SILA KELIMA PANCASILA DALAM PENENTUAN HA

SILA KELIMA PANCASILA
DALAM PENENTUAN HARGA BARANG PERTANIAN KEDELAI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian
Indonesia dengan melihat kondisi lingkungan geografis dan ekonomi masyarakat
Indonesia. Kondisi lingkungan geografis Indonesia mendukung untuk diterapkan
usaha dalam sektor pertanian, sehingga sebagian besar masyarakat Indonesia
bermatapencaharian dalam sektor pertanian.seiring dengan berkembangnya
perekonomian bangsa yang mencanangkan masa depan Indonesia menuju era
industrialiasasi tentunya tetap dipertimbangkan pula untuk memperkuat sektor
pertanian.
Sektor pertanian merupakan pilar utama pembangunan perekonomian
Indonesia dikarenakan hampir seluruh kegiatan perekonomian Indonesia berpusat
pada sektor tersebut. Untuk mencapai keberhasilan peningkatan pembangunan
sektor pertanian diperlukan adanya kerjasama antara berbagai kalangan yang
bekecimpung langsung di bidang pertanian baik itu dari pelaku pertanian dalam hal
ini petani, pemerintah, lembaga peneliti, ilmuan, inovator, kalangan akademik
maupun pihak swasta sebagai kalangan industri.
Namun, kerjasama tersebut tidak dapat berjalan dengan baik sehingga

menyebabkan ketidakadilan pada bidang sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari
kasus-kasus yang terjadi seperti kasus penguasaan lahan, impor beras yang
merusak harga bahan pokok lokal, kelangkaan dan mahalnya harga pupuk dan
lain

sebagainya.

Untuk menyelesaikan

permasalahan

tersebut diperlukan

kebijakan, strategi dan upaya dari pemerintah secara optimal dengan dukungan
dari berbagai pihak sehingga sila ke-5 dalam Pancasila yaitu “keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia” dapat terwujud di dalam sektor pertanian Indonesia.
Penulis menilai perlu adanya penelitian tentang penerapan sila ke-5 Pancasila
dalam pertanian dari segi penentuan harga produk pertanian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penentuan harga produk pertanian?

2. Apakah sila ke-5 Pancasila sudah diterapkan dengan baik dalam pertanian?

1

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penentuan harga produk pertanian.
2. Untuk mengetahui penerapan sila ke-5 Pancasila dalam pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keadilan menurut aristoteles adalah kondisi kebenaran ideal secara moral
mengenai suatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar
teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika
Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad ke-20, menyatakan
bahwa "Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial,
sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran"Keadilan adalah kondisi
kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau
orang.
Sedangkan Menurut Plato, keadilan dimaknai sebagai seseorang membatasi
dirinya pada kerja dan tempat dalam hidupnya disesuaikan dengan panggilan
kecakapan “talenta” dan kesanggupan atau kemampuan. Sehingga keadilan

diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dapat dikatakan adil adalah
seseorang yang mampu mengendalikan diri dan perasaannya yang dikendalikan
oleh akal.
Pertanian adalah sejenis proses produksi khusus yang didasarkan atas proses
pertumbuhan tanaman, hewan (satari 1999). Pertanian dalam pengertian yang
luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup
(termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam arti
sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan
untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim.
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga
memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat
usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi
produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang
petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk
mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif (intensive
farming).
Seperti pada bidang yang lainnya, dalam pertanian pun terjadi ketidakadilan
bagi para petani kita. Sehingga banyak bermunculanlah kelompok-kelompok tani
ataupun serikat petani indonesia (SPI) yang semata-mata hanya untuk menuntuk
hak-hak mereka


dan

mewadahi

para
2

petani

kita

supaya

mereka

bisa

menggungkapkan apa yang mereka inginkan dan mengambil kembali hak-hak
yang memang seharusnya menjadi milik mereka.

Banyak orang yang mengatakan bahwa petani kita masih kolot namun
sebenarnya mereka mempunyai pengetahuan yang melebihi meraka para serjana
yang duduk dibangku kuliah, hal ini karena mereka memperoleh pengetahuan dan
ilmu-ilmu itu dari pengalaman mereka selama bertahun-tahun bergemelut dalam
bertani.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Jenis Penelitian
Penulis

menggunakan

jenis

penelitian

Fenomenologi.

