LITERATUR HADIS DI DUNIA MAYA

LITERATUR HADIS DI DUNIA MAYA
A. Pendahuluan
Sekitar 25 tahunan yang lalu Syuhudi Ismail menulis sebuah buku yang diberi judul
Cara Praktis Mencari Hadis. Buku ini ditulis atas permintaan beberapa kalangan, agar ia

menyusun petunjuk praktis tentang cara mencari hadis pada kitab hadis yang disusun oleh
periwayatnya masing-masing. Menurut pengakuan Syuhudi ada banyak pengkaji hadis
pada masa itu yang mengalami kesulitan untuk mencari hadis yang bersumber langsung
dari literatur induk kitab hadis, sehingga ia dengan suka rela menulis buku tersebut.1
Dari latar belakang penulisan buku di atas, dapat digambarkan bahwa pada masa itu
pencarian hadis harus dilakukan secara manual dan hanya orang-orang tertentu yang bisa
mengakses kitab-kitab tersebut. Di samping karena langkanya kitab-kitab hadis,
terbatasnya kemampuan bahasa, dan cara akses yang sulit itu menjadi penghalang bagi
mereka untuk mengetatahui status sebuah hadis. Beda halnya dengan saat ini, dengan
bantuan tehnologi seperti gadget,computer dan lainnya seseorang dapat dengan mudah
mengakses berbagai literatur terkait hadis. Melalui bantuan mesin pencari Google
seseorang dapat dengan mudah memperoleh referensi hadis dengan jumlah yang sangat
banyak. Hal ini karena telah banyak pemilik situs baik yang mengelola secara pribadi
maupun kolektif “menguploud” kitab-kitab hadis dalam berbagai bentuk, seperti pdf, doc,
software, dan lain-lain. Bahkan situs tertentu menyediakan kitab hadis yang bisa diakses
secara online, seperti islamweb.net dan hadith.al.islam.com. dua situs ini dikelolah oleh

Negara, islamweb.net oleh Kementerian Waqaf dan Urusan Agama Qatar dan
hadith.al.islam.com oleh Kementrian Waqaf Kerajaan Arab Saudi.

1

Syuhudi Ismail, Cara Praktis Mencari Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1989 ), hal. V.

B. Ragam Literatur Hadis
Buku-buku dan catatan kecil dalam literatur hadis yang muncul pertama kali atau
bahkan pada awal abad kedua, dapat dikategorikan menjadi dua kelompok; pertama,
buku-buku yang berisi hadis-hadis Nabi semata, koleksi acak, dan tanpa sistematisasi
bahan. Kedua, buku-buku kecil (catatan) yang berisikan hadis-hadis Nabi yang masih
bercampur dengan keputusan (resmi) yang diarahkan oleh para khalifah dan sahabat
lainnya, bahkan para tabi‟in. Materi-materi ini juga tidak diatur secara sistematis dan
hanya berwujud koleksi acak. keadaan ini berubah sejak akhir abad kedua, di mana trend
keilmuan dan perpustakaan mulai berubah dan buku-buku yang berisikan hanya hadishadis Nabi dengan sitematika tertentu mulai tampak. Berikutnya pada abad ketiga dan
keempat hijriah, kebanyakan buku-buku yang muncul adalah berisikan hadis Nabi
semata-mata.2
Sumber-sumber yang ada mengistilahkan berbegai koleksi para pengumpul hadis
secara beragam. Secara sepintas judul-judul dari antologi hadis ini memperlihatkan

