SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PUBLIC RELATION (2)

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PUBLIC RELATIONS
Humas
seringkali

kependekan

disederhanakan

dari

hubungan

sebagai

masyarakat.

sebuah

Hal

terjemahan


ini
dari

istilah Public Relations(PR). Sebagai ilmu pengetahuan, PR masih
relatif baru bagi masyarakat Indonesia. PR sendiri merupakan
gabungan berbagai imu dan termasuk dalam jajaran ilmu-ilmu sosial
seperti halnya ilmu politik, ekonomi, sejarah, psikologi, sosiologi,
komunikasi dan lain-lain.
Dalam kurun waktu 100 tahun terakhir ini PR mengalami
perkembangan yang sangat cepat. Namun perkembangan PR dalam
setiap negara itu tak sama baik bentuk maupun kualitasnya. Proses
perkembangan PR lebih banyak ditentukan oleh situasi masyarakat
yang kompleks.
PR merupakan pendekatan yang sangat strategis dengan
menggunakan konsep-konsep komunikasi (Kasali, 2005:1). Di masa
mendatang PR diperkiraan akan mengalami pertumbuhan yang luar
biasa. Pemerintah AS mempekerjakan 9000 karyawan di bidang
komunikasi yang ditempatkan di United States Information Agency.
Perkembangan Humas di Dunia

Dalam sejarahnya istilah Public Relations sebagai sebuah teknik
menguat dengan adanya aktivitas yang dilakukan oleh pelopor Ivy
Ledbetter Lee yang tahun 1906 berhasil menanggulangi kelumpuhan
industri batu bara di Amerika Serikat dengan sukes. Atas upayanya ini
ia diangkat menjadi The Father of Public Relations.
Perkembangan
keberadaan

manusia.

PR

sebenarnya

Unsur-unsur

bisa

memberi


dikaitkan
informasi

dengan
kepada

masyarakat,

membujuk

masyarakat,

dan

mengintegrasikan

masyarakat, adalah landasan bagi masyarakat.
Tujuan, teknik, alat dan standar etika berubah-ubah sesuai
dengan berlalunya waktu. Misalnya pada masa suku primitif mereka
menggunakan kekuatan, intimidasi atau persuasi ntuk memelihara

pengawasan terhadap pengikutnya. Atau menggunakan hal-hal yang
bersifat magis, totem (benda-benda keramat), taboo (hal-hal bersifat
tabu), dan kekuatan supranatural.
Penemuan tulisan akan membuat metode persuasi berubah.
Opini

publik

mulai

berperan.

Ketika

era

Mesir

Kuno,


ulama

merupakan pembentuk opini dan pengguna persuasi. Pada saat
Yunani

kuno

mulai

dikembangkan

Olympiade

untuk

bertukar

pendapat dan meningkatkan hubungan dengan rakyat. Evaluasi
mengenai pendapat atau opini publik merupakan perkembangan
terakhir dalam sejarah kemanusiaan.

Dasar-dasar fungsi humas ditemukan dalam revolusi Amerika. Ketika
ada gerakan yang direncanakan dan dilaksanakan. Pada dasarnya,
masing-masing periode perkembangan memiliki perbedaaan dalam
startegi

mempengaruhi

publik,

menciptakan

opini

publik

demi

perkembangan organisasinya.
Berikut gambaran kronologis PR di dunia:
Abad ke-19


: PR di Amerika dan Eropa merupakan program studi
yang

mandiri

didasarkan

perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.
1865-1900

: Publik masih dianggap bodoH

1900-1918

: Publik diberi informasi dan dilayani

pada

1918-1945


: Publik diberi pendidikan dan dihargai

1925

: Di New York, PR sebagai pendidikan tinggi resmi

1928

: Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan
minimal di
fakultas sebagai mata kuliah wajib. Disamping itu

banyak
diadakan kursus-kursus yang bermutu
1945-1968

: Publik mulai terbuka dan banyak mengetahui

1968


: Di Belanda mengalami perkembangan pesat. Ke

arah ilmiah
karena penelitian yang rutin dan kontinyu. Di
Amerika
perkembangannya lebih ke arah bisnis.

1968-1979

:

Publik

dikembangkan

di

berbagai


bidang,

pendekatan tidak
hanya satu aspek saja

1979-1990 : Profesional/internasional memasuki globalisasi dalam
perubahan
mental dan kualitas

1990-sekarang : a. perubahan mental, kualitas, pola pikir, pola
pandang,
sikap

dan pola

perilaku

secara

nasioal/internasional

b. membangun kerjasama secara lokal, nasional,
internasional
c. saling belajar di bidang politik, ekonomi, sosial
budaya,
Iptek,

sesuai

dengan

kebutuhan

era

global/informasi
Asal Mula Istilah
Pengertian :
1. Hubungan dengan masyarakat luas baik melalui publisitas
khususnya fungsi-fungsi organisasi dan sebagainya terkait
dengan

usaha

menciptakan

opini

publik

dan

citra

yang

menyenangkan untuk dirinya sendiri (Webster’s New World
Dictionary)
2. Fungsi

manajemen

yang

mengevaluasi

sikap

publik,

mengidentifikasi kebijaksanan dan prosedur seorang individu
atau

organisasi

berdasarkan

kepentingan

publik

dan

menjalankan suatu program untuk mendapatkan pengertian dan
penerimaan publik (Public Relations News)
3. Filsafat

sosial

dan

manajemen

yang

dinyatakan

dalam

kebijaksanaan beserta pelaksaannya yang melalui interpretasi
yang peka mengenai peristiwa-peristiwa berdasarkan pada
komunikasi dua arah dengan publiknya, berusaha memperoleh
saling pengertian dan itikad baik (Moore, 2004: 6).

Public Relations yang diterjemahkan menjadi hubungan masyarakat
(humas) mempunyai dua pengertian. Pertama, humas dalam artian
sebagai teknik komunikasi atau technique
kedua,

humas

sebagai metode

communication(Abdurrahman,
Relations sebenarnya

komunikasi
1993:

berkenaan

of communication dan
10).

dengan

atau method

of

Konsep Public

kegiatan

penciptaan

pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan
tersebut akan muncul perubahan yang berdampak (lihat Jefkins, 2004:
2).
Public Relations menyangkut suatu bentuk komunikasi yang berlaku
untuk semua organisasi (non profit - komersial, publik- privat,
pemerintah

-

swasta).

