KAJIAN EKONOMI MAKRO DAERAH DALAM UPAYA
KAJIAN EKONOMI MAKRO DAERAH DALAM UPAYA MENYUSUN
DOKUMEN PERENCANAAN YANG AKURAT DAN KOMPREHENSIF
(Studi Pada Daerah Kabupaten Gresik)
Oleh:
Sutikno*
I. LATAR BELAKANG
Dalam upaya mendorong terciptanya percepatan dan peningkatan
kualitas pertumbuhan ekonomi, maka analisis perencanaan yang
digunakan harus tidak bersifat parsial yang hanya melihat pengaruh
kebijakan sektor tertentu terhadap perkembangan sektor tersebut pula,
tetapi haruslah terintegrasi antar sektor dan wilayah. Ini berarti bahwa
eksekutif dan legislatif harus memperhitungkan bagaimana kebijakan yang
diterapkan pada suatu sektor akan berpengaruh pada sektor lainnya, serta
terhadap sejumlah indikator makro ekonomi daerah seperti pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
Selain itu, analisis hubungan antar sektor tesebut juga diperlukan
dalam menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah, seperti
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Namun, pada tingkat
implementasinya, banyak daerah di seluruh Indonesia (tidak hanya di
Kabupaten Gresik) yang mengalami kesulitan terutama dalam hal
menganalisis maupun melakukan prediksi terhadap sejumlah indikator
makro ekonomi daerah yang dijadikan indikator kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Permasalahan utama yang dihadapi antara lain
adalah banyak daerah yang melakukan analisis maupun prediksi dengan
metode yang sangat sederhana, seperti regresi linier, atau bahkan ada
yang lebih sederhana lagi, yaitu hanya menggunakan asumsi berdasarkan
hasil pengamatan obyek tertentu. Memang metode-metode tersebut
diijinkan untuk digunakan seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010. Namun, kenyataan yang harus
disadari adalah bahwa fenomena ekonomi itu tidak bergerak secara linier.
Fenomena ekonomi selalu berfluktuasi, bisa bergerak naik, atau turun,
akibat berbagai faktor yang mempengaruhinya yang juga bergerak secara
unlinier. Fenomena ekonomi bergerak membentuk suatu siklus yang
banyak dikenal sebagai business cycles. Karena itu, tidak tepat jika
kemudian metode analisis ataupun metode prediksi yang dipergunakan
adalah metode linier. Jika dipaksakan mempergunakan metode linier,
maka bisa dipastikan hasil analisis maupun prediksinya akan jauh dari
kondisi realitasnya.
II. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis kondisi
ekonomi makro daerah untuk menyusun dokumen perencanaan
1
pembangunan daerah. Secara lebih khusus, penelitian ini memiliki tujuan
sebagai berikut:
menganalisis dan memprediksi indikator-indikator ekonomi makro
daerah yang dibutuhkan untuk menyusun dokumen perencanaan;
menganalisis keterkaitan sektoral baik keterkaitan ke belakang
(backward linkages) maupun keterkaitan ke depan (forward linkages),
serta keterkaitan sektoral regional;
mengidentifikasi sektor yang berpotensi besar untuk dikembangkan
karena efek multipliernya (linkage-nya).
III. METODE ANALISIS
Untuk menjawab tujuan kegiatan ini serta untuk menghasilkan
output yang ditargetkan pada kegiatan ini, membutuhkan sejumlah
metode analis maupun pendekatan teknis tertentu.
3.1. Analisis Input Output (I-O)
Model input-output (untuk selanjutnya disebut model I-O)
merupakan sebuah model yang menggunakan kerangka dasar dari Tabel
I-O. Model ini dapat digunakan untuk analisis deskriptif yang
menggambarkan struktur perekonomian suatu wilayah, dan keadaan
transaksi aliran antar sektor maupun intra sektor. Selain itu juga dapat
digunakan untuk melakukan perencanaan (planning) dan prediksi
(forcasting). Hirschman mengungkapkan segi keterkaitan (linkages) di
antara berbagai ragam kegiatan ekonomi. Hal itu menyangkut keterkaitan
antar sektor maupun keterkaitan intra sektor.
Keterkaitan dengan
kegiatan industri di tahap menyusul (industri hilir) bersifat forward linkages.
Sebaliknya, keterkaitan dengan kegiatan industri di tahap yang
mendahuluinya (industri hulu) adalah bersifat backward linkage
(Djojohadikusumo, 1994)
Setelah disiapkan matrik I-O daerah pada dua kurun waktu
berbeda, tahap berikutnya adalah melakukan analisis I-O yang terdiri atas
tiga bagian meliputi: (1) analisis keterkaitan, (2) analisis sektor-sektor
kunci, dan (3) analisis efek multiplier.
3.2. Artificial Neural Network
Artificial neural network (ANN) atau jaringan syaraf tiruan,
merupakan suatu model pengelolaan informasi dengan karakteristik dan
ide dasar yang berasal dari struktur dan cara kerja otak serta sel syaraf
manusia (neuron) karena manusia dianggap sebagai sistem yang paling
sempurna. ANN dilahirkan sebagai salah satu upaya generalisasi model
matematik dengan diilhami dari model jaringan syaraf biologis. Berbagai
usaha memodelkan otak manusia telah dilakukan dan memunculkan tiga
golongan model (Affandi, 1994). Adapun golongan tersebut adalah
sebagai berikut:
° golongan pertama meniru pola manusia dalam mengambil keputusan.
Seperangkat pengetahuan diinputkan dalam otak mesin atau komputer,
sehingga komputer dapat mengambil keputusan terhadap suatu data
sesuai dengan pengetahuan yang telah diinputkan. Golongan ini
disebut sebagai sistem pakar (expert system);
2
° golongan kedua meniru cara kerja manusia yang tidak . pernah
dilakukan dalam variabel tegas (crisp). Semua variabel yang diolah
dalam otak manusia bersifat samar (fuzzy). Dengan menggabungkan
variabel samar dengan sistem pakar meka lahirlah fuzzy logic;
° golongan ketiga lahir dari usaha memodelkan sel syaraf. Oleh karena
itu, disebut sebagai jaringan syaraf tiruan atau artificial neural network
(ANN).
IV. HASIL PENELITIAN
4.1. Hasil Analisis dan Prediksi Indikator Ekonomi Makro Daerah
Prediksi indikator-indikator ekonomi makro maupun indikatorindikator bidang urusan lainnya dilakukan dengan menerapkan metode
artificial neural network (ANN) atau jaringan syaraf tiruan. Namun, tidak
semua indikator dapat diprediksi, ketidaktersediaan data menjadi
penyebabnya. Hasil prediksi indikator-indikator tersebut disajikan pada
tabel di halaman-halaman berikut.
3
Tabel 1. Hasil Analisis dan Prediksi Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Gresik
No
.
A
A.I
INDIKATOR
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
6.8851
7.3628
7.3725
6.4333
7.1273
7.8450
8.2647
6.8850
6.9600
3.7900
4.1900
6.5800
4.2500
2.3700
2.5959
2.7595
1,237,67
5
1,270,351
1,307,995
1,393,651
1,487,760
1,599,681
1,758,460
1,871,552
ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Indikator Kesejahteraan dan Pemerataan
Eko.
1
Pertumbuhan PDRB
2
Laju inflasi
3
PDRB per kapita
4
Indeks Gini
0.5700
0.5300
0.4909
0.4462
0.4156
5
Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia
0.1500
0.1601
0.1735
0.1887
0.2024
6
Indeks ketimpangan Williamson (Indeks
Ketimpangan Regional)
0.7400
0.6853
0.6352
0.5705
0.5293
7
Persentase penduduk diatas garis kemiskinan
0.8544
0.8634
0.8724
0.8822
0.8930
0.9007
8
Angka kriminalitas yang tertangani
A.I
I
436
201
332
311
288
267
243
226
8 Tahun
8 Tahun
8 Tahun
8 Tahun
8 Tahun
8 Tahun
8 Tahun
8 Tahun
Indikator Pendidikan
1
Angka rata-rata lama sekolah
2
Angka partisipasi kasar
0.8724
0.9123
0.9182
0.9236
0.9294
0.9346
0.9402
0.9443
3
Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A
0.9880
0.9877
0.9886
0.9894
0.9901
0.9909
0.9918
0.9923
4
Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B
0.9395
0.9473
0.9512
0.9541
0.9574
0.9608
0.9643
0.9668
5
Angka Partisipasi Murni (APM))
SMA/SMK/MA/Paket C
0.6221
0.7247
0.7450
0.7614
0.7785
0.7956
0.8154
0.8283
71 Tahun
71 Tahun
71 Tahun
71 Tahun
71 Tahun
71 Tahun
71 Tahun
71 Tahun
0.0107
0.0135
0.0132
0.0755
0.0706
0.0647
0.0592
0.0552
0.9230
0.9531
0.9348
0.9387
0.9432
0.9477
0.9523
0.9555
A.I
II
Indikator Kesehatan
1
Angka usia harapan hidup
2
Persentase balita gizi buruk
A.I
V
Indikator Ketenagakerjaan
1
Rasio penduduk yang bekerja
4
No
.
A.
V
INDIKATOR
1
Jumlah grup kesenian
Indikator Pemuda dan Olahraga
Jumlah klub olahraga
2
JJumlah gedung olahraga
B
ASPEK PELAYANAN UMUM
I
Indikator Layanan Urusan Wajib
I.1
Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia
sekolah
2
Rasio guru/murid
I.2
Pendidikan menengah:
1
Rasio guru terhadap murid
2
Penduduk yang berusia >15 Tahun melek huruf
(tidak buta aksara)
1
2
I.4
2012
2013
2014
2015
2016
2017
174
234
250
265
284
306
333
355
513
510
541
578
620
671
731
783
383
383
338
359
385
413
454
484
535
540
544
547
551
555
559
562
915.0482
918.8322
930.7055
935.0871
939.6961
944.7224
949.8982
953.0473
915.0482
918.8322
930.7055
935.3941
940.1954
944.7165
950.1145
953.6737
0.9447
0.9509
0.9546
0.9576
0.9605
0.9639
0.9670
0.9692
0.8917
0.8866
0.8884
0.8953
0.9035
0.9103
0.9189
0.9247
0.9315
0.9338
0.9351
0.9394
0.9438
0.9478
0.9531
0.9565
Pendidikan dasar:
1
I.3
2011
Indikator Kebudayaan
A.
