Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Perizinan Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Humbang Hasundutan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah dapat mendekatkan dan
memberikan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Perbaikan pelayanan itu
dapat terus membaik apabila pemerintahan dijalankan secara terbuka, akuntabel,
dan memberi ruang partisipasi bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan amanat
yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik yang menyebutkan bahwa “Negara berkewajiban
melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan
dasarnya dalam kerangka pelayanan publik”. Pernyataan tersebut dapat diartikan
bahwa negara mempunyai kewajiban dalam memenuhi hak dan pelayanan
kebutuhan dasar masyarakatnya misalnya dalam hal kesehatan, pendidikan dasar
dan bahan kebutuhan pokok (Hardiyansyah, 2011:20).
Selain masalah infrastruktur, masalah perizinan usaha juga merupakan
aspek yang menentukan bagi kondusifitas iklim usaha di daerah. Dalam aspek
perizinan usaha, ternyata otonomi daerah belum secara signifikan memperbaiki
kualitas pelayanan dalam bidang perizinan usaha. Bahkan ada kecenderungan
pasca penerapan otonomi daerah jumlah biayanya meningkat. Tingginya biaya
perizinan tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas pelayanan. Banyak pelaku
usaha yang mengeluh karena kecewa terhadap kualitas pelayanan yang diberikan

oleh birokrasi perizinan, seperti tidak adanya transparansi biaya dan prosedur

1
Universitas Sumatera Utara

yang berbelit, tingginya biaya yang harus dikeluarkan, sampai diskriminasi
terhadap golongan tertentu (Adrian Sutedi, 2011:49).
Berdasarkan hasil penelitian dari Dewi Puspita Sari Darman (2015) yang
berjudul “Inovasi Pelayanan Perizinan Dalam Peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD)

pada Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Kota

Makassar” mengatakan bahwa pelayanan perizinan masih banyak mengalami
hambatan-hambatan karena masih belum dapat memuaskan pelanggan, hal ini
disebabkan karena kualitas kinerja aparat pelayanan perizinan belum optimal,
kurang sederhananya prosedur pelayanan, lamanya proses pengurusan izin, dan
biaya yang dianggap masyarakat masih mahal serta ditambah lagi pejabat yang
berwenang menandatangani berkas kadang-kadang tidak berada ditempat ketika
mengurus perizinan, sikap yang dimiliki oleh aparat yang mementingkan prosedur

(aturan) daripada substansi pelayanan, sehingga aparat birokrasi garis depan
belum nampak ke arah profesionalisme.
Hal ini yang kadang kala dalam menjalankan Otonomi Daerah tidak
pernah berhasil, karena adanya pelaku birokrasi yang tidak mengutamakan kulitas
dalam pelayanan publik, terlebih khusus untuk pemberian izin mendirikan usaha.
Ada tiga level pembahasan dalam kerangka meningkatkan pelayanan publik,
pertama kebijakan (peraturan perundang-undangan), apakah kebijakan dalam
pemberian pelayanan publik sudah benar-benar ditujukan untuk kepentingan
masyarakat; kedua, kelembagaan, apakah lembaga-lembaga yang dibentuk
pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau hanya berdasar pada
kebutuhan eksistensi lembaga-lembaga di daerah agar tidak dilakukan likuidasi
lembaganya termasuk juga kepentingan-kepentingan politis yang sangat kental

2
Universitas Sumatera Utara

terutama ketika masuk dalam pembahasan di tingkat legislatif; ketiga, sumber
daya manusia, apakah sumber daya manusia yang memberikan pelayanan juga
memerlukan kecakapan-kecakapan tertentu, karena saat ini telah terjadi berbagai
perubahan dimana masyarakat juga memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan

yang lebih baik, maka administrasi negara tidak bisa bertindak hanya berdasar
pada perintah atasan, namun tuntutan masyarakat juga menjadi bagian penting.
Sebenarnya jika pelayanan publik di Indonesia khususnya bidang perizinan bisa
berjalan

sesuai

Undang-Undang

yang berlaku

maka

dapat

menunjang

perekonomian di Negara Indonesia sendiri.
Salah satu tujuan dari pemberian perizinan adalah sebagai sumber
pendapatan daerah. Dengan adanya permintaan permohonan izin, maka secara

langsung pendapatan pemerintah akan bertambah karena setiap izin yang
dikelurkan pemohon harus membayar retribusi terlebih dahulu. Semakin banyak
pula pendapatan dibidang retribusi tujuan akhirnya yaitu untuk membiayai
pembangunan (Adrian Sutedi, 2011:200). Pendapatan Asli Daerah (PAD)
merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan
kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah
sebagai perwujudan asas desentralisasi. Pendapatan asli daerah (PAD) digunakan
untuk membiayai segala kegiatan dan program yang telah dibuat oleh pemerintah
daerah tersebut. PAD juga digunakan untuk membangun sarana dan prasarana
diberbagai

sektor,

dan

sebesar-besarnya

digunakan


untuk

menciptakan

kesejahteraan rakyat.

3
Universitas Sumatera Utara

Yang menjadi fokus penelitian adalah menyangkut strategi birokrasi dalam
Pelayanan Perizinan Terpadu di Kabupaten Humbang Hasundutan. Pelayanan ini
merupakan salah satu penopang dan pendukung dalam penyelenggaraan
pemerintahan di daerah, dalam hal ini ada pemasukan keuangan daerah dalam hal
ini adalah pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor perizinan. Oleh karena itu
diperlukan upaya untuk mengefektifkan sumber-sumber pendapatan asli daerah
untuk meningkatkan penerimaan daerah. Dengan berasumsi bahwa strategi
peningkatan kualitas pelayanan dalam pelayanan perizinan yang baik dan
memuaskan masyarakat akan berdampak terhadap peningkatan


penerimaan

Pendapatan Asli Daerah. Asumsi tersebut senada dengan yang diungkapkan
Nawawi, (2003) bahwa pelayanan yang berkualitas akan menjadi nilai tambah,
seperti rasa puas dan kesediaan masyarakat yang dilayani untuk mengikuti
ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Humbang Hasundutan
memiliki visi “terwujudnya pelayanan perizinan dan non perizinan yang proaktif
terhadap kepentingan masyarakat menuju daerah yang mandiri dan sejahtera”,
yang selanjutnya dijabarkan melalui misi sebagai berikut:
1. Mendekatkan kepada pelayanan prima dengan penyederhanaan
pelayanan perizinan
2. Meningkatkan ketersediaan data informasi di bidang perizinan dan non
perizinan.
3. Meningkatkan pelayanan perizinan dan non perizinan dalam rangka
peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).
4. Meningkatkan sarana dan prasarana.

