Sistem Pelaksanaan Manajemen Logistik Alat Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

(1)

SISTEM PELAKSANAAN MANAJEMEN LOGISTIK ALAT KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH

NIM. 131021030 Murryna Barus

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

SISTEM PELAKSANAAN MANAJEMEN LOGISTIK ALAT KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

NIM. 131021030 MURRYNA BARUS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

SISTEM PELAKSANAAN MANAJEMEN LOGISTIK ALAT KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2015

Murryna Barus


(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

SISTEM PELAKSANAAN MANAJEMEN LOGISTIK ALAT KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2015

Yang disiapkan dan dipertahankan oleh

NIM. 131021030 MURRYNA BARUS

Disahkan oleh :

Komisi Pembimbingan Skripsi

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

dr. Heldy B.Z., MPH

NIP. 19520601 198203 1 003 NIP. 140052649 dr. Fauzi, SKM

Medan, 01 Oktober 2015 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP.19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, MS


(5)

ABSTRAK

Puskesmas Bandar Dolok telah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen logistik, namun masih terdapat beberapa masalah yaitu banyak alat kesehatan yang rusak, alat dan barang yang sudah rusak hanya diletakkan di depan ruangan karena tidak ada gudang penyimpanan, banyak pasien dirujuk karena kurangnya alat kesehatan pendukung.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sistem pelaksanaan manajemen logistik alat kesehatan di Puskesmas. Desain penelitian ini adalah kualitatif, dilakukan di Puskesmas Bandar Dolok, Puskesmas Talun Kenas, Puskesmas Aras Kabu dan Puskesmas Tanjung Morawa dari bulan Juli sampai Agustus 2015 dengan informan berjumlah 11 orang.

Berdasarkan hasil penelitian metode pengelolaan alat kesehatan yang dilaksanakan yaitu Permendagri nomor 17 tahun 2007, ada petugas khusus pengelola alkes, perencanaan alkes dilaksanakan oleh puskesmas dan dinas kesehatan, sumber anggaran berasal dari dana APBN, APBD dan BPJS. Pengadaan dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) secara e-purchasing, pendistribusian ke puskesmas dilakukan oleh dinas kesehatan. Tidak ada gudang penyimpanan di puskesmas, pemeliharaan dan kalibrasi alat telah terlaksana, penghapusan barang belum terealisasi, pengendalian barang dilakukan dengan membuat KIR,KIB, kodefikasi barang dan aplikasi program Simda.

Diharapkan agar perencanaan alat kesehatan oleh puskesmas dan dinas kesehatan mengacu kepada Kompendium Alat Kesehatan dan Permenkes nomor 75 tahun 2014, dinas kesehatan membuat anggaran untuk gudang penyimpanan, dan penghapusan alat kesehatan segera dapat direalisasikan.


(6)

ABSTRACT

Bandar Dolok Public Health Center (PHC) has been carrying out the fungction of logistics management is but there are still some problems that many medical devices are damaged, many tools and items that have been damaged but is placed in front of the room because there is no storage facilities, many patients are referred because less of medical devices.

The objective of the research was to find out how the system of the implementation logistic management of medical devices at PHC. This is a qualitative approach, conducted in Bandar Dolok, Talun Kenas, Aras Kabu and Tanjung Morawa PHC from July to August 2015 with eleven informans.

The results of the research showed the management method of medical devices held that regulated minister of home affair number 17 of 2007, the administrator goods of PHC had SK Bupati, planning health medical devices carried out by PHC and health department, budget resources from APBN, APBD and BPJS. Procurement carried out by the Committing Officier (PPK) in e-purchasing, distributed to the PHC conducted by health department. No storage facilities in PHC, maintenance and calibration tools had implemented, the destructed of unrealized goods, control of goods was done by made KIR, KIB, codification goods and application SIMDA program.

It is recommended that Public Health Center and Health Service of Deli Serdang District has planning medical device refers to Compendium of medical devices and regulation of health minister number 75 in 2014, the health department to make budget for warehouse storage and destruction of goods medical devices can be realized immediately.


(7)

KATA PENGANTAR

Terpujilah Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Kasih atas segala kelimpahan kasih, karunia dan pernyertaanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi “Sistem Pelaksanaan Manajemen Logistik Alat Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis merasakan kebaikan Tuhan melalui semua orang yang telah diberikanNya dalam kehidupan penulis mulai dari masa menjalani perkuliahan, penelitian, sampai dengan penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Heldy B.Z MPH selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan dukungan dalam penulisan skripsi dan menjalani perkuliahan di FKM USU.

3. Bapak dr. Fauzi, SKM selaku Dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan dan menyempurnakan skripsi ini.

4. Ibu dr. Rusmalawaty,M.Kes selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan dan menyempurnakan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan dan menyempurnakan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Jemadi,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademi yang telah memberikan bimbingan selama penulis menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

7. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani pendidikan.

8. Bapak Hendrikus Sianturi,MAP, Edy Mauricht S. S.Si, Apt. dan Hotman Saragih sebagai informan di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, terimakasih untuk waktu dan informasi yang diberikan terhadap penulis. 9. dr. Anton Boylien Nainggolan sebagai atasan langsung penulis di Puskesmas

Bandar Dolok dan sekaligus sebagai tempat penelitian, terimakasih untuk kesempatan, bimbingan dan motivasi yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan baik.

10. Ibu dr.Herlina Sembiring, dr. Ratna Tanjung dan drg. Mariani selaku Kepala Puskesmas tempat penulis melakukan penelitian, terimakasih buat waktu dan kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

11. Rekan-rekan Pengurus Barang Puskesmas Bandar Dolok, Talun Kenas, Aras Kabu daan Tanjung Morawa, terimakasih buat kerjasama yang baik dan telah membantu memberikan informasi yang sangat berarti bagi penulis.

12. Teristimewa kepada Ibunda yang terkasih Teramalem br Perangin-angin dan Great Joy Legi anakku yang tercinta, yang senantiasa berdoa dan memberikan dukungan bagi penulis sehingga penulis tetap termotivasi dan terinspirasi untuk menyelesaikan perkuliahan ini.

13. Kepada yang abang dan adik-adik ku yang tersayang yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

14. Sahabat-sahabat terbaik Sri Muliani, Aslinda, Nurma, Nanda Fitrianda, Wan Elyda Putri, Eka Novita Ginting, Martiman Gulo, yang telah membantu dan memberikan penulis motivasi-motivasi yang membangun dan juga teman-teman PBL dan LKP, terima kasih atas semua kerjasamanya dan semua teman di peminatan AKK, teman ekstensi 2013 serta teman-teman seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera


(9)

Utara yang telah memberikan dukungan dan semangat serta bantuan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

15. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini dan penulis tidak dapat menyebutkannya satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan masukan demi kesempurnaan skripsi ini. Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk mensukseskan pelayanan kesehatan.

Medan, Oktober 2015 Penulis

Murryna Barus


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MURRYNA BARUS

Tempat/Tanggal lahir : Lubuk Pakam, 22 Agustus 1974

Jenis kelamin : Perempuan

Suku bangsa : Batak Karo

Agama : Kristen Protestan

Nama Bapak : K.S Barus (Alm)

Nama Ibu : Teramalem br Perangin-angin

Suku Bapak : Batak Karo

Suku Ibu : Batak Karo

Nama Suami : Ferdinand Legi (Alm)

Nama Anak : Great Joy Legi

Pendidikan Formal :

1.SD/Tamat Tahun : SDN 105334 Penara Kebun/ 1987 2. SLTP/Tamat Tahun : SMP Negeri I Lubuk Pakam/1990 3. SLTA/Tamat Tahun : SMA Negeri I Lubuk Pakam/1993 4. Akademi/Tamat Tahun : D III Gizi Depkes RI Lubuk Pakam/1996

Riwayat Pekerjaan :

1. Bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Puskesmas Ranomut Kecamatan Tikala Kota Manado tahun 2005 s/d 2013.

2. Mutasi ke Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2013 s/d sekarang.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

RIWAYAT HIDUP ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ……… 10

2.1.1. Ketentuan Umum ... 10

2.1.2. Prinsip-prinsip Penyelenggaraan ... 11

2.1.3. Peserta JKN ……… ... 12

2.1.4. Penyelenggara JKN ……… ... 14

2.2. Fasilitas Kesehatan ... 15

2.3. Puskesmas ... 16

2.3.1. Kategori Puskesmas ... 16

2.3.2. Penyelenggaraan Puskesmas ... 18

2.3.3. Jaringan Pelayanan dan Jejaring fasilitas ... 20

2.4. Alat Kesehatan ... 20

2.5. Kompendium Alat Kesehatan ... 21

2.6. Manajemen Logistik ………. ... 22

2.6.1.Tujuan Manajemen Logistik ……… ... 23

2.6.2.Fungsi Perencanaan ……… ... 24

2.6.3.Fungsi Penganggaran ..………. 25

2.6.4.Fungsi Pengadaan ………... 26

2.6.5.Fungsi Penyimpanan ……… 28

2.6.6.Fungsi Pendistribusian ………. .. … 29

2.6.7.Fungsi Pemeliharaan ……… 30


(12)

2.6.9.Fungsi Pengendalian ………. ... 32

2.7 Kerangka Pikir ……….. ... 34

BAB III. METODE PENELITIAN ... 35

3.1.Jenis Penelitian ... 35

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

3.3.Karakteristik Informan ... 35

3.4.Metode Pengumpulan Data ... 36

3.5.Metode Analisis Data ... 37

3.6.Metode Penyajian Data ... 37

3.7.Defenisi Operasional ……….. ... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 39

