PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN SAAT PANEN D

I.

PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN SAAT PANEN DAN
SUHU PENYIMPANAN

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Panen merupakan tindakan memisahkan bahan makanan langsung
dari media tumbuh yang biasanya dilakukan oleh manusia. Mutu hasil
panen yang baik sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasar akan
produk hasil pertanian. Pemanenan yang tepat dapat memberikan pengaruh
terhadap mutu hasil pertanian yang diperoleh. Mengetahui saat panen yag
tepat akan memberikan dampak yang tepat terhadap efisiensi proses
pemanenan serta untuk mendapatkan hasil pertanian yang maksimal dengan
mutu yang baik. Proses pemanenan yang dilakukan saat buah sudah matang
akan mengurangi umur simpan hail pertanian khususnya buah tomat. Panen
yang dilakukan saat buah terlalu matang dapat memperpendek rantai
distribusi. Proses panen yang terlalu dini juga berpengaruh terhadap
kandungan serta hasil kuantitas panen buah tomat sehingga harga jual akan
rendah.
Umur simpan hasil pertanian juga dipengaruhi tingkat transpirasi

dan respirasi yang terjadi pada hasil pertanian. Tingkat transpirasi dan
respirasi yang tinggi akan memberikan dampak pada menurunnya kualitas
buah tomat. Utamanya buah tomat akan mengalami pengkerutan pada kulit
serta pembusukan yang mengakibatkan nilai harga jual rendah dan tidak
layak konsumsi. Suhu dapat memberikan dampak pada tingkat aktivitas
respiras dan transpirasi hasil pertanian. Penyimpanan buah tomat secara
sederhana dilakukan pada kotak kayu yang disimpan pada suhu ruang,
sehingga umur simpan hasil buah tomat masih cukup pendek.
Suhu dan kondisi panen yang optimal untuk penyimpanan buah
tomat perlu diketahui untuk meningkatkan kualitas hasil dan umur simpan.
Paktikum ini bermanfaat untuk memberikan gambaran keadaan suhu serta
kondisi panen terhadap hasil umur simpan buah tomat. Berbagai perlakuan

1

2

yang dilakukan bermanfaat untuk mengetahui kondisi pemanenan serta
suhu yang optimal untuk mutu hasil pertanian utamanya buah tomat yang
baik.

2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilaksanakan praktikum acara I Pengaruh Tingkat
Kematangan Saat Panen dan Suhu Penyimpanan adalah untuk mengetahui
pengaruh tingkat kematangan saat panen dan pengaruh suhu penyimpanan
terhadap buah tomat.

3

B. Tinjauan Pustaka
Tanaman tomat salah satu tanaman yang tumbuh baik di dataran tinggi
maupun di dataran rendah. Tanaman tomat dapat tumbuh baik di dataran tinggi
(700 mdpl), dataran medium (200 m - 700 mdpl), dan dataran rendah (kurang
dari 200 mdpl). Faktor temperatur dapat mempengaruhi warna buah,
temperatur tinggi (di atas 32°C) warna buah tomat cenderung kuning,
sedangkan pada temperatur tidak tetap warna buah cenderung tidak merata.
Temperatur ideal dan berpengaruh baik terhadap warna buah tomat adalah
antara 24°C - 28°C yang umumnya merah merata. Keadaan temperatur dan
kelembaban yang tinggi, berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan,
produksi dan kualitas buah tomat. kelembaban yang relatip diperlukan untuk
tanaman tomat adalah 80 %. Tanaman tomat memerlukan intensitas cahaya