VI
1
2010
Fasilitas Pendidikan:
Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan
baik
Sekolah pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA
kondisi bangunan baik
Kesehatan
1
Rasio posyandu per satuan balita
0.0765
0.0758
0.0738
0.0754
0.0771
0.0790
0.0810
0.0823
2
Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan
penduduk
0.0881
0.0858
0.0833
0.0844
0.0855
0.0867
0.0879
0.0888
3
Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk
0.0048
0.0047
0.0069
0.0071
0.0073
0.0075
0.0078
0.0079
4
Rasio dokter per satuan penduduk
0.1050
0.1197
0.1261
0.1309
0.1360
0.1409
0.1459
0.1498
5
Rasio tenaga medis per satuan penduduk
0.7054
0.2991
0.7485
0.7654
0.7831
0.7994
0.8193
0.8315
5
No
.
INDIKATOR
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
6
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
0.8622
0.8435
0.9181
0.9230
0.9287
0.9340
0.9406
0.9444
7
Cakupan puskesmas
1.7778
1.7778
1.7778
1.7778
1.7778
1.7778
1.7778
1.7778
8
Cakupan puskesmas pembantu
0.2333
0.2333
0.2333
0.2333
0.2333
0.2333
0.2333
0.2333
0.2794
0.2842
0.3417
0.3516
0.3631
0.3747
0.3869
0.3943
0.0000
3.1684
2.9236
2.9992
3.0756
3.1542
3.2357
3.2870
I.5
PekerjaanUmum
1
Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi
baik
2
Rasio Jaringan Irigasi
3
Rasio tempat ibadah per satuan penduduk
4
Persentase rumah tinggal bersanitasi
5
Panjang jalan dilalui Roda 4
6
7
I-6
Jalan Penghubung dari ibukota kecamatan ke
kawasan pemukiman penduduk (mimal dilalui
roda 4)
Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik ( >
40 KM/Jam )
93.5000
95.4600
95.7939
96.0651
96.3719
96.6467
96.9880
97.1855
626.2600
626.0000
626.0100
627.4579
629.2034
630.7297
632.4938
633.7997
0.2533
0.2656
0.3359
0.3469
0.3571
0.3673
0.3803
0.3887
Perumahan
1
Rumah tangga pengguna air bersih
93.5000
95.4600
95.8036
96.0650
96.3445
96.6478
96.9359
97.1297
2
Rumah tangga pengguna listrik
98.8900
99.8800
99.8886
99.8956
99.9024
99.9093
99.9185
99.9237
3
Rumah tangga ber-Sanitasi
82.3900
85.1200
86.1111
87.0799
87.9473
88.8635
89.8345
90.5515
0.1580
0.1589
0.1629
0.1637
0.1645
0.1653
0.1663
0.1670
I.7
1
I.8
Penataan Ruang
Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan
Perencanaan Pembangunan
1
Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yg
telah ditetapkan dgn PERDA
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
2
Tersedianya Dokumen Perencanaan: RPJMD yg
telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
3
Tersedianya Dokumen Perencanaan: RKPD yg
telah ditetapkan dgn PERKADA
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
6
No
.
4
I.9
INDIKATOR
Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD
Jumlah arus penumpang angkutan umum
2
Rasio ijin trayek
1
I,1
1
Penyelesaian izin lokasi
2013
2014
2015
2016
2017
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.6875
0.7600
0.9474
0.9509
0.9546
0.9582
0.9619
0.9645
0.9843
0.9732
0.9750
0.9768
0.9787
0.9806
0.9819
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Belum
Belum
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
0.0247
0.0335
0.0340
0.0345
0.0351
0.0357
0.0363
0.0368
Kependudukan dan Catatan Sipil
Kepemilikan KTP
2
Ketersediaan database kependudukan skala
provinsi
3
Penerapan KTP Nasional berbasis NIK
1
2012
Pertanahan
1
I.1
2
2011
Perhubungan
1
I.1
0
2010
Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak
Persentase partisipasi perempuan di lembaga
pemerintah
2
Partisipasi perempuan di lembaga swasta
0.1955
0.2697
0.3129
0.3209
0.3285
0.3366
0.3456
0.3518
3
Rasio KDRT
0.0108
0.0180
0.0177
0.0172
0.0166
0.0158
0.0149
0.0141
4
Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur
5
Partisipasi angkatan kerja perempuan
0.9115
0.9179
0.9244
0.9295
0.9341
0.9391
0.9451
0.9488
I.1
3
Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera
0.3186
0.3195
0.3108
0.3088
0.3065
0.3036
0.3002
0.2973
1
I.1
4
Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I
Ketenagakerjaan
1
Angka partisipasi angkatan kerja
0.5932
0.5825
0.5874
0.5918
0.5958
0.6002
0.6046
0.6076
2
Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun
0.1759
0.1376
0.1172
0.1134
0.1089
0.1035
0.0972
0.0915
3
Tingkat partisipasi angkatan kerja
0.6878
0.6503
0.6058
0.6152
0.6249
0.6363
0.6478
0.6554
4
Pencari kerja yang ditempatkan
0.2974
0.5805
0.8897
0.8969
0.9048
0.9127
0.9213
0.9270
7
No
.
INDIKATOR
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
5
Tingkat pengangguran terbuka
0.0770
0.0469
0.0652
0.0632
0.0608
0.0579
0.0543
0.0513
6
Keselamatan dan perlindungan
0.6135
0.7392
0.7188
0.7380
0.7559
0.7749
0.7977
0.8122
7
Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap
kebijakan pemerintah daerah
0.8837
0.7761
0.7833
0.7986
0.8123
0.8274
0.8437
0.8537
0.8042
0.8248
0.8298
0.8418
0.8539
0.8657
0.8780
0.8856
0.0043
0.0103
0.0173
0.0232
0.0302
0.0354
I.1
5
Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
1
Persentase koperasi aktif
2
Usaha Mikro dan Kecil
I.1
6
1
I.1
7
Penanaman Modal
Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)
154
246
448
472
495
521
548
567
Kepemudaan dan Olahraga
1
Jumlah organisasi pemuda
569
569
381
394
409
423
440
451
2
Jumlah organisasi olahraga
513
510
541
567
594
622
651
669
3
Lapangan olahraga
0.3095
0.3015
0.2584
0.2715
0.2852
0.2987
0.3142
0.3254
172
164
166
168
170
172
173
170.2386
165.8361
99.4729
89.7801
77.9858
65.7401
50.3750
36.3543
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
0.0170
0.0166
0.0099
0.0094
0.0088
0.0080
0.0071
0.0063
1
1
1
1
1
1
1
1
0.2639
0.2231
0.2231
0.2365
0.2482
0.2624
0.2779
0.2876
I.1
8
Kesatuan Bangsadan Politik Dalam Negeri
1
Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000
penduduk
2
Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk
3
4
I.1
9
1
I.2
0
1
Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan
adiministrasi pemerintah
Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di
Kabupaten
Ketahanan Pangan
Regulasi ketahanan pangan
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Posyandu aktif
8
No
.
I.2
1
INDIKATOR
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Statistik
1
Buku ”kabupaten dalam angka”
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
2
Buku ”PDRB kabupaten”
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
1.2176
1.1587
1.3349
1.3137
1.2871
1.2559
1.2169
1.1849
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
1
1
1
1
1
1
1
1
5.2535
4.8895
4.9275
4.9580
4.9895
5.0278
5.0657
5.0918
0.0851
0.0817
0.0783
0.0773
0.0758
0.0741
0.0718
0.0700
0.3945
0.3880
0.3815
0.3545
0.3236
0.2856
0.2355
0.1965
0.0233
0.0235
0.0238
0.0246
0.0253
0.0260
0.0269
0.0274
0.0432
0.0451
0.0472
0.0492
0.0511
0.0533
0.0556
0.0573
0.0015
0.0016
0.0016
0.0016
0.0016
0.0016
0.0016
0.0016
I.2
2
Komunikasi dan Informatika
1
Rasio wartel/warnet terhadap penduduk
2
Web site milik pemerintah daerah
I.2
3
Perpustakaan
1
Jumlah perpustakaan
2
Indikator Layanan Urusan Pilihan
I.2
4
1
2
3
4
I.2
5
1
I.2
6
1
I.2
7
Pertanian
Produktivitas padi atau bahan pangan utama
lokal lainnya per hektar
Kontribusi sektor pertanian/perkebunan
terhadap PDRB
Kontribusi sektor pertanian (palawija) terhadap
PDRB
Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras)
terhadap PDRB
Energi dan Sumber Daya Mineral
Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB
Pariwisata
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB
Kelautan dan Perikanan
1
Produksi perikanan
1.3033
1.8101
1.8455
1.8787
1.9117
1.9485
1.9716
2
Konsumsi ikan
0.9799
0.9423
0.9450
0.9475
0.9500
0.9526
0.9544
9
No
.
INDIKATOR
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
3
Cakupan bina kelompok nelayan
0.0003
0.0003
0.0003
0.0009
0.0016
0.0022
0.0029
0.0034
4
Produksi perikanan kelompok nelayan
0.2829
0.2925
0.1696
0.1917
0.2151
0.2376
0.2640
0.2812
I.2
8
1
2
I.2
9
Perdagangan
Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB
Ekspor Bersih Perdagangan
0.2132
0.2211
0.2282
0.2296
0.2311
0.2327
0.2346
0.2358
733,202,
348
2,540,515,
272
1,637,844,
764
1,780,131,
870
1,936,000,
756
2,098,956,
664
2,270,697,
460
2,373,087,
946
Perindustrian
1
Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB
0.5073
0.5007
0.4952
0.4929
0.4900
0.4865
0.4827
0.4793
2
Kontribusi industri rumah tangga terhadap
PDRB sektor Industri
0.0526
0.0530
0.0532
0.0534
0.0535
0.0537
0.0538
0.0539
3
Pertumbuhan Industri.
