PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR ETIKA RESIKO

PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR, ETIKA, RESIKO AUDIT DAN
TEKANAN TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR
MELALUI SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR
(Studi Empiris pada KAP di Kota Padang dan Pekanbaru)
Oleh:
Anshori Syaferna Putra
Pembimbing : Desmiyawati dan Al Azhar L
Faculty of Economics Riau University, Pekanbaru, Indonesia
Email : [email protected]
Experience influence of auditors, ethics, risk audit, and Accuracy of pressure on
the granting of auditors Opinion skepticism professional Auditor
ABSTRACT
This study aims to prove the influence of experience, ethics, audit risk and
pressure observance of the provision of professional skepticism, the auditor's
opinion through auditor.Penelitian This is a survey with a census method,
whereas the spreading technique using a questionnaire distributed to Public
Accounting Firm Pekanbaru and Padang. Respondents in this study is a junior
auditor, senior auditor, manager, supervisor, and partners. Of the 64
questionnaires distributed, a total of 50 questionnaires were returned. Methods
Data was analyzed using partial least square (PLS) method and Sobel. The results
showed 1) a significant influence between the experience of the provision of

professional skepticism, the auditor's opinion by the auditor 2) Ethical proved
unable to affect the relationship Award auditor's opinion while the latter ethic
proved unable to affect the relationship giving opinions auditor through
professional skepticism auditor.3) significant influence the risk to the
administration of opinion between the auditor through professional skepticism,
auditors and 4) significant influence of pressure on the provision of professional
skepticism, the auditor's opinion by the auditor thus the singer research proves
the influence between variables
Keywords: Experience, ethics, audit risk, adherence pressure, and giving the
auditor's opinion
PENDAHULUAN
Pemberian opini auditor harus tepat
dan akurat karena hal ini juga
JOM Fekon, Vol. 3 No. 2 ( Oktober ) 2016

berkaitan dengan kepercayaan public
berkaitan
dengan kepercayaan
publik akan profesi auditor.sangat
penting hasil audit agar tidak


menyesatkan para penggunanya yang
berkepentingan
(pimpinan
perusahaan). Pemegang saham,
kreditur dan karyawan) dalam
pengambilan keputusan. Ketepatan
pemberian opini akuntan publik
harus sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP), agar hasil
audit tidak menyesatkan para
penggunanya.
Tujuan akhir dari proses
auditing ini adalah menghasilkan
laporan audit berupa opini auditor..
Salah satu kasus di Pekanbaru yaitu
salah penggunaan opini yang tidak
sewajarnya.
BPK Riau yang sebelumnya

pada audit APBD 2010 juga
memberikan opini serupa tidak ingin
nama lembaga tinggi Negara itu
dipelesetkan
sebagai
Badan
Pemeriksa Kwitansi karena pasca
opini WTP 2010 tersebut banyak
kasus megakorupsi di Riau yang
terbongkar oleh KPK.Meski BPK
telah memberikan pendapat tertinggi
yaitu WTP atas laporan keuangan
tersebut, tetap saja ada kemungkinan
terjadinya
penyalahgunaanhingga
penyimpangan anggaran seperti
praktik korupsi. “Seperti KPK yang
membongkar kasus PON melalui
suap kepada anggota DPRD Riau. Itu
bukan terjadi pada saat tahun

berjalan tetap tertangkap tangan.
Meski pada APBD 2010 BPK
memberikan opini WTP karena
memang ketika audit itu dilakukan
tidak ditemukan bukti-bukti atau
kwitansi atau pun pelanggaran
bersifat material,” papar Indria.
Penelitian Herusetya (2007)
yang didasarkan pada AAERs
(Accounting and Auditing Releases),
JOM Fekon, Vol. 3 No. 2 ( Oktober ) 2016

selama 11 periode (Januari 1987 –
Desember 1997) menyatakan bahwa
salah satu penyebab kegagalan
auditor dalam mendeteksi laporan
keuangan adalah rendahnya tingkat
skeptisisme
profesional
audit.

Berdasarkan penelitian ini, dari 45
kasus kecurangan dalam laporan
keuangan, 24 kasus (60%)
Beberapa auditor berpengalam
dituntut bisa menyelesaikan atau
memecahkan risiko audit dalam
menghadapi kliennnya untuk dapat
membuat laporan, disamping itu
dalam
melaksanakan
tugasnya
auditor sering kali dihadapkan
berbagai
macam
risiko yang
mungkin terjadi. Menurut Ida
Suraida (2005) risiko yang dimaksud
adalah tingkat risiko penemuan yang
direncanakan dalam menghadapi
situasi irregularities atau fraud

(penyimpangan) yaitu (1) inherent
risk (2) control risk (3) detection
risk. Sengan adanya risiko audit akan
mempengaruhi etika dan skeptisme
profesional
auditor
dalam
memberikan opini yang tepat.
Sebagai profesi yang dituntut
atas untuk profesionalisme auditor
juga harus bisa menjaga etika dalam
melakukan
profesinya.
Etika
profesional dibutuhkan oleh auditor
untuk
menjaga
kepercayaan
masyarakat terhadap mutu audit.
Masyarakat

sangat
menghargai
profesi yang menerapkan standar
mutu tinggi terhadap pelaksanaan
pekerjaan anggota profesi, karena
dengan demikian masyarakat akan
merasa terjamin untuk memperoleh
jasa yang dapat diandalkan dari
profesi
yang
bersangkutan
Pengembangan
kesadaran
etis
memainkan peranan kunci dalam