matahari sekurang–kurangya 10-12 jam setiap hari (Sastrahidayat 2007).
Sayuran dan buah-buahan merupakan salah satu komoditas yang
dikonsumsi dalam bentuk segar. Akan tetapi komoditas tersebut sangatlah
rentan akan kerusakan karena memiliki kndungan air yang reatif tinggi.
Penanganan pasca panen melalui proses penyimpanan merupakan tindakan
yang banyak dilakukan untuk mempertahankan mutu dari sayuran dan buahbuahan tersebut. Penyimpanan dapat dilakukan dengan perlakuan suhu rendah
pada sayur dan buah (Murti 2009).
Tanaman tomat adalah tanaman tahunan berumur pendek dengan masa
hidup 5-6 bulan. Siklus hidup tanaman tomat meliputi tahap biji, vegetatif,
reproduktif, dan perkembangan buah. Perkecambahan biji pada tomat
termasuk dalam kategori perkecambahan epigeal, dimana radikula muncul dan
diikuti dengan memanjangnya hipokotil dan membawa serta kotiledon dan
plamula ke atas permukaan tanah. Tahap biji meliputi dormansi dan
germinasi. Germinasi biasanya terjadi pada kondisi optimal yang ditandai

4

dengan munculnya radikula kira-kira 5-10 hari setelah penanaman biji
(Babalola et al 2010).
Penyimpanan buah pada suhu rendah dapat memperlambat kecepatan

reaksi metabolisme sehingga akan memperpanjang umur simpannya. Dari
hasil penelitian, diketahui bahwa buah terong belanda yang dipanen pada
stadia masak (kulit berwarna merah), pH juice, total asam dan total padatan
terlarutnya tidak mengalami perubahan setelah 15 hari disimpan pada suhu
00C atau 35 hari penyimpanan pada suhu 70C, tetapi dari hasil penelitian lain
ditemukan bahwa buah terong belanda yang dipanen pada stadia matang
(mature) yaitu pada saat kulit berwarna ungu tua, maka buah masih dapat
melanjutkan proses pemasakan secara normal (Julianti 2011).
Parameter kualitas pada penyimpanan buah tomat yaitu karoten total,
asam sitrat, dan vitamin C akan mengalami perubahan secara signifikan
selama penyimpanan. Suhu tinggi mempercepat terjadinya oksidasi asam
askorbat menjadi dehidroaskorbat asam, diikuti proses hidrolisis menjadi asam
2,3– diketogulonik, dan polimerisasi lebih lanjut untuk membentuk produk
nutrisi aktif lainnya. meningkatnya suhu maka kecepatan reaksi perubahan
perubahan karoten total dan vitamin C akan semakin tinggi, sedangkan asam
sitrat akan menurun. Penyimpanan pada suhu tinggi dapat mempercepat
sintesa karoten total. Sebaliknya, penyimpanan suhu rendah secara kinetik
membatasi kerusakan pigmen sehingga baik untuk mempertahankan klorofil
(Masithoh et al 2013).
Sebagaimana buah dan sayuran, buah tomat yang telah dipanen masih

melakukan respirasi dan transpirasi. Sehingga pemetikkan harus dilakukan
pada watu yang tepat karena tomat akan mengalami proses pemasakan sampai
buah masak penuh. Tomat yang akan dipasarkan jarak jauh sebaiknya dipetik
pada tingkat kematangan 70% (kuning kehijauan), sedangan dipasarkan local
dapat dipetik pada tingkat kematangan 80%. Panen atau pemetikan yang tepat
akan mampu menyediakan tomat yang baik bagi konsumen (Syukur 2015).

5

Penyusutan bobot buah cenderung meningkat selama penyimpanan.
Kehilangan berat pada buahdan sayuran yang disimpan, terutama disebabkan
oleh kehilangan air sebagai akibat dari proses penguapan dan kehilangan
karbon selama respirasi. Kelembaban relative yang rendahdapat mempercepat
penguapan terutama pada suhu ruang yang tinggi, sedangkan kehilangan berat
akibat respirasi tidak dapat dihindarkan karena buah tomat yang dipanen
masih hidup dan masih mengalami pernapasan ( Hartuti 2006).
Semakin lama penyimpanan pada suhu ruang akan semakin banyak
basa yang dihasilkan akibat semakin meningkatnya aktivitas mikroorganisme
yang pada akhirnya mengakibatkan