0.0560
0.0597
0.0620
0.0624
0.0628
0.0632
0.0637
0.0639
306,597
311,633
316,446
317,586
318,621
319,621
320,805
321,550
0.4519
0.4939
0.4967
0.4994
0.5021
0.5050
0.5079
0.5099
0.0018
0.0014
0.0014
0.0013
0.0013
0.0012
0.0011
0.0011
0.0252
0.0252
0.0252
0.0252
0.0252
0.0252
0.0252
0.2040
0.2077
0.2109
0.2122
0.2137
0.2151
0.2165
0.2176
0.5948
0.7190
0.6820
0.6904
0.7001
0.7091
0.7181
0.7249
0.0173
0.0145
0.0258
0.0271
0.0284
0.0298
0.0313
0.0325
I.3
0
ASPEK DAYA SAING DAERAH
1
Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita
2
Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita
I.3
1
1
I.3
2
Perhubungan
Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan
Penataan Ruang
1
Luas wilayah industri
I.3
3
Lingkungan Hidup
1
I.3
4
1
2
Persentase Rumah Tangga (RT) yang
menggunakan air bersih
Komunikas dan Informatika
Persentase rumah tangga yang menggunakan
listrik
Persentase penduduk yang menggunakan
HP/telepon
10
No
.
I.3
5
INDIKATOR
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
5.8093
5.6599
6.0398
5.9357
5.8149
5.6650
5.4772
5.3094
40
38
58
60
62
64
67
69
7,7 hari
7,7 hari
Inikator Iklim Berinvestasi
1
Angka kriminalitas
2
Jumlah demo
3
Lama proses perijinan
4
Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah
5
Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha
6
Rasio ketergantungan
0.4503
7,7 hari
7,7 hari
7,7 hari
7,7 hari
7,7 hari
7,7 hari
10 pajak
33 retribusi
10 pajak
33 retribusi
10 pajak
33 retribusi
10 pajak
33 retribusi
10 pajak
33 retribusi
10 pajak
33 retribusi
5
3
3
3
3
3
3
0.4533
0.3853
0.3788
0.3702
0.3603
0.3473
0.3378
11
4.2. Analisis Backward Linkages dan Forward Linkages
Setiap aktivitas ekonomi suatu daerah tentunya akan menghasilkan
efek terhadap aktivitas ekonomi lainnya. Berdasarkan hasil analisa inputoutput Kabupaten Gresik, nilai multiplier yang dapat dihasilkan oleh
masing masing sektor adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Analisis Input-Output
Kode
Uraian Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Padi
Jagung
Ketela Pohon
Umbi-Umbian Lain
Kacang Tanah
Kedele
Kacang-Kangan Lainnya
Sayur-Sayuran
Mangga
Tanaman Bahan Pangan
lainnya
Tebu
Kelapa
Tembakau
Kopi
Cengkeh
Kakao
Jambu Mete
Kapok
Hasil Perkebunan Lainnya
Sapi
Kerbau
Kambing
Ayam
Telur
Unggas Lainnya
Ternak dan hasil ternak lainnya
Perikanan Laut
Ikan Darat Dan Hasil Perairan
Darat
Minyak Bumi
pertambangan dan penggalian
lainnya
Pengolahan Dan Pengawetan
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Daya Penyebaran
(Backward
Lingkages)
1.74329
1.53528
1.54298
1.55517
1.55577
1.53448
1.52565
1.54839
1.62637
1.57575
Derajat Kepekaan
(Forward
Lingkages)
3.79480
1.08725
1.04196
1.00249
1.05858
1.04168
1.04696
1.09392
1.62022
1.15612
1.36203
1.37513
1.35410
1.34821
1.33156
1.34100
1.34116
1.36271
1.18274
1.40686
1.39921
1.39917
1.54026
1.51453
1.51390
1.38591
1.67414
1.64447
1.06078
1.00163
1.00009
1.00421
1.00110
1.00009
1.00480
1.00020
1.00607
1.23237
1.00106
1.05123
1.25138
1.01561
1.00230
1.00937
1.13348
1.18816
1.03025
1.26374
1.18859
1.36051
1.50882
1.43244
12
Kode
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
Uraian Sektor
Ikan Dan Biota
Beras
Roti, Biskuit Dan Sejenisnya
Industri makanan lainnya
Minuman
Tekstil, Dan Bahan Tekstil
Pakaian Jadi
Permadani, Tali Dan Tekstil
Lainnya
Kulit, Dan Barang Dari Kulit
Alas Kaki
Bambu Kayu Dan Rotan
Kertas Dan Karton
Barang-Barang Dari Kertas
Dan Karton
Kimia Dasar Kecuali Pupuk
Pupuk Dan Pestisida
Obat-Obatan Dan Jamu
Sabun, Barang Pembersih Dan
Kosmetik
Barang-Barang Kimia Lainnya
Barang-Barang Hasil Kilang
Minyak
Karet Remah Dan Barang Dari
Karet
Barang-Barang Plastik
Bahan Bangunan, Keramik
Dan Barang-Barang Dari
Tanah Liat
Kaca Dan Barang-Barang Dari
Kaca
Semen, Kapur Dan Barang
Lainnya Bukan Logam
Logam Dasar Besi Dan Baja
Industri Barang Dari Logam
Industri Mesin Dan
Perlengkapannya
Barang-Barang Elektronika,
Komunikasi Dan
Perlengkapannya
Alat Listrik Dan
Perlengkapannya
Kapal Dan Perbaikannya
Alat Pengangkutan Lainnya
Industri barang lainnya
Daya Penyebaran
(Backward
Lingkages)
Derajat Kepekaan
(Forward
Lingkages)
2.03451
1.44567
1.68834
1.40234
1.40720
1.36871
1.55022
1.00284
1.25132
1.36002
1.07066
1.11124
1.25511
1.47926
1.48669
1.63662
1.47132
1.54169
1.10077
1.04053
1.05574
1.34992
2.07516
1.00053
1.14349
1.05238
1.07800
1.45436
1.73799
5.97191
1.42588
1.42158
1.42175
1.62831
1.65920
2.47538
1.52808
1.16426
1.60119
1.00590
1.32080
1.60215
1.62057
1.20131
1.04236
1.38282
1.64732
1.66115
1.49869
1.35770
2.75578
1.25253
1.07734
1.55382
1.15361
1.32907
1.52958
1.38240
1.27319
1.11703
1.07159
1.09776
13
Kode
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
Uraian Sektor
Listrik Dan Gas
Air Bersih
Bangunan
Jasa Perdagangan
Jasa Perhotelan
Jasa Restoran
Angkutan Kereta Api
Angkutan jalan raya
Angkutan Laut
Angkutan Penyeberangan
Jasa Penunjang angkutan
Jasa Komunikasi
Bank
Lembaga Keuangan Lainnya
Sewa Bangunan
Jasa Perusahaan
Jasa Pemerintahan
Jasa Pendidikan Swasta
Jasa Sosial Kemasyarakatan
Lainnya
Jasa Hiburan, Rekreasi Dan
Kebudayaan
Jasa Perorangan Dan Rumah
Tangga
Daya Penyebaran
(Backward
Lingkages)
1.31605
1.78343
1.40636
1.17267
1.51598
1.58603
1.65758
1.79723
1.95426
1.87489
1.03730
1.04015
1.99371
1.69641
1.10772
1.51270
1.68312
1.36365
1.34508
Derajat Kepekaan
(Forward
Lingkages)
2.38898
1.57392
1.58404
6.99905
1.01273
1.16558
1.00872
2.11942
1.64041
1.01658
1.07528
1.29812
1.81109
1.49048
1.34830
1.40516
1.58181
1.28620
1.02245
1.67241
1.16342
1.45958
2.10102
Dalam penghitungan indeks daya penyebaran dan indeks derajat
kepekaan tabel input-output Kabupaten Gresik, setidaknya terdapat 14
sektor yang masuk dalam kategori memiliki nilai indeks daya penyebaran
dan derajat kepekaan yang tinggi. Sektor-sektor ini masuk dalam kategori
unggulan di Kabupaten Gresik. Sektor-sektor ini diyakini, berdasarkan
pendekatan
analisa
input-output,
memiliki
kemampuan
untuk
menggerakkan sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang atau
penyuplai input sektor tersebut yang tinggi di atas rata-rata total
perekonomian, serta output sektor tersebut banyak dimanfaatkan oleh
sektor lainnya di Kabupaten Gresik sebagai input antara. Sektor-sektor
unggulan tersebut antara lain:
Tabel 3. Hasil Analisis Sektor Unggulan
14
Kode
Uraian Sektor
1
9
38
38
42
49
56
64
70
71
75
76
79
83
Padi
Mangga
Permadani, Tali Dan Tekstil Lainnya
Permadani, Tali Dan Tekstil Lainnya
Kertas Dan Karton
Barang-Barang Hasil Kilang Minyak
Industri Barang Dari Logam
Air Bersih
Angkutan jalan raya
Angkutan Laut
Bank
Lembaga Keuangan Lainnya
Jasa Pemerintahan
Jasa Perorangan & RT
Daya
Penyebaran
1.196474
1.116227
1.063960
1.063960
1.058105
1.117558
1.140096
1.224020
1.233493
1.341264
1.368345
1.164297
1.155177
1.001752
Derajat
Kepekaan
2.604486
1.112007
1.015261
1.015261
1.424241
1.698927
1.891377
1.080227
1.454620
1.125862
1.243002
1.022958
1.085640
1.441991
E. Sektor-sektor Potensial
Kabupaten Gresik memiliki delapan sektor potensial dengan
karakteristik memiliki kemampuan pemanfaatan output oleh sektor
lainnya/keterkaitan ke depan yang di atas rata-rata total seluruh
perekonomian namun memiliki kemampuan untuk menyerap sektor yang
menyumbang input/keterkaitan ke belakang masih dibawah rata-rata total
seluruh perekonomian.
