ANALISIS PENGARUH INFLASI BI RATE JUMLAH

ANALISIS PENGARUH INFLASI,BI RATE, JUMLAH UANG YANG BEREDAR
TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SYARIAH
PERIODE 2014-2016
LAYYINATUL AINI MUFIDAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA

Email : layyin.aini@gmail.com
ABSTRAK
Penelitia ini bertujuan untuk mgetahui pengaruh inflasi, BI rate, dan Jumlah uang yang beredar terhadap
Nilai Aktiva Bersih Reksadana syariah pada periode 2014-2016. Data yang digunakan dalam peeitian ini dalah
data bulanan dari Juari 2014 samapi Desember 2016. Teknik sampling dalam penelitian ini merupakan
purposive sampling. Reksadana syariah di inonesia yang menjadi objek peneitian. Peneitian ini menggunakan
metode analisis regresi linear berganda dengan menggunakan eviews dan microsoft exel 2010

terdapat pengaruh secara simultan secara bersama-sama
atau secara simultan berdasarakan hasil uji F, diketahui bahwa F hitung sebesar 5.524121
dengan prob f sebesar 0.0003581 < taraf signifikan 5% (0.05) maka, secara simultan variabel
independent yaitu inflasi, BI Rate, Jumlah Uang yang Beredar berpengaruh secara signifikan
terhadap NAB Rekasadana Syariah sedangkan hasil uji secara parsial bahwa vaiabel inflasi,

Bi Rate tidak berpengaruh signikan dikarenakan nilai P value < α =5% shingga hanya vriabel
Jumlah uang beredar yang berpengaruh signifkan terhadap Nilai Aktiva bersih Reksadana
Syariah
Hasil peneitian ini menjujukkan bahwa

Kata kunci : Inflasi, BI Rate, Jumlah uang beredar, NAB reksadana syariah

PENDAHULUAN
Pemilihan pasar modal sebagai alternatif pilihan yang banyak dilakukan oleh banyak
masyarakat. Mengingat semakin meningkatnya kebutuhan hidup serta keadaan perekonomian
dari masa masa mencapai pertumbuhan semakin tinggi menggerakkan setiap individu untuk
berfikir secara bijak untuk mempersiapkan keadaan ekonomi dimasa mendatang mengingat
kehidupan dimasa mendatang penuh dengan ketidakpastian atau hal yang terduga dalam
hidup akan terjadi. Kondisi tersebut menggerakkan setiap individu atau badan untuk
menyisihkan sebagian pendapatannya untuk di investasikan dipasar modal dengan harapan
akan meningkatnya nilai tersebut serta menikmati return (tingkat pengembalian yang tinggi)
dimana untuk mempersiapkan masa mendatang kegiatan tersebut disebut investasi
Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif
selama periode waktu tertentu1. Investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat
diajurkan dalam islam, karena dengan berinvestasi harta akan lebih produktif dan

1

Jogiyanti Hartono, teori portofolio dan analisis investas, (Yogyakarta: BPFE, 2015), hlm.
5.

mendatangkan maslahat bagi orang lain.2 Ivestasi kedalam aktiva keuangan dibagi menjadi
dua yaitu berupa investasi langsung dan tidak langsung. Investasi langsung dapat dilakukan
dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjualbelikan dipasar uang, pasar modal,
atau pasar turunan, investasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan
yang tidak dapat diperjualbelikan seperti tabungan di bank dan sertifikat deposito. Sedangkan
investasi tidak langsung yaitu pembelian saham dari perusahaan investasi yang mempunyai
portofolio aktiva aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain. Perusahaan investasi
dapat diklasifikasikan sebagai unit invesment rust, closed end invesment companies, and
opened invesment companies. Dari klasifikasi tersebut opened invesment companies dikenal
dengan nama perusahaan reksadana. Menurut UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995, pasal 1
ayat (27) reksadana didefinisikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal kemudian selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh
manajer investasi.3
Dalam perkembangannya, pada tahun 1998 PT. Danareksa Invsesment Management
meluncurkan reksadana syariah pertama di indonesia, yang dimaksudkan untuk memberikan

alternatif investasi yang lebih luas bagi pemodal muslim ataupun masyarakat yang ingin
berinvestasi dengan prinsip syariah. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia bekerjasama dengan
PT Danareksa Invesment Managemenet meluncurkan Jakarta Islamic Indeks (JII) pada
tanggal 3 juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menanamkan dananya
secara prinsip syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut maka telah tersedia saham-saham
yang dapat digunakan sebagai sarana investasi yang berprinsip sesuai syariah
Reksadana syariah tidak jauh memilik perbedaan dengan rekdana konvesional hanya saja
praktinya dalam reksadana syariah tidak adanya unsur riba, gharar, maysir, yang mana
praktik tersebut dilarang dalam islam yaitu tidak sesuai dengan prinsip syariah, sehingga
hadirnya reksadana syariah diharapkan menjadi alternatif investor yang ingin menanamkan
modalnya sesuai prinsip syariah. Dalam Fatwa DSN MUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001
menetapkan bahwa Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan
dan prinsip syariah islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta
dengan manajer investasi sebagai wakil shohibul maal, maupun dengan wakil shohibul maal
dengan pengguna investasi. Dengan mekanisme kegiatan transaksinya yaitu antara pemodal
dengan manajer investasi dilakukan dengan sistem wakalah dan antara manajer investasi dan
penggna investasi dilakukan dengan sistem mudharabah. Perbedaan reksadana syariah
dengan reksadana konvensional adalah pada dua tahapan proses yaitu:
a. Proses screening, yaitu Filteralisasi atas intrumen investasi berdasarkan pedoman
syariah

b. Proses cleansing, yaitu membersihkan pendapatan yang dianggap diperoleh dari
kegiatan yang haram menurut pedoman syariah. 4Hal-hal inilah yang mejadi tolak ukur
antar reksadana konvensional dengan reksadan syariah
2

Adrian Sutedi, Pasar Modal syariah, (Jakarta: Sinar Grafka, 2009) hlm. 33.
Opcit, jogiyanto hartono, hlm. 10-12.
4
Alvien Septian Hearisma, “Introduction of Islamic Mutual Fund”, Jurnal Ekonomi,
diunduh tanggal 10 Desember 2017, 10.00 WIB.
3

Alat atau tolak ukur reksadana syariah ialah nilai aktiva bersih (NAB). Nilai aktiva
bersih merupakan indikator untuk menetukan harga beli maupun harga jual dari setiap unit
penyertaan reksadana. Perubahan nilai aktiva bersih ini dapat dijadikan sebagai indikator
kinerja suat reksadana apakah nilainya positif maupun negatif. Nilai aktiva bersih merupaka
jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang ada. Besarnya NAB bisa
berfluktuasi setiap hari, tergantung dari perubahan nilai efek dari portofolio.5
Reksadana syariah pada tahun 2014 meningkat sebesar 8.31% sehingga mempunyai
Nilai Aktiva Bersih mencapai 11,019.00 (Rp. Miliar), sedangkan pada tahun 2015

mengalami peningkatan 8.52% sehingga NAB mencapai 11,019.43 (Rp. Miliar) dan tahun
selanjutnya yaitu tahun 2016 mengalami peningkatan terus menerus yaitu NAB nya sebesar
14,914.63 sampai pada tahun 2017 yang mempunyai angka NAB tertingga sebesar 22.369,64
demikian dapat dibuktikan bahawa reksadana syariah mengalami peningkatan dari tahun
ketahun yaitu dari tahun 2014 total reksadana sebesar 894, pada tahun 2015 total reksadana
sebesar1091, pada tahun 2016 sebesar 1425 sampai saat ini yaitu tahun 2017 total reksadana
semakin meningkat terus menerus. Hal ini menujukkan perkembangan reksadana dari tahun
ke-tahun.6 Diketahui reksadana syariah yang beredar pada tahun 2017 ini berjumla 172
perusahaan7 reksadana syariah angka tersebut merupakan angka yang sangat tinggi dengan
perbandingan NAB dari tahun ke tahun tersebut menunjukkan bahwa rekdanan syariah
berhasil menjasi solusi alternatif investasi secara syariah.

