Sistem Pelaksanaan Manajemen Logistik Alat Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2.1.1 Ketentuan Umum

Program JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari SJSN yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi sosial yang bertujuan agar seluruh penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Tujuan pelaksanaan program JKN untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Unsur-unsur penyelenggaraan dalam Jaminan Kesehatan Nasional meliputi:

1. Regulator

Yang meliputi berbagai kementerian/lembaga terkait antara lain Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Kesehatan, Kementerian Keuangan, Kementerian Sosial, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri, dan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN).

2. Peserta Program JKN

Peserta Program JKN adalah seluruh penduduk Indonesia, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.


(2)

3. Pemberi Pelayanan Kesehatan

Pemberi Pelayanan Kesehatan adalah seluruh fasilitas layanan kesehatan primer (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) dan rujukan (Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut)

4. Badan Penyelenggara

Badan Penyelenggara adalah badan hukum publik yang menyelenggarakan program jaminan kesehatan sebagaimana yang ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

2.1.2. Prinsip Prinsip Penyelenggaraan

Dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) mengacu pada prinsip-prinsip sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu:

1. Kegotongroyongan

Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaannya bersifat wajib untuk seluruh penduduk.

2. Nirlaba

Dana yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah dana amanah yang dikumpulkan dari masyarakat secara nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.


(3)

3. Keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.

Prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.

4. Portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Kepesertaan bersifat wajib

Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah, serta kelayakan penyelenggaraan program.

6. Dana Amanah

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

7. Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial

Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

2.1.3 Peserta JKN


(4)

a. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran atau yang iurannya dibayar pemerintah.

b. Peserta program JKN terdiri atas 2 kelompok yaitu: Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan.

c. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu.

d. Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan kesehatan adalah Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, Pekerja Bukan Penerima Upah dan

anggota keluarganya, serta bukan Pekerja dan anggota keluarganya.

Peserta JKN diberikan nomor identitas tunggal oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Bagi peserta: Askes sosial dari PT. Askes (Persero), jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) dari PT. (Persero) Jamsostek, program Jamkesmas dan TNI/POLRI yang belum mendapatkan nomor identitas tunggal peserta dari BPJS Kesehatan, tetap dapat mengakses pelayanan dengan menggunakan identitas yang sudah ada.

Anak pertama sampai dengan anak ketiga dari peserta pekerja penerima upah sejak lahir secara otomatis dijamin oleh BPJS Kesehatan. Bayi baru lahir dari : a. peserta pekerja bukan penerima upah;

b. peserta bukan pekerja;


(5)

harus didaftarkan selambat-lambatnya 3x24 jam hari kerja sejak yang bersangkutan dirawat atau sebelum pasien pulang (bila pasien dirawat kurang dari 3 hari). Jika sampai waktu yang telah ditentukan pasien tidak dapat menunjukkan nomor identitas peserta JKN maka pasien dinyatakan sebagai pasien umum.

Menteri Sosial berwewenang menetapkan data kepesertaan Penerima Bantuan Iuran (PBI). Selama seseorang ditetapkan sebagai peserta PBI, maka yang bersangkutan berhak mendapatkan manfaat pelayanan kesehatan dalam JKN. Sampai ada pengaturan lebih lanjut oleh Pemerintah tentang jaminan kesehatan bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) maka gelandangan, pengemis, orang terlantar dan lain-lain menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Demikian juga untuk penghuni panti-panti sosial serta penghuni rutan/lapas yang miskin dan tidak mampu.

2.1.4 Penyelenggara JKN

Jaminan Kesehatan Nasional Diselenggarakan oleh Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS), BPJS ada dua macam yaitu :

1. BPJS Kesehatan yaitu menyelenggarakan kesehatan bagi seluruh peserta

yang terdaftar baik itu Penerima Bantuan Iuran (PBI) dari Pemerintah maupun non Penerima bantuan Iuran ( mandiri )

2. BPJS Ketenagakerjaan BPJS Ketenagakerjaan, menyelenggarakan

program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun dan Jaminan Kematian.