semua
area
profesi
akuntan,

termasuk dalam melatih sikap
skeptisisme
profesional
auditor
(Louwers,1997).
Tekanan sebagai reaksi-reaksi
emosional, psikologis yang terjadi
pada situasi dimana tujuan individu
mendapat halangan dan tidak bisa
mengatasinya.
individu
yang
mempunyai kekuasaan merupakan
suatu
sumber
yang
dapat
mempengaruhi prilaku orang lain
dengan perintah yang diberikannya,
Dwi(2012). Situasi dimana auditor

harus bijak melakukan tindakan yg
dapat merugikan hasil laporannya
berupa opini, auditor harus dapat
memahami tekanan oleh Kliennya
yang akan diaudit,atasan serta
tekanan dari mana pun. Diharuskan
seorang auditor memliki integritas,
independen serta tanggung jawab
untuk menjaga etika profesionalisme
dan tetap memiliki sikap skeptisme
agar publik percaya dengan laporan
keuangan ataupun opini yang tepat.
Hubungan
antara
skeptisisme
profesional auditor dengan ketepatan
pemberian
opini
auditor
ini,

diperkuat dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi
skeptisisme
profesional tersebut. Seperti yang
telah dipaparkan sebelumnya bahwa
skeptisisme
dipengaruhi
oleh
beberapa faktor, antara lain: faktor
etika,
faktor
resiko
audit,
pengalaman dan tekanan.
Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : 1).Apakah
pengalaman berpengaruh terhadap
ketepatan pemberian opiniauditor? 2)
.Apakah etika berpengaruh terhadap
ketepatan pemberian opiniauditor?

3).Apakah risiko audit berpengaruh
terhadap
ketepatan
pemberian
opiniauditor ? 4).Apakah tekanan
JOM Fekon, Vol. 3 No. 2 ( Oktober ) 2016

ketaatan
berpengaruh
terhadap
ketepatan pemberian opiniauditor?
5).Apakah pengalaman berpengaruh
terhadap
ketepatan
pemberian
opiniauditor melalui skeptisisme
profesional auditor ? 6).Apakah etika
berpengaruh terhadap ketepatan
pemberian opiniauditor melalui
skeptisisme profesional auditor?
7).Apakah risiko audit berpengaruh
terhadap
ketepatan
pemberian
opiniauditor melalui skeptisisme
profesional
auditor?
8).Apakah
tekanan
ketaatan
berpengaruh
terhadap
ketepatan
pemberian
opiniauditor melalui skeptisisme
profesional auditor ?
Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui dan memperoleh bukti
empiris. 1)Untuk menguji dan
membuktikan mengenai ada tidaknya
pengaruh
pengalaman
auditor
terhadap
ketepatan
pemberian
opini.2)Untuk
menguji
dan
membuktikan mengenai ada tidaknya
pengaruh Etika terhadap ketepatan
pemberian opini.3)Untuk menguji
dan membuktikan mengenai ada
tidaknya pengaruh Risiko Audit
terhadap
ketepatan
pemberian
opini.4)Untuk
menguji
dan
membuktikanmengenai ada tidaknya
pengaruh
Tekanan
terhadap
ketepatan pemberian opini.5)Untuk
menguji dan membuktikan mengenai
ada tidaknya Pengaruh pengalaman
auditor
terhadap
ketepatan
pemberian opini melalui skeptisisme
professional auditor sebagai variable
intervening.6)Untuk menguji dan
membuktikan mengenai ada tidaknya
pengaruh Etika terhadap ketepatan
pemberian opini melalui skeptisisme
professional auditor sebagai variable
intervening.7)Untuk menguji dan
membuktikan mengenai ada tidaknya

pengaruh Risiko Audit terhadap
ketepatan pemberian opini melalui
skeptisisme professional auditor
sebagai variable intervening.8)Untuk
menguji dan membuktikan mengenai
ada tidaknya pengaruh Tekanan
ketaatan
terhadap
ketepatan
pemberian opini melalui skeptisisme
professional auditor sebagai variable
intervening.
TELAAH PUSTAKA
Pemberian Opini Auditor
Opini audit merupakan opini yang
diberikan oleh auditor tentang
kewajaran
penyajian
laporan
keuangan suatu entitas yang diaudit.
Pemberian opini auditor merupakan
hal yang sangat penting karena opini
auditor merupakan hasil akhir dari
proses audit. Ketepatan pemberian
opini
juga
berkaitan
dengan
kepercayaan masyarakat terhadap
profesi akuntan .persyaratan dasar
untuk menyusun laporan audit
didasarkan pada empat standar
pelaporan yaitu : (1) Apakah laporan
keuangan telah disusun
sesuai
dengan SAK yang berlaku umum;
Keadaan dimana SAK tidak diikuti
secara konsisten; (3) Disclosure yang
cukup; (4) Pernyataan pendapat
terhadap laporan keuangan secara
simultan atau pernyataan bahwa
pendapat tidak dapat diberikan
dengan alasan- alasannya (SPAP,
2011).
Pengalaman Auditor
Pengalaman yang dimaksudkan
disini adalah pengalaman auditor
dalam
melakukan
pemeriksaan
laporan keuangan baik dari segi
lamanya waktu maupun banyaknya
JOM Fekon, Vol. 3 No. 2 ( Oktober ) 2016