4
Universitas Sumatera Utara


(http://humbanghasundutankab.go.id/visi-dan-misi-kantor-pelayanan-perijinanterpadu/ diakses pada 10 Maret 2016 pukul 21.30)
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Humbang Hasundutan
memproses sebanyak 33 jenis perizinan. Hal ini merupakan sumber pendapatan
yang sangat potensial dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)
Kabupaten Humbang Hasundutan. Retribusi perizinan merupakan potensi yang
cukup besar dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi suatu
kabupaten/kota apabila retribusi tersebut dimaksimalkan dalam pengelolaannya.
Disini dibutuhkan strategi pemerintah daerah dalam hal ini Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Humbang Hasundutan untuk menggali dan
mengakselarasi potensi tersebut. Pada tahun 2013 pendapatan asli daerah (PAD)
Kabupaten Humbang Hasundutan dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu hanya
terealisasi sebesar Rp38.138.360 dari target PAD sebesar Rp164 juta. Pada tahun
2015 PAD Kabupaten Humbang Hasundutan tidak mencapai target, hanya 24,12
miliar yang terealisasi dari Rp 27,75 miliar target. Sejumlah SKPD gagal
mencapai target yang telah ditentukan, seperti dinas peternakan, dinas
perhubungan, termasuk di dalamnya Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten
Humbang Hasundutan. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten
Humbang Hasundutan hanya memperoleh penerimaan dari retribusi izin penjualan
minuman keras (minuman beralkohol) dengan target yang diminta Rp3 juta,

terealisasi Rp500 ribu dan, retribusi izin gangguan dari target ditentukan Rp100
juta terealisasi sebesar Rp253,86 juta. Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Humbang Hasundutan kurang
mampu

memaksimalkan

penerimaan

dari

perizinan.

Data

diatas

juga

5

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan bahwa dari 33 jenis perizinan yang menjadi wewenang Kantor
Pelayanan Terpadu Kabupaten Humbang Hasundutan, KPPT hanya menerima
retribusi dari 2 jenis perizinan saja.
(http://harianandalas.com/kanal-sumatera-utara/pad-skpd-humbahas-tak-sesuaitarget di akses pada Rabu 16 Maret 2016 pukul 18:45).
(http://waspada.co.id/index.php… diakses pada Rabu 16 Maret 2016 pukul
19:05).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian untuk mengetahui bagaimana strategi peningkatan kualitas pelayanan di
Kabupaten Humbang Hasundutan. Adapun judul penelitian ini adalah “Strategi
Peningkatan

Kualitas

Pelayanan

Perizinan

dalam


Meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Humbang Hasundutan”.

6
Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah
Arikunto (1993) menguraikan agar suatu penelitian dapat dilaksanaka
dengan sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan maslahnya sehinggga
jelas dari mana harus memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa is melakukan
penelitian. Kemena ia harus pergi dan dengan apa ia melakukan penelitian.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pentingnya perumusan masalah agar
diketahui tukuan penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan
sebelumnya, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “bagaimana
strategi

peningkatan


kualitas

pelayanan

perizinan

dalam

meningkatkan

pendapatan asli daerah di Kabupaten Humbang Hasundutan”.

1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi
peningkatan kualitas pelayanan perizinan di Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu dalam meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten Humbang
Hasundutan.

1.4.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi

penulis,

bermanfaat

dalam

menambah,

meningkatkan,

dan

mengembangkan kemampuan,peengetahuan,wawasan, serta kemampuan
menulis karya ilmiah yang berkaitan dengan disiplin Ilmu Administrasi
7
Universitas Sumatera Utara

Negara. Dan juga menambah pengetahuankhususnya mengenai strategi
peningkatan pelayanan perizinan di Kabupaten Humbang Hasundutan
2. Bagi instansi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk
pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dalam menerapkan strategi
peningkatan pelayanan perizinan dalam meningkatkan pendapatan asli
daerah Kabupaten Humbang Hasundutan
3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
sumbangan ilmu pengetahuan dan pemikiran dalam ilmu kebijakan publik,
khususnya yang berkaitan dengan strategi peningkatan pelayanan publik
dalam meningkatkan pendapatan asli daerah.

1.5.Kerangka Teori
1.5.1. Strategi
1.5.1.1. Pengertian Strategi dan Manajemen Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti "seni
berperang" atau kepemimpinan dalam ketentaraan. Suatu strategi mempunyai
dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Pada dasarnya
strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan yang berarti. Strategi didefinisikan
sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus
pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Strategi merupakan tindakan yang
bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di

8
Universitas Sumatera Utara

masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat
terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.
Dengan kata lain, defenisi strategi mengandung dua komponen yaitu
tujuan jangka panjang (future intentions) dan keunggulan bersaing (competitive
advantage). Tujuan jangka panjang diartikan sebagai pengembangan wawasan
jangka panjang dan menetapkan komitmen untuk mencapainya. Sedangkan
keunggulan bersaing adalah pengembangan pemahaman bagaimana cara terbaik
berkompetisi terhadap pesaing dengan menampilkan produk unggulan.
Pearce dan Robinson (dalam Hessel Nogi 2003:8) mendefinisikan
manajemen strategi sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang
menghasilkan perumusan dan pelaksanaan rencana-rencana yang dirancang untuk
mencapai sasaran-sasaran organisasi. Ini terdiri atas 9 tugas penting yaitu:
1. Merumuskan misi organisasi, meliputi rumusan umum tentang maksud
keberadaan filosofi, dan tujuan.
2. Pengembangan profil organisasi yang menerangkan kondisi internal dan
kapabilitasnya.
3. Menilai lingkungan eksternal organisasi meliputi kontekstual umum.
4. Menganilisi lingkungan eksternala organisasi dan mencocokkannya
dengan sumber daya dengan lingkungan ekternal.
5. Mengidentifikasi opsi yang dikehendaki dengan mengevaluasi setiap opsi
yang ada berdasarkan misi organisasi.
6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum yang akan
mencapai pilihan yang paling dikehendaki.