Sumber : statistik reksadana syariah, Desember 2016, Bapepam, OJK

5

Febrian Dwi Setyarini, pengaruh SBIS, Infasi, ilai Tukar rupiah, Jumlah uang beredar
dan IHSG terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah periode 2009-2013, Skripsi
Keuangan Islam Uin Sunan Kalijaga, 2015.
6

BAPEPAM, Statistik Reksadan Syariah. Http://www. Bapepam.co.id/data-statistiksyariah-reksadana, akses 10 februari 2017, 20.45 WIB.
7
Ibid, hlm. 2.

Berikut ini tabel perbandingan jumlah reksadan dan perbandingan NAB reksadana syariah

Sumber : statistik reksadana syariah, Desember 2016, Bapepam, OJK
Ahmad Ulinnuha, Isti Fadah, Lilik Farida, dalam penelitiannya yang berjudul
“pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan, Nilai Tukar Rupiah Dan Sertifikat Bank
Indonesia Terhadap Nilai Aktiva bersih Reksadana Campuran Pada PT. Manulife Aset
Manajemen Indonesia” hasil penelitiannya menunjukan bahwa secara simultan IHSG, nilai
tukar rupiah dan SBI berpengaruh terhadap NAB reksadana campuran pada PT Manulife
Aset Manajemen Indonesia dengan nilai sig. 0,000. Sedangkan secara parsial IHSG
berpengaruh positif dan signifikan dengan nilai beta 0,395 dan nilai sig. sebesar 0,000 < α =
5% sedangkan SBI berpengaruh positif dansignifikan dengan nilai beta 0,132 dan nilai sig.
sebesar 0,031 < α = 5%. Dilihat dari besarnya koefisien beta maka IHSG merupakan variabel
independen yang berpengaruh dominan terhadap NAB reksadana campuran pada PT
Manulife Aset
Manajemen Indonesia. Sedangkan nilai tukar rupiah tidak berpengaruh signifikan terhadap
NAB reksadana campuran.8

Febrian Dwi Setyarini, dalam penelitiannya yang berjudul “ pengaruh SBIS, Inflasi,
Nilai Tukar rupiah, Jumlah uang beredar dan IHSG terhadap nilai aktiva bersih reksadana
syariah periode 2009-2013” menyebutkan bahwa SBIS, kurs, jumlah uang yang beredar dan
IHSG tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Hanya variabel inflasi yang
berpenagruh signifikan dengan arah positif walau kecil terhadap NAB reksadana syariah.
Kondisi makroekonomis (SBIS, inflasi, kurs, jumlah uang yang beredar, dan IHSG) baik
secara parsial maupun simultan memiliki penagaruh yang kecil terhadap imbal hasil
reksadana syariah, hal ini dikarenakan volalitas makroekonomi Indonesia hanya direspon
sesaat oleh investor9.
8

BAPEPAM, Statistik Reksadan Syariah. Http://www. Bapepam.co.id/data-statistiksyariah-reksadana, akses 10 februari 2017, 20.45 WIB.
9
Febrian Dwi Setyarini, “pengaruh SBIS, Infasi, Nilai Tukar rupiah, Jumlah uang beredar
dan IHSG terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah periode 2009-2013”, Skripsi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015.

Wahyuni Kartika Sari, Dr Dikdik Tandika, dalam penelitiannya yang berjudul”
Pengaruh IHSG, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Net Asset Value (NAV)
Reksadana Syariah (Studi Kasus pada Bapepam Periode 2012-2016) hasil penelitiannya

menyebutkan bahwa IHSG, Inflasi, Nilai tukar mempunyai pengaruh terhadap NAV
Reksadana Syariah baik secara parsial maupun simultan.10
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut telah diketahui adanya perbedaan, persamaan hasil
dari penelitian tersebut,baik berasal dari teori maupun dari penelitian sebelum-sebelumnya
dalam objek yang sama yaitu reksadana syariah maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, Jumlah
Uang Yang Beredar Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Periode 20142016
Landasan teori
1. Signaling theory
Bahwa sinyal yang diberikan dapat berupa good news maupun bad news. Sinyal good
news dapat berupa [perusahaan yang mengalami peningkatan secara teris menerus
sedangakn yang bad news dapat berupa penurunan kinerja dari tahun ketahun. Nilai
aktiva bersih reksadana syariah dapat memberikan sinyal bagi para investor sehingga
berpengaruh terhadap keputudsan investasi di reksadana syariah11
2. Reksadana syariah
Reksadan dikenal dengan banyak istilah yakni unit rust, mutual fund,atau invesment
fund ketiga istah tesebut sama sama memiliki pengertian sebuah investasi yang
kolektif diantara para invstor dnagn tujuan sama yaitu investasi. Dana yang
dikumpuka oleh sejumlh orang investo akan dikeoal oleh seorang fund manager UU
No. 8 tahun 1995 tetang reksadana yakni suatu wadah yang digunakan untuk