penugasan yang pernah dilakukan.
Pengalaman merupakan suatu proses
pembelajaran
dan
pertambahan
perkembangan potensi bertingkah
laku baik dari pendidikan formal
maupun non formal atau bisa
diartikan sebagai suatu proses yang
membawa seseorang kepada suatu
pola tingkah laku yang lebih tinggi.
Pengalaman merupakan atribut yang
penting yang dimiliki oleh audit, hal
ini terbukti dengan tingkat kesalahan
yang dibuat oleh auditor yang tidak
berpengalaman lebih banyak dari
pada auditor yang berpengalaman.
Risiko Audit
Risiko dalam auditing berarti
bahwa auditor menerima suatu
tingkat ketidakpastian tertentu dalam
pelaksanaan
audit.
Auditor
menyadari misalnya bahwa ada
ketidakpastian mengenai kompetensi
bahan bukti, efektivitas struktur
pengendalian intern klien dan
ketidakpastian
apakah
laporan
keuangan memang telah disajikan
secara wajar setelah audit selesai.
Cara auditor menangani masalah
risiko dalam tahap perencanaan
pengumpulan bahan bukti dalam tiap
siklus adalah dengan menggunakan
model risiko audit (SAS 39, SPAP
2011), yang terdiri dari :
1.Risiko Bawaan ( inherent risk )
2.Risiko Pengendalian ( control
risk ) 3.Risiko Deteksi ( detection
risk ).
Etika
Etika dalam bahasa Yunani
(Suraida, 2005) terdiri dari dua kata
yaitu: etos berarti kebiasaan atau
adat, dan ethiokos bararti perasaan
batin atau kecenderungan batin
mendorong
manusia
dalam

bertingkah laku. “Etika sebenarnya
meliputi suatu proses penentuan
yang kompleks tentang apa yang
harus dilakukan seseorang dalam
situasi tertentu”. Etika (ethics)
menurut Arens, et. al. (2008) secara
garis besar dapat didefinisikan
sebagai serangkaian prinsip atau nilai
moral.
Tekanan Ketaatan
Menurut Putri (2013) , tekanan
ketaatan merupakan kondisi dimana
seorang auditor dihadapkan pada
sebuah dilema penerapan standar
profesi auditor. Klien atau pimpinan
dapat saja menekan auditor untuk
melanggar standar profesi auditor.
Skeptisme Profesional Auditor
Pemberian opini auditor atas
laporan keuangan, dipengaruhi oleh
sikap profesional auditor yang harus
selalu mempertanyakan bukti-bukti
audit serta tidak mudah begitu saja
percaya
terhadap
keteranganketerangan yang diberikan klien.
Sikap tersebut disebut skeptisme
professional auditor. Skeptisme
profesional auditor atau keraguan
auditor terhadap pernyataan dan
informasi klien baik lisaan maupun
tulisan merupakan bagian dari proses
audit..
KERANGKA PEMIKIRAN DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengaruh pengalaman audit
terhadap ketepatan pemberian
opini audit
Faktor pengalaman pada Penelitian
mengenai variabel pengalaman juga
dilakukan oleh Kushasyandita (2012)
yang menyatakan bahwa diantara
faktor
yang
mempengaruhi
JOM Fekon, Vol. 3 No. 2 ( Oktober ) 2016

pembentukan
sikap
adalah
pengalaman pribadi, pembentukan
sikap
penting
karena
akan
berpengaruh pada prosedur audit
yang dijalani auditor tersebut
sehingga opini yang diberikan akan
tepat. Dari penjelasan di atas dapat
diambil hipotesis penelitian yaitu :
H1 : Diduga Terdapat pengaruh
antara
pengalaman
auditor
dengan ketepatan pemberian opini
auditor.
Pengaruh etika terhadap
ketepatan
pemberian
opini
auditor
Kushasyandita(2012)menyatakan
bahwa kesadaran etis memainkan
peran kunci dalam semua area
profesi akuntan. Dimensi etika yang
sering digunakan dalam penelitian
adalah kepedulian pada etika
profesi, yaitu kepedulian pada kode
etik Ikantan Akuntan Indonesia
(IAI) yang merupakan panduan dan
aturan bagi seluruh anggota, baik
yang berpraktek sebagai akuntan
publik, bekerja di lingkungan usaha
pada instansi pemerintah maupun di
lingkungan dunia pendidikan dalam
pemenuhan
tanggung
jawab
profesionalnya
Dari penjelasan
diatas dapat
diambil hipotesis
penelitian yaitu :
H2 : Diduga Terdapat pengaruh
antara
etika
dengan
ketepatanpemberian
opini
auditor.
Pengaruh risiko audit terhadap
ketepatan pemberian opini auditor
Landasan teori disonansi kognitif
menyatakan bahwa pada dasarnya
manusia akan keluar dari situasi yang
berisikomenuju situasi yang nyaman.
Sikaptersebut akan mempengaruhi

bagaimana seseorang tersebut akan
menanggapi
dengan
tindakan
selanjutnya (Kushasyandita, 2012).
Dari penjelasan di atas dapat
diambil hipotesis penelitian yaitu :
H3 : Diduga Terdapat pengaruh
antara risiko ketepatan pemberian
opini auditor.
Pengaruh
tekanan
ketaatan
terhadap ketepatan pemberian
opini auditor
Seorang auditor sering mengalami
dilema dalam penerapan standar
profesi auditor pada pengambilan
keputusannya.
Kekuasaan
klien dan pemimpin menyebabkan
auditor tidak independen lagi, karena
ia
menjadi
tertekan
dalam
menjalankan pekerjaannya. Klien
atau pimpinan dapat saja menekan
auditor untuk melanggar standar
profesi auditor. Dari penjelasan di
atas
dapat
diambil
hipotesis
penelitian yaitu :
H4 : Diduga Terdapat pengaruh
antara tekanan ketaatan dengan
ketepatan
pemberian
opini
auditor.
Selain menguji pengaruh
langsung, dalam penelitian ini juga
menguji pengaruh tidak langsung
berbagai faktor yang mempengaruhi
ketepatan pemberian opini melalui
skeptisisme.
Adapun
hipotesis
pengaruh tidak langsung yang akan
diuji adalah :
H5 : Diduga Terdapat pengaruh
antara
pengalaman
auditor
dengan
ketepatan
pemberian
opini auditor melalui skeptisisme
profesional auditor.
H6 : Diduga Terdapat pengaruh
antara etika dengan ketepatan
pemberian opini auditor melalui
JOM Fekon, Vol. 3 No. 2 ( Oktober ) 2016

skeptisisme profesionalauditor.
H7 : Diduga Terdapat pengaruh
antara risiko audit dengan
ketepatan pemberian opini auditor
melalui skeptisisme profesional
auditor.
H8 : Diduga Terdapat pengaruh
antara tekanan ketaatan dengan
ketepatan pemberian opini auditor
melalui skeptisisme profesional
auditor.
Gambar 1
Model Pemikiran