terjadinya pembusukan. Proses

pembusukan akan diikuti dengan peningkatan pH, dan keadaan ini akan diikuti
pula dengan peningkatan pertumbuhan bakteri. Pembusukan yang terjadi akan
mengurangi kualitas hasil pertanian (Suradi 2012).
Tekstur buah akan mengalami perubahan selama proses pematangan
dan juga penyimpanan. Selama pematangan buah akan menjadi lunak dan
kadar bahan-bahan pectin meningkat. Hal ini dikarenakan pelarutan pectin
mempengaruhi sifat-sifat fisik dinding sel yang berdampak pada integrasi
struktural buah. Proses ini akan semakin cepat jika buah berada pada suhu
yang tinggi (Zulkarnain 2010).
Tomat akan mengalami berbagai perubahan baik secara fisik maupun
kimia selama proses pematangan. Perubahan secara fisik yang terjadi
diantaranya adalah perubahan warna kulit, ukuran, perubahan tekstur serta
kekerasan buah. Perubahan-perubahan tersebut akan menurunkan mutu,
kondisi dan penampakan buah tomat sehingga menurunkan harga jualnya
(Rizal 2009).
Penyimpanan pada suhu rendah diketahui merupakan salah satu
metode yang paling umum digunakan para petani. Penyimpanan suhu rendah
diketahui sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan umur simpan hasil

pertanian. Umur simpan akan meningkat jika buah disimpan pada suhu
berkisar antara 5-10°C (Hassan et al. 2013).

6

C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Mata Kuliah Pasca Panen acara I Pengaruh Tingkat
Kematangan Saat Panen dan Suhu Penyimpanan dilaksanakan pada Hari
Senin 3 Oktober 2016 pada pukul 07.00-09.00 WIB di Laboratorium
Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Nampan
2) Timbangan Analitik
3) Almari Pendingin
b. Bahan
1) Buah tomat (Lycopersicon esculentum)
2) Plastik

3. Cara Kerja
a.

Mengelompokkan buah tomat menjadi dua faktor perlakuan antara
lain :
Tingkat kematangan buah tomat:
1) Hijau masak (M1)
2) Pecah warna (M2)
3) Matang merah (M3)

7

Suhu penyimpanan:
1) Dengan kemasan plastik dalam suhu ruang (S1)
2) Tanpa kemasan plastik dalam suhu ruang (S2)
3) Dengan kemasan plastik dalam suhu rendah (S3)
4) Tanpa kemasan plastik dalam suhu rendah (S4)
b.

Melakukan pengamatan

1) Tekstur (Tingkat Kekerasan)
Mengamati untuk mengetahui kekerasan dengan cara memegang
dan memberi skor. Skor 1 = lunak sekali, skor 2 = Lunak, skor 3
= agak lunak, skor 4 = keras. Dilakukan setiap hari.
2) Warna
Mengamati perubahan warna setiap hari. Skor 1 = hijau, skor 2 =
hijau kekuningan, skor 3 = kuning, skor 4 = kuning kemerahan,
skor 5 = merah. Dilakukan setiap hari.
3) Rasa
Mengamati rasa tomat di awal dan di akhir pengamatan. Skor 1 =
asam sekali, skor 2 = asam, skor 3 = agak manis, dan skor 4 =
manis.
4) Umur simpan
Mengamati umur simpan dengan menghitung hari lamanya buah
bertahan dari awal penyimpanan sampai 50 % buah rusak. Buah
dikatakan rusak apabila dalam satu buah telah 25 % rusak.
Dilakukan setiap hari.
5) Berat susut
Mengamati berat susut dengan menimbang buah tomat setiap
hari. Menghitung berat susut dengan rumus :


Beratsusut 

beratawal  beratakhir
x100%
beratawal

4. Pengamatan yang Dilakukan
a.

Tekstur (Tingkat Kekerasan)

8

Mengamati untuk mengetahui kekerasan dengan cara memegang dan
memberi skor. Skor 1 = lunak sekali, skor 2 = Lunak, skor 3 = agak
lunak, skor 4 = keras. Dilakukan setiap hari.
b.