Sektor tersebut masih potensial untuk
dikembangkan karena masih memiliki keunggulan dari salah satu
keterkaitan. Sektor-sektor potensial tersebut antara lain:
Tabel 4. Hasil Analisis Sektor Potensial
Kode
Uraian Sektor
44
45
48
52
Kimia Dasar Kecuali Pupuk
Pupuk Dan Pestisida
Barang-Barang Kimia Lainnya
Bahan Bangunan, Keramik Dan BarangBarang Dari Tanah Liat
Barang-Barang Elektronika, Komunikasi
Dan Perlengkapannya
Listrik Dan Gas
Bangunan
Jasa Perdagangan
58
63
65
66
Daya
Penyebaran
0.784811
0.722280
0.975793
0.690376
Derajat
Kepekaan
1.192834
4.098703
1.138758
1.099601
0.739410
1.066435
0.903246
0.965226
0.804838
1.639627
1.087176
4.803657
Selain sektor potensial yang memiliki ciri keterkaitan ke depan yang
besar namun keterkaitan ke belakang yang rendah, kategori potensial
15
lainnya yang dimiliki oleh kabupaten Gresik adalah sektor potensial yang
memiliki karakteristik tinggi keterkaitan ke belakang namun keterkaitan ke
depan yang rendah. Sektor-sektor tersebut masih dapat masuk dalam
kategori potensial karena setidaknya memiliki kemampuan untuk
menggerakan sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang. Sektor-sektor
potensial tersebut antara lain:
Tabel 6. Hasil Analisis Sektor Potensial
Kode
Uraian Sektor
2
3
4
5
6
7
8
10
23
24
25
27
28
31
32
34
39
40
41
50
51
53
55
57
60
67
68
69
72
78
82
Jagung
Ketela Pohon
Umbi-Umbian Lain
Kacang Tanah
Kedele
Kacang-Kangan Lainnya
Sayur-Sayuran
Tanaman Bahan Pangan lainnya
Ayam
Telur
Unggas Lainnya
Perikanan Laut
Ikan Darat Dan Hasil Perairan Darat
Pengol. & Pengawetan Ikan & Biota
Beras
Industri makanan lainnya
Kulit, Dan Barang Dari Kulit
Alas Kaki
Bambu Kayu Dan Rotan
Karet Remah Dan Barang Dari Karet
Barang-Barang Plastik
Kaca Dan Barang-Barang Dari Kaca
Logam Dasar Besi Dan Baja
Industri Mesin Dan Perlengkapannya
Kapal Dan Perbaikannya
Jasa Perhotelan
Jasa Restoran
Angkutan Kereta Api
Angkutan Penyeberangan
Jasa Perusahaan
Jasa Hiburan, Rekreasi Dan
Kebudayaan
Daya
Penyebaran
1.053709
1.058994
1.067361
1.067773
1.053158
1.047097
1.062707
1.081485
1.057126
1.039467
1.039036
1.149015
1.128649
1.035549
1.396346
1.158758
1.020361
1.123260
1.009809
1.048766
1.098946
1.112246
1.130606
1.028593
1.049799
1.040462
1.088539
1.137647
1.286796
1.038213
1.147822
Derajat
Kepekaan
0.746215
0.715128
0.688039
0.726536
0.714938
0.71856
0.750789
0.793478
0.858857
0.69704
0.687911
0.777944
0.815469
0.983127
0.688282
0.933426
0.714145
0.724585
0.926491
0.799067
0.906508
0.824491
0.931831
0.859652
0.766653
0.695066
0.799972
0.692313
0.697711
0.964405
0.798493
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
16
Berdasarakan hasil analisis dan mengamati secara langsung
dinamika kondisi makro ekonmi daerah Kabupaten Gresik, maka
ditemukan beberapa temuan yang dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, berdasarakan hasil analisis terhadap indikator kinerja ekonomi
makro dari aspek kesejahteraan masyarakat ditemukan ada beberapa
indikator yang menunkkukkan nilai positif dan sebagian kecil masih perlu
diperbaiki. Indikator yang menunjukkan nilai positif diantaranya: (a) laju
inflasi dalam lima tahun terakhir menunjukkan trend menurun; (b) PDRB
per Kapita menunjukkan trend meningkat; (c) Indeks Gini dan indeks
pemerataan,
dan indeks ketimpanganregional menunjukkan nilai
penurunan, dengan demikian tingkat pemerataan semakin membaik; (d)
persentase penduduk diatas garis kemiskinan, menunjukkan trend
meningkat. Sedangkan indikator yang masih perlu ditingkatkan kinerjanya
dan memerlukan kebijakan khusus antara lain indikator: (a) pertumbuhan
PDRB dalam lima tahun terakhir masih belum stabil; (b) angka kriminalitas
juga masih menunjukkan trend yang fluktuastif, bahakan tahun 2012
meningkat hampir 60% dibandingkan tahun 2011. Sedangkan
berdasarakan hasil analisis dari indikator pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan, serta seni budaya dan olahraga secara umum
menunjukkan hasil posistif.
Berdasarakan hasil analisis terhadap indikator kinerja ekonomi
makro dari aspek pelayanan umum dari seluruh inidkator secara umum
sudah menunjukkan hasil yang positif, namun ditemukan beberapa
inidkator yang perlu mendapatkan perhatian khusus yaitu: (a) pelayanan
pendidikan dari aspek fasilitas fisik secara kuantitas sudah menunjukkan
capaian yang postif, namun dari aspek rasio kecukupan guru baik di
tingkat sekolah dasar dan menengah masih relatif kurang; (b) pelayanan
tempat pelayanan kesehatan baik posyandu dan puskesmas sudah relatif
memadai, namun jumlah tenaga medis masih perlu ditambah, mengingat
rasionanya masih relatif tinggi (satu tenaga medis melayani 80-100
orang); (c) perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan
pemerintah daerah masih sering terjadi.
Sedangkan dari aspek daya saing daerah ditemukan ada beberapa
indikator yang menunkkukkan nilai positif dan sebagian kecil masih perlu
ditingkatkan. Indikator yang menunjukkan nilai positif diantaranya: (a) total
pengeluaran rumah tangga menunjukkan trend meningkat, meskipun
nominalnya masih relatif kecil (Rp. 318.621); (b) konsumsi non panagan
sudah menacapai 50%, kondisi ini mendorong permintaan konsumsi
produk-produk non pangan; (c) indikator lingkungan hidup seperti
penggunaan air bersih menunjukkan perkembangan positif; (d)
komunikasi dan informatika semakin membaik; (e) pelayanan energi
semakin menjangaku pelaoksok darah; (f) proses perijinan sudah relatif
cepat dan murah. Sedangkan inidkator yang perlu mendapat perhatian
dan peningkatan antara lain: (a) Rasio panjang jalan per jumlah
kendaraan terus menurun, artinya jumlah kendaraan tidak berimbang
dengan panjang jalan yang ada; (b) jumlah demo meningkatdalam lima
tahun terakhir, jika tidak diantisipasi bisa mengganggu iklim investasi.
17
Kedua, berdasarkan analisis keterkaitan sektoral baik keterkaitan
ke belakang (backward linkages) maupun keterkaitan ke depan (forward
linkages), ditemukan beberapa temuan yang dapat disimpulkan sebagai
berikut: (a) Sektor yang mempunyai nilai backward linkages dan forward
linkages tinggi (Indeks Daya penyebaran > 1, Indeks Derajat Kepekaan >
1) antara lain: padi, mangga, permadani, kertas, barang-barang hasil
kilang minyak, industri barang dari logam, air bersih, angkutan jalan raya,
angkutan laut, bank, lembaga keungan lainnya, jasa pemerintah, dan jasa
perorangan dan rumah tangga; Sektor ini di yakni berdasarkan
pendekatan analisa input-output memiliki kemampuan untuk menggerakan
sektor yang memiliki keterkaitan kebelakang atau penyuplai input sektor
tersebut yang tinggi diatas rata-rata total perekonomian serta output
sektor tersebut banyak dimanfaatkan oleh sektor lainnya di Kabupaten
Gresik sebagai input antara; (b) Sektor yang mempunyai nilai backward
linkages rendah dan forward linkages tinggi (Indeks Daya penyebaran < 1,
Indeks Derajat Kepekaan > 1) antara lain: kimia dasar, pupuk dan
pestisida, barang kimia lainnya, bahan bangunan, barang elektronik, listrik
dan gas, bangunan, dan jasa perdagangan; Sektor tersebut memiliki
keterkaitan kebelakang yang rendah diakibatkan oleh faktor input yang
digunakan untuk memproduksi sektor tersbut pada umumnya diperoleh
dari impor luar daerah gresik baik impor antar daerah maupun impor dari
luar negeri; (c) Sektor yang mempunyai nilai backward linkages tinggi dan
forward linkages rendah (Indeks Daya penyebaran > 1, Indeks Derajat
Kepekaan < 1) antara lain: jagung, katela pohon, umbi-umbian, kacang
tanah, kedele, kacang-kacangan lain, sayur-sayuran, tanaman bahan
pangan, ayam, telur, unggas, perikanan laut, ikan darat, pengolahan dan
pengawetan ikan dan biota, beras, indsutri makanan dan minuman, kulit,
alas kaki, bambu, karet, barang plastik, kaca, logam dasar, industri
mmesin, kapal, jasa hotel, jasa restoran, angkutan kereta api, angkutan
penyeberangan, jasa perusahan, dan jasa hiburan.
Ketiga, berdasarakan analisis sektor yang berpotensi besar untuk
dikembangkan karena efek multipliernya (linkage-nya), ditemukan
beberapa temuan sebagai berikut: (a) sektor yang paling berdampak
pada pendapatan rumah tangga terdapat 52 sektor diantaranya: padi,
jagung, ketela, dan seterusnya (lihat table 6.6); (b) sektor yang paling
berdampat terhadap nilai tambah broto kabupaten Gresik terdapat 68
sektor.
5.2. Saran
Berdasarakan hasil temuan-temuan diatas, maka saran yang bisa
disampaikan dalam kajian ini antara lain:
1. Dalam upaya menyusun produk rencana yang akurat dan
komprehensif tentunya dibutuhkan ketersediaan data yang
lengkap. Dalam kajian ini tidak semua indikator bisa dianalisis
karena keterbatasan data, untuk itu kedepan kelengkapan data
perlu mendapat perhatian.