Artinya Public

Relations jauh

lebih

luas

ketimbang pemasaran dan periklanan atau propaganda, dan telah
lebih awal.
Dewasa ini, Public Relations harus berhadapan dengan fakta yang
sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu buruk, baik, atau tanpa
pengaruh yang jelas. Karena itu, staf Public Relations dituntut mampu
menjadikan orang-orang lain memahami suatu pesan, demi menjaga
reputasi atau citra lembaga yang diwakilinya.

Bahan

Bacaan

:

Abdurrachman, Oemi. 1993. Dasar-dasar Public Relations. Bandung:
Citra

Aditya

Bakti

Effendy, Onong Uchjana. 1999. Hubungan
Study

Komunikologis.

Cetakan

ke

lima.

Masyarakat.
Bandung:

Suatu
Remaja

Rosdakarya.
Jefkins, Frank dan Daniel Yadin. 1996. Public Relations. Edisi Kelima.

Jakarta:

Erlangga

Kasali, Rhenald. 2005. Manajemen Public Relations. Jakarta: Grafiti
Moore, Frazier. 2004. Humas, Membangun Citra dengan Komunikasi.
Bandung: Rosda.
Sumber

dari

: http://rumakom.wordpress.com/2007/10/05/sejarah-

dan-perkembangan-public-relations/

*******
PUBLIC

RELATION,

TIDAK

SEMUDAH

MEMBALIKKAN

TANGAN
Oleh: Bob Widyahartono MA
Realita dewasa ini menungungkapkan bahwa relasi pemerintah
baik di pusat maupun daerah dengan publik pers, nonpers seperti
masyarakat intelektual/ akademisi dan mahasiswa perguruan tinggi
dan LSM seringkali hambar dan “satu arah” atau masih tipisnya
“pertanggungjawaban sosial “ (stakeholders responsiveness). Strategi
organisasi membutuhkan dukungan PR (Public Relations – selanjutnya
tidak dicetak miring- Red.) yang profesional, etis dan bertanggung
jawab.
Demikian pula relasi DPR, Penegak Hukum dan pebisnis dengan
publiknya. Akibatnya publik ini merasa segan dan tidak sreg untuk
bertanya “apa, mengapa, bagaimana secara kritis/analitik”. Tampak
sekali

belum

lancarnya

keharmonisan

dengan

saling

memberi

komentar, kritik dan berdialog. Mem-bangun dialog demi proses
strategi organisasi yang jelas belum menjadi kebiasaan. De-mi-kian
pula mendiskusikan laporan keuangan tahunan yang sudah diaudit

belum menjadi kebiasaan untuk mencari masukan perbaik-an masa
mendatangnya.
Interaksi dalam Public Relations yang selama ini terjadi,
sifatnya insidental dan reaktif serta terlalu formal dan terstruktur.
Keluwesan dan tercapainya proses komunikasi dwi arah tidak ada dan
kaku dengan masing pasing reaktif kurang responsif dwi arah.
Memang selama ini kritik dianggap perlawanan yang harus ditekan
atau tidak dianggap layak untuk diajak komunikasi dwi-arah/dialog
yang segar, penuh senyum meskipun serius.
Praktek “Public Relations” (pakai “s”) seringkali menimbulkan
salah pemahaman (mi-sunderstanding). Karena itu kita semua perlu
menyimak definisi yang tepat dan sudah diakui secara internasional
dari Institute of Public Relations, Inggeris :“Praktek Public Relations
merupakan upaya yang sengaja, direncanakan dan berkesinambungan
untuk membangun dan memelihara saling pengertian antara sebuah
organisasi

dengan

aneka

publiknya”

(Public

relations

is

the

deliberate, planned and sustained effort to establish and maintain
mutual understanding between an organization and its public).
Tiga kata “sengaja, direncanakan dan berkesinambungan”
adalah penting sekali. Dengan mengambil definisi yang sudah banyak
diterima secara internasional, maka kita makin meyakini bahwa
definisi ini bukanlah tabu bagi setiap organisasi publik pemerintahan
termasuk organisasi bisnis menengah dan besar kita. Jadi kalau
dikatakan “sengaja” berarti tidak amburadul, tetapi harus memiliki
suatu maksud yang tepat. Bukan reaktif sifatnya, tetapi upaya yang
direncanakan dan berkesinambungan.
Yang pasti, maksud (purpose) upaya public relations adalah
membangun saling pengertian dan komunikasi dwi arah antara

organisasi dan publiknya. Yang juga pasti adalah bahwa upaya ini
tidak melulu gebyar-gebyar yang bertolak belakang dengan realita
citra organisasi. Melakukan penekanan dan intimidasi pada publiknya
bertentangan dengan moralita/etika profesi Public Relations.
Bisa saja karena kompetensi dan kredibilitas pelakunya atau
yang dikenal sebagai PRO (Public Relations Officer) yang masih di
bawah standar karena hanya satu dua yang memiliki kompetensi
profesional. PRO profesional berani keluar dari sarangnya dan
bergaul akrab tanpa kekakuan jarak
Dengan kompetensi profesional itu “Public Relations” itu
samasekali tidak boleh bersikap/ berperilaku : tidak etis, tidak benar,
hanya bisa ber-publisitas murahan, berat sebelah, menumbuhkan
kekecewaan karena janji dan memberi ekspektasi yang tidak realistik”
Selama ini saya melihat bahwa pemahaman Public Relations
(yang di Indone-siakan sebagai “Hubungan Masyarakat (Humas)
secara kurang tepat) dan kompetensi yang dibutuhkan seorang PRO
masih di bawah profesional. Pelaku Public Relations kita yang
bersikap reaktif/bohong dan menutup tutupi (cover up) pasti tidak
berhasil dengan fungsinya dan menjadi bahan tertawaan publiknya
(meskipun tidak secara terbuka).
Seorang pimpinan yang menunjuk seorang atau beberapa PRO
yang hanya bisanya komunikasi satu arah di mana publik harus
manggut-manggut takut dan dibentak-bentak, berarti pemimpin itu
gagal

dalam

memahami

fungsi

Public

Relations.

Kalau

gagal,

pemimpin harus mengulangi kembali pencarian talenta (search for
talents) yang benar benar menjiwai fungsi itu.

