal) dalam proses pendidikannya. Hal ini berarti telah
ada pengelolaan administrasi pendidikan yang telah rapi pada saat itu, baik yang
menyangkut taraf perkembangan peserta didik, fasilitas, maupun materi yang
diajarkan.
Untuk sekolah rendah, pendidikan Spanyol Islam lebih menitikberatkan
pada pendidikan agama, meliputi: dasar-dasar agama dan sastra. Sedangkan, pada
taraf berikutnya meningkatkan materi pendidikan ilmu-ilmu akal, seperti
matematika, farmasi, kedokteran, pelayaran, fisik, seni arsitektur, geografi,
ekonomi, dan sebagainya. Serta pengembangan ilmu-ilmu naqli (ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan al-Qur’an dan Hadits). Dalam menunjang pendidikannya,
pendidikan

Spanyol

Islam

memberlakukan

kurikulum

universal

dan

komprehendif, artinya menawarkan materi pendidikan agama dan umum secara
integral pada setiap tingkatan pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Indikasi
dari kedalaman dan keluasan kurikulumSpanyol Islam waktu itu oleh jadi
ditentukan konsekuensi-konsekuensi praktikal yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia, sehingga pola kurikulum yang diterapkan bersifat fleksibel dan adaktif.
Bagi pendidikan kejuruan, kurikulum yang ditawarkan oleh memberikan
penekanan

khusus

pada

spesialisasi

yang

ditawarkan.

Pengembangan

kebijaksanaan ini diberikan hak kepada kebijaksanaan lembaga atau penguasa
dimana pendidikan itu dilaksanakan.

Metode yang diterapkan dapat dibagi kepada dua macam:

a. Metode bagi pendidikan formal
Pada pendidikan formal, guru/dosen duduk di atas podium. guru
memberikan materi pelajaran khususnya pendidikan tinggi dengan membacakan
manuskrif-manuskrif. Setelah itu, guru menerangkan secara jelas, kemudian
materi itu didiskusikan bersama. Para pelajar diberikan kebebasan untuk bertanya
dan mengeluarkan pendapat, bahkan diperkenankan untuk berbeda pendapat
dengan statmen yang diberikan gurunya asal mereka dapat mengajukan buktibukti yang mendukung kebenaran pendapatnya. Kesimpulan dari diskusi tersebut
kemudian mereka catat, khususnya pada materi yang terbatas buku cetakannya.
Dalam menyampaikan materi pelajaran, seorang dosen dibantu oleh
seseorang asisten yang bertugas untuk membantu pelajar (mahasiswa) dalam
memahami materi yang dipelajarinya. Ia menggunakan tiga langkah dalam
prestasinya, yaitu: menerangkan materi secara umum, agak singkat, dan secara
detail. Kemudian jika masih ada yang belum mengerti, ia tidak segan-segan untuk
mengulangnya kembali. Kemudia mahasiswa menghafalnya, mengulang lagi apa
yang dihafalnya, dianalisis dan di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Metode pendidikan bagi pendidikan non-formal
Metode pendidikan ini menggunakan metode halaqoh. Posisi guru
berada para pengunjung. Guru mendiktekan sejumlah buku. Dan kemudian
menjelaskannya secara rinci. Diskusi seperti ini merupakan ini merupakan metode
mengajaran yang telah membumi di Spanyol.36
Berdasarkan tulisan-tulisan yang ada yang membahas seputar sejarah
pendidikan dan sejarah peradaban Islam, secara global, pendidikan Islam di
Spanyol terbagi ke dalam dua tingkatan, kuttab dan al-ma’had al-‘ali (semacam
pendidikan tinggi).
1) Kuttab
Lembaga kuttab ini bisa dipadankan dengan lembaga pendidikan pesantren
atau minimal halaqah atau pengajian tradisional. Pada lembaga pendidikan
kuttab, para siswa mempelajari beberapa bidang studi dan pelajaran-pelajaran
khusus yang meliputi fikih, bahasa dan sastra serta musik dan kesenian.
36

Samsul Nizal, Sejarah, h. 79-84.

