ISPA DI DESA DANASARI KEC bojong

ISPA DI DESA DANASARI KEC. BOJONG KAB.TEGAL
Mata Kuliah : Program Pengembangan Pendidikan Kesehatan Masyarakat

OLEH : HETI
MURNINGSIH

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TEGAL
2014/2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Saat ini Indonesia memiliki beban ganda dalam masalah kesehatan. Dimana, penyebab
kematian telah bergeser dari penyakit menular ke arah penyakit tidak menular, sementara
penyakit menular masih tetap tinggi. Beberapa contoh penyakit menular yang sering terjadi
adalah ISPA dan diare. Salah satu kelompok resiko tinggi untuk terkena masalah kesehatan
adalah anak –anak (Media Indonesia, 2009).
Dukuh Kebagusan adalah sebuah Dukuh yang terletak di Desa Danasari Kecamatan Bojong

Kabupaten Tegal. Beberapa masalah kualitas hidup (quality of life) berdasarkan data dari
Puskesmas dan Bidan Desa Danasari adalah tingkat pendapatan yang kurang disebabkan
karena mata pencaharian warga adalah buruh tani, kemudian masalah keterjangkauan sarana
kesehatan, transportasi, masalah kesehatan, tingkat pendidikan yang rendah, kesejahteraan
yang kurang .
Masalah kesehatan yang sering dihadapi oleh masyarakat di Dukuh Kebagusan adalah
masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare, dan arthritis. Dan yang paling banyak
terjadi adalah kejadian ISPA. Masalah ISPA ini menjadi maslah nomor satu dari 10 besar
penyakit yang ada di Desa Danasari berdasarkan data Puskesmas Bojong tahun 2009.
Bayi dan balita merupakan kelompok usia yang kekebalan tubuhnya masih belum sempurna,
sehingga masih rentan terhadap berbagai bentuk infeksi (Suhandayani,2007). Kejadian infeksi
paling sering terjadi pada balita umur 6-12 bulan hal ini menunjukan semakain muda usia anak
makin sering dan rentan mendapat serangan infeksi seperti ISPA (Prabu,2009).
Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat

berlangsung sampai 14 hari (Sinaga, 2009). ISPA merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama serta merupakan salah satu penyebab kematian anak terutama di
Negara berkembang. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kejadian dan kematian karena

penyakit ISPA terutama

pada balita. World health Organization (WHO) pada tahun 2009

memperkirakan insiden ISPA pada balita usia sampai 5 tahun di Negara berkembang adalah
29% per tahun dan 5 juta kejadian ISPA baru setiap tahunnya (WHO,2009).
Penyakit ISPA di indonesia selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada
kelompok bayi dan balita, di Indonesia menurut hasil Riskesdas 2008 prevalensi ISPA adalah
25,5% dengan prevalensi tertinggi pada balita yaitu lebih dari 35%. Analisis lanjutan memakai
data dari Riskesdas 2008 yang sudah terkumpul (data sekunder), dari jumlah balita 88,579
yang dianalisis, didapatkan presentase balita yang menderita ISPA di Indonesia sebesar
42,18% ( Supraptini, 2009).
Khusus di Jawa Tengah, Penyakit ISPA juga merupakan masalah kesehatan utama
masyarakat. Pada tahun 2002 kejadian ISPA peneumonia pada balita di Jawa Tengah mencapai
19,03% angka tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2003 yaitu 21,16% dan pada tahun
2004 menjadi 50,06% (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2005).
Prevalensi ISPA di Kabupaten Tegal pada tahun 2007 adalah 29,5%. Target ISPA
peneumonia tertangani adalah 100%, tetapi pada tahun 2005 cakupan balita dengan ISPA
peneumonia yang tertangani baru mencapai 28,34%, dan pada tahun 2006 mengalami
penurunan menjadi 16,31% pada tahun 2007 cakupannya mengalami sedikit kenaikan dari

tahun 2006 menjadi 20,60% (Profil Kesehatan Kabupaten Tegal, 2007).
Di kecematan Bojong, penyakit ISPA selalu menjadi nomor satu dalam urutan kejadian
penyakit dengan rata-rata presentassinya diatas 50% ( Data 10 Besar Kejadian Penyakit di
Puskesmas Bojong, 2009).

Setiap balita mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunya. Penyakit ISPA mencakup penyakit
saluran nafas bagian atas (ISPaA) dan sluran pernafasan bagian bawah(ISPbA). ISPA
menyebabkan kematian anak dan menyebabkan kecacatan hingga dewasa misalnya otitis
media yang merupakan penyebab ketulian. Sedangkan hampir seluruh kematian kerena ISPA
pada anak kecil, disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Akut (ISPbA). Sebagai
kelompok penyakit, ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke
playanan kesehatan. Kunjungan penderita ISPA berobat ke Puskesmas sebesar 40-60%,
sedangkan yang berkunjung berobat di berbagai rawat jalan dan rawat inap RS sebesar 15%
(Nindya dan Lilis, 2005).
Menurut H.L Blum (19810 derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu
linkungan, prilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor tersebut dalam
mempengaruhi kesehatan tidak berdiri sendiri, namun masing-masing saling mempengaruhi
satu sama lain. Faktor lingkungan selain langsung mempengaruhi kesehatan juga
mempengaruhi perilaku. Faktor prilaku disini juga mempengaruhi faktor-faktor lainya. Melihat
keempat faktor pokok yang mempengaruhi kesehatan


masyarakat tersebut, maka dalam

rangka memelihara dan meningkatkan keshatan masyarakat, hendaknya intervensi juga
diarahkan kepada empat faktor tersebut. Dengan kata lain, kegiatan dan upaya kesehatan
masyarakat juga dikelompokkan menjadi empat, yakni intervensi terhadap factor lingkungan,
prilaku, pelayanan kesehatan, dan herediter (Notoatmodjo, 2005).
Dalam kegitan ini, intervensi yang dilakukan lebih mengarah kepada perilaku, karena prilaku
kesehatan yang ada di masyarakat merupakan segala aktifitas atau kegiatan seseorang yang
berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Maka untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal adalah merupakan prilaku individu atau masyarakat kepada hal-hal
yang positif secara terencana (Notoatmodjo, 2005).
Untuk merubah perilaku dibutuhkan adanya promosi kesehatan yang dilakukan dengan
mengidentifikasi masalah-masalah yang terdapat dimasyarakat. Promosi kesehatan merupakan
salah satu cara dalam upaya peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud drajat keshatan yang stinggi-tingginya di masyarakat tersebut
(Taisir, 2009). Kegitan ini dilakukan pendekatan teori dengan menggunakan kerangka kerja
Precede, dimana kerangka kerja tersebut meliputi 6 fase yang akan dilalui dalam proses
perncanaan Pendidikan Kesehatn Masyarakat (PKM) dalam rangka siklus pemecahan masalah
keshatan masyarakat, yaitu : 1. Diagnosa Sosial, 2. Diagnosis epidemiologi, 3. Diagnosis

perilaku, 4. Diagnosa Pendidikan, 5. Penetapan strategi pendidikan, 6. Diagnosa administratif.
Menurut hasil survei, dari data di Puskesmas Bojong tahun 2009 penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) selalu menjadi urutan teratas dari 10 besar penyakit yang paling sering
dikeluhkan oleh masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas tersebut. Oleh sebab itu peran
orang tua dan petugas kesehatan menjadi sangat penting dalam mengatasi permasalahan
kesehatan anak balita tersebut.

B. Tujuan.
1.

Tujuan Umum

a. Mahasiswa mampu melakukan diagnosa masalah kesehatan di masyarakat
berdasarkan pengkajian data yang ada di Dukuh Kebagusan, Desa Danasari
Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal.
b. Melakukan kegiatan intervensi sesuai dengan permasalahan kesehatan yang ada.
2.

Tujuan Khusus
a.

b.

Mahasiswa mampu mengumpulkan data primer dan data sekunder.
Mahasiswa mampu menentukan masalah kualitas hidup yang dirasakan oleh

c.

masyarakat di Dukuh Kebagusan.
Mahasiswa mampu menentukan masalah yang ada di masyarakat Dukuh

d.

Kebagusan.
Mahasiswa mampu menentukan penyebab masalah kesehatan masyarakat yang

e.

tarjadi di Dukuh Kebagusan.
Mahasiswa mampu menentukan penyebab timubulnya perilaku sebagai penyebab


f.

masalah kesehatan masyarakat di Dukuh Kebagusan.
Mahasiswa mampu menentukan alternatif pemecahan masalah kesehatan

g.

masyarakat serta strateginya.
Mahasiswa mampu menentukan intervensi masalah kesehatan masyarakat di
Dukuh Kebagusan.

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum.
1.

Geografis

Dukuh Kebagusan adalah bagian dari wilayah Desa Danasari. Batas-batas wilyah Dukuh
Kebagusan sebagai berikut :

a.

Batas Utara

: Desa Cikura

b.

Batas Selatan

: Desa Gunungjati

c.

Batas Timur

: Desa Kalijambu

d. Batas Barat


: Dukuh Diwung

Dukuh Kebagusan mempunyai 1 RW dan 8 RT
2.

Karakteristik Penduduk Kebagusan
a.

Usia : Sebagian besar usia responden di Dukuh Kebagusan Desa Danasari berusia

produktif (20-35 tahun) yaitu 39 orang dengan presentase 67,2%.
b. Tingkat Pendidikan : Sebagian besar tingakat pendidikan responden di Dukuh Kebagusan
c.
d.

Desa Danasari adalah tamat SMP yaitu 24 orang dengan presentasi 41,4%.
Agama : Mayoritas responden di Dukuh Kebagusan Desa Danasari beragama Islam yaitu
54 orang dengan presentase 93,1%.
Mata Pencaharian :
1) Mata Pencaharian Responden : Sebagian responden di Dukuh Kebagusan Desa

Danasari adalah ibu rumah tangga (IRT) yaitu 27 orang dengan presentase 46,6%.
2) Mata Pencaharian KK : Mayoritas KK dari responden di Dukuh Kebagusan Desa
Danasari bekerja sebagai buruh yaitu 37 orang dengan presentase 63,7%.

B. Diagnosa Sosial.
Diagnosa sosial adalah proses mengetahui penyebab orang berpresepsi untuk kebutuhan
atau kualitas hidup, aspirasi mereka pada common good, melalui partisipasi secara luas dan
tindakan-tindakan mencari informasi yang dibentuk untuk meluaskan pemahan komuniti.
Penentuan kualitas hidup sasaran populasi dilakukan dengan strategi identifikasi masalah
dengan data masyarakat dengan klarifikasi.
Data yang diperoleh dari Puskesmas serta Bidan di Desa Danasari didapatkan masalah ssosial
sebagai berikut :
1. Pendidikan : Dari data yang diperoleh, didapatkan tingkat pendidikan rendah pada
Desa Danasari sebanyak 26,59% tamat SD dan di Dukuh Kebagusan 41,4% tamat
SMP dari 58 responden.
2. Kesejahteraan : Dapat dilihat dari jenis pekerjaan kepala keluarga dari 58 responden di
Dukuh Kebagusan sebanyak 63,7% sebagai buruh, petani sebanyak 17,2% ,
wiraswasta sebanyak 17,2% dan PNS sebanyak 1,7%.
3. Pengangguran : Dari hasil diskusi dengan pegawai kelurahan total dari seluruh
pengangguran di Desa Danasari sebanyak 320 orang dan di Dususn Kebagusan

sebanyak 65 orang (20,31%).
Penentuan prioritas masalah dalam diagnosa sosial ditentukan dengan mempertimbangkan
variabel-variabel sebagai berikut :
Tabel Penetapan Prioritas Masalah Diagnosa Sosial Masyarakat Di Dukuh Kebagusan
Desa Danasari Kecamatan Bojong
Masalah

Besarnya

Kesejahteraan
Pendidikan

masalah
8,00
7,83

Variabel pertimbangan
Cara
Besar
Jumlah
menanggulangi
6,17
5,83

dampak
8,33
7,67

22,50
21,33

Skala
Prioritas
I
II

Pengangguran
Range : 1-10

7,33

5,50

8,17

21,00

III

Berdasarkan tabel di atas maka prioritas masalah target populasi adalah masalah
kesejahteraan sebesar 22,66%.
C. Diagnosa Epidemiologi.
Diagnosa epidemiologi adalah suatu kegiatan untuk mengidentifikasi masalh atau kasus
kesehatan masyarakat. Dimana merupakan proses dengan melakukan pengamatan dan atau
pengukuran epidemiologi. Dari data yang telah didapatkan diagnosa epidemiologi yang
dilakukan oleh kelompok.
Dari prioritas masalah pada diagnosa sosial kemudian ditelusuri masalah kesehatan yang
menjadi penyebab masalah kualitas hidup

yang telah ditentukan yang disebut diagnosa

epidemiologi. Dari data yang didapatkan terdapat beberapa masalah yang kemudian dibedakan
dalam dua kelompok yaitu faktor kesehatan dan faktor non kesehatan yang mempengaruhi
terjadinya masalah, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1.

Faktor-faktor kesehatan :
a.

ISPA

b.

Diare

c.

Artritis

d. Kepadatan Keluarga

2.

e.

Keterjangkauan sarana kesehatan

f.

Sanitasi Lingkungan

Faktor-faktor non-kesehatan :
a.
b.
c.
d.

Pendapatan
Jenis pekerjaan
Transportasi
Tingkat pendidikan

D. Diagnosa Perilaku.
Diagnosa perilaku adalah identifikasi secara sistematis praktek kesehatan yang mempunyai
hubungan kausal dengan masalah kesehatan atau masalah yang ditemukan didalam diagnosa
epidemiologi.
Diagnosa perilaku menelusuri faktor-faktor yang menyebabkan ISPA baik faktor perilaku dan
non perilaku. Untuk mengetahui perilaku apa saja yang dapat menyebabkan ISPA dapat dilihat
pada bagan berikut :
Kerangka Teori ISPA
Status Gizi

Pemberian ASI
eksklusif

Jenis Kelamin

Umur

Imunisasi

Kepadatan Hunian
Rumah

Ventilasi

Keberadaan Anggota
Keluarga Yang
Merokok

Keberadaan Anggota
Keluarga Menderita

Berdasarkan faktor yang menyebabkan ISPA diatas ditentukan faktor perilaku dan non
perilaku seperti tabel berikut :
Tabel Faktor Perilaku dan Non Perilaku Dalam Diagnosa Perilaku

1.
2.

Faktor Perilaku
Kebiasaan Merokok
Pemberian Imunisasi

1.

Faktor Non Perilaku
Umur

2.

Tingkat Pendidikan

3.

Kebiasaan Membuka Ventilasi

3.

Status Ekonomi

4.

Penggunaan Bahan Bakar

4.

Paparan Lingkungan

5.

Pemberian ASI Eksklusif

6.

Kosumsi Makanan

7.

Perilaku Membersihkan Rumah
Langkah ketiga adalah memilih faktor perilaku mana yang lebih kearah preventif untuk
terjadinya masalah kesehatan yang diprioritaskan. Dari faktor perilaku yang lebih kearah
preventif ditentukan konsumsi makanan yang selanjutnya dianalisa dalam hal importance dan
chandeability.
Konsumsi makanan dapat diartikan sebagai berikut :

1.

Cara pengolahan makanan

2.

Pemilihan menu

3.

Budaya

4.

Sosek / ketersediaan

5.

Jumlah anggota keluarga

6.

Pemilihan bahan makanan
Penentuan prioritas masalah, perlu diperhatikan beberapa hal berikut :

1.

Masalah yang berkaitan dengan preventif lebih diutamakan

2.

Masalah importan yaitu keterkaitan dari perilaku tersebut dengan masalah tingginya frkuensi
perilaku di masyarakat

3.

Masalah changeability yaitu sulit tidaknya perilaku tersebut diubah

E. Diagnosa Pendidikan
Diagnosa pendidikan adalah suatu tahap untuk mencari faktor penyebab timbulnya perilaku
yang sudah dipilih sebagai prioritas.
a.

Identifikasi faktor penyebab timbulnya perilaku
Dalam mengidentifikasi faktor penyebab timbulnya perilaku terdapat tiga kelompok faktor
yang dapat mempengaruhi perilaku adalah sebagai berikut :
a) Faktor predisposing ialah faktor mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku
tertentu
b) Faktor enabling ialah faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu
c) Faktor reinforcing ialah faktor memperkuat untuk terjadinya faktor tertentu

b.

Penentuan faktor paling dominan yang dapat mempengaruhi atau berperan dan perlu dibenahi
dahulu, fase ini disebut priority among categorietes. Penentuan faktor prioritas tersebut
dilakukan oleh setiap anggota kelompok yang menberikan kriteria sebagai faktor penentu
sebesar apa peran dari faktor tersebut dalam proses ini dilakukan Brain Storming dalam
kelompok.

c.

Menentukan factor yang diprioritaskan untuk diintervensi (Priority Whitin Categorietes) dengan
menganalisa melali importance dan change ability, penentuan priority whitin categorietis yang
dilakukan lebih diprioritaskan pada factor yang paling mendasari perilaku yang timbul untuk itu

perlu dianalisa dengan melihat keterkaitan dari factor ersebut dengan perilaku yang diharapkan
bias berubah menjadi lebih baik (importance), selain itu juga harus diperhatikan sulit tidaknya
factor tersebut untuk ditingkatkan (change ability).
d. Penentuan Objective Goal
Objective Goal dari diagnose pendidikan dengan memenuhi syarat 4W dan 1H dan
memperhatikan unsur SMART (spesifik, measurable, arsifable, reasonable, tangible) yaitu
sebagai berikut :
Who

: ibu-ibu yang mempunyai balita

What

: peningkatan pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya

cara pengolahan makanan secara tepat dan sesuai pedoman gizi seimbang
Where

: Dukuh Sedadan Desa Danasari Kecamatan Bojong Kabupaten

When

: akhir bulan juli 2010

Tegal
How much

:

60%

ibu-ibu

sudah

meningkat

pengetahuan

dan

kesadaran tentang cara pengolahan makanan secara tepat sesuai dengan gizi seimbang
Objective Goal :
Pada akhir bulan juli 2010 sebanyak 60% ibu-ibu yang mempunyai

balita di Dukuh

Sedadang Desa Danasari Kecamatan Bojong telah meningkat pengetahuan dan kesadaran
tentang pentingnya cara pengolahan makanan secara tepat sesuai dengan pedoman gizi
seimbang.
F. Penetapan Strategi Pendidikan
Merupakan phase dimana metode-metode yang akan digunakan dipilih. Pemilihan metode
ini sangatlah tergantung pada objective goal yang telah dibuat pada phase IV. Dibawah ini
adalah berbagai macam metode pendidikan yang digunakan dalam proses pendidikan
kesehatan masyarakat:
1.

Ceramah dan Tanya jawab (ibu-ibu yang mempunyai balita)

2.

Pemutaran film (ibu-ibu yang mempunyai balita)

3.

Demonstrasi :

a)

ibu-ibu yang mempunyai balita

b) Balita

G. Diagnosa Administrtif
Untuk dapt mencapai strategi pendidikan yang telah ditentukan tersebut diatas perlu
dilakukan tahap-tahap analisa sebagai berikut :
a.

Within program analysis
Kegiatan PKM untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu yang mempunyai balita tentang
cara pengolahan makanan secara tepat sesuai dengan pedoman gizi seimbang di Dukuh

Kebagusan. Intervensi tersebut dilaksanakan oleh mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
dan pendanaan berasal dari iuran mahasiswa.
b.

Within organizational analysis
Kegiatan bisa dilakukan kerjasama lintas program yang ada namun dalam kegiatan PKM ini
tidak dilakukan.

c.

Inter organizational analysis
Kegiatan PKM perlu mengadakan kerjasama dengan sektor lain.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dari data di Dukuh Kebagusan Desa Danasari Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal dapat
ditarik sebagai kesimpulan sebagai berikut :
1. Masalah sosial yang dirasakan masyarakat di Dukuh Kebagusan adalah :
a.
b.

Tingkat pendidikan
Tingkat kesejahteraan

c.
d.
e.
f.

Tingkat pengangguran
Keterjangkauan sarana kesehatan
Keterjangkauan transportasi
Masalah kesehatan (diare, ISPA, sumber air bersih)

Dari diagnosa soaial yang di lakukan di dapatkan prioritas masalah target populasi adalah
kesejahteraaan.
2. Masalah kesehatan yang di dapatkan di Dukuh Kebagusan adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Penyakit ISPA
Diare
Arthritis
Kepadatan rumah
Sanitasi Lingkungan
Keterjangkauan sarana kesehatan

Berdasarkan pertimbangan dengan menggunakan 6 variabel pada diagnosa epidemiologi
diperoleh prioritas utama masalah kesehatan masyarakat yang terdapat di Dukuh Kebagusan
Kabupaten Tegal adalah penyait ISPA.
3.

Berdasarkan diagnosa perilaku yang dilakukan kelompok telah didapatkan prioritas perilaku
yang menyebabkan masalah kesehatan yaitu cara pengolahan makanan, dan pemilihan menu.

4.

Berdasarkan diagnosa pendidikan yang di lakukan kelompok telah didapatkan faktor utama
(Priority Among Kategories) yang mendasari perilaku tersebut terjadi yaitu faktor predisposing
dan yang menjadi faktor prioritas dari faktor predisposing (Priority Within Categories) adalah
menyebabkan masalah kesehatan yaitu pengetahuan tentang pentingnya cara pengolahan
makanan yang benar sesuai dengan gizi seimbang.

