Temu Sosial Ilmiah SMA Negeri 8 Jakarta

Hubungan Kesadaran Remaja dengan Pelestarian
dan Kelestarian Budaya Lokal Desa Alamendah
Bandung Jawa Barat

Karya Ilmiah
Diajukan kepada panel juri Temu Sosial Ilmiah Smandel
Disusun oleh:
Kelompok 4 TeSIS
Alifiya Yusuf Arkana
Dendiza Abdillah Prazos
Enrilla Bella Putri
Gracella Audrey Phlycia Annasthacia
Indira Jihan Shafira
Karla Gracia Sembiring
Muhammad Andhika Pratama
Muhammad Zakiy Saputra
Nabilah Nurul Islami
Rania Rifdah Taufiq
Salma Tabitha Pasya
Syafinaz Athallia Dicky
SMA Negeri 8 Jakarta

Desember 2016

24776
24556
24785
24718
24578
24644
24648
24798
24800
24840
24697
24769

2

LEMBAR PENGESAHAN
Karya Ilmiah ini telah dibaca dan disetujui oleh:
Pembimbing Materi


Pembimbing Teknis

Rossy Lanasari, S.Pd
NUPTK 5153761662300063

Edy Pramono, S.Pd.
NIP/NRK
197003231999031003/141358

Kepala SMA Negeri 8 Jakarta

Drs. Agusman Anwar
NIP/NRK 196110251989051001/149529

3

ABSTRAKSI
Seiring dengan perkembangan teknologi, arus globalisasi membawa banyak pengaruh
budaya asing yang dengan perlahan dapat menghapus identitas bangsa. Budaya merupakan

identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga serta perlu dilestarikan. Hal ini tentu
menjadi tanggung jawab generasi muda dan juga perlu dukungan dari berbagai pihak, namun
tidak banyak masyarakat khususnya generasi muda yang telah menjaga dan melestarikan
serta mengembangkan budayanya sendiri. Banyak generasi muda atau remaja yang lebih
tertarik dengan budaya asing yang dipandang lebih modern sehingga banyak budaya lokal
yang mulai pudar kelestariannya.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan kesadaran remaja dengan
pelestarian dan kelestarian budaya lokal Desa Alamendah. Metode penelitian yang digunakan
peneliti adalah peneilitian deskriptif kuantitatif. Sampel penelitian ini sebanyak 65 responden
dari 166 remaja di RW 006, RW 007, RW 011 Desa Alamendah dimana pengumpulan data
dilaksanakan selama 2 hari. Hasil perhitungan kuesioner lalu dilakukan dengan
menggunakan skala Guttman kemudian dilanjutkan dengan pembuktian hubungan dengan
rumus Pearson’s Product Moment Correlations. Peneliti mendapatkan bahwa tidak terdapat
hubungan kuat antara kesadaran remaja dengan pelestarian dan kelestarian budaya lokal desa
Alamendah. Peneliti juga menemukan bahwa kesadaran remaja dengan pelestarian telah
mencapai tingkat keempat dari lima tingkatan kesadaran budaya menurut Wunderle, yaitu
tingkat “cultural understanding”.

4


KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya karya ilmiah ini dapat Penulis selesaikan tepat waktu. Karya ilmiah ini Penulis
susun dalam rangka memenuhi tugas Bahasa Indonesia. Guna memenuhi syarat-syarat
tersebut, Penulis memilih judul: Hubungan Kesadaran Remaja dengan Pelestarian dan
Kelestarian Budaya Lokal Desa Alamendah, Bandung, Jawa Barat. Pada kesempatan ini,
kami ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Agusman Anwar selaku Kepala SMA Negeri 8 Jakarta.
2. Seluruh guru SMA Negeri 8 Jakarta yang telah meluangkan waktu untuk mendukung
penelitian, serta memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.
3. Keluarga penulis yang telah memberikan dukungan dari awal hingga akhir proses
pembuatan karya ilmiah.
4. Masyarakat Desa Alamendah yang telah menerima Penulis dan membantu proses
penelitian karya ilmiah.
5. Serta semua pihak yang telah turut membantu dan mendukung penulisan karya ilmiah
ini.
Terlepas dari itu semua, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini masih
ada kekurangan dan kelemahannya. Oleh sebab itu, Penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan karya ilmiah ini.
Akhir kata, Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan

inspirasi terhadap pembaca.
Jakarta, Maret 2017

Tim Penulis

5

DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ………………………………….…………..........................……………… i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………….……... ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….……... iii
DAFTAR ISI …………………………...……………...……………………….....…........ iv
BAB I …………………………...........…………………………………………………… 1
PENDAHULUAN………………………......…………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………...................………... 2
1.2 Batasan Masalah ………………....……………………...……....................……... 3
1.3 Perumusan Masalah ……………………………………...……....................……... 3
1.4 Tujuan Penelitian ………………………………………….......................………... 3
1.5 Manfaat Penelitian …………………………………………………… .………….. 4
BAB II …………………………………………………...………………………………... 5

TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………...……………………... 5
2.1 Kesadaran Remaja ………………………………...………………………………. 6
2.1.1 Kesadaran………………………………………...…………………………...6
2.1.2 Remaja …………………………………………...………………………….. 6
2.2 Pelestarian dan Kelestarian Budaya Lokal………………………………....……….. 7
2.2.1 Pelestarian dan Kelestarian ……………………...…………………………... 7
2.2.2 Budaya Lokal……………………...……………………………..................... 8
2.3 Hubungan Kesadaran Remaja dengan Pelestarian dan Kelestarian Budaya Lokal .. 8
BAB III ...………………...….……………………………………...……………………...10
METODOLOGI PENELITIAN ………………………...……………………………..... 10
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian …………………………………..…………………. 11
3.2 Identifikasi Variabel ………………………………………...……………………... 11
3.3 Metode Penelitian ...…………………………………………...……...………….... 11
3.4 Teknik Pengambilan Sampel…………………………………………...………….. 11
3.4.1 Populasi ………………………………………………………...………….....11
3.4.2 Responden …………………………………………………………..………..11
3.5 Instrumen Penelitian ……………………………………………...……………….. 12
6

3.5.1 Kuesioner ………………………………………………………….....….…... 12

3.6 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………..….……..... 12
3.7 Teknik Analisis Data ………………………………………………………….....…. 12
BAB IV ……………………………………………………………………………………. 14
HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………………………... 14
4.1 Kesadaran Remaja dengan Pelestarian Budaya ………………………………….... 15
4.2 Kesadaran Remaja dengan Kelestarian Budaya …………………………………... 16
4.3 Hubungan antara Pelestarian Budaya dengan Kelestarian Budaya ……………….. 17
BAB V..……………………………………………………………………………………. 19
PENUTUP.......…………………………………………………………………………….. 19
5.1 Kesimpulan..........................................................………………………………….. 20
5.2 Saran.....................................................................…………………………………. 20
DAFTAR PUSTAKA................………………………………………………………….. 21
LAMPIRAN................................…………………………………………………………..
22

7

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki setidaknya 1.340 suku bangsa
(Sensus BPS tahun 2010). Setiap suku bangsa tentunya memiliki identitas dan ciri khas
masing-masing yang menjadi budaya mereka. Budaya sendiri didefinisikan sebagai tipikal
karakteristik perilaku dalam suatu kelompok (Murphy Dan Hildebrandt). Ribuan budaya
kelompok atau suku tersebut lalu membentuk satu identitas nasional dan merupakan aset
berharga Bangsa Indonesia yang memperkaya budaya nasional.
Seiring dengan perkembangan teknologi, arus globalisasi membawa banyak pengaruh budaya
asing. Perlahan namun pasti, pengaruh budaya asing dapat menghapus identitas bangsa,
sehingga bukan tidak mungkin lagi kekayaan budaya Indonesia diakui oleh bangsa lain. Oleh
karena itu, budaya yang merupakan identitas bangsa harus dihormati dan dijaga serta perlu
dilestarikan agar tidak hilang dan bisa menjadi warisan anak cucu kelak karena adat istiadat
adalah warisan dari leluhur. Hal ini tentu menjadi tanggung jawab generasi muda dan juga
perlu dukungan dari berbagai pihak karena ketahanan budaya merupakan salah satu identitas
suatu negara. (Prof. Dr. Yaswirman). Akan tetapi, belum banyak generasi muda yang telah
menjaga dan melestarikan serta mengembangkan budayanya sendiri.
Desa Alamendah mempunyai kebudayaan lokal yang cukup beragam dalam bentuk kesenian,
festival, maupun ritual. Bentuk kesenian yang dimiliki yaitu seni musik tradisional yang
meliputi permainan karinding, angklung, calung, dan kecapi suling. Ada pula bentuk seni
gerakan seperti tari jaipong, reog (jenaka), pencak silat, dan wayang golek. Desa Alamendah
juga mempunyai kesenian yang dipengaruhi unsur agama seperti pupuh, nasyid, dan

pupujian. Terdapat pula sanggar di RW 18 (Legokkondang) yang mengajarkan anak-anak
desa tersebut keterampilan bermain karinding, calung, dan pencak silat. Selain itu, seni musik
dan tari juga diajarkan di beberapa instansi pendidikan seperti Pesantren Al-Ittifaq di RW
011.
Kebudayaan lokal Desa Alamendah juga dilestarikan dalam bentuk festival dan ritual seperti
upacara dan karnaval 17 Agustus yang memamerkan hasil pertanian dari setiap perwakilan
RW yang dipadukan dengan arak-arakan mobil, sepeda motor, dan sepeda hias. Sejak 2010