2. Meskipun pertumbuhan ekonomi kabupaten Gresik dalam lima
tahun terakhir sudah menunjukkkan tingkat pertumbuhan yang
18
3.
4.
5.
6.
7.
8.
tinggi, namun masih cenderung fluktuatif. Lima tahun kedepan
sebaiknya fokus pemerintah lebih mengarah pada stabilitas dan
pemerataan pertumbuhan, melalui perbaikan iklim dan pemerataan
invastasi ke daerah tertinggal.
Penyediaan pelayanan umum masih perlu ditingkatkan khususnya
pada aspek peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan
pelayanan kesehatan terutama kulitas pendidik dan ketersediaan
tenaga medis.
Pelayanan fasilitas umum terutama jalan dan jembatan perlu
tingkatkan dalam upaya mendorong lalulintas barang-barang
industri dan perdagangan anatar daerah.
Penanganan ketertiban umum perlu ditingkatkan, melalui
pendekatan yang lebih persuasif, terutama yang berkaitan dengan
demo dan senketa pengusaha dan buruh. Kondisi ini bisa
mengancam iklim investasi yang kondusif di Kabupaten Gresik.
Dalam pengembangan ekonomi sektoral, Sebaiknya pemerintah
tidak hanya fokus pada sektor industri saja, mengingat potensi
sektor pertanian khususnya tanaman pangan dan perikanan
sangat potensial untuk menggerakkan ekonomi di Kabupaten
Gresik.
Pemerintah sebaiknya juga mengembangkan agroindustri dan
makanan minuman untuk mengintegrasikan antara sektor
pertanian dan industri di kabupaten Gresik.
Sektor jasa menjadi sektor alternatif untuk dikembangkan kedepan,
mengingat sektor ini menjadi kunci pengembangan sektor
perinudtrian dan perdagangan yang tumbuh pesar dalam lima
tahun terakhir.
DAFTAR PUSTAKA
19
Abdullah, P., Alisjahbana, A., Effendi, N., Boediono. 2002. Daya Saing
Daerah: Konsep dan Pengukurannya di Indonesia, BPFE
Yogyakarta.
Adisasmita, Raharjo, 2005, Dasar-dasar Ekonomi Wilayah, Graha Ilmu,
Yogyakarta
Akita, T.1999.The Role of the Kanto Region in the Growth of Japanese
Regional Economies 1965-1985: An Extended Growth Factor
Decomposition
Analysis. In Understanding and Interpreting
Economic Structure, edited by G.J.D. Hewing, M.Sonis, M.
Madden dan Y.Kitamura, 155-166, Gerlin/Heidelberg. SpringerVerlag.
Amirudin, Ardani. 1992. Analysis of Regional Growth and Disparity The
Impac Analysis of the INPRES Project on Indonesia Development,
a Doctor
desertasion, USA: University of Pennsylvania
Philadelphia
Anderson, J, (1978). Public Policy-Making, Second edition, Holt,
Rinehart and Winston: 1979 dalam Islamy, Irfan, Prinsip-Prinsip
Perumusan
Kebijakan Negara, Cetakan 12, Bumi Aksara,
Jakarta:2003.
Arief, M Idris. 2007. PengembanganEkonomi Rakyat. www.ekofeum.or.id.
Arsyad Lincolin. 1997. Ekonomi Pembangunan (Edisi Ketiga), Yogyakarta:
STIE-YKPN.
Arsyad Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan
Ekonomi Daerah, BPFE, Yogyakarta
Badrudin Rudy. 1999. Pembangunan Wilayah Propinsi Istimewa
Yogyakarta Pendekatan Teoritis. Jurnal Ekonomi Pembangunan,
Vol. 4 No. 2
Bastian, Indra. 2001.
Akuntansi Sektor Publik . Penerbit BPFE,
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Biro Neraca Produksi dan Biro Neraca Konsumsi dan Akumulasi, 1995,
Tabel Input – Output, Kerangka Teori dan Analisa, Biro Pusat
Statistik, Vieky Citra Buana, Jakarta
Boediono, 1985. Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE
Blakely, Edward. J. 1994. Planing Local Economic Development Theory
and Practice, Second Edition,USA, Sage Publication.
Blau, M Peter dan M. W. Meyer.1987. BirokrasiMasyarakat Modern,
EdisiKedua, CetakanPertama, AlihBahasa Gary RachmanJusuf, UIPress, Jakarta.
Brojonegoro, Bambang P.S. 1999. The Impact of Currnt Economic Crisis
to Regional Development Pattern in Indonesia, Paper, LPEM-FEUI,
Jakarta.
20
BPS, 2000 Teknik Penyusunan Tabel Input –Output, Jakarta
BPS. (1998). 1996 Economic Census Complete Count Result: Indonesia,
Jakarta: Biro Pusat Statistik.
D.A. Garvin, 1994, KualitasProduk :AlatStrategi Yang Penting, Free Press
Dick, H., Fox, J. J., & Mackie, J. (Eds.). 1993. Balanced Development:
East Java in the New Order, Singapore: Oxford University Press
Gujarati, Damodar. 1995. Basic Ekonometrics (3rd edition ed), New York,
Mc-Graw Hill, Inc
Glasson, J. 1974. An Introduction to Regional Planning, Hutchinson
Education, London
Haerudin, Andi. 2001. Identifikasi Kecamatan Sebagai Pusat Pertumbuhan
Wilayah di Kabupaten Soppeng 1994/1995-1999/2000, Tesis S-2
Program Pascasarjana UGM, Tidak dipublikasikan.
Harris, Richard, 1995, Cointegration Analysis in Econometric Modelling,
Prentice Hall, New York.
Hill, H. 1996. The Indonesian Economy Since 1966: Southeast Asia's
Emerging Giants, Cambridge: Cambridge University Press.
Isard, W. 1956. Location and Space Economy, Cambridge: MIT Press.
Juoro, U. 1989. Perkembangan Studi Ekonomi Aglomerasi dan Implikasi
Bagi Perkembangan Perkotaan di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan
Keuangan Indonesia, Vol. 37 No. 2
Kadariah. 1985. Ekonomi Perencanaan, Lembaga Penerbit FE-UI
Kuncoro M. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi (Bagaimana
Meneliti dan Menulis Tesis), Erlangga, Jakarta.
Kuncoro M. 2001. Analisis Spasial dan Regional (Studi Aglomerasi dan
Kluster Industri Indonesia, UPP AMPYKPN, Yogyakarta
Kuncoro, M., Adji, A., & Pradiptyo. R. (1997).Ekonomi Industri: Teori,
Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia, Yogyakarta: Widya
Sarana Informatika.
Kuncoro, M. (2003). Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan
Kebijakan. (1st ed.), Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Kuncoro, M dan Aswandi, H. 2002. Evaluasi Penetapan kawasan andalan:
studi empiris
di Kalimantan Selatan 1993 – 1999, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia , Vol. 17, No. 1. 27 – 45. UGM,
Jogjakarta
Kunarjo, 2000. Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan, Jakarta, UI
Press
Kuznets, S. 1955. Economic Growth and Income Inequality. American
Economic Review 49: 1-28.
21
Nazara, Suahasil, 1994, Pertumbuhan Ekonomi Regional Indonesia,
Suatu Aplikasi Fungsi Produksi Agregat Indonesia, 1985 – 1991,
Prisma, No 04 April
Nazara, Suahasil, 2005, Analisa Input – Ouput, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Maijidi, Nasyith. 1997. Anggaran Pembangunan dan Ketimpangan
Ekonomi antar Daerah,Prisma, No. 3
Mishkin, Frederic S., 1996, “What Monetary Policy Can and Cannot Do,”
Conference on Monetary Policy in Transition in East and West:
Strategies, Instruments and Transmission Mechanism, November 1719, Vienna.
Mishkin, Frederic S., 2001, The Economics of Money, Banking, and
Financial Market, sixth edition, Addison Wesley Longman.
Mulyana Soekarni PPSK- BI / FE UNPAD, Profil dan Pemetaan Daya
Saing Ekonomi
Daearah Kabupaten/Kota, PT.Raja Grafindo
Persada Jakarta
Munir, Badrul, 2002, Perencanaan Pembangunan Daerah dalam
Perspektif Otonomi Daerah, cetakan ke-2 2002, Bappeda Propinsi
NTB, Mataram.
Perroux. 1950. Ekonomic Development Culture Change, Growth and
Development, Hafner Publishing Company, New York
Sadono,Sukirno,
PembangunanDaerah,
Jakarta
1976,BeberapaAspekDalamPersoalan
FakultasEkonomiUniversitas Indonesia,
Setyarini, Djati. 1999. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesenjangan
Pembangunan Ekonomi antar Daerah di Propinsi Jawa Tengah,
Tesis S-2 Program Pascasarjana, UGM, Tidak dipublikasikan.
SetiawanBudi. 2009,Analisis Peran Sektor Ekonomi Yang Berpengaruh
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja(Studi Pada Kabupaten/Kota Di
Wilayah Jawa Timur). Tesis.FAkultasEkonomiUniversitasBrawijaya
Simanjuntak, Payaman J. 1998. PengantarEkonomiSumberDayaManusia.
Jakarta: FE UI.
Sjafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional
Wilayah Indonesia Bagian Barat, Prisma, LP3ES, No.3
Soepono, Prasetyo. 1998. Peranan Daerah Perkotaan Bagi
Pembangunan Regional: Penerapan Model Van Thunen yang
dimodifikasi di Indonesia,Junal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.
13 No.2
Soepono, Prasetyo. 2000. Model Gravitasi sebagai Alat Pengukur Hinter
Land dari Central Place suatu Tinjauan Teoritik, Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Vol. 15 No. 4
22
Soepono, Prasetyo. 1999. Teori Lokasi: Representasi Landasan Mikro
Bagi Teori Pembangunan Daerah, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.
14 No.4
Sumarsono, Sony. 2003. EkonomiManajemenSumberDayaManusia dan
Ketenagakerjaan. Yogyakarta :GrahaIlmu.
Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan, LP3ES UI, Jakarta
Sukirno, Sadono, 1995. MakroEkonomi. Edisi 1, CetakanKetiga, PT. Raja
GrafindoPersada, Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2005.