(6)

2.2 Fasilitas Kesehatan

Pelayanan kesehatan dalam program JKN diberikan secara berjenjang, efektif dan efisien dengan menerapkan prinsip kendali mutu dan kendali biaya . Pelayanan kesehatan diberikan di fasilitas kesehatan yang telah melakukan perjanjian kerjasama dengan BPJS Kesehatan atau pada keadaan tertentu (kegawatdaruratan medik atau darurat medik) dapat dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

Fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk peserta JKN terdiri atas fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL). FKTP dimaksud adalah:

1. Puskesmas atau yang setara, 2. Praktik Dokter,

3. Praktik dokter gigi,

4. Klinik Pratama atau yang setara,

5. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara.

Dalam hal di suatu kecamatan tidak terdapat dokter berdasarkan penetapan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat, BPJS Kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik bidan dan/atau praktik perawat untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai dengan kewenangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. (FKRTL) berupa:

1. Klinik utama atau yang setara, 2. Rumah Sakit Umum,


(7)

2.3 Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. (Permenkes,2014)

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD) puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugasnya puskesmas menyelenggarakan fungsi : a.penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat

b. penyelenggaraan upaya kesehatan perseorangan

2.3.1 Kategori Puskesmas

Dalam rangka pemenuhan pelayanan kesehatan yang didasarkan pada kebutuhan dan kondisi masyarakat, puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan kemampuan penyelenggaraan dan karakteristik wilayah kerja. (Permenkes,2014) 2.3.1.1 Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan puskesmas dibagi menjadi : a. Puskesmas non rawat inap


(8)

Puskesmas non rawat inap adalah puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan persalinan normal.

b. Puskesmas rawat inap

puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap dan pelayanan rawat jalan selama 24 jam. Ketentuan umum puskesmas rawat inap adalah hanya diperuntukkan untuk kasus-kasus yang lama rawatnya paling lama 5 hari. Pasien yang memerlukan perawatan lebih dari 5 hari harus dirujuk ke rumah sakit secara terencana.

2.3.1.2. Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya puskesmas dikategorikan menjadi :

a. Puskesmas kawasan perkotaan b. Puskesmas kawasan pedesaan

c. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil

Puskesmas kawasan perkotaan merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut :

a. Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor non agraris, terutama industri, perdagangan dan jasa.

b. Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel.

c. Lebih dari 90% (Sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik d. Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan.


(9)

Puskesmas kawasan pedesaan merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan pedesaan sebagai berikut :

a. Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor agraris b. Memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel.

c. Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (Sembilan puluh persen)

d. Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas sekolah, pasar, rumah sakit.

Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil dan sangat terpencil merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan dengan karakteristik sebagai berikut:

a. Berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil, gugus pulau atau pesisir

b. Akses transportasi umum rutin 1 kali dalam seminggu, jarak tempuh pulang pergi dari ibukota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam dan transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim atau cuaca

c. Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil.

2.3.2 Penyelenggaraan Puskesmas

Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama.


(10)

1. upaya kesehatan masyarakat esensial, yaitu : a. Pelayanan promosi kesehatan

b. Pelayanan kesehatan lingkungan

c. Pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana d. Pelayanan gizi

e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.

2. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan, yaitu :

a. Pelayanan kesehatan jiwa

b. Upaya kesehatan gigi masyarakat

c. Pengobatan traditional komplementer dan alternative d. Usaha kesehatan sekolah

e. Kesehatan indera f. Kesehatan lansia

g. Kesehatan kerja dan olahraga

B. Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk : a. Rawat jalan

b. Pelayanan gawat darurat

c. Pelayanan satu hari (one day care) d. Home care


(11)

Upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur operasional dan standar pelayanan. Untuk melaksanakan upaya kesehatan masyarakat maupun perorangan, puskesmas harus menyelenggarakan : manajemen puskesmas, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat, pelayanan laboratorium.

2.3.3 Jaringan Pelayanan dan Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, puskesmas didukung oleh jaringan pelayanan puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan. Jaringan pelayanan puskesmas terdiri atas :

a. Puskesmas pembantu, memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam wilayah kerja puskesmas

b. Puskesmas keliling, memberikan pelayanan kesehatan yang sifatnya bergerak

(mobile) untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan bagi masyarakat di

wilayah kerja puskesmas yang belum terjangkau oleh pelayanan dalam gedung puskesmas.

c. bidan desa, merupakan bidan yang ditempatkan dan bertempat tinggal pada satu kerja dalam wilayah kerja puskesmas.

Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas : klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. (Permenkes,2014)

2.4 Alat Kesehatan

Menurut Permenkes Nomor 1191 Tahun 2010 alat kesehatan adalah instrument, apparatus, mesin dan atau implant yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan


(12)

penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

Alat kesehatan berdasarkan tujuan penggunaan sebagaimana dimaksud oleh produsen, dapat digunakan sendiri maupun kombinasi untuk manusia dengan satu atau beberapa tujuan sebagai berikut :

a. Diagnosis, pencegahan, pemantauan, perlakuan atau pengurangan penyakit. b. Diagnosis, pemantauan, perlakuan, pengurangan atau kompensasi kondisi sakit. c. Penyelidikan, penggantian, pemodifikasian, mendukung anatomi atau proses fisiologis

d. Mendukung atau mempertahankan hidup e. Menghalangi pembuahan

f. Desinfeksi alat kesehatan

g. Menyediakan informasi untuk tujuan medis atau diagnosis melalui pengujian in vitro terhadap spesimen dari tubuh manusia.

Peralatan kesehatan di puskesmas harus memenuhi persyaratan : a. Standar mutu, keamanan dan keselamatan

b. Memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

c. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang. (Permenkes, 2014)

2.5 Kompendium Alat Kesehatan

Kompendium Alat Kesehatan merupakan daftar dan alat spesifikasi alat kesehatan dan bahan medis habis pakai terpilih dengan persyaratan standar


(13)

minimal keamanan, mutu dan manfaat untuk digunakan di fasilitas kesehatan dalam pelaksanaan JKN.(Permenkes,2014)

Kompendium alat kesehatan digunakan sebagai acuan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Kompendium alat kesehatan sebagaimana yang dimaksud dalam diktum kesatu memuat daftar alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang terdiri dari :

a. Alat kesehatan elektromedik ( 49 alat )

b. Alat kesehatan non elektromedik ( 41 alat ) c. Produk diagnostik in vitro ( 25 alat)

Daftar alat selengkapnya lihat pada lampiran.

2.6 Manajemen Logistik.

Manajemen logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni dalam proses perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat. Manajemen logistik mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efisien dan efektif. Keberhasilan suatu organisasi mencapai tujuan didukung oleh pengelolaan faktor-faktor antara lain Man, Money, Machine,

Methode dan Material. Pengelolaan yang baik dan seimbang pada kelima faktor


(14)

Gambaran siklus sistem administrasi manajemen logistik sebagai berikut :

Gambar 2.6 Siklus Administrasi Manajemen Logistik (Subagya, 1994).

Menurut Lukas Dwiantara dan Rumsari Hadi (2004), Manajemen logistik merupakan serangkaian kegiatan perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan terhadap kegiatan pengadaan pencatatan, pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan dan penghapusan logistik guna mendukung efektivitas dan efisiensi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.

Menurut Hartono ( 2004 ) manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan yakni perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penghapusan.

2.6.1 Tujuan Manajemen Logistik

Pada dasarnya tujuan manajemen logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam- macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu yang dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai ke lokasi di mana ia dibutuhkan, dan dengan total biaya yang terendah.

Unsur Manajemen : -Man -Money -Material - Machine - Methode Fungsi Manajemen - Planning - Organizing - Actuating - Controlling - Methode

Fungsi logistik : - Perencanaan - Penganggaran - Pengadaan - Penyimpanan - Penyaluran - Penghapusan - Pengendalian


(15)

1) Tujuan umum.

a. Tujuan operasional adalah agar tersedia barang atau bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai.

b. Tujuan keuangan adalah agar operasional dapat terlaksana dengan biaya yang serendah rendahnya.

c. Tujuan pengamanan adalah agar persediaan tidak terganggu dari kerusakan, pemborosan, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar.

2) Tujuan khusus.

Mendukung efektifitas dan efesiensi dalam setiap upaya pencapaian tujuan organisasi.

