LAPORAN DAN INDONESIA PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa

HARI/TGL

: Senin,16-02-2015

NIM

ACARA

: Proses Pemfosilan

: D61114304

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kira-kira 550 juta tahun yang longsoran lumpur terjadi di dasar laut purba.


Tumbuhan dan binatang tersangkut pada proses tersebut ke dasar laut yang lebih
dalam dan terjebak dalam lapisan sedimen lumpur yang kemudian mengalami
lithifikasi menjadi serpih. Selanjutnya serpih megalami pengangkatan membentuk
pegunungan yang tinggi. Pada batuan tersebut ditemukan sejumlah sisa-sisa
organisme tadi yang beberapa jenis diantaranya masih tetap hidup sampai sekarang
sedang lainnya telah musnah.
Sisa-sisa kehidupan di masa lampau yang telah mengalami pembatuan disebut
fosil. Fosil yang tertua adalah jejak yang sangat kecil dari organisme yang
menyerupai bakteri yang pernah hidup sekitar 3000 juta tahun lalu. Cabang ilmu
geologi yang mempelajari tentang kehidupan yang pernah ada di masa lampau
disebut paleontologi. Paleontologi sangat membantu ahli geologi dalam melakukan
interpretasi mengenai sejarah bumi.
Oleh sebab itu, laporan ini merupakan bukti fisik dari praktikum pengenalan
fosil dan proses pemfosilan yang telah kami lakukan pada Senin, 16 Februari 2015.
1.2

Maksud dan Tujuan
Praktikum ini bermaksud untuk membangun pemahaman awal serta


menambah ilmu mengenai fosil dan proses pemfosilan.

Adapun tujuan dilaksanannya praktikum ini adalah:
1.

Praktikan mampu menjelaskan pengertian dari fosil

2.

Praktikan mampu menjelaskan proses pemfosilan

3.

Praktikan mampu mengidentifikasi dan mengenali jenis-jenis fosil tertentu

4.

Praktikan mampu menjelaskan manfaat dari mempelajari fosil.

1.3


Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan selama berlangsungnya praktikum adalah:

Alat:
1.

Alat tulis menulis (pulpen, penggaris, pensil dan penghapus)

2.

Tabel determinasi

Bahan:
1.

HCl 0,1 M

2.


8 sampel fosil

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa

HARI/TGL

: Senin,16-02-2015

NIM

ACARA

: Proses Pemfosilan

: D61114304

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1


Pengertian Fosil
Fosil adalah sisa, jejak, atau bekas hewan maupun tumbuhan yang hidup pada

masa lampau yang terawetkan maupun tertimbun secara

alamiah. Syarat

terbentuknya suatu fosil adalah organisme memiliki bagian tubuh yang keras.,
mengalami pengawetan, terbebas dari bakteri pembusuk, terjadi secara alamiah tanpa
rekaya manusia, mengandung kadar O2 yang sedikit dan berumur lebih dari 10.000
tahun lamanya.
Menurut definisi tersebut, Mummy Mesir tidaklah dapat dikategorikan sebagai
fosil. Begitupula dengan peralatan-peralatan hidup manusia purba. Batas antara masa
lampau dan masa kini adalah pada awa Holosen, atau kira-kira 11.000 tahun yang
lalu.
2.2

Pengawetan Fosil
Suatu kehidupan dapat menjadi fosil melalu proses pemfosilan. Proses ini


merupakan proses dimana terekamnya data-data kehidupan suatu organisme atau
perubahan-perubahanyang terjadi pada saat organisme tersebut mati dan terkubur,
serta terawetkan dengan baik dalam suatu tubuh batuan sedimen, baik berupa
sebagian atau seluruh kehidupan organisme tersebut.
Adapun beberapa proses pemfosilan, adalah sebagai berikut:
1.

Petrifikasi, berubahnya organisme menjadi batuan karena bahanbahan seperti:

a. Silika (SiO2), berasal dari ledakan gunung api, dapat berupa abu. Jika
bercampur dengan air kemudian memasuki pori-pori organisme dan
mengganti molekul-molekul organisme oleh komponen silika dan
kemudian mengalami proses pembatuan.
b. Kolofan, zat yang terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3), sulfat (SO4) dan
air (H2O). Proses pemfosilan oleh kolofan sama seperti yang terjadi pada
proses pemfosilan oleh silika (SiO2).
c. Kalsium karbonat (CaCO3), zat yang berasal dari kapur yang terlapukkan
dan terlarut dalam air yang bercampur dengan bagian keras dari suatu
organisme dan terkompaksikan sehingga membentuk sebuah fosil.

d. Oksida besi(FeO) dan sulfida besi (FeS), zat ini berupa limonit, vivianit,
atau hematit. Pemfosilan dengan bahan ini dapat menyebabkan fosil
berwarna gelap karena mengandung unsur besi.
2.