9
Universitas Sumatera Utara

7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai
dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih.
8. Mengimplementasikan pilihan strategi dengan mengalokasikan sumber
daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian tugas, sumber daya
manusia, teknologi, dan sistem imbalan.
9. Mengevaluasi proses strategi sebagai masukan pengambilan keputusan
yang akan datang.
Elemen-elemen manajemen strategi (Hessel Nogi 2003:13):
1. Misi dan harapan organisasi, keduanya merupakan pengertian yang
terdapat dalam organisasi. Misi menjelaskan mengapa suatu organisasi
didirikan sejak awal, sedangkan harapan mengandung makna hasil yang
ingin dicapai organisasi.
2. Tujuan dan sasaran. Tujuan harus dibangun dengan memperhatikan misi,
sedangkan sasaran dibuat untuk mendukung tujuan tersebut. Tujuan dan
sasaran membuat target strategi-strategi mana yang harus dibangun.
3. Memperhatikan situasi strategik, dimana lingkungan eksternal terdiri atas
beberapa faktor yang secara langsung memberikan sedikit kontrol, yang
terdiri dari ekonomi, sosial, hukum, politik dan teknologi. Sebuah
organisasi harus memperhatikan peluang dan ancaman dari lingkungan
luar tersebut. Sementara lingkungan internal menyangkutsumbe daya,
sehingga yang perlu diprhatikan adalah bagaimana menoptimalkan
kekuatan dan menekan kelemahan organisasi tersebut.

10
Universitas Sumatera Utara

4. Strategi formulasi sebagai proses pengambilan keputusan berdasarkan
analasis situasi strategik yang ditentukan oleh lingkungan eksternal dan
internal.
5. Strategi evaluasi dari pilihan-pilihan yang akan mengembangkan
alternatif-alternatif

strategi.

Alternatif-alternatif

tersebut

akan

disistematiskan kedalampembatasandan daftar alternatif terbaik yang
didasarkan faktor kritis untuk mencapai kesuksesan organisasi.
6. Strategi implementasi dan perencanaan sebagai fase yang sangat penting
karena sebaik apapun sebuah strategi, belum dikatakan efektif sebelum
diimplementasikan.
7. Pengendalian strategi, meliputi evaluasi dan strategi implementasi.
Menurut Fred R. David (2009:7) proses manajemen strategi ada 3 tahap
dimana setiap tahapan-tahapannya memiliki fungsi dan tujuan masing-masing
ketiga tahapan tersebut saling terhubung satu sama lain karena sangat menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan dari manajemen strategis tersebut. Ketiga tahapan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Formulasi Strategi
Formulasi strategi mencakup hal-hal mengenai pengembangan visi-misi,
identifikasi, peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan
kekuatan dan kelemahan internal organisasi, penetapan tujuan jangka panjang,
pencarian strategi-strategi alternatif dan pemilihan strategi tertentu untuk
pencapaian tujuan.

11
Universitas Sumatera Utara

Formulasi strategi adalah proses penentuan visi, misi, tujuan, sasaran,
target (outcome), arah dan kebijakan, serta strategi organisasi. Formulasi strategi
merupakan tugas dan tanggung jawab manajemen puncak (top management).
Perumusan strategi dapat bersifat tidak sistematis dan tidak harus kaku.
2. Implementasi Strategi
Tahapan implementasi strategi meliputi tentang pengembangan budaya
yang suportif pada starategi. Penciptaan struktur organisasi yang efektif,
pengetahuan ulang upaya-upaya pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan
serta pemanfaatan sistem informasi, dan pengaitan kompensasi karyawan dengan
kerja organisasi. Implementasi strategi juga harus mengharuskan perusahaan
untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan,
dan mengalokasi sumber daya, sehingga strategi-strategi yang telah dirumuskan
dapat dijalankan.
3. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi merupakan tahapan yang paling akhir dalam proses
manajemen strategi. Evaluasi dilakukan untuk melihat atau mengetahui sejauh
mana efektivitas dari implementasi strategi.

1.5.1.2. Peranan Strategi
Dalam lingkungan organisasi atau perusahaan, strategi memiliki peranan
yang sangat penting bagi pencapaian tujuan, karena strategi memberikan arah
tindakan, dan cara bagaimana tindakan tersebut harus dilakukan agar tujuan yang

12
Universitas Sumatera Utara

diinginkan tercapai. Menurut Grant (1999:21) strategi memiliki tiga peranan
penting dalam mengisi tujuan manajemen, yaitu :
a. Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan. Dalam hal ini
strategi sebagai suatu elemen untuk mencapai sukses. Strategi merupakan
suatu bentuk atau tema yang memberikan kesatuan hubungan antara
keputusan-keputusan yang diambil oleh individu atau organisasi.
b. Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi untuk memberikan
kesamaan arah bagi perusahaan.
c. Strategi sebagai target. Konsep strategi akan digabungkan dengan misi dan
visi untuk menentukan di mana organisasi berada dalam masa yang akan
datang. Penetapan tujuan tidak hanya dilakukan untuk memberikan arah
bagi penyusunan strategi, tetapi juga untuk membentuk aspirasi bagi
perusahaan.