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 39

4.1.1. Gambaran Umum Puskesmas Bandar Dolok ... 39

4.1.2. Gambaran Umum Puskesmas Talun Kenas ... 40

4.1.3. Gambaran Umum Puskesmas ArasKabu ... 40

4.1.4. Gambaran Umum Puskesmas Tanjung Morawa… ... 41

4.2. Hasil Penelitian ... 43

4.2.1 Input ……… ... 43

4.2.1.1 Sarana ……….. ... 43

4.2.1.2 Sumber Daya Manusia ... 44

4.2.1.3 Metode pengelolan ... 45

4.2.1.4 Dana ... 46

4.2.2 Proses ... 47

4.2.2.1 Perencanaan ... 47

4.2.2.2 Penganggaran ... 49

4.2.2.3 Pengadaan ... 50

4.2.2.4 Pendistribusian ... 51

4.2.2.5 Penyimpanan ... 52

4.2.2.6 Pemeliharaan ... 53

4.2.2.8 Penghapusan ... 54

4.2.2.7 Pengendalian ... 55

4.2.3 Output ... 56

4.2.3.1 Ketersediaan Alat Kesehatan ... 56

4.2.3.2 Penanganan Penyakit ... 57

BAB V. PEMBAHASAN ... 59

5.1. Input ... 59

5.1.1 Sarana ... 59

5.1.2 Sumber Daya Manusia ... 60

5.1.3 Metode Pengelolaan ... 62

5.1.4 Dana ... 67

5.2 Proses ... 68


(13)

5.2.2 Penganggaran ... 71

5.2.3 Pengadaan ... 73

5.2.4 Pendistribusian ... 76

5.2.5 Penyimpanan ... 78

5.2.6 Pemeliharaan ... 80

5.2.7 Penghapusan ... 81

5.2.8 Pengendalian ... 82

5.3 Output ... 84

5.3.1 Ketersediaan Alat Kesehatan ... 84

5.3.2 Penanganan Penyakit ... 87

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

6.1. Kesimpulan ... 89

6.2. Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Karakteristik Informan ... 35 Tabel 4.1 Data Tenaga Kesehatan ... 42


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.6 Siklus Administrasi Manajemen Logistik ... 23 Gambar 2.7 Kerangka Pikir Penelitian... 34


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Panduan Wawancara Mendalam Lampiran 2 Hasil Wawancara Mendalam

Lampiran 3 Daftar Nama Alat Kesehatan di Puskesmas Lampiran 4 Jumlah Kunjungan Pasien Umum dan Rujukan

Lampiran 5 Daftar nama 155 Penyakit Yang Harus Ditangani Di Puskesmas Lampiran 6 Alkes di Puskesmas sesuai Kompendium Alat Kesehatan Lampiran 7 Surat Permohonan Penelitian dari FKM USU

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Lampiran 9 Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian dari Puskesmas


(17)

ABSTRAK

Puskesmas Bandar Dolok telah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen logistik, namun masih terdapat beberapa masalah yaitu banyak alat kesehatan yang rusak, alat dan barang yang sudah rusak hanya diletakkan di depan ruangan karena tidak ada gudang penyimpanan, banyak pasien dirujuk karena kurangnya alat kesehatan pendukung.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sistem pelaksanaan manajemen logistik alat kesehatan di Puskesmas. Desain penelitian ini adalah kualitatif, dilakukan di Puskesmas Bandar Dolok, Puskesmas Talun Kenas, Puskesmas Aras Kabu dan Puskesmas Tanjung Morawa dari bulan Juli sampai Agustus 2015 dengan informan berjumlah 11 orang.

Berdasarkan hasil penelitian metode pengelolaan alat kesehatan yang dilaksanakan yaitu Permendagri nomor 17 tahun 2007, ada petugas khusus pengelola alkes, perencanaan alkes dilaksanakan oleh puskesmas dan dinas kesehatan, sumber anggaran berasal dari dana APBN, APBD dan BPJS. Pengadaan dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) secara e-purchasing, pendistribusian ke puskesmas dilakukan oleh dinas kesehatan. Tidak ada gudang penyimpanan di puskesmas, pemeliharaan dan kalibrasi alat telah terlaksana, penghapusan barang belum terealisasi, pengendalian barang dilakukan dengan membuat KIR,KIB, kodefikasi barang dan aplikasi program Simda.

Diharapkan agar perencanaan alat kesehatan oleh puskesmas dan dinas kesehatan mengacu kepada Kompendium Alat Kesehatan dan Permenkes nomor 75 tahun 2014, dinas kesehatan membuat anggaran untuk gudang penyimpanan, dan penghapusan alat kesehatan segera dapat direalisasikan.


(18)

ABSTRACT

Bandar Dolok Public Health Center (PHC) has been carrying out the fungction of logistics management is but there are still some problems that many medical devices are damaged, many tools and items that have been damaged but is placed in front of the room because there is no storage facilities, many patients are referred because less of medical devices.

The objective of the research was to find out how the system of the implementation logistic management of medical devices at PHC. This is a qualitative approach, conducted in Bandar Dolok, Talun Kenas, Aras Kabu and Tanjung Morawa PHC from July to August 2015 with eleven informans.

The results of the research showed the management method of medical devices held that regulated minister of home affair number 17 of 2007, the administrator goods of PHC had SK Bupati, planning health medical devices carried out by PHC and health department, budget resources from APBN, APBD and BPJS. Procurement carried out by the Committing Officier (PPK) in e-purchasing, distributed to the PHC conducted by health department. No storage facilities in PHC, maintenance and calibration tools had implemented, the destructed of unrealized goods, control of goods was done by made KIR, KIB, codification goods and application SIMDA program.

It is recommended that Public Health Center and Health Service of Deli Serdang District has planning medical device refers to Compendium of medical devices and regulation of health minister number 75 in 2014, the health department to make budget for warehouse storage and destruction of goods medical devices can be realized immediately.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada pasal 1 (ayat 1) menyebutkan Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Pada ayat 2 disebutkan bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. (UU RI,2009)

Badan penyelenggara jaminan sosial telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Untuk program jaminan kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, implementasinya telah dimulai sejak 1 Januari 2014. Program tersebut selanjutnya disebut sebagai Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pelaksanaan Program JKN untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Sasaran pedoman pelaksanaan Program JKN ini adalah seluruh komponen mulai dari pemerintah (pusat dan daerah), BPJS, fasilitas kesehatan, peserta dan


(20)

pemangku kepentingan lainnya sebagai acuan dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (Thabrany,2014).

Fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk peserta JKN terdiri atas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat lanjutan (FKRTL). FKTP berupa dari : Puskesmas atau yang setara , praktik dokter, praktik dokter gigi, klinik pratama atau yang setara, rumah sakit kelas D pratama atau yang setara. FKRTL berupa : Klinik utama atau yang setara, rumah sakit umum, dan rumah sakit khusus. Puskesmas sebagai salah satu pemberi layanan fasilitas kesehatan tingkat pertama di dalam melaksanakan pelayanan menurut peraturan Konsil kedokteran Indonesia (KKI) tahun 2012 mengatakan bahwa ada 155 penyakit yang dapat ditangani di layanan primer (puskesmas). Dalam penanganan 155 jenis penyakit tersebut maka dibutuhkan peralatan kesehatan yang memenuhi persyaratan yang tersedia dalam jumlah dan kualitas yang mencukupi.

Dalam pasal 98 pada Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang mengatakan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu dan terjangkau. Pada pasal 104 mengatakan bahwa pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan/atau keamanan dan/atau khasiat/kemanfaatan. Kedua pasal tersebut pada era Jaminan Kesehatan Nasional dinyatakan pada Kompendium alat kesehatan. Kompendium alat kesehatan merupakan daftar dan spesifikasi alat kesehatan dan bahan medis


(21)

habis pakai terpilih dengan persyaratan standar minimal keamanan, mutu dan manfaat untuk digunakan di fasilitas kesehatan dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional .(Permenkes, 2014)

Alat kesehatan adalah instrument, apparatus, mesin dan/atau implant yang tidak mengandung obat, yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. (Permenkes,2010). Ketersediaan alat kesehatan sangat penting untuk dapat melakukan pelayanan kesehatan secara maksimal termasuk di puskesmas, sehingga perlu dilaksanakan manajemen logistik alat kesehatan di puskesmas agar alat kesehatan tetap dapat tersedia dalam kualitas dan jumlah yang cukup, sesuai dengan perkembangan teknologi dan pemenuhan standar sesuai dengan klasifikasi.

Manajemen logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni dalam proses perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, pemeliharaan, penghapusan dan pengendalian material/alat-alat . Manajemen logistik dapat menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efisien dan efektif. Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya didukung oleh beberapa faktor yaitu Man, Money, Machine,

Method dan Material. Manajemen logistik alat kesehatan di puskesmas


(22)

Pada masa sebelum JKN pelaksanaan manajemen logistik di puskesmas terdiri dari perencanaan, penganggaran, pengadaan,pendistribusian, penyimpanan, penghapusan dan pengendalian. Dalam pelaksanaan fungsi perencanaan, penganggaran, dan pengadaan sepenuhnya dilakukan oleh dinas kesehatan dan sumberdana hanya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sedangkan fungsi pendistribusian, penyimpanan, penghapusan dan pengendalian dilakukan oleh puskesmas. Pada masa ini tidak ada ketentuan bahwa puskesmas harus dapat menangani 155 penyakit.

Pada Era JKN pelaksanaan manajemen logistik alat kesehatan di puskesmas mengalami perkembangan dalam beberapa fungsi, antara lain seperti usulan perencanaan kepada pemerintah kabupaten dilaksanakan dinas kesehatan melalui e-planning, pengadaan alat kesehatan dilakukan secara e-purchasing untuk alat kesehatan yang tercantum pada e-catalogue. E-catalogue memuat daftar alat kesehatan dan spesifikasi tercantum juga biaya distribusi alat kesehatan sampai prop/kab.kota. Pembiayaan anggaran berasal dari APBN, APBD dan dari sebagian dana kapitasi BPJS untuk puskesmas. Untuk pelaksanaan penganggaran, pengadaan, pendistribusian dan pemeliharaan dilaksanakan oleh dinas kesehatan, sedangkan pelaksanaan penyimpanan, penghapusan dan pengendalian alat kesehatan dilakukan oleh puskesmas. Keluaran manajemen logistik adalah puskesmas mampu menangani 155 jenis penyakit tanpa dirujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi tingkatannya.


(23)

Yuliningsih (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisa Perbekalan Obat dan Alat Kesehatan Persediaan Ruangan di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita” menyebutkan bahwa ketidaktersediaan obat/alkes persediaan ruangan tergantung pada sistem pengelolaan yang sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur manajemen yaitu kebijakan pelayanan, organisasi, SDM, sarana/prasarana, metode dan sistem informasi, serta aspek logistik yang meliputi proses perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian.(Yuliningsih,2011)

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Kalterina (2011) dalam skripsinya yang berjudul Analisa Sistim perencanaan obat dan Alat Kesehatan Kebutuhan dasar yang menyebutkan bahwa “ perencanaan obat dan alat kesehatan kebutuhan dasar ruangan pada Instalasi Farmasi RSUD Ciawi Bogor tidak akurat yang disebabkan adanya hambatan yang terjadi pada SDM, organisasi, kebijakan, prosedur, laporan pemakaian obat dan alat kesehatan, penentuan perencanaan jumlah obat dan alat kesehatan dasar ruangan.” (Kalterina, 2011)

Penelitian yang dilakukan oleh Puteri Vanya (2010) dalam Evaluasi Pelaksanaan Manajemen Logistik Alat Kesehatan di Puskesmas Biaro Kabupaten Agam menyebutkan “ belum ada petugas khusus yang ditunjuk untuk pengelolaan alat kesehatan , pengelolaan alat dipegang oleh petugas laboratorium. Dana berasal dari APBD melalui dinas kesehatan. Sarana dan prasarana sudah cukup terdiri dari gudang tempat penyimpanan, lemari kabinet di setiap ruangan, dan kendaraan untuk pendistribusian alat. Metode yang digunakan mengacu pada Kepmendagri nomor 152 tahun 2004. Untuk komponen proses mencakup


(24)

perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian, pemeliharaan, penghapusan, dan pengendalian. Perencanaan dilakukan berdasarkan permintaan kebutuhan oleh puskesmas induk, pustu, dan polindes. Puskesmas belum melakukan penganggaran kebutuhan. Pengadaan berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Agam. Penyimpanan dilakukan di gudang penyimpanan, dan dalam lemari kabinet untuk alat yang ada di ruangan. pendistribusian diutamakan untuk puskesmas induk. Pemeliharaan belum berjalan dengan baik. Realisasi penghapusan belum dilaksanakan. pengendalian dilaksanakan dengan inventarisasi menggunakan KIB dan KIR. Sedangkan komponen keluaran yaitu tersedianya alat kesehatan yang siap pakai, masih ditemukan beberapa alat yang belum berfungsi optimal. “ (Vanya P,2010)

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Deli Serdang 2009-2014, arah kebijakan pembangunan daerah di bidang kesehatan yaitu peningkatan kualitas kesehatan masyarakat antara lain peningkatan pemerataan dan akses seluruh masyarakat/penduduk terhadap pelayanan dasar melalui pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya, pengembangan sistem jaminan kesehatan bagi masyarakat, memberdayakan rumah sakit umum sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan, memfasilitasi pengembangan kualitas pelayanan puskemas, mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, perbaikan gizi masyarakat serta pengendalian penyakit, melalui pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, meningkatkan ketersediaan mutu obat dan tenaga kesehatan, melalui peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan.


(25)

Kabupaten Deli Serdang merupakan kabupaten yang terbesar di Sumatera Utara, jumlah puskesmas pada tahun 2014 sebanyak 34 puskesmas yaitu 19 puskesmas rawat inap dengan jumlah tempat tidur sebanyak 251 buah dan 15 puskesmas non rawat inap. Seluruh puskesmas tersebut berada di 22 kecamatan yang ada, dimana 1 kecamatan memiliki 1 unit puskesmas, walaupun ada beberapa kecamatan yang memiliki 2 bahkan 3 puskesmas karena alasan kepadatan penduduk, luas wilayah dan kebutuhan masyarakat. Jumlah puskesmas pembantu sebanyak 106 unit, sedangkan jumlah puskesmas keliling ada 35 unit. Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sebagai unit pelaksana teknis daerah telah melakukan berbagai upaya agar semua puskesmas yang ada dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan melengkapi sarana, prasarana dan kebutuhan alat kesehatan.

Dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional maka Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang mengharapkan bahwa puskesmas dapat menangani 155 jenis penyakit melalui pengadaan sarana, prasarana dan perbekalan alat kesehatan yang semakin ditingkatkan maka diharapkan puskesmas dapat melaksakan tugas dan fungsinya dengan lebih baik. Alat kesehatan semakin diperlengkapi sesuai dengan kebutuhan yang ada.

Pada survey awal yang dilakukan oleh Penulis di Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau didapati tidak ada gudang penyimpanan untuk alat kesehatan yang tidak terpakai, alat-alat tersebut hanya diletakkan di depan ruangan. Banyak alat-alat yang rusak seperti cold chain, dental unit, stabilisator laboratorium, padahal alat tersebut sangat dibutuhkan untuk pelayanan di


(26)

puskesmas. Dari wawancara yang dilakukan dengan petugas poliklinik dikatakan bahwa banyak alat-alat yang sangat dibutuhkan untuk pelayanan akan tetapi belum tersedia sampai saat ini sedangkan peralatan kesehatan di puskesmas diharapkan sesuai dengan Kompendium alat kesehatan agar dapat menangani 155 penyakit. Beberapa contoh kasus yang terjadi pada saat itu yaitu ada pasien yang mengalami sakit di telinga yaitu telinganya berdengung yang disebabkan karena adanya infeksi di telinga, karena alat tidak ada maka pasien tersebut harus dirujuk, begitu juga ada pasien yang mengalami luka karena benda tajam, pasien tersebut harusnya dilakukan tindakan hecting tapi karena tidak lengkapnya alat maka pasien tersebut juga harus dirujuk ke rumah sakit.

Pengadaan barang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan adanya permintaan dari puskesmas. Pendistribusian alat kesehatan dari puskesmas ke puskesmas pembantu (pustu) dan pos kesehatan desa (poskesdes) dilakukan berdasarkan kebutuhan jaringan puskesmas dan ketersediaan alat yang ada. Pemeliharaan barang dilaksanakan dengan cara membuat surat permohonan perbaikan alat ke dinas kesehatan dan dinas kesehatan yang akan memperbaiki alat tersebut melalui teknisi yang sudah ditentukan. Selama ini Puskesmas Bandar Dolok belum pernah melakukan penghapusan barang. Pengendalian barang dilakukan dengan cara membuat Kartu Inventaris Ruangan (KIR) dan membuat kode barang untuk setiap barang dan peralatan kesehatan yang ada, dan Penulis melihat bahwa hampir semua ruangan telah memiliki (KIR).


(27)

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas maka Penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai : sistem pelaksanaan manajemen logistik alat kesehatan di empat puskesmas yang ada di Kabupaten Deli Serdang berdasarkan karakteristik puskesmas pedesaan dan puskesmas karakteristik perkotaan. Puskesmas karakteristik pedesaan adalah Puskesmas Bandar Dolok dan Puskesmas Talun Kenas, sedangkan puskesmas karakteristik perkotaan yaitu Puskesmas Aras Kabu dan Puskesmas Tanjung Morawa.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah sistem pelaksanaan manajemen logistik alat kesehatan di puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 ?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sistem pelaksanaan manajemen logistik alat kesehatan di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang memerlukan data yang sejenis 2. Bagi puskesmas sebagai bahan masukan dalam rangka upaya peningkatan

pengelolaan manajemen logistik alat kesehatan.

3. Bagi dinas kesehatan sebagai masukan untuk membuat perencanaan dan intervensi lebih lanjut.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2.1.1 Ketentuan Umum

Program JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari SJSN yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi sosial yang bertujuan agar seluruh penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Tujuan pelaksanaan program JKN untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Unsur-unsur penyelenggaraan dalam Jaminan Kesehatan Nasional meliputi:

1. Regulator

Yang meliputi berbagai kementerian/lembaga terkait antara lain Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Kesehatan, Kementerian Keuangan, Kementerian Sosial, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri, dan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN).

2. Peserta Program JKN

Peserta Program JKN adalah seluruh penduduk Indonesia, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.