2.6.2 Fungsi Perencanaan

Perencanaan mencakup aktivitas dalam menetapkan sasaran-sasaran, pedoman-pedoman, pengukuhan penyelenggaraan bidang logistik. Dalam tahapan perencanaan logistik, perencanaan dikatakan baik apabila mampu menjawab hal-hal sebagai berikut :

1. Apa yang dibutuhkan untuk menentukan jenis barang yang tepat (what) 2. Berapa yang dibutuhkan untuk menentukan jumlah yang tepat (how much) 3. Bila mana dibutuhkan untuk menentukan tempat yang tepat (where) 4. Dimana dibutuhkan untuk menentukan waktu yang tepat (when)

5. Siapa yang mengurus dan siapa yang menggunakan untuk menentukan orang atau unit yang tepat (who)


(16)

7. Mengapa dibutuhkan untuk memeriksa apakah keputusan yang diambil sudah tepat (why)

Perencanaan kebutuhan alat kesehatan disusun berdasarkan : a. Usulan dari UPT kementerian kesehatan

b. Usulan Pemda melalui e-planning

c. Program prioritas kesehatan : PONED, PONEK, HIV, Revitalisasi Puskesmas d. Peralatan canggih

e. Jenis Alkes diperbaharui secara berkesinambungan

2.6.3 Fungsi Penganggaran

Penganggaran adalah semua kegiataan dan usaha untuk merumuskan perincian penetuan kebutuhan dalam suatu skala standar tertentu, yaitu skala mata uang dan jumlah biaya, dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku baginya. Dalam usaha penyempurnaan anggaran perlengkapan atau logistik diharapkan adanya berbagai macam anggaran sebagai berikut :

a. Anggaran pembelian

b. Anggaran perbaikan dan pemeliharan

c. Anggaran penyimpanan dan penyaluran

d. Anggaran penelitian dan pengembangan barang

e. Anggaran penyempurnaan administrasi barang

f. Anggaran pengawasan barang

g. Anggaran penyedian dan peningkatan mutu personil.

Siklus anggaran ini terdiri atas 5 tahap yaitu:


(17)

Tahap kedua : pengesahan anggaran negara Tahap ketiga : pelaksanaan anggaran negara

Tahap empat : pengawasan dan pemeriksaan anggaran negara Tahap kelima : pertanggungjawaban anggaran negara

2.6.4 Fungsi Pengadaan

Pengadaan ialah segala kegiatan dan usaha untuk menambah dan memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. Pengadaan dapat dilakukan dengan cara : Pembelian, penyewaan, peminjaman, pemberian (hibah), penukaran, dan pembuatan perbaikan.

Proses pengadaan peralatan dan perlengkapan pada umumnya dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Perencanaan dan penentuan kebutuhan

Untuk menghindarkan pemborosan perlu diadakan pembatasan-pembatasan kebutuhan terhadap perlengkapan dan peralatan.

b. Penyusunan dokumen tender

Dokumen tender adalah suatu dokumen yang berisikan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu pelelangan.

c. Pengiklanan atau penyampaian undangan lelang

Sebagai pemberitahuan kepada masyarakat yang berkepentingan untuk memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang mampu dan memenuhi syarat mengikuti tender.


(18)

d. Pemasukan dan pembukuan penawaran

Setelah penyampaian undangan lelang biasanya dokumen tender disebarluaskan, baik secara cuma-cuma atau dijual.

e. Evaluasi penawaran

Pada pelaksanan tender yang kompleks penawar yang terendah belum tentu menjadi pemenang dan untuk itu diperlukan suatu sistem evaluasi tender yang khusus, antara lain meliputi: evaluasi administrasi, evaluasi teknis dan evaluasi faktor-faktor lain.

f. Pengusulan dan penentuan pemenang

Panitia pelelangan setelah mengadakan evaluasi menyampaikan usulan pemenang kepada jabatan yang berwenang untuk menetapkan pemenang dengan dilampirkan berita hasil evaluasi.

g. Masa sanggah

Kepada peserta lelang biasanya diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan tertulis kepada atasan dari pejabat yang berwenang menetapkan pemenag mengenai ketetapan yang telah dikeluarkan panitia dalam pelaksanaan prosedur pelelangan

h. Penunjukan pemenang

Berdasarkan keputusan penetapan pemenang, kepala kantor atau satuan kerja atau pemimpin proyek menunjukan pemenang pelelangan sebagai pelaksana pengadaan.