Secara profesional lima kompetensi dan kredibilitas merupakan
tuntutan

:

Pertama, seni berkomunikasi. Ini pasti berarti kemampuan menjadi
pendengar dan ketrampilan menyampaikan pendapat/pandangannya
secara tertulis dan lisan dialogis.Tidaklah mudah menjadi pendengar
yang baik, karena orang biasanya lebih suka berbicara, apalagi kalau
biasanya menjadi pimpinan yang otoriter. Egoisme pribadi biasanya
mencuat menjadi senang sekali mendengarkan suaranya sendiri
senang sekali dipuji dan mengabaikan pendengar yang sudah
berkorban waktu untuk itu. Pemanfaatan sarana media komunikasi
modern (pers cetak dan elektronik) secara profesional adalah sangat
penting dan bukanlah tuntutan yang dicari-cari.
Kedua, kemampuan mengorganisir. Kemampuan ini tidak hanya
menjadwalkan pertemuan, memprogram acara pertemuan, tetapi
justru mengantisipasi komunikasi dwi arah yang subur, sekalipun
dengan kritik yang tajam tetapi bersahabat. Kecermatan untuk
langkah-langkah
Keteraturan

yang

mendetail

mengorganisasikan

karena
pertemuan,

mewakili

organisasi.

kunjungan,

dialog,

sponsorship tanpa terlalu menonjolkan diri dsb. haruslah termasuk
kemampuan itu.
Ketiga, kemampuan bergaul dengan orang/publik . Di sini
ketrampilan tukar pikiran dialogis dengan berbagai publik dari segala
lapisan. Dasarnya menghargai publik dan tidak menjauhinya atau
membentak-bentaki publik. Tidak selalu seorang PRO itu benar
apalagi kalau ingin menutupi (cover up) suatu kejadian yang fatal.
Taruhannya adalah citra organisasi yang diwakilinya. Di sini berlaku
“propaganda ends, when friendly, fair and firm dialog starts”.
Ke-empat, integritas pribadi. Sekalipun harus mengungkapkan
citra organisasinya betapa pun kurang sukses atau penuh kelemahan,

harus tetap memiliki integritas. Integri-tas itu mencuat karena dapat
diandalkan

(reliability),

dan

tidak

memihak

dalam

menyajikan

informasi (impartiality of his information), membangun respek karena
profesionalismenya. Boleh saja tadinya profesional di bidang lain,
tetapi kalau tidak profesional dalam Public Relations, sebaiknya
“menggugat diri” apakah fungsi itu tepat baginya.
Kelima, memiliki kualifikasi seorang manusia yang kreatif,
mampu

memecahkan

masalah,

dan

imajinasi

untuk

membuat

komunikasi dwi arah dengan berbagai publik itu konstruktif dan
menyenangkan publik yang kritis analitis.
Menjadi PRO profesional itu bukan dadakan hanya dengan hasil
mengikuti kursus pendek 1-2 bulan dengan hanya mengejar ijazah
yang dipajang di tembok kantornya. Pengetahuan dasar harus diberi
muatan secara kontinu. Seorang PRO harus berani menelan pil yang
pahit, tidak enak karena menerima kritik yang sulit dibantah
kebenarannya. Ketrampilan dasar menyusun press release, menjamu
publik, mengadakan pertemuan dengan publik yang dipilih barulah
suatu langkah pertama ketrampilan teoretik dan banyak abstraknya.
PR menjadi efektif apabila mampu membangun komunikasi dwiarah baik melalui media maupun langsung dengan mendatangi publik
publik yang dimaksud untuk memahami tekad itu. Proses pembaruan
pengetahuan, sikap dan profesionalisme etis harus berkesinambungan
tanpa banyak gebyar-gebyar
****
Pengamat
FE USAKTI

Ekonomi

&

Dosen

Sumber

dimbil

dari :http://www.sinarharapan.co.id/berita/0107/18/opi02.html
Rabu, 18 Juli 2001

*******

"Public Relations itu sangat luas artinya," ujar sumber CyberJob, Siska Widyawati, yang
pernah mengecap pengalaman 5 tahun sebagai seorang PR di sebuah agensi periklanan
besar di Jakarta Pusat. Di sana (Amerika-Red), hampir di setiap perusahaan memiliki
seorang PR, karena mereka sudah mengerti betul seluk beluk tugas seorang PR. Tapi di
Indonesia, PR biasanya hanya dimaknai sebagai tenaga marketing, atau sebagai juru siar.
Tugas-tugas inti seorang PR
"Public relations bukan hanya seorang juru siar," ujar Siska. Berikut Siska memaparkan
beberapa job

description PR

yang

disebutnya

sebagai "nature

of

work".

1. Reputasi, keberuntungan, bahkan eksistensi lanjutan dari sebuah perusahaan,
dapat bergantung dari keberhasilan PR menafsirkan target publik untuk
mendukung tujuan dan kebijakan dari perusahaan yang
bersangkutan.

Seorang

PR specialiast menyajikan

hal

tersebut sebagaimana halnya seorang penasihat dalam bidang bisnis, asosiasi nonprofit, universitas, rumah sakit dan organisasi lain. Selain itu, mereka juga
membangun dan memelihara hubungan positif dengan publik.

2. Seorang PR mengurus fungsi-fungsi organisasi, seperti menghadapi media,

komunitas dan konsumen. Dalam hubungannya dengan pemerintah, mereka
mengurus kampanye politik, representasi para interest-group, sebagai conflictmediation, atau mengurus hubungan antara perusahaan tempat mereka bekerja
dengan para investor. Seorang PR tidak hanya berfungsi untuk "mengatakan
sejarah organisasi", tapi mereka juga dituntut untuk mengerti tingkah-laku dan
memperhatikan konsumen, karyawan dan kelompok lain yang juga merupakan
bagian dari deskripsi kerjanya. Untuk meningkatkan komunikasi, seorang PR juga
membangun dan memelihara hubungan yang koperatif dengan wakil-wakil
komunitas, konsumen, karyawan dan public interest group, juga dengan perwalian
dari media cetak dan broadcast.