Fenomenologi


merupakan penelitian yang mengarahkan peneliti mengenai cara menafsirkan
beragam informasi yang telah digali dan dicatat. Penelitian ini membutuhkan
interpretasi/penafsiran terhadap suatu hal. Teori yang digunakan menyesuaikan
dengan data/informasi yang diperoleh dilapangan.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah wawancara. Peneliti melakukan proses
komunikasi dengan narasumber. Narasumber yang dipilih adalah orang yang
memiliki kompetensi di bidangnya seperti ekonomi dan pertanian.
C. Waktu, Tempat dan Narasumber
Hari/tanggal
Waktu
Lokasi
Narasumber
Pekerjaan

: Sabtu, 11 Oktober 2014
: 11.00 WIB
: Desa Simo, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan
: Bapak Gatot Wijayanto
: Guru, Wirausahawan kedelai, Petani


D. Hasil Wawancara
Pada saat wawancara dilakukan, wilayah sekitar lokasi sedang dalam musim
tanam kedelai. Peneliti menggali informasi tentang kedelai dan permasaahannya.
Dalam beberapa tahun terakhir sejak berakhirnya masa pemerintahan Presiden
Soeharto, kebijakan pemerintah dalam hal petanian disalahgunakan oleh pihak
yang berwenang. Masyarakat tani dibodohi secara tidak sadar dengan dicurangi
dalam penyediaan pupuk, pestisida dan masalah harga produk dan benih
pertanian.
Banyak ditemukan narasumber mengenai pengendalian harga yang curang oleh
oknum terkait. Kelompok tani yang seharusnya menjadi wadah pemerjuang hak
3

petani malah dijadikan lahan kecurangan. Penyuplaian bahan baku pertanian
kedelai seperti benih, pupuk dan pestisida diatur sedemikian rupa supaya meraup
keuntungan yang banyak.
Kondisi yang digambarkan oleh narasumber, sekarang ini petani dipaksa
membeli benih dari pemerintah yang disalurkan melalui kelompok tani yang
kualitas dari benih tersebut kurang baik. Kelompok tani menjual pada petani dalam
harga normal, akan tetapi hal ini merugikan petani karena menurunkan produksi

kedelai. Namun anehnya masih saja diteruskan oleh kelompok tani karena mereka
saharusnya menjual dengan harga yang murah sebab itu barang subsidi. Patani
yang sadar akan hal tersebut berani menolak dan membeli benih dari tampat lain.
Kemudian dalam masalah penjualan hasil produksi pertanian kedelai juga
terdapat masalah. Kedelai hanya ditanam dalam setahun sekali sebagai selingan
jagung dan padi. Sawah yang digunakan pada wilayah sekitar lokasi semua
menggunakan sawah tadah hujan dan kedelai ditanam pada masa awal musim
hujan dalam masa 3 bulan. Pada saat musim panen tiba, patani yang tidak
memiliki lumbung harus segera menjual hasil pertanian tersebut karena jika tidak
akan mengakibatkan kerugian, kedelai akan busuk. Setelah musim panen kedelai
maka musim tanam padi. Jika penanaman kedelai tidak menghasilkan keuntungan
kemungkinan petani yang tidak punya modal akan tidak menanam padi, lahan
tidak diolah. Kesempatan tersebut menjadi peluang pihak yang memikirkan diri
sendiri.
Pembeli datang dan menawarkan harga yang sangat rendah, petani segera
mengiyakan karena hal tersebut sudah dianggap mendesak. Padahal jika petani
mau menjualnya ke pasar maka akan mendapat untung yang lebih banyak.
Pemanfaatan kondisi seperti ini masih banyak terjadi di sekitar lokasi. Patani yang
tidak memiliki pendidikan tentang manajemen hasil pertanian terus dirugikan pada
saat ini, padahal dahulu pada masa pemerintahan Soeharto banyak penyuluh yang

memberikan pendidikan manajemen dan ekonomi pertanian.
E. Analisis
Permasalahan yang berhubungan dengan rumusan masalah adalah yang
diungkapkan narasumber adalah:
“Kelompok tani menjual pada petani dalam harga normal, akan tetapi hal ini
merugikan petani karena menurunkan produksi kedelai. Namun anehnya masih
saja diteruskan oleh kelompok tani karena mereka saharusnya menjual dengan
harga yang murah sebab itu barang subsidi.”
“Pembeli datang dan menawarkan harga yang sangat rendah, petani segera
mengiyakan karena hal tersebut sudah dianggap mendesak. Padahal jika petani
mau menjualnya ke pasar maka akan mendapat untung yang lebih banyak.”
4

Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengendalian harga pada
pertanian kedelai tidak berlangsung dengan sehat. Oknum yang memiliki
kekuasaan melakukan tindakan yang merugikan petani. Sila ke-5 Pancasila
“keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” tidak diindahkan oleh oknum
terlibat. Ketidakadilan terjadi tanpa perlawanan yang berarti sehingga membuat
oknum


yang

melakukan

ketidakadilan

masih

santai

melakukan

aksinya.

Seharusnya sesama palaku saling menguntungkan dan mendukung proses
pengelolaan kedelai sebagai salah satu komoditas penting masyarakat Indonesia.
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan pada penelitian ini adalah:
1. Penentuan harga produk pertanian dilakukan oleh satu pihak dan merugikan

pihak yang berada di bawahnya.
2. Sila ke-5 Pancasila dalam pertanian tidak diterapkan dengan baik dan masih
banyak pihak yang tidak peduli dengan keadaan pihak yang dirugikan.

5