(29)

3. Pemberi Pelayanan Kesehatan

Pemberi Pelayanan Kesehatan adalah seluruh fasilitas layanan kesehatan primer (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) dan rujukan (Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut)

4. Badan Penyelenggara

Badan Penyelenggara adalah badan hukum publik yang menyelenggarakan program jaminan kesehatan sebagaimana yang ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). 2.1.2. Prinsip Prinsip Penyelenggaraan

Dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) mengacu pada prinsip-prinsip sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu:

1. Kegotongroyongan

Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaannya bersifat wajib untuk seluruh penduduk.

2. Nirlaba

Dana yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah dana amanah yang dikumpulkan dari masyarakat secara nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.


(30)

3. Keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.

Prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.

4. Portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Kepesertaan bersifat wajib

Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah, serta kelayakan penyelenggaraan program.

6. Dana Amanah

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

7. Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial

Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

2.1.3 Peserta JKN


(31)

a. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran atau yang iurannya dibayar pemerintah.

b. Peserta program JKN terdiri atas 2 kelompok yaitu: Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan.

c. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu.

d. Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan kesehatan adalah Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, serta bukan Pekerja dan anggota keluarganya.

Peserta JKN diberikan nomor identitas tunggal oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Bagi peserta: Askes sosial dari PT. Askes (Persero), jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) dari PT. (Persero) Jamsostek, program Jamkesmas dan TNI/POLRI yang belum mendapatkan nomor identitas tunggal peserta dari BPJS Kesehatan, tetap dapat mengakses pelayanan dengan menggunakan identitas yang sudah ada.

Anak pertama sampai dengan anak ketiga dari peserta pekerja penerima upah sejak lahir secara otomatis dijamin oleh BPJS Kesehatan. Bayi baru lahir dari : a. peserta pekerja bukan penerima upah;

b. peserta bukan pekerja;


(32)

harus didaftarkan selambat-lambatnya 3x24 jam hari kerja sejak yang bersangkutan dirawat atau sebelum pasien pulang (bila pasien dirawat kurang dari 3 hari). Jika sampai waktu yang telah ditentukan pasien tidak dapat menunjukkan nomor identitas peserta JKN maka pasien dinyatakan sebagai pasien umum.

Menteri Sosial berwewenang menetapkan data kepesertaan Penerima Bantuan Iuran (PBI). Selama seseorang ditetapkan sebagai peserta PBI, maka yang bersangkutan berhak mendapatkan manfaat pelayanan kesehatan dalam JKN. Sampai ada pengaturan lebih lanjut oleh Pemerintah tentang jaminan kesehatan bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) maka gelandangan, pengemis, orang terlantar dan lain-lain menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Demikian juga untuk penghuni panti-panti sosial serta penghuni rutan/lapas yang miskin dan tidak mampu.

2.1.4 Penyelenggara JKN

Jaminan Kesehatan Nasional Diselenggarakan oleh Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS), BPJS ada dua macam yaitu :

1. BPJS Kesehatan yaitu menyelenggarakan kesehatan bagi seluruh peserta yang terdaftar baik itu Penerima Bantuan Iuran (PBI) dari Pemerintah maupun non Penerima bantuan Iuran ( mandiri )

2. BPJS Ketenagakerjaan BPJS Ketenagakerjaan, menyelenggarakan program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun dan Jaminan Kematian.


(33)

2.2 Fasilitas Kesehatan

Pelayanan kesehatan dalam program JKN diberikan secara berjenjang, efektif dan efisien dengan menerapkan prinsip kendali mutu dan kendali biaya . Pelayanan kesehatan diberikan di fasilitas kesehatan yang telah melakukan perjanjian kerjasama dengan BPJS Kesehatan atau pada keadaan tertentu (kegawatdaruratan medik atau darurat medik) dapat dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

Fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk peserta JKN terdiri atas fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL). FKTP dimaksud adalah:

1. Puskesmas atau yang setara, 2. Praktik Dokter,

3. Praktik dokter gigi,

4. Klinik Pratama atau yang setara,

5. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara.

Dalam hal di suatu kecamatan tidak terdapat dokter berdasarkan penetapan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat, BPJS Kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik bidan dan/atau praktik perawat untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai dengan kewenangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. (FKRTL) berupa:

1. Klinik utama atau yang setara, 2. Rumah Sakit Umum,


(34)

2.3 Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. (Permenkes,2014)

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD) puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugasnya puskesmas menyelenggarakan fungsi : a.penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat

b. penyelenggaraan upaya kesehatan perseorangan 2.3.1 Kategori Puskesmas

Dalam rangka pemenuhan pelayanan kesehatan yang didasarkan pada kebutuhan dan kondisi masyarakat, puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan kemampuan penyelenggaraan dan karakteristik wilayah kerja. (Permenkes,2014) 2.3.1.1 Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan puskesmas dibagi menjadi : a. Puskesmas non rawat inap


(35)

Puskesmas non rawat inap adalah puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan persalinan normal.

b. Puskesmas rawat inap

puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap dan pelayanan rawat jalan selama 24 jam. Ketentuan umum puskesmas rawat inap adalah hanya diperuntukkan untuk kasus-kasus yang lama rawatnya paling lama 5 hari. Pasien yang memerlukan perawatan lebih dari 5 hari harus dirujuk ke rumah sakit secara terencana.

2.3.1.2. Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya puskesmas dikategorikan menjadi :

a. Puskesmas kawasan perkotaan b. Puskesmas kawasan pedesaan

c. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil

Puskesmas kawasan perkotaan merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut :

a. Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor non agraris, terutama industri, perdagangan dan jasa.

b. Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel.

c. Lebih dari 90% (Sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik d. Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan.


(36)

Puskesmas kawasan pedesaan merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan pedesaan sebagai berikut :

a. Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor agraris b. Memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel.

c. Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (Sembilan puluh persen)

d. Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas sekolah, pasar, rumah sakit.

Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil dan sangat terpencil merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan dengan karakteristik sebagai berikut:

a. Berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil, gugus pulau atau pesisir

b. Akses transportasi umum rutin 1 kali dalam seminggu, jarak tempuh pulang pergi dari ibukota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam dan transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim atau cuaca

c. Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil. 2.3.2 Penyelenggaraan Puskesmas

Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama.


(37)

1. upaya kesehatan masyarakat esensial, yaitu : a. Pelayanan promosi kesehatan

b. Pelayanan kesehatan lingkungan

c. Pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana d. Pelayanan gizi

e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.

2. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan, yaitu : a. Pelayanan kesehatan jiwa

b. Upaya kesehatan gigi masyarakat

c. Pengobatan traditional komplementer dan alternative d. Usaha kesehatan sekolah

e. Kesehatan indera f. Kesehatan lansia

g. Kesehatan kerja dan olahraga

B. Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk : a. Rawat jalan

b. Pelayanan gawat darurat

c. Pelayanan satu hari (one day care) d. Home care


(38)

Upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur operasional dan standar pelayanan. Untuk melaksanakan upaya kesehatan masyarakat maupun perorangan, puskesmas harus menyelenggarakan : manajemen puskesmas, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat, pelayanan laboratorium.

2.3.3 Jaringan Pelayanan dan Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, puskesmas didukung oleh jaringan pelayanan puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan. Jaringan pelayanan puskesmas terdiri atas :

a. Puskesmas pembantu, memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam wilayah kerja puskesmas

b. Puskesmas keliling, memberikan pelayanan kesehatan yang sifatnya bergerak

(mobile) untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan bagi masyarakat di

wilayah kerja puskesmas yang belum terjangkau oleh pelayanan dalam gedung puskesmas.

c. bidan desa, merupakan bidan yang ditempatkan dan bertempat tinggal pada satu kerja dalam wilayah kerja puskesmas.

Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas : klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. (Permenkes,2014)

2.4 Alat Kesehatan

Menurut Permenkes Nomor 1191 Tahun 2010 alat kesehatan adalah instrument, apparatus, mesin dan atau implant yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan


(39)

penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

Alat kesehatan berdasarkan tujuan penggunaan sebagaimana dimaksud oleh produsen, dapat digunakan sendiri maupun kombinasi untuk manusia dengan satu atau beberapa tujuan sebagai berikut :

a. Diagnosis, pencegahan, pemantauan, perlakuan atau pengurangan penyakit. b. Diagnosis, pemantauan, perlakuan, pengurangan atau kompensasi kondisi sakit. c. Penyelidikan, penggantian, pemodifikasian, mendukung anatomi atau proses fisiologis

d. Mendukung atau mempertahankan hidup e. Menghalangi pembuahan

f. Desinfeksi alat kesehatan

g. Menyediakan informasi untuk tujuan medis atau diagnosis melalui pengujian in vitro terhadap spesimen dari tubuh manusia.

Peralatan kesehatan di puskesmas harus memenuhi persyaratan : a. Standar mutu, keamanan dan keselamatan

b. Memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

c. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang. (Permenkes, 2014)

2.5 Kompendium Alat Kesehatan

Kompendium Alat Kesehatan merupakan daftar dan alat spesifikasi alat kesehatan dan bahan medis habis pakai terpilih dengan persyaratan standar


(40)

minimal keamanan, mutu dan manfaat untuk digunakan di fasilitas kesehatan dalam pelaksanaan JKN.(Permenkes,2014)

Kompendium alat kesehatan digunakan sebagai acuan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Kompendium alat kesehatan sebagaimana yang dimaksud dalam diktum kesatu memuat daftar alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang terdiri dari :

a. Alat kesehatan elektromedik ( 49 alat ) b. Alat kesehatan non elektromedik ( 41 alat ) c. Produk diagnostik in vitro ( 25 alat)

Daftar alat selengkapnya lihat pada lampiran. 2.6 Manajemen Logistik.

Manajemen logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni dalam proses perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat. Manajemen logistik mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efisien dan efektif. Keberhasilan suatu organisasi mencapai tujuan didukung oleh pengelolaan faktor-faktor antara lain Man, Money, Machine,

Methode dan Material. Pengelolaan yang baik dan seimbang pada kelima faktor


(41)

Gambaran siklus sistem administrasi manajemen logistik sebagai berikut :

Gambar 2.6 Siklus Administrasi Manajemen Logistik (Subagya, 1994). Menurut Lukas Dwiantara dan Rumsari Hadi (2004), Manajemen logistik merupakan serangkaian kegiatan perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan terhadap kegiatan pengadaan pencatatan, pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan dan penghapusan logistik guna mendukung efektivitas dan efisiensi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.

Menurut Hartono ( 2004 ) manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan yakni perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penghapusan.

2.6.1 Tujuan Manajemen Logistik

Pada dasarnya tujuan manajemen logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam- macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu yang dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai ke lokasi di mana ia dibutuhkan, dan dengan total biaya yang terendah.

Unsur Manajemen : -Man

-Money -Material - Machine - Methode

Fungsi Manajemen - Planning

- Organizing - Actuating - Controlling - Methode

Fungsi logistik : - Perencanaan - Penganggaran - Pengadaan - Penyimpanan - Penyaluran - Penghapusan - Pengendalian


(42)

1) Tujuan umum.

a. Tujuan operasional adalah agar tersedia barang atau bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai.

b. Tujuan keuangan adalah agar operasional dapat terlaksana dengan biaya yang serendah rendahnya.

c. Tujuan pengamanan adalah agar persediaan tidak terganggu dari kerusakan, pemborosan, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar.

2) Tujuan khusus.

Mendukung efektifitas dan efesiensi dalam setiap upaya pencapaian tujuan organisasi.

2.6.2 Fungsi Perencanaan

Perencanaan mencakup aktivitas dalam menetapkan sasaran-sasaran, pedoman-pedoman, pengukuhan penyelenggaraan bidang logistik. Dalam tahapan perencanaan logistik, perencanaan dikatakan baik apabila mampu menjawab hal-hal sebagai berikut :

1. Apa yang dibutuhkan untuk menentukan jenis barang yang tepat (what) 2. Berapa yang dibutuhkan untuk menentukan jumlah yang tepat (how much) 3. Bila mana dibutuhkan untuk menentukan tempat yang tepat (where) 4. Dimana dibutuhkan untuk menentukan waktu yang tepat (when)

5. Siapa yang mengurus dan siapa yang menggunakan untuk menentukan orang atau unit yang tepat (who)


(43)

7. Mengapa dibutuhkan untuk memeriksa apakah keputusan yang diambil sudah tepat (why)

Perencanaan kebutuhan alat kesehatan disusun berdasarkan : a. Usulan dari UPT kementerian kesehatan

b. Usulan Pemda melalui e-planning

c. Program prioritas kesehatan : PONED, PONEK, HIV, Revitalisasi Puskesmas d. Peralatan canggih

e. Jenis Alkes diperbaharui secara berkesinambungan 2.6.3 Fungsi Penganggaran

Penganggaran adalah semua kegiataan dan usaha untuk merumuskan perincian penetuan kebutuhan dalam suatu skala standar tertentu, yaitu skala mata uang dan jumlah biaya, dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku baginya. Dalam usaha penyempurnaan anggaran perlengkapan atau logistik diharapkan adanya berbagai macam anggaran sebagai berikut :

a. Anggaran pembelian

b. Anggaran perbaikan dan pemeliharan c. Anggaran penyimpanan dan penyaluran

d. Anggaran penelitian dan pengembangan barang e. Anggaran penyempurnaan administrasi barang f. Anggaran pengawasan barang

g. Anggaran penyedian dan peningkatan mutu personil. Siklus anggaran ini terdiri atas 5 tahap yaitu:


(44)

Tahap kedua : pengesahan anggaran negara Tahap ketiga : pelaksanaan anggaran negara

Tahap empat : pengawasan dan pemeriksaan anggaran negara Tahap kelima : pertanggungjawaban anggaran negara

2.6.4 Fungsi Pengadaan

Pengadaan ialah segala kegiatan dan usaha untuk menambah dan memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. Pengadaan dapat dilakukan dengan cara : Pembelian, penyewaan, peminjaman, pemberian (hibah), penukaran, dan pembuatan perbaikan.

Proses pengadaan peralatan dan perlengkapan pada umumnya dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Perencanaan dan penentuan kebutuhan

Untuk menghindarkan pemborosan perlu diadakan pembatasan-pembatasan kebutuhan terhadap perlengkapan dan peralatan.

b. Penyusunan dokumen tender

Dokumen tender adalah suatu dokumen yang berisikan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu pelelangan.

c. Pengiklanan atau penyampaian undangan lelang

Sebagai pemberitahuan kepada masyarakat yang berkepentingan untuk memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang mampu dan memenuhi syarat mengikuti tender.


(45)

d. Pemasukan dan pembukuan penawaran

Setelah penyampaian undangan lelang biasanya dokumen tender disebarluaskan, baik secara cuma-cuma atau dijual.

e. Evaluasi penawaran

Pada pelaksanan tender yang kompleks penawar yang terendah belum tentu menjadi pemenang dan untuk itu diperlukan suatu sistem evaluasi tender yang khusus, antara lain meliputi: evaluasi administrasi, evaluasi teknis dan evaluasi faktor-faktor lain.

f. Pengusulan dan penentuan pemenang

Panitia pelelangan setelah mengadakan evaluasi menyampaikan usulan pemenang kepada jabatan yang berwenang untuk menetapkan pemenang dengan dilampirkan berita hasil evaluasi.

g. Masa sanggah

Kepada peserta lelang biasanya diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan tertulis kepada atasan dari pejabat yang berwenang menetapkan pemenag mengenai ketetapan yang telah dikeluarkan panitia dalam pelaksanaan prosedur pelelangan

h. Penunjukan pemenang

Berdasarkan keputusan penetapan pemenang, kepala kantor atau satuan kerja atau pemimpin proyek menunjukan pemenang pelelangan sebagai pelaksana pengadaan.


(46)

i. Pengaturan kontrak

Setelah penunjukan pemenang dibuatlah surat pesanan atau surat perintah kerja atau kontrak sesuai jenis transaksinya.

j. Pelaksanaan kontrak atau penyerahan barang

Setelah kontrak ditandatangani terjadilah ikatan antara pembelian dengan penjual.

Pada era JKN Kompendium Alat Kesehatan dijadikan sebagai acuan dalam menentukan pembelian alat kesehatan yang cost effective sesuai mutunya. Pengadaan alat kesehatan dilaksanakan melalui e- catalog :

- dilakukan secara e-purchasing

- Daftar alat kesehatan dan spesifikasi telah tercantum dalam e-catalog. - e-catalog alat kesehatan mengatur biaya distribusi sampai prov/kab kota.

Persyaratan e-catalog alat kesehatan :

a. Disalurkan oleh distributor yang memiliki ijin penyalur alat kesehatan (IPAK) sesuai kemampuan sarana

b. Alat kesehatan telah memiliki nomer ijin edar dari Kementrian Kesehatan c. Transparansi dan kewajaran pada : harga yang wajar, spesifikasi dan layanan purna jual.

2.6.5 Fungsi Penyimpanan

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pengurusan penyelanggaran dan pengaturan barang persediaan di dalam ruang penyimpanan. Beberapa faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam fungsi penyimpanan antara lain :


(47)

1. Pemilihan Lokasi 2. Barang

3. Pengaturan ruang

4. Prosedur atau sistem penyimpanan 5. Penggunaan alat bantu

6. Pengamanan dan keselamatan

Ruang penyimpanan atau gudang dapat digolongkan kedalam jenis-jenis sebagai berikut:

a. Gedung terbuka

Terdiri dari gedung terbuka yang tidak diolah dan gedung terbuka diolah. b. Gedung semi tertutup

Merupakan suatu kombinasi antara penyimpanan terbuka dan penyimpanan dalam gudang.

c. Gedung tertutup

Dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis bentuk yaitu : gudang transit, gudang serba guna, gudang kedap udara, gudang pendinginan, tangki kering, gudang penyimpanan tahan api, dangau orang Eskimo.

2.6.6 Fungsi pendistribusian

Pendistribusian adalah merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya (Subagya, 1994)


(48)

a. Semua jenis logistik yang dibeli atau diadakan baik melalui pihak ketiga (rekanan) maupun pembelian sendiri harus melalui dan dan diterima oleh panitia penerima barang.

b. Setelah panitia penerima barang menerima logistik yang diserahkan maka harus melakukan pengecekan secara cermat terhadap jenis barang apakah sudah sesuai dengan kontrak baik jenis, spesifikasi dan jumlahnya. Kelengkapan dokumen pengiriman juga harus diperiksa apakah telah sesuai dengan kontrak ( nama rekanan, tanggal pengiriman, jenis, jumlah, harga barang, dan lain sebagainya ). c. Dilihat apakah pengiriman telah melampaui batas waktu sesuai dengan batas waktu yang tertera dalam kontrak. Jika melampaui maka panitia penerima barang membubuhkan tanda tanggalnya sesuai dengan tanggal pada saat barang tersebut diterima.

d. Setelah dokumen selesai diperiksa maka barang didistribusikan ke puskesmas, puskesmas akan mendistribusikan ke unit jaringannya sesuai dengan kebutuhan. 2.6.7 Fungsi Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah suatu usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis dan daya guna suatu alat produksi atau fasilitas kerja dengan jalan merawat, memperbaiki, merehabilitasi dan menyempurnakan. Tahap- tahap pemeliharaan yaitu :

1. Tahap perencanaan

2. Tahap pelaksanaan pemeliharaan 3. Tahap pasca pelaksanaan pemeliharaan


(49)

2.6.8 Fungsi Penghapusan

Secara umum penghapusan dapat dikatakan sebagai kegiatan dan usaha-usaha pembebasan barang dari pertanggungjawaban sesuai peraturan atau perundang-undangan. Penghapusan umumnya dilakukan atas dasar :

a. Barang hilang

b. Teknis dan ekonomis c. Surplus dan ekses d. Tidak bertuan e. Rampasan

Program penghapusan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek yuridis,

administrative dan proseduril ; aspek rencana pelaksanaan teknis. Dalam

pengelolaan penghapusan barang, dikenal adanya beberapa tahap, yang sekaligus merupakan siklus kegiatan penghapusan, yakni :

a. Tahap penyidikan atau pengenalan

b. Tahap penyaringan dan tahap penyelesaian c. Tahap pelaksanaan dan pengendalian Cara-cara Penghapusan

Cara-cara Penghapusan yang lazim dilaksanakan sebagai berikut : a. Pemanfaatan langsung

b. Pemanfaatkan kembali c. Pemindahan

d. Hibah


(50)

f. Pemusnahan

2.6.9 Fungsi Pengendalian

Pengendalian merupakan inti dari pengelolaan perlengkapan yang meliputi usaha untuk memonitor dan pengamankan keseluruhan pengelolaan logistik. Sarana Pengendalian terdiri dari :

1. Struktur Organisasi

Agar dapat melaksanakan pengedalian seefektif mungkin, maka harus jelas tugas pokok dan ruang lingkup organisasi suatu unit, jelas wewenang dan tanggung jawabnya.

2. Sistem dan Prosedur

Landasan peraturan merupakan dasar utama pengendalian khusus merupakan titik tolak dimana persoalan-persoalan harus diselesaikan.

3. Petugas

Personil yang disiplin, cakap dan trampil sangat meringankan beban pengendalian.

4. Peralatan

Tidak selalu barang fisik, tapi bisa buku petunjuk, standar-standar dan sebagainya yang merupakan pula sarana dalam memperlancarkan suatu sistem.

Fungsi utama dari pengendalian haruslah :

a. Menjadi sarana pengelola atau pembina logistik berupa data-data informasi yang bermanfaat bagi fungsi-fungsi logistik atau lainnya.

b. Menjadi sarana bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan.


(51)

Untuk penyelenggaran fungsi tersebut, fungsi pengendalian mengandung kegiatan-kegiatan :

a. Inventarisasi menyangkut kegiatan-kegiatan dalam perolehan data logistik b. Pengawasan menyangkut kegiatan-kegiatan untuk menetapkan ada tidaknya deviasi-deviasi penyelenggaraan dari rencana-rencana logistik.

c. Evaluasi menyangkut kegiatan-kegiatan memonitor, menilai dan membentuk data-data logistik yang diperlukan, hingga merupakan informasi bagi fungsi-fungsi logistik lainnya.

Peranan Inventarisasi dalam Pengendalian : Inventarisasi digunakan sebagai sarana dan sumber informasi baik bagi pemimpin, staf dan para pengawas. Dalam inventarisasi kegiatan-kegiatan yang telah dapat kita identifikasi mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Menyediakan data untuk merencanakan kebutuhan peralatan dan

perlengkapan

b. Memberikan informasi untuk dijadikan bahan pengarahan dalam pengadaan peralatan dan perlengkapan

c. Memberikan pedoman dalam fungsi penyimpanan dan penyaluran

d. Memberikan petunjuk dalam rangka pemeliharaan peralatan dan perlengkapan

e. Menyediakan data atau informasi dalam menentukan barang lebih dan

menghapus dari pertanggungjawaban administratif

f. Dengan menerapkan dan mengembangkan klasifikasi dan kodefikasi untuk menuju sasaran katalogisasi dan standardisasi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.


(52)

2.7 Kerangka Pikir Penelitian :

Gambar 2.7 Kerangka Pikir Penelitian Penjelasan :

Pelaksanaan manajemen logistik alat kesehatan yang baik sangat penting untuk menunjang pelayanan kesehatan di puskesmas. Sarana pengangkutan akan membantu dalam proses pendistribusian alkes, sumberdaya manusia pengelola alkes di puskesmas akan melaksanakan proses pendistribusian, penyimpanan, pengendalian dan penghapusan alkes, metode pengelolaan yang diterapkan akan mempengaruhi terhadap semua fungsi logistik dan dana yang tersedia akan menentukan pengadaan, pendistribusian, pemeliharaan dan penghapusan. Dari proses manajemen logistik akan menghasilkan ketersediaan alkes dalam jenis dan jumlah yang cukup, dan penanganan pasien menjadi efisien dan efektif.

MANAJEMEN LOGISTIK

INPUT PROSES OUTPUT

- Sarana - Sumber daya manusia

- Metode pengelolaan - Dana

- Perencanaan - Penganggaran - Pengadaan - Pendistribusian - Penyimpanan - Pemeliharaan - Pengendalian - Penghapusan - Pengendalian

- Ketersediaan alkes - Penanganan penyakit efisien dan efektif


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan sistem pelaksanaan manajemen logistik alat kesehatan empat puskesmas di Kabupaten Deli Serdang. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Penelitian deskriptif digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut.(Notoadmodjo,S, 2010) 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi Penelitian didasarkan pada kriteria puskesmas perkotaan dan puskesmas pedesaan yang ada di Kabupaten Deli Serdang. Puskesmas perkotaan yang akan diteliti yaitu : Puskesmas Aras Kabu dan Puskesmas Tanjung Morawa. Sedangkan puskesmas kriteria pedesaan yang akan diteliti yaitu : Puskesmas Bandar Dolok dan Puskesmas Talun Kenas.

Waktu Penelitian : bulan Juli sampai dengan Agustus 2015. 3.3 Karakteristik Informan

Tabel 3.1 Karakteristik Informan Penelitian

Informan Nama Jabatan Pendidikan

Informan 1 dr. Anton B. Nainggolan

Kepala Puskesmas Bandar Dolok

S 2 Informan 2 dr. Herlina

Sembiring

Kepala Puskesmas Tanjung Morawa

S 2 Informan 3 dr. Ratna

Tanjung

Kepala Puskesmas Aras Kabu

S 2 Informan 4 drg. Mariani Kepala Puskesmas

Tanjung Morawa


(54)

Informan 5 Intan Murni Pengurus Barang

Puskesmas Bandar Dolok

D 1 Informan 6 Ratna Juwita Pengurus Barang Puskesmas

Tanjung Morawa

D III Informan 7 Hefdinar Sinaga Pengurus Barang Puskesmas

Aras Kabu

LCPK Informan 8 Nuri Panjaitan,

SKM

Pengurus Barang Puskesmas Tanjung Morawa

S 1 Informan 9 Edy Mauricht,

S.Si, Apt

Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Kesehatan

S 1 Informan 10 Hendrikus

Sianturi,SE,MAP

Ka.Subbag Perencanaan Dinas Kesehatan

S 2 Informan 11 Hotman Saragih Bendahara Barang

Dinas Kesehatan

D III

3.4 Metode Pengumpulan Data

a. Penulis melakukan pengumpulaan data dengan cara, yaitu : 1.Wawancara ;

Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara bebas dimana peneliti membuat pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiono,2009)

2. Pengamatan (observasi) ;

Melakukan pengamatan manajemen logistik secara langsung di puskesmas. Pengamatan adalah suatu prosedur yang terencana yang meliputi; melihat, mendengar dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.(Notoatmojo,2010)

Alat observasi yang digunakan adalah check list ; yaitu suatu daftar untuk men “cek” nama-nama alat kesehatan yang ada di puskesmas dan kartu inventaris


(55)

ruangan di setiap ruangan yang ada di puskesmas. Selain itu digunakan alat elektronik berupa kamera dan tape recorder.

b. Data yang diambil dari puskesmas,meliputi :

1.Data dasar puskesmas yang diambil dari profil puskesmas 2. Data ketenagaan puskesmas

3. Kartu Inventaris Barang (KIB ). 3.6 Metode Analisis Data

Data dianalisis secara desktiptif terhadap data primer dan data sekunder yaitu dengan mereduksi hasil wawancara dan ditabulasi dalam bentuk matriks. Validitas data didapat dengan melakukan triangulasi dari berbagai sumber dan berbagai cara dan waktu (Moelong ,2012) . Pada penelitian ini triangulasi data dilakukan antara kepala puskesmas, pengurus barang dan informan yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

3.7 Metode Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk textular yaitu penyajian data dalam bentuk kalimat dan penyajian data dalam bentuk tabel, bentuk penyajian data ini dipakai untuk saling melengkapi. (Notoadmodjo, 2010).