diadakan Festival Kawah Putih yang digelar untuk memperingati 100 tahun ditemukannya
kawah putih serta mengenalkan alat musik tradisional Sunda yang saat itu hampir tidak
diketahui orang, sedang alat ini merupakan kearifan lokal dari budaya Sunda. Festival ini
diselenggarakan oleh Perum Perhutani III Jawa Barat dan Banten.
Festival Kawah Putih lalu dijadikan agenda rutin tahunan. Agenda utama dari Festival Kawah
Putih ini adalah pementasan seni budaya dari Bandung Selatan serta menampilkan pegelaran
sendra tari yang menceritakan tentang cikal bakal Kawah Putih serta perkembangannya dari
waktu ke waktu. Salah satu kegiatan lain di festival ini adalah digelarnya acara spiritual adat
warga di kawasan Kawah Putih sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta.
Pada tahun 2014 juga mulai diadakan Gelar Budaya yang memamerkan kebudayaan
masyarakat Desa Alamendah seperti benda-benda pusaka, alat musik, alat memasak, serta
senjata khas Sunda. Kesenian Sunda seperti karinding, kecapi suling dan pencak silat juga

ditampilkan. Gelar budaya secara rutin diadakan pada 28 Oktober bertepatan dengan Hari
Sumpah Pemuda.

1.2 Batasan Masalah
Ruang lingkup penelitian kami dibatasi pada penduduk remaja desa Alamendah yang
berumur 10 – 19 tahun sesuai dengan batasan umur remaja menurut World Health
Organization. Variabel penelitian kami dibatasi pada kesadaran remaja Desa Alamendah
terhadap pelestarian budaya dengan kelestarian budaya lokal desa Alamendah.

1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana hubungan kesadaran remaja dengan pelestarian dan kelestarian budaya
lokal Desa Alamendah?

1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui gambaran tentang kesadaran remaja Desa Alamendah terhadap
pelestarian budaya lokal Desa Alamendah.

2. Mengetahui hubungan antara kesadaran remaja dengan pelestarian dan kelestarian
budaya lokal Desa Alamendah.

3. Sebagai penyelesaian tugas pembuatan karya Ilmiah dalam rangkaian acara Temu
Sosial Ilmiah SMA Negeri 8 Jakarta (TeSIS).
4. Sebagai wadah pengembangan diri dan aktualisasi ilmu yang sudah dipelajari
terutama dalam bidang bahasa, sosiologi, dan budaya.

1.5 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan tentang kesadaran remaja
Desa Alamendah terhadap pelestarian budaya lokal Desa Alamendah.
2. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi untuk menentukan kebijakan dalam
menyusun strategi pengembangan kelestarian budaya di Desa Alamendah.
3. Hasil penelitian dapat melukiskan kemampuan dalam peningkatan kesadaran terhadap
pelestarian budaya lokal Desa Alamendah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesadaran Remaja
2.1.1 Kesadaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sadar artinya merasa; tahu dan
mengerti. KBBI juga mengartikan kesadaran sebagai hal yang dirasakan atau dialami
oleh seseorang.
Jatmiko (2006) menjelaskan bahwa kesadaran adalah keadaan mengetahui atau
mengerti. Kesadaran merupakan unsur yang ada dalam diri manusia untuk memahami
realitas dan bagaimana mereka merespon atau bersikap terhadap realitas tersebut.
Kesadaran diri merupakan proses mengenali motivasi, pilihan dan kepribadian kita
lalu menyadari pengaruh faktor-faktor tersebut atas penilaian, keputusan dan interaksi
kita dengan orang lain. Kesadaran dapat dikategorikan menjadi kesadaran pasif dan
kesadaran aktif. Kesadaran pasif adalah keadaan dimana seorang individu bersikap
menerima segala rangsangan yang diberikan pada saat itu, baik rangsangan internal
maupun eksternal, sedangkan kesadaran aktif adalah kondisi dimana seseorang
menitikberatkan pada inisiatif dan mencari dan dapat menyeleksi rangsangan yang
diberikan.

2.1.2 Remaja
World Health Organization mengartikan masa remaja (adolescence) sebagai suatu
periode dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia yang berlangsung sesudah
masa kanak-kanak dan sebelum masa dewasa, dari umur 10 tahun hingga 19 tahun.
Kata remaja berasal dari Bahasa Latin adolensence yang artinya tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pada saat
masa remaja, manusia tidak dapat dikatakan dewasa dan tidak dapat pula dikatakan
anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju
dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan

fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk
badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah
matang (Zakiah Darajat,1990: 23). Sesuai dengan definisi tersebut dapat dikatakan
bahwa di masa remaja seseorang sudah dapat berpikir rasional mengenai tindakan
yang dilakukannya, namun belum sepenuhnya stabil dan mencapai kematangan seperti
orang dewasa.
Masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik yang cepat dan menonjol,
seperti bertambahnya tinggi badan dan berat badan secara signifikan, munculnya
kumis, dan berubahnya suara menjadi lebih berat. Saat masa remaja, muncul
kepribadian yang lebih mandiri, dan berpikir lebih logis. Pada masa remaja, manusia
rentan akan pengaruh dari lingkungan sekitarnya karena di masa ini seseorang akan
berada dalam proses pencarian jati dirinya. Oleh karena itu, bimbingan dan
pengawasan orang dewasa sangat diperlukan

saat seseorang memasuki masa

remaja.
Jadi, kesadaran remaja dalam penelitian ini adalah keadaan dimana remaja yang telah
dapat berpikir logis, namun masih dalam tahap perkembangan memiliki pengetahuan
dan pemahaman terhadap suatu hal atau rangsangan. Reaksi terhadap rangsangan
tersebut dapat berupa penerimaan ataupun penyeleksian.

