IMBIBISI BENIH MATI DAN HIDUP PADA BENIH
IMBIBISI BENIH MATI DAN HIDUP PADA BENIH JAGUNG (Zea
mays) DAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea)
Anggara Ista Putra1
NIM 2014102003110971
Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang Telp. 0341-464318-319 Fax. 0341-460435, 460782 Malang 65144
Abstrak- Faktor genetik yang berpengaruh adalah
susunan kimiawi benih, kadar air benih, kegiatan
enzim dalam benih serta legiatan fisik dan biokimiawi
dari kulit benih. Sedangkan faktor lingkungan yang
sangat berpengaruh adalah air, cahaya, gas, suhu, dan
oksigen. Air merupakan faktor yang sangat berperan
dalam perkecambahan benih. Dua faktor penting yang
mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah kulit
pelindung biji dan jumlah air yang tersedia pada
medium disekitarnya. Berdasarkan uraian latar
belakang tersebut, pelaksanaan kegiatan praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui arti penting imbibsi pada
perkecambahan benih, dapat membedakan komposisi
dan permeabilitas benih antar spesies tanaman yg
berpengaruh
terhadap
imbibisi,
dan
mendemontrasikan pemahaman tentang potensial air
pada perkecambahan benih. Pelaksanaan praktikum
ini dilakukan di Laboratorium Agronomi A dan
terlaksana pada tanggal 6 November 2017.
Kata Kunci: potensial, difusi, osmosis, permeable
1. PENDAHULUAN
Benih atau biji merupakan hasil dari fase
generatif tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan
tanam untuk generasi berikutnya. Untuk mendapatkan
tanaman dewasa yang sempurna, benih tersebut harus
melalui proses perkecambahan. Perkecambahan adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari
embrio serta menunjukkan kemampuan untuk
berkembang menjadi tanaman normal pada keadaan
alam yang menguntungkan. Proses perkecambahan
benih dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan.
Faktor genetik yang berpengaruh adalah
susunan kimiawi benih, kadar air benih, kegiatan enzim
dalam benih serta legiatan fisik dan biokimiawi dari
kulit benih. Sedangkan faktor lingkungan yang sangat
berpengaruh adalah air, cahaya, gas, suhu, dan oksigen.
Air merupakan faktor yang sangat berperan dalam
perkecambahan benih. Dua faktor penting yang
mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah kulit
pelindung biji dan jumlah air yang tersedia pada
medium disekitarnya.
Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh
permukaan zat-zat yang hidrofilik, seperti protein, pati,
selulosa, agar-agar, gelatin, liat dan lainnya yang
menyebabkan zat tersebut dapat mengembang setelah
menyerap air. Kemampuan untuk menyerap air
misalnya pada biji biasa disebut dengan potensial
imbibisi dan prosesnya disebut dengan imbibisi. Difusi
adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu
zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke
bagian yang berkonsentrasi rendah. Osmosis adalah
suatu topik yang penting dalam biologi karena
fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat
ditransportasikan
ke
dalam
dan
ke
luar
sel. Perkecambahan benih dimulai saat terjadi imbibisi
air ke dalam benih. Tingkat imbibisi yang terjadi
dipengaruhi oleh komposisi benih, impermeabilitas
lapisan luar benih, dan ketersediaan air. Ketersediaan
air untuk imbibisi tergantung pada potensial air sel.
Potensial air sel tersebut merupakan hasil dari tiga
potensial yaitu tekanan matriks dinding sel, konsentrasi
osmotik sel, dan tekanan turgor sel [1].
Di dalam sel dapat terjadi perpindahan zat baik
itu terjadi secara difusi, osmosis dan ada pula yang
terjadi karena imbibisi. Proses imbibisi bergantung
pada membran sel yang selektif mengatur keluar
masuknya zat karena pada membran inilah yang
menjadi filter atau menyeleksi zat yang dapat masuk
atau keluar dari suatu sel.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut,
pelaksanaan kegiatan praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui arti penting imbibsi pada perkecambahan
benih, dapat membedakan komposisi dan permeabilitas
benih antar spesies tanaman yg berpengaruh terhadap
imbibisi, dan mendemontrasikan pemahaman tentang
potensial air pada perkecambahan benih.
2. BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Praktikum
Pelaksanaan praktikum ini dilakukan di
Laboratorium Agronomi A dan terlaksana pada tanggal
6 November 2017.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini
adalah pisau, cawan petri, timbangan analitik, oven,
gelas ukur, alat tulis, dan alat dokumentasi.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam
praktikum kali ini adalah Benih Jagung (Zea mays) dan
Kacang Tanah (Arachis hypogea), dan aquadest
Prosedur Praktikum
Pada praktikum kali ini dimulai dengan
menyiapkan alat dan bahan. Menimbang dua kelompok
benih dan mencatat hasil pertimbangannya. Kelompok
benih petama dimasukan oven selama 24 jam dengan
suhu 170oC dan kelompok kedua dibiarkan tidak
dipanasi. Kelompok benih kemudian direndam dengan
aquadest selama 1 jam. Masing masing ditimbang
kembali dan dicatat hasilnya dan tentukan presentasi
peningkatan bobot benih yang disebabkan tambahan
air.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Imbibisi pada benih jagung hidup dan mati
Ulangan
Perlakuan
U1
Mati
Hidup
Mati
Hidup
Mati
Hidup
Mati
Hidup
Mati
Hidup
U2
U3
U4
U5
Berat Awal
(gram)
2,851
2,810
3,110
3,384
3,130
3,557
3,057
2,897
2,793
4,021
Berdasarkan tabel 2, hasil imbibisi benih jagung
(Zea mays L.) hidup dan mati menghasilkan persentase
peningkatan terbesar pada benih hidup diperoleh hasil
tertinggi pada benih hidup pada ulangan 2 dengan hasil
47% dan pada sampel benih mati hasil tertinggi
diperoleh pada pada ulangan 2 mencapai hasil 35%.
Hasil tertendah pada sample benih hidup diperoleh
pada ulangan 5 dengan hasil 0.97% dan pada sampel
benih mati hasil terendah di peroleh pada ulangan 4
dengan hasil 4.40%. Proses penyerapan aquadest atau
imbibisi disebabkan oleh tekanan dari lingkungan
sekitar benih yang mengarah ke dalam benih. Bentuk
akibat potensial air yang rendah pada biji yang kering.
Berat Setelah
Perlakuan
3,253
3,110
3,460
3,580
3,600
3,670
3,192
3,124
2,920
4,422
% Peningkatan
14,10%
8,30%
35,00%
47,00%
15,61%
3,10%
4,40%
8,09%
4,50%
0,97%
Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang
dan memecahkan kulit pembungkusnya dan juga
memicu perubahan metabolik pada embrio yang
menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhan
[2]
.
Imbibisi terjadi karena permukaan strukturstruktur mikroskopik dalam sel tumbuhan seperti
selulosa, butir pati, protein dan bahan lainnya menarik
dan memegang molekul-molekul air dengan gaya tarik
antar molekul. Dengan kata lain imbibisi terjadi oleh
potential matrik [6].
Tabel 2 Imbibisi pada benih kacang tanah hidup dan mati
Ulangan
Perlakuan
U1
Mati
Hidup
Mati
Hidup
Mati
Hidup
Mati
Hidup
Mati
Hidup
U2
U3
U4
U5
Berat Awal
(gram)
3,285
3,837
3,285
3,100
3,235
3,557
3,285
3,825
3,825
3,809
Berdasarkan tabel 2 hasil imbibisi benih kacang
tanah (Arachis hypogaea ) hidup dan mati
menghasilkan persentase peningkatan terbesar pada
benih hidup diperoleh hasil tertinggi pada benih hidup
pada ulangan 5 dengan hasil 42% dan pada sampel
benih mati hasil tertinggi diperoleh pada pada ulangan
1 mencapai hasil 11,81%. Hasil terendah pada sampel
benih hidup diperoleh pada ulangan 1 dengan hasil
10,6% dan pada sampel benih mati hasil terendah di
peroleh pada ulangan 2 sampai 5 dengan hasil 0,97%.
Perendaman benih pada aquadest menyebabkan terjadi
Berat Setelah
Perlakuan
3,673
4,246
3,253
3,552
3,253
3,322
3,253
4,515
3,353
4,612
% Peningkatan
11,81%
10,60%
0,97%
42,00%
0,97%
12,20%
0,97%
18,04%
0,97%
21,20%
peningkatan bobot benih secara nyata. Penyerapan air
oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik, seperti protein,
pati, selulosa, agar-agar, gelatin, liat dan zat-zat lainnya
yang menyebabkan zat tersebut dapat mengembang
setelah menyerap air tadi. Kemampuan benda tadi
untuk meyerap air disebut potensial imbibisi. Banyak
sedekitnya air dapat di imbibisi oleh suatu zat yang
sangat tergantung pada nilai potensial air di sekitarnya.
Suatu percobaan dengan biji yang di rendam dalam
larutan menunjukkan jumlah air yang dapat di imbibisi
oleh biji tersebut [3].
Potensial air sebagai sesuatu yang sama dengan
potensial kimia air yang dalam suatu sistem
dibandingkan dengan potensial kimia air murni pada
tekanan atmosfir dan suhu yang sama. Mereka
menganggap bahwa potensial air murni dinyatakan
sebagai nol. Tekanan yang diberikan pada air atau suatu
larutan, akan meningkatkan energi bebasnya sehingga
potensial airnya meningkat. Seperti juga gas, zat cair
termasuk air dapat melakukan difusi dimana dijelaskan
bahwa konsentrasi air dapat berubah apabila di dalam
air tersebut dilarutkan suatu zat yang terlarut [4].
Konsep dasar proses imbibisi yang terjadi di
dalam biji tumbuhan meliputi dua proses yang berjalan
bersama-sama, yaitu proses difusi dan osmosis.
Dikatakan proses difusi karena air bergerak dari larutan
yang lebih rendah konsentrasinya di luar biji, masuk ke
dalam zat di dalam biji yang mempunyai konsentrasi
lebih tinggi. Sedang proses osmosis tidak lain terjadi
karena kulit biji bersifat permeabel terhadap molekulmolekul, sehingga air dapat masuk ke dalam biji
melalui pori-pori yang ada di dalam kulit biji. Seperti
halnya proses difusi dan osmosis, proses imbibisi
antara lain dipengaruhi pula kadar atau konsentrasi
larutan[5].
4. KESIMPULAN
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan praktikum didapat
kesimpulan sebagai berikut
1.
Tanaman jagung dapat menyerap air lebih tinggi
pada benih jagung pengamatan pada imbibisi
benih jagung hidup diperoleh persentase
peningkatan terbesar pada ulangan ke dua
2.
3.
mencapai 47%. Sedangkan pada benih mati
persentase peningkatan terbesar pada ulangan ke
dua mencapai 35%.
Hasil persentase peningkatan kadar air benih
kacang panjang terbesar pada benih hidup
diperoleh hasil tertinggi pada benih hidup pada
ulangan lima dengan hasil 42% dan pada sample
benih mati hasil tertinggi diperoleh pada pada
ulangan satu mencapai hasil 11,81%.
Konsep dasar proses imbibisi yang terjadi di
dalam biji tumbuhan meliputi dua proses yang
berjalan bersama-sama, yaitu proses difusi dan
osmosis
5. DAFTAR PUSTAKA
[1] Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001.
Principle of Seed Science and Technology. 4th ed.
Kluwer Academic Publisher. Massachusetts.
467p.
[2] Campbell, neil A. Dkk. 2002. Biologi edisi
kelima-jilid 2. Jakarta : Erlangga
[3] Siregar, Arbaya. 2003. Fisiologi Tumbuhan.
Direktoral
Jendral
Pendidikan
Tingkat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Bandung
[4] Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
[5] Kuswanto,
Hendarto.
1996. Dasar –Dasar
Teknologi, Produksi, dan Sertivikasi Benih.
Penerbit Andi, Yogyakarta.
[6] Tjitrosomo,
S.
S.
1985. Botani
Umum 2. Angkasa, Bandung.
mays) DAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea)
Anggara Ista Putra1
NIM 2014102003110971
Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang Telp. 0341-464318-319 Fax. 0341-460435, 460782 Malang 65144
Abstrak- Faktor genetik yang berpengaruh adalah
susunan kimiawi benih, kadar air benih, kegiatan
enzim dalam benih serta legiatan fisik dan biokimiawi
dari kulit benih. Sedangkan faktor lingkungan yang
sangat berpengaruh adalah air, cahaya, gas, suhu, dan
oksigen. Air merupakan faktor yang sangat berperan
dalam perkecambahan benih. Dua faktor penting yang
mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah kulit
pelindung biji dan jumlah air yang tersedia pada
medium disekitarnya. Berdasarkan uraian latar
belakang tersebut, pelaksanaan kegiatan praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui arti penting imbibsi pada
perkecambahan benih, dapat membedakan komposisi
dan permeabilitas benih antar spesies tanaman yg
berpengaruh
terhadap
imbibisi,
dan
mendemontrasikan pemahaman tentang potensial air
pada perkecambahan benih. Pelaksanaan praktikum
ini dilakukan di Laboratorium Agronomi A dan
terlaksana pada tanggal 6 November 2017.
Kata Kunci: potensial, difusi, osmosis, permeable
1. PENDAHULUAN
Benih atau biji merupakan hasil dari fase
generatif tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan
tanam untuk generasi berikutnya. Untuk mendapatkan
tanaman dewasa yang sempurna, benih tersebut harus
melalui proses perkecambahan. Perkecambahan adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari
embrio serta menunjukkan kemampuan untuk
berkembang menjadi tanaman normal pada keadaan
alam yang menguntungkan. Proses perkecambahan
benih dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan.
Faktor genetik yang berpengaruh adalah
susunan kimiawi benih, kadar air benih, kegiatan enzim
dalam benih serta legiatan fisik dan biokimiawi dari
kulit benih. Sedangkan faktor lingkungan yang sangat
berpengaruh adalah air, cahaya, gas, suhu, dan oksigen.
Air merupakan faktor yang sangat berperan dalam
perkecambahan benih. Dua faktor penting yang
mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah kulit
pelindung biji dan jumlah air yang tersedia pada
medium disekitarnya.
Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh
permukaan zat-zat yang hidrofilik, seperti protein, pati,
selulosa, agar-agar, gelatin, liat dan lainnya yang
menyebabkan zat tersebut dapat mengembang setelah
menyerap air. Kemampuan untuk menyerap air
misalnya pada biji biasa disebut dengan potensial
imbibisi dan prosesnya disebut dengan imbibisi. Difusi
adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu
zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke
bagian yang berkonsentrasi rendah. Osmosis adalah
suatu topik yang penting dalam biologi karena
fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat
ditransportasikan
ke
dalam
dan
ke
luar
sel. Perkecambahan benih dimulai saat terjadi imbibisi
air ke dalam benih. Tingkat imbibisi yang terjadi
dipengaruhi oleh komposisi benih, impermeabilitas
lapisan luar benih, dan ketersediaan air. Ketersediaan
air untuk imbibisi tergantung pada potensial air sel.
Potensial air sel tersebut merupakan hasil dari tiga
potensial yaitu tekanan matriks dinding sel, konsentrasi
osmotik sel, dan tekanan turgor sel [1].
Di dalam sel dapat terjadi perpindahan zat baik
itu terjadi secara difusi, osmosis dan ada pula yang
terjadi karena imbibisi. Proses imbibisi bergantung
pada membran sel yang selektif mengatur keluar
masuknya zat karena pada membran inilah yang
menjadi filter atau menyeleksi zat yang dapat masuk
atau keluar dari suatu sel.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut,
pelaksanaan kegiatan praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui arti penting imbibsi pada perkecambahan
benih, dapat membedakan komposisi dan permeabilitas
benih antar spesies tanaman yg berpengaruh terhadap
imbibisi, dan mendemontrasikan pemahaman tentang
potensial air pada perkecambahan benih.
2. BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Praktikum
Pelaksanaan praktikum ini dilakukan di
Laboratorium Agronomi A dan terlaksana pada tanggal
6 November 2017.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini
adalah pisau, cawan petri, timbangan analitik, oven,
gelas ukur, alat tulis, dan alat dokumentasi.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam
praktikum kali ini adalah Benih Jagung (Zea mays) dan
Kacang Tanah (Arachis hypogea), dan aquadest
Prosedur Praktikum
Pada praktikum kali ini dimulai dengan
menyiapkan alat dan bahan. Menimbang dua kelompok
benih dan mencatat hasil pertimbangannya. Kelompok
benih petama dimasukan oven selama 24 jam dengan
suhu 170oC dan kelompok kedua dibiarkan tidak
dipanasi. Kelompok benih kemudian direndam dengan
aquadest selama 1 jam. Masing masing ditimbang
kembali dan dicatat hasilnya dan tentukan presentasi
peningkatan bobot benih yang disebabkan tambahan
air.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Imbibisi pada benih jagung hidup dan mati
Ulangan
Perlakuan
U1
Mati
Hidup
Mati
Hidup
Mati
Hidup
Mati
Hidup
Mati
Hidup
U2
U3
U4
U5
Berat Awal
(gram)
2,851
2,810
3,110
3,384
3,130
3,557
3,057
2,897
2,793
4,021
Berdasarkan tabel 2, hasil imbibisi benih jagung
(Zea mays L.) hidup dan mati menghasilkan persentase
peningkatan terbesar pada benih hidup diperoleh hasil
tertinggi pada benih hidup pada ulangan 2 dengan hasil
47% dan pada sampel benih mati hasil tertinggi
diperoleh pada pada ulangan 2 mencapai hasil 35%.
Hasil tertendah pada sample benih hidup diperoleh
pada ulangan 5 dengan hasil 0.97% dan pada sampel
benih mati hasil terendah di peroleh pada ulangan 4
dengan hasil 4.40%. Proses penyerapan aquadest atau
imbibisi disebabkan oleh tekanan dari lingkungan
sekitar benih yang mengarah ke dalam benih. Bentuk
akibat potensial air yang rendah pada biji yang kering.
Berat Setelah
Perlakuan
3,253
3,110
3,460
3,580
3,600
3,670
3,192
3,124
2,920
4,422
% Peningkatan
14,10%
8,30%
35,00%
47,00%
15,61%
3,10%
4,40%
8,09%
4,50%
0,97%
Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang
dan memecahkan kulit pembungkusnya dan juga
memicu perubahan metabolik pada embrio yang
menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhan
[2]
.
Imbibisi terjadi karena permukaan strukturstruktur mikroskopik dalam sel tumbuhan seperti
selulosa, butir pati, protein dan bahan lainnya menarik
dan memegang molekul-molekul air dengan gaya tarik
antar molekul. Dengan kata lain imbibisi terjadi oleh
potential matrik [6].
Tabel 2 Imbibisi pada benih kacang tanah hidup dan mati
Ulangan
Perlakuan
U1
Mati
Hidup
Mati
Hidup
Mati
Hidup
Mati
Hidup
Mati
Hidup
U2
U3
U4
U5
Berat Awal
(gram)
3,285
3,837
3,285
3,100
3,235
3,557
3,285
3,825
3,825
3,809
Berdasarkan tabel 2 hasil imbibisi benih kacang
tanah (Arachis hypogaea ) hidup dan mati
menghasilkan persentase peningkatan terbesar pada
benih hidup diperoleh hasil tertinggi pada benih hidup
pada ulangan 5 dengan hasil 42% dan pada sampel
benih mati hasil tertinggi diperoleh pada pada ulangan
1 mencapai hasil 11,81%. Hasil terendah pada sampel
benih hidup diperoleh pada ulangan 1 dengan hasil
10,6% dan pada sampel benih mati hasil terendah di
peroleh pada ulangan 2 sampai 5 dengan hasil 0,97%.