Sumber : Data Olahan, 2016
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh auditor independen yang
bekerja pada Kantor Akuntan
Publik di Kota Pekanbaru
dan
Padang. Sedangkan sampel dari
penelitian ini adalah auditor yang
bekerja di KAP kota Pekanbaru dan
Padang.
Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel
pemberian
opini,
pengalaman auditor,etika,risiko audit
dan tekanan ketaatandan skeptisme
profesional auditor diukur dengan
instrumen yang dkembangan oleh
peneliti dari instrument :
a. Pengalaman auditor yaitu : segi
lamanya
waktu,
maupun
banyaknya
penugasan
yang
pernah dilakukan.
b. Etika
diukur
menggunakan
pertanyaan-pertanyaan
tentang

kesadaran etis dan kepedulian
pada etika profesi.
c. Variabel risiko audit diukur
dengan
instrumen
yang
dkembangan oleh peneliti dari
instrumen Yogi Arifianto (2009)
yaitu : jenis risiko audit yang
terdiri dari 3 yaitu risiko inheren,
risiko pengendalian dan risiko
deteksi.
d. Variabel tekanan ketaatan diukur
dengan
instrumen
yang
dkembangan oleh peneliti dari
instrumen Ramdanialsyah (2010)
e. Skeptisme profesional auditor
yaitu: tingkat keraguan auditor
terhadap bukti audit,banyaknya
pemeriksaan tambahan,konfirmasi
langsung.
Metode Pengumpulan Data
1.

SumberData
Data yang digunakan dalam
penelitian ini terdiriatas:
a. DataPrimer

Data
primer
merupakan
sumber
data
penelitian
yang
diperoleh secara langsung dari
sumber asli (tidak melalui media
perantara). Kuesioner merupakan
penelitian dengan cara mengajukan
daftar pertanyaan langsung kepada
responden, yaitu auditor eksternal
yang bekerja pada KAP di Pekanbaru
dan padang. Skala yang digunakan
adalah skala likert untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang tentang kejadian atau
gejala sosial. Kategori dari penilaian
skala likert:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
JOM Fekon, Vol. 3 No. 2 ( Oktober ) 2016

Metode AnalisisData
Metode
analisis
data
menggunakan pendekatan partial
least square (PLS) dalam hal ini
akan
menggunakan
software
smartPLS 3.0. dalam latan dan
ghozali (2012) djelaskan bahwa PLS
merupakan pendekatan alternative
yang bergeser dari pendektan SEM
berbasis Covariane menjadi varianc
Partial Least Square (PLS)
Dalam penelitian ini analisis data
menggunakan pendekatan Partial
Least Square (PLS). PLS adalah
model persamaan struktural (SEM)
yang berbasiskomponen atau varian
(variance). Dan Model Pengukuran
atau Outer Model serta
Struktural atau Inner Model

Model

Metode Sobel
Di dalam penelitian ini
terdapat variabel intervening yaitu
skeptisisme profesional auditor.
Variabel intervening adalah variabel
yang ikut mempengaruhi hubungan
antara
variabel
prediktor
(independen) dan variabel kriterion
(dependen). Pengujian hipotesis
mediasi dapat dilakukan dengan
prosedur yang dikembangkan oleh
Sobel (1982) dan dikenal dengan uji
Sobel (Sobel test). Uji sobel
dilakukan dengan cara menguji
kekuatan pengaruh tidak langsung
variabel independen (X) ke variabel
dependen (Y) melalui variabel
intervening (M). Pengaruh tidak
langsung X ke Y melalui M dihitung
dengan cara mengalikan jalur X→M
(a) dengan jalur M→Y (b) atau ab.
Jadi koefisien ab = (c – c’), dimana c
adalah pengaruh X terhadap Y tanpa
mengontrol M, sedangkan c’ adalah

koefisien pengaruh X terhadap Y
setelah mnegontrol M. Standard
error koefisien a dan b ditulis
dengan Sa dan Sb, besarnya
standard error pengaruh tidak
langsung (indirect effect) Sab
dihitung dengan rumus di bawah ini :
Sab =
Untuk menguji signifikansi
pengaruh tidak langsung, maka kita
perlu menghitung nilai t dari
koefisien ab dengan rumus sebagai
berikut :

Pengujian dengan bootstrap juga
dimaksudkan untuk meminimalkan
masalah ketidak normalan data
penelitian. Parameter signifikansi
yang
diestimasi
memberikan
informasi yang sangat berguna
mengenai hubungan antara variabelvariabel penelitian.
Hasil
pengujian
dengan
bootstrapping dari analisis PLS
dapat dilihat pada tabel sebelumnya
disajikan gambar hasil boostrapping.
Gambar 2
Hasil Bootstrapping

t=

Gambaran Umum Responden
Kuesioner disebarkan pada 18
kantor akuntan publik yang berada
di kota Pekanbaru dan Padang secara
langsung. Dari 64 kuesioner yang
kembali sebanyak 50 kuesioner
(79%). Sedangkan kuesioner yang
tidak kembali sebanyak 14 kuesioner
(21%).
Pengujian Hipotesis
Dalam PLS pengujian secara statistik
setiap hubungan yang dihipotesiskan
dilakukan dengan menggunakan
simulasi. Dalam hal ini dilakukan
metode bootstrap terhadap sampel.
JOM Fekon, Vol. 3 No. 2 ( Oktober ) 2016

tstatistics

DAN

(STDEV)Standard Deviation

Tabel 1
HasilBootstrapping

Sample Mean (M)

HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN

Sumber : Data Olahan, 2016

(O)Original Sample

Nilai
t
hitung
ini
dibandingkan dengan nilai t tabel
yaitu ≥ 1,96 untuk signifikan 5% dan
t tabel ≥ 1,64 menunjukkan nilai
signifikansi 10%. Jika nilai t hitung
lebih besar dari nilai t tabel maka
dapat disimpulkan terjadi pengaruh
mediasi (Ghozali, 2009 dalam
Kushasyandita, 2012).

E
0,11 0,1
>
2
32
O
A
E 0,0 0,0
- 68
39
>
S

0,11 0,94
9
2
0,1
49

0,45
3

P
P
A
0,4
61
>
S
P
P
A

0,2
29

0,11 2,04
7
3

0,2
41
>
O
A
R
A

0,2
71

0,4
15
>
O
A
R
A

0,4
36

0,5
41
>
S
P
S
P

0,5
39

0,1
70

3,17
2

0,5
99
>
O
A
T
K

0,1
97

0,1
68

2,07
5

0,2
23
>
O
A
T 0,5
K 23

0,2
20

0,0
69

3,25
7

0,11 2,05
7
2

0,1
73

2,40
7

>
S
P
Sumber : Data Olahan, 2016
Pengujian hipotesis pengaruh tidak
langsung diuji dengan menggunakan
rumus Sobel yang dijelaskan pada
bab
sebelumnya.
Ringkasan
perhitungan pengaruh tidak langsung
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2
Hasil Pengujian Pengaruh Tidak
Langsung
Ringkasan Perhitungan Uji Sobel
a

S
a

b

S
b

a
b

0, 0, 0, 0, 0,
E ->
0 1 5 1 0
SP ->
6 4 5 6 4
OA
8 9 9 8 1
0, 0, 0, 0, 0,
PA ->
4 1 5 1 2
SP ->
6 1 5 6 7
OA
1 7 9 8 6
0,
0, 0, 0,
RA ->
0,
5
5 1 3
SP ->
1
4
5 6 2
OA
7
1
9 8 4
0, 0, 0, 0, 0,
TK ->
5 1 5 1 3
SP ->
2 1 5 6 1
OA
3 8 9 8 3
Sumber : Data Olahan, 2016

S
a
b
0,
0
9
3
0,
1
0
6
0,
1
3
9
0,
1
1
4

t
0,
4
3
6
2,
5
9
8
2,
3
2
4
2,
7
3
6

Hasil Pengujian Hipotesis
0,2
34

0,11 2,10
8
0

JOM Fekon, Vol. 3 No. 2 ( Oktober ) 2016

Dalam PLS pengujian secara
statistik setiap hubungan yang
dihipotesiskan dilakukan dengan
menggunakan simulasi. Dalam hal

ini dilakukan metode bootstrap
terhadap sampel.Pengujian dengan
bootstrap juga dimaksudkan untuk
meminimalkan masalah ketidak
normalan data penelitian.
Hasil
pengujian
boots
trapping dari analisis PLS adalah
sebagai berikut :
1)Pengujian
hipotesis
1
( pengalaman auditor berpengaruh
terhadap ketepatan pemberian
opini auditor)
Hasil
pengujian
hipotesis
pertama yang dapat dilihat pada
Tabel menunjukan bahwa hubungan
variabel pengalaman auditor (PA)
dengan ketepatan pemberian opini
auditor (OA) menujukan nilai
koefisien jalur sebesar 0,241 dengan
nilai t sebesar 2,052. Nilai tersebut
lebih besar dari t tabel 2,014 . hasil
ini berarti bahwa pengalaman auditor
memiliki
hubungan
terhadap
ketepatan pemberian opini yang
berarti sesuai dengan hipotesis
pertama dimana pengalaman auditor
mendorong ketepatan pemberian
opini auditor. Hal ini berarti
Hipotesis 1 diterima.

berarti tidak sesuai dengan
hipotesis kedua dimana Etika
auditor
mendorong
ketepatan
pemberian opini auditor. Hal ini
berarti Hipotesis 2 ditolak.
Variabel etika berpengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap
variabel ketepatan pemberian opini
auditor secara langsung. Hal ini
dapat dilihat di tabel, nilai t statistik
yang lebih rendah 2,015. Alasan
penolakan hipotesis ini diduga
karena perbedaan sampel yang
digunakan. Pada penelitian ini
responden
kuesioner
tidak
dikriteriakan, sehingga sebagian
besar responden kuesioner adalah
auditor junior sedangkan pada
penelitian Suraida (2005) sampel
yang digunakan adalah auditor
level senior. Auditor junior belum
memiliki pengalaman yang tinggi
sehingga etika profesionalnya
belum sebaik level auditor-auditor
yang senior (Gusti dan Ali, 2008).
Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Gusti dan Ali (2008)
yang menyatakan bahwa etika tidak
berpengaruh signifikan terhadap
pemberian opini auditor.