1.5.2. Pelayanan Publik dan Kualitas Pelayanan
1.5.2.1. Pengertian Pelayanan Publik
Berdasarkan KeputusanMenteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63 Tahun 2003, definisi dari pelayanan umum (publik) adalah segala bentuk
pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah di pusat, didaerah, dan di
lingkungan BadanUsaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam
bentuk barang dan atau jasa, baik dalamrangka upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan.

13
Universitas Sumatera Utara

1.5.2.2. Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik
Setiap kegiatan pelayanan publik bertujuan memberikan kepuasan kepada
konsumen/pelanggan, hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip
pelayanan publik. Menurut pendapat Rahmayanti (2010:88), ada beberapa prinsip
pelayanan publik, antara lain: kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi
produk pelayanan publik, keamanan, tanggung jawab, kelengkapan sarana dan
prasarana, kemudahan akses, tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang
memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi
telekomunikasi dan informatika, kedisiplinan, kesopanan dan keramahan serta
kenyamanan lingkungan.
1. Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan
mudah dilaksanakan
2. Kejelasan:
a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;
b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam
memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/sengketa dalam
pelaksanaan pelayanan publik;
c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
3. Kepastian Waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang
telah ditentukan.
4. Akurasi
Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.

14
Universitas Sumatera Utara

5. Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian
hukum.
6. Tanggung jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk
bertanggungjawab

atas

penyelenggaraan

pelayanan

dan

penyelesaian

keluhan/persoalan dalam pelayanan publik.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung
lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan
informatika (telematika).
8. Kemudahan Akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah
dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi
dan informatika.
9. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta
memberikan pelayanan dengan ikhlas.
10. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang
nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan
fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

15
Universitas Sumatera Utara

1.5.2.3. Pengertian Kualitas Pelayanan Publik
Sebagai salah satu fungsi utama pemerintah maka pelayanan tersebut
sudah seharusnya dapat diselenggarakan secara berkualitas oleh pemerintah.
Menurut Ibrahim (2008:22), kualitas pelayanan publik adalah suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
dimana penilaian kualitasnya ditentukan pada saat terjadinya pemberian
pelayanan publik tersebut. Pelayanan umum baru dapat dikatakan berkualitas jika
sesuai dengan harapan/keinginan atau kebutuhan penerima layanan, untuk dapat
mengetahui apakah pelayanan umum yang diberikan pemerintah sesuai dengan
keinginan atau kebutuhan masyarakat sebagai pengguna layanan, maka kualitas
pelayanan umum harus diukur dan dinilai oleh masyarakat pengguna layanan.

1.5.2.4. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
Dimensi atau ukuran kualitas pelayanan dikemukakan oleh Tjiptono
(1997:14) yaitu :
1. Reliability (handal), kemampuan untuk memberikan secara tepat
dan benar, jenis pelayanan yang telah dijanjikan kepada konsumen
/ pelanggan.
2. Responsiveness (pertanggungjawaban), kesadaran atau keinginan
untuk membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang
cepat.
3. Assurance (jaminan), pengetahuan atau wawasan, kesopan
santunan, kepercayaan diri dari pemberi layanan, serta respon
terhadap konsumen.

16
Universitas Sumatera Utara

4.

Empathy (empati), kemauan pemberi layanan untuk melakukan
pendekatan,

memberi

perlindungan,

serta

berusaha

untuk

mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.
5. Tangibles (terjamah), penampilan para pegawai dan fasilitas fisik
lainnya, seperti peralatan atau perlengkapan yang menunjang
pelayanan.

1.5.2.5. Strategi Pelayanan Publik
David Osborne dalam Sedarmayanti (2009) merumuskan lima strategi
dalam meningkatkan kinerja pelayanan publik yaitu:

1. Core Strategy (strategi inti)
Strategi ini bertujuan memperjelas misi dan visi organisasi. Strategi ini
dapat

dioperasionalkan

memperjelas

tujuan

melalui

perusahaan

pendekatan-pendekatan
dengan

membuat

dalam

persiapan

bentuk
sebelum

mengoperasionalkan perusahaan, memperjelas peran pimpinan perusahaan dan
pegawai, dan memperjelas arah perusahaan dengan memperbaiki tujuan
perusahaan.
2. Consequences Strategy (strategi konsekuensi)
Strategi konsekuensi ini mendorong “persaingan sehat”guna meningkatkan
motivasi dan kinerja pegawai melalui penerapan reward dan punishment .
3. Customer Strategy (strategi pelanggan)
Strategi pelanggan bertujuan untuk menciptakan system penyelenggaraan
pelayanan yang dilaksanakan oleh birokrat, sehingga mampu memberikan tingkat
17
Universitas Sumatera Utara

pelayanan yang optimal bagi masyarakat. Cara-cara yang dapat dilaksanakan
adalah dengan menciptakan prosedur yang sederhana, menciptakan lingkungan
kantor yang menyenangkan dan menyejukkan, menyediakan tempat pengaduan
dan tempat informasi, menciptakan system pelayanan yang berbasis teknologi
informasi, media, dan telekomunikasi.

4. Control Strategy (strategi pengawasan)
Strategi pengawasan diharapkan dapat menciptakan kemampuan dan
kemandirian serta kepercayaan masyarakat terhadap kantor pemerintahan sebagai
institusi pelayanan publik dan pegawai sebagai pelayan masyarakat. Strategi
pengawasan dapat dilakukan dalam bentuk organisasional, memberdayakan
pegawai, dan memberdayakan komunitas.

5. Culture Strategy (strategi budaya)
Strategi budaya bertujuan untuk mengubah budaya

yang dapat

menghalangi ke arah suatu perubahan. Untuk melakukan perubahan budaya
seseorang atau lembaga organisasi memang bukan pekerjaan yang mudah. Karena
budaya merupakan hasil interaksi dari suatu pengalaman dengan emosi dan akal
sehat yang sudah tertanam sejak orang itu lahir kedunia. Tetapi sudah merupakan
keharusan untuk melakukan perubahan. Caranya bisa bermacam-macam
misalnya: pengawasan langsung oleh pimpinan unit atau kelompok kerja masingmasing, menciptakan hubungan yang harmonis antara atasan dengan bawahan.