metode yang diterapkan oleh seorang pengumpul hadis terkemuka pada kompilasinya.
Berikut ini akan disajikan ragam literatur hadis dalam kurun waktu abad pertama sampai
ke empat hijriyah. Pembatasan ini dipilih karena abad sesudahnya hanya merupakan
perkembangan lebih lanjut dari format sebelumnya. Miftahul Asror dan Imam Musbikin
dalam bukunya Membedah Hadis Nabi Saw mencatat setidaknya ada 16 ragam literatur
hadis3. Pada makalah ini penulis hanya akan menyebutkan beberapa saja, antara lain:
Pertama, Shahifah, pada mulanya berarti lembaran, kata ini kadang-kadang
dipergunakan untuk arti buku “kecil” atau “brosur” dari sumber-sumber tersebut terlihat
bahwa pada abad 1 H, para ahli hadis menghimpun hadis dan mengistilahkannya dengan
sahifah. Nuskhah, kitab, risalah, dan juz, yang kelihatannya dilakukan tanpa perbedaan

sedikitpun. Hal tersebut dilakukan lantaran para pengumpul memang sengaja
membedakan pemberian nama-nama bagi koleksi mereka. Suatu shahifah biasanya berisi
hadis terlepas dari jumlah dan isinya. Banyak diantara shihafah tersebut berisi hadis
dengan jumlah hadis yang sangat terbatas, namun diyakini sebagian ahli hadis pada masa
awal tersebut memiliki seratus hingga seribu lebih hadis dalam suhuf mereka. Dinatara
kitab Shahifah yang mashur ialah al-Shahifah al-Shadiqah, yang ditulis oleh Abdullah bin
„Amr bin Amr al-„Ash dan al-Shahifah al-Shahihah karya Hammam bin Munabbih.
2


Muhammad Mustafa Azami, Metodologi Kritik Hadis, terj. A. Yamin. (Jakarta: Pustaka Hidayah,
1992),h. 121-122.
3
Miftahul Asror dan Imam Musbikin, Membedah hadits Nabi SAW (Yogyakarta: Pustaka Pelajar:
2015), h. 54-56.

kedua, Jami’ adalah bentuk format kitab yang menghimpun hadis dalam berbagai
masalah, yang biasanya mencakup delapan judul yaitu: al-aqâid, al-ahkâm, al-riqaq dan
al zuhd, adab al-tha’am wa al-syarab wa al-siyar , tafsir, al-tarikh wa al-sirah, al-samail,
al-fitan dan al-manaqib. Diantara kelompok jami‟ yang popular adalah al-Jami’ alShahih karya Al-Bukhori, al-jami’ al-shahih karya Imam Muslim dan al-Jami’ al-Shahih
Wahuwa Sunan al-Tirmidzi karya al-Tirmidzi dan lain-lain.

Ketiga, Sunan, menurut istilah ahli hadis adalah kitab hadis yang disusun
berdasarkan bab-bab fiqih, di dalam kitab ini tidak terdapat hadis mauquf karena hadis
mauquf tidak disebut sebagai sunah namun hanya disebut sebagai hadits. Kitab sunan

banyak sekali macamnya, yang mashur adalah Sunan Abi Daud, Sunan al-Nasa’i, Sunan
Ibn Majah dan lain-lain.

Keempat, Musnad, adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan nama sahabat, atau

dengan kata lain kitab hadis yang menghimpun hadis-hadis sahabat. Dan termasuk
kategori tipe kitab ini ialah Musnad Ahmad bin Hanbal, Musnad Abu Dawud alThayalisy, dan Musnad Baqi’ bin Makhlad.

Kelima, Mu’jam, ialah kitab hadis yang penulisannya menggunakan metode
klasifikasi hadis berdasarkan nama guru, negara, qabilah, yang kemudian sistem
penyusunannya berdasarkan abjad huruf hijaiyah. Termasuk kategori ini Mu’jam alKabîr , Mu’jam al-Ausath, dan Mu’jam al-Saghir , ketiganya merupakan karya al-

