PEMANFAATAN CITRA LANDSAT UNTUK IDENTIFIKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI | Haris | GeoTadulako 8996 29505 1 SM

PEMANFAATAN CITRA LANDSAT
UNTUK IDENTIFIKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
DI KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Oleh
Faisal Haris1), Lilik Prihadi Utomo 2), Ida Arianigsih3)
A 351 13 039

JURNAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2017
1
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P. IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: faisalharis303@gmail.com

ABSTRAK


Faisal Haris, 2017. Pemanfaatan Citra Landsat untuk Identifikasi Perubahan Penggunaan
Lahan di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. Skripsi. Program Studi S1 Pendidikan
Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Tadulako. Pembimbing (I) Lilik Prihadi Utomo., (II) Ida Arianingsih.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan di Kecamatan
Sigi Biromaru Kabupaten Sigi tahun 2003 dan 2016, menganalisis arahan RTRW Kabupaten
Sigi terhadap penggunaan lahan Kecamatan Sigi Biromaru tahun 2016, serta untuk
mengetahui interpretasi Citra Landsat dengan menggunakan teknik digital. Penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif dengan metode integrasi Penginderaan Jauh dengan Sistem
Informasi Geografi. Teknik klasifikasi yang digunakan adalah klasifikasi terbimbing
(Supervised Classification) dengan metode kemiripan maksimum (Maximum Likelihood).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan penggunaan lahan selama empat
belas tahun terakhir, terjadi perubahan yakni penambahan luas pada penggunaan lahan hutan
lahan tinggi primer sebesar 12,68% dan bangunan permukiman 8,42%, sedangkan yang
mengalami penurunan luas adalah unclassifed sebesar 7,60%, semak/belukar sebesar 4,87%,
lahan terbuka lain sebesar 3,61%, tanaman semusim lahan basah Ha 2,11%, tanaman
semusim lahan kering sebesar 1,22%, sungai sebesar 1,03% dan kebun dan tanaman
campuran sebesar 0,63%. Perbandingan dengan arahan RTRW menunjukkan bahwa
Kecamatan Sigi Biromaru memiliki selisih kawasan budidaya hutan sebesar 383,53 Ha,
kawasan pertanian sebesar 4.618,92 Ha, perkebunan sebesar 454,76 Ha dan kawasan

permukiman sebesar 5.676,95 Ha yang sesuai arahan RTRW. Melalui teknik interpretasi
digital dapat melakukan analisis secara kompleks, analisis terhadap nilai piksel sehingga hasil
interpretasi citra relatif objektif dan konsisten disamping itu pengklasifikasian citra secara
digital mengkategorikan piksel secara otomatis.
Kata Kunci : Perubahan Penggunaan Lahan, Citra Landsat, Rencana Tata Ruang Wilayah

2
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P. IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: faisalharis303@gmail.com

ABSTRACT

Faisal Haris, 2017. Application of landsat imagery for identification on landuse change in
Sigi Biromaru district, Sigi Regency. Program studi of Geography Education, Departement
of Social Science Education, Faculty of Teacher Training and Education University of
Tadulako. The first Supervisor: Lilik Prihadi Utomo and the Secon Supervisor: Ida
Arianingsih.
The research about application of landsat imagery for identification of Landuse change in
Sigi Biromaru district, Sigi Regency have been done. The study aims were to identify land use
changes in Sigi Biromaru district in 2003 and 2016, analyse the direction of the Sigi spatial

plans toward landuse changes in 2016, and interpretate landsat imagery using digital
tecniques. The research was a quantitative research by remote sensing integration method
with geographic information system. The technique used Supervised classification by
Maximum Likelihood methods. The research showed that there has been a landuse changes
in the last 14 years. The primary high land forest and residential buildings have increased by
12,68% and 8,42%. While the unclassified lands, shrubs/bushes, other open areas, wetland
crops, dryland crops, river, and garden of mix crops decreased by 7,60%; 4,87%; 3,61%;
2,11%; 1,22%; 1,03%; and 0,63% respectively. Based on the direction of Sigi Biromaru
district spatial plans, there are a comparison of cultivation area as much 383,53 Ha,
agricultural land as much 4.168,92 Ha, plantation as much 454,76 Ha and settlement area
as much 5.676,95 Ha. Digital interpretation technique can perform complex analysis,
analyse to pixel value so that the interpretation of image can be objective and consistent, and
categorize automated pixels.
Key words : Landuse change, Interpretation of landsat imagery, spatial plans

3
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P. IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: faisalharis303@gmail.com

PENDAHULUAN

Undang-Undang No. 27 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Sigi yang
secara resmi mekar dari Kabupaten Donggala pada tahun 2008 di Provinsi Sulawesi Tengah.
Kondisi Kabupaten Sigi banyak mengalami pertumbuhan di berbagai sektor salah satunya
pertumbuhan penduduk. Hal ini tampak pada peningkatan jumlah penduduk pada tahun 2008
sebanyak 203.898 jiwa dan tahun 2016 sebanyak 229.472 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi
terdapat pada Kecamatan Sigi Biromaru, yaitu sebanyak 45.736 jiwa (Kabupaten Sigi Dalam
Angka 2016). Implikasi pertumbuhan penduduk tersebut berdapak pada kebutuhan lahan
antara lain: pertanian, pemukiman, jasa dan sarana transportasi. Desakan lahan terpakai akan
berdampak pada penggunaan lahan yang menimbulkan terjadinya konversi lahan. Lestari
(2009) mendefinisikan:
Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan
fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang
direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap
lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan
sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara
garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin
bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebuh
baik.
Kondisi perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Sigi Biromaru
Kabupaten Sigi yang terjadi relatif cepat perlu evaluasi secara berkala. Pemerintah daerah

selaku pihak yang mempunyai kewenangan, dilandaskan pada undang-undang No. 32 Tahun
2004, tentang Pemerintah Daerah, mempunyai kewenangan serta tanggung jawab untuk
melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi terhadap
sumber daya alam di tingkat daerah.
Perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dapat dikontrol dengan berpedoman
pada dokumen RTRW. Dengan diterbitkannya dokumen RTRW, maka pemanfaatan lahan
suatu wilayah telah direncanakan. Seiring pertumbuhan dan perkembanga suatu wilayah,
kadang kala terjadi perubahan penggunaan lahan dari waktu ke waktu. Perubahan yang
terjadi ada yang sesuai dengan RTRW dan yang tidak sesuai RTRW. Untuk mengetahui
perubahan penggunaan lahan yang terjadi perlu dilakukan kajian perubahan penggunaan
lahan.
Kajian perubahan penggunaan lahan dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Kajian secara langsung menggunakan survei lapangan atau pengamatan langsung
yang dilakukan. Berbeda dengan kajian tidak langsung dapat dilakukan dengan teknik
4
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P. IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: faisalharis303@gmail.com

penginderaan jauh. Di lihat pertimbangan efisiensi dari segi biaya dan waktu penelitian ini
menggunakan kajian secara tidak langsung (teknik Penginderaan Jauh).

Berdasarkan uraian masalah tersebut maka dibutuhkan data-data spasial di Kecamatan Sigi
Biromaru Kabupaten Sigi yang berguna untuk pemanfaatan sumberdaya dan ruang yang
direncanakan secara berkelanjutan. Penelitian ini akan menampilkan perubahan penggunaan
lahan di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi tahun 2003 dan 2016, membandingkan
arahan RTRW Kabupaten Sigi terhadap penggunaan lahan Kecamatan Sigi Biromaru tahun
2016 dan mengetahui interpretasi Citra Landsat dengan menggunakan teknik digital.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif. Kuantitatif yang dimaksud adalah
perhitungan masing-masing luas penggunaan lahan. Metode yang digunakan adalah integrasi
Penginderaan Jauh dan Sistem Infomasi Geografis (SIG). Pada dasarnya penginderaan jauh
tidak pernah lepas dari sistem informasi geografis (SIG). Data-data spasial hasil penginderaan
jauh merupakan salah satu data dasar yang dipergunakan dalam analisis SIG. Dalam
perkemangannya data-data SIG juga berguna dalam pengolahan data penginderaan jauh
(Barus dan Wiradisastra, 2000). SIG sangat baik dalam proses manajemen data, baik data
atribut maupun data spasialnya. Integrasi antara data spasial dan data atribut dalam suatu
sistem terkomputerisasi yang bereferensi geografi merupakan keunggulan dari SIG.
a.

Populasi dan Sampel
Penentuan sampel dilakukan sebelum survei lapangan (ground check) berdasarkan

klasifikasi penggunaan lahan. Sampel yang dimaksud dalam penelitian ini berupa
sejumlah piksel yang dianggap homogen dan mewakili seluruh piksel yang digunakan
untuk analisis. Penentuan jumlah sampel adalah N+1, dimana N adalah jumlah kelas
ditambah 1 atau unclassifed dan bardasarkan luas persentase keseluruhan lahan. Jadi,
kelas lahan yang luas lebih banyak sampelnya dibanding yang sempit. Tujuannya untuk
mengetahui kesesuaian kelas hasil klasifikasi dengan objek dipermukaan bumi
(sebenarnya).

b. Teknik Pengumpulan Data
(1) Observasi, metode ini dibutuhkan untuk mengamati langsung keadaan alam, jenisjenis penggunaan lahan, letak dan luas wilayah; (2) Wawancara, untuk memperkuat hasil
pengamatan serta mengukuran dan diharapkan peneliti mendapatkan informasi atau
masukan data tentang kondisi penggunaan lahan yang ada; (3) dokumentasi,
5
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P. IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: faisalharis303@gmail.com

pengumpulan data dengan teknik dokumentasi meliputi pemotretan secara langsung
segala hal yang terjadi dilapangan berkaitan dengan objek penelitian, buku-buku yang
relevan, peratuan-peraturan dan film dokumenter;
c.


Tahapan Penelitian
1) Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini adalah analisis citra. Teknik pelaksanaan
membandingkan dan melakukan tumpang susun (Overlay) layer tahun 2003 dan
2016. Dari teknik tersebut dapat diperoleh peta perubahan penggunaan lahan.
2) Pengolahan data
Proses ini mengolah data sekunder dan data primer yang didapatkan dengan
teknik GIS. Proses yang dilakukan akan mengetahui klasifikasi penggunaan lahan
tahun 2003 dan 2016. Hasil dari proses ini adalah peta penggunaan lahan beserta
luasan tiap-tiap penggunaan lahan.
3) Survey lapangan (ground check)
Kegiatan ini bertujuan untuk pemeriksaan lapangan dengan menelusuri
lokasi-lokasi pengamatan.
4) Uji akurasi
Hasil pada penelitian ini adalah menggunakan metode Confusion Matrix.
Perhitungan akurasi dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh
dari hasil pengecekan lapangan dengan klasifikasi yang diperoleh (Lihat Tabel 1).
Tabel 1. Perhitungan akurasi dengan metode Confusion Matrix
Data Acuan (Lapangan)


Total Kolom

Kelas
1
Data

Hasil

Klasifikasi

1

Kelas

2

Kelas Utama

2


Kelas Utama

Total Baris

Jumlah Titik

Sumber: Sutanto 1986 dalam Salvian A.H Fauzi 2015
e

Akurasi Keseluruhan =
Akurasi Produser

=

Akurasi Penggunaan =

o
o


e

B

e

x 100%
O e

oo

x 100%

O e

x 100%

5) Analisis Perubahan Penggunaan Lahan

6
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P. IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: faisalharis303@gmail.com

Berdasarkan hasil klasifikasi citra dua waktu berbeda, selanjutnya dilakukan
uji akurasi dan didapatkan peta penggunaan lahan, kemudian dilakukan analisis
perubahan penggunaan lahan. Analisis perubahan penggunaan lahan adalah dengan
cara membandingkan citra hasil klasifikasi pada tiap waktu secara terpisah. Cara ini
dapat mengetahui jenis dan luas perubahan lahan yang terjadi. Sehingga bermanfaat
dalam menentukan sebuah perencaan wilayah

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengolahan Awal Citra
Kombinasi Band
Untuk keperluan analisis citra dipilih 3 buah band/kanal dikombinasikan sesuai
dengan karakteristik spektral masing-masing band/kanal dan disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Penelitian mengenai pemantauan kondisi perubahan penggunaan lahan dipilih
band/kanal 3, 2 dan 1 pada citra Landsat 7 tahun 2003 dan 4, 3 dan 2 pada citra Landsat 8
tahun 2016. Hal tersebut disebabkan karena band/kanal tersebut peka dan mempunyai nilai
refleksi yang tinggi terhadap vegetasi, tanah terbuka dan unsur air serta menampilkan
kenampakan asli (Natural Color).
Koreksi Geometrik
Koreksi ini dilakukan bertujuan mengembalikan posisi citra akibat proses gejala
distorsi ke posisi yang sebenarnya dipermukaan bumi. Distorsi geometris ini dapat
disebabkan oleh beberapa hal yaitu: “terjadinya rotasi bumi pada waktu perekaman, pegaruh
kelengkungan bumi, efek panoramik (sudut pandang), pengaruh topografi, pengaruh gravitasi
bumi yang menyebabkan terjadinya perubahan kecepatan dan ketinggian satelit dan
ketidakstabilan ketinggian platform”(Bambang Setiyono, 2006).
Koreksi geometrik juga dilakukan dengan cara manual, yaitu menggunakan metode
registrasi image to image. Proses registrasi dilakukan pembuatan titik GCP (Ground Control
Point) yang sama antara citra Landsat. Obyek yang dijadikan titik GCP adalah kenampakan
obyek pada citra yang tidak mudah berubah (permanen) seperti ujung-ujung sungai daerah
sekitar danau dan percabangan sungai. Titik GCP yang dibuat dalam penelitian ini berjumlah
10 (sepuluh) titik, disebabkan adanya penyesuaian dengan kondisi fisik daerah penelitian
yang topografinya berbukit hingga bergunung dan menghindari terjadinya perubahan nilai
piksel.

7
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P. IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: faisalharis303@gmail.com

Ketelitian hasil koreksi geometrik dapat di lihat dengan besarnya nilai RMSE (Root
Mean Square Error). Idealnya hasil kali nilai RMSE dengan resolusi spasial citra = ½ resolusi
spasial citra (Howard, 1996 dalam Abdur Rahman, 2010). Berdasarkan hasil perhitungan
dengan menggunakan perangkat lunak ENVI, diperoleh nilai RMS Error citra Landsat adalah
0,397309. Tingkat ketelitian koreksi geometrik yang telah dilakukan yaitu 0,397309 x 30 m =
11,91927, hal ini berarti bahwa nilai hasil koreksi lebih kecil dari nilai ½ x resolusi spasial
(15 m).
Koreksi Radiometrik
Proses koreksi radiometrik menggunakan sofware pengolahan citra digital. Metode
yang digunakan dalam proses ini adalah metode penyesuaian histogram. Pemilihan metode
ini dilandasi oleh alasan bahwa metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan lebih
singkat dan tidak memerlukan perhitungan matematis yang rumit.
Asumsi memggunakan metode ini adalah proses koding digital oleh sensor, obyek
yang memberikan respon spektral yang paling rendah seharusnya bernilai 0. Apabila nilai ini
ternyata melebihi angka 0 maka nilai tersebut dihitung sebagai offset dan koreksi dilakukan
dengan mengurangi seluruh nilai pada saluran tersebut dengan offsetnya.
Nilai piksel hasil koreksi citra Landsat mencerminkan nilai pantulan objek. Citra
Landsat yang telah berubah pikselnya menjadi nilai refleksi tidak menunjukkan perbedaan
secara visual. Perubahan secara signifikan tampak nyata pada histogram citra.
Pembatasan Wilayah Penelitian
Citra yang telah terkoreksi selanjutnya dapat dibatasi menurut wilayah penelitian.
Pembatasan dilakukan untuk memfokuskan wilayah penelitian sehingga memudahkan dalam
analisis citra. Pembatasan wilayah dilakukan dengan teknik tumpang susun (overlay) antara
citra yang telah terkoreksi dengan data vektor peta RTRW batas administrasi Kecamatan Sigi
Biromaru, sehingga diperoleh citra dengan bentuk Kecamatan Sigi Biromaru.
Penentuan Sampel
Pengambilan sampel klasifikasi dilakukan secara interaktif pada citra dengan
menerapkan beberapa metode, dengan pertimbangan luas persentase dan luas keseluruhan
lahan. Jadi, kelas lahan yang luas maka sampelnya lebih banyak dibanding kelas lahan yang
sempit. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan kombinasi citra komposit dan
dipandu dengan peta-peta tematik (Peta Penggunaan lahan dari RTRW tahun 2010-2030).

