PERAN KONTEKS DALAM PENGAJARAN BAHASA

Anggun Citra Dini Dwi Puspitasari
Asep Rizki Mukti
Silvia Ratna Juwita







Peran Konteks dalam Pengajaran Bahasa
Dilihat dari Sudut Pandang Pembelajar
Peran Konteks dalam Pengajaran Bahasa
Dilihat dari Sudut Pandang Kemampuan
Pebelajar
Peran Konteks dalam Pengajaran Bahasa
Dilihat dari Sudut Pandang Sosial
Budaya, Politik, dan Tingkat Pendidikan








Pertimbangan kontekstual dalam
pengajaran bahasa dengan
menempatkan variabel usia pembelajar.
Melihat sasaran kepada pembelajar
berdasarkan usianya.
Terbagi menjadi tiga, yaitu pengajaran
pada anak-anak, pengajaran pada orang
dewasa, dan pengajaran pada remaja.






Latihan yang diberikan pada anak-anak
cukup baik dengan upaya kognitif dan

afektif. (anak-anak lebih spontan)
Tidak begitu luas mempelajari kosakata.
Anak usia enam sampai dua belas tahun
mengalami kesulitan yang signifikan
dalam memperoleh bahasa.











Orang dewasa lebih mampu menangani
aturan-aturan dan konsep-konsep abstrak.
Orang dewasa memiliki rentang perhatian
yang lebih tinggi meskipun saat mereka

menghadapi hal yang secara intrinsik tidak
mereka sukai.
Input sensorik pada orang dewasa tidak harus
selalu beragam.
Orang dewasa sering kali membawa selfesteem global ke dalam ruang kelas.
Orang dewasa lebih mampu memahami
sebuah segmen bahasa yang tidak terikat
konteks.









Orang dewasa memiliki intelegensi serta
kematangan kognitif dan emosional.
Jangan memperlakukan orang dewasa di

kelas seperti anak-anak.
Berilah kesempatan pada siswa kita untuk
memilih apa yang ingin mereka lakukan di
luar dan di dalam kelas (cooperative
learning).
Jangan mendisiplinkan orang dewasa
dengan menggunakan cara yang sama
yang digunakan untuk mendisiplinkan
anak-anak.










Kapasitas intelektual diperkaya juga

dengan kemampuan berpikir operasional.
Rentang perhatian semakin bertambah
sebagai akibat dari kematangan intelektual.
Variasi input sensorik masih penting.
Faktor-faktor seperti ego, citra diri, dan selfesteem, berada di puncak.
Mengubah keanekaragaman keadaan dari
konteks di sini dan sekarang menjadi
konteks komunikatif dalam membahas
aturan tata bahasa atau menerapkan
kosakata.







Diklasifikasikan menjadi tiga tingkat
pengajaran pada pebelajar yakni
Pengajaran Tingkat Pemula

Pengajaran pada Tingkat Menengah
Pengajaran pada Tingkat Atas

Pembelajaran masih sedikit dan tidak berasal
dari bahasa target yang akan dipelajari.
 Guru sebagai KUNCI.
 10 Faktor yang diperhatikan pengajar
1. Pengajar melakukan bentuk pengajaran
dengan pengulangan kata, frasa, maupun
kalimat dan pengajar dapat menggunakan
masa tersebut untuk mempraktikan bahasa
agar pembelajaran bahasa menjadi bermakna.
2. Guru menjadi pusat belajar dalam
pembelajaran.
3. Pengajar memberikan tempo yang tidak
terlalu cepat ketika berbicara.


4. Pengajar harus mengekspos bahasa yang digunakan
sesuai dengan prinsip-prinsip bahasa yang

menjadikan bahasa itu otentik dan belum dikelola.
5. Kefasihan dan ketepatan tidak harus berbentuk
ucapan panjang.
6. Mampu memahami dan memproduksinya dalam
situasi apapun.
7. Teknik yang digunakan harus sederhana.
8. Mendengarkan dan berbicara merupakan tugas atau
latihan komunikasi yang bermakna dan otentik.
9. Membaca dan menulis diarahkan pada penulisan
yang terbatas dan singkat.
10. Pengajaran tata bahasa menggunakan pendekatan
induktif.