3. Seorang PR menyampaikan informasi pada publik, interest group, pemegang
saham, mengenai kebijakan, aktivitas dan prestasi dari sebuah organisasi. Tugas
tersebut juga berhubungan dengan mengupayakan pihak manajemen untuk supaya
tetap sadar terhadap tingkah laku publik dan menaruh perhatian terhadap grupgrup

dan

organisasi,

dengan

siapa

mereka

biasa

berhubungan.

4. Seorang PR menyiapkan pers rilis dan menghubungi orang-orang di media,
yang sekiranya dapat menerbitkan atau menyiarkan material mereka. Banyak
laporan khusus di radio atau televisi, berita di koran dan artikel di majalah,
bermula

dari

meja

seorang

PR.

5. Seorang PR juga mengatur dan mengumpulkan program-program untuk
memelihara dan mempertahankan kontak antara perwalian organisasi dan publik.
Mereka mengatur speaking engagement, pidato untuk kepentingan sebuah
perusahaan, membuat film, slide, atau presentasi visual lain dalam meeting dan
merencanakan konvensi. Sebagai tambahan, mereka juga bertanggung jawab
menyiapkan annual reports dan menulis proposal untuk proyek-proyek yang
beragam.

6. Dalam pemerintahan, seorang PR--yang kemungkinan akan disebut sebagai
"sekretaris

pers",

"information

officer",

"public

affair

specialist"

atau

"communications specialist", bertugas menginformasikan pada publik mengenai
aktivitas yang dilakukan agen-agen pemerintah dan pegawai-pegawai resminya.
7. PR yang berurusan dengan publisitas untuk individual, atau mereka yang
menangani public relations untuk organisasi kecil, kemungkinan akan berurusan
dengan semua aspek pekerjaan. Mereka akan menghubungi orang-orang,
merencanakan dan melakukan penelitian dan menyiapkan material untuk
distribusi. Mereka juga mengurusi pekerjaan advertising atau sales promotion
untuk

mendukung

kegiatan

marketing.

sumber : cbn.net.id

*******

PERSPEKTIF PUBLIC RELATIONS
Pendahuluan
Dilihat

dari

perkembangan

sejarahnya,

berkomunikasi

untuk

mempengaruhi cara pandang dan perilaku seseorang sudah dimulai
sejak dahulu kala. Dari situs – situs yang ditemukan oleh para
arkeologis di Irak pada abad 18, tampak bahwa usaha melakukan hal
ini sudah dilakukan. Pada masa Yunani dan di abad pertengahan masa
kejayaan Romawi, ide mengenai "opini publik sudah muncul. Hal ini

tampak pada slogan Vox Populi, Vox dei (the voice of the people is the
voice of God). Public Relations sudah mulai digunakan berabad – abad
lalu di Inggris. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya konsep
memerlukan

pihak

ketiga

sebagai

fasilitator

komunikasi

dan

penyelaras anantara pemerintah dan rakyatnya.

Pada perkembangannya konsep Public Relations di Amerika dimulai
sekitar tahun 1900 an yang dipelopori oleh Ivy Lee dengan " The
Declaration of Principles". Ivy Lee dianggap sebagai " the father of
Public Relations" karena deklarasi asasnya itu, meskipun demikian
sebetulnya konsep Public Relations di Amerika sudah ada sejak tahun
1850.( Broom, 2000; 102).

Public Relations di Indonesia sendiri dimulai sejak tahun1950.
Perkembangan

hubungan

masyarakat

di

Indonesia

bergerak

menyertai kondisi politik dan kenegaraan saat itu. Pada waktu itu
pemerintah Indonesia menyadari perlunya rakyata Indonesia untuk
mengetahui segala perkembangan yang terjadi sejak pengakuan
kedaulatan Indonesia oleh kerajaan Belanda. Berawal dari pemikiran
tersebut maka kegiatan kehumasan mulai dilembagakan dengan
menyandang nama hubungan masyarakat karena kegiatan yang
dilakukan lebih banyak untuk ke luar organisasi (Onong, 1991; 12)

Pentingnya memahami sejarah perkembangan Public Relations adalah
untuk

mengawali

pemahaman

terhadap

perkembangan

PR

di

Indonesia. Jika dilihat dari sejarahnya sebetulnya, PR di Indonesia
dimulai sangat jauh dari yang sudah dilakukan oleh pemikir-pemikir di

Eropa atau Amerika bahkan Australia. PR di Indonesia dimulai di
tahun 1950 an dengan konsep yang berbeda dengan konsep yang
dianut di negara lain. Berdasarkan pengamatan peneliti dan juga
seperti yang diungkapkan oleh Elizabeth Goenawan Anantao dalam
Public Relations In Asia an Anthology, Public Relations di Indonesia
belum terlalu pesat perkembangannya (Ananto, 2004; 265)

Public Relations digunakan oleh pihak swasta di Indonesia pertama
kali oleh PERTAMINA, sebuah perusahaan minyak. Public Relations di
Indonesia memang sudah banyak digunakan baik itu di pihak
pemerintah maupun swasta di berbagai sektor. Konsep Public
Relations dipahami dan digunakan oleh pihak – pihak tersebut dengan
berbagai

macam

pemahaman

dan

berbagai

macam

bentuk

implementasinya.

Dari hari ke hari PR di Indonesia mulai berkembang seiring dengan
perkembangan PR di dunia atau Asia. Menurut Rhenald Kasali dalam
bukunya

Manajemen

PR

disebutkan

bahwa

Public

Relations

digunakan untuk kepentingan usaha dalam bentuk seperti Olimpiade
Korea Selatan, Glassnot Perestroika, Kasus Lemak Babi 1988,dll.
Olimpiade yang diselenggarakan oleh tuan rumah Korea Selatan di
tahun 1988 menggunakan salah satu jasa konsultan PR. Olimpiade
adalah suatu event international yang waktu ini masih sangat greget
dimana seluruh perhatian orang tertuju ke sana. Sebagai tuan rumah
Korea Selatan ingin bangkit menunjukkan eksitensi dirinya yang
memang salah satu keinginannya adalah membuka pasar di dunia
untuk memasarakan produk – produknya.

Glasnost dan Perestroika merupakan kampanye PR dalam karya
politik

sebuah

negara.

Untuk

mengubah

negaranya,

Michael

Gorbachev melontarkan konsep ini untuk mengubah persepsi dunia
tentang Uni Soviet dan membuka bangsanya bagi dunia luar.

