ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. F DENGAN IKTERUS
NEONATORUM
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Asuhan kebidanan baru lahir adalah satu pelayanan kesehatan utama yang
diperkirakan dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir. Selain itu diadakannya
sistem rujukan yang selektif yang dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir.
Ikterus adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir. Kejadian
ikterus pada bayi baru lahir menurut beberapa penulis berkisar antara 5% pada bayi
cukup bulan dan 75% pada bayi kurang bulan.
Kejadian ikterus pada BBL di RSCM Jakarta ialah 32,19% dan 62,53% kadar
bilirubin indireknya melebihi 10 mg %.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dari periode 15 Januari – 31 Januari 2008 di
ruang Perinatologi RSUD terdapat 95 BBL terdiri dari 71 BBL normal, 18 (18,94%)
BBLR, 3 (3,15%) BBLSR 2 (2,18%) BBL dengan infeksitali pusat dan 1 (1,05%) bbl
dengan ikterus neonatorum. Dari data tersebtu penulis tertarik untuk penanganna yang
tepat di kemudian hari ikterus neonatorum dapat ditangni dengan cepat dan tidak
sampai menimbulkan kern ikterus.
1.2 Tujuan

Tujuan Umum :
 Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan pada neonatus dengan ikterus
melalui pendekatan manajemen kebidanan dengan 7 langkah Varney dan
pendokumentasian SOAP.

a.
b.
c.
d.
e.

Tujuan Khusus :
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada by. Ny. F dengan ikterus neonatorum.
Mahasiswa mampu menentukan diagnosa kebidanan pada by. Ny. E dengan ikterus
neonatorum.
Mahasiswa mampu menegakxan diagnosa dan masalah potensial pada by. Ny. E
dengan ikterus neonatorum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi
by. Ny. E dengan ikterus neonatorum.
Mahasiswa mampu merencanakan tindaskan asuhan kebidanan by. Ny. E dengan

ikterus neonatorum.

f.

Mahasiswa mampu melakukan pelaksanaan atas rencana manajemen yang telah
direncanakan by. Ny. E dengan ikterus neonatorum /
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan kebidanan pada by. Ny. E dengan ikterus
neonatorum
1.3 Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan berbagai metode deskriptif
dengan pendekatan studi kasus melalui tehnik :
1. Studi Pustaka
Yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan ikterus neonatorum.
2. Observasi Partisipasi
Yaitu dengan observasi dalam melakukan asuhan kebidanan secara langsung.
3. Wawancara
Yaitu dengan dengan mewawancarai secara langsung petugas dan keluarga pasien.
1.4 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematika terdiri dari :
BAB I

: PENDAHULUAN : terdiri dari latar belakanag tujuan metode penulisan dan sistematika
penulisan
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA : terdiri dari konsep medis dan asuhan kebidanan
BAB III : TINJAUAN KASUS : meliputi pendokumentasian dengan menggunakan SOAP
BAB IV
: PEMBAHASAN : terdiri dari penokajian, interpretasi data, identitikasi diagnosa dan
masalah potensial, identifikasi kebutuhan akar: tindakan segera / kolaborasi, rencana
manajemen, pelaksanaan dan evaluasi
BAB V
: PENUTUP : terdiri dari kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN KASUS

2.1 Konsep Medis
2.1.1 Pengertian
2.1.1.1 Ikterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa oleh
karena adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam

darah
2.1.1.2 Ikterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir
2.1.1.3 Ikterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir yang
terbagi menjadi ikterus fisiologi dan ikterus patologi
2.1.1.4 Kesimpulannya ikterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan
mukosa oleh karena keadaannya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan
kadar bilirubin darah yang sering ditemukan pada BBL yang terbagi ikterus fisiologis
dan patalogis.
2.1.2

Batasan Ikterus
Ikterus terbagi menjadi :
1. Ikterus Fisiologi
Ikterus Fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga yang
mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan, atau
mempunyai potensi menjadi kern-ikterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada
bayi. Ikterus ini biasanya menghilang pada akhir minggu pertama atau selambatlambatnya 10 hari pertama.

1.
2.

3.
4.
5.
6.

Ikterus dikatakan Fisiologis bila :
Timbul pada hari kedua sampai ketiga.
Kadar bilirubin indirek sesudah 2 a 24 jam tidak melewati 15 mg % pada neonatus
cukup bulan dan 10 mg % pada neonatus kurang bulan.
Kecepatan peninakatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari.
Ikterus mengilang pada 10 hari pertama
Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik (kern – ikterus)
Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.

2. Ikterus Patologik

1.
2.
3.
4.

2.1.3

1.




2.

3.



4.



2.1.4

Ikterus Patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar patologik atau kadar

bilirubinnya meneapai suatu nilai yang disebut hiper bilirubin emia. Dasar patologik ini
misalnya, jenis bilirubin, saat timbulnya dan menghilangnya ikterus dan penyebabnya.
Ikterus dikatakan Patologis bila :
Timbul pada urnur kurang dari 36 jam
Cepat berkembang
Menghilang lebih dari dua minggu
Bisa disertai dengan animea
Etiologi
Etiologi ikterus pada neonatus dapat berdiri sendiri atau disebabkan oleh beberapa
faktor :
Produksi yang berlebihan
Golongan darah Ibu - bayi tidak sesuai
Hematoma, memar
Spheratisosis kongental
Enzim G6PD rendah
Gangguan konjugasi hepar
Enzim glukoronil tranferasi belum adekuat (prematur)
Gangguan transportasi
Albumin rendah
Ikatan kompetitif dengan albumin

Kemampuan mengikat albumin rendah
Gangguan ekresi
Obstruksi saluran empedu
Obstruksi usus
Obstruksi pre hepatik
Penilaian
Penilaian ikterus secara klinis
Penilaian dengan menggunakan rumus KRAMER
No
Luas Ikterus
Kadar bilirubin (mg%)
1 Kepala dan leher
5
2 Daerah 1 dan badan bagian atas
9
3 Daerah 1,2 + badan bagian
11
bawah dan tungkai
4 Daerah 1,2,3 dan lengan dan kaki
12

di bawah dengkul

5
2.1.5

2.1.6

Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki

16

Kern – Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak
terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus subtalamus, hipokampus, nukleus
merah dan nukleus pada dasar ventrikulus ke IV.
Tanda-tanda kliniknya adalah mata yang berputar, letargi, kejang, tak mau
menghisap, tonus otot meninggi, leher kaku dasn akhirnay opistotonus.
Pada umur yang lebih lanjut bila bayi hidup dapat terjadi spasme otot,
opistotonus, kejang, atetosis, yang disertai ketegangan otot. Ketulian pada nada tinggi
dapat ditemukan gangguan bicara dan retardasi mental.

Patofisiologi

Keterangan :
1. Produksi bilirubin yang berlebihan, lebih dari kemampuan bayi untuk mengeluarkannya
bisa menjadi salah satu penyebab meningkatnya kadar bilirubindalam darah, rnisalnya
pada hemolisis yang meningkat pada inkompabilitas darah, Rh, ABO, golongan darah
lain, detisiensi G6PD, pendarahan tertutup dan sepsis.

2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar. Gangguan ini dapat disebabkan
oleh imatur hepar, kurangya substrat untuk konjugasi bilirubin ganaguan fungsi hepar
akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase
(Criggler Najjer Syndrome). Penyebab lainnya adalah defisiensi dalam hepar yang
berperan penting dalam uptake bilirubin ke sel-sel hepar.
3. Gangguan transportasi. Biliribin dalam darah terikat oleh albumin kemudian diangkut
ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat-obatan
(salisilat, sulfaturazole). Difisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya
bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melakat ke sel otak.
4. Gangguan dalam eksresi
Gangguan ini dapat terjadi karena obstruksi dalam hepar atau di luar hepar, kelainan
diluar hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.

5. Untuk menurunkan kadar bilirubin indirek dalam serum sehingga tidak terjadi kern
ikterus maka dilakukan terapi sinar tetapi efek samping dari terapi sinar secara
langsung dapat menyebabkan hipertemia karena panas lampu, atau hipertemia karena
telanjang atau bahkan kulit terbakar karena prinsip kerjanya membantu pemecahan
bilirubin yang kemudian dikeluarkan melalui urin/feces maka bayi bayi bisa mengalami
dehidrasi.
6. Adanya letargi atau malas minum karena lemahnya reflek menghisap ikterus
menyebabkan asupan nutrisi berkurang sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.
7. Karena asupan nutrisi terlambat maka menyebabkan peristaltik usus menurun, pasase
makanan terlambat, sehingga feses lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran
bilirubin, dan urine berwarna gelap pekat cami,ai hitam Irarnlrlatan

2.2
2.2.1
A.
ma bayi
ur bayi
jam lahir
is kelamin

Konsep Asuhan Kebidanan
Pengkajian
Identitas
: untuk membedakan
bayi yang satu dengan bayi yang lain
: untuk mengetahui hari keberapa dilakukan pengkajian/asuhan
: untuk mengetahui kapan bayi tersebut lahir/umur
:
untuk mengetahui jenis kelamin bayi tersebut (ada kemungkinan terjadi kelaina
gender kejadian , iktems. pada BBL lebih besar pada iaki-laki).
at badan
: untuk mengetahui apakah bayi lahir dengan berat rendah, nornial/bayi besar.
Bayi normal 2500 gr - 4000 gr.
Pada bayi ikterus kemungkinan kecil masa kehamilan, BLR dan besar masa kehamilan
njang badan : panjang badan normal 48 - 52 cm
ma Ibu/Ayah : untuk identifikasi bayi/pasien
ur Ibu/Ayah : untuk identifikasi bayi / pasien .

ku bangsa
ama
ndidikan
mat

: untuk mengetahui adat istiadat dan kebiasaan
: menentukan jenis pendekatan spiritual
: status sosial ekonomi dan pendapatan
: mengetahui keadaan lingkungan tempat tinggal dan untuk identifikasi
B. Anamnesa
Pada tanggal ........ pukul......
1. Riwayat penyakit kehamilan
2. Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita selama kehamilan yang dapat
menyebabkan bayi ikterus.
Contoh : diabetes, golongan darah ibu - bayi tidak sesuai, Rh/ABO incompatibility, sakit
infeksi, spherositosis kongenital
3. Kebiasaan waktu hamil
Untukmengetahu kebiasaan ibu pada saat hamil yang dapat berpengaruh pada
janin/BBL
4. Riwayat persalinan sekarang
ersalinan
: biasanya ikterus terjadi persalinan dibantu vacm eksraksi
ng
: apakah dokter atau bidan
t persalinan
Apakah di rumah ibu, bidan atau RS
ehamilan
:
pada ikterus kemungkinan terjadi pada preterm. kecil masa kehamilan. dan. besar
masa kehamilan.
n
:
warnanya jernih atau keruh, baunya khas atau tidak, jumlahnya normal atau tidak.
Normalnya < 500 cc.
kasi persalinan : biasanya bay ikterus terjadi pada persalinan dengan trauma.
an bayi baru lahir : nilai dengan APGAR 1 menit pertama dan 5 menit kedua

mum

n

ng

C. Pemeriksaan
:
Apakah bayi tampak baik atau tidak. Biasanya bayi ikterus terlihat letargi / aktifitas
menurun
: suhu normal 36,5 - 37,2° C
:
Frekuensi pernapasan sebaiknya dihitung 1 menit penuh. Normalnya 40-60x /
menit
: Frekuensi nadi normal 70 - 180x /menit
: untuk mengetahui kenaikan / penurunan BB bayi
D. Pemeriksaan fisik secara sistematik

:
Dilihat besar, bentuk, molding, sutura, adakah caput ikterus terjadi pada
pendarahan intra kranial dan sefal hematom
: Untuk melihat kelainan kongenital, adakah warna kuning
: Ada tidaknya pendarahan atau warna kuning pucat menandakan anemia
: Letak dan bentuk dapat mencerminkan kelainan konaenital
: Ada tidaknya tabioskilis, labiopatatoskius Reflek hisap baik atau tidak
: Ada sumbatan atau kelainan lain seperti cuping hidung.
: Apakah ada pembesaran kelenjar getah bening / tiroid atau tidak.
: Apakah tampak simetris atau tidak, ada wheezing dan ronchi
dan abdomen : Apakah ada tanda-tanda infeksi atau tidak dan pada ikterus pada palpasi abdomen
terdapat pembesaran limfe dan hepar
: Adakah kelainan dan dilihat bentuknya, apakah ada spina bifida atau tidak.
s
: Dilihat kelainan bentuk dan jumlah
: Pada bayi laki-laki testis sudah menurun atau belum dan terdapat lubang uretra atau
tidak pada bayi perempuan labia rnayora telah menutupi labia minora belum? Lubang
vagina ada atau tidak
: Ada atau tidaknya lubang anus

Reflex:
Bayi ikterus ada kemungkinan kehilangan reflek moro, palmar reflek rooting reflek.
Antropometn
Lingkar kepata, lingkat dada, lingkar lengan atas.
Eliminasi
ksi
: Kemungkinan warna urine gelap pekat sampai hitam kecoklatan
econiurn / feces: Kemungkinan lunak dan berwarna coklat kehijauan
Warna kulit :
Penilaian ikterus secara klinis menurut rumus kramer
2.2.2

Interpretasi Data
Neonatus dengan. ikterus patologis.
2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Kern ikterus, dehidrasi, bronze ikterus, hipotermi.
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera
Kolaborasi dengan dokter spesialis anak atau transfusi tukar sesuai dengan. advise
dokter.
2.2.5 Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
Merencanakan asuhan untuk bayi baru lahir dengan ikterus sesuai dengan
penyebabnya.

2.2.6

1.
a.

b.
c.
d.

Pelaksanaan
Melaksanakan asuhan bayi baru lahir dengan. ikterus sesuai dengan. perencanaan.
Dalam penanganan Minis, cara-cara yang dipakai ialah mencegah dan mengobati
hiperbilirubinemia, terbagi menjadi :
Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin :
Early Feeding, pemberian makanan dim pada neonatus dapat mengurangi terjadinya
ikterus fisiologi pada neonatus. Hal ini mungkin sekali disebabkan karena dengan
pemberian makman yang dini itu terjadi pendorongan gerakan usus dan mekonium
lebih cepat dikeluarkan, sehingga peredaran enterohepati bilirubin berkurang.
pemberian agar-agar, pemberian agar-agar peros dapat mengurangi terjadinya ikterus
fisiologik dan neonatus.
Mekanisme adalah dengan menghalangi atau mengurangi peredaran bilirubin
enterohepatik.
pemberian tenobarbital, dapat menurunkan kadar bilirubbin tidak langsung dalam
serum bayi yaitu dengan. mengadakan induksi enzim mikrosoma sehingga konjugasi
bilirubin berlansung lebih cepat.

2. Terapi sinar
Dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik dan yang dapat
dikeluarkan dengan sempurna melalui ginjal dan traktus digestivus.
Cremer (1957) melaporkan bahwa pada bayi penderita ikterus yang diberi sinar
matahari lebih dari penyinaran biasa. Ikterus lebih cepat hilang dibandingkan dengan
bayi lain yang tidak disinari.
Dengan kriteria untuk dilakukan penyinaran :
suhu tubuh 36,5 - 37,2°C
tidak terjadi cidera atau luka bakar pada kulit/jarinoan
kadar bilirubin serum normal
Penatalaksanaan
1. Perhatikan dan dokumentasikan warna kulit dari kepala, sklera dan tubuh secara
progresif terhadap ikkterik sedikitnya setiap shift
2. Berikan suhu lingkungan netral.
3. Pertahankan suhu aksila 36,5°C, hindari stres dingin.
4. Pantau tanda vital tiap 2 jam sekali
5. Beri nutrisi yang adekuat
6. Pantau masukan dan keluaran cairan, timbang BB tiap hari
7. Pertahankan terapi cairan parenteral sesuai advis.
8. Cuci area perintal setiap habis defeksi, observasi kulit kemungkinan iritasi.
9. Periksa kadar bilirubin setiap 12 jam.

10. Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar Hb, trombosit, leukosit.
11. Periksa jampenggunaan lampu.
3. Transfusi tukar darah
Tujuan utamanya untuk mencegah efek taksik bilirubin
mengeluarkan dari tubuh.
Indikasi untuk tranfusi tukar :
pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek > 20 mg%
kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 4,3 - 1 mg%
anemia yang berat pada bayi baru lahir dengan gagal jantung
kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan uji cooms direk positif
2.2.7

dengan

cara

Evaluasi
Mengevaluasi hasil dari pelaksanaan asuhan bayi bari lahir dengan ikterus
sehingga penyebabnya dapat diatasi
1. Dengan penberian ASI segera dapat mempercepat metabolisme dan pengeluaran
bilirubin
Asi telah diberikan dengan segera  mempercepat pendorongan.
Gerakan uterus  meconium cepat dikeluarkan.
2. Dengan terapi sinar :
kadar bilirubin dalam darah menutun
tidak terjadi hypotermi atau hipertermi
tidak terjadi kerusakan
3. Dengan tranfusi tukar :
kadar bilirubin dalam darah menurun
tidak terjadi infeksi post transfusi

BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal : 29 Januari 2008
Data Subjektif
A. Identistas
Nama bayi
: Bayi Ny.F
Umur Bayi
: 4 hari
Tgl/jam lahir
: 25 Januari 2008 pkl 07.00 WIB
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Status reg :
Berat Badan
: 2850 gram
Panjang Badan : 48 cm
Nama Ibu
: Ny. F
NAMA Ayah : Tn. A
Umur
: 23 tahun
Umur
: 27 tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Pekerjaan
: Wiraswasta

B. Anamnesa
1. Riwayat penyakit kehamilan
Eklamsi
2. Kebiasaan saat hamil
Makan
: 3x sehari, porsi biasa menu : nasi beserta laukpauknya
Minum
: 6 - 8 gelas per hari
Obat-obatan : mengkonsumsi obat-obatan dari bidan saja
Merokok
: Tidak pernah

3. Riwayat persalinan sekarang
s persalian
: SC
ong oleh
: Dokter Nursyamsi SPOG
pat Persalinan: RSUD 45 Kuningan
r kehamilan : 37 minggu
plikasi persalinan
Ibu
: Tidak ada
Bayi
: Tidak ada
aan bayi baru lahir : Tidak ada kelainan bayi langsung menangis