5. Alternatif pemecahan masalah yang digunakan adalah pendidikan masyarakat dengan
penyuluhan, demonstrasi, pemutaran film, modifikasi perilaku.
6. Penentuan intervensi masalah kesehatan masyarakat di Dukuh Kebagusan dilakukan dengan
strategi pendidikan sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Penyuluhan tentang ISPA
Penyuluhan tentang cara pengolahan makanan
Pemutaran film berjudul “Cara Pengolahan Makanan”
Demonstrasi penatalaksanaan cara pengolahan makanan secara tepat sesuai dengan gizi

e.

seimbang.
Pengukuran perkembangan dan pertumbuhan balita dengan Denver II

B. Saran.
Dari kesimpulan tersebut saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1.

Masyarakat khususnya ibu-ibu di Dukuh Kebagusan Desa Danasari Kecamatan Bojong
Kabupaten Tegal dapat lebih memperhatikan status gizi balita, ibu-ibu dapat menyiapkan
makanan terlebih dahulu sebelum berangkat kerja, mencuci tangan terlebih dahulu sebelum
mencuci sayur.

2.

Ibu diharapkan tetap memperhatikan proses mencuci tangan, mencuci sayur, memasak
sesuai dengan pedoman gizi seimbang

3.

Ibu di harapkan tetap memperhatikan pemilihan bahan makanan.

BAB V
ANALISA EPIDEMIOLOGI
A. Enam Pertimbangan Diagnosa Epidemiologi
Dari masalah yang terangkum dalam laporan diatas, kami menemukan masalah yang sering
muncul pada masyarakat adalah tentang penyakit ISPA di Dukuh Kebagusan Desa Danasari
Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal.
Besarnya dampak penyakit ISPA yaitu sebesar 82,43% sebanyak 61 penderita pada bulan
Januari 2009 di Desa Danasari. Sedangkan pada bulam Oktober 2009 sebesar 64,15%
sebanyak 34 penderita.

Penentuan prioritas masalah kesehatan dalam diagnosa epidemiologi dilakukan dalam
kelompok kerja dengan mempertimbangkan enam (6) pertimbangan epidemiologi sebagai
berikut :
1.

Hal yang mempunyai dampak terbesar pada kematian, kesakitan, kecacatan, lama hari
kehilangan kerja, biaya rehabilitasi, dan lain-lain (makin besar dampak, skor makin tinggi).

2.

Mengenai siapa saja kelompok beresiko. Apakah mengenai pada anak-anak, ibu-ibu (makin
besar resiko, skor makin tinggi).

3.

Masalah kesehatan yang paling rentan untuk diintervensi (makin rendah cara mengatasinya,
skor makin tinggi).

4.

Masalah yang belum pernah disentuh atau diintervensi (apabila belumpernah, skor makin
tinggi).

5.

Masalah yang mempunyai daya ungkit tinggi dalam meningkatkan status kesehatan (makin
mempunyai daya ungkit, skor makin tinggi).

6.

Masalah yang timbul apakah merupakan prioritas daerah atau nasional (bila merupakan
masalah prioritas daerah atau nasional, skormakin tinggi).

Sehingga menghasilkan tabel analisa epidemiologi sebagai berikut :
Tabel Prioritas Masalah Diagnosa Epidemiologi Masyarakat Dukuh Kebagusan Desa
Danasari Kecamatan Bojong.
No.

Masalah
Kesehatan

Faktor Penentu

Jumlah

Prioritas
Masalah

1
2
3

1

2

3

4

5

6

ISPA

8,16

8,33

6,66

5,83

6,5

4,83

40,31

I

Diare

7

8,16

6,66

4,83

5,5

5

37,15

VI

Artritis

7,33

7,5

6

7,33

6

5,83

39,99

II

8,33

7,5

6,5

6,33

7,16

4

39,82

III

7,66

6,83

6

5,16

6,83

5,66

38,14

IV

7,5

6,33

5,83

6,6

7

4,38

37,65

V

4

Kepadatan

5

Keluarga
Sanitasi
Lingkungan

6

Sarana
Kesehatan

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh prioritas utama masalah kesehatan masyarakat yang
terdapat di Dukuh Kebagusan Kecamatan Bojong adalah ISPA