a) Bidang Fikih
Dalam bidang fikih, Spanyol Islam menganut mazhab Maliki, para
ulama memperkenalkan materi-materi fikih dari mazhab imam Malik. Para
ulama yang memperkenalkan mazhab ini antara lain Ziyad ibn ‘Abd alRahman, perkembangan selanjutnya ditentukan oleh ibn Yahya yang
menjadi qadi pada masa Hisyam ibn ‘Abd al-Rahman. Ahli-ahli fikih lain
diantaranya Abu Bakar ibn al-Qutiyyah, Munzir ibn Sa’id al-Baluti dan
ibn Hazm yang terkenal.37
Para siswa di kuttab-kuttab tersebut mendapatkan materi fikih cukup
lengkap dari ulama-ulama tersebut yang berkompeten pada disiplin
ilmunya. Perkembangan ilmu agama di lingkungan masyarakat intelek
Islam Spanyol, oleh sebagian penulis sejarah, diidentikkan dengan
perkembangan hukum Islam (ilmu fikih) atau ilmu syariat yang telah
mengalami penyempitan makna.
b) Bidang bahasa dan sastra
Al-Qali seorang profesor dari universitas Cordova kelahiran Armenia,
awalnya belajar di Baghdad, kemudian disusul oleh Muhammad ibn Hasan
al-Zubaydi (928-989 M), seorang muridnya berdarah asli Spanyol
kelahiran Seville yang mewarnai hampir seluruh ilmu gurunya. Sebagai
bahasa resmi dan bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di
Spanyol, bahasa Arab diajarkan kepada murid-murid dan para pelajar, baik
muslim maupun non musli. Hal ini dapat diterima oleh masyarakat,
bahkan mereka rela menomorduakan bahasa asli mereka di daerahnya.
Diantara ahli bahasa yang terkenal ialah ibn Malik, pengarah kitab alfiyyah, ibn Sayyidin, ibn Khuruf, ibn al-Hajj, Abu ‘ali al-Shibli, Abu alHasan ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnati.
Orang Islam Spanyol juga berjasa atas penyusunan tata bahasa Hebrew
(bahasa orang Yahudi) yang secara esensial didasarkan pada tata bahasa
Arab. Selanjutnya, di bidang sastra, terdapat juga kemajuan yang sangat
dignifikan dan melahirkan banyak tokoh. Ibn ‘Abd al-Rabbih, seorang
pujangga yang sezaman dengan ‘Abd al-Rahman III mengarang kitab al37

Ubadah, “Peradaban Islam di Spanyol dan Pengaruhnya Terhadap Peradaban Barat,”
Dalam Hunafa: Jurnal Hunafa, Vol. 5, No. 2, 2008.

Iqd al-Farid dan al-Ghani. Ali ibn Hazam (ibn Hazm) juga menulis
sebuah antologi syair cinta berjudul Tawq al-Hamamah. Bidang syair,
yang digabungkan dengan nyanyian, terdapat tokoh ‘Abd al-Walid bin
Ziyad dan Walladah yang melakukan improvisasi spektakuler dalam
bidang syair. Karya mereka Muwassah dan Jazal merupakan karya
monumental yang pernah mereka ciptakan pada masa itu sehingga orangorang Kristen mengadopsinya untuk nyanyian himne Kristiani mereka.38
c) Bidang musik dan kesenian
Dalam bidang musik dan kesenian Spanyol Islam memiliki tokoh
seniman yang sangat terkenal, yaitu al-Hasan ibn Nafi. Setiap kali ada
pertemuan dan perjamuan di Cordova, Ziryb (nama julukan) selalu
mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai pengubah lagu,
ilmu yang dimilikinya itu diajarkan kepada anak-anaknya, baik laki-laki
maupun perempuan dan juga kepada budak-budak.
2) Madrasah
Ketika umat Islam berkuasa di Andalusia (Spanyol) mereka telah
mendirikan madrasah yang tidak sedikit jumlahnya juga untuk menopang
pengembangan pendidikannya. Madrasah-madrasah itu tersebar diseluruh
daerah kekuasaan Islam, antara lain Qurthuba (Cordova), Isybiliyah
(seville), thulaithilah (toledo), gharnathah (granada), dan lain sebagainya.39
3) Al-Ma’had ‘Ali (Pendidikan Tinggi)
Antara pertengahan abad ke-8 sampai dengan akhir abad ke-13.
Melalui usaha yang mereka lakukan, ilmu pengetahuan kuno dan ilmu
pengetahuan Islam dapat ditransmisikan ke Eropa. Saat Bani Umayyah
berada di bawah kekuasaan al-Hakam menyelenggarakan pengajaran dan
telah memberikan penghargaan kepada para sarjana. Ia membangun
universitas Cordova berdampingan dengan mesjid ‘Abd al-Rahman III
yang selanjutnya tumbuh menjadi lembaga pendidikan yang terkenal
sejajar dengan universitas Nizhamiyah di Baghdad dan al-Azhar di Kairo.
Di antara para ulama yang bertugas di universitas Cordova adalah ibn
Qutaibah yang lebih dikenal sebagai ahli tata bahasa dan Abu ‘Ali al-Qali
38
39