Karbonisasi, penimbunan organisme sehingga mengalami destilasi
maupun kompresi sehingga komponen gas dan air dalam tubuhnya hilang dan
tersisa unsur karbon (C).
a. Destilasi, proses dimana sutu tumbuhan atau bahan organik lainnya yang
telah mati dengan cepat tertutup oleh tanah.
b. Kompresi, proses yang ditandai dengan organisme tertimbun dalam
lapisan tanah, maka air dan gas yang terkandung dalam suatu organisme
tertekan keluar oleh bertanya lapisan tanah yang menimbunnya.

3.

Mineralisasi, proses penggantian sebagian atau seluruh tubuh
organisme oleh mineral yang lebih tahan terhadap prose pelapukan. Meski
material yang menyusun organisme telah digantikan oleh mineral, struktur sel
dari organisme itu sendiri masih tampak jelas dengan menggunakan

mikroskop. Proses mineralisasi dapat terjadi dengan tiga cara, yaitu:

a. Rekristalisasi, pengkristalan kembali mineral penyusun rangka organisme
menjadi mineral yang lebih stabil. Perubahan ini terjadi karena atom-atom
penyusun mineral akan menyesuaikan diri dan membentuk mineral yang
lebih solid. Fosil yang mengalami rekristalisasi akan mempunyai bentuk
dam struktur yang tetap. Tetapi hanya komposisi mineralnya yang
berubah.
b. Permineralisasi, proses dimana bagian lunak dari suatu organisme

berkontak langsung dengan air. Dimana, air ini mengandung ion-ion
terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau oksida besi. Maka, unsurunsur tadi mengisi rongga-rongga dengan mineral. Dengan adanya proses
ini, fosil akan menjadi lebih berat dan tahan lama.
c. Replacement, material penyusun organisme yang mengalami pelarutan

dan digantikan oleh mineral yang lain. Selama proses ini, volume dan
bentuk asli organisme tidaklah berubah, tetapi material penyusunnya
mengalami perubahan.
4.


Pengawetan, proses yang menyebabkan suatu organisme baik seluruh
atau sebagian dari tubuhnya tetap terawetkan dengan sedikit perubahan sifat
kimia maupun fisiknya.

5.

Mold and cast, cangkang yang tertupi material sedimen yang
mengalami kompaksi mengalami pelarutan dan meninggalkan cetakan pada
batuan sedimen disebut mold. Apabila mold terisi oleh mineral-mineral
sekunder lainnya disebut cast.

6.

Organic trap, organisme yang secara utuh terjebak pada suatu
material sehingga tertimbun dan menjadi fosil.

7.

Tracks and Trails, jejak perpindahan suatu organisme pada materialmaterial lunak dan meninggalkan tapak yang sangatlah jelas disebut track.


Sedangkan trail adalah jejak perpindahan organisme yang menimbulkan
kenampakan yang sangat halus.
8.

Fake fosil, fosil rekayasa yang sengaja dibentuk oleh manusia sebagai
peraga.

9.

Bekas gigtan, fosil tulang yang memiliki bekas gigitan dari carnivora
maupun hewan pengerat.

10.

Koprolit, kotoran hewan yang terawetkan. Koprolit digunakan untuk
menentukan habitat, jenis makanan serta memperkirakan ukuran hewan
tersebut.

11.


Gastrolit, batu yang permukaannya halus yang ditemukan di dalam
badan hewan yang telah menjadi fosil.