(19)

i. Pengaturan kontrak

Setelah penunjukan pemenang dibuatlah surat pesanan atau surat perintah kerja atau kontrak sesuai jenis transaksinya.

j. Pelaksanaan kontrak atau penyerahan barang

Setelah kontrak ditandatangani terjadilah ikatan antara pembelian dengan penjual.

Pada era JKN Kompendium Alat Kesehatan dijadikan sebagai acuan dalam menentukan pembelian alat kesehatan yang cost effective sesuai mutunya. Pengadaan alat kesehatan dilaksanakan melalui e- catalog :

- dilakukan secara e-purchasing

- Daftar alat kesehatan dan spesifikasi telah tercantum dalam e-catalog.

- e-catalog alat kesehatan mengatur biaya distribusi sampai prov/kab kota.

Persyaratan e-catalog alat kesehatan :

a. Disalurkan oleh distributor yang memiliki ijin penyalur alat kesehatan (IPAK) sesuai kemampuan sarana

b. Alat kesehatan telah memiliki nomer ijin edar dari Kementrian Kesehatan c. Transparansi dan kewajaran pada : harga yang wajar, spesifikasi dan layanan purna jual.

2.6.5 Fungsi Penyimpanan

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pengurusan penyelanggaran dan pengaturan barang persediaan di dalam ruang penyimpanan. Beberapa faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam fungsi penyimpanan antara lain :


(20)

1. Pemilihan Lokasi

2. Barang

3. Pengaturan ruang

4. Prosedur atau sistem penyimpanan

5. Penggunaan alat bantu

6. Pengamanan dan keselamatan

Ruang penyimpanan atau gudang dapat digolongkan kedalam jenis-jenis sebagai berikut:

a. Gedung terbuka

Terdiri dari gedung terbuka yang tidak diolah dan gedung terbuka diolah. b. Gedung semi tertutup

Merupakan suatu kombinasi antara penyimpanan terbuka dan penyimpanan dalam gudang.

c. Gedung tertutup

Dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis bentuk yaitu : gudang transit, gudang serba guna, gudang kedap udara, gudang pendinginan, tangki kering, gudang penyimpanan tahan api, dangau orang Eskimo.

2.6.6 Fungsi pendistribusian

Pendistribusian adalah merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya (Subagya, 1994)


(21)

a. Semua jenis logistik yang dibeli atau diadakan baik melalui pihak ketiga (rekanan) maupun pembelian sendiri harus melalui dan dan diterima oleh panitia penerima barang.

b. Setelah panitia penerima barang menerima logistik yang diserahkan maka harus melakukan pengecekan secara cermat terhadap jenis barang apakah sudah sesuai dengan kontrak baik jenis, spesifikasi dan jumlahnya. Kelengkapan dokumen pengiriman juga harus diperiksa apakah telah sesuai dengan kontrak ( nama rekanan, tanggal pengiriman, jenis, jumlah, harga barang, dan lain sebagainya ). c. Dilihat apakah pengiriman telah melampaui batas waktu sesuai dengan batas waktu yang tertera dalam kontrak. Jika melampaui maka panitia penerima barang membubuhkan tanda tanggalnya sesuai dengan tanggal pada saat barang tersebut diterima.

d. Setelah dokumen selesai diperiksa maka barang didistribusikan ke puskesmas, puskesmas akan mendistribusikan ke unit jaringannya sesuai dengan kebutuhan.