Thabrani.
Keenam, Mustadrak, ialah kitab yang menghimpun hadis-hadis yang tidak dimuat
dalam kitab hadis tertentu sesuai dengan syaratnya. Kemudian dimasukkan sebagai
tambahan pada kitab lain. Diantaranya yang paling mashur adalah kitab Mustadrak karya
al-Hakim terhadap dua kitab sahih, yaiu al-Bukhari dan Muslim. Hanya saja ulama hadis
tidak menerima begitu saja pentashihan al-Hakim karena ia tergolong tasahul (bermudahmudahan) dalam mensahihkan hadis.
Ketujuh, Mustakhraj, ialah kitab hadis yang disusun oleh pengaranya dengan
sanadnya sendiri, bukan sanad pemilik kitab yang ditakhrij, namun keduanya bertemu
pada satu guru yang sama atau pada perawi di atasnya. Termasuk dalam kategori kitab ini
ialah kitab Mustakrajat Abu Awanah terhadap kitab Shahih Muslim dan kitab
Mustakrajat Abu Bakar al-Ismaili terhadap kitab Shahih al-Bukhari, serta kitab
Mustakhrajat Abu Ali al-Thusi terhadap kitab al-Turmudzi.


Kedelapan, Mushannaf, adalah kitab yang disusun berdasarkan bab-bab fiqih dan
memuat hadis marfu‟ mauquf, dan maqthu‟. Jadi di dalam mushannaf terdapat hadis nabi,

pendapat sahabat, tabi‟in dan terkadang fatwa tabi‟in al-tabi‟in. perbedaan kitab ini
dengan kitab sunan ialah bahwa Mushannaf mengandung hadis marfu’, mauquf, dan
maqhtu’, sedangkan Sunan hanya memuat hadis marfu’ dan sedikit sekali hadis yang
mauquf.

Kesembilan, Athraf, ialah kitab yang di dalamnya disebut sebagian saja lafaz hadis
yang menunjukkan kepada selanjutnya, lalu diterangkan segala sanad hadis itu, sebagian
atau semuanya. Para penyusun kitab Athraf selain tidak mempersoalkan isi permasalahan
sebagaimana Mushannaf, juga tidak mempermasalahkan perawinya seperti musnad.
Mereka hanya sekedar menyebutkan berbagai uraian singkat dari hadis-hadis atau juduljudul serta isnad-isnadnya dan rujukan kepada kitab (bab) dan bab (sub bab) dalam
koleksi tertentu yang berkaitan dengan Athraf itu sendiri.
Kesepuluh, Juz ialah koleksi hadis berdasarkan otoritas seseorang baik sahabat atau
geneasi sesudahnya dan terkadang menghimpun hadis tentang masalah tertentu. Jadi
format juz ialah kitab yang meriwayatkan hadis dari seorang sahabat saja atau generasi
sesudahnya, seperti Juz Abi Bakar, yang dikumpulkan oleh Abu Burdah al-Tabi‟iy atau
hadis yang berpautan dengan masalah tertentu saja, seperti al-Juz fi Qiyam al-Lail karya
al-Marwazi.4

Kesebelas, Muwaththa’, secara bahasa berarti yang dimudahkan dan dipersiapkan,
menurut istilah berarti kitab yang disusun berdasarkan bab-bab fiqih dan memuat hadis
marfu’, mauquf, dan maqthu’. Kitab ini identik dengan Mushonnaf, meski berbeda
namanya.

Disebut

Muwaththa’

karena

pengarangnya

telah

memudahkan

dan

mempersiapkannya kepada masyarakat. Di antara kitab Muwaththa‟ ini adalah alMuwaththa’ karya Imam Malik, al-Muwaththa’ karya Ibn Abi Dzi‟b dan Ibn al-Madaniy,

dan al-Muwaththa’ karya al-Marwaziy.
Keduabelas, Risalah atau disebut juga kitab, adalah kumpulan hadis yang
menyangkut satu topic tertentu. Zaid bin Tsabit, seorang sekretaris Nabi Saw. Dan paham
bahasa Ibrani dan beberapa bahasa lainnya, memeberi nama koleksi hadis yang berkaitan
dengan warisan dengan nama kitab al-Fara’idh. Di kalangan tabi‟in misalnya dikenal
Amir al-Sya‟biy yang memiliki catatan himpunan hadis tentang ketentuan talak, dan
sejumlah ahli hadis di kalangan sahabat, tabi‟in, dan generasi sesudahnya menyusun
Rasa’il atau kutub dalam topik-topik tertentu.