Warna

Mengamati perubahan warna setiap hari. Skor 1 = hijau, skor 2 =
hijau kekuningan, skor 3 = kuning, skor 4 = kuning kemerahan, skor
5 = merah. Dilakukan setiap hari.

c.

Rasa
Mengamati rasa tomat di awal dan di akhir pengamatan. Skor 1 =
asam sekali, skor 2 = asam, skor 3 = agak manis, dan skor 4 = manis.

d.

Umur simpan
Mengamati umur simpan dengan menghitung hari lamanya buah
bertahan dari awal penyimpanan sampai 50 % buah rusak. Buah
dikatakan rusak apabila dalam satu buah telah 25 % rusak.
Dilakukan setiap hari.

e.

Berat susut
Mengamati berat susut dengan menimbang buah tomat setiap hari.
Menghitung berat susut dengan rumus :

beratawal  beratakhir
x100%
beratawal
DAFTAR PUSTAKA
Babalola DA, Makinde YO, Omonona BT et al. 2010. Determinants of post
harvest losses in tomato production: a case study of Imeko-Afon local
government area of Ogun state. Acta SATECH Journals of life and
physical science 3(2):14-18.
Fellow 2000. Pitahaya (Hylocereus spp). A new crop, a market with future. Fruits
61 : 237-250.
Hartuti N. 2006. Penanganan segar pada penyimpanan tomat dengan pelapisan
lilin untuk memperpanjang masa simpan. Bandung: Balai Penelitian
Tanaman Sayuran
Hassan, ZH, Lesmayanti, S, Qomariah, R and Hasbianto, A. 2013. Effects of wax
coating applications and storage temperatures on the quality of tangerine
citrus (Citrus reticulata) var. Siam Banjar. International Food Research
Journal 21(2): 641-648.
Julianti E. 2011. Pengaruh tingkat kematangan dan suhu penyimpanan terhadap
mutu buah terong Belanda (Cyphomandra betacea). J Hort. Indonesia
2(1):14-20.
Kays 2001. The growth of the Dunning R-3327-H transplantable prostate
adenocarcinoma in rats fed diets containing tomato, broccoli, lycopene, or
receiving finasteride treatment. FASEB J. 18: A886 (591.4).
Masithoh R., Budi R , Lilik S , Agus H. 2013. Model kinetika perubahan kualitas
tomat selama penyimpanan. Jurnal Teknologi Pertanian No. 1(14): 21-28
Murti R. 2009. Pola Pewarisan Karakter Buah Tomat. J. Zuriat 15(2):114-119.
Nyoman 2013. Kajian metode pelilinan terhadap umur simpan buah manggis
(Garcinia mangostana) semi-cutting dalam penyimpanan dingin. Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI) No. 2 (19): 104 110.
Pangaribuan D,H. 2008. pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar gula dan
vitamin c pada buah jeruk siam ( Citrus nobilis var. microcarpa ). Buletin
anatomi dan fisiologi volume XVI.
Purwadi N, Sapuan dan Rahmansyah D. 2012. Tomat unggul. Jakarta: Penebar
Swadaya
Rizal 2009. Pengukuran kelunakan buah dan skala warna pada buah tomat.
http://rizalm09.student.ipb.ac.id/tag/pasca-panen-2/. Diakses pada hari
Minggu tanggal 9 Oktober 2016 pukul 14.00 WIB.
Sastrahidayat 2007. Bertanam tomat. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suradi, K. 2012. Pengaruh lama penyimpanan pada suhu ruang terhadap
perubahan nilai ph, tvb dan total bakteri daging kerbau. Jurnal Ilmu Ternak
12(2): 9-12.
Syukur M. 2015. Bertanam tomat di musim hujan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Zulkarnain, H. 2010. Dasar-dasar hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta.
Beratsusut 