18
Universitas Sumatera Utara

1.5.2.6. Strategi Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik
Meningkatkan kualitas pelayanan publik terdapat banyak faktor yang perlu
dipertimbangkan. Upaya tersebut akan memiliki pengaruh yang cukup luas
terutama pada budaya organisasi secara keseluruhan. Berikut merupakan strategi
untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik menurut Tjiptono (1996:88-96),
yaitu :
1. Mengidentifikasi determinan utama kualitas pelayanan/jasa.
Setiap instansi berupaya memberikan kualitas pelayanan yang terbaik
kepada pelangganya.Oleh karena itu, langkah pertama yang perlu dilakukan
instansi adalah melakukan riset untuk mengidentifikasi determinan pelayanan/jasa
bagi pasar sasaran.

2. Mengelola harapan pelanggan
Setiap instansi hendaknya tidak berusaha-lebihkan pesan komunikasinya
kepada pelanggan agar janji yang ditawarkan pada pelanggan tidak menjadi
harapan kosong bagi para pelanggan. Janji yang ditawarkan menjadi peluang
untuk memenuhi harapan pelanggan.

3. Mengelola bukti (evidence) kualitas pelayananentang anan/jasa
Pengelolaan bukti kualitas jasa bertujuan untuk memperkuat persepsi
pelanggan lama dan sesudah pelayanan atau jasa diberikan oleh intans, karena
pelayanan/jasa merupakan kinerja instansi dan tidak dapat dirasakan sebagaimana
halnya barang layanan.

19
Universitas Sumatera Utara

4. Mendidik pelanggan/konsumen tentang pelayanan/jasa
Membantu pelanggan dalam memahami suatu pelayanan/jasa merupakan
salah satu upaya menyampaikan kualitas pelayanan atau jasa.Pelanggan yang
telah terdidik nantinya akan mampu mengambil keputusan cara lebih baik.

5. Mengembangkan budaya kualitas
Budaya kualitas merupakan sistem nilai organisai yang menghasilkan
lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan penyemprnaan kualitas secara
terus menerus. Budaya kualitas terdiri dari: Filosofi;Keyakinan, sikap, norma,
nilai, tradisi, prosedur, dan harapan. Agar dapat tercipta budaya kualitas yang
baik, dibutuhkan komitmen menyeluruh pada seluruh anggota organisasi. Selain
itu ada pula delapan program pokok yang saling terkait untuk membentuk budaya
kualitas, yaitu; pengembangan individual, pelatihan manajemen, perencanaan
sumber daya manusia, standar kerja,pengembangan karir,survai opini, perlakuan
yang adil, dan profit sharing atau pembagian laba.

6. Menciptakan Automating Quality
Adanya

otomatisasi

dapat

manusia

yang

variabilitas

kualitas

pelayanan/jasa yang disebabkan kurangnya sumber daya yang dimilki. Meskipun
demikian, sebelum memutuskan akan melakukan otomatisasi, instansi perlu
mellakukan penelitian untuk menentukan bagian yang membutuhkan sentuhan
manusia dan bagian yang memerlukan otomatisasi. Perlu dihindari adanya
otomatisasi yang mencakup kesluruhan layanan/jasa.

20
Universitas Sumatera Utara

7. Menindaklanjuti Pelayanan/jasa
Menindakalnjuti pelayanan/jasa dapat membantu memisahkan aspekaspek pelayanan/jasa yang perlu ditingkatkan. Instansi perlu mengambil inisiatif
untuk menghubungi sebagian atau semua pelanggan untuk mngetahui tingkat
kepuasan dan persepsi pelanggan terhadap pelayanan/jasa yang diberikan.

8. Mengembangkan sistem informasi kualitas pelayanan/jasa
Suatu sistem yang secara sistematis mengumpulkan dan menyebarluaskan
informasi kualitas pelayanan/jasa dalam pengambilan keputusan. Informasi yang
dibutuhkan mencakup segala aspek, meliputi data saat ini dan masa lalu,
kuantitatif dan kualitatif, internal dan eksternal, serta informasi mengenai instansi
dan pelanggan.
Strategi meningkatkan kualitas pelayanan publik merupakan salah satu
agenda reformasi birokrasi, yantg bertitik tolak dari kenyataan buruk kondisi
faktual kualitas pelayanan sebagian besar ditentukan oleh kualitas sikap dan
aparatur pemerintah yang tidak terpuji,korup, dan tidak bertanggung jawab.
Konsep yang ditawarkan para ahli untuk meningkatkan kualitas pelayanan public
cukup banyak. Salah satu diantara strategi tersebut yang cukup dominan, yaitu
strategi Osborne dan Plastrik (2001). Menurut Osborne dan plastrik, peningkatan
pelayanan publik di lingkungan birokrasi dapat dilakukan dengan menggunakan
lima strategi, yaitu :
1. Strategi pengembangan struktur
Struktur yang dimaksud bukan hanya merujuk pada pengertian organisasi
publik itu sendiri, tetapi menyangkut pengertian kelembagaan yang luas. Konsep

21
Universitas Sumatera Utara

kelembagaan berhubungan dengan nilai,norma,aturan hukum, kode etik, dan
budaya. Sedangkan organisasi merupakan tempat orang berkumpul untuk
mengorganisir dirinya.

2. Strategi pengembangan atau penyederhanaan sistem prosedur
Sistem prosedur mengatur secara detail tahapan pelayanan, maka sistem
prosedur ini yang sering menjadi sumber penyebab sistem pelayanan menjadi
berbelit-belit, kaku, tidak efisien, dan tidak efektif.

3. Strategi pengembangan infrastruktur
Menyangkut penyediaan pelayanan agar lebih aman, nyaman, cepat,
akurat, mudah dan terpercaya yang meliputi penyediaan fasilitas fisik,
pengembangan model pelayanan baru, pemanfaatan teknologi informasi
(telematika).