GrafindoPersada.
MakroEkonomi
Modern.
Jakarta
:
Raja
Sutarno. 2002. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan PDRB Per
Kapita Antar Kecamatan Di Kabupaten Banyumas, (1993-2000),
Tesis S-2 Program Pascasarjana UGM, Tidak dipublikasikan
Suzetta, P. 2007 . Perencanaan Pembangunan Indonesia . Menteri
Negara
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Kepala
BAPPENAS . www.bappenas.go.id. (pdf) Di akses, 3 November
2007
Todaro, Michael, P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi
Ketujuh (diterjemahkan oleh Haris Munandar), Erlangga, Jakarta
Warpani, Suwarjoko. 1983. Analisis Kota dan Daerah, Edisi ketiga, ITB
Bandung
Wei, Y., Dennis and Fan, C., Cindy. 2000. Regional Inequality in China:
Acase Study of Jiangsu Province, Asian Economic Journal, Vol 52
Williamson, J.G. 1965. Regional Inequality and The Process of National
Development, a description of Pattern, Economic Development and
Cultural Change, Vol. XXXVII No. 27, 11-13.
Ying, Long, G. 2000. China’s Changing Regional Disparities during the
Reform Period, Economic Geography, Vol. XXIV No. 7
Yeremias T. Keban. 1995. ”Forecasting Dalam Analisis Kebijakan.”
Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah
Mada
23
DOKUMEN PERENCANAAN YANG AKURAT DAN KOMPREHENSIF
(Studi Pada Daerah Kabupaten Gresik)
Oleh:
Sutikno*
I. LATAR BELAKANG
Dalam upaya mendorong terciptanya percepatan dan peningkatan
kualitas pertumbuhan ekonomi, maka analisis perencanaan yang
digunakan harus tidak bersifat parsial yang hanya melihat pengaruh
kebijakan sektor tertentu terhadap perkembangan sektor tersebut pula,
tetapi haruslah terintegrasi antar sektor dan wilayah. Ini berarti bahwa
eksekutif dan legislatif harus memperhitungkan bagaimana kebijakan yang
diterapkan pada suatu sektor akan berpengaruh pada sektor lainnya, serta
terhadap sejumlah indikator makro ekonomi daerah seperti pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
Selain itu, analisis hubungan antar sektor tesebut juga diperlukan
dalam menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah, seperti
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Namun, pada tingkat
implementasinya, banyak daerah di seluruh Indonesia (tidak hanya di
Kabupaten Gresik) yang mengalami kesulitan terutama dalam hal
menganalisis maupun melakukan prediksi terhadap sejumlah indikator
makro ekonomi daerah yang dijadikan indikator kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Permasalahan utama yang dihadapi antara lain
adalah banyak daerah yang melakukan analisis maupun prediksi dengan
metode yang sangat sederhana, seperti regresi linier, atau bahkan ada
yang lebih sederhana lagi, yaitu hanya menggunakan asumsi berdasarkan
hasil pengamatan obyek tertentu. Memang metode-metode tersebut
diijinkan untuk digunakan seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010. Namun, kenyataan yang harus
disadari adalah bahwa fenomena ekonomi itu tidak bergerak secara linier.
Fenomena ekonomi selalu berfluktuasi, bisa bergerak naik, atau turun,
akibat berbagai faktor yang mempengaruhinya yang juga bergerak secara
unlinier. Fenomena ekonomi bergerak membentuk suatu siklus yang
banyak dikenal sebagai business cycles. Karena itu, tidak tepat jika
kemudian metode analisis ataupun metode prediksi yang dipergunakan
adalah metode linier. Jika dipaksakan mempergunakan metode linier,
maka bisa dipastikan hasil analisis maupun prediksinya akan jauh dari
kondisi realitasnya.
II. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis kondisi
ekonomi makro daerah untuk menyusun dokumen perencanaan
1
pembangunan daerah. Secara lebih khusus, penelitian ini memiliki tujuan
sebagai berikut:
menganalisis dan memprediksi indikator-indikator ekonomi makro
daerah yang dibutuhkan untuk menyusun dokumen perencanaan;
menganalisis keterkaitan sektoral baik keterkaitan ke belakang
(backward linkages) maupun keterkaitan ke depan (forward linkages),
serta keterkaitan sektoral regional;
mengidentifikasi sektor yang berpotensi besar untuk dikembangkan
karena efek multipliernya (linkage-nya).
III. METODE ANALISIS
Untuk menjawab tujuan kegiatan ini serta untuk menghasilkan
output yang ditargetkan pada kegiatan ini, membutuhkan sejumlah
metode analis maupun pendekatan teknis tertentu.
3.1. Analisis Input Output (I-O)
Model input-output (untuk selanjutnya disebut model I-O)
merupakan sebuah model yang menggunakan kerangka dasar dari Tabel
I-O. Model ini dapat digunakan untuk analisis deskriptif yang
menggambarkan struktur perekonomian suatu wilayah, dan keadaan
transaksi aliran antar sektor maupun intra sektor. Selain itu juga dapat
digunakan untuk melakukan perencanaan (planning) dan prediksi
(forcasting). Hirschman mengungkapkan segi keterkaitan (linkages) di
antara berbagai ragam kegiatan ekonomi. Hal itu menyangkut keterkaitan
antar sektor maupun keterkaitan intra sektor.
Keterkaitan dengan
kegiatan industri di tahap menyusul (industri hilir) bersifat forward linkages.
Sebaliknya, keterkaitan dengan kegiatan industri di tahap yang
mendahuluinya (industri hulu) adalah bersifat backward linkage
(Djojohadikusumo, 1994)
Setelah disiapkan matrik I-O daerah pada dua kurun waktu
berbeda, tahap berikutnya adalah melakukan analisis I-O yang terdiri atas
tiga bagian meliputi: (1) analisis keterkaitan, (2) analisis sektor-sektor
kunci, dan (3) analisis efek multiplier.
3.2. Artificial Neural Network
Artificial neural network (ANN) atau jaringan syaraf tiruan,
merupakan suatu model pengelolaan informasi dengan karakteristik dan
ide dasar yang berasal dari struktur dan cara kerja otak serta sel syaraf
manusia (neuron) karena manusia dianggap sebagai sistem yang paling
sempurna. ANN dilahirkan sebagai salah satu upaya generalisasi model
matematik dengan diilhami dari model jaringan syaraf biologis. Berbagai
usaha memodelkan otak manusia telah dilakukan dan memunculkan tiga
golongan model (Affandi, 1994). Adapun golongan tersebut adalah
sebagai berikut:
° golongan pertama meniru pola manusia dalam mengambil keputusan.
Seperangkat pengetahuan diinputkan dalam otak mesin atau komputer,
sehingga komputer dapat mengambil keputusan terhadap suatu data
sesuai dengan pengetahuan yang telah diinputkan. Golongan ini
disebut sebagai sistem pakar (expert system);
2
° golongan kedua meniru cara kerja manusia yang tidak . pernah
dilakukan dalam variabel tegas (crisp). Semua variabel yang diolah
dalam otak manusia bersifat samar (fuzzy). Dengan menggabungkan
variabel samar dengan sistem pakar meka lahirlah fuzzy logic;
° golongan ketiga lahir dari usaha memodelkan sel syaraf. Oleh karena
itu, disebut sebagai jaringan syaraf tiruan atau artificial neural network
(ANN).
IV. HASIL PENELITIAN
4.1. Hasil Analisis dan Prediksi Indikator Ekonomi Makro Daerah
Prediksi indikator-indikator ekonomi makro maupun indikatorindikator bidang urusan lainnya dilakukan dengan menerapkan metode
artificial neural network (ANN) atau jaringan syaraf tiruan. Namun, tidak
semua indikator dapat diprediksi, ketidaktersediaan data menjadi
penyebabnya. Hasil prediksi indikator-indikator tersebut disajikan pada
tabel di halaman-halaman berikut.
3
Tabel 1. Hasil Analisis dan Prediksi Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Gresik
No
.
A
A.I
INDIKATOR
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
6.8851
7.3628
7.3725
6.4333
7.1273
7.8450
8.2647
6.8850
6.9600
3.7900
4.1900
6.5800
4.2500
2.3700
2.5959
2.7595
1,237,67
5
1,270,351
1,307,995
1,393,651
1,487,760
1,599,681
1,758,460
1,871,552
ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Indikator Kesejahteraan dan Pemerataan
Eko.
1
Pertumbuhan PDRB
2
Laju inflasi
3
PDRB per kapita
4
Indeks Gini
0.5700
0.5300
0.4909
0.4462
0.4156
5
Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia
0.1500
0.1601
0.1735
0.1887
0.2024
6
Indeks ketimpangan Williamson (Indeks
Ketimpangan Regional)
0.7400
0.6853
0.6352
0.5705
0.5293
7
Persentase penduduk diatas garis kemiskinan
0.8544
0.8634
0.8724
0.8822
0.8930
0.9007
8
Angka kriminalitas yang tertangani
A.I
I
436
201
332
311
288
267
243
226
8 Tahun
8 Tahun
8 Tahun
8 Tahun
8 Tahun
8 Tahun
8 Tahun
8 Tahun
Indikator Pendidikan
1
Angka rata-rata lama sekolah
2
Angka partisipasi kasar
0.8724
0.9123
0.9182
0.9236
0.9294
0.9346
0.9402
0.9443
3
Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A
0.9880
0.9877
0.9886
0.9894
0.9901
0.9909
0.9918
0.9923
4
Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B
0.9395
0.9473
0.9512
0.9541
0.9574
0.9608
0.9643
0.9668
5
Angka Partisipasi Murni (APM))
SMA/SMK/MA/Paket C
0.6221
0.7247
0.7450
0.7614
0.7785
0.7956
0.8154
0.8283
71 Tahun
71 Tahun
71 Tahun
71 Tahun
71 Tahun
71 Tahun
71 Tahun
71 Tahun
0.0107
0.0135
0.0132
0.0755
0.0706
0.0647
0.0592
0.0552
0.9230
0.9531
0.9348
0.9387
0.9432
0.9477
0.9523
0.9555
A.I
II
Indikator Kesehatan
1
Angka usia harapan hidup
2
Persentase balita gizi buruk
A.I
V
Indikator Ketenagakerjaan
1
Rasio penduduk yang bekerja
4
No
.