4

Muhammad Alawy al-Maliki, Ilmu Ushul al-Hadits, terj. Adnan Qohar. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009 ), cet. Ke-2. h. 245.

C. Leratur Hadis Di Dunia Maya
Kehadiran internet (baca: dunia maya) telah banyak membawa perubahan. Berbagai
tata kerja yang sebelum kehadiran internet telah memakan waktu yang cukup panjang,
maka setelah internet hadir tata kerja itu menjadi sangat praktis dan cepat. saat ini,
internet juga menyentuh berbagai hal yang berhubungan dengan hadis. Hal ini bisa dilihat
dari banyaknya situs internet yang menyediakan berbagai macam literatur hadis baik yang

terkait dengan riwayat maupun dirayat hadis.
Kitab-kitab hadis seperti sahih al bukhari, sahih muslim dan kitab induk yang lainya
dapat dengan mudah ditemukan di dunia maya, terutama di situs-situs yang secara khusus
menyediakan referensi studi keislaman seperti tafsir, hadis, fiqih, dan disiplin ilmu yang
lainnya. Khusus literature hadis penulis akan menunjukkan beberapa situs yang
menyediakan kitab-kitab hadis, sepeti kitab induk (primer), ilmu hadis, syarah hadis dan
lainnya. Semua literatur tersebut bisa diperoleh dari beberapa situs antara lain
islamweb.net, hadith.al-islam.com, dan www.saaid.net.
1. Islamweb.net
Situs ini didirikan pada tahun 1998 oleh Kementerian Wakaf dan Urusan
Agama Qatar. Terdiri dari kolom artikel, fatwa, multimedia, ensiklopedi atau
ebook, dan kolom khusus anak (banîn wa banât). Bisa diakses melaui beberapa
bahasa antara lain, arab, inggris, prancis, jerman, dan spanyol. Dalam catatan
Wikipedia situs ini pada tahun 2011 telah dikunjungi oleh 70 juta pengunjung.
Situs ini menyediakan berbagai literatur ilmu keislaman, seperti Al-Quran
dan ilmu terkait, hadis, dan fiqih. Terkait dengan hadis, ada banyak literatur hadis
yang bisa diakses di dalam situs ini, ada yang berbentuk software seperti jawami’
al kalim, ada pula yang bisa diakses secara online seperti mauqi’ mausu’ah al
hadis dan versi offline seperti mausu’ah al hadits al-syarif. Literatur hadis yang


tersedia dalam bentuk online terdapat 1399 kitab, terdiri dari kitab-kitab sunan
wamuwatthoât terdapat 19 kitab, shohhâh wamustakhrojât terdapat 9 kitab,
mushonnaf wajawami terdapat 4 kitab, masanîd 48 kitab, ma’ajim wamasyaikhat

terdapat 94 kitab, tarâjîm watawârikh terdapat 76 kitab dan lain-lain. Selain
dikelompokkan berdasarkan klasifikasi atau ragam literatur hadis, kitab-kitab
hadis di situs ini juga dikelompokkan secara alfabetis, di mana kitab-kitab yang
mempunyai huruf yang sama akan dikelompokkan dalam sebuah kolom qaimah
ism al-kitab yang terdiri atas asma’ al-kitab (nama-nama kitab), ism al-muallif

(nama penyusun), sanah al-nasyr (tahun terbit), dan al-ajzâ’(jumlah juz).