3.8 Defenisi Operasional

a. Sarana adalah fasilitas transportasi untuk pendistribusian alkes. b. Metode adalah cara yang dipakai dalam melakukan pengelolaan alkes c. sumber daya manusia adalah pengurus barang di puskesmas

d. Sumber dana adalah asal uang untuk melaksanakan seluruh fungsi logistik e. Perencanaan adalah upaya dalam menentukan kebutuhan alat kesehatan f. Penganggaran adalah upaya dalam menentukan sumber dana untuk pengadaan


(56)

alat kesehatan

g. Pengadaan adalah kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah ditetapkan dan disetujui anggarannya yang telah dilakukan pada perencanaan. h. Pendistribusian adalah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing unit pelayanan kesehatan berdasarkan permintaan.

i. pemeliharaan adalah cara untuk mempertahankan kualitas alkes yaitu dengan cara perbaikan terhadap alat yang rusak

j. Penyimpanan adalah kegiatan di dalam mengatur alat kesehatan yang belum dipakai dan menertibkan alat kesehatan yang sudah rusak.

k. Penghapusan adalah kegiatan dalam pembebasan alat kesehatan dari pertanggung jawaban berdasarkan peraturan perundang-undangan.

l. Pengendalian adalah kegiatan untuk memonitor dan mengamankan seluruh kegiatan logistik alat kesehatan


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Bandar Dolok

Puskesmas Bandar Dolok merupakan puskesmas non rawat inap yang berada di Jalan Galang Desa Pagar Merbau I Kecamatan Pagar Merbau, jarak puskesmas dengan ibu kota kabupaten Deli Serdang yaitu ± 8 km. Wilayah Kecamatan Pagar Merbau terletak pada ketinggian 30 meter diatas permukaan laut dan beriklim tropis, dengan luas wilayah ± 62,89 km2. Jumlah penduduk yang ada di wilayah kerja adalah 38.778 jiwa. Puskesmas Bandar Dolok adalah satu-satunya puskesmas yang ada di Kecamatan Pagar Merbau. Saat ini Puskesmas Bandar Dolok berstatus sebagai puskesmas non rawat inap tetapi sudah dipersiapkan untuk menjadi puskesmas rawat inap. Gedung baru Puskesmas Bandar Dolok dioperasikan sejak April 2015 sebelumnya puskesmas ini berada di Desa Bandar Dolok.

Wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok terdiri dari 16 desa dan 70 dusun, adapun desa tersebut yaitu : Bandar Dolok, Jatibaru, Jatirejo, Perbarakan, Purwodadi, Pagar Merbau I, Pagar Merbau II, Pasar Miring, Sukamulia, Sidodadi, Sumberejo, Sukamandi Hulu, Sukamandi Hilir, Tanjung Mulia, Tanjung Garbus Kampung, Tanjung garbus II. Adapun batas-batas wilayah kerja puskesmas ini adalah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Sungai Ular Kabupaten Serdang Bedagai, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Galang dan Kecamatan Tanjung Morawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan


(58)

Galang, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam dan Kecamatan Tanjung Morawa.

4.1.2 Gambaran Umum Puskesmas Talun Kenas

Puskesmas rawat inap Talun Kenas berada di Jalan Besar Talun Kenas kecamatan STM Hilir, terdiri dari 15 desa dengan luas wilayah kerja 190.50 km2. Keadaan geografis wilayah kerja Puskesmas Talun Kenas merupakan daerah daratan. Sarana perhubungan sudah diaspal dan dapat dilalui dengan kendaraan roda empat, tiga dan dua. Jarak puskesmas dengan ibu kota kabupaten yaitu ± 25 km. Puskesmas Talun Kenas menjadi puskesmas rawat inap pada tahun 2007 dan dijadikan Puskesmas PONED pada tahun 2009. Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas ini adalah 32.267 jiwa terdiri dari 8.380 kepala keluarga wilayah kerja Puskesmas Talun Kenas terdiri dari 15 desa yaitu : Talun Kenas, Sumbul, Taduken Raga, Limau Mungkur, Negara, Limau Mungkur Baru, Juma Tombak, Gunung Rintih, Siguci, Kuta Jurung, Talapeta, Lau Rakit, Penungkiren, Lau Rempak, dan Rambai.

Batas-batas wilayah Puskesmas Talun Kenas adalah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Patumbak dan Biru-Biru, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan STM Hulu, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bangun Purba, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Biru-Biru.

4.1.3 Gambaran Umum Puskesmas Aras Kabu

Puskesmas Aras Kabu terletak di Desa Aras Kabu Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang, mulai aktif beroperasional sejak pertengahan Februari


(59)

2012 sebagai rawat inap dan PONED, yang meliputi 6 desa wilayah kerja yaitu : Desa Aras Kabu, Desa Tumpatan, Desa Serdang, Desa Pasar V Kebun Kelapa, Desa Sidourip, dan Desa Pasar VI Kuala Namu. Luas wilayah kerja Puskesmas Aras Kabu adalah 2.310 km2 yang terdiri dari 37 dusun dengan jumlah penduduk 10.664 jiwa. Jarak dari Puskesmas Aras Kabu ke Ibukota Kabupaten adalah ± 5 km.

Batas-batas wilayah Puskesmas Aras Kabu adalah sebagai berikut : sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Labu, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam.

4.1.4 Gambaran Umum Puskesmas Tanjung Morawa

Puskesmas Tanjung Morawa didirikan sejak tahun 1968 yang terletak di Jalan Irian nomor 242 Tanjung Morawa Pekan Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dengan luas tanah puskesmas 450 m. Luas wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa adalah 80.73 km2, jumlah desa 16 buah dan 89 dusun dengan jumlah penduduk 118.604 jiwa. Adapun batas-batas wilayah adalah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan wilayah Puskesmas Dalu Sepuluh, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan STM Hilir, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Patumbak, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Galang, Kecamatan Pagar Merbau dan Kecamatan Lubuk Pakam.

Bentuk bangunan puskesmas bertingkat 2 dengan jenis bangunan permanen, lokasi puskesmas berada di tepi jalan raya disebelah Kantor Camat Tanjung


(60)

Morawa. Puskesmas Tanjung Morawa merupakan puskesmas rawat inap dan PONED, membuka pelayanan selama 24 jam dan memiliki fasilitas rawat inap. Tabel 4.1 Data Tenaga Kesehatan yang ada di Puskesmas Bandar Dolok,

Talun Kenas, Aras Kabu dan Tanjung Morawa Tahun 2015 No. Tenaga Kesehatan

Puskesmas Bandar Dolok Talun Kenas Aras Kabu Tanjung Morawa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Dokter Umum Dokter Gigi Dokter Obgyn Bidan Perawat Perawat Gigi Petugas Gizi Kesling Farmasi Analis Kesmas Pekarya kesehatan Non kesehatan 2 2 0 43 9 0 1 1 1 2 1 2 0 3 2 0 15 11 4 2 1 1 1 2 2 0 6 2 0 18 8 1 1 1 1 1 2 2 0 5 1 1 55 10 2 2 1 2 1 4 6 2

Jumlah 64 44 43 90

Sumber : Puskesmas Bandar Dolok, Talun Kenas, Aras Kabu dan Tanjung Morawa.

Dari data tenaga kesehatan diatas dapat dilihat bahwa persebaran tenaga dokter kurang merata, jumlah dokter yang paling banyak terdapat di Puskesmas Aras Kabu sedangkan jumlah penduduknya paling sedikit diantara ke empat puskesmas lain. Semua puskesmas sudah mempunyai dokter gigi, puskesmas yang mempunyai dokter spesialis obgyn hanya Puskesmas Tanjung Morawa. Puskesmas memiliki tenaga kesehatan seperti bidan, perawat, perawat gigi, petugas gizi, farmasi, analis dan kesmas yang sudah hampir lengkap. Ditambah dengan pekarya kesehatan dan tenaga non kesehatan yang membantu di bagian administrasi akan membuat pelaksanaan pelayanan kesehatan dan pembuatan laporan kegiatan akan semakin baik.


(61)

Sesuai dengan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tenaga kesehatan yang ada di puskesmas, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga yang harus ada di puskesmas adalah dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, tenaga kefarmasian, tenaga administrasi dan pekarya kesehatan.

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Input

4.2.1.1 Sarana

Berdasarkan hasil penelitian di puskesmas dengan wawancara mendalam terhadap kepala puskesmas diperoleh informasi bahwa sarana yang ada di puskesmas yang digunakan untuk mengangkut alkes ke pustu atau poskesdes adalah ambulance, tapi itu hanya untuk alkes yang besar seperti tempat tidur periksa pasien, meja instrument, dll, sedangkan untuk alkes yang kecil seperti tensimeter, gunting, stetoskop, dll tidak perlu alat transportasi yang khusus. Berikut ini kutipan dari informan :

” sarana pengangkutan untuk alkes adalah ambulance… ya memang itu

adanya” (Informan 1) “ Ambulance juga cukuplah untuk mengangkut alkes ke pustu atau poskesdes..” (Informan 2)

Kutipan tersebut diatas juga didukung oleh informan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yang mengemukakan bahwa :


(62)

“ puskesmas biasanya menggunakan ambulance untuk mengangkat alkes ke jaringannya, yaaa… bila perlu bisa juga meminjam mobil box farmasi dari sini,, bisa diatur lah,,,, “ (Informan 11)

Sarana pengangkutan alat kesehatan dari puskesmas ke pustu dan poskesdes adalah dengan menggunakan ambulance puskesmas tetapi bila membutuhkan mobil yang lebih besar maka puskesmas dapat meminjam mobil box farmasi yang ada di dinas kesehatan sebagai sarana pengangkutan alat kesehatan.