2.6.7 Fungsi Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah suatu usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis dan daya guna suatu alat produksi atau fasilitas kerja dengan jalan merawat, memperbaiki, merehabilitasi dan menyempurnakan. Tahap- tahap pemeliharaan yaitu :

1. Tahap perencanaan

2. Tahap pelaksanaan pemeliharaan


(22)

2.6.8 Fungsi Penghapusan

Secara umum penghapusan dapat dikatakan sebagai kegiatan dan usaha-usaha pembebasan barang dari pertanggungjawaban sesuai peraturan atau perundang-undangan. Penghapusan umumnya dilakukan atas dasar :

a. Barang hilang

b. Teknis dan ekonomis

c. Surplus dan ekses

d. Tidak bertuan

e. Rampasan

Program penghapusan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek yuridis,

administrative dan proseduril ; aspek rencana pelaksanaan teknis. Dalam

pengelolaan penghapusan barang, dikenal adanya beberapa tahap, yang sekaligus merupakan siklus kegiatan penghapusan, yakni :

a. Tahap penyidikan atau pengenalan

b. Tahap penyaringan dan tahap penyelesaian c. Tahap pelaksanaan dan pengendalian

Cara-cara Penghapusan

Cara-cara Penghapusan yang lazim dilaksanakan sebagai berikut : a. Pemanfaatan langsung

b. Pemanfaatkan kembali

c. Pemindahan

d. Hibah


(23)

f. Pemusnahan

2.6.9 Fungsi Pengendalian

Pengendalian merupakan inti dari pengelolaan perlengkapan yang meliputi usaha untuk memonitor dan pengamankan keseluruhan pengelolaan logistik. Sarana Pengendalian terdiri dari :

1. Struktur Organisasi

Agar dapat melaksanakan pengedalian seefektif mungkin, maka harus jelas tugas pokok dan ruang lingkup organisasi suatu unit, jelas wewenang dan tanggung jawabnya.

2. Sistem dan Prosedur

Landasan peraturan merupakan dasar utama pengendalian khusus merupakan titik tolak dimana persoalan-persoalan harus diselesaikan.

3. Petugas

Personil yang disiplin, cakap dan trampil sangat meringankan beban pengendalian.

4. Peralatan

Tidak selalu barang fisik, tapi bisa buku petunjuk, standar-standar dan sebagainya yang merupakan pula sarana dalam memperlancarkan suatu sistem.

Fungsi utama dari pengendalian haruslah :

a. Menjadi sarana pengelola atau pembina logistik berupa data-data informasi

yang bermanfaat bagi fungsi-fungsi logistik atau lainnya.

b. Menjadi sarana bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan.


(24)

Untuk penyelenggaran fungsi tersebut, fungsi pengendalian mengandung kegiatan-kegiatan :

a. Inventarisasi menyangkut kegiatan-kegiatan dalam perolehan data logistik

b. Pengawasan menyangkut kegiatan-kegiatan untuk menetapkan ada tidaknya

deviasi-deviasi penyelenggaraan dari rencana-rencana logistik.

c. Evaluasi menyangkut kegiatan-kegiatan memonitor, menilai dan membentuk

data-data logistik yang diperlukan, hingga merupakan informasi bagi fungsi-fungsi logistik lainnya.

Peranan Inventarisasi dalam Pengendalian : Inventarisasi digunakan sebagai sarana dan sumber informasi baik bagi pemimpin, staf dan para pengawas. Dalam inventarisasi kegiatan-kegiatan yang telah dapat kita identifikasi mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Menyediakan data untuk merencanakan kebutuhan peralatan dan

perlengkapan

b. Memberikan informasi untuk dijadikan bahan pengarahan dalam pengadaan

peralatan dan perlengkapan

c. Memberikan pedoman dalam fungsi penyimpanan dan penyaluran

d. Memberikan petunjuk dalam rangka pemeliharaan peralatan dan perlengkapan

e. Menyediakan data atau informasi dalam menentukan barang lebih dan

menghapus dari pertanggungjawaban administratif

f. Dengan menerapkan dan mengembangkan klasifikasi dan kodefikasi untuk

menuju sasaran katalogisasi dan standardisasi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.


(25)

2.7 Kerangka Pikir Penelitian :

Gambar 2.7 Kerangka Pikir Penelitian

Penjelasan :

Pelaksanaan manajemen logistik alat kesehatan yang baik sangat penting untuk menunjang pelayanan kesehatan di puskesmas. Sarana pengangkutan akan membantu dalam proses pendistribusian alkes, sumberdaya manusia pengelola alkes di puskesmas akan melaksanakan proses pendistribusian, penyimpanan, pengendalian dan penghapusan alkes, metode pengelolaan yang diterapkan akan mempengaruhi terhadap semua fungsi logistik dan dana yang tersedia akan menentukan pengadaan, pendistribusian, pemeliharaan dan penghapusan. Dari proses manajemen logistik akan menghasilkan ketersediaan alkes dalam jenis dan jumlah yang cukup, dan penanganan pasien menjadi efisien dan efektif.