Ibid., h. 155.
Ramayulis, Aspek Historis Pendidikan Islam (Padang: the Zaky Press, 2008), h. 9.

dikenal sebagai pakar filologi. Universitas ini memiliki perpustakaan yang
menampung koleksi sekitar 4 juta buku.
Universitas ini mencakup jurusan yang meliputi astronomi, matematika,
kedokteran, teologi dan hukum. Selain itu, di Spanyol terdapat universitas
terkenal di wilayah Sevilla, Malaga, dan Granada. Mata kuliah yang diberikan di
universitas-universitas tersebut meliputi teologi, hukum Islam, kedokteran, kimia,
filsafat, dan astronomi.40
a) Bidang filsafat
Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis
“diimpor” dari Timur dalam jumlah besar sehingga Cordova dengan
perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad
sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan
oleh para pemimpin dinasti Amawiyyah di Spanyol ini merupakan
persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama dan pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu
Bakar Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih terkenal dengan nama ibn
Bajah.
Seperti

al-Farabi

dan

ibn

Sina

di

Timur,

masalah

yang

dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Tokoh utama kedua adalah
Abu Bakar ibn Thufail, yang banyak menulis masalah kedokteran,
astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hayy ibn
Yaqzan. Bagian akhir abad ke-12 M. Menjadi saksi munculnya seorang
pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam,
yaitu ibn Rush dari Cordova , ciri khasnya adalah kecermatannya dalam
menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatiannya dalam
menggeluti masalah-masalah klasik tentang keserasian filsafat dan agama.
Dia juga ahli fikih dengan karyanya yang termasyhur bidayat al-mujtahid.
Jika dilihat perkembangan filsafat di kalangan masyarakat intelek Islam
Spanyol, akan tampak dominasi dari tiga orang filosof kelahiran negeri

40

Ubadah, Jurnal Hunafa, h. 157.

tersebut, yakni ibn Bajah (w. 1138 M), ibn Tufail (w. 1185 M) dan ibn
Rush (w. 1126-1198 M).
b) Bidang Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika astronomi, kimia dan lainlain, juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas terkenal dalam ilmu
kimia dan astronomi. Ia adalah orang pertama yang menemukan karya
kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqas terkenal dalam ilmu
astronomi. Ia juga berhasil membuat teropong yang dapat menentukan
jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova
adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasaan ibn Abi Ja’far dan
saudara perempuannya al-Hafiz adalah dua orang ahli kedokteran dari
kalangan wanita.
c) Bidang Pendidikan
Titik berat ilmu pendidikan yang berkembang pada masyarakat intelek
Islam Spanyol adalah perhatian mereka pada keharusan seseorang bisa
membaca dan menulis yang secara mendasar ditujukan kepada (kecakapan
membaca dan menulis) al-Qur’an, tata bahasa Arab dan Syair. Disamping
itu, kegiatan kepandidikan juga dalam hal-hal tertentu, berpusat pada
persoalan-persoalan hukum atau fikih, yang merupakan istilah derivasi
tidak langsung dari kata syariat atau wahyu dan mengalami penyempitan
makna.
d) Bidang Kepustakaan
Keberadaan perpustakaan dengan sejumlah besar bukunya merupakan
salah satu di atara sekina sarana penunjang kependidikan yang menjadi
pusat perhatian mereka. Perpustakaan al-Hakam yang jumlah bukunya
mencapai 400.000 buah. Sumber-sumber dana yang berasal dari badanbadan wakaf yang didirikan secara khusus untuk itu telah sangat
membantu peningkatan kualitas perpustakaan.
e) Bidang Kesejahteraan
Dalam bidang sejarah dan geografi, ibn Jubair dari Valencia (11451228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim di Mediterania dan Sicilia.
Ibn Batutah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai samudra Pasai dan

Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada,
sedangkan ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah.