BAB I PENDAHULUAN - IMPLEMENTASI DZIKIR UNTUK MENGURANGI KENAKALAN REMAJA DI MTSN 5 TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

BAB I
PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi semua manusia, sebuah
kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi seseorang. Dalam era globalisasi
ini, ilmu pengetahuan semakin berkembang, dengan menawarkan berbagai
solusi masalah sesuai dengan metode- metode yang ada dalam ilmu tersebut.
Apabila setiap ilmu yang ada dibangun dengan tidak dilandasi menggunakan
ilmu agama, maka manusia akan semakin sulit mengenal agama yang
dianutnya. Khususnya para siswa akan mencari pemecahan permasalahan
yang mereka hadapi sesuai dengan solusi dari ilmu yang mereka pelajari.
Seharusnya pendidikan diarahkan kejalan yang benar yang didasari dengan
pondasi agama, sehingga dapat membentuk sebuah karakter yang tercermin
dari kepribadian mereka sehari-hari.
Hidup tidak lepas dari pendidikan,karena manusia di ciptakan bukan
sekedar untuk hidup. Ada tujuan yang lebih mulia dari sekedar hidup yang
mesti di wujudkan dan itu memerlukan ilmu yang diperoleh lewat
pendidikan. Pendidikan di pandang sebagai salah satu aspek yang memiliki
peranan pokok dalam membentuk generasi mendatang. Dengan pendidikan
diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan bertanggung

jawab serta mampu mengantisipasi masa depan.1

1

Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. II, 1994),

hal 3

1

2

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di
sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta
didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara
tepat di masa yang akan datang. 2
Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan
potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Berdasarkan UU RI No. 20
Tahun 2003, Tentang sistem pendidikan nasional, menyebutkan bahwa:

“Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi
manusia. Sistem pendidikan yang baik diharapkan dapat melahirkan
generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan
untuk hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara.”3
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya
pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan
tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian dan juga
keterampilan anak didik secara menyeluruh Untuk itu pendidikan harus
ditingkatkan mutunya, karena dari dasar pendidikan inilah yang akan
menentukan kearah mana anak didik dibawa sehingga anak menjadi lebih
baik dimasa yang akan datang.
Sedangkan, Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah pendidikan
manusia seutuhnya, akal dan hatinya, ruhani dan jasmaninya, akhlak/perilaku
dan keterampilannya, serta segala aktivitasnya, baik berupa aktivitas pribadi

2

3

Binti Ma’unah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009) hal. 5.

UU RI No. 20 Tahun 2003, Tentang SistemPendidikan Nasional, (Jakarta : Redaksi

Sinar Grafika, 2009), hal. 7.

3

maupun hubungannya dengan masyarakat dan lingkungannya yang
didasarkan pada nilai-nilai moral Islam.4
Pendidikan

Islam

adalah

suatu

sistem

pendidikan


yang

memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan
ideologi Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai
dengan ajaran Islam. Pendidikan Islam juga dilandaskanatas ideology Islam,
dengan harapan bahwa proses pendidikan yang dilakukan tidak bertentangan
dengan nilai dasar ajaran Islam.5
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pendidikan itu sangat
penting bagi kehidupan manusia, sebab tujuan pendidikan yaitu untuk
mencerdaskan bangsa serta membimbing dan mempengaruhi perilaku atau
kepribadian seseorang agar sesuai dengan ajaran Islam. Seorang siswa yang
telah terdidik dengan baik melalui pembiasaan yang baik sesuai dengan
ajaran agama maka, akan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuannya dalam
bentuk perilaku yang baik yang sesuai dengan norma-norma yang ada,
terutama norma yang terdapat dalam Islam. Oleh sebab itu pembiasaan
perilaku religius siswa perlu dilakukan sejak dini, agar lebih mudah
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada dasarnya Setiap manusia yang lahir ke dunia ini, baik yang
masih primitif, bersahaja maupun yang sudah modern, baik yang lahir di
negara komunis maupun kapitalis; baik yang lahir dari orangtua yang saleh


4

Saifullah, Muhammad Quthb dan Sistem Pendidikan Non Dokotomik, (Yogyakarta:
Suluh Press, 2005), hal. 44
5
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta:Teras,2011)
hal.22-23.

4

maupun jahat; sejak Nabi Adam sampai akhir zaman, menurut fitrah
kejadiannya mempunyai potensi beragama atau keimanan kepada Tuhan atau
percaya adanya kekuatan diluar dirinya yang mengatur hidup dan kehidupan
alam semesta.6
Pada saat anak dilahirkan, anak membawa sifat fitrah yang masih
penuh akan kebersihan. Kemudian pada perkembangannya tergantung pada
pendidiknya dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada anak tersebut.
Seorang guru harus menyadari dan memahami bahwa pendidikan agama
Islam yang dilakukan seorang guru bukan merupakan sebuah fenomena, akan

tetapi harus dipahami bahwa pendidikan agama Islam merupakan sebuah
kebutuhan dan aktifitas yang berarti bahwa sebuah upaya yang dirancang
secara sadar untuk membantu siswa dalam mengembangkan pandangan
hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, yang dijiwai berdasarkan ajaran
agama Islam. Maka tugas guru lebih lanjut bukan hanya mentrasfer ilmu
pengetahuan agama Islam kepada peserta didiknya, akan tetapi guru harus
berusaha

mengolah

pembelajaran

yang

berimplikasi

bukan

hanya


berpengaruh pada ranah kognitif saja, akan tetapi juga harus menanamkan
keribadian yang mencerminkan keislaman. Sehingga dapat terwujudnya
pendidikan yang menitik beratkan pada karakter bagi peserta didik.7
Fitrah beragama telah dimiliki oleh manusia sejak ia dilahirkan dan
akan berkembang melalui binaan dan bimbingan dari orang-orang yang
berperan sebagai orang tuanya dalam sebuah lingkungan keluarga. Fitrah

6

Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya ,2011),hal. 136
7
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, ( Yogyakarta: Teras, 2007), hal. 15

5

beragama manusia juga akan berkembang melalui proses pendidikan. Dunia
Pendidikan bertujuan membangun pondasi kecerdasan bangsa, baik itu
pengetahuan maupun ketrampilan peserta didik. Pendidikan lahir berdasarkan
budaya masyarakat dan bangsa yang senantiasa berkembang untuk mencari

bentuk yang paling sesuai dengan dinamika perubahan masyarakat pada
setiap bangsa, selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Orientasi akhlaki-keagamaan merupakan sesuatu yang asasi di dalam
pendidikan Islam. Seruan agar berakhlak mulia, menjunjung tinggi hidayah
dan berbudi pekerti luhur sebagaimana dimuat dalam al-Qur’an, hadits
Rasulullah saw., dan sumber-sumber primer warisan budaya Islam. Akan
tetapi, sekarang ini banyak sekolah-sekolah yang berasaskan Agama Islam
juga mempunyai problema dalam hal akhlak murid misalnya, mulai nampak
tindakan siswa membolos, datang terlambat, kurang disiplin, membohongi
gurunya dan lain sebagainya. Dengan demikian pendidikan akhlak sejak dini
pada anak sangatlah penting sekali agar anak terbiasa bersikap sopan dan
selalu berbuat hal-hal terpuji lainnya dalam kehidupan bermasyarakat baik
pada saat masih usia sekolah maupun pada saat mereka besar nanti8
Agama islam mengajarkan keharusan keseimbangan antara kehidupan
dunia dan akhirat dalam arti bahwa dunia dan akhirat keduanya haruslah
samasama diperjuangkan. Untuk mencapai keseimbangan hidup maka orang
perlu memperhatikan tidak saja kebutuhan lahiriyah (jasad) tapi juga
kebutuhan rohaniyah (spiritual). Sebagai orang muslim dalam memenuhi

8


Aly, Hery Noer dan Munzier, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta Utara: Friska Agung
Insani, cet.III, 2008), hal. 149

6

kebutuhan rohani melalui beberapa cara di antaranya beribadah. Salah satu
terminology yang dikenal dalam tasawuf untuk konteks itu disebut tarekat.
Hendaklah diketahui bahwa martabat keadaan rohani yang tertinggi bagi
manusia dalam kehidupan di dunia ini adalah bahwa manusiamendapatkan
ketenteraman beserta Tuhan, dan segala kepuasan, kegembiraan, dan
kelezatan baginya hanya berada dihadapan Tuhan. Dzikir merupakan salah
satu cara olah batin untuk melepaskan atau menjauhkan diri dari segala
keruwetan dan gangguan lahir, batin, ataupun segala sesuatu yang
mengganggu pikiran seperti kebisingan, keramaian, atau berbagai anganangan dalam pikiran. Jadi tidaklah mengherankan kalau Allah SWT
menganjurkan untuk selalu berdzikir.
Kegiatan berdzikir merupakan pembelajaran yang diarahkan pada sisi
nilai-nilai spiritual islam dalam mengembangkan moral dan akhlak peserta
didik. Kegiatan keagamaan adalah berbagai kegiatan yang di selenggarakn
dalam rangka memberikan jalan bagi peserta didik untuk mengamalkan

ajaran agama yang di perolehnya melalui kegiatan belajar di kelas maupun di
luar kelas, serta untuk mendorong pembentukan pribadi maupun sikap sesuai
dengan nilai-nila ajaran agama islam.9
Dengan metode berdzikir atau bermeditasi, segala persoalan-persoalan
duniawi disandarkan kepada Allah dzat yang mengatasi segalanya. Begitu
sempurnanya ajaran Islam, tak satupun persoalan yang terlewatkan dalam

9

Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, (Jakarta: Departemen Agama, 2005), hal. 9

7

kitab al-Qur'an, sehingga urusan jiwa atau ruh, qalb, terapi hati serta berbagai
aspek-aspek kehidupan semua tersusun dalam kesatuan yang komplek.
Dzikir juga sebagai teknik untuk mengembangkan potensi iman yang
member nilai positif dalam kehidupan. Sehingga dzikir yang dilakukan
dengan konsentrasi penuh penghayatan akan tertanam jiwa yang damai dan
tenang, merasakan kedamaian pada jiwanya untuk senantiasa sadar akan
prilaku yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi SAW

dan mengaharapkan ridho-Nya untuk senantiasa hidup dijalan kebenaran.10
Perlu kita cermati bahwa, di era globalisasi ini terdapat berbagai
macam persoalan seperti perubahan sosial yang yang sedemikian besar
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kemajuan-kemajuan
yang kita peroleh sekarang ini ternyata tidak di barengi dengan kemajuan
spiritual, sehingga seringkali terlihat kerusakan pada perilaku manusia saat ini
dalam kehidupannya bersosial dan bermasyarakat, seperti kurangnya sopan
santun, dan berperilaku baik dilingkungan keluarga dan masyarakat. Hal itu
sedikit demi sedikit akan mempengaruhi kehidupan para siswa terutama pada
siswa yang menginjak usia remaja di Sekolah Menengah Pertama. Masa
remaja sebagai segmen dari siklus kehidupan manusia, menurut agama
merupakan masa starting point pemberlakuan hukum syar’I (wajib, sunnah,
haram, makruh dan mubah) bagi seorang insan yang sudah baligh (mukallaf).

10

Moh. Sholeh, Tahajud Manfaat Praktis Ditinjau Dari Ilmu Kedokteran Terapi
Religius,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). Hal 27

8

Oleh karena itu, remaja sudah seharusnya melaksanakan nilai-nilai atau
ajaran agama dalam kehidupannya11
Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini kenakalan remaja semakin
menarik perhatian. Permasalahannya semakin meningkat, bukan dalam
frekuensinya tetapi yang lebih mengkhawatirkan adalah juga variasi
intensitasnya.12 Kenakalan remaja merupakan masalah yang dirasakan
sangatlah penting dan menarik untuk dibahas karena remaja merupakan
masalah yang dirsakan sangatlah penting dan menarik ubtuk dibahas karena
remaja merupakan bagian dari generasi muda sebagai asset nasional dan
merupakan tumpuhan harapan bagi masa depan bangsa Negara dan agama.
Masa remaja adalah masa transisi, dimana pada masa seperti ini sering terjadi
ketidak stabilan baik itu emosi maupun kejiwaan. Pada masa transisi ini juga
remaja sedang mencari jati diri sebagai seorang remaja. Namun sering kali
dalam pencarian jati diri ini remaja cenderung salah dalam bergaul sehingga
banyak melakukan hal yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku
dimasyarakat. Seperti perkelahian dan minum-minuman keras, pencurian,
perampokan, perusakan atau pembakaran, seks bebas bahkan narkoba.
Perilaku menyimpang remaja tersebut dapat dikatakan sebagai kenakalan
remaja.
Banyak upaya yang dilakukan sekolah dalam aplikasinya yaitu untuk
mengurangi kenakalan remaja upaya yang dilakukan seorang guru yaitu
dengan melakukan upaya atau tindakan yang bersifat atau bertujuan untuk

11

Syamsu Yusuf L.N, Psikologi Belajar Agama, (Bandung: Pustaka Bani Qurasy,
2005),hal. 54
12
Hasan Basri, Remaja Berkualitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hal.3.

9

mencegah timbulnya kenakalan remaja di MTsN 5 Tulungagung, yang mana
telah banyak memberikan pendidikan agama kepada siswa-siswanya tetapi
tetap saja sering terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan sekolah
dan tingkah laku siswa yang menyimpang seperti bolos sekolah, membawa
hp, pacaran, suka mengganggu teman, mengucapkan kata-kata kotor dan hal
ini sering juga dilakukan oleh sebagian siswa MTsN 5 Tulungagung. Oleh
karena itu implementasi dzikir setelah sholat mempunyai peran penting dalam
mengatasi kenakalan remaja dan membantu dalam pembinaan kepribadian
siswa.
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Implementasi dzikir untuk mengurangi kenakalan
remaja di MTsN 5 Tulungagung”

B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana implementasi dzikir melalui pengamalan bacaan asmaul husna
untuk mengurangi kenakalan remaja di MTsN 5 Tulungagung ?
2. Bagaimana implementasi dzikir melalui pengamalan bacaan ayat kursi
untuk mengurangi kenakalan remaja di MTsN 5 Tulungagung?
3. Bagaimana implementasi dzikir melalui pengamalan bacaan shalawat
nariyah untuk mengurangi kenakalan remaja di MTsN 5 Tulungagung?

C. Tujuan Penelitian

10

1. Untuk mendiskripsikan implementasi dzikir melalui pengamalan bacaan
asmaul husna untuk mengurangi kenakalan remaja di MTsN 5
Tulungagung.
2. Untuk mendiskripsikan implementasi dzikir melalui pengamalan bacaan
ayat kursi untuk mengurangi kenakalan remaja di MTsN 5 Tulungagung.
3. Untuk mendiskripsikan implementasi dzikir melalui pengamalan bacaan
shalawat nariyah untuk mengurangi kenakalan remaja di MTsN 5
Tulungagung.

D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
terkait utamanya bagi pihak berikut :
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa dimanfaatkan untuk memperkaya
khazanah keilmuan serta sebagai bahan referensi atau bahan rujukan.
2. Secara Praktis
1) Sebagai masukan MTsN 5 Tulungagung. Agar penelitian ini dapat
digunakan untuk mengurangi kenakalan siswa.
2) Bagi sekolah dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
pertimbangan

dalam

mengambil

kebijakan

untuk

mengatasi

kenakalan remaja.
3) Bagi Peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan penulis
sehingga dapat mengembangkanya dengan lebih luas baik secara
teoritis maupun praktis.

11

E. Penegasan Istilah
a. Definisi Konseptual
Berkenaan dengan Judul “Implementasi Dzikir Setelah Shalat untuk
Mengurangi Kenakalan Remaja di MTsN 5 Tulungagung”, maka perlu di
jelaskan istilah-istilah sebagai berikut :
1. Penegasan Konseptual
1) Implementasi adalah pelaksanaan, penerapan13, implementasi juga
berarti proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam
tindakan praktek.14 Jadi imlplemetasi adalah analisis terhadap
proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam
tindakan praktis sehngga memberikan hasl baik berupa perubahan
pengetahuan, ketrampilan, maupun nilai hidup.
2) Dzikir Secara etimologi Dzikir berasal dari kata dzakara artinya
mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran,
mengenal atau mengerti dan mengingat.15
3) Kenakalan remaja adalah kenakalan yang terjadi pada saat ia mulai
beranjak dewasa. Kenakalan remaja dalam konsep psikologi adalah
Juvenile dilinquinci. Secara etimologi dapat diartikan bahwa
Juvenile dilinquincin berasal dari kata latin yang artinya ialah
anak-anak atau anak muda. Sedangkan dilinquinci artinya

13

Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahas Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990),

14

Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Rosda Karya, 2003) , hal 93.
Samsul Munir Amin, Energi Dzikir, (Jakarta:Bumiaksara,2008), hal. 11.

hal 327.
15

12

terbaikan atau mengabaikan, maka dengan itu keduanya dapat
diperluas menjadi jahat, asocial, pelanggar aturan, pengacau,
peneror, criminal, asusila dan lain sebagainya.16
b. Definisi Operasional :
Secara operasional Implementasi Dzikir untuk mengurangi
kenakalan remaja di MTsN 5 Tulungagung adalah suatu usaha, akal,
ikhtiyar (untuk mencapai maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan
keluar). Amalan dzikir dalam meminimalisir kenakalan-knakalan yang
terjadi dalam diri siswa. Agar siswa tidak melakukan kenakalan dapat
kembali pada budi pekerti dan kelakuan yang baik dan sesuai dengan
agama islam
F. Sistematika Pembahasan
Untuk lebih mudah dalam memahami skripsi ini, maka penulis
memandang perlu mengemukakan sistematika pembahasan. Skripsi ini
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, penegasan
istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II Kajian Pustaka, yang terdiri dari pembahasan mengenai
Tinjauan tentang dzikir, pengertian dzikir, tinjauan tentang kenakalan
remaja, pengertian kenakalan remaja, factor penyebab kenakalan remaja,
bentuk-bentuk kenakalan remaja.

16

Bimo Walgito, Kenakalan Remaja, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1998 hal 2.

13

Bab III Metode Penelitian, meliputi: jenis penelitian, lokasi
penelitian, kehadiran penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,
teknik analisis data, pengecekkan keabsahan temuan dan tahap-tahap
penelitian.
BAB IV Hasil Penelitian yang mencakup : Deskripsi Data, Temuan
Penelitian dan Analisis Data
BAB V Pembahasan yang membahas keterkaitan antara hasil
penelitian dengan kajian teori yang ada.
BAB VI adalah Penutup, dalam bab enam akan dibahas mengenai
kesimpulan dan saran-saran yang relevansinya dengan permasalahan yang
ada.
Bagian akhir skripsi ini terdiri dari daftar lampiran-lampiran yang
diperlukan untuk meningkatkan validasi isi skripsi dan terakhir daftar
riwayat hidup penyusun skripsi.