Sudah memiliki kemampuan untuk mempertahankan
komunikasi dasar dan melatih kefasihan dengan
menghadapi beberapa situasi tanpa latihan dan bisa
mengoreksi diri serta penggunaan strategi
komunikasi yang digunakan dalam “bergaul” dengan
menggunakan bahasa target.
 10 Faktor yang diperhatikan pengajar

1. Proses pengolahan bahasa otomatis telah mengakar
dan meningkat mulai dari kata, frasa, kalimat,
struktur, dan aturan percakapan telah dipraktikan.
2. Pengajar tidak lagi menjadi satu-satunya sumber
belajar pebelajar.
3. Pengajar berbicara dengan tempo kecepatan yang
alami, sewajarnya.


4. Kecenderungan pebelajar mengenai kebenaran
gramatikalnya.
5. Pebelajar sering terlalu khawatir tentang akurasi
penggunaan bahasa target.
6. Kreativitas siswa akan memicu adanya kesalahan
antar bahasa.
7. Teknik pengajaran yang lebih kompleks, teknik
interaktif.
8. Pebelajar sudah diajarkan untuk berpartisipasi
dalam percakapan singkat, melakukan tanya jawab,
mencari cara alternatif untuk menyampaikan makna

atau informasi, mengumpulkan informasi dari lawan
bicara, dan lain sebagainya.
9. Keterampilan skimming dan scanning sudah
diterapkan.
10. Topik tata bahasa adalah bentuk kata kerja
progresif.

Sudah mengembangkan kemampuan bersama
dengan tingkat akurasi yang lebih besar,
mampu menangani hampir semua situasi di
mana penggunaan bahasa target harus dituntut
sehingga pebelajar semakin berkembang dan
maju.
 Tingkat ‘superior’, dan sebanding dengan
tingkat native-speaker.
 10 Faktor yang diperhatikan pengajar.
1. Pebelajar dapat menyampaikan produk olahan
bahasa mereka secara penuh, pengolahan
bahasa juga sudah lebih ke arah otomatis, dan
mendapatkan kepercayaan diri untuk

menempatkan struktur formal bahasa.
2. Guru hanya memberikan peran direktif.
3. Guru berbicara dengan kecepatan alami.


4. Semua literatur percakapan menjadi hal yang sah
hampir tidak ada kesalahan dalam pengolahan bahasa.
5. Pebelajar telah melampaui tahap yang tidak
mengkhawatirkan lagi setiap kata atau struktur
katanya.
6. Sudah dapat menerapkan materi kelas untuk konteks
nyata di luar.
7. Kompetensi sosiolinguistik dan pragmatik sudah dapat
dimanfaatkan.
8. Siswa lebih berhati-hati pada situasi sosiolinguistik
bahasa.
9. Belajar lagi tentang banyak hal seperti membaca kritis,
peran schemata dalam menafsirkan teks tertulis, dan
menulis dokumen yang berhubungan dengan profesi
seseorang (ranah pekerjaan).

10. Metabahasa linguistik yang dimiliki pebelajar dapat
berperan lebih penting melihat relevansinya dalam
memperbaiki bahasa mereka.

Isu sosial politik yang ada di dalam
bahasa:
kebenaran dan kesesuaian
perkenalan dan gaya
variasi cara berbicara yang diterima
dalam sebuah komunitas
standar regional dan nasional bahasa
kebijakan bahasa nasional
variasi internasional Inggris



Peran konteks dalam pembelajaran
bahasa dapat dilihat dari sudut pandang
pembelajaran hingga mengklasifikasikan
pengajaran menjadi tiga yaitu
pengajaran pada anak-anak, pengajaran
pada orang dewasa, dan pengajaran
pada anak remaja. Selain itu peran
konteks dalam pengajaran bahasa juga
dapat dilihat dari sudut pandang
kemampuan pebelajar dan sudut
pandang sosial budaya, politik, dan
tingkat pendidikan.