Gambar 1.1
Hadis-hadis yang terdapat dalam literatur hadis di situs islamweb
dilengkapi dengan penjelasan takrij, syawahid, atraf, dan al asânîd. Masingmasing dari penjelasan tersebut memuat kolom tharfu al hadits menampilkan
bagian dari teks hadis, kolom al-sahabi menampilkan nama sahabat yang
meriwayatkan hadis, kolom ism al-kitab menampilkan nama-nama kitab, kolom
ufuq dan al-‘azw menunjukkan nomor hadis, kolom al- mushonnif menampilkan

nama penulis kitab hadis, dan kolom sanah al-wafat menampilkan tahun wafat

dari ulama yang menulis kitab hadis terkait.

Gambar 1.2

Kitab-kitab hadis yang terdapat di situs ini terintegrasi antara yang satu
dengan yang lainnya, di mana jika ada hadis yang mempunyai unsur kesamaan
(lafadz, makna atau perawinya) akan saling menguatkan. Hal ini yang menjadi
kelebihan bagi situs ini di mana hal serupa tidak akan ditemukan di kitab versi
cetak. Dalam versi cetak untuk mengetahui sebuah hadis ada penguat dari hadis
yang lain seorang pembaca harus membaca mu‟jam atau kamus khusus hadis dan
itu membutuhksn waktu yang lama.
2. Hadith.al-islam.com
Situs ini milik departemen wakaf kerajaan Saudi Arabia. Terdiri dari
beberapa kolom ensiklopedi, seperti Al-Quran, Hadis, Fiqih, Sirah, dan Aqidah.
Literatur hadis yang tersedia di situs ini antara lain Kutub al-Tis’ah, meliputi
Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan al-Turmudzi, Sunan al-Nasa’i, Sunan
ibn Majah, Sunan al-Darimi, Muwaththa’ Imam Malik, dan Musnad Ahmad.
Syuruh al-Hadits, meliputi Fath al-Bari Syarh Ibn Hajar al-Asqalani, Shahih
Muslim Syarh al-Nawawi, Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan Turmudzi, „Aunul


Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, Sunan al-Nasa’i Syarh al-Suyuti wa Hasyiyah
al-Sindi, al-Muntaqo Syarh Muwattho’ Imam Malik dan Sunan Ibn Majah bi
Syarh al-Sindi.

Gambar 1.3
Kitab-kitab hadis yang ada pada situs ini tidak dilengkapi dengan takhrij
lengkap sebagaimana yang terdapat pada situs islamweb.net. takhrij hadis hanya
sekedar menampilkan nama kitab, bab (hadis yang dicari) dan nomor hadis.

menu pencariannyapun hanya berdasarkan nomer hadis. Pola ini nyaris sama
dengan pola kerja pada kitab-kitab versi cetak. Di mana hadis bisa diketahui
keberadaannya berdasarkan nomor hadis atau bab-bab tertentu.

Gambar 1.4

D. Kesimpulan

Dari kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa saat ini untuk memperoleh literature
hadis sangatlah mudah. Tidak diperlukan waktu yang lama dan menguras banyak
biasya. Cukup dengan memiliki gadget, dan laptop seseorang sudah bisa mengakses
berbagai literatur hadis dengan mudah dan baiaya yang murah. Hanya dibutuhkan
kemampuan bahasa arab yang baik. Karena sebagian besar literature hadis yang
tersedia berbahasa arab. Situs berbahasa arab yang menyediakan literatur hadis
melimpah salah satunya adalah islamweb.net, situs ini dikelola oleh kementrian waqaf
dan urusan agama Qatar, menampung sekitar 1399 kitab hadis dan ilmu terkait. Ada
juga situs yang dikelola kementrian waqaf arab Saudi, situs ini diberi nama
hadith.alislam.com, tidak banyak literatur hadis yang tersedia dalam situs ini, ada
sekitar 17 kitab hadis, terdiri dari 9 kitab induk hadis dan tujuh kitab syarah.