4. Strategi pengembangan budaya atau kultur
Berkaitan dengan proses perubahan karakter dan pola pikir seorang
pegawai yang didasari oleh pandangan hidup, nilai, norma, sifat, kebiasaan yang
tercermin melalui perilaku dalam melayani masyarakat.

5. Strategi pengembangan kewirausahaan
Meliputi menumbuhkembangkan jiwa kewirausahan, serta membuka
ruang dan kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk menggali sumber
pendapatan.

22
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan dua strategi yang telah dijelaskan diatas, hanya satu strategi yang
dipilih oleh peneliti, yaitu strategi yang digunakan oleh Osborne dan Plastrik
(2001). Hal ini dikarenakan strategi tersebut lebih baku, operasional, bersifat
umum, mudah dipahami, serta lebih utama mampu diterapkan pada Kantor Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipl yang diteliti oleh peneliti. Pemilihan salah
satu strategi tersebut juga dilatarbelakangi dari segi permasalahan yang ada dan
sebagai cara untuk menanggulanginya.

1.5.2.7. Pelayanan Perizinan
Pelayanan administrasi pemerintahan atau pelayanan perizinan dapat
didefenisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan yang pada prinsipnya menjadi
tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah,
dan lingkungan BUMN atau BUMD, baik dalam rangka upaya pemenuhan
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan pelayanannya adalah
izin atau warkat.

1.5.2.8. Birokrasi dan Pelayanan Perizinan
Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik adalah merupakan
salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di
samping sebagai abdi negara. Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi
publik dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat (warga negara) dari suatu
negara kesejahteraan (welfare state).
Sementara itu, kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu
perkembangan yang sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin

23
Universitas Sumatera Utara

baik, merupakan indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat. Hal ini
berarti masyarakat semakin sadar akan apa yang menjadi hak dan kewajibannya
sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Masyarakat semakin berani untuk mengajukan tuntutan, keinginan dan
aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat semakin kritis dan semakin berani
untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh pemerintahnya.
Dalam kondisi masyarakat seperti digambarkan di atas, Birokrasi publik harus
dapat memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, sederhana,
transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif serta sekaligus dapat
membangun kualitas manusia dalam arti meningkatkan kapasitas individu dan
masyarakat untuk secara aktif menentukan masa depannya sendiri.
Arah pembangunan kualitas manusia tadi adalah memberdayakan
kapasitas manusia dalam arti menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap
anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya untuk
mengatur dan menentukan masa depannya sendiri. Pelayanan publik yang
profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan oleh adanya akuntabilitas dan
responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah). Dengan ciri sebagai
berikut :
1. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan
dan sasaran;
2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan
secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan
mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang/meminta pelayanan;

24
Universitas Sumatera Utara

3. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya
kejelasan dan kepastian mengenai :
a) Prosedur/tata cara pelayanan;
b) Persyaratan

pelayanan,

baik

persyaratan

teknis

maupun

persyaratan administratif;
c) Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung
jawab dalam memberikan pelayanan;
d) Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya;
e) Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
4. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan
kerja/pejabat penanggungjawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian,
rincian waktu/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses
pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan
dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta;
5. Efisiensi, mengandung arti :
a) Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan
langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap
memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk
pelayanan yang berkaitan;
b) Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal
proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan
adanya

kelengkapan

persyaratan

dari

satuan

kerja/instansi

pemerintah lain yang terkait.

25
Universitas Sumatera Utara

6. Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan
masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan;
7. Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa
yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayani;
8. Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan,
keinginan dan aspirasi masyarakat yang dilayani yang senantiasa\
mengalami tumbuh kembang.
(http://www.scribd.com/doc/11319551/Pengertian-Pelayanan-Publik Diakses pada
Senin, 17 April 2016 pada pukul 10:45 )
Selain itu, dalam kondisi masyarakat yang semakin kritis di atas, Birokrasi
publik dituntut harus dapat mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam
memberikan pelayanan publik. Dari yang suka mengatur dan memerintah berubah
menjadi suka melayanai, dari yang suka menggunakan pendekatan kekuasaan,
berubah menjadi suka menolong menuju ke arah yang fleksibel kolaboratis dan
dialogis dan dari cara-cara yang sloganis menuju cara-cara kerja yang realistik
pragmatis.
Dengan revitalitas birokrasi publik (terutama aparatur pemerintah daerah)
ini, pelayanan publik yang lebih baik dan profesional dalam menjalankan apa
yang menjadi tugas dan kewenagan yang diberikan kepadanya dapat terwujud.
Secara teoritis sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh
pemerintah tanpa memandang tingkatannya, yaitu fungsi pelayan masyarakat
(public service function), fungsi pembangunan (development function) dan fungsi
perlindungan (protection function). Pemerintah terus mendukung revitalisasi
birokrasi publik dalam hal ini adalah pelayanan perizinan, pemerintah membuat

26
Universitas Sumatera Utara

kebijakan yaitu Pelayanan Terpadu Satu Atap (PTSA). Kebijakan ini bertujuan
untuk memperpendek proses birokrasi yang berbelit-belit, yang nantinya akan
berimbas pada penghematan biaya dan waktu pengurusan perizinan.
Pelayanan Terpadu Satu Atap (PTSA) adalah salah satu jenis pelayanan
yang dirancang dalam satu tempat atau satu ruangan dan menyediakan berbagai
jenis pelayanan yang terkadang jenis pelayanan tersebut tidak saling behubungan
atau berkaitan. Sistem pelayanan satu atap tersebut ada dalam satu ruangan yang
di tata dalam bentuk loket. Dalam pemerintahan daerah, hal ini sudah mulai
berlaku di kantor-kantor pemerintahan daerah. Hal tersebut membantu para warga
untuk mendapatkan pelayanan sebaik mungkin terutama dalam mencari dokumen
atau berkas-berkas yang kita butuhkan. Selain menghemat tempat, sistem
pelayanan satu atap juga memudahkan masyarakat yang membutuhkan pelayanan
lebih dari satu pelayanan.