Kasus – kasus tersebut adalah kasus – kasus yang terjadi hampir 20
tahun yang lalu. Sementara ini masih hangat di tahun 2000 an pada
saat negara – negara di Asia terjadi krisis SARS, Hongkong dan
Singapura menangani khusus pemulihan citra wisata negaranya
dengan menyewa seorang konsultan PR.
Dari kasus – kasus yang ada sebetulnya tampak bahwa PR adalah
sebuah

fungsi

komunikasi

yang

terencana,

tetapi

memang

kenyataannya masih banyak salah pandang mengenai hal ini.
KESALAH PENGERTIAN TENTANG PR
1.PR adalah Personal Relation
Untuk menjadi PR harus memiliki kemampuan membina hubungan
secara pribadi. Hal ini tidak seluruhnya salah tetapi bukan itu saja
tugas dari seorang PR

2.PR adalah propaganda
Memang awal mula akar dari PR dari perang (lihat sejarah di atas).
Pada masa perang memang PR digunakan untuk mengirim pesan yang

salah untuk mematahkan semangat lawan. Propaganda dilakukan
sepihak dan untuk kepentingan kemenangan satu pihak.

3. PR adalah Publisitas
Hal ini tampak pada lembaga pemerintah. Lembaga pemerintah lebih
banyak menggunakan PR nya untuk hal ini. PR tidak lebih digunakan
sebagai "press relations" yang tugasnya hanyalah mempublikasikan
kebijakan

pemerintah,

menyusun

jadwal

temu

wartawan

serta

membawa wartawan turut kunjungan ke daerah – daerah.

4. PR adalah iklan gratis
Berita yang dimuat di media dianggap sebagai iklan gratis sehingga
banyak praktisi pemasaran berupaya memanfaatkan publikasi pers
untuk mendapatkan keuntungan beriklan secara gratis. Padahal
seperti diketahui bukan itu tujuan PR dan bukan itu pula tujuan
berita.

5. PR adalah menjual senyum
Untuk menjadi PR harus cantik, pandai ha ha hi hi. Jika hanya ini yang
dilakukan oleh PR maka sebuah perusahaan pasti akan kehilangan
pamornya, apalagi di masa krisis. Pandangan seperti ini bahkan PR
seperti yang no 1 masih banyak terjagi bahkan seperti baru – baru ini
(sekitar 1 tahun yang lalu), media massa pernah mengangkat isue
bahwa PR disamakan dengan hostess, dan frekuensi munculnya isu itu
cukup sering. Memang media yang menayangkan hal itu bukan media

terkemuka tetapi paling tidak masih ada tertancap di benak pembuat
berita bahwa PR hanyalah sebatas senyum dan obral kemampuan
personal.
PR sebagai Fungsi Manajemen
Lebih lanjut lagi supaya tidak terjebak dengan kesalahpengertian
perlu digali definis – definisi tentang PR. Adapun definisi yang ada
adalah sebagai berikut:
1. Cutlip and Center mendefinisikan Public Relations sebagai
fungsi manajemen yaitu mengidentifikasi, memantapkan serta
membina
organisasi

hubungan
dengan

yang

saling

publiknya

baik

menguntungkan

antara

dalam

sukses

keadaan

maupun gagal.
2. Grunig mengembangkan definisi tersebut menjadi manajemen
komunikasi antara organisasi dan publiknya.
3. Lawrence

W.Long

dan

Vincent

Hazelton

mengembangkan

sebuah definisi baru yang lebih modern dan memadai bahwa
Public Relations adalah fungsi komunikasi melalui adaptasi
organisasi,

mengubah

atau

membina

hubungan

dengan

lingkungan dengan tujuan bersama-sama mencapai tujuan dari
organisasi.

Pendekatan

ini

menggambarkan

bahwa

Public

Relations adalah lebih dari sekedar mempersuasi melainkan
juga membantu mengembangkan kondisi komunikasi terbuka,
saling pengertian/saling memahami dengan didasari ide bahwa
organisasi juga mau berubah (dalam proses berperilaku dan
bersikap) tidak hanya sebagi sasaran khalayak saja. Dapat
dikatakan

bahwa

perusahaan

dimungkinkan

mengubah

kebijakan sebagai hasil tindak lanjut dari dialog dengan
lingkungannya.

Definisi tersebut hanyalah sebagian kecil dari definisi yang ada
tentang PR. Mengacu pada definisi – definisi di atas, memaknai
terminologi "fungsi manajemen" yang ada pada Public Relations,
memiliki arti yang lebih dalam. Arti tersebut memuat jawaban atas
pernyataan, untuk apa fungsi manajemen atau manajemen komunikasi
yang dilakukan oleh Public Relations. Jawaban ini jelas bahwa Public
relations berperan sebagai Pengelola Reputasi Organisasi. bukan
Pemasar/Penjual

dan

bukan

hanya

melulu

memliki

aktifitas

berhubungan dengan media atau seperti yang disebut di atas.

Dari definisi di atas tampak bahwa PR adalah fungsi manajemen
bukan adminsitratif. Secara lebih dalam lagi pada sessi atau mata
kuliah yang lain akan dibahas mengenai posisi PR sebagai koalisi
dominan yang duduk di leher struktur yang bertindak sebagai fungsi
manajemen sehingga kurang tepat jika PR hanya didudukkan sebagai
bagian dari marketing, SDM, atau jika kita lihat di pemerintah tidak
kurang PR atau Humas hanyal bagian dari seksi.
penempatan

PR

ada

beberapa

klasifikasi

Dalam hal

penempatan

dan

pemanfaatan PR pada sebuah organisasi:
1. Beberapa
hirarkhi

organisasi
tinggi

di

menempatkan
perusahaan,

Public

memiliki

Relations
garis

pada

pelaporan

langsung kepada pimpinan atau kepala administrator. Beberapa
menempatkan fungsi Public Relations pada posisi yang lebih
rendah,

memiliki

hubungan

pelaporan

dengan

bagian

pemasaran, personalia, legal atau pengambil keputusan lain di
tingkat yang lebih tinggi.