2.3

Jenis Fosil
Berdasarkan tipe pengawetan, fosil dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,

yaitu:
1. Fosil tidak Terubah
Semua bagian organisme yang terawetkan, baik yang lunak maupun yang
keras. Misalnya, mammoth yang terawetkan dalam es di Siberia.
2. Fosil yang Mengalami Perubahan
Perubahan dapat berupa:
a. Permineralisasi
b. Replacement
c. Rekristalisasi
3. Fosil berupa Jejak atau Bekas
Tidak semua fosil terawetkan dalam bentuk siap dikenal, sering hanya
bukti-bukti tidak langsung dari jejak fosil yang ada untuk diinterpretasikan.
Contoh bukti tidak langsung adalah:

a. Mold and cast, cangkang yang tertupi material sedimen yang mengalami
kompaksi mengalami pelarutan dan meninggalkan cetakan pada batuan
sedimen disebut mold. Apabila mold terisi oleh mineral-mineral sekunder
lainnya disebut cast
b. Imprint, jejak yang terbentuk pada sedimen yang halus, pasir halus,
maupun lumpur.
c. Tracks and Trails, jejak perpindahan suatu organisme pada materialmaterial lunak

dan meninggalkan tapak yang sangatlah jelas disebut

track. Sedangkan trail adalah jejak perpindahan organisme yang
menimbulkan kenampakan yang sangat halus.
d. Burrow, jejak dari organisme penggali. Lubang atau galian ditinggalkan
oleh organisme sering terawetkan oleh pengisian mineral yang memiliki
komposisi yang berbeda.
e. Koprolit, kotoran hewan yang terawetkan. Koprolit digunakan untuk
menentukan habitat, jenis makanan serta memperkirakan ukuran hewan
tersebut.
4. Fosil Kimia
Jejak asam organik seperti yang dijumpai dalam sedimen Prakambrium
yang dipandang sebagai fosil kimia.
2.4

Manfaat Fosil
Paleontologi adalah bagian dari ilmu geologi yang menguraikan penyelidikan

dan interpretasi fosil. Ilmu ini banyak membantu ahli geologi dalam memahami
sejarah masa lalu. Ahli paleontologi menggunakan fosil untuk banyak hal, beberapa
diantaranya adalah:
1. Untuk menentukan umur relatif suatu batuan. Batuan yang berasal dari zaman

tertentu mengandung fosil yang berbeda dengan zaman yang lainnya. Fosil

pada zaman yang lebih tua memiliki persebaran yang sedikit dan bentuknya
lebih primitif, sedangkan fosil pada zaman yang lebih muda dapat dijumpai
lebih banyak dan bentuknya lebih kompleks.
2. Untuk menentukan keadaan lingkungan dan ekologi suatu batuan sedimen

yang mengandung fosil.
3. Untuk menentukan korelasi batuan, dengan ditemukannya suatu fosil maka

dapat ditarik kesimpulanan bahwa lapisan yang juga terdapat fosil tersebut
terbentuk pada zaman yang sama.
4. Untuk mengetahui evolusi makhluk hidup. Setelah meneliti isi fosil dari
lapisan batuan-batuan yang berbeda umurnya dapat disimpulkan bahwa
batuan yang lebih tua mengandung fosil yang lebih sedikit dan bentuknya
lebih primitif.

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa

HARI/TGL

: Senin,16-02-2015

NIM
A

ACARA

: Proses Pemfosilan

: D61114304

BAB III
PEMBAHASAN

V
Ket

D

:
(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel

:1

No. Peraga

: 1945

Family

: Pleurotomanidae

Genus

: Pleurotoma

Spesies

: Pleurotoma steinworthi S.

Bentuk

: Konikal

Komposisi Kimia

: Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan

: Mineralisasi

Umur

: Miosen Atas

Lingkungan Pengendapan

: Laut Dangkal (Neritik-Abisal)

S

Ket

:
Pleurotoma steinworthi S. termasuk dalam filum Molusca, kelas Gastropoda,

family Pleurotomanidae, genus Pleurotoma. Fosil ini memiliki bentuk konikal,
karena diameter dari bawah ke atas semakin bertambah. Memiliki komposisi kimia
CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M cangkangnya berbuih. Berdasarkan
komposisi kimianya dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil
ini adalah pada zona laut dangkal.
Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,
test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, suture yaitu hubungan antar bagian
yang lain, aperture yaitu mulut bagian atas, dan septa yaitu pembatas yang
memisahkan rongga atau ruang.
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan
menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil
ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya
berupa cekungan.
Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan
tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari
tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat
bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu
permineralisasi, proses dimana bagian lunak dari suatu organisme berkontak
langsung dengan air yang mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium
karbonat atau oksida besi. Maka, unsur-unsur tadi mengisi rongga-rongga dengan
mineral. Dengan adanya proses ini, fosil akan menjadi lebih berat dan tahan lama.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi
terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material
sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama
kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan
material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak
dapat langsung dilihat.

Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya

endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik.

Proses tektonik

menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses
up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.
Meskipun telah

terangkat namun

fosil yang ada di dalamnya

belum

tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang
menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.
Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur miosen atas. Manfaat dari
fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa miosen atas, untuk
menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan pengendapan
dimana fosil tersebut didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://imandos.blogspot.com/2012/02/gastropoda-mollusca-bekicot.html,

diakses

pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 15:00
http://paleontologigeo2010.blogspot.com/2011/10/gastropoda.html,
Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 13:56

diakses

pada

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa

HARI/TGL

: Senin,16-02-2015

NIM

ACARA

: Proses Pemfosilan

: D61114304

V

Ket

D

:
(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel

:2

No. Peraga

: 279

Family

: Calymenenidae

Genus

: Calymene

Spesies

: Calymene blumenbachi B.

Bentuk

: Beruas-ruas

Komposisi Kimia

:-

Proses Pemfosilan

: Fake fosil

Umur

: Silur Tengah

Lingkungan Pengendapan

: Laut Dangkal

Ket

:

S

Calymene blumenbachi B.termasuk dalam filum Artropoda, kelas Trilobita,
ordo Trilobithes, family Calymenenidae, genus Calymene. Fosil ini memiliki bentuk
tubuh beruas-ruas seperti lipan. Bagian tubuh yang dapat diamati dari fosil itu
sendiri adalah, sebuah glabella bulat sederhana, beberapa segmen toraks dan bentuk
tubuh yang lempeng.
Proses pemfosilan fosil ini adalah fake fosil. Karena fosil ini merupakan tiruan
dan rekayasa manusia. Tidak terbentuk dengan sendirinya di alam.
Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini hidup kisaran silur tengah. Manfaat
dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa silur tengah, untuk
menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan pengendapan
dimana fosil tersebut didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA
Derek J. Siveter, 1985 : The type species of Calymene (Trilobita) from the Silurian of
Dudley. England: Departement of Geology University of Hull Cottingham
Road
http://en.wikipedia.org/wiki/Calymene_blumenbachi,

diakses

pada

Sabtu,

21

Februari 2015, pukul 15:23
http://id.wikipedia.org/wiki/Trilobit, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul
15:18

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa

HARI/TGL

: Senin,16-02-2015

NIM

ACARA

: Proses Pemfosilan

: D61114304

V

Ket

D

:
(1)Test (2)Septa

No. Sampel

:3

No. Peraga

: 1578

Family

: Hemicidarisidae

Genus

: Hemicidaris

Spesies

: Hemicidaris crenularis

Bentuk

: Slender Spin

Komposisi Kimia

: Kalsium Karbonat (CaCO3)

Umur

: Jura Atas

Proses pemfosilan

: Cast

Lingkungan Pengendapan

: Laut Dangkal

Ket

:

S

Hemicidaris crenularis termasuk dalam filum Echinodermata, kelas
Echinoidea, family Hemicidarisidae, genus Hemicidaris. Fosil ini memiliki bentuk
bikonveks, tubuh tertutup oleh dua cangkang yang saling menutup satu sama lain.
Memiliki komposisi kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M cangkangnya
berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik kesimpulan bahwa
lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona laut dangkal.
Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,
test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, aperture yaitu mulut bagian atas, dan
septa yaitu pembatas yang memisahkan rongga atau ruang.
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan
menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil
ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya
berupa cekungan.
Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan
tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari
tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat
bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu
cast, proses dimana mold terisi oleh mineral-mineral sekunder dan mengisi ronggarongga yang terdapat pada cangkang.
Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi
terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material
sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama
kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan

material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak
dapat langsung dilihat. Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya
endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik.