2.2 Pelestarian dan Kelestarian Budaya Lokal
2.2.1 Pelestarian dan Kelestarian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lestari berarti tetap, stabil, semula.
Kelestarian adalah keadaan yang tetap seperti semula atau keadaan yang tidak
berubah-ubah. Sementara, pelestarian adalah pengelolaan sumber daya alam yang
menjamin

pemanfaatannya

secara

bijaksana

dan

menjamin

kesinambungan

persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan
keanekaragamannya. A.W. Widjaja (1986) mengartikan pelestarian sebagai kegiatan
atau yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan
tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat
dinamis, luwes, dan selektif. (Ranjabar, 2006:115). Berdasarkan pengertian tersebut
dapat disimpulkan kegiatan pelestarian merupakan upaya yang dilakukan terus

menerus untuk mempertahankan sesuatu agar tetap dan stabil pada kondisi tertentu
untuk mencapai suatu tujuan.
2.2.2 Budaya Lokal
Budaya berasal dari Bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, bentuk jamak dari kata
buddhi (budi atau akal) dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi,
dan akal manusia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,
adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Selo Soemardjan
dan Soelaeman Somardi dalam Soekanto (1996:55) merumuskan kebudayaan sebagai
semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
Budaya lokal adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang serta dimiliki dan
diakui oleh masyarakat suku bangsa setempat. Budaya lokal biasanya tumbuh dan
berkembang dalam suatu masyarakat suku atau daerah tertentu karena warisan turuntemurun yang dilestarikan. Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang
multikultural, sehingga budaya nasional kaya akan berbagai budaya lokal tiap suku
dan daerah. Wujud konkret dari budaya meliputi bahasa, pakaian, sikap dan perilaku,
seni, serta peralatan hidup.
Jadi, pelestarian dan kelestarian budaya lokal dalam penelitian ini adalah upaya untuk
melindungi budaya lokal terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif yang ditimbulkan
suatu kegiatan, serta menjaga kelestarian dengan mempertahankan kestabilan budaya lokal
sebagai alat pemersatu bangsa dan kekayaan nasional.

2.3 Hubungan Kesadaran Remaja dengan Pelestarian dan Kelestarian
Budaya Lokal
Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan budaya lokal, namun yang
terpenting adalah menumbuhkan kesadaran serta rasa memiliki akan budaya karena tanpa
adanya kesadaran tersebut maka rasa memiliki budaya juga akan hilang, sehingga tidak ada
lagi yang merasa bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian budaya. Peran setiap lapisan
masyarakat penting dalam upaya pelestarian budaya, khususnya kaum remaja. Sebagai

generasi muda penerus bangsa, remaja diharapkan memiliki kesadaran untuk meneruskan
warisan dan kekayaan budaya Indonesia.
Apabila generasi muda Indonesia tidak memiliki kesadaran dan rasa memiliki tersebut, maka
tidak ada yang akan mewarisi kekayaan budaya Indonesia, sehingga tidak ada yang dapat
menjamin kelestarian budaya lokal di masa yang akan datang.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten
Bandung, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dimulai pada tanggal 16 Desember 2016 sampai
dengan 19 Desember 2016.

3.2 Identifikasi Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono 2009: 60). Penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu kesadaran
remaja Desa Alamanendah terhadap pelestarian budaya dan kelestarian budaya lokal di Desa
Alamendah.

3.3 Metode Penelitian
Jenis metode penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif
kuantitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta dan sifat
populasi secara aktual dan cermat. Sedangkan, kuantitatif karena menggunakan sistem
perhitungan agar data yang didapat akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah
tertentu.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi yang peneliti pilih dalam penelitian ini adalah remaja Desa Alamendah di
RW 006, RW 007 dan RW 011 dengan rentang umur 10 - 19 tahun yang berjumlah 166 orang.
3.4.2 Responden
Dalam melakukan penelitian ini, dari 921 warga RW 006, RW 007 dan RW 011,
peneliti mendapatkan data bahwa warga yang merupakan remaja adalah sekitar 18% dari
jumlah tersebut atau sekitar 166 warga. Peneliti mengambil 65 responden atau sekitar 39%
dari jumlah populasi untuk diteliti. Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik

Non-Probability Sampling. Teknik ini tidak memberikan kesempatan dan peluang pada
setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel (Riduwan, 2006). Secara lebih
spesifik, peneliti menggunakan metode Sampling Kuota yang merupakan bagian dari teknik
Non-Probability Sampling. Sampling Kuota ialah teknik penentuan sampel dari populasi
yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah yang dikehendaki atau pengambilan sampel
yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu (Riduwan, 2006). Dalam
penelitian ini, sampel yang peneliti ambil ialah remaja (10 - 19 tahun) dalam RW 006 dan
Pondok Pesantren Alif al-Ittifaq (MTs dan MA).

3.5 Instrumen Penelitian
3.5.1 Kuesioner
Untuk memudahkan peneliti dalam mendapatkan hasil dan menarik kesimpulan,
peneliti tidak menggunakan panca indera sebagai tolak ukur (kualitatif). Instrumen penelitian
yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner yang dibuat oleh peneliti sendiri dengan
berbagai sumber panduan.
Dalam kuesioner yang disebar oleh peneliti, terdapat sejumlah butir pertanyaan
dengan sistem kuesioner tertutup. Pilihan jawaban yang peneliti gunakan dalam kuesioner
tersebut menggunakan Skala Guttman. Skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk
jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten (Riduwan, 2006). Yang peneliti gunakan
untuk perhitungan yaitu ”Ya” Yang bernilai 1 poin dan “Tidak” yang bernilai 0 poin bagi
pernyataan yang bersifat positif dan “Ya” yang bernilai 0 poin dan “Tidak” yang bernilai 1
poin bagi pernyataan yang bersifat negatif.

3.6 Teknik Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Pada tanggal 5 Desember 2016 dilakukan persiapan awal
2. Pada tanggal 15 Desember 2016 dilakukan pembuatan kuesioner
3. Pada tanggal 17 dan 18 Desember 2016 dilakukan penyebaran kuesioner

3.7 Teknik Analisis Data

Terdapat 25 butir pernyataan mengenai kesadaran remaja Alamendah terhadap
pelestarian budaya dan 7 pernyataan mengenai kelestarian budaya lokal Desa Alamendah.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kesadaran Remaja dengan Pelestarian Budaya
Kesadaran remaja terhadap pelestarian yang telah diteliti di RW 006, RW 007, dan RW 011
dapat dibagi menjadi lima tingkat kesadaran budaya menurut Wunderle (2006). Tingkat
pertama dengan rentang persentase 0 - 20% dengan deskripsi “data dan information”. Dalam
tingkat ini responden hanya memiliki data dan informasi tentang beragam perbedaan yang
ada. Lalu terdapat tingkat kedua dengan rentang persentase 20 - 40% dengan deskripsi
“culture consideration”. Pada tingkat ini responden telah memperoleh pemahaman terhadap
budaya dan faktor apa saja yang menjadi nilai-nilai dari budaya tertentu. Hal ini akan
memberikan pertimbangan tentang konsep-konsep yang dimiliki oleh suatu budaya secara
umum dan dapat memaknai arti dari culture code yang ada. Tingkat ketiga dengan rentang 40
- 60% dengan deskripsi “culture knowledge”. Pada tingkatan ini, responden telah memiliki
pengetahuan mengenai budaya orang lain dan budayanya sendiri. Tingkat keempat dengan
rentang 60 - 80% dengan deskripsi “cultural understanding”. Pada tingkatan ini, responden
telah mempunyai kesadaran mendalam pada kekhususan budaya yang memberikan
pemahaman hingga pada proses berfikir mengenai pelestarian budaya. Tingkat kelima dengan
rentang 80 - 100% dengan deskripsi “cultural competence”. Tingkat ini merupakan tingkat
tertinggi dalam tingkat kesadaran budaya menurut Wunderle (2006) dimana responden dapat
menentukan dan mengambil suatu keputusan dan kecerdasan budaya, serta mempunyai
pemahaman secara intensif terhadap kelompok dan budaya tertentu.
Nilai rata-rata kesadaran remaja terhadap pelestarian di RW 006, RW 007, dan RW 011 dapat
diperoleh dari rumus:

M = rata-rata
�(�) = jumlah skor dari variabel X (kesadaran remaja dengan pelestarian budaya)

� = total responden
Berdasarkan perhitungan rata-rata skor dari variabel kesadaran remaja terhadap pelestarian di
RW 006, RW 007, dan RW 011 di Desa Alamendah, Jawa Barat dengan jumlah skor sebesar
4844 dibagi jumlah responden sebanyak 65 remaja, peneliti mendapatkan persentase sebesar
74,523%. Angka tersebut menunjukkan bahwa kesadaran remaja terhadap pelestarian di RW
006, RW 007, dan RW 011 telah mencapai tingkat keempat yaitu tingkat “cultural
understanding”.
Dari pengelompokkan kelima tingkat tersebut untuk tingkat “cultural competence” dengan
frekuensi 17 menghasilkan persentase sebesar 26,2%. Tingkat “cultural understanding”
dengan frekuensi 42 menghasilkan persentase sebesar 64,6%. Tingkat “culture knowledge”
dengan frekuensi 6 menghasilkan persentase sebesar 9,2%. Tingkat “culture consideration”
dengan frekuensi 0 menghasilkan persentase sebesar 0%. Sedangkan, tingkat “data and
information” memiliki presentase sebesar 0%.