2)Pengujian hipotesis 2 ( Etika
berpengaruh terhadap ketepatan
pemberian opini auditor)
Hasil pengujian hipotesis pertama
yang dapat dilihat pada Tabel
menunjukan bahwa hubungan
variabel Etika auditor (E) dengan
ketepatan pemberian opini auditor
(OA) menujukan nilai koefisien
jalur sebesar -0,112 dengan nilai t
sebesar 0,942. Nilai tersebut lebih
kecil dari t tabel 2,015 . hasil ini
berarti bahwa etika auditor tidak
memiliki
hubungan
terhadap
ketepatan pemberian opini yang

3)Pengujian hipotesis 3 ( Risiko
auditor berpengaruh terhadap
ketepatan
pemberian
opini
auditor)
Hasil pengujian hipotesis ketiga
yang dapat dilihat pada Tabel
menunjukan
bahwa
hubungan
variabel Risiko auditor (RA) dengan
ketepatan pemberian opini auditor
(OA) menujukan nilai koefisien jalur
sebesar 0,415 dengan nilai t sebesar
2,407. Nilai tersebut lebih besar dari
t tabel 2,014 . hasil ini berarti bahwa
Risiko audit memiliki hubungan
terhadap ketepatan pemberian opini

JOM Fekon, Vol. 3 No. 2 ( Oktober ) 2016

yang berarti sesuai dengan hipotesis
pertama dimana Risiko audit
mendorong ketepatan pemberian
opini auditor. Hal ini berarti
Hipotesis 3 diterima.
4)Pengujian hipotesis 4 ( Tekanan
Ketaatan berpengaruh terhadap
ketepatan
pemberian
opini
auditor)
Hasil pengujian hipotesis ketiga
yang dapat dilihat pada Tabel
menunjukan
bahwa
hubungan
variabel Tekanan Ketaatan (TK)
dengan ketepatan pemberian opini
auditor (OA) menujukan nilai
koefisien jalur sebesar 0,223 dengan
nilai t sebesar 3,257. Nilai tersebut
lebih besar dari t tabel 2,015 . hasil
ini berarti bahwa Tekanan Ketaatan
memiliki
hubungan
terhadap
ketepatan pemberian opini yang
berarti sesuai dengan hipotesis
pertama dimana Tekanan Ketaatan
mendorong ketepatan pemberian
opini auditor. Hal ini berarti
Hipotesis 4 diterima.
5)
Pengujian
hipotesis
5
( pengalaman auditor berpengaruh
terhadap ketepatan pemberian
opini auditor Melalui Skeptisisme
Profesional Auditor)
Hasil pengujian hipotesis kelima
untuk pengujian tidak langsung yang
dapat dilihat pada Tabel menunjukan
bahwa
hubungan
variabel
pengalaman auditor (PA) dengan
ketepatan pemberian opini auditor
(OA) menunjukan nilai koefisien
jalur sebesar 0,461 dengan nilai t
sebesar 2,043. Nilai tersebut lebih
besar dari t tabel 2,015 . hasil ini
berarti bahwa pengalaman auditor
memiliki
hubungan
terhadap
ketepatan pemberian opini yang
JOM Fekon, Vol. 3 No. 2 ( Oktober ) 2016

berarti sesuai dengan hipotesis
kelima dimana pengalaman auditor
mendorong ketepatan pemberian
opini auditor melalui skeptisisme
professional sebagai kemampuan
auditor.Pengujian pengaruh mediasi
dilakukan dengan menggunakan
rumus sobel. Hasil pengujian
pengaruh
mediasi
variabel
pengalaman auditor (PA) terhadap
pengaruh ketepatan pemberian opini
(OA)
dengan
skeptisisme
professional auditor (SP) dapat
dilihat dari Tabel. dengan nilai
koefesien jalur sebesar 0,461 dengan
nilai -t 2.598. Nilai tersebut lebih
besar dari t tabel 2,015 . Hasil ini
berarti bahwa skeptisisme memediasi
hubungan antara pengalaman auditor
dan ketepatan pemberian opini .Hal
ini berarti Hipotesis 5 diterima.
6)Pengujian hipotesis 6 ( Etika
auditor berpengaruh terhadap
ketepatan pemberian opini auditor
Melalui Skeptisisme Profesional
Auditor)
Hasil pengujian hipotesis keenam
tidak langsung yang dapat dilihat
pada Tabel menunjukan bahwa
hubungan variabel Etika auditor (E)
dengan ketepatan pemberian opini
auditor (OA) menujukan nilai
koefisien jalur sebesar -0,112 dengan
nilai t sebesar 0,942. Nilai tersebut
lebih kecil dari t tabel 2,015 . hasil
ini berarti bahwa etika auditor tidak
memiliki
hubungan
terhadap
ketepatan pemberian opini yang
berarti tidak sesuai dengan hipotesis
kedua
dimana
Etika
auditor
mendorong ketepatan pemberian
opini auditor. Pengujian pengaruh
mediasi
dilakukan
dengan
menggunakan rumus sobel. Hasil
pengujian pengaruh mediasi variabel

etika auditor (E) terhadap pengaruh
ketepatan pemberian opini (OA)
dengan skeptisisme professional
auditor (SP) dapat dilihat dari Tabel.
dengan nilai koefesien jalur sebesar
-0.068 dengan nilai -t 0.436. Nilai
tersebut lebih kecil dari t tabel
2,015 . hasil ini berarti bahwa
skeptisisme memediasi pengaruh
tidak signifikan hubungan antara
etika
auditor
dan
ketepatan
pemberian opini .Hal ini berarti
Hipotesis 6 ditolak.
Alasan penolakan hipotesis
ini diduga karena penyebaran
kuesioner pada responden tidak
dikriteriakan. Menurut Gusti dan Ali
(2008) semakin tinggi jabatan
auditor maka semakin sering
menghadapi berbagai macam situasi
sehingga auditor senior akan
memiliki standar etika yang lebih
baik dibanding dengan auditor junior.
Sebagian besar auditor yang menjadi
responden pada penelitian ini adalah
auditor junior. Hasil yang sama
ditunjukkan oleh penelitian Gusti
dan Ali (2008) yang menyatakan
bahwa etika tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
ketepatan
pemberian opini auditor oleh akuntan
publik
melalui
skeptisisme
profesional auditor.
7)Pengujian hipotesis 7 ( Risiko
audit
berpengaruh
terhadap
ketepatan pemberian opini auditor
Melalui Skeptisisme Profesional
Auditor)
Pengujian hipotesis
ketujuh
untuk pengujian pengaruh tidak
langsung variabel risiko audit
terhadap ketepatan pemberian opini
auditor
melalui
skeptisisme
professional
auditor
dilakukan
dengan terlebih dahulu mengetahui
JOM Fekon, Vol. 3 No. 2 ( Oktober ) 2016