Proses tektonik

menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses
up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.
Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum tersingkap.
Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang menutupi fosil
terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.
Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur jura atas. Manfaat dari fosil
ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa jura atas, untuk menentukan
umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan pengendapan dimana fosil
tersebut didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA
http://it.wikipedia.org/wiki/Hemicidaris, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul
15:59
http://www.nhm.ac.uk/research-curation/research/projects/echinoid-directory/taxa/
taxon.jsp?id=1466, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 15:40

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa

HARI/TGL

: Senin,16-02-2015

NIM

ACARA

: Proses Pemfosilan

: D61114304

V

Ket

D

S

:
(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel

:4

No. Peraga

: 792

Family

: Coralidae

Genus

: Coral

Spesies

: Coral limestone

Bentuk

: Cabang-cabang

Komposisi Kimia

: Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan

: Petrifikasi

Umur

: Kapur Atas

Lingkungan Pengendapan

: Laut Dangkal (3-50m)

Ket

:
Coral limestone termasuk dalam filum Cnidaria , kelas Anthozoa, family

Coralidae, genus Coral. Fosil ini memiliki bentuk cabang-cabang yang terkompaksi

dalam batuan sedimen. Memiliki komposisi kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl
0,1 M permukaannya berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik
kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona laut dangkal.
Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,
test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, dan septa yaitu pembatas yang
memisahkan rongga atau ruang.
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan
menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil
ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya
berupa cekungan.
Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan
tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari
tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat
bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi
petrifikasi, berubahnya organisme menjadi batuan karena adanya kalsium karbonat
(CaCO3). Yaitu zat yang berasal dari kapur yang terlapukkan dan terlarut dalam air
yang bercampur dengan bagian keras dari karang dan terkompaksikan sehingga
membentuk sebuah fosil.
Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi
terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material
sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama
kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan
material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak

dapat langsung dilihat. Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya
endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik.

Proses tektonik

menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses
up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.
Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum tersingkap.
Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang menutupi fosil
terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.
Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur kapur atas. Manfaat dari
fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa kapur atas, untuk
menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan pengendapan
dimana fosil tersebut didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015,
pukul 16:38

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa

HARI/TGL

: Senin,16-02-2015

NIM

ACARA

: Proses Pemfosilan

: D61114304

V

Ket

D

:
(1) Test

No. Sampel

:5

No. Peraga

: 530

Family

: Lepidocentrusidae

Genus

: Lepidocentrus

Spesies

: Lepidocentrus mulleri

Bentuk

: Piringan/ pipih/ diskoidal

Komposisi Kimia

: Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan

: Mineralisasi

Umur

: Devon Tengah

Lingkungan Pengendapan

: Laut Dangkal

Ket

:

S

Lepidocentrus

mulleri

termasuk

dalam

filum

Echinodermat,

family

Lepidocentrus idae, genus Lepidocentrus. Fosil ini memiliki bentuk diskoidal, karena
bentuknya berupa piringan atau cakram. Memiliki komposisi kimia CaCO 3, karena
ketika ditetesi HCl 0,1 M permukaannya berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya
dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona
laut dangkal.
Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,
test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, endoderm yaitu bagian dalam fosil, dan
eksoterm yaitu bagian luar fosil
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan
menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil
ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya
berupa cekungan.
Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan
tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari
tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat
bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu
permineralisasi, proses dimana bagian lunak dari suatu organisme berkontak
langsung dengan air yang mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium
karbonat atau oksida besi. Maka, unsur-unsur tadi mengisi rongga-rongga dengan
mineral. Dengan adanya proses ini, fosil akan menjadi lebih berat dan tahan lama.
Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi

terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material
sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama
kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan
material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak
dapat langsung dilihat.

Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya

endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik.

Proses tektonik

menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses
up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.
Meskipun telah

terangkat namun

fosil yang ada di dalamnya

belum

tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang
menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.
Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur devon tengah. Manfaat dari
fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa devon tengah, untuk
menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan pengendapan
dimana fosil tersebut didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://mczbase.mcz.harvard.edu/name/Lepidocentrus%20mulleri, diakses pada Sabtu,
21 Februari 2015 pukul 17:23
https://www.idigbio.org/portal/records/0090563b-4f25-4899-a10f6bf297d23281#paleocontext, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul
17:30

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa

HARI/TGL

: Senin,16-02-2015

NIM

ACARA

: Proses Pemfosilan

: D61114304

V

Ket

D

:
(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel

:6

No. Peraga

: 157

Family

: Porpitesidae

Genus

: Porpites

Spesies

: Porpites porpita L.