menghimpun dana dari masyarakat pemodal, untk selanjutnya di investasika dalam
portofolio efek
oleh manajer invetasi. Selanjutnya rekadana syariah yang
diungkapkan Herawati (2015: 51-52) reksdana syariah merupakan reksaana yang
kebijakan investasi dan pengelolaannya mengacu pada syariah islam dimana
reksadana syariah tidak menginvestasikan dananya di perusahaan yang pegelolaan
dan produknya bertentangan pada prinsip syariah.12
3. Nilai Aktiva Bersih Reksadana syariah
Menurut Ahmad Rodoni (2009: 97) Nilai Aktiva Bersih diperoleh dari asil
penjumlahan nilai seluruh portofolio tang terdiri dari uang kas, deposito,
instrumen pasar uang, obligai, saam, dan intrumen pasar modal lainnya.
Yang ditambah dengan tagihan kepada broker, piutang dividen, piutang
bunga dan putang lainnya. Dan dikurangi dengan kewajiban yang terdiri
dari pinjaman, kewajiban broker, kewajiban atas fee yang belum bayar,
10

Wahyuni Kartika sari, dkk, “Pengaruh IHSG, Infasi, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap
NAV Reksadana Syariah (studi Kasus pada Bapepam periode 2012-2016”,Jurnal Ilmu
Ekonomi dan Manajemen Vol 3, o.2., Tahun 2017.
11

Iza Nur Affa, “Pengaruh SBIS, JUB, JII terhadap Nilai Ativa bersih Reksadanba Syariah
periode 2012-2015. Indonesian Banking school, 2016.
12
Abdul, Qoyyum, “Lemabag Keuangan Islam di Indonesia

kewajiban atas fee kustodian yang belum bayar, da amortisasi biaya
pendirian jika ada.
Nilai aktiva Bersih merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasi
portofolio reksdana. Net asset Value (NAV) dapat diformalisasikan sebagai
berikut:
NAVt = (MVAt – LIABt/NSOt)
Keterangan :

NAVt = nilai aktiva bersih pada periode t
MVAt = total nilai pasar aktiva pada periode t
LIABt = totak kewajiban reksadana pada peride t
NSOt = jumlah unit penyertaan beredar pada periode t13
4. Inflasi
Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat uum dan terus
menerus. Harga suatu komoditas dikatakan naik apabila lenih tinggi dibandingkan

harga pada perioe sbeumnya. Kenaikan harga suatu komoditas belum dikatakan
inflasi jika belum dapat mengubah harga harga secara umum naik
5. BI Rate
Suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman dalam bentuk
persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun
dibagi dengan jumlah pinjaman
6. Jumlah Uang yang Beredar
Jumlah uang yang bereda disetiap negara ada beberapa jenis, ada tiga jenis yang
beredar yaitu uang kartal,giral,dan uang kuasi. Di Indonesia saat ini hanya mengenal
dua mata jnit mata uang yaitu:
a. Uang beredar dalam arti sempit, yang sering diberi simbol M1 didefinisiknan
sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri
dari uang kartal dan uang giral
b. Uang beredar dalam arti luas, sering diberi simbol M2, didefinisikan sebagai
kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang tediri dari uang
kartal, giral,kuasi. Dengan kata lain M2 adalah M1 ditambah tabungan deposito
berjangka.
Perkembangan jumlah uang yang beredar menceminkan pertumbuhan ekonomi,
biasanya bila ereknoman bertumbuh maka jumlah uang yang beredar semakin
banyak pula, sedang komposisinya berubah. Bia perekonomian bertambah mau
mak semakin bergeser penggunaan uang kartal bergeser dengan memanfaatkan
cek.
Teori kuantitas uang dikemukakan oleh Irving Fisher,
Yaitu : MV=PT
Kterangan :
M= jumlah uang beredar
V=tingkat perputaran uang
13

Fitria saraswati, “Analisis pengaruh sertifkat bank indonesia syariah, infasi, nilai tkar
rupiah, dan julah uang beredar terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah, skripsi,
2013.