Hasil Klasifikasi Penggunaan Lahan
8
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P. IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: faisalharis303@gmail.com

Hasil klasifikasi yang diperoleh pada penggunaan lahan tahun 2003 dan penggunaan lahan
tahun 2016. Hasil tersebut akan diuraikan pada pembahansan berikutnya dibawah ini.
Penggunaan Lahan Tahun 2003
Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat 7 tahun 2003 yang telah dilakukan,
adapun penggunaan lahan di Kecamatan Sigi Biromarun yaitu sungai, lahan terbuka lain,
bangunan permukiman, hutan lahan tinggi primer, semak/belukar, kebun dan tanaman
campuran, tanaman semusim lahan kering dan Tanaman semusim lahan basah serta
unclassifed. Unclassifed adalah tutupan lahan yang tidak termasuk dalam standarisasi tutupan
lahan nasional (RSNI tahun 2013). Unclassifed yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
awan. Standar klasifikasi ( penamaan dan pengkodean penggunaan lahan) menggunakan
klasifikasi penutupan/penggunaan lahan RSNI tahun 2013.
Penggunaan lahan di Kecamatan Sigi Biromaru tahun 2003 berdasarkan luas dapat
dipersentasekan dan disajikan dalam bentuk peta untuk memudahkan melakukan analisis
penggunaan lahan tahun 2003 (Tabel 2 dan Gambar 1).
Tabel 2. Hasil Identifikasi Penggunaan Lahan Citra Landsat 7 Tahun 2003
No.
Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
Persentase (%)
1.
Sungai
608,53
2,03
2.
Lahan terbuka lain
1.261,76
4,21
3.
Bangunan permukiman
4.131,28
13,81
4.
Hutan lahan tinggi primer
10.729,48
35,86
5.
Semak/belukar
5.433,84
18,16
6.
Kebun dan tanaman campuran
664,78
2,22
7.
Tanaman semusim lahan kering
400,17
1,33
8.
Tanaman semusim lahan basah
3.721,95
12,44
9.
Unclassifed
2.960,87
9,89
Total
29.912,66
100
Sumber: Hasil identifikasi, Tahun 2017

Gambar 1. Peta Penggunana Lahan tahun 2003
9
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P. IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: faisalharis303@gmail.com