hasil pengujian terhdap pengaruh
risiko audit terhdap ketepatan
pemberian opini auditor. Pengujian
pengaruh mediasi dilakukan dengan
menggunakan rumus sobel.
Hasil pengujian pengaruh
mediasi variabel risiko audit (RA)
terhadap ketepatan pemberian opini
(OA)
dengan
skeptisisme
professional auditor (S) dapat dilihat
di Tabel. nilai koefisien jalur sebesar
0.541dengan nilai t 2,324. nilai
tersebut lebih besar dari t tabel yakni
2,015. Hasil ini berarti bahwa
skeptisisme professional auditor
memediasi hubungan antara risiko
audit dan ketepatan pemberian opini
auditor. Hal ini berarti Hipotesis 7
diterima.
8)Pengujian hipotesis 8 ( Tekanan
Ketaatan auditor berpengaruh
terhadap ketepatan pemberian
opini auditor Melalui Skeptisisme
Profesional Auditor)
Pengujian hipotesis kedelapan
untuk pengujian pengaruh tidak
langsung variabel tekanan ketaatan
terhadap ketepatan pemberian opini
auditor
melalui
skeptisisme
professional
auditor
dilakukan
dengan terlebih dahulu mengetahui
hasil pengujian terhdap pengaruh
tekanan ketaatan terhdap ketepatan
pemberian opini auditor. Pengujian
pengaruh mediasi dilakukan dengan
menggunakan rumus sobel.
Hasil pengujian pengaruh
mediasi variabel tekanan ketaatan
(TK) terhadap ketepatan pemberian
opini (OA) dengan skeptisisme
professional auditor (S) dapat dilihat
di Tabel. nilai koefisien jalur sebesar
0,523 dengan nilai t 2,736 . nilai
tersebut lebih besar dari t tabel yakni
2,015. Hasil ini berarti bahwa

skeptisisme professional auditor
memediasi hubungan antara tekanan
ketaatan dan ketepatan pemberian
opini auditor. Hal ini berarti
Hipotesis 8 diterima.
SIMPULAN,
DAN SARAN

KETERBATASAN

Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pengalaman
auditor, etika, risiko audit dan
tekanan ketaatan terhadap pemberian
opini auditor melalui skeptisisme
profesional auditor sebagai variable
interveningnya.
Responden
penelitian ini berjumlah 50 auditor
yang berkerja di Kantor KAP
Pekanbaru dan KAP Padang .untuk
menganalisa hubungan antar variable
tersebut, penelitian ini menggunakan
partial
least
square
(PLS).
Berdasarkan
analisis
dan
pembahasan
pada
bagian
sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1)Hasil uji hipotesis pertama
menunjukan adanya hubungan
antara pengalaman auditor dan
ketepatan pemberian opini auditor.
Hal ini berarti bahwa auditor yang
memiliki
pengalaman
sebagai
auditor yang tinggi akan semakin
tepat dalam memberikan opini.
2)Hasil uji hipotesis kedua tidak
menunjukan hubungan antara etika
dan ketepatan pemberian opini
auditor. Hal ini berarti bahwa etika
tidak
mempengaruhi
hasil
ketepatan pemberian opini oleh
auditor.
3)Hasil uji hipotesis ketiga
menunjukan hubungan antara risiko
audit dengan ketepatan pemberian
opini auditor. Hal ini berarti bahwa
JOM Fekon, Vol. 3 No. 2 ( Oktober ) 2016

auditor yang memiliki risiko akan
mempengaruhi
ketepatan
pemberian opini auditor.
4)Hasil uji hipotesis ke empat
menunjukan adanya hubungan
antara tekanan ketaatan dan
ketepatan
pemberian
opini
auditor .hal ini berarti bahwa
auditor yang memiliki tekanan
ketaatan
akan
mempengaruhi
ketepatan pemberian opini auditor.
5)Hasil uji hipotesis kelima
menunjukan adanya hubungan
antara
pengalaman
dengan
ketepatan pemberian opini melalui
skeptisisme professional auditor
.skeptisisme profesional auditor
dapat memediasi atas pengaruh
pengalaman terhadap ketepatan
pemberian opini. Hal ini berarti
bahwa seorang auditor yang
memiliki pengalaman yang tinggi
akan cenderung untuk lebih mampu
mendeteksi kecurangan melalui
sikap skeptisisme yang diamiliki
sebelumnya.
6)Hasil uji hipotesis keenam
menunjukan
hubungan tidak
signifikan antara etika dengan
ketepatan pemberian opini auditor
melalui skeptisisme profesional
auditor. Skeptisisme profesional
auditor tidak dapat memediasi atas
pengaruh etika terhadap ketepatan
pemberian opini. Hal ini berarti
bahwa seorang auditor yang
memiliki etika belum tentu mampu
mendeteksi kecurangan dengan
sikap skeptisisme yang dia miliki
sebelumnya.
7)Hasil uji hipotesis ketujuh
menunjukan adanya hubungan
antara risiko audit dengan ketepatan
pemberian
opini
melalui
skeptisisme professional auditor
.skeptisisme profesional auditor

dapat memediasi atas pengaruh
risiko audit terhadap ketepatan
pemberian opini. Hal ini berarti
bahwas eorang auditor yang
mengetahui risiko audit yang tinggi
akan cenderung untuk lebih mampu
mendeteksi kecurangan melalui
sikap skeptisisme yang diamiliki
sebelumnya.
8)Hasil uji hipotesis kedelapan
menunjukan adanya hubungan
antara tekanan ketaatan dengan
ketepatan pemberian opini melalui
skeptisisme professional auditor
.skeptisisme profesional auditor
dapat memediasi atas pengaruh
Tekanan
ketaatan
terhadap
ketepatan pemberian opini. Hal ini
berarti bahwa seorang auditor yang
memiliki tekanan ketaatan yang
tinggi akan cenderung untuk lebih
mampu mendeteksi kecurangan
melalui sikap skeptisisme yang dia
miliki sebelumnya.
Keterbatasan
1)Metode
pengumpulan
data
dengan
menggunakan
survey
melalui
kuesioner
memiliki
kelemahan yaitu terdapat responden
yang menjawab pertanyaan dengan
tidak sungguh, dapat dilihat dari
penyebaran kuesioner sebesar 64
dengan
jumlah
yang
dapatdiolahberjumlah 50 kuesioner.
2)Kebanyakan responden adalah
auditor junior dan hanya beberapa
jumlah auditor senior level manajer
dan partner.
Saran
Atas dasar kesimpulan diatas, dapat
diajukan saran-saran sebagaiberikut :
1)Pada
penelitian
selanjutnya
diharapkan dapat memperluas area
JOM Fekon, Vol. 3 No. 2 ( Oktober ) 2016

penelitian tidak hanya pada kedua
kantor KAP Pekanbaru dan KAP
Padang saja, sehingga lebih dapat
digeneralisasi.
2)Kantor akuntan publik hendaknya
meningkatkan
perhatiannya
terhadap pengalaman kerja, etika,
risiko audit dan tekanan ketaatan
serta
skeptisisme
profesional
auditor sehingga mampu untuk
menjaga
dan
meningkatkan
profesionalisme auditornya untuk
dapat
melaksanakan
tugas
pegawasan
dalam
rangka
menciptakan efisiensi nasiosal
terutama
perlunya
menyelenggarakan
pendidikan
berkelanjutkan
bagi
auditor
eskternal untuk mengatasi SDM
yang kurang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A., Randal J.E dan
Mark S.B. 2004. Auditing
dan PelayananVerifikasi,
Pendekatan Terpadu. Jilid
1,
Edisi
Kesembilan.
Penerbit PT.Indeks. Jakarta
______, Alvin A. Elder, Randal J
dan Beasley, Mark S.
2008. Auditing dan Jasa
Asuransi
Pendekatan
Terintegrasi. Jilid 2, Edisi
keduabelas. Erlangga.
______, Alvin A., Randal J.Elder.,
dan Mark S.Beasley. 2010.
Auditing and Assurance
Services an Integrated
Aproach, 13th edition.
New
Jersey:
Pearson
Prentice Hall International.
BPK-RI.
2007.
Pemeriksaan

Standar
Keuangan

Negara (SPKN) 2007.
(www.bpk.go.id).Diakses
tgl 17 Desember 2013,
Jam 21.20 WIB.
Fullerton, R., Durtschi, C. 2005.
“The Effect of Professional
Scepticism on the Fraud
Detection Skills of Internal
Auditors.” Working Paper.
Gusti, Magfirah., Syahrir, Ali. 2008.
“HubunganSkeptisisme
Profesional Auditor dan
Situasi
Audit,
Etika,
Pengalaman serta Keahlian
Audit dengan Ketepatan
Pemberian Opini Auditor
oleh
Akuntan
Publik”.
Jurnal SimposiumNasional
Akuntansi Padang. Vol.8.
Herusetya,
Antonius.
2007.
Kewajiban Hukum Bagi
Akuntan Publik: Resiko
Profesional yang Semakin
Meningkat.
Jurnal
Akuntansi dan Keuangan.
Vol.1, No.1.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011.
Standar
Profesional
Akuntan Publik. Jakarta:
Salemba Empat.
Kriswandari, Tutik. 2006. Pengaruh
Pengalaman,
Situasional
dan Disposisional terhadap
Kepercayaan
atau
Kecurigaan
Auditor
terhadap
Klien.
Semarang:Universitas
Diponegoro.

JOM Fekon, Vol. 3 No. 2 ( Oktober ) 2016

Kushasyandita, Sabhrina. 2012.
Pengaruh
Pengalaman,
keahlian, Situasi Audit,
Etika dan Gender terhadap
Ketepatan Pemberian Opini
Auditor Melalui Skeptisme
Profesional
Auditor
Semarang:Universitas
Diponegoro.
.
Putri, Pritta Amina. 2013.
Pengaruh
Etika,
Pengalaman
Auditor
danTekananKetaatan
terhadap Kualitas Audit
Judgment.Semarang:Univ
ersitas Diponegoro.
Rahayu, Siti Kurnia dan Suhayati
Ely. 2010. Auditing :
Konsep
Dasar
dan
Pedoman
Pemeriksaan
Akuntan
Publik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suraida, Ida. 2005. Pengaruh
Etika,
Kompetensi,
Pengalaman Audit dan
Risiko Audit terhadap
Skeptisisme Profesional
Auditor dan Ketepatan
Pemberian Opini Akuntan
Publik. Sosiohumaniora.
Vol.7, No.3.