A.
V
INDIKATOR
1
Jumlah grup kesenian
Indikator Pemuda dan Olahraga
Jumlah klub olahraga
2
JJumlah gedung olahraga
B
ASPEK PELAYANAN UMUM
I
Indikator Layanan Urusan Wajib
I.1
Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia
sekolah
2
Rasio guru/murid
I.2
Pendidikan menengah:
1
Rasio guru terhadap murid
2
Penduduk yang berusia >15 Tahun melek huruf
(tidak buta aksara)
1
2
I.4
2012
2013
2014
2015
2016
2017
174
234
250
265
284
306
333
355
513
510
541
578
620
671
731
783
383
383
338
359
385
413
454
484
535
540
544
547
551
555
559
562
915.0482
918.8322
930.7055
935.0871
939.6961
944.7224
949.8982
953.0473
915.0482
918.8322
930.7055
935.3941
940.1954
944.7165
950.1145
953.6737
0.9447
0.9509
0.9546
0.9576
0.9605
0.9639
0.9670
0.9692
0.8917
0.8866
0.8884
0.8953
0.9035
0.9103
0.9189
0.9247
0.9315
0.9338
0.9351
0.9394
0.9438
0.9478
0.9531
0.9565
Pendidikan dasar:
1
I.3
2011
Indikator Kebudayaan
A.
VI
1
2010
Fasilitas Pendidikan:
Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan
baik
Sekolah pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA
kondisi bangunan baik
Kesehatan
1
Rasio posyandu per satuan balita
0.0765
0.0758
0.0738
0.0754
0.0771
0.0790
0.0810
0.0823
2
Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan
penduduk
0.0881
0.0858
0.0833
0.0844
0.0855
0.0867
0.0879
0.0888
3
Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk
0.0048
0.0047
0.0069
0.0071
0.0073
0.0075
0.0078
0.0079
4
Rasio dokter per satuan penduduk
0.1050
0.1197
0.1261
0.1309
0.1360
0.1409
0.1459
0.1498
5
Rasio tenaga medis per satuan penduduk
0.7054
0.2991
0.7485
0.7654
0.7831
0.7994
0.8193
0.8315
5
No
.
INDIKATOR
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
6
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
0.8622
0.8435
0.9181
0.9230
0.9287
0.9340
0.9406
0.9444
7
Cakupan puskesmas
1.7778
1.7778
1.7778
1.7778
1.7778
1.7778
1.7778
1.7778
8
Cakupan puskesmas pembantu
0.2333
0.2333
0.2333
0.2333
0.2333
0.2333
0.2333
0.2333
0.2794
0.2842
0.3417
0.3516
0.3631
0.3747
0.3869
0.3943
0.0000
3.1684
2.9236
2.9992
3.0756
3.1542
3.2357
3.2870
I.5
PekerjaanUmum
1
Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi
baik
2
Rasio Jaringan Irigasi
3
Rasio tempat ibadah per satuan penduduk
4
Persentase rumah tinggal bersanitasi
5
Panjang jalan dilalui Roda 4
6
7
I-6
Jalan Penghubung dari ibukota kecamatan ke
kawasan pemukiman penduduk (mimal dilalui
roda 4)
Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik ( >
40 KM/Jam )
93.5000
95.4600
95.7939
96.0651
96.3719
96.6467
96.9880
97.1855
626.2600
626.0000
626.0100
627.4579
629.2034
630.7297
632.4938
633.7997
0.2533
0.2656
0.3359
0.3469
0.3571
0.3673
0.3803
0.3887
Perumahan
1
Rumah tangga pengguna air bersih
93.5000
95.4600
95.8036
96.0650
96.3445
96.6478
96.9359
97.1297
2
Rumah tangga pengguna listrik
98.8900
99.8800
99.8886
99.8956
99.9024
99.9093
99.9185
99.9237
3
Rumah tangga ber-Sanitasi
82.3900
85.1200
86.1111
87.0799
87.9473
88.8635
89.8345
90.5515
0.1580
0.1589
0.1629
0.1637
0.1645
0.1653
0.1663
0.1670
I.7
1
I.8
Penataan Ruang
Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan
Perencanaan Pembangunan
1
Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yg
telah ditetapkan dgn PERDA
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
2
Tersedianya Dokumen Perencanaan: RPJMD yg
telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
3
Tersedianya Dokumen Perencanaan: RKPD yg
telah ditetapkan dgn PERKADA
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
6
No
.
4
I.9
INDIKATOR
Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD
Jumlah arus penumpang angkutan umum
2
Rasio ijin trayek
1
I,1
1
Penyelesaian izin lokasi
2013
2014
2015
2016
2017
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.6875
0.7600
0.9474
0.9509
0.9546
0.9582
0.9619
0.9645
0.9843
0.9732
0.9750
0.9768
0.9787
0.9806
0.9819
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Belum
Belum
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
0.0247
0.0335
0.0340
0.0345
0.0351
0.0357
0.0363
0.0368
Kependudukan dan Catatan Sipil
Kepemilikan KTP
2
Ketersediaan database kependudukan skala
provinsi
3
Penerapan KTP Nasional berbasis NIK
1
2012
Pertanahan
1
I.1
2
2011
Perhubungan
1
I.1
0
2010
Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak
Persentase partisipasi perempuan di lembaga
pemerintah
2
Partisipasi perempuan di lembaga swasta
0.1955
0.2697
0.3129
0.3209
0.3285
0.3366
0.3456
0.3518
3
Rasio KDRT
0.0108
0.0180
0.0177
0.0172
0.0166
0.0158
0.0149
0.0141
4
Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur
5
Partisipasi angkatan kerja perempuan
0.9115
0.9179
0.9244
0.9295
0.9341
0.9391
0.9451
0.9488
I.1
3
Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera
0.3186
0.3195
0.3108
0.3088
0.3065
0.3036
0.3002
0.2973
1
I.1
4
Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I
Ketenagakerjaan
1
Angka partisipasi angkatan kerja
0.5932
0.5825
0.5874
0.5918
0.5958
0.6002
0.6046
0.6076
2
Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun
0.1759
0.1376
0.1172
0.1134
0.1089
0.1035
0.0972
0.0915
3
Tingkat partisipasi angkatan kerja
0.6878
0.6503
0.6058
0.6152
0.6249
0.6363
0.6478
0.6554
4
Pencari kerja yang ditempatkan
0.2974
0.5805
0.8897
0.8969
0.9048
0.9127
0.9213
0.9270
7
No
.
INDIKATOR
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
5
Tingkat pengangguran terbuka
0.0770
0.0469
0.0652
0.0632
0.0608
0.0579
0.0543
0.0513
6
Keselamatan dan perlindungan
0.6135
0.7392
0.7188
0.7380
0.7559
0.7749
0.7977
0.8122
7
Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap
kebijakan pemerintah daerah
0.8837
0.7761
0.7833
0.7986
0.8123
0.8274
0.8437
0.8537
0.8042
0.8248
0.8298
0.8418
0.8539
0.8657
0.8780
0.8856
0.0043
0.0103
0.0173
0.0232
0.0302
0.0354
I.1
5
Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
1
Persentase koperasi aktif
2
Usaha Mikro dan Kecil
I.1
6
1
I.1
7
Penanaman Modal
Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)
154
246
448
472
495
521
548
567
Kepemudaan dan Olahraga
1
Jumlah organisasi pemuda
569
569
381
394
409
423
440
451
2
Jumlah organisasi olahraga
513
510
541
567
594
622
651
669
3
Lapangan olahraga
0.3095
0.3015
0.2584
0.2715
0.2852
0.2987
0.3142
0.3254
172
164
166
168
170
172
173
170.2386
165.8361
99.4729
89.7801
77.9858
65.7401
50.3750
36.3543
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
0.0170
0.0166
0.0099
0.0094
0.0088
0.0080
0.0071
0.0063
1
1
1
1
1
1
1
1
0.2639
0.2231
0.2231
0.2365
0.2482
0.2624
0.2779
0.2876
I.1
8
Kesatuan Bangsadan Politik Dalam Negeri
1
Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000
penduduk
2
Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk
3
4
I.1
9
1
I.2
0
1
Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan
adiministrasi pemerintah
Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di
Kabupaten
Ketahanan Pangan
Regulasi ketahanan pangan
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Posyandu aktif
8
No
.
I.2
1
INDIKATOR
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Statistik
1
Buku ”kabupaten dalam angka”
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
2
Buku ”PDRB kabupaten”
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
1.2176
1.1587
1.3349
1.3137
1.2871
1.2559
1.2169
1.1849
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
1
1
1
1
1
1
1
1
5.2535
4.8895
4.9275
4.9580
4.9895
5.0278
5.0657
5.0918
0.0851
0.0817
0.0783
0.0773
0.0758
0.0741
0.0718
0.0700
0.3945
0.3880
0.3815
0.3545
0.3236
0.2856
0.2355
0.1965
0.0233
0.0235
0.0238
0.0246
0.0253
0.0260
0.0269
0.0274
0.0432
0.0451
0.0472
0.0492
0.0511
0.0533
0.0556
0.0573
0.0015
0.0016
0.0016
0.0016
0.0016
0.0016
0.0016
0.0016
I.2
2
Komunikasi dan Informatika
1
Rasio wartel/warnet terhadap penduduk
2
Web site milik pemerintah daerah
I.2
3
Perpustakaan
1
Jumlah perpustakaan
2
Indikator Layanan Urusan Pilihan
I.2
4
1
2
3
4
I.2
5
1
I.2
6
1
I.2
7
Pertanian
Produktivitas padi atau bahan pangan utama
lokal lainnya per hektar
Kontribusi sektor pertanian/perkebunan
terhadap PDRB
Kontribusi sektor pertanian (palawija) terhadap
PDRB
Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras)
terhadap PDRB
Energi dan Sumber Daya Mineral
Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB
Pariwisata
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB
Kelautan dan Perikanan
1
Produksi perikanan
1.3033
1.8101
1.8455
1.8787
1.9117
1.9485
1.9716
2
Konsumsi ikan
0.9799
0.9423
0.9450
0.9475
0.9500
0.9526
0.9544
9
No
.