2. Beberapa organisasi menempatkan Public Relations pada unit
tersendiri

sementara

itu

ada

beberapa

organisasi

yang

menempatkan Public Relations pada beberapa unit dalam
departemen di organisasi.
3. Beberapa

organisasi

menggunakan

konsultan

dari

luar

organisasi/perusahaan, beberapa menggunakan Public Relations
dari internal perusahaan bahkan ada yang menggabungkan
keduanya (Grunig,1992;396)

Melihat definisi PR seperti di atas maka tampak bahwa kata kunci
dari PR adalah
1. Kesengajaan: Aktifitas PR adalah aktifitas yang disengaja.
Dibentuk untuk mempengaruhi, meraih pemahaman bersama,
menyediakan informasi, dan mendapatkan umpan balik
2. Terencana: Aktifitas Public Relation adalah terogranisir, pada
kurun waktu tertentu, sistematis, menggunakan riset dan
analisa.
3. Mengutamakan performance: Public Relations yang efektif
didasarkan pada kebijakan aktual dan kinerja.
4. Mengutamakan

kehendak

masyarakat (public

interest):

Aktifitas atau kegiatan Public Relations hendaknya didasarkan
pada tujuan yang saling menguntungkan antara organisasi dan
publiknya.
5. Komunikasi dua arah: Selain menginformasikan sesuatu,
Public Relations membutuhkan umpan balik dari khalayaknya
sehingga model komunikasi yang digunakannya adalah dua
arah.
6. Fungsi Manajemen: Public Relations menjadi efektif apabila
menjadi bagian dari keseluruhan manajemen dan didukung oleh

top manajemen. Public Relations berfungsi sebagai konseling
dan pemecah masalah di tingkat top manajemen bukan sekedar
hanya mendesiminasikan informasi setelah keputusan dibuat
(Wilcox, 1998:4-8)

Secara umum PR sebagai fungsi manajemen dan sedikit tentang
keberadaan PR dalam sebuah perusahaan sudah di bahas. Berikut ini
secara khusus akan dibahas apa peran, fungsi, model komunikasi,
aktifitas serta kompetensi yang dibutuhkan bagi seorang PR
Peran PR dalam Organisasi
Sebetulnya memformulasikan apa peran PR dalam organisai bukanlah
hal yang mudah. Beberapa penulis mencoba memetakan bahwa pada
dasarnya peran PR dalam sebuah organisasi adalah sebagai berikut:
1. Communication Tehnician
Beberapa praktisi memasuki dunia PR ini sebagai teknis. Pada tahap
ini kemampuan jurnalistik dan komunikasi sangat diperlukan. PR
diarahkan untuk berperan menulis, menulis news letter, menulis in
house journal, menulis news release, menulis feature, dll. Biasanya
praktisi dalam peran ini tidak hadir pada saat manajemen menemui
kesulitan.

Mereka

tidak

dilibatkan

dalam

manajemen

sebagai

pengambil keputusan. Peran mereka lebih ke arah penulisan tools dan
mengimplementasikan program. Mereka sebagai "the last to know"

2.Expert Prescriber

Praktisi PR sebagai pendefinisi problem, pengembang program dan
memeiliki tanggungjawab penuh untuk mengimplementasikannya.
Mereka sebagai pihak yang pasif. Manajer yang lainnya menyerahkan
tugas komunikasi sepenuhnya ke tangan si "komunikasi" ini sehingga
mereka

dapat

mengerjakan

pekerjaan

mereka

yang

lainnya.Tampaknya bangga karena PR semacam ini dianugerahi
kepercayaan tinggi tetapi karena tidak adanya keterlibatan top
manajemen dalam peran PR maka PR seolah terisolir dari perusahaan.
Ia sibuk sendiri dengan pekerjaannya. Di pihak manajemen mereka
juga menjadi sangat tergantung kepada PR nya. Mereka menjadi
minim komitmen kepada tugas – tugas PR, padahala seperti diketahui
seharusnya tugas PR harusnya dilakukan oleh semua orang yang ada
dalam sebuah perusahaan,

Dalam hal diffusi peran dan fungsi PR sehingga mereka paham spirit
perlunya PR bagi perusahaan menjadi rendah dan tidak akan
tersosialisasi

bahkan

terburuk

akan

hilang

kepercayaan

top

manajemen akan fungsi PR bagi sebuah organisasi. Hal ini akan
terjadi apabila top manajemen banyak merasa dikecewakan oleh PR
yang dianggap mereka sebagai pakar.

3.Communication Facilitator
PR sebagai pendengar setia dan broker informasi. Mereka sebagai
penghubung,

interpreter

dan

mediator

antara

organisasi

dan

publiknya. Mereka mengelola two way communicationnya dengan
cara

membuka

rintangan

komunikasi

yang

ada/yang

terjadi.

Tujuannya dalam hal ini adalah untuk menyediakan kebutuhan dua

belah pihak akan informasi, membuat kesepakatan yang melibatkan
minat keduabelah pihak.

Para pelaku dengan peran ini menempatkan dirinya sebagai sumber
informasi dan sebagai kontak antara organisasi dan publiknya.
Sebagai wasit dari interaksi, memantapkan agenda yang akan
didiskusikan antara dua belah pihak, menyimpulkan pandangan,
bereaksi terhadap kasus, membantu partisipan mendiagnosa masalah,
membantu

menyelesaikan

masalah

yang

berhubungan

dengan

komunikasi. Mereka menjadi boundary spanner antara perusahaan
dan publiknya. Mereka bekerja di bawah asumsi bahwa two way
communication

mampu

meningkatkan

kualitas

pengambilan

keputusan organisasi dan publik dalam hal prosedur, kebijakan, serta
tindakan lain yang berhubungan dengan minat kedua belah pihak.

4.Problem Solving Facilitator
Mereka berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan
memecahkan masalah. Mereka menjadi bagian dalam manajemen
stratejik perusahaan. Bergabung dengan konsultan mulai dari awal
direncanakan program hingga evaluasinya. Membantu manajemen
menerapkan PR sebagai tahapan fungsi manajemen yang sama
dengan kegiatan manajemen yang lain.

PR berfungsi sebagai bagian penting penganalisis situasi, memiliki
peran yang intens dalam pengembangan prosedur, kebijakan, produk
dan aksi perusahaan. Mereka juga memiliki power mengubah sesuatu

yang seharusnya diubah. Mereka harus terlibat dalam segala bentuk
perubahan organisasi.