Penggunaan Lahan Tahun 2016
Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat 8 tahun 2016 dan pertimbangan hasil
survei lapangan yang telah dilakukan sebagai berikut penggunaan lahan di Kecamatan Sigi
Biromarun yaitu sungai, lahan terbuka lain, bangunan permukiman, hutan lahan tinggi
primer, semak/belukar, kebun dan tanaman campuran, Tanaman semusim lahan kering dan
tanaman semusim lahan basah serta unclassifed. Unclassifed adalah tutupan lahan yang tidak
termasuk dalam standarisasi tutupan lahan nasional (RSNI tahun 2013). Unclassifed yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah awan. Standar klasifikasi ( penamaan dan pengkodean
penggunaan lahan) menggunakan klasifikasi penutupan/penggunaan lahan RSNI tahun 2013.
Penggunaan lahan di Kecamatan Sigi Biromaru tahun 2016 beserta luas dan
persentasenya, akan disajikan dalam bentuk Tabel dan peta (Gambar. 2). Untuk memudahkan
melakukan analisis penggunaan lahan tahun 2016 (Tabel 3).
Tabel 3. Hasil Identifikasi Penggunaan Lahan Citra Landsat 8 Tahun 2016
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Penggunaan Lahan
Sungai
Lahan terbuka lain
Bangunan permukiman
Hutan lahan tinggi primer
Semak/Belukar
Kebun dan tanaman campuran
Tanaman semusim lahan kering
Tanaman semusim lahan basah
Unclassifed
Total
Sumber: Hasil identifikasi, Tahun 2017

Luas (Ha)
299,69
180,23
6.649,95
14.524,47
3.975,62
474,24
34,64
3.088,08
685,74
29.912,66

Persentase (%)
1,00
0,60
22,23
48,55
13,29
1,58
0,11
10,32
2,29
100

Gambar 2. Peta Penggunana Lahan tahun 2016
10
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P. IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: faisalharis303@gmail.com

Uji Akurasi
Cara pengujian ketelitian hasil klasifikasi dalam penelitian ini menggunakan metode
confusion matrix. Metode uji ketelitian digunakan untuk menguji ketelitian hasil klasifikasi
data citra digital Landsat. Hasil akurasi menunjukkan bahwa tingkat akurasi keseluruhan pada
tahun 2003 cukup baik sebesar 78,7%. Berbeda dengan hasil akurasi pada tahun 2016 yang
baik sebesar 89,3% . Tingginya hasil akurasi tersebut bukan hanya pada nilai akurasi secara
keseluruhan, namun juga pada nilai akurasi pengguna dan akurasi produser. Pada matriks
klasifikasi terlihat bahwa akurasi akurasi tertinggi adalah hutan lahan tinggi primer dengan
akurasi pengguna sebesar 100% dan akurasi prosedur sebesar 95%. Akurasi terendah dimiliki
oleh penggunaan lahan lahan terbuka lain dan tanaman semusim lahan kering. Matriks
akurasi menunjukkan bahwa sebagian nilai spektral sungai terklasifikasi sebagai lahan
terbuka lain dikarenakan pada resolusi Citra Landsat yang rendah mengakibatkan piksel
sungai warna/rona mirip dengan piksel lahan terbuka lain. Hasil menunjukkan bahwa
klasifikasi terbimbing (Supervised Classification) dengan metode kemiripan maksimum
(Maximum Likelihood) memperlihatkan bahwa metode klasifikasi ini merupakan metode
konvensional yang akurat jika dibandingkan dengan metode konvensional lainnya.
Hasil perhitungan akurasi keseluruhan yang dilakukan untuk semua penggunaan lahan
pada tahun 2016, memiliki persentase sebesar 89,3% yang menunjukkan tingkat akurasi
sangat baik. Hal ini senada dengan pendapat Sutanto (1994) yang membagi kriteria tingkat
akurasi: ≥80% (sangat baik); 60-79% (baik); 40-59% (sedang); 20-39% (jelek); ≤20% (sangat
jelek).
Perubahan Penggunaan Lahan
Kecamatan Sigi Biromaru mengalami perubahan pada penggunaan lahannya. Luas
perubahan penggunaan lahan tersebut dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perubahan Penggunaan Lahan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Penggunaan lahan
Sungai
Lahan terbuka lain
Bangunan permukiman
Hutan
lahan
tinggi
primer
Semak/Belukar
Kebun dan tanaman
campuran
Tanaman semusim lahan
kering
Tanaman semusim lahan
basah
Unclassifed