MANAJEMEN LOGISTIK

INPUT PROSES OUTPUT

- Sarana - Sumber daya manusia

- Metode pengelolaan - Dana

- Perencanaan - Penganggaran - Pengadaan - Pendistribusian - Penyimpanan - Pemeliharaan - Pengendalian - Penghapusan - Pengendalian

- Ketersediaan alkes - Penanganan penyakit efisien dan efektif


(1)

1. Pemilihan Lokasi

2. Barang

3. Pengaturan ruang

4. Prosedur atau sistem penyimpanan

5. Penggunaan alat bantu

6. Pengamanan dan keselamatan

Ruang penyimpanan atau gudang dapat digolongkan kedalam jenis-jenis sebagai berikut:

a. Gedung terbuka

Terdiri dari gedung terbuka yang tidak diolah dan gedung terbuka diolah.

b. Gedung semi tertutup

Merupakan suatu kombinasi antara penyimpanan terbuka dan penyimpanan dalam gudang.

c. Gedung tertutup

Dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis bentuk yaitu : gudang transit, gudang serba guna, gudang kedap udara, gudang pendinginan, tangki kering, gudang penyimpanan tahan api, dangau orang Eskimo.

2.6.6 Fungsi pendistribusian

Pendistribusian adalah merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya (Subagya, 1994)


(2)

a. Semua jenis logistik yang dibeli atau diadakan baik melalui pihak ketiga (rekanan) maupun pembelian sendiri harus melalui dan dan diterima oleh panitia penerima barang.

b. Setelah panitia penerima barang menerima logistik yang diserahkan maka harus melakukan pengecekan secara cermat terhadap jenis barang apakah sudah sesuai dengan kontrak baik jenis, spesifikasi dan jumlahnya. Kelengkapan dokumen pengiriman juga harus diperiksa apakah telah sesuai dengan kontrak ( nama rekanan, tanggal pengiriman, jenis, jumlah, harga barang, dan lain sebagainya ). c. Dilihat apakah pengiriman telah melampaui batas waktu sesuai dengan batas waktu yang tertera dalam kontrak. Jika melampaui maka panitia penerima barang membubuhkan tanda tanggalnya sesuai dengan tanggal pada saat barang tersebut diterima.

d. Setelah dokumen selesai diperiksa maka barang didistribusikan ke puskesmas, puskesmas akan mendistribusikan ke unit jaringannya sesuai dengan kebutuhan. 2.6.7 Fungsi Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah suatu usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis dan daya guna suatu alat produksi atau fasilitas kerja dengan jalan merawat, memperbaiki, merehabilitasi dan menyempurnakan. Tahap- tahap pemeliharaan yaitu :

1. Tahap perencanaan

2. Tahap pelaksanaan pemeliharaan


(3)

2.6.8 Fungsi Penghapusan

Secara umum penghapusan dapat dikatakan sebagai kegiatan dan usaha-usaha pembebasan barang dari pertanggungjawaban sesuai peraturan atau perundang-undangan. Penghapusan umumnya dilakukan atas dasar :

a. Barang hilang

b. Teknis dan ekonomis

c. Surplus dan ekses

d. Tidak bertuan

e. Rampasan

Program penghapusan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek yuridis,

administrative dan proseduril ; aspek rencana pelaksanaan teknis. Dalam

pengelolaan penghapusan barang, dikenal adanya beberapa tahap, yang sekaligus merupakan siklus kegiatan penghapusan, yakni :

a. Tahap penyidikan atau pengenalan

b. Tahap penyaringan dan tahap penyelesaian

c. Tahap pelaksanaan dan pengendalian

Cara-cara Penghapusan

Cara-cara Penghapusan yang lazim dilaksanakan sebagai berikut :

a. Pemanfaatan langsung

b. Pemanfaatkan kembali

c. Pemindahan

d. Hibah


(4)

f. Pemusnahan

2.6.9 Fungsi Pengendalian

Pengendalian merupakan inti dari pengelolaan perlengkapan yang meliputi usaha untuk memonitor dan pengamankan keseluruhan pengelolaan logistik. Sarana Pengendalian terdiri dari :