Melalui peran ini mereka menjadi paham spirit setiap program baik
motivasi maupun tujuan mengapa program harus dilaksanakan,
mereka mensupport perubahan strategis organisasi, keputusan yang
sifatnya taktis dan memiliki komitmen pada perubahan dan mampu
menyediakan

segala

sesuatu

yang

dibutuhkan

dalam

rangka

pencapaian tujuan program.

Mereka dimasukkan sebagai tim manajemen karena mereka mampu
menunjukkan kemampuan dan nilai dalam membantu manajemen
menangani serta menyelesaikan permasalahan
Fungsi dan Model PR
Secara

turun

temurun,

fungsi PR dapat digambarkan sebagai

pengontrol publik, mengarahkan apa yang dipikirkan atau dilakukan
oleh orang lain dalam rangka memuaskan kebutuhan organisasi,
merespon

publik,

mereaksi

pengembangan,

masalah,

mencapai

hubungan yang saling menguntungkan antara publiknya melalui
hubungan yang harmonis. Fungsi ini dekat dengan model PR yang
dipaparkan

oleh

Grunig

dan

Hunt

(1994)

yaitu

the

press

agentry/publicity model; the public information model; the two way
asymmetric model; the two way symmetric model. Secara detail
mengenai model tersebut adalah sebagai berikut:

Pada sejarah perkembangan konsep model Public Relations tampak
bahwa

pada

mulanya

menurut

Erc

Goldman

dalam

Grunig

menyebutkan bahwa Public Relations diawali dengan the public be
fooled era atau press agentry dan public be informed atau public
information era.

Pada awalnya Grunig mengadopsi ide ini tetapi mengelaborasinya
dengan menambahkan mengenai tujuan dan arah komunikasi . Grunig
mengadopsi

ide

Thayer

mengenai

synchronic

dan

diachronic

communicationuntuk menggambarkan dua pendekatan dalam public
relations.

Tujuan

dari

komunikasi

sinkronis

(synchronic

communication) adalah mensikronisasi perilaku publik terhadap
organisasi sehingga organisasi dapat melakukan apa yang diinginkan
tanpa

campur

tangan

dari

publiknya.

Tujuan

dari

komunikasi

diakronik adalah untuk menegosiasikan kebutuhan antara organisasi
dengan publiknya.Pada akhirnya Grunig mengganti istilah synchronic
dan diakronik dengan assymetrical dan symetrical communication.

Grunig and Hunt mengidentifikasi perkembangan sejarah Public
Relations. Pada awalnya Press agentry digunakan oleh praktisi PR di
pertengahan abad 19. Pada awal abad 20 mulai digunakan model the
public information. Keduanya merupakan representasi dari one way
approaches dimana dengan model ini diseminasi informasi lebih
banyak dengan menggunakan media.

Di era berikutnya, dengan dipengaruhi oleh pandangan Perilaku dan
ilmu



ilmu

sosial

dikembangkanlah model

two

way

asymetrical yang menekankan pada propaganda dan manipulasi
publik (meskipun dalam arti yang positif). Memanipulasi di sini berarti
mengelola serta mengarahkan publik kepada tujuan kita melalui cara
memahami motivasi mereka. Selanjutnya dikembangkanlah Two way
symetrical model yang mengarah kepada "telling the truth to public"
.

Model

komunikasi

ini

diterapkan

kepada

publik

dengan

menggunakan penelitian untuk memfasilitasi apa yang diharapkan
oleh publik daripada untuk mengidentifikasi pesan apa yang dapat
digunakan untuk mempersuasi publik.

Grunig memaparkan Model two way symetric adalah pendekatan yang
dapat dikatakan baik dalam public relations. Sejalan dengan konsep
yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa sebuah departemen
dapat dikatakan baik dengan segala karakteristikanya dapat membuat
organisasi menjadi lebih efektif.

Grunig

mengidentifikasi

suatu

teori

normatif

mengenai

Public

Relations yang menganut Two Way Symetric adalah memiliki karakter
1.Adanya saling tergantung dan pembinaan hubungan;
2.Ketergantungan dan pembinaan hubungan tersebut memunculkan
kurangnya konflik, perjuangan, dan saling berbagi misi;
3.Adanya keterbukaan,saling percaya dan saling memahami;
4.Konsep kunci mengenai negosiasi,colaborasi dan mediasi;
5.Perlunya dikembangkan suatu aturan bagi proses dan strategi.

Pemahaman

tersebut

dapat

disarikan

bahwa

komunikasi

yang

harmonis antara Public Relations dengan publiknya akan berjalan
baik jika didukung dengan komunikasi yang jujur untuk memperoleh
kredibilitas, keterbukaan dan konsisten terhadap langkah-langkah
yang

diambil

untuk

memperoleh

keyakinan

orang

lain,adanya

langkah-langkah fair untuk mendapatkan hubungan timbal balik dan
goodwill, komunikasi dua arah yang terus menerus untuk mencegah
keterasingan

dan

untuk

membangun

hubungan

serta

selalu

melakukan evaluasi dan riset terhadap lingkungan untuk menentukan
langkah atau penyesuaian yang dibutuhkan bagi sosial yang harmonis.
Pemilihan model yang tepat sangat tergantung dari struktur sebuah
organisasi dan bagaimana kondisi lingkungan dimana perusahaan
tersebut bertindak.
Aktifitas PR
Pekerjaan PR dapat dikerjakan sendiri atau oleh konsultan, pemilihan
ini

sangat

tergantung

dari

polcy

perusahaan.

Kelebihan

dan

kekurangan dalam penggunaan konsultan dapat dilihat lebih lanjut
dalam tulisan Ida Anggraeni Ananda, Jurnal Visi Komunikasi.
Pada dasarnya aktifitas PR meliputi:
1. Komunikasi: perukaran ide, pendapat atau peasn melalui visual,
lisan atau tulisan
2. Publisitas: diseminasi pesan yang terencana melalui media
tertentu, tanpa bayaran, untuk meningkatkan minat terhadap
perusahaan/organisasi
3. Promosi: aktifitas mengkreasi atau menstimulasi perhatian
terhadap produk, orang, organisasi atau kasus.