Tahun 2003
Ha
%
608,53
2,03
1.261,76
4,21
4.131,28
13,81
35,86
10.729,48
5.433,84
18,16
2,22
664,78
1,33
400,17
12,44
3.721,95
2.960,87
9,89

Luas Penggunaan Lahan
Tahun 2016
Ha
%
299,69
1,00
180,23
0,60
6.649,95
22,23
48,55
14.524,47
3.975,62
13,29
1,58
474,24
0,11
34,64
10,32
3.088,08
685,74
2,29

Perubahan
Ha
%
- 308,84
1,03
- 1.081,53
3,61
+ 2.518,67
8,42
+ 3794,99
12,68
- 1.458,22
- 190,54

4,87
0,63

- 365,53

1,22

- 633,87

2,11

- 2.275,13

7,60

11
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P. IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: faisalharis303@gmail.com

Jumlah

29.912,66

100

29.912,66

100

Sumber: Hasil analisis, tahun 2017
Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat 7 tahun 2003 dan citra Landsat 8 tahun
2016, selama 14 tahun menunjukkan bahwa terdapat dua penggunaan lahan yang mengalami
peningkatan yaitu hutan lahan tinggi primer dan bangunan permukiman. Hutan lahan tinggi
primer mengalami peningkatan yang sangat besar dari 10.729,48 Ha pada tahun 2003
menjadi 14.524,47 Ha pada tahun 2016, peningkatan hutan lahan tinggi primer sebesar 3794
Ha atau 12,68% (dari total luas area). Peningkatan hutan lahan tinggi primer ini terjadi karena
lahan untuk semak/belukar berubah menjadi hutan lahan tinggi primer. Penggunaan lahan
bangunan permukiman juga mengalami peningkatan dari 4.131,28 Ha pada tahun 2003
menjadi 6.649,95 Ha pada tahun 2016, peningkata penggunaan lahan bangunan permukiman
sebesar 2516 Ha atau 8,41% (dari luas total area). Peningkatan ini terjadi karena penggunaan
lahan tanaman semusim lahan kering, tanaman semusim lahan basah dan semak/belukar
berubah menjadi bangunan permukiman serta banyak tersebar pada wilayah yang dekat
dengan akses jalan dan pusat kota.
Sementara penggunaan lahan yang mengalami penurunan terbesar adalah Unclassifed.
Unclassifed mengalami penurunan dari 2.960,87 Ha pada tahun 2003 menjadi 685,74 Ha
pada tahun 2016, penurunan ini sebesar 2274 Ha atau 7,60% (dari total luas area). Penurunan
ini terjadi karena perbedaan musim yang menyebabkan ada atau tidaknya awan yang
menutupi sebagian penggunaan lahan, serta penggunaan lahan yang pengalami penurunan
terendah adalah kebun dan tanaman campuran, mengalami penurunan dari 664,78 Ha pada
tahun 2003 menjadi 474,24 Ha pada tahun 2016, penurunan penggunaan lahan kebun dan
tanaman campuran sebesar 190 Ha atau 0,63% (dari total luas erea). Penurunan ini tersebar di
seluruh Desa (Gambar. 4).
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa penduduk di tempat yang berbeda
menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Sigi Biromaru
tidak hanya dilakukan oleh penduduk pendatang, tetapi juga oleh penduduk yang sudah lama
tinggal di Kecamatan ini. Alasan mengapa dilakukan perubahan penggunaan lahan ini
sebagian besar adalah karena alasan ekonomi, terutama pada daerah yang dekat dengan akses
jalan. Perkembangan yang pesat di daerah yang terletak dipinggiran jalan karena fasilitas
jalan merupakan sarana aksebilitas yang sangat mendukung bagi perkembangan penggunaan
lahan. Daerah disepanjang jalan akan semakin berkembang kearah penggunaan lahan yang
dimanfaatkan untuk tumbuhnya prasarana dan sarana sosial ekonomi yang mudah dicapai.
12
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P. IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: faisalharis303@gmail.com

Dengan dibuktikan jalan poros Palu-Palolo yang melewati beberapa desa dapat memecu
penduduk untuk membangaun tempat usaha baru di sepanjang jalan.

