KONSEP KESEJAHTERAAN SOSIAL DALAM ISLAM

KONSEP KESEJAHTERAAN SOSIAL DALAM ISLAM
BERDASARKAN AL-QURAN

Disusun untuk Musabaqah Makalah al-Quran
dalam rangka Musabaqah Tilawatil Quran Kota Medan

Disusun oleh:
Mhd. Handika Surbakti


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia Allah Swt, penulis dapat merampungkan
makalah al-Quran ini, dalam rangka mengikuti Musaqah Makalah Quran pada Musabaqah
Tilawatil Quran Kota Medan 2017.
Makalah ini disusun dengan semangat untuk menunjukkan bahwa Islam yang AlQuran adalah kitab sucinya merupakan agama yang paripurna dan universal rahmatan lil
alamin, Islam tidak hanya menjadi pedoman dalam beribdah, namun Islam adah the way of
life para penganutnya dalam segala aspek kehidupan.
Salah satu aspek yang urgen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah citacita akan kesejahteraan sosial, dan Islam melalui al-Quran turut serta memberikan pedoman
dan konsep-konsep kesejahteraan sosial tersebut.


Melalui makalah ini penulis ingin

menyampaikan konsep kesejahteraan sosial dalam Islam yang berdasarkan Al-Quran.
Penulis mengucapkan terima kasi kepada semua pihak yang mebantu penulis dalam
merampungkan makalah ini, serta kesempatan yang diberikan kepada penulis. Penulis
sangat menantikan kritik dan saran yang membangun dari siapapun yang membaca karya
sederhana ini.

1

DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………

1

Daftar Isi…………………………………………………………………........

2

BAB I (PENDAHULUAN)

Latar Belakang …………………………………………………………………

3

Rumusan Masalah ……………………………………………………………..

4

Metode Penelitian ………………………………………………………………

4

Sistematikan Penyajian ………………………………………………………..

4

BAB II (KAJIAN PUSTAKA)
Surat An-Nisa ayat 9 ……………………………………………………………

5


Surat Quraisy ayat 3-4 …………………………………………………………..

5

Surat An-Nahl 97… ……………………………………………………………..

5

Surat At-Thalaq .….……………………………………………………………..

5

Surat At-Takasur ….……………………………………………………………..

6

BAB III (PEMBAHASAN)
Pengertian Kesejahteran Sosial ………………………………………………


7

Perhatian Islam terhadap Kesejahteraan Sosial..……………………………..

7

Indikator-Indikator Kesejahteraan Sosial dalam Islam………………………..

9

Peran Allah Swt dalam mewujudkan Kesejahteraan Sosial…………………

11

Janji Allah Swt tentang Kesejahteraan Sosial…..…………………………….

12

Larangan Bermegah-Megahan…………………..……………………………..


13

BAB IV (PENUTUP)
Kesimpulan… ………………………………………………………………….

14

Saran ………………………………………………………………………….

14

Daftar Pustaka ………………………………………………………………

15

2

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Kesejahteraan sosial merupakan cita-cita setiap bangsa, bahkan dijadikan
sebagai tolok ukur keberhasilan suatu peradaban. Tidak ada bangsa yang menafikan
kesejahteraan sosial dari tujuan Negara serta konstitusinya, karena ketika masyarakat
sejahtera secara sosial, sudah dapat dipastikan akan diikuti oleh aspek-aspek lainnya,
ekonomi, politik, supremasi hukum dan lain sebagainya.
Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin, agama universal dan
paripurna, Islam memiliki konsep yang menyeluruh dan utuh dalam memmberikan
panduan hidup bagi penganutnya, begitu juga dalam hal kesejahteraan sosial.
Sejarah mencatat kesuksesan-kesuksesan para nabi, sahabat, tabiin dan ulamaulama muslim dalam membangun kesejahteraan bagi masyarakatnya, tentunya mereka
selalu merujuk kepada sumber yang sama, dan teladan yang sama, yaitu al-Quran dan
sunnah Rasulullah Saw.
Melalui makalah ini, penulis ingin memaparkan konsep kesejahteraan sosial
dalam Islam berdasarkan al-Quran, karena penulis meyakini konsep yang ditawarkan
oleh Islam melalui al-Quran tidak lekang oleh zaman dan akan selalu relevan dengan
perkembangan zaman. Di sisi lain, kesuksesan pemimpin-pemimpin muslim dalam
menyejahterakan rakyatnya memacu rasa penasaran penulis akan pedoman yang
mereka gunakan secara seragam, yaitu al-Quran.
Oleh karena itu, penulis memandang bahwa makalah dengan judul Konsep
Kesejahteraan Sosial Dalam Islam Berdasarkan Al-Quran penting dan perlu untuk

disusun, sebagai upaya membumikan Al-Quran sebagai pedoman hidup dan Islam
sebagai agama yang paripurna.