4.2 Kelestarian Budaya Lokal
Dalam penilaian variabel kelestarian budaya lokal di RW 006, RW 007, dan RW 011, peneliti
menggunakan perhitungan Skala Guttman dengan kriteria objektif. Dikarenakan dalam skala
Guttman pilihan jawaban hanya 2, maka penentuan kriteria objektif tetap pada interval 50%,
sehingga skor diatas 50% termasuk kategori “Cukup” sedangkan skor dibawah 50% termasuk
kategori “Kurang”. Sama seperti sebelumnya, nilai rata-rata dari kelestarian budaya remaja
Desa Alamendah juga bisa dihitung menggunakan rumus rata-rata yang sama seperti
pelestarian budaya, namun pada lambang variabel yang digunakan, peneliti menggunakan
huruf “y” untuk variabel kelestarian budaya.

M

= rata-rata

�(y)

= jumlah skor dari variabel y (kelestarian budaya lokal)



= total responden

Berdasarkan perhitungan rata-rata skor dari variabel kelestarian budaya lokal di RW 006, RW
007 dan RW 011 Desa Alamendah, Bandung, Jawa Barat, dengan jumlah skor dari variabel
kelestarian budaya lokal 4986 dibagi dengan jumlah responden sebanyak 65 remaja, angka
yang didapat oleh peneliti adalah 77. Angka tersebut menunjukkan bahwa kelestarian budaya
di RW 006, RW 007 dan RW 011 Desa Alamendah, Bandung, Jawa Barat termasuk kategori
“Cukup”. Dari pengelempokkan kedua kategori tersebut untuk kategori “Cukup” dengan
frekuensi 63 didapatkan presentase sebesar 97%, sementara untuk kategori “Kurang” dengan
frekuensi 2 menghasilkan presentase sebesar 3%.

4.3 Hubungan antara Kesadaran Remaja dengan Pelestarian dan
Kelestarian Budaya Lokal
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah terdapat korelasi positif
antara kesadaran remaja dengan pelestarian dan kelestarian budaya lokal di RW 006, RW
007, dan RW 011 Desa Alamendah, Bandung, Jawa Barat. Untuk membuktikan apakah
terdapat hubungan antara kedua variabel maka peneliti menggunakan rumus dari Pearson’s
Product Moment Correlations. Dalam menggunakan rumus Pearson’s Product Moment
Correlations terdapat variabel X dan Y. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel X adalah
kesadaran remaja dengan pelestarian budaya dan variabel Y adalah kelestarian budaya lokal.
Berikut merupakan perhitungan dengan menggunakan rumus Pearson’s Product Moment
Correlations:

Dalam rumus, Angka “65” dalam perhitungan di dapat oleh peneliti dari jumlah responden.
Angka “4844” di dapat dari jumlah skor variabel “x” yaitu kesadaran remaja dengan
pelestarian budaya yang diukur melalui Bagian I kuesioner yang telah diisi oleh 65 remaja di
RW 006, RW 007 dan RW 011 Desa Alamendah, Bandung, Jawa Barat sebagai responden.
Sedangkan angka “4986” didapat dari jumlah keseluruhan skor variabel “y” yaitu kelestarian

budaya lokal Desa Alamendah, Bandung, Jawa Barat yang diukur melalui Bagian II
kuesioner yang telah diisi oleh responden. Untuk angka “372400” merupakan jumlah hasil
kali variabel “x” dan “y”, angka “366736” merupakan jumlah kuadrat variabel “x”, dan
angka “394490” merupakan jumlah kuadrat variabel “y”.
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat korelasi koefisien antara kedua
variabel sebesar 0,1. Dalam rumus Pearson’s Product Moment Correlations terdapat Skala
Pearson’s yang menyatakan bahwa apabila rentang koefisien korelasinya di antara 0,00
sampai 0,20 maka hubungannya tidak begitu kuat dan dapat diabaikan, di antara 0,21 sampai
0,40 maka hubungannya termasuk tingkat yang rendah, di antara 0,41 sampai 0,60 maka
hubungannya termasuk tingkat sedang, di antara 0,61 sampai 0,80 maka hubungannya
termasuk dalam tingkat yang kuat, dan di antara 0,81 sampai 1,00 maka hubungannya
termasuk dalam tingkat yang tinggi atau sangat tinggi. Hal ini membuktikan, bahwa tidak
terdapat hubungan kuat antara kesadaran remaja dengan pelestarian dan kelestarian budaya
lokal.
Meski hasil perhitungan penilaian di atas tidak menunjukkan hubungan yang signifikan
antara kesadaran remaja dengan pelestarian dan kelestarian budaya lokal Desa Alamendah,
Bandung, Jawa Barat peneliti menemukan bahwa terdapat beberapa faktor yang mendukung
hasil penelitian ini. Dari tempat penelitian, peneliti mengamati bahwa budaya lokal dalam
bentuk kesenian masih diajarkan di institusi pendidikan setara sekolah menegah. Seperti di
Pesantren Al-Ittifaq yang mengajarkan kesenian tari dan musik Jawa Barat yaitu tari jaipong,
karinding, dan angklung. Masyarakat setempat, terutama remaja juga masih aktif
menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Fakta ini mendukung hasil penelitian
yang menunjukkan tingkat kelestarian budaya lokal di Desa Alamendah yang cukup tinggi.
Sementara, tingginya kesadaran remaja dengan pelestarian budaya dibuktikan melalui
pengamatan peneliti mengenai antusiasme masyarakat terutama kaum remaja terhadap
pelestarian budaya lokal. Melalui wawancara, peneliti menemukan fakta bahwa banyak
remaja di Desa Alamendah, khususnya di RW 006, RW 007 dan RW 011 yang telah berperan
aktif dalam pelestarian budaya lokal dengan mengikuti ekstrakurikuler kebudayaan di
sekolahnya. Sebagian besar responden mengatakan, alasan mereka mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler kebudayaan disamping karena minat individu, adalah karena mereka sadar
akan pentingnya pelestarian budaya lokal.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan
secara terperinci dan menyeluruh, bahwa :
1. Peneliti menemukan bahwa kesadaran remaja dengan pelestarian budaya telah
mencapai tingkat keempat dari lima tingkatan kesadaran budaya menurut Wunderle,
yaitu tingkat “cultural understanding”.
2. Tidak ada hubungan yang kuat antara kesadaran remaja dengan pelestarian dan
kelestarian budaya lokal.

5.2 Saran
1. Dari pengamatan peneliti, tidak terdapat tempat kebudayaan (contoh: Sanggar) di
sekitar RW 006, RW 007, dan RW 011. Maka dari itu, pembangunan tempat
kebudayaan sangat disarankan untuk menjaga kelestarian budaya lokal di masa
mendatang.
2. Untuk menjaga kelestarian budaya, sebaiknya diadakan kegiatan kebudayaan rutin
seperti pelatihan seni tari dan seni musik.
3. Meski Bahasa Sunda digunakan sebagai bahasa sehari-hari, peneliti melihat bahwa
masyarakat setempat masih belum fasih dalam berbahasa Indonesia. Sebaiknya
pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dan dalam lingkungan masyarakat lebih
ditekankan.
4. Peneliti berharap terdapat penelitian lanjutan untuk meneliti faktor terpenting yang
memengaruhi kelestarian budaya lokal.

Daftar Pustaka
Andale.
2012.
“What
is
the
pearson
correlation
coefficient.”
http://www.statisticshowto.com/what-is-the-pearson-correlation-coefficient/
(diakses
tanggal 15 Maret 2017)
Asnidar, Yuni. 2015. Evaluasi Potensi Agrowisata di Desa Alamendah Kecamatan Rancabali,
Kabupaten Bandung. Bogor: Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Blackmore, S. 2003. Consciousness: an Introduction. Oxford: Oxford University Press.
Hurlock, Elizabeth B. 2010. Developmental Psychology: A Life-Span Approach. Amerika
Serikat: Mcgraw-Hill Education.
KBBI. 2012. Definisi kesadaran. http://kbbi.web.id/ (diakses tanggal 14 Desember 2016)
Mukaka, M. M. 2012. “Pearson’s product moment correlation coefficient.”
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3576830/#__sec3title (diakses tanggal
15 Maret 2017)
Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
WHO. 2015. Adolescent Health. http://www.who.int/topics/adolescent_health/en/ (diakses
tanggal 15 Desember 2016)
Wijaya,
Angga
Sukma.
2010.
“Festival
Kawah
Putih
Ditutup.”
https://m.tempo.co/read/news/2010/12/23/178301285/festival-kawah-putih-ditutup
(diakses tanggal 15 Desember 2016)
Wunderle, William D. 2006. Through the Lens of Cultural Awareness: A Primer for US
Armed Forces Deploying to Arab and Middle Eastern Countries. Amerika Serikat:
Combat Studies Institute Press.
Yudono, Jodhi. 2012. “Festival Kawah Putih Angkat Kearifan Budaya Lokal.”
http://bola.kompas.com/read/2012/06/19/20430961/Festival.Kawah.Putih.Angkat.Keari
fan.Budaya.Lokal (diakses tanggal 15 Desember 2016)

Lampiran

Nama
Nadia
Masna
S
Alia Nur
Sri
Nurhayat
Prisky
Puji
Yusuf
Cahya
Deni
L
Y
M
I
S
W
Kiki
Dina L
Wilham
Bayu
Rizky
Putri

K
1
2
4
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
0
2
0
2
0
2
0
2
0
2
0

SC

C
T

K
2

SC

C
T

96

A

5

71,4

B

88

A

6

85,7

A

88

A

5

71,4

B

84

A

6

85,7

A

84

A

6

85,7

A

84

A

6

85,7

A

84

A

6

85,7

A

84

A

6

85,7

A

84

A

6

85,7

A

84

A

5

71,4

B

84

A

5

71,4

B

84

A

5

71,4

B

84

A

5

71,4

B

84

A

5

71,4

B

84

A

5

71,4

B

84

A

5

71,4

B

80

B

6

85,7

A

80

B

6

85,7

A

80

B

6

85,7

A

80

B

6

85,7

A

80

B

6

85,7

A

80

B

5

71,4

B

21

Rena
Yaya
Nanda
Dita
Diana
Ferdiansya
h
Agung
Elsa
Ayu
Nabila
Winda
Dina
Alma
Vindy
Imelda
Lia
Iis
Dariani
Agus
Rifki
Fitria
Astri
Sri
Derantk