P=tigkat harga barang
T=jumah barang yang diperdagangkan14
Metode penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang bertujuan untuk
menguji hipotesis dengan data yang terukur dan menghasilkan kesimpulan yang dapat
digeneralisir.
Obyek penelitian
Obyek penelitian ini menggunakan data time series berupa NAB bulanan reksadana
campuran pada periode Desember 2014 - Desember 2016 yang terpublikasi pada situs resmi
otoritas Jasa Keuangan
Jenis dan Sumber Data
Peneltian ini menggunakan jenis data sekunder. Hasil penelitian terdahulu menggunakan data
sekunder yang sesuai dengan pokok bahasan. Dalam penelitian ini adalah inflasi, BI Rate,
jumlah uang yang beredar, dan NAB rekasadana syariah. Data-data tersebut bersumber dari
terbitan BI (bank Indonesia), Badan Penagawas Modal(Bapepam) yang dikelola oleh Otoritas
Jasa Keuangan(OJK), dan Badan Pusat Statistik
Definisi operasional variabel dan Skala Pengukuran
Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel independen dan satu variabel
dependen:
a. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Dalam penelitian ini sebagai variabel dependen. Nilai Aktiva Bersih pada dasarnya
merupakan data data historis yang berisikan aktiva setelah dikurangi oleh kewajibankewajiban. Aktiva pada reksadana ini berupa uang kas, deposito, instrumen pasar
uang, obligasi, saham, dan piutang dividen. Variabel yang nantinya digunakan dalam
peneltian ini berupa NAB/unit
b. Inflasi
Dalam penelitian ini sebagai variabel independen. Inflasi merupakan kecenderungan
harga-harga mengalami kenaikan secara terus menerus. (Mankiw, 2006: 145). Dalam
penelitian ini data inflasi diperoleh dari Badan Pusat Statistik dalam periode 2026
sampai 2014
c. BI Rate
BI rate dalam penelitian sebagai variabel independen. Suku bunga adalah pembayaran
bunga tahunan dari suatu pinjaman dalam bentuk persentase dari pinjaman yang
diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah
pinjaman.15 Dalam pnelitia data Bi rate bulanan yang diperoleh dari data yang
dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) dari tahun 2014 sampai tahun 2016
14

Ibid, Skripsi hal. 46
Ainur Rahman, Pengaruh Infasi, Nilai tukar Rupiah, BI Rate Terhadap Net Asset Value
Reksadana Saham Syariah, Jurnal Ekonomi, Jesit Vol. 2 No. 12 Desember 2015.
15

d. Jumlah Uang yang Beredar
Dalam penelitian ini JUB sebagai variabel independen. Dalam penelitian ini
mengambil data M2 diaman meliputi M1 yaitu uang kuasi (mecakup tabungan,
deposito dalam rupiah dan valas, serta giro dalam valuta asing), dan surat berharga
yang diterbitkan oleh sisitem moneter. Data diperoleh melalui data yang diublikaskan
Bank Indonesia dalam periode tahun tertentu sesuai cakupan penelitian.
Metode Analisis Data
Metode analisis data ini dilakukan agar dapat memberikan komponen informasi
dimana infomasi tersebut dibutuhkan untuk mejawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan penelitian. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi Linear
Berganda, Uji Asumsi Klasik, dan uji Hipotesis
a. Regresi linear berganda
Analisis regresi Linear Berganda digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan
antara dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Cara
menuliskan persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3
Keterangan :
X1 : Inflasi
X2 : BI Rate
X3 :Jumlah Uang yang Beredar
a : Konstanta yang menunjukan nilai Y
1, b2, b3 : Koefisien arah regresi
b. Uji asumsi klasik
a. Uji normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model
regresi, variabel dependen dan independen atau keduannya mempunyai
distribusi normal atau mendekati normal (Santoso, 2004: 212). Cara
menentukan data berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji
kolmogorov- Smirnov pada data > 50, sedangkan data < 50 menggunakan uji
Shapiro-Wilk. Apabila hasil uji menyatakan nilai sign. < α, maka H0 ditolak
yang berarti bahwa data yang digunakan tidak berdistribusinormal. Apabila
sebaliknya maka data berdistribusi normal.
b. Uji multikolinearitas
Pengujian ini dilakukan guna mengetahui apakah model regresi terdapat
korelasi antara variabel independen atau tidak. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya pelanggaran dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor)
atau nilai tolerance. Apabila nilai VIF >10 dan nilai tolerance < 0,1 maka
terdapat pelanggaran dalam model regresi linear berganda.
c. Uji heteroskedastisitas
Pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi apakah padamodel regresi terdapat
ketidaksamaan varian dan residual satu pengamatan ke pengematan lain. Guna
mencari tahu apakah terdapat heteroskedastisitas maka, penelitian ini diuji