1.5.3. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai perundang-undangan. Sampai
saat ini yang termasuk Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang berasal
dari daerah itu sendiri dan didapat melalui pajak daerah, retribusi daerah, BUMD,
dan hasil kerjasama dengan pihak ketiga.
Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang No.33 Tahun 2004, tentang perimbangan keuangan

27
Universitas Sumatera Utara

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sumber-sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD) terdiri dari :

1.5.3.1. Hasil Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan daerah yang
dipergunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah sebagai badan hukum
publik.Pajak Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak.Pajak
secara umum adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara pemerintah
berdasarkan Undang-Undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh
yang wajib membayarnya dengan tidak mendapatkan prestasi kembali (kontra
prestasi/balas jasa) secara langsung.Pajak Daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepala daerah tanpa imbalan langsung
yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Dari defenisi diatas jelas bahwa pajak merupakan iuran wajib yang dapat
dipaksakan kepada setiap orang (wajib pajak) tanpa terkecuali. Ditegaskan pula
bahwa hasil pajak daerah ini diperuntukkan bagi penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan daerah.
Ciri-ciri yang menyertai pajak daerah adalah :
a. Pajak daerah berasal dari Pajak Negara yang dipisahkan oleh daerah
sebagai pajak daerah.

28
Universitas Sumatera Utara

b. Penyerahan pajak daerah dilakukan berdasarkan peraturan daerah.
c. Pajak daerahdipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-undang
dan peraturan hukum yang berlaku lainnya.
Pajak daerah yang diataur dalam Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009 adalah
sebagai mana dibawa ini:
a. Jenis Pajak Provinsi terdiri atas :
1) Pajak Kendaraan Bermotor;
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
4) Pajak Air Permukaan; dan
5) Pajak Rokok.
b. Jenis Pajak Kabupaten dan Kota terdiri atas:
1) Pajak Hotel;
2) Pajak Restoran;
3) Pajak Hiburan;
4) Pajak Reklame;
5) Pajak Penerangan Jalan;
6) Pajak Mineral Bukan logam dan Bebatuan;
7) Pajak Parkir;
8) Pajak Air Tanah;
9) Pajak Sarang Burung Walet
10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan
11) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan;

29
Universitas Sumatera Utara

Ada empat jenis pajak baru bagi daerah, yaitu :
a) Pajak Rokok
Pajak rokok dikenakan atas cukai yang ditetapkan oleh pemerintah. Hasil
penerimaan pajak Rokok tersebut sebesar 70% dibagihasilkan kepada kabupaten
dan kota di provinsi yang bersangkutan. Selain itu, penerimaan Pajak Rokok
dialokasikan

minimal

50%

untuk

mendanai

pelayanan

kesehatan

(pembangunan/pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana unit pelayanan
kesehatan, penyediaan sarana umum yang memadai bagi perokok (smoking area),
kegiatan memasyrakatkan mengenai bahaya merokok, dan iklan layanan,
masyarakat mengenai bahaya rokok.
b) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkantoran
Selama ini PBB merupakan pajak pusat, namun hampir seluruh
penerimaannya diserahkan kepada daerah.Untuk meningkatkan akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah, khusus PBB sektor pedesaan dan perkotaan
diahlikan menjadi pajak daerah.Sedangkan PBB sektor perkebunan, perhutanan,
dan pertambagan masih merupakan pajak pusat. Dengan menjadikan PBB
Pedesaan dan perkotaan manjadi pajak daerah, maka penerimaan jenis pajak ini
akan diperhitungkan sebagai Pendapatan Asli Daearah (PAD)
c) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan (BPHTB)
Selama ini BPHTB merupakan pajak pusat, namun seluruh hasilnya di
serahkan kepada daerah.Untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan daerah
BPHTB diahlikan menjadi pajak daerah. Penetapan BPHTB sebagai pajak daerah
akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

30
Universitas Sumatera Utara

d) Pajak Sarang Burung Walet
Pajak sarang burung walet merupakan jenis pajak daerah baru, yang dapat
dipungut oleh daerah untuk memperoleh manfaat ekonomis dari keberadaan dan
perkembangan sarang burung walet di wilayahnya. Bagi daerah yang memiliki
potensi sarang burung walet yang besar akan dapat meningkatkan Pendapatan Asli
Daerahnya (PAD).

1.5.3.2. Hasil Retribusi Daerah
Disamping pajak daerah sebagai mana disebutkan sebelumnya, sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga meliputi rertibusi atau perizinan yang
diperoleh dalam Undang-Undang. Retribusi daerah merupakan salah satu jenis
penerimaan daerah yang dipungut sebagai pembayaran atau imbalan langsung atas
pelayanan yang di berikan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat. Yang
dimaksud rertibusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah (Pemda) untuk kepentingan orang atau badan.
Retribusi daerah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun
2009 adalah sebagai berikut :
a.

Retribusi Jasa Umum, yang meliputi:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan;
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

31
Universitas Sumatera Utara

3)

Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta

Catatan Sipil;
4) Retribusi Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
6) Retribusi Pelayanan Pasar;
7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
9) Retribusi Penggantian biaya Cetak Peta;
10) Retribusi Penyediaan dan atau Penyedotan Kakus;
11) Retribusi Pengelolaan Limbah Cair;
12) Retribusi Tera/Tera ulang;
13) Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan
14) Retribusi Pengendalian Menara telekomunikasi
b.