2
0
2
0
2
0
2
0
1
9
1
9
1
9
1
9
1
9
1
9
1
9
1
9
1
9
1
9
1
9
1
9
1
9
1
8
1
8
1
8
1
8
1
8
1
8
1
7

80

B

5

71,4

B

80

B

5

71,4

B

80

B

5

71,4

B

80

B

4

57,1

C

76

B

7

100

A

76

B

6

85,7

A

76

B

5

71,4

B

76

B

5

71,4

B

76

B

5

71,4

B

76

B

5

71,4

B

76

B

5

71,4

B

76

B

4

57,1

C

76

B

4

57,1

C

76

B

4

57,1

C

76

B

4

57,1

C

76

B

4

57,1

C

76

B

4

57,1

C

72

B

7

100

A

72

B

7

100

A

72

B

6

85,7

A

72

B

5

71,4

B

72

B

5

71,4

B

72

B

5

71,4

B

68

B

7

100

A

22

Ivan
Sandi
Satri
Riswan
Gian
Fajar
Ilyas
C
Kelisa
Nabilah
Saebah
Sindy
Ariswan
Wulan
Chacha
Cecep
Rio
R
T
Total
Rata-Rata

1
7
1
7
1
7
1
7
1
7
1
7
1
7
1
7
1
6
1
6
1
6
1
6
1
6
1
5
1
5
1
3
1
3
1
3
1
3

68

B

6

85,7

A

68

B

6

85,7

A

68

B

6

85,7

A

68

B

6

85,7

A

68

B

6

85,7

A

68

B

6

85,7

A

68

B

5

71,4

B

68

B

5

71,4

B

64

B

7

100

A

64

B

7

100

A

64

B

7

100

A

64

B

6

85,7

A

64

B

6

85,7

A

60

C

6

85,7

A

60

C

5

71,4

B

52

C

4

57,1

C

52

C

4

57,1

C

52

C

3

42,9

C

52
4844
74,5

C

3

42,9
4986
76,7

C

B

B

23

SC12
6857,14
3
7542,85
7
6285,71
4

SC1
9216
7744
7744

7200

7056

7200

7056

7200

7056

7200

7056

7200

7056

7200

7056

6000

7056

6000

7056

6000

7056

6000

7056

6000

7056

6000

7056

6000
6857,14
3
6857,14
3
6857,14
3
6857,14
3
6857,14
3
5714,28
6
5714,28
6
5714,28
6

7056
6400
6400
6400
6400
6400
6400
6400
6400

SC2
5102,04
1
7346,93
9
5102,04
1
7346,93
9
7346,93
9
7346,93
9
7346,93
9
7346,93
9
7346,93
9
5102,04
1
5102,04
1
5102,04
1
5102,04
1
5102,04
1
5102,04
1
5102,04
1
7346,93
9
7346,93
9
7346,93
9
7346,93
9
7346,93
9
5102,04
1
5102,04
1
5102,04
1

24

5714,28
6
4571,42
9
7600
6514,28
6
5428,57
1
5428,57
1
5428,57
1
5428,57
1
5428,57
1
4342,85
7
4342,85
7
4342,85
7
4342,85
7
4342,85
7
4342,85
7
7200
7200
6171,42
9
5142,85
7
5142,85
7
5142,85
7
6800
5828,57
1
5828,57
1
5828,57
1
5828,57
1
5828,57
1

6400
6400
5776
5776
5776
5776
5776
5776
5776
5776
5776
5776
5776
5776
5776
5184
5184
5184
5184
5184
5184
4624
4624
4624
4624
4624
4624

5102,04
1
3265,30
6
10000
7346,93
9
5102,04
1
5102,04
1
5102,04
1
5102,04
1
5102,04
1
3265,30
6
3265,30
6
3265,30
6
3265,30
6
3265,30
6
3265,30
6
10000
10000
7346,93
9
5102,04
1
5102,04
1
5102,04
1
10000
7346,93
9
7346,93
9
7346,93
9
7346,93
9
7346,93
9

25

5828,57
1
4857,14
3
4857,14
3
6400
6400
6400
5485,71
4
5485,71
4
5142,85
7
4285,71
4
2971,42
9
2971,42
9
2228,57
1
2228,57
1

372400

4624
4624
4624
4096
4096
4096
4096
4096
3600
3600
2704
2704
2704
2704
TOTAL
366736

7346,93
9
5102,04
1
5102,04
1
10000
10000
10000
7346,93
9
7346,93
9
7346,93
9
5102,04
1
3265,30
6
3265,30
6
1836,73
5
1836,73
5
394489,
8

26

27

28

29