dengan uji Glesjer. Cara mengambil keputusan pada uji ini, dengan melihat
nilai Sig. > α, maka tidak terjadi heteroskedastisitas dan begitu juga sebaliknya
d. Uji Autokorelasi
Guna mendeteksi apakah dalam model regresi terdapat korelasi. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam model regresi maka
digunakan uji Durbin Watson (DW), yaitu dengan membandingkan nilai
Durbin Watson tes dengan nilai dari tabel Durbin Watson pada α = 5%
Analisa dan pembahasan
Uji Asumsi Klasik
a. Uji normalitas
16

Series: Residuals
Sample 1 36
Observations 36

14
12
10
8
6
4
2

Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis

-1.62e-12
349.0228
4124.212
-8591.804
2170.071
-1.919987
8.824448

Jarque-Bera
Probability

73.00440
0.000000

0
-8000

-6000

-4000

-2000

0

2000

4000

Intrepetasi : berdasarkan nilai probability dari jarque-Bera adalah 0.00000 < α = 5%
atau 1% sehingga menolak Ho yang berarti nilai residual tidak berdistribusi normal
b. Uji multikolinearitas
Variance Inflation Factors
Date: 12/11/17 Time: 09:59
Sample: 1 36
Included observations: 36
Variable

Coefficient Uncentered Centered
Variance VIF
VIF

C
24036056
INFLASI
653882.4
BI_REAT
33431.08
JUMLAH_UAN
G_YANG_BER
EDAR
1.08E-06

167.9964
2.022535
11.29648

NA
1.292316
1.276067

141.2925

1.034804

Syarat terjadinya multikolinearitas pada model adalah VIF > 10. Berdasarkan hasil
centered VIF masing-masing variabel < 10. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat
masalah
multikoliner
c. Uji heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS

0.456704
4.914331
15.19089

Prob. F(9,26)
0.8900
Prob. Chi-Square(9) 0.8417
Prob. Chi-Square(9) 0.0858

Berdasarkan uji white bahwa nilai prob Chi-Square (9) =0.8417 > α =1%, 5%, atau
10% sehingga menerima H0 maka, tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared

1.297402
2.865885

Prob. F(2,30)
0.2881
Prob. Chi-Square(2) 0.2386

Berdasarkan hasil nilai prob. Chi-Square = 0.2386 > nilai kritis 1%, 5%, atau 10%
sehingga tidak terdapat masalah autokorelasi.
Uji Hipotesis
a. Uji F
Dependent Variable: NAB_REKSADANA_SYARIAH
Method: Least Squares
Date: 12/11/17 Time: 09:57
Sample: 1 36
Included observations: 36
Variable

Coefficient Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
INFLASI
BI_RATE
JUMLAH_UANG_YANG_
BREDAR

-3423.975 4902.658
-1143.442 808.6299
304.5317 182.8417

-0.698392 0.4900
-1.414049 0.1670
1.665549 0.1056

0.002751 0.001040

2.645324

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression

0.341189
0.279426
2269.514

0.0125

Mean dependent var 9963.378
S.D. dependent var 2673.582
Akaike info criterion 18.39696

Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

1.65E+08
-327.1452
5.524121
0.003581

Schwarz criterion
18.57290
Hannan-Quinn criter. 18.45837
Durbin-Watson stat 1.905460