Data Objektif
umum
: Sedang
: 37oC
an
: 48x / menit
: 125 x / menit
dan lahir
: 2850 gram
dan sekarang : 2750 gram
aan fisik secara klinis :
a
: Bentuk kepala bulat, terlihat permukaan kulit berwarna kuning.
: Tidak ada kelainan dan kulit berwarna kuning.
ga
: Bentuk simetris, tidak ada kelainan, pada permukaan kulit terlihat kuning.
: Tidak ada kelainan, reflek hisap (+)
ng
: Bentuk simetris, tidak ada cuping hidung, pada permukaan kulit terlihat kuning.
r
: Tidak ada pembengkakan ataupun benjolan, pada permukaan kulit terlihat kuning.
:
Bentuk simetris, tidak ada wheezing atu ronchi dan irama jantung reguler, pada
permukaan kulit terlihat kuning.
usat
: Tidak ada kelainan dan tidak terdapat tandaa-tanda infeksi,
gung
: Posisi tulang belakang normal, tidak ada pembengkal:an ataupun tonjolan, permukaan
kulit terlihat kuning.
mitas
: Bentuk simetris. Jari-jari normal.
alia
: Bentuk normal, skrotum berada di bawah / sudah turun.
: Terdapat lubang anus, lubang penis (+), tidak ada kelainan.
Eliminasi :
BAK
: Frekuensi : 2 - 5 x per hari
Warna
: kuning
BAB
: Frekuensi :
1 - 3 x per hari
Warna
: Kuning
Konsistensi
: Lembek
Warna kulit :
Terdapat warna kuning pada bagian kepala, leher, badan bagian atas dan bawah
Laboratorium :
Golongan darah ibu : A
Golongan darah ayah : A
Golongan darah bayi : belum dilakukan pemeriksaan
Bilirubin total / indirek: 9,35%
Assesement

asalah

butuhan

tensial

:
:

NCB SMK usia 4 hari dengan ikterus patologis derajat 2
Orang tua merasa cemas akan keadaan bayinya yang tidak kunjung sembuh setelah
berobat ke dokter dan bayi di sinar dengan matahari pada pagi hari.
:
Memberikan penyuluhan agar orang tua tidak merasa cemas karena dapat
mengganggu ibu dari bayi karena masih dalam keadaar post partum.
: Kern ikterus (kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak).

Planning
Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
1. Mengobservasi tanda-tanda vital, berat badan, asupan nutrisi dan penyinaran dengan
blue light incubator  Hasil observasi tercatat dalam lembar observasi
2. Bayi diistirahatkan untuk diberi ASI  Bayi mendapatkan cukup ASI dari ibunya dan
PASI.
3. Mencatat waktu istirahat dan mencuci areal perional setiap bayi BAK / BAB dan
observasi iritasi  Tidak terdapat iritasi pada kulit bayi.
4. Memberikan terapi antibioti 3x 0,75 ml  sudah diberikan
5. Menjelaskan kepada orang tua bayi tentang sebab-sebab serta manfaat pemberian
terapi sinar blue light incubator dan manfaat dari sinar matahari pagi  orang tua tahu
dan mengerti akan penjelasan tentang keadaan bayinya serta manfaat dari terapi
penyinaran yang dilakukan.
6. Melibatkan orang tua dalam perawatan bayi dan memberi kesempatan pada bayi untuk
menetek serta membina hubungan ibu dan bayinya  Ibu dan keluarga mengerti akan
pentingnya ASI dan perhatian yang dibutuhkan bayi.
7. Memberikan konseling tentang perawatan bayi, pentingnya gizi / nutrisi untuk
perkembangan bayinya, termasuk frekuensi menyusui kapanpun bayi ingin menyusu
harus diberikan  Ibu dan keluarga mengerti akan penjelasan dan mengerti akan
kebutuhan bayinya.
Tanggal 1 Februari 2008 pukul 16.15 WIB
S
: Ibu mengatakan bayinya sudah mau menyusu dan merasa bayinya lebih baik.
O
: P : 84x / menit
Bilirubin total
8,35
R : 46x /menit
direk 1,64
o
S : 36,9 C
indirek 6,71
BB : 2850 gr
Terlihat kuning di bagian kulit muka, bayi sudah mau menyusu
A
: NCB SMK usia 7 hari dengan ikterus patologis derajat I. Diagnosa dan masalah
potensial tidak ada.
P
: Memberikan hasil px pada ibu dan keluarga  ibu dan keluarga tampak tenang
mengetahui kondisi bayinya membaik

-

-

Mengobservasi TTV, BB, asupan nutrisi  P : 84x /menit, R : 48x / menit S : 36,8 oC.
BB 2850 kg
Menganjurkan ibu untuk memberi ASI 2x3 jam sekali atau kapan pun bila bayi
menginginkannya  ibu mengerti
Memberikan terapi Nymiko 4x 0,25 ml  sudash diberikan
Menanjurkan ibu untuk datang kontrol 1 minggu yagn akan datang atau bila ada tandatanda bahaya  ibu mengatakan akan datang tanggal 6 Februari 2008 atau bila ada
tanda bahaya.
Menyiapkan kepulangan bayi  bayi pulang tanggal Februari 2008 pukul 09.45 WIB.