3

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membedah beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan kesejahteraan sosial?
2. Bagaimana konsep kesejahteraan sosial dalam Islam?
3. Apa saja indikator kesejahteraan dalam Islam?
C. Metode Penelitian
Dalam menyusun makalah ini penulis menggunkaan metode penelitian kualittattf
dengan melakukan studi kepustakaan, dan kemudian dianalisis mengggunakan pendapat
penulis.
D. Sistematika Penyajian
Makalah ini terdiri dari empat bab, yaitu: pendahuluan, kajian kepustakaaan yang
berisi ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan konsep kesejahteraan sosial dan akan
penulis bahas dalam bab berikutnya, pembahasan dan penutup.

4


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Al-Quran mengandung konsep-konsep kesejahteran sosial, berikut beberapa konsep
atau atau ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial:
A. Surat An-Nisa ayat 9 Tentang Anjuran Untuk Memperhatikan Kesejahteraan
Sosial
Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir
terhadap (Kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendakalah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka berbica dengan tutur kata yang benar.
B. Surat Quraisy ayat 3-4Tentang Indikator-Indikator Kesejahteraan Sosial
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah), yang
telah memberikan makan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ras takut.
C. Surat An-Nahl ayat 97 Tentang Janji Allah Akan Kesejahteran Suatu Kaum
Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah

mereka kerjakan.

5

D. Surat A-Thalaq ayat 3 Tentang Peran Allah Swt dalam Memberikan
Kesejahteraan Bagi Hamba-Nya
Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah
telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.
E. Surat At-Takasur ayat 1-2 Tentang Larangan Bermegah-Megahan
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur.

6

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesejahteraan Sosial
Menurut pasal 1 undang-undang nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial,
kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan

sosial warga Negara sehingga mampu mengembangkan diri dan menjalankan fungsi
sosialnya.1
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa setidaknya ada aspek yang harus
diperhatikan dan dipenuhi dalam mewujudkan kesejahteraan sosial, yaitu aspek material
(kebutuhan pokok), aspek spiritual (ketuhanan dan keagamaan), dan aspek sosial
(bermasyarakat).
Sebagian ilmuan sosial barat mengartikan kesejahteraan sosial sebagai terpenuhinya
keinginan, kebebasan dalam berekspresi, terjaminnya hak-hak sebagai warga Negara,
dan lain sebagainya. Namun penelitian-penelitian terbaru menunjukkan ada paradigm
baru dalam mengartikan kesejahteraan sosial, yaitu dibutuhkanya peran Tuhan atau
aspek spiritualitas dalam mewujudkannya. Tidak ada kesejahteraan tanpa adanya peran
dari nilai-nilai religious dan ketuhanan.
B. Perhatian Islam Terhadap Kesejahteraan Sosial
Islam sangat memperhatikan kesejahteraan sosial penganutnya, dan Allah Swt
sebagai Tuhan menganjurkan umat Islam secara langsung di dalam Al-Quran untuk
memperhatikan kesejahteraan sosial. Hal ini memperkuat posisi Islam sebagai the way