INDIKATOR
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
3
Cakupan bina kelompok nelayan
0.0003
0.0003
0.0003
0.0009
0.0016
0.0022
0.0029
0.0034
4
Produksi perikanan kelompok nelayan
0.2829
0.2925
0.1696
0.1917
0.2151
0.2376
0.2640
0.2812
I.2
8
1
2
I.2
9
Perdagangan
Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB
Ekspor Bersih Perdagangan
0.2132
0.2211
0.2282
0.2296
0.2311
0.2327
0.2346
0.2358
733,202,
348
2,540,515,
272
1,637,844,
764
1,780,131,
870
1,936,000,
756
2,098,956,
664
2,270,697,
460
2,373,087,
946
Perindustrian
1
Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB
0.5073
0.5007
0.4952
0.4929
0.4900
0.4865
0.4827
0.4793
2
Kontribusi industri rumah tangga terhadap
PDRB sektor Industri
0.0526
0.0530
0.0532
0.0534
0.0535
0.0537
0.0538
0.0539
3
Pertumbuhan Industri.
0.0560
0.0597
0.0620
0.0624
0.0628
0.0632
0.0637
0.0639
306,597
311,633
316,446
317,586
318,621
319,621
320,805
321,550
0.4519
0.4939
0.4967
0.4994
0.5021
0.5050
0.5079
0.5099
0.0018
0.0014
0.0014
0.0013
0.0013
0.0012
0.0011
0.0011
0.0252
0.0252
0.0252
0.0252
0.0252
0.0252
0.0252
0.2040
0.2077
0.2109
0.2122
0.2137
0.2151
0.2165
0.2176
0.5948
0.7190
0.6820
0.6904
0.7001
0.7091
0.7181
0.7249
0.0173
0.0145
0.0258
0.0271
0.0284
0.0298
0.0313
0.0325
I.3
0
ASPEK DAYA SAING DAERAH
1
Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita
2
Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita
I.3
1
1
I.3
2
Perhubungan
Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan
Penataan Ruang
1
Luas wilayah industri
I.3
3
Lingkungan Hidup
1
I.3
4
1
2
Persentase Rumah Tangga (RT) yang
menggunakan air bersih
Komunikas dan Informatika
Persentase rumah tangga yang menggunakan
listrik
Persentase penduduk yang menggunakan
HP/telepon
10
No
.
I.3
5
INDIKATOR
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
5.8093
5.6599
6.0398
5.9357
5.8149
5.6650
5.4772
5.3094
40
38
58
60
62
64
67
69
7,7 hari
7,7 hari
Inikator Iklim Berinvestasi
1
Angka kriminalitas
2
Jumlah demo
3
Lama proses perijinan
4
Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah
5
Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha
6
Rasio ketergantungan
0.4503
7,7 hari
7,7 hari
7,7 hari
7,7 hari
7,7 hari
7,7 hari
10 pajak
33 retribusi
10 pajak
33 retribusi
10 pajak
33 retribusi
10 pajak
33 retribusi
10 pajak
33 retribusi
10 pajak
33 retribusi
5
3
3
3
3
3
3
0.4533
0.3853
0.3788
0.3702
0.3603
0.3473
0.3378
11
4.2. Analisis Backward Linkages dan Forward Linkages
Setiap aktivitas ekonomi suatu daerah tentunya akan menghasilkan
efek terhadap aktivitas ekonomi lainnya. Berdasarkan hasil analisa inputoutput Kabupaten Gresik, nilai multiplier yang dapat dihasilkan oleh
masing masing sektor adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Analisis Input-Output
Kode
Uraian Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Padi
Jagung
Ketela Pohon
Umbi-Umbian Lain
Kacang Tanah
Kedele
Kacang-Kangan Lainnya
Sayur-Sayuran
Mangga
Tanaman Bahan Pangan
lainnya
Tebu
Kelapa
Tembakau
Kopi
Cengkeh
Kakao
Jambu Mete
Kapok
Hasil Perkebunan Lainnya
Sapi
Kerbau
Kambing
Ayam
Telur
Unggas Lainnya
Ternak dan hasil ternak lainnya
Perikanan Laut
Ikan Darat Dan Hasil Perairan
Darat
Minyak Bumi
pertambangan dan penggalian
lainnya
Pengolahan Dan Pengawetan
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Daya Penyebaran
(Backward
Lingkages)
1.74329
1.53528
1.54298
1.55517
1.55577
1.53448
1.52565
1.54839
1.62637
1.57575
Derajat Kepekaan
(Forward
Lingkages)
3.79480
1.08725
1.04196
1.00249
1.05858
1.04168
1.04696
1.09392
1.62022
1.15612
1.36203
1.37513
1.35410
1.34821
1.33156
1.34100
1.34116
1.36271
1.18274
1.40686
1.39921
1.39917
1.54026
1.51453
1.51390
1.38591
1.67414
1.64447
1.06078
1.00163
1.00009
1.00421
1.00110
1.00009
1.00480
1.00020
1.00607
1.23237
1.00106
1.05123
1.25138
1.01561
1.00230
1.00937
1.13348
1.18816
1.03025
1.26374
1.18859
1.36051
1.50882
1.43244
12
Kode
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
Uraian Sektor
Ikan Dan Biota
Beras
Roti, Biskuit Dan Sejenisnya
Industri makanan lainnya
Minuman
Tekstil, Dan Bahan Tekstil
Pakaian Jadi
Permadani, Tali Dan Tekstil
Lainnya
Kulit, Dan Barang Dari Kulit
Alas Kaki
Bambu Kayu Dan Rotan
Kertas Dan Karton
Barang-Barang Dari Kertas
Dan Karton
Kimia Dasar Kecuali Pupuk
Pupuk Dan Pestisida
Obat-Obatan Dan Jamu
Sabun, Barang Pembersih Dan
Kosmetik
Barang-Barang Kimia Lainnya
Barang-Barang Hasil Kilang
Minyak
Karet Remah Dan Barang Dari
Karet
Barang-Barang Plastik
Bahan Bangunan, Keramik
Dan Barang-Barang Dari
Tanah Liat
Kaca Dan Barang-Barang Dari
Kaca
Semen, Kapur Dan Barang
Lainnya Bukan Logam
Logam Dasar Besi Dan Baja
Industri Barang Dari Logam
Industri Mesin Dan
Perlengkapannya
Barang-Barang Elektronika,
Komunikasi Dan
Perlengkapannya
Alat Listrik Dan
Perlengkapannya
Kapal Dan Perbaikannya
Alat Pengangkutan Lainnya
Industri barang lainnya
Daya Penyebaran
(Backward
Lingkages)
Derajat Kepekaan
(Forward
Lingkages)
2.03451
1.44567
1.68834
1.40234
1.40720
1.36871
1.55022
1.00284
1.25132
1.36002
1.07066
1.11124
1.25511
1.47926
1.48669
1.63662
1.47132
1.54169
1.10077
1.04053
1.05574
1.34992
2.07516
1.00053
1.14349
1.05238
1.07800
1.45436
1.73799
5.97191
1.42588
1.42158
1.42175
1.62831
1.65920
2.47538
1.52808
1.16426
1.60119
1.00590
1.32080
1.60215
1.62057
1.20131
1.04236
1.38282
1.64732
1.66115
1.49869
1.35770
2.75578
1.25253
1.07734
1.55382
1.15361
1.32907
1.52958
1.38240
1.27319
1.11703
1.07159
1.09776
13
Kode
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
Uraian Sektor
Listrik Dan Gas
Air Bersih
Bangunan
Jasa Perdagangan
Jasa Perhotelan
Jasa Restoran
Angkutan Kereta Api
Angkutan jalan raya
Angkutan Laut
Angkutan Penyeberangan
Jasa Penunjang angkutan
Jasa Komunikasi
Bank
Lembaga Keuangan Lainnya
Sewa Bangunan
Jasa Perusahaan
Jasa Pemerintahan
Jasa Pendidikan Swasta
Jasa Sosial Kemasyarakatan
Lainnya
Jasa Hiburan, Rekreasi Dan
Kebudayaan
Jasa Perorangan Dan Rumah
Tangga
Daya Penyebaran
(Backward
Lingkages)
1.31605
1.78343
1.40636
1.17267
1.51598
1.58603
1.65758
1.79723
1.95426
1.87489
1.03730
1.04015
1.99371
1.69641
1.10772
1.51270
1.68312
1.36365
1.34508
Derajat Kepekaan
(Forward
Lingkages)
2.38898
1.57392
1.58404
6.99905
1.01273
1.16558
1.00872
2.11942
1.64041
1.01658
1.07528
1.29812
1.81109
1.49048
1.34830
1.40516
1.58181
1.28620
1.02245
1.67241
1.16342
1.45958
2.10102
Dalam penghitungan indeks daya penyebaran dan indeks derajat
kepekaan tabel input-output Kabupaten Gresik, setidaknya terdapat 14
sektor yang masuk dalam kategori memiliki nilai indeks daya penyebaran
dan derajat kepekaan yang tinggi. Sektor-sektor ini masuk dalam kategori
unggulan di Kabupaten Gresik. Sektor-sektor ini diyakini, berdasarkan
pendekatan
analisa
input-output,
memiliki
kemampuan
untuk
menggerakkan sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang atau
penyuplai input sektor tersebut yang tinggi di atas rata-rata total
perekonomian, serta output sektor tersebut banyak dimanfaatkan oleh
sektor lainnya di Kabupaten Gresik sebagai input antara. Sektor-sektor
unggulan tersebut antara lain:
Tabel 3. Hasil Analisis Sektor Unggulan
14
Kode
Uraian Sektor
1
9
38
38
42
49
56
64
70
71
75
76
79
83
Padi
Mangga
Permadani, Tali Dan Tekstil Lainnya
Permadani, Tali Dan Tekstil Lainnya
Kertas Dan Karton
Barang-Barang Hasil Kilang Minyak
Industri Barang Dari Logam