NAB_REKSADANA_SYARIAH = -3423.97490828 - 1143.44214417*INFLASI +
304.531710629*BI_RATE + 0.00275070501184*JUMLAH_UANG_YANG_BEREDAR
Intrepetasis :
H1 : terdapat pengaruh secara simultan secara bersama-sama atau secara simultan
berdasarakan hasil uji F, diketahui bahwa F hitung sebesar 5.524121 dengan prob f sebesar
0.0003581 < taraf signifikan 5% (0.05) maka, secara simultan variabel independent yaitu
inflasi, BI Rate, Jumlah Uang yang Beredar berpengaruh secara signifikan terhadap NAB
Rekasadana Syariah
b. Uji t
Uji t dilakukan guna mengetahui apakah secara parsial atau individu variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Tingkat signifikansi (p-value) tiap
variabel independen merujuk pada hasil regresi linear berganda yang telah dibahas pada
wacana sebelumnya. Berikut ini penjelasan mengenai pengaruh secara parsial masing-masing
variabel independen.
H2 : secara parsial dan tidak signifikan inflasi terhadap NAB Reksadana Syariah
periode 2014-1016.
Berdasarkan pengujian secara parsial, dapat diketahui bahwa koefisien regresi Inflasi
terhadapa NAB Rekasadana Syariah periode 2014-2016 adalah 0.1670 Karena nilai P value <
α =5% maka hal ini secara parsial Inflasi Tidak berpengaruh Signifikan terhadap NAB
Rekasadana Syariah
H3 : secara parsial dan tidak signifikan BI Rate terhadap NAB Rekasadana Syariah
periode 2014-2016,
Berdasarkan pengujian secara parsial, dapat diketahui bahwa koefisien regresi BI Rate
Terhadap NAB Reksadana Syariah periode 2014-2016 adalah 0.1056 dengan nilai p value
adalah sebesar 0.000. karena nilai P value < α =5% maka hal ini secara parsial BI Rate i
Tidak berpengaruh Signifikan terhadap NAB Rekasadana Syariah
H4 : terdapat pengaruh secara parsial dan signifikan dari Jumlah Uang yang Beredar
terhadap NAB Reksadana Syariah Perode 2014-2016
Koefisien regresi Jumlah Uang yang Beredar terhadap NAB Rekasadana Syariah
periode 2014-2016 adalah 0.0125 sedangkan Nilai p-value < α =5% maka, hal tersebut
menunjukan bahwa H0 ditolak dan menerima H4 bahwa secara parsial Jumlah Uang yang
Beredar berpengaruh terhadapNAB reksadana syariah periode 2014-2016.
Pembahasan
a. Pengaruh secara simultan

Berdasrkan hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa Inflasi, BI Rate, dan
Jumlah Uang yang Beredar memiliki nilai signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah Periode 2014 -2016. Maka Ho ditolak pada α = 5%. Hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa secara simlutan Inflasi, BI Rate, dan Jumlah Uang yang
Beredar berpengaruh terhadap Nilai aktiva Bersih Reksadana Syariah periode 20142016. Maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen berupa Inflasi, BI Rate, dan
Jumlah Uang yang Beredar merupakan faktor-faktor yang mendasari perubahan NAB
Reksadana syriah periode 2014-2016 atau dalam pengertian lain faktor faktor yang
mnyebabkan naik turunnya NAB reksadana syariah yaitu dipengaruhi oleh Inflasi, BI
Rate, dan Jumlah uang yang beredar
b. Pengaruh secara parsial
1. Pengaruh inflasi terhadap NAB Reksadana syariah Periode 2014-2016
Berdasarkan uji probabilitas, diketahui bahwa inflasi tidak berpengaruh secara
signifikan secara parsial terhadap Nilai Aktiva Bersih reksadana syariah periode
2014-2016. Hasil tersebut dapay dibuktukan setelah melakukan uji f hitungnya
sebesar 0.1670 . Jika dilihat signifikannya yakni sebesar 0.1670 dimana > α =5%
maka kesimpulannya inflasi tidak berpengaruh signifikan parsil terhadap Nilai
Aktiva Bersih reksadana syariah perode 2014-2016. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurna Malya (mei 2017) dalam
skripsinya yang berjudul “pengaruh Inflasi dan BI Rate terhadap portofolio
reksadana syariah di Indonesia periode 2011-2015 yang menyimpulkan bahwa
inflasi tidak memberikan pengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Inflasi
merupakan
2. Pengaruh BI Rate terhadap NAB Rekasadana Syariah Periode 20142016
Berdasarkan uji probabilitas, siketahui bahwa BI Rate tidak berpengaruh
signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Dari hasil uji ini peneliti
memperoleh hasi uji yaitu sebesar 0.1056 dimana > α =5% maka
kesimpulannya BI rate tidak memberikan pengaruh terhadap NAB reksadana
syariah
3. Pengaruh Jumlah Uang yang Beredar terhadap NAB Reksadana Syariah
Periode 2014-2016
Berdasrakan uji asumsi klasik tersebut dapat diketahui bahwa secara parsial
jumlah uang yang beredar berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana
syariah. Hal ini dapat dilihat sigfnifikannya 0.0125 < 5% maka dihasilkan
bahwa jumlah uang beredar berpengaruh signikan terhadap jumlah uang yang
beredar. jumlah uang yang beredar, memberikan pengaruh yang
signifkan terhadap nilai aktiva bersih reksadana. Jumlah uang
beredar dapat mempengaruhi nilai aktiva bersih (nilai aktiva bersih)
reksa dana karena ekspansi jumlah uang beredar. Pada saat terjadi
kenaikan jumlah uang beredar, masyarakat dianggap memiliki
proporsi lebih untuk berinvestasi sehingga permintaan instrumen