1

UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial


7

of life dan al-Quran sebagai kitab suci sekaligus pedoman manusia dalam mengarungi
kehidupan di dunia serta di hari akhir kelak.2
Perhatian Islam terhadap kesejahteran sosial tergambar dalam surat An-Nisa ayat 9
yang menyeru umat manusia agar takut akan kelemahan (ketidaksejahteraan) generasi
penerus mereka nantinya. Artinya hendaklah manusia memperhatikan kesejahteraan
generasi penerusnya, hendaklah mereka berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai
kesejahteraan sosial, dan nantinya mewariskannya kepada umat generasi berikutnya.
Terjemahan ayat tersebut adalah “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang
yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang
mereka khawatir terhadap (Kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendakalah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbica dengan tutur kata yang benar”.
Di sisi lain dari ayat ini dapat kita pahami, bahwa Allah Swt secara tidak langsung
menyeru kepada hamba-Nya untuk tidak apatis dan egois dalam mencapai
kesejahteraan, jangan hanya mementingkan diri sendiri, namun harus memperhatikan
kesejahteraan orang lain, terutama generasi penerusnya. Hal ini sesuai dengan konsep
persaudaran dalam Islam, bahwa umat Islam dengan umat Islam lainnya seperti bangun,
saling menguatkan satu sama lain. Tentunya tidak terlepas dari konsep saling tolong
menolong dalam kebaikan dan saling memperbaiki atau mengingatkan kesalahan satu
sama lain.
Umer Chapra menyatakan bahwa Islam datang sebagai agama terakhir yang
bertujuan untuk mengantarkan pemeluknya kepada kebahagiaan haikiki.3 Kebahagian
hakiki adalah kebahagiaan lahir dan batin, jasmani dan rohani, luar dan dalam, fisik dan
ruh manusia. Jika kebahagian jasmani dapat dipenuhi dengan hal-hal materil, kebutuhan
rohani dapat dipenuhi dengan ketaatan dan kedekatan kepada Allah Swt.

2
3

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah, (Gema Insasi Press, Jakarta: 2010), hal 7.
Umer Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi, (Gema Insani Press, Jakarta: 2011), hal 21.

8

C. Indikator-Indikator Kesejahteraan Sosial dalam Islam
Dalam surat Quraisy ayat 3-4 Allah Swt terdapat tiga indicator kesejahteraan dalam
Islam, yaitu:
1. Tauhid
2. Pemenuhan Konsumsi
3. Hadirnya Rasa Aman dan Nyaman
Jika para Ilmuan sosial mengartikan kesejahteraan sosial adalah pemenuhan
kebutuhan dan kenyamanan, Islam hadir dengan konsep yang berbeda dengan adanya
tambahan indikator spiritual, yaitu tauhid. Artinya manusia harus percaya dan
meyakini akan Tuhan mereka, Allah Swt dan juga menyembahnya sesuai dengan apa
yang telah disyariatkan Allah Swt dan dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad Saw.
Dewasa ini, muncul beragam penelitian tentang aspek-aspek kebahagian manusia,
dimana ditemukan bahwa yang membuat manusia bahagia tidak cukup hanya harta,
kekuasaan, jabatan, kemewahan dan lain sebagainya. Namun sangat sulit untuk
menemukan kebahagiaan manusia tanpa adanya aspek-aspek spiritulitas, dalam surat
Quraisy disebut dengan menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah) yaitu Allah
Swt. Oleh karena ini para era ini sering kita temukan gagasan reclaim the religion atau
mengklaim kembali agama, atau kembali kepada agama.
Jauh sebelum peneliatian-peneliatian Ilmiah tersebut ada, Allah Swt dan
Rasulullah Saw telah menganjurkan kita bahwa untuk sejahtera tidak cukup hanya
memenuhi kebutuhan konsumsi dan adanya rasa aman saja, melainkan harus didasari
dan ditopang oleh Tauhid, yaitu aspek spiritualitas kita terhadap Allah Swt. Sesuai
dengan Surat Quraisy ayat 3-4 yang artinya: “Maka hendaklah mereka menyembah
Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah), yang telah memberikan makan kepada mereka
untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut”.