Perendaman benih pada aquadest menyebabkan terjadi
Berat Setelah
Perlakuan
3,673
4,246
3,253
3,552
3,253
3,322
3,253
4,515
3,353
4,612
% Peningkatan
11,81%
10,60%
0,97%
42,00%
0,97%
12,20%
0,97%
18,04%
0,97%
21,20%
peningkatan bobot benih secara nyata. Penyerapan air
oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik, seperti protein,
pati, selulosa, agar-agar, gelatin, liat dan zat-zat lainnya
yang menyebabkan zat tersebut dapat mengembang
setelah menyerap air tadi. Kemampuan benda tadi
untuk meyerap air disebut potensial imbibisi. Banyak
sedekitnya air dapat di imbibisi oleh suatu zat yang
sangat tergantung pada nilai potensial air di sekitarnya.
Suatu percobaan dengan biji yang di rendam dalam
larutan menunjukkan jumlah air yang dapat di imbibisi
oleh biji tersebut [3].
Potensial air sebagai sesuatu yang sama dengan
potensial kimia air yang dalam suatu sistem
dibandingkan dengan potensial kimia air murni pada
tekanan atmosfir dan suhu yang sama. Mereka
menganggap bahwa potensial air murni dinyatakan
sebagai nol. Tekanan yang diberikan pada air atau suatu
larutan, akan meningkatkan energi bebasnya sehingga
potensial airnya meningkat. Seperti juga gas, zat cair
termasuk air dapat melakukan difusi dimana dijelaskan
bahwa konsentrasi air dapat berubah apabila di dalam
air tersebut dilarutkan suatu zat yang terlarut [4].
Konsep dasar proses imbibisi yang terjadi di
dalam biji tumbuhan meliputi dua proses yang berjalan
bersama-sama, yaitu proses difusi dan osmosis.
Dikatakan proses difusi karena air bergerak dari larutan
yang lebih rendah konsentrasinya di luar biji, masuk ke
dalam zat di dalam biji yang mempunyai konsentrasi
lebih tinggi. Sedang proses osmosis tidak lain terjadi
karena kulit biji bersifat permeabel terhadap molekulmolekul, sehingga air dapat masuk ke dalam biji
melalui pori-pori yang ada di dalam kulit biji. Seperti
halnya proses difusi dan osmosis, proses imbibisi
antara lain dipengaruhi pula kadar atau konsentrasi
larutan[5].
4. KESIMPULAN
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan praktikum didapat
kesimpulan sebagai berikut
1.
Tanaman jagung dapat menyerap air lebih tinggi
pada benih jagung pengamatan pada imbibisi
benih jagung hidup diperoleh persentase
peningkatan terbesar pada ulangan ke dua
2.
3.
mencapai 47%. Sedangkan pada benih mati
persentase peningkatan terbesar pada ulangan ke
dua mencapai 35%.
Hasil persentase peningkatan kadar air benih
kacang panjang terbesar pada benih hidup
diperoleh hasil tertinggi pada benih hidup pada
ulangan lima dengan hasil 42% dan pada sample
benih mati hasil tertinggi diperoleh pada pada
ulangan satu mencapai hasil 11,81%.
Konsep dasar proses imbibisi yang terjadi di
dalam biji tumbuhan meliputi dua proses yang
berjalan bersama-sama, yaitu proses difusi dan
osmosis
5. DAFTAR PUSTAKA
[1] Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001.
Principle of Seed Science and Technology. 4th ed.
Kluwer Academic Publisher. Massachusetts.
467p.
[2] Campbell, neil A. Dkk. 2002. Biologi edisi
kelima-jilid 2. Jakarta : Erlangga
[3] Siregar, Arbaya. 2003. Fisiologi Tumbuhan.
Direktoral
Jendral
Pendidikan
Tingkat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Bandung
[4] Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
[5] Kuswanto,
Hendarto.
1996. Dasar –Dasar
Teknologi, Produksi, dan Sertivikasi Benih.
Penerbit Andi, Yogyakarta.
[6] Tjitrosomo,
S.
S.
1985. Botani
Umum 2. Angkasa, Bandung.