Bentuk

: Piringan/ pipih/ diskoidal

Komposisi Kimia

: Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan

: Mineralisasi

Umur

: Silur Tengah

Lingkungan Pengendapan

: Laut Dangkal

Ket

:

S

Porpites porpita L. termasuk dalam filum Cnidaria, kelas Hydrozoa, family
Porpitesidae, genus Porpites. Fosil ini memiliki bentuk diskoidal, berbentuk pipih
seperti piringan atau cakram. Memiliki komposisi kimia CaCO3, karena ketika ditetesi
HCl 0,1 M cangkangnya berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik
kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona laut dangkal.
Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,
test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, endoderm yaitu bagian dalam fosil, dan
eksoterm yaitu bagian luar fosil
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan
menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil
ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya
berupa cekungan.
Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan
tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari
tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat
bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu
mineralisasi, proses dimana bagian lunak dari suatu organisme berkontak langsung
dengan air yang mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau
oksida besi. Maka, unsur-unsur tadi mengisi rongga-rongga dengan mineral. Dengan
adanya proses ini, fosil akan menjadi lebih berat dan tahan lama.
Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi
terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material

sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama
kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan
material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak
dapat langsung dilihat.

Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya

endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik.

Proses tektonik

menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses
up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.
Meskipun telah

terangkat namun

fosil yang ada di dalamnya

belum

tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang
menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.
Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur silur tengah. Manfaat dari
fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa silur tengah, untuk
menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan pengendapan
dimana fosil tersebut didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Porpita_porpita, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015
pukul 17:30

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=117831,
Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:41

diakses

pada

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa

HARI/TGL

: Senin,16-02-2015

NIM

ACARA

: Proses Pemfosilan

: D61114304

V

Ket

D

:
(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel

:7

No. Peraga

: 712

Family

: Hysterolithesidae

Genus

: Hysterolithes

Spesies

: Hysterolithes elegans

Bentuk

: Bikonveks

Komposisi Kimia

: Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses pemfosilan

: Petrifikasi

Umur

: Devon Bawah-Tengah

Lingkungan Pengendapan

: Laut Dangkal

Ket

:

S

Hysterolithes elegans termasuk dalam filum Molusca, kelas Brachiopoda,
family Hysterolithesidae, genus Hysterolithes . Fosil ini memiliki bentuk bikonveks,
karena cangkang atas dan cangkang bawah saling meratap. Memiliki komposisi
kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M cangkangnya berbuih. Berdasarkan
komposisi kimianya dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil
ini adalah pada zona laut dangkal.
Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,
test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, pedical valve yaitu cangkang bagian
atas, pedical opening yaitu sumbu yang menghubungkan cangkang atas-cangkang
bawah, aperture yaitu mulut bagian atas, dan septa yaitu pembatas yang memisahkan
rongga atau ruang.
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan
menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil
ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya
berupa cekungan.
Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan
tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari
tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat
bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu
petrifikasi, berubahnya organisme menjadi batuan karena adanya kalsium karbonat
(CaCO3). Yaitu zat yang berasal dari kapur yang terlapukkan dan terlarut dalam air
yang bercampur dengan bagian keras dari karang dan terkompaksikan sehingga
membentuk sebuah fosil.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi
terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material
sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama
kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan
material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak
dapat langsung dilihat.

Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya

endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik.

Proses tektonik

menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses
up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.
Meskipun telah

terangkat namun

fosil yang ada di dalamnya

belum

tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang
menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.
Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur devon bawah-tengah.
Manfaat dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa devon
bawah-tengah, untuk menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan
lingkungan pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://fossilworks.org/bridge.pl?a=taxonInfo&taxon_no=29342, diakses pada Sabtu,
21 Februari 2015 pukul 17:55
https://theotherofmyself.wordpress.com/2012/02/06/zaman-paleozoikum-zamandevon-kesan-kehidupan/, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:50

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa

HARI/TGL

: Senin,16-02-2015

NIM

ACARA

: Proses Pemfosilan

: D61114304

V

Ket

D

:
(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel

:8

No. Peraga

: 816

Family

: Verruculinanidae

Genus

: Verruculina

Spesies

: Verruculina tenuis

Bentuk

: Konikal

Komposisi Kimia

: Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan

: Petrifikasi

Umur

: Kapur Atas

Lingkungan Pengendapan

: Laut Dangkal

Ket

:

S

Verruculina tenuis

termasuk dalam filum Poriferas, kelas Calcarea, ordo

Pleospolares, family Verruculinanidae, genus Verruculina. Fosil ini memiliki bentuk
konikal (kerucut), karena diameter dari bawah ke atas bertambah. Memiliki
komposisi kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M cangkangnya berbuih.
Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan
pengendapan fosil ini adalah pada zona laut dangkal.
Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,
test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, endoderm yaitu bagian dalam fosil, dan
eksoterm yaitu bagian luar fosil
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan
menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil
ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya
berupa cekungan.
Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan
tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari
tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat
bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu
petrifikasi, berubahnya organisme menjadi batuan karena adanya kalsium karbonat
(CaCO3). Yaitu zat yang berasal dari kapur yang terlapukkan dan terlarut dalam air
yang bercampur dengan bagian keras dari karang dan terkompaksikan sehingga
membentuk sebuah fosil.
Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi
terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material

sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama
kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan
material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak
dapat langsung dilihat.

Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya

endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik.

Proses tektonik

menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses
up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.
Meskipun telah

terangkat namun

fosil yang ada di dalamnya

belum

tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang
menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.
Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur devon bawah-tengah.
Manfaat dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa devon
bawah-tengah, untuk menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan
lingkungan pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.cretaceous.de/Verruculina, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul
17:57

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa

HARI/TGL

: Senin,16-02-2015

NIM

ACARA

: Proses Pemfosilan

: D61114304

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Fosil adalah sisa, jejak, atau bekas hewan maupun tumbuhan yang hidup pada

masa lampau yang terawetkan maupun tertimbun secara

alamiah. Syarat

terbentuknya suatu fosil adalah organisme memiliki bagian tubuh yang keras.,
mengalami pengawetan, terbebas dari bakteri pembusuk, terjadi secara alamiah tanpa
rekaya manusia, mengandung kadar O2 yang sedikit dan berumur lebih dari 10.000
tahun lamanya. Apabila suatu organisme tidak memenuhi keenam syarat di atas,
maka tidak dapat dikatan bahwa organisme tersebut adalah fosil.
4.2

Saran
Saran praktikan terhadap praktikum untuk acara selanjutnya adalah sebelum

memulai praktikum setidaknya diberikan informasi terlebih dahulu sekurangkurangnya sehari sebelum dilaksanakannya praktikum. Agar praktikan dalam
keadaan siap. Serta, sebelum praktikum dimulai, sebaiknya kakak tim asisten
mengecek terlebih dahulu peraga yang akan digunakan. Karena kotak antara
Calymene blumenbachi B. Dan Hemicidaris crenularis tertukar.

DAFTAR PUSTAKA
Derek J. Siveter, 1985 : The type species of Calymene (Trilobita) from the Silurian of
Dudley. England: Departement of Geology University of Hull Cottingham
Road
Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: UPT Penerbitan dan
Pencetakan UNS
http://en.wikipedia.org/wiki/Calymene_blumenbachi,

diakses

pada

Sabtu,

21

Februari 2015, pukul 15:23
http://en.wikipedia.org/wiki/Porpita_porpita, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015
pukul 17:30
http://fossilworks.org/bridge.pl?a=taxonInfo&taxon_no=29342, diakses pada Sabtu,
21 Februari 2015 pukul 17:55
http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015,
pukul 16:38
http://id.wikipedia.org/wiki/Trilobit, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul
15:18
http://imandos.blogspot.com/2012/02/gastropoda-mollusca-bekicot.html,

diakses

pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 15:00
http://it.wikipedia.org/wiki/Hemicidaris, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul
15:59
http://mczbase.mcz.harvard.edu/name/Lepidocentrus%20mulleri, diakses pada Sabtu,
21 Februari 2015 pukul 17:23
http://paleontologigeo2010.blogspot.com/2011/10/gastropoda.html,
Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 13:56

diakses

pada

http://www.cretaceous.de/Verruculina, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul
17:57
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=117831,

diakses

pada

Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:41
http://www.nhm.ac.uk/research-curation/research/projects/echinoid-directory/taxa/
taxon.jsp?id=1466, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 15:40
https://theotherofmyself.wordpress.com/2012/02/06/zaman-paleozoikum-zamandevon-kesan-kehidupan/, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:50
https://www.idigbio.org/portal/records/0090563b-4f25-4899-a10f6bf297d23281#paleocontext, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul
17:30
Rochmanto, Budi. -. Diktat Matakuliah Geologi Fisik. Ujung Pandang: UNHAS