9

Di sisi lain, ayat ini juga memberikan pemahaman bagi kita bahwa untuk
sejahtera kita harus mampu memenuhi kebutuhan pokok kita, dalam ayat tersebut
disebutkan“memberikan makan” atau pemenuhan kebutuhan konsumsi. Dalam ilmu
ekonomisetidaknya kita dapat memenuhi kebutuhan sandang (pakaian), pangan
(makanan), dan papan (tempat tinggal). Hal ini mengindikasikan bahwa umat Islam
harus merdeka secara ekonomi, kemerdekaan akan ekonomi akan mempermudah
manusia untuk mencapai kesejahteraan sosialnya.
Selain itu, hadirnya rasa aman juga menjadi indikator kesejahteraan sosial
berdasarkan ayat ini, hal ini membuktikan bahwa dalam memabangun kesejahteraan
sosial, harus ada peran dari pemerintah yang berkewajiban dalam menyelenggarakan
Negara, dalam hal ini adalah memberikan rasa aman bagi masyarakatnya. Tidak ada
kesejahteraan sosial dibawah bayang-bayang ketakutan, tidak ada kesejahteraan di
negeri yang dipenuni dengan perang, oleh karena itu dalam mewujudkan kesejahteraan
sosial, harus ada peran pemerintah4 dan masyarakat sipil dalam rangkan menghadirkan
rasa aman, nyaman dan tenteram.
Rasulullah Saw telah memberikan contoh nyata sebagai pemimpin dalam
menghadirkan rasa amat bagi rakyatnya, hal tersebut tercermin dalam Piagam Madinah.
Walau kala itu masyarakat Madinah sangat majemuk dan beragam secara suku, ras dan
agama namun Rasulullah Saw melalui Piagam Madinah dapat menghadirkan kenyaman
dan kepastian hukum bagi rakyatnya. Tidak hanya bagi umat Islam tetapi juga kepada
kaum Quraisy dan penduduk Madinah lainnya. Salah satu klausul dari piagam tersebut
adalah, tidak ada satu kaum atau orangpun yang boleh memerangi satu kaum dengan
yang lainnya di dalam kota Madinah, dan jika ada orang yang menyerang Madinah
maka seluruh penduduk Madinah akan ikut memeranginya, memperjuangkan rasa aman

4

Haryanto, Rasulullah way of Managing People, (Khalifa, Jakarta: 2009), hal 70.

10

bagi mereka. Inilah yang dimaksud dengan masyarakat yang memiliki peradaban yang
baik.5

D. Peran Allah Swt dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial
Sebagaimana salah satu indikator kesejahteraan sosial dalam Islam, yaitu tauhid,
maka tidak bisa dipungkiri bahwa ada peran dari Allah Swt dalam mewujudkan
kesejahteraan bagi umat manusia, manusia berusaha semaksimal mungkin namun
tetaplah Allah Swt yang menentukan hasilnya, termasuk dalam hal kesejahteraan sosial
ini.
Hal ini tercermin dari ayat ketiga dari surat At-Thalaq yaitu:”Dan barang siapa
yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan
ketentuan bagi setiap sesuatu”.
Jika kecukupan akan konsumsi salah satu faktor dalam kesejahteraan sosial,
maka tidak dapat dipungkiri adanya peran Allah Swt dalam mewujudkannya,
sebagaimana pada ayat diatas, yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan) nya. Ini membuktikan bahwa ketaqwaan yang merupakan
bagian dari tauhidberperan dalam kesejahteraan sosial, selain itu ayat ini
menyampaikan makna bahwa manusia sebagai hamba Allah Swt tetap dan akan selalu
membutuhkan-Nya. Manusia tidak akan mampu mencapai apapun dalam hidupnya,
terutama kesejahteraan sosial jika menafikan keberadaan Tuhan mereka.

5

Din Syamsuddin,Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, (Penerbit Kalimah, Ciputat: 2001),
hal 6.

11

Imam

Ahmad

meriwayatkan

dari

Abu

Dzar,

Rasulullah

pernah

bersabda:”Wahai Abu Dzar seandainya sjaa umat manusia ini secara keseluruhan
berpegang teguh kepadanya (At-Thalaq:3), niscaya hal itu cukup bagi mereka”.6
E. Janji Allah Tentang Kesejahteraan
Allah Swt berjanji akan menganugerahkan kesejahteraan bagi hamba-Nya yang
mengerjakan kebajikan, tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, sebagaimana
tersurat dalm ayat 97 Surat An-Nahl yang artinya: “Barang siapa mengerjakan
kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan
kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
Hal ini semakin menguatkan pendapat bahwa untuk mencapai paripurnanya sebuah
kebahagiaan atau kesejahteraan, harus ada peran dan kesertaan Allah Swt di dalamnya.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa kehidupan yang baik itu mencakup seluruh
bentuk ketenangan, bagaimanapun wujudnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari “Abdullah bin ‘Umar, bahwa Rasulullah
Saw bersabda: “Sungguh beruntung orang yang berserah diri, yang diberi rizki dengan
rasa cukup, dan diberikan perasaan cukup oleh Allah atas apa yang teah Dia berikan
kepadanya”. (HR. Muslim)7
Jika salah satu indikator utama dalam kesejahteraan adalah ketenangan atau rasa
aman dan tentram, maka sangat jelas jika Allah Swt berperan atas hal tersebut, dan Dia
juga menjanjikan kesejahteraan berupa segala bentuk ketenangan kepada hambaNya
yang mengerjakan kebajikan sebagaimana disebutkan dalam ayat 97 surat An-Nahl.
Selain itu hadits dari Imam Ahmad dari ‘Abdullah bin ‘Umar juga menegaskan bahwa
6

Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir, (Pustaka Imam
Syafi’i, Jakarta: 2008), hal 27.
7

Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir, (Pustaka Imam Syafi’i,
Jakarta: 2008), hal 188.