Retribusi Jasa Khusus, yang meliputi:
1) Retribusi Pemakaiaan Kekayaan daerah;
2) Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan;
3) Retribusi Tempat Pelelangan;
4) Retribusi Terminal;
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir;
32
Universitas Sumatera Utara

6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesangrahan/villa;
7) Retriubusi Rumah Potong Hewan;
8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;
9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
10) Retribusi Penyeberangan di Air; dan
11) Retribusi Penjulan Produksi Usaha Daerah;
c. Retribusi Perizinan Tertentu
1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;
3) Retribusi Izin Gangguan;
4) Retribusi Izin Trayek; dan
5) Retribusi Izin Usaha Perikanan;
Terdapat penambahan 4 jenis retribusi daerah, yaitu Retribusi Tera/Tera
Ulang, Retribusi Menara Telekomunikasi, Retribusi Pelayanan Pendidikan, dan
Retribusi Izin Usaha Perikanan. Dengan penambahan ini , secara keseluruhan
terdapat 30 jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah yang di kelompokkan
kedalam 3 gologan retribusi, yaitu retribusi jasa umum, rertibusi jasa usaha, dan
retribusi perizinan tertentu.

33
Universitas Sumatera Utara

a. Retribusi Tera/Tera Ulang
Pengenaan Retribusi Tera/Tera Ulang dimaksudkan untuk membiayai
fungsi pengendalian terhadap penggunaan alat ukur, takar, timbang, dan
perlengkapannya oleh masyarakat. Dengan pengandalian tersebut , alat ukur,
takaran, dan timbangan akan berfungsi dengan baik, sehingga pengunaannya tidak
merugikan masyarakat.
b. Retribusi Pengendalian Menara telekomunikasi
Pengenaan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi ditujukan
untuk meningkatkan pelayanan dan pengendalian daerah terhadap pembagunan
dan pemeliharaan menara telekomunikasi. Dengan pengendalian ini, keberadaan
menara telekomunikasi akan memenuhi aspek tata ruang, keamanan, dan
keselamatan, keindahan sekaligus memberikan kepastian bagi pengusaha.
c. Retribusi Pelayanan Pendidikan
Pengenaan retribusi pelayanan pendidikan dimaksudkan agar pelayanan
pendidikan, di luar pendidikan dasar dan menegah, separti pendidikan dan
pelatihan untuk keahlian khusus yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah
dapat

dikenakan

pungutan

dan

hasilnya

digunakan

untuk

membiayai

kesinambungan dan peningkatan kualitas pendidikan dan pelatian dimaksud.
d. Retribusi Izin Usaha Perikanan
Pengenaan Retribusi Izin Usaha Perikanan tidak akan memberikan beban
tambahan bagi masyarakat, karena selama ini jenis retribusi tersebut telah
dipungut oleh sejumlah pemerintah daerah sesuai dengan kewenagannya.

34
Universitas Sumatera Utara

Sebagaimana halnya dengan jenis retribusi lainya, pemungutan Retribusi Izin
Usaha Perikanan dimaksudkan agar pelayanan dan pengandalian kegiatan di
bidang perikanan dapat terlaksanan secara terus menerus dengan kualitas yang
lebih baik.
Menurut UU No.34 Tahun 2000, retribusi daerah adalah pungutan daerah
sebagaipembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Retribusi daerah dibagi tiga golongan yaitu ;
a. Retribusi Jasa Umum, yang merupakan pungutan yang dikenakan oleh
daerah kepada masyarakat atas pelayanan yang diberikan.
b. Retribusi Jasa Usaha, yang merupakan pungutan yang dikenakan oleh
daerah berkaitan

dengan penyediaan layanan yang belum memadai

disediakan oleh swasta dan atau penyewaan aset/kekayaan daerah yang
belum dimanfaatkan misalnya: retribusi pasar grosir, terminal, rumah
potong hewan dan lain-lain.
c. Retribusi Perijinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah
dalam rangka

pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan yang

dimaksudkan untuk pembinaan,pengaturan, pengendalian dan pengawasan
atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
sarana, prasarana atau fasilitas tertentu guna melindungi umum

dan

menjaga kelestarian lingkungan. Perijinan tersebut termasuk kewenangan
pemerintah

yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka asas

desentralsasi (Pasal 18 ayat (2) UU No.34 Tahun 2000).

35
Universitas Sumatera Utara

d. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan adalah bagian
keuntungan atau laba bersih dari perusahaan daerah atau badan lain yang
merupakan BUMD sedang perusahaaan daerah ialah perusahaan yang
modalnya sebagian atau seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang
dipisahkan.

1.5.3.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan
Hasil kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan
daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis
pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup :
1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan Milik Daerah/BUMD
2. Bagian laba atas penyertaan modal perusahaan Milik Negara/BUMN
3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan Milik Swasta atau
kelompok masyarakat.

1.5.3.4. Lain-lain Usaha Daerah yang Sah
Sumber pendapatan daerah lainnya adalah Dinas-Dinas Daerah serat
pendapatan-pendapatan lainnya yang diperoleh secara sah oleh pemerintah daerah.
Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah selain pajak, retribusi dan perusahaan
daerah maka daerah berhak mendapatkan sumber daerah itu sendiri. Lainlain usaha daerah yang sah merupakan usaha daerah (bukan usaha perusahaan
daerah) dapat dilakukan oleh suatu aparat Pemerintah Daerah (dinas) yang dalam

36
Universitas Sumatera Utara

kegiatannya menghasilkan suatu barang atau jasa yang dapat dipergunakan oleh
masyarakat dengan ganti rugi.

1.6. Definisi Konsep
Strategi diartikan sebagai suatu cara dimana organisasi akan mencapai
tujuan-tujuannya,

sesuai

dengan

peluang-peluang

dan

ancaman-ancaman

lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan kemampuan internal
organisasi.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai perundang-undangan.Sampai
saat ini yang termasuk Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang berasal
dari daerah itu sendiri dan didapat melalui pajak daerah, retribusi daerah, BUMD,
dan hasil kerjasama dengan pihak ketiga.
Pelayanan administrasi pemerintahan atau pelayanan perizinan dapat
didefenisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan yang pada prinsipnya menjadi
tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah,
dan lingkungan BUMN atau BUMD, baik dalam rangka upaya pemenuhan
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan pelayanannya adalah
izin atau warka.

37
Universitas Sumatera Utara

Dalam menganilisis bagaimana strategi peningkatan kualitas pelayanan
perizinan dalam meningkatkan PAD di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Humbang Hasundutan penulis menggunakan s