4.2.1.2 Sumber Daya Manusia

Hasil penelitian mengenai sumber daya manusia pengelola logistik alat kesehatan di puskesmas, diperoleh informasi bahwa di setiap puskesmas di Kabupaten Deli Serdang telah ada diangkat dari salah satu pegawai untuk menjadi petugas pengelola logistik alat kesehatan. Berikut ini kutipan informan :

“ disetiap puskesmas sudah ada diangkat petugas untuk mengelola logistik alat kesehatan,,, namanya pengurus barang,,, dia bertanggung jawab bukan hanya untuk alkes saja tetapi untuk semua peralatan bahkan asset yang ada di puskesmas dan jaringannya,, mereka sudah di Diklat dan sudah puny SK bupati untuk melaksanakan tugasnya….” (informan 11)

Menurut Informan sudah ada SDM yang mengelola logistik alkes di puskesmas yang diangkat oleh kepala puskesmas yang dinamakan pengurus barang. Untuk membekali SDM ini dengan pengetahuan dalam mengelola logistik maka Badan Kepegawaian Daerah (BKD) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang telah mengadakan Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) bagi setiap pengurus barang puskesmas. Setiap pengurus barang sudah memiliki


(1)

Lampiran 6. Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 118/Menkes/SK/IV/2014 Tentang Kompendium Alat Kesehatan Di

Pelayanan Kesehatan Pertama No. Kompendium Alat Kesehatan

Ketersediaan di Puskesmas

BandarDolok Talun Kenas Aras Kabu Tanjung Morawa Jumlah Keadaan Jumlah Keadaan Jumlah Keadaan Jumlah Keadaan A. Alat Kesehatan Elektromedik

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

Anesthesia vaporizer Apnea Monitor Argon Surgical laser Aspirator

Audiometer

Autotransfusion unit

Automatic Sphygmomanometer (Non invasive)

Blood Pressure Monitor, Invasive Blood/Solution warmer

Capnometer (CO2 monitor ) Cardiac Resuscitator

CO2 surgical laser Cryosurgical unit Defibrillator Dental Unit

Diathermy/shortwave Electrosurgical Unit (ESU) Elektro Kardiograf (EKG) Heart Lung bypass unit Hemodialisis unit

- - - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - 6

- - - - - - - - - - - - - - Baik

- - - - - Baik

- - - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - 8

- - - - - - - - - - - - - - Baik

- - - - - Baik

- - - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - 15

- - - - - - - - - - - - - - Baik

- - - - - Baik

- - - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - 16

- - - - - - - - - - - - - - Baik

- - - - - Baik


(2)

22. 23. 24.

Hospital Bed

Hypo/hyperthermia units Infusion pumps

Baby Incubator

- - 2

- - Baik

- 1 2

- - Baik

- - 2

- - Baik

- - 2

- - Baik Lampiran 6. Lanjutan

No. Kompendium Alat Kesehatan

Ketersediaan di Puskesmas

BandarDolok Talun Kenas Aras Kabu Tanjung Morawa Jumlah Keadaan Jumlah Keadaan Jumlah Keadaan Jumlah Keadaan 25.

26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44.

Intra Aortic ballonn pump Laparoscopy

Mammography unit Anesthesia machine Mobile C-arms X-ray Mobile X- ray unit Oxygen analyzer

Pacemaker External, non invasive Phototherapy unit

Portable Ventilator Pressure transducers Pulse oxymeter Radiant Warmer

Radiographic/Fluoroscopic unit Smoke Evacuator

Traction Unit

Transcutaneous CO2 Monitor

Transcutaneous oxygen (O2) monitor Ultrasound scanner (USG Diagnostic ) X-Ray unit general purpose

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 -

- - - - - - - - - - - - - - - - - - Baik

-

- - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 -

- - - - - - - - - - - - - - - - - - Baik

-

- - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 -

- - - - - - - - - - - - - - - - - - Baik


(3)

45. 46. 47. 48. 49.

Electroencephalograph (EEG) Lampu periksa halogen Sterilisator kering

Ekstraktor Vakum manual

Pocket fetal hearth rate monitor (Doppler)

- - 1 - 1

- - Baik

- Baik

- 1 1 - 2

- Baik Baik

- Baik

- 1 1 - 2

- Baik Baik

- Baik

- 1 1 - 2

- Baik Baik

- Baik

Lampiran 6. Lanjutan

No. Kompendium Alat Kesehatan

Ketersediaan di Puskesmas

BandarDolok Talun Kenas Aras Kabu Tanjung Morawa Jumlah Keadaan Jumlah Keadaan Jumlah Keadaan Jumlah Keadaan B. Alat Kesehatan Non Elektromedik

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

Blood bag

Blood transfusion set Cat gut (benang bedah) Dental cement

Disposable syringe Auto disable syringe

Hypodermic syringe with rause prevention Foley Catheter

Glass ionometer cement Gutta Percha

Impression material Infusion set

Instrument Bedah IV Catheter Kapas berlemak

Kapas pembalut/absorben

- - √ - √ √ - - - - - √ √ √ - √

- - Baik

- Baik Baik

- - - - - Baik Baik Baik

- Baik

- - √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ - √

- - Baik Baik Baik Baik Baik Baik

- Baik Baik Baik Baik Baik

- Baik

- - √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ - √

- - Baik Baik Baik Baik Baik Baik

- Baik Baik Baik Baik Baik

- Baik

- - √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ - √

- - Baik Baik Baik Baik Baik Baik

- Baik Baik Baik Baik Baik

- Baik


(4)

17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

Kasa Hidrofil

Kasa hidrofil terdeteksi sinar-X Kasa pembalut

Kasa pembalut elastis Kondom

Manual Hospital Bed Masker Bedah Masker Oxygen

√ - √ √ √ √ √ √

Baik - Baik baik Baik Baik Baik Baik

√ √ √ √ √ √ √ √

Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

√ √ √ √ √ √ √ √

Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

√ √ √ √ √ √ √ √

Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Lampiran 6. Lanjutan

No. Kompendium Alat Kesehatan

Ketersediaan di Puskesmas

BandarDolok Talun Kenas Aras Kabu Tanjung Morawa Jumlah Keadaan Jumlah Keadaan Jumlah Keadaan Jumlah Keadaan 25.

26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39.

Pembalut Gips Plester

Pulmonary resuscitator Sarung tangan bedah

Silk suture (Benang bedah sutera) Stethoscope manual

Tensimeter manual dengan air raksa Tensimeter manual dengan jarum Urine bag

Wing needle Thermometer raksa Timbangan bayi

Timbangan injak dewasa Stand infuse

Tabung oksigen + regulator

- √ - √ - 1 2 1 - √ 2 2 2 3 2

- Baik

- Baik

- Baik 1 rusak

Baik - Baik 1 rusak

Baik Baik Baik Baik

- √ - √ - 2 2 2 √ √ 3 2 2 5 2

- Baik

- Baik

- Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

- √ - √ - 2 2 2 √ √ 3 2 2 4 2

- Baik

- Baik

- Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

- √ - √ - 4 4 5 √ √ 3 2 4 8 4

- Baik

- Baik

- Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik


(5)

40. 41.

Tempat tidur periksa Tempat tidur persalinan

2 2

Baik Baik

2 2

Baik Baik

2 2

Baik Baik

4 3

Baik Baik C. Produk diagnostik in vitro

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Utomated blood grouping analyzer Bilirubin test system

Blood gas/Ph/Chemistry point of care analyzer

Cholesterol test trip

Clinical chemistry analyzer C-reactive protein reagent (CRP)

- - - √ - -

- - - Baik

- -

- - - √ - -

- - - Baik

- -

- - - √ - -

- - - Baik

- -

- - - √ - -

- - - Baik

- -

Lampiran 6. Lanjutan

No. Kompendium Alat Kesehatan

Ketersediaan di Puskesmas

BandarDolok Talun Kenas Aras Kabu Tanjung Morawa Jumlah Keadaan Jumlah Keadaan Jumlah Keadaan Jumlah Keadaan

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

Creatine Kinase Reagent Creatine reagent

Diff Diluent Glucose Analyzer Glucose Test strip Hematology Control

Hematology point of care analyzer Hiv Combi

Immunoassay analyzer

Test Hepatitis B (Hbsab rapid Test)

- - - 1 1 1 1 - - -

- - - Baik Baik Baik Baik

- - -

- - - 2 1 1 1 - - -

- - - Baik Baik Baik Baik

- - -

- - - 1 1 1 1 - - -

- - - Baik Baik Baik Baik

- - -

- - - 2 1 1 1 - - -

- - - Baik Baik Baik Baik

- - -


(6)

17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

Test kehamilan cepat (Pregnancy rapid test)

Tes masa subur (Luteinizing hormone system)

Toxo Igg Ii Assay

Uji Mycobacterium Tuberculosis-Igg/Igm Uric acid reagent

Uric acid test strip Urinalysis reagent strips

Whole blood coagulation analyzer Reagensia in vitro untuk pewarna biologi

√ - - - √ 1

- - -

Baik - - - Baik Baik

- - -

√ - - - √ 2 - - -

Baik - - - Baik Baik

- - -

√ - - - √ 1

- - -

Baik - - - Baik Baik

- - -

√ - - - √ 2

- - -

Baik - - - Baik Baik

- - -