1. Struktur Organisasi

Agar dapat melaksanakan pengedalian seefektif mungkin, maka harus jelas tugas pokok dan ruang lingkup organisasi suatu unit, jelas wewenang dan tanggung jawabnya.

2. Sistem dan Prosedur

Landasan peraturan merupakan dasar utama pengendalian khusus merupakan titik tolak dimana persoalan-persoalan harus diselesaikan.

3. Petugas

Personil yang disiplin, cakap dan trampil sangat meringankan beban pengendalian.

4. Peralatan

Tidak selalu barang fisik, tapi bisa buku petunjuk, standar-standar dan sebagainya yang merupakan pula sarana dalam memperlancarkan suatu sistem.

Fungsi utama dari pengendalian haruslah :

a. Menjadi sarana pengelola atau pembina logistik berupa data-data informasi

yang bermanfaat bagi fungsi-fungsi logistik atau lainnya.

b. Menjadi sarana bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan.


(5)

Untuk penyelenggaran fungsi tersebut, fungsi pengendalian mengandung kegiatan-kegiatan :

a. Inventarisasi menyangkut kegiatan-kegiatan dalam perolehan data logistik

b. Pengawasan menyangkut kegiatan-kegiatan untuk menetapkan ada tidaknya

deviasi-deviasi penyelenggaraan dari rencana-rencana logistik.

c. Evaluasi menyangkut kegiatan-kegiatan memonitor, menilai dan membentuk

data-data logistik yang diperlukan, hingga merupakan informasi bagi fungsi-fungsi logistik lainnya.

Peranan Inventarisasi dalam Pengendalian : Inventarisasi digunakan sebagai sarana dan sumber informasi baik bagi pemimpin, staf dan para pengawas. Dalam inventarisasi kegiatan-kegiatan yang telah dapat kita identifikasi mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Menyediakan data untuk merencanakan kebutuhan peralatan dan

perlengkapan

b. Memberikan informasi untuk dijadikan bahan pengarahan dalam pengadaan

peralatan dan perlengkapan

c. Memberikan pedoman dalam fungsi penyimpanan dan penyaluran

d. Memberikan petunjuk dalam rangka pemeliharaan peralatan dan perlengkapan

e. Menyediakan data atau informasi dalam menentukan barang lebih dan

menghapus dari pertanggungjawaban administratif

f. Dengan menerapkan dan mengembangkan klasifikasi dan kodefikasi untuk

menuju sasaran katalogisasi dan standardisasi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.


(6)

2.7 Kerangka Pikir Penelitian :

Gambar 2.7 Kerangka Pikir Penelitian Penjelasan :

Pelaksanaan manajemen logistik alat kesehatan yang baik sangat penting untuk menunjang pelayanan kesehatan di puskesmas. Sarana pengangkutan akan membantu dalam proses pendistribusian alkes, sumberdaya manusia pengelola alkes di puskesmas akan melaksanakan proses pendistribusian, penyimpanan, pengendalian dan penghapusan alkes, metode pengelolaan yang diterapkan akan mempengaruhi terhadap semua fungsi logistik dan dana yang tersedia akan menentukan pengadaan, pendistribusian, pemeliharaan dan penghapusan. Dari proses manajemen logistik akan menghasilkan ketersediaan alkes dalam jenis dan jumlah yang cukup, dan penanganan pasien menjadi efisien dan efektif.

MANAJEMEN LOGISTIK

INPUT PROSES OUTPUT

- Sarana - Sumber daya manusia

- Metode pengelolaan - Dana

- Perencanaan - Penganggaran - Pengadaan - Pendistribusian - Penyimpanan - Pemeliharaan - Pengendalian - Penghapusan - Pengendalian

- Ketersediaan alkes - Penanganan penyakit efisien dan efektif