12

Allah Swt akan menganugerahi rasa cukup bagi hambaNya yang berserah diri, rasa
cukup atas apa yang dianugerahkan oleh Allah Swt merupakan cikal bakal dari
kesejahteraan sosial atau kebahagiaan.
F. Larangan Bermegah-Megahan
Sebagaimana bahasan di sub sebelumnya bahwa rasa cukuplah yang menjadi
cikal bakal kebahagiaan seseorang, bukan ketamakan akan harta dan tidak juag
kemegahan yang dapat melalaikan. Oleh karena itu, Allah Swt mengingatkan manusia,
bahwa kebahagiaan tidaklah dengan bermegah-megahan, dan Allah Swt melarang
kemegahan yang mengarah kepada kelalailan. Sebagaimana disebutkan dalam surat AtTakasur ayat 1-2 yang artinya: ”Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai
kamu masuk ke dalam kubur”.
Hal ini mempertegas bahwa rasa cukup atau qana’ah lah yang menjadi sumber
kesejahteraan,

bergelimpangan

harta,

kesejahteraan atau kebahagiaan.

13

bermewah-mewahan

tidak

menjamin

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Menurut pasal 1 undang-undang nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan
sosial, kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual dan sosial warga Negara sehingga mampu mengembangkan diri dan
menjalankan fungsi sosialnya.8
2. Kesejahteraan sosial dalam Islam adalah keseimbangan kehidupan manusia
dengan Allah Swt dan dengan sesama manusia, hablun minallah wa hablun
minannas dimana manusia dapat menjadi khalifah di dunia tanpa melupakan
kewajibannya untuk menyembah Allah Swt. Sehingga terwujudlah baldatun
thayyibatun wa rabbun ghafur.
3. Berdasarkan surat Quraisy ayat 1-2 dalam Islam terdapat tigas indikator
kesejahteraan sosial, yaitu: Tauhid (Aspek Spiritualitas), pemenuhan
kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan), dan keamanan serta
ketenteraman (sosial).
B. Saran
1. Untuk ahli tafsir atau akademisi tafsir, hendaknya meneliti lebih jauh ayatayat al-Quran yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial, karena konsep
yang digunakan oleh pemimpin-pemimpin muslim berhasil dalam
menyejahterakan rakyatnya. Jika ada sumber-sumebr bacaan yang berkaitan

8

UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial

14

dengan hal tersebut, maka akan menjadi sumber bacaan yang menarik bagi
peneliti Ilmu sosial keagamaan.
2. Bagi peneliti atau penulis makalah-makalah al-Quran selanjutnya,
hendaknya lebih detail dalam merincikan ayat-ayat serta tafsir dan asbabun
nuzul yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial. Karena pemahaman
konsep kesejahteraan sosial dalam Islam membutuhkan sumber dan bahan
yang kompreshif, holistik dan dapat dipertanggungjawabkan.

15

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahannya
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial
Dahlan, HAA. M. Zaka Alfarisi. 2000. Asbabun Nuzul. Bandung: Penerbit Diponegoro
Chapra, Umer. 2011. Masa Depan Ilmu Ekonomi. Jakarta: Gema Insani Press
Antonio, Muhammad Syafi’I. 2009. Bank Syariah. Jakarta: Gema Insani Press
Karim, Adiwarman Azawar. 2008. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Syamsuddin, M. Din. 2001. Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madni. Ciputat:
Penerbit Kalimah
Bin Abdurrahman Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad. 2008. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta:
Pustaka Imam Syafi’I
Jawwad, Muhammad Abdul. 2009. Rahasia Sukses Manajemen Rasulullah. Surakarta:
Ziyad Visi Media.
Haryanto. 2009. Rasulullah Way of Managing People.Jakarta: Penerbit Khalifa

16