Gambar 3. Peta Perubahan Penggunana Lahan tahun 2003 – 2016
KESMIPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penggunaan lahan di Kecamatan Sigi Biromaru pada tahun 2003 didominasi oleh
hutan lahan tinggi primer dengan luas 10.729,48 Ha atau 35,86% dan pada tahun 2016
hutan lahan tinggi primer masih mendominasi dan telah mengalami peningkatan, luas
hutan lahan tinggi primer sebesar 14.524,47 Ha atau 48,55%. Jenis penggunaan lahan
yang mengalami peningkatan luas dengan rentan waktu 14 tahun (tahun 2003-2016)
adalah hutan lahan tinggi primer sebesar 3794,99 Ha atau 12,68% yang disebabkan
oleh perbedaan curah hujan setiap tahun dan bangunan permukiman sebesar 2.518,67
Ha atau 8,42% disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk.
2. Perbandingan dengan arahan RTRW dengan analisis penggunaan lahan tahun 2016
diperoleh bahwa Kecamatan Sigi Biromaru memiliki selisih kawasan budidaya hutan
sebesar 383,53 Ha, kawasan pertanian sebesar 4.618,92 Ha, perkebunan sebesar
454,76 Ha dan kawasan permukiman sebesar

5.676,95 Ha yang sesuai arahan
13

Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P. IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: faisalharis303@gmail.com

RTRW, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan adalah
peningkatan jumlah penduduk, masa berlaku dokumen RTRW dan tingkat ketelitian
yang berbeda.
3. Interpretasi citra Landsat secara digital mempunyai keunggulan antara lain:
a) Interpretasi digital dapat melakukan analisis yang kompleks terhadap beberapa
saluran citra secara multispektral, multitemporal dan multispasial;
b) Interpretasi digital melakukan analisis terhadap nilai piksel sehingga hasil
interpretasi citra relatif objektif dan konsisten;
c) Pengklasifikasian citra secara digital mempunyai tujuan khusus untuk
mengkategorikan piksel secara otomatis;
b. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan pemantauan perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sigi
Biromaru menggunakan metode integrasi Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografi secara berkala agar perubahannya dapat terpantau dengan
baik.
2. Saran untuk peneliti selanjutnya
a) Disarankan untuk melakukan penelitian serupa dengan menggunakan citra
satelit resolusi tinggi.
b) Perlu dilakukan penelitian serupa dengan unit analisis wilayah
kabupaten/kota.
DAFTAR RUJUKAN
Anonim (2016). Kabupaten Sigi dalam Angka 2016. Kabupaten Sigi.
(2011). Renana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sigi 2010-2030. Kabupaten Sigi.
(2004). Undang-Undang Pemerintah No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah.
(2008). Undang-Undang RI No. 27 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten
Sigi di Provinsi Sulawesi Tengah.
(2013). Draf RSNI Penutup/Penggunaan Lahan Tahun 2013
Abdur Rahman (2010) Analisis Campuran Spektral Secara Linier (LSMA) Citra Terra Modis
Untuk Kajian Estimasi Limpasan Permukaan (Studi Kasus Sub DAS Riam Kanan dan
Sekitarnya). Tesis Pada Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.

14
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P. IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: faisalharis303@gmail.com

Barus dan Wiradisastra. (2000). Sistem Informasi Geografi. Jurusan Tanah. Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor
Lestari. (2009). Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Tarah Hidup Petani. IPB. Bogor.
Sutanto. (1998). Penginderaan Jauh, Jilid I, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
. (1994). Penginderaan Jauh, Jilid I, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

15
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P. IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: faisalharis303@gmail.com