investasi saham mengalami kenaikan yang
meningkatkan nilai aktiva bersih reksa dana saham.

berarti

akan

Kesimpulan
Berdasarakan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Secara simultan( bersama samaa) bahwa varibel inflasi, BI rate, dan jumlah uang
beredar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah
2. Secara parsial inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap NAB reksadana
syariah
3. BI rate secara parsial tidak memberikan pengaruh terhadap NAB reksadana syariah
4. Secara parsial hanya variabel jumla uang yang beredar yang memberikan pengaruh
signifikan terhadap NAB reksadana syariah
Daftar Pustaka
Al-Qur’an
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta: PT Insan Media Pustaka,
2013.
Buku
MUI, “Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No 20/DSN MUI/IV/2001”, MUI,
Jakarta: 2001.
Hartono, Jogiyanto teori portofolio dan analisis investas, (Yogyakarta: BPFE), 2015.
Rusdin, Pasar Modal, (Bandung: Alfabeta), 2008.
Sutedi, Ardian. Pasar Modal syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009).
Qoyum, abdul, “Lembaga Keuangan Islam di Indonesia,(Yogyakarta: elmatera),
2017.
Jurnal
Ainur Rahman, “Pengaruh Inflasi, Nilai tukar Rupiah, BI Rate Terhadap Net Asset
Value Reksadana Saham Syariah”, Jurnal Ekonomi, Jesit Vol. 2 No. 12 Desember 2015.
Afifa, Iza Nur, “Pengaruh SBIS, JUB, JII terhadap Nilai Ativa bersih Reksadanba
Syariah periode 2012-2015. Jurnal,l Indonesian Banking school, 2016.
BAPEPAM, Statistik Reksadan Syariah. Http://www. Bapepam.co.id/data-statistiksyariah-reksadana, akses 10 februari 2017, 20.45 WIB.
Rangkuti, latifah, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan
Perkembangan Reksa Dana Syariah (Islamic Mutual Fund) Di Indonesia Sampai Dengan
Tahun 2012, jurnal ekonomi, 2015.

Sraswati, Fitria, “analisis pengaruh sertifikat bank indonesia syariah, inflasi, nilai
tukar rupiah, dan Jumlah uang yang beredar Terhadap NAB Reksadana syriah. Skripsi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Septian Hearisma, Alvien, “Introduction of Islamic Mutual Fund”, Jurnal Ekonomi,
April 2008.
Setyarini, Febrian Dwi, “ pengaruh SBIS, Inflasi, Nilai Tukar rupiah, Jumlah uang
beredar dan IHSG terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah periode 2009-2013,
Skripsi Keuangan Islam Uin Sunan Kalijaga, 2015.