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis membahas tentang asuhan kebidanan pada bayi Ny. F
neonatus dengan ikterus neonatorum. Untuk mempermudah pembahasan tersebut,
penulis membagi dalam 7 tahap, yaitu : Pengkajian, interpretasi data, identifikasi
diagnosa dan masalah potensial, identifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau
kolaborasi, rencana manajemen, pelaksanaan serta evalusi.
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori atau
menggunakan rumus kramer dengan tanda-tanda ikterus yang terdapat pada bayi Ny. F
diantaranya : kuning daerah leher dan kepala, serta kuning pada badan bagian atas,
serta didukung hasil laboratorium kadar bilirubin total 9,35 gr %.
2. Interpretasi Data
Pada tahap interpretasi dat penulis tidak menemukan kesenjangan antara data obyektif
bayi Ny. F dengan teori mengenai ikterus neonatorum.
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Tahap identifikasi diagnosa dan maslah potensial pasien atau bayi tersebut
memerlukan terapi lebih lanjut, yaitu program laboratorium, terapi penyinaran dengan
menggunakan blue light incubator serta infus guna mencegah kekurangan cairan atau
nutnsi, serta mencegah akan masalah potensial yang mungkin terjadi yaitu kern ikterus.
Sehingga penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan praktek

4. Identifikasi Kebutuhan akan tindakan segera / kolaborasi
Pada tahap ini penulis tidak memerlukan kesenjangan antara teori dengan kasus dan
identifikasi kebutuhan segera, karena pasien tahu -bayi tersebut telah mendapatkan
tindakan yang sesuai dengan anjuran serta telah kolaborasi dengan dokter spesialis
anak dan program laboratorium.
5. Rencana Manajemen

Pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan praktek
karena apa saja yang direncanakan di langkah ini sesuai dengan konsep asuhan
kebidanan.
6. Pelaksanaan
Pada tahap ini menjelaskan tentang keadaan dan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluarga. Konseling tentang kebutuhan yang menyangkut kesehatan bayi dan ibunya.
Pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan atau hambatan yang sangat
berarti.
7. Evaluasi
Pada tahap ini menjelaskan tentang hasil perawatan selama kurang lebih 3 hari,
keadaan bayi semakin membaik diantaranya adalah kadar bilirubin bayi tersebut telah
menurun dimana hasil awal masuk ruang perinatologi yatiu 9,35 gr% sekarang
menjuadi 8,35%. Hal ini merupakan hasil yang sangat diharapkan baik dari pihak
keluarga maupun pihak rumah sakit dan diizinkan pulang. Sehingga penulis tidak
menemukan kesenjangan antara teori dengan praktek.

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada neonatus dengan interus
neonatorum penulis menarik kesimpulan bahwa pengumpulan data atau informasi
sangatlah penting untuk menegakan diagnosa atas penyebab dari kelainan yang di
alami pasien dalam hal ini faktor congenital (bawaan) atau gangguan fungsi organ dari
pasien dengan ikterus neonatorum.
Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk dapat lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan guna tercapainya kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

2. Bagi Prodi D III Kebidanan
Agar lebih meningkatkan kesabaran dalam membimbing mahasiswa dan lebih
meningkatkan waktun praktek di lapangan.
3. Bagi Ny. F
Diharapkan Ny. F selalu memberikan asupan ASI secara tepat kepada bayinya
memberikan ASI 2-3 jam sekali atau kapan pun bayi menginginkannya. Segera
mendatangi tempat pelayanan kesehatan jika ada tanda-tanda bahaya.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124