4. Press agentry: melalui soft news stories
5. Integrated marketing: fungsi PR pendukung pemasran, tujuan
beriklan sebuah organisasi
6. Manajemen Isue: identifikasi, memonitor aksi publik atau reaksi
publik terhadap organisasi
7. Manajemen krisis: menghadapi krisis, bencana atau kegiatan
negatif yang tidak terencana dan memaksimal ekses positif yang
dapat diraih
8. Public Information offcer: sebagai penghubung antara lembaga
pemerintah, dan media
9. Public Affairs/lobbyist: bekerja mewakili perusahaan untuk
menghadapi politisi, perangkat pemerintah yang berperan
menetukan

kebijakan

dan

undang-undang

untuk

mempertahankan statusquo atau mengubahnya.
10.

Financial Relations: menghadapi dan mengkomunikasikan

informasi kepada pemegang saham atau masyarakat pemodal
11.

Community Relations: memantapkan dan meningkatkan

hubungan antara organisasi dan masyarakat
12.

Internal

Relations:

memantapkan

dan

meningkatkan

hubungan dengan orang – orang yang berada dan memilki
hubungan di dalam organisasi
13.

Industry

Relations:

memantapkan

dan

meningkatkan

hubungan dengan atau atas nama perusahaan dengan industri
14.

Minority

Relations:

memantapkan

dan

meningkatkan

hubungan dengan group minoritas dan individual
15.

Media

Relations:

memantapkan

dan

meningkatkan

memantapkan

dan

meningkatkan

hubungan dengan media
16.

Public

Diplomacy:

hubungan untuk membuka jalur perdagangan, pariwisata dan
kerjasama antar negara

17.

Event

management:

menyiapkan,

merencanakan,

melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam suatu waktu
18.

Sponsorship: menawarkan atau menerima bantuan dana

dengan imbalan public exposure
19.

Cause/Relationship

marketing:

memantapkan

dan

meningkatkan hubungan dengan konsumen
20.

Fund Raising: memantapkan dan meningkatkan hubungan

atas nama sektor non profit untuk mendorong terkumpulnya
dana serta bantuan

Kompetensi PR
Setelah melihat secara sepintas apa itu PR, peran, model, fungsi serta
aktifitasnya maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi PR
bukanlah orang yang sembarangan. Banyak kriteria kompetensi yang
harus dimiliki. Diantaranya adalah:
Lulusan PR hendaknya mampu:
1. Teori PR dan komunikasi untuk mendukung praktek PR
2. Kemampuan menganalisis dan merencanakan
3. Kemampuan teknis dan komunikasi
4. Pemahaman sosial, politik, etis dan hubungannya dengan
program
5. Pemahaman tentang proses dan aplikasi dunia industry

Secara khusus kemampuan yang harus dimiliki:

1. Kemampuan vocational seperti riset, menulis, mendengarkan,
presentasi,dll
2. Memiliki kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain:
interpersonal skills, networking, mendengar
3. Kemampuan profesional: paham mengenai perencanaan dan
taat deadline
4. Memiliki perspektif etika
5. Mengerti teknologi yang dapat digunakan sebagai tools
6. Harus memiliki kemauan belajar tinggi (life long learning)
7. Being thinkers: kemampuan analisis, kritis, strategis, evaluatif,
kreatif dan lateral

Pustaka
Ananda, Ida Anggraeni, Public Relations Sebuah Telaah dari
Sudut Fungsi,
Peran

dan

Kedudukannya

dalam

Organisasi,

Jurnal

Visi

Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi Mercu Buana, Jakarta, 2002
Cutlip, Scott.M, et all, Effective Public Relations, Prentice Hall,
New Jersey, 2000
Grunig,James.E, Excellence

in

Public

Relations

and

Communication Management, Lawrence Erlbaum, New Jersey,
1992
Johnston,

Jane,

Clara

Zawawi, Public

Practice, Allen & Unwin, 2000

Relations

Theory

and

Onong, Uchyana Effendi, Hubungan

Masyarakat Suatu Studi

Komunikologis, Remaja Rosdakarya, 1991
Diposting oleh Ida Anggraeni Ananda di Sabtu, Desember 29, 2007

sumber

dari

: http://idaananda.blogspot.com/2007/11/perspektif-

public-relations.html

********

MAINKAN PERAN PUBLIC RELATIONS
1 Februari, 2008
British

Institute

relations sebagai

of

Public

upaya

Relations melihat

yang

mantap,

berkesinambungan untuk menciptakan dan

fungsi public

berencana

dan

membina pengertian

bersama antara organisasi dan publiknya. Secara lebih spesifik, Pedro
E

Teodhore

menyebut

tujuan
iklim

komunikasi
dan

melalui public

relations adalah

menciptakan

pendapat

umum

yang

menguntungkan

lembaga. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

tercipta harmoni antara lembaga dengan lingkungannya.
Pada hakikatnya dalam melakukan tugas tersebut terdapat dua hal
penting yang perlu diperhatikan, pertama, ada organ yang status dan
perannya melakukan penyebaran dan klarifikasi informasi mengenai
kebijakan lembaga, sekaligus panduan arah kebijakan pemecahan
persoalan di tengah aneka krisis. Peran kehumasan ini sebagai jubir

yang tidak sekadar menyiapkan upacara, menunjuk penyelenggara
berbagai acara, mengumpulkan wartawan, maupun pendamping
pemimpin untuk membawakan map berisi naskah pidato. Dalam
bahasa, Sullivan (2005) fungsi ini merupakan fungsi komunikasi yang
bersifat jangka pendek.
Hal kedua yakni kesiapan manajemen koordinasi antar unit kerja
dalam pelayanan publik sebagai sebuah antispasi terhadap terjadinya
ancaman krisis komunikasi (proaktif). Bisa dilakukan dalam bentuk
konsultasi publik sebagai bagian dari upaya manajeman komunikasi
strategis untuk implementasi kebijakan kelembagaan ke depan.
Sebuah kerja strategi komunikasi, yang memiliki media publik yang
berwibawa dan terakses, diperkuat kinerja kehumasan di berbagai
unit yang terampil, serta kerja pelayanan publik dari birokrasi yang
terintegrasi, yang mengandung manajemen sosial dan psikologi krisis,
hingga mampu melahirkan solidaritas sosial dan partisipasi publik
lewat pemahaman kebijakan.

Sumber

dari

: http://rumakom.wordpress.com/2008/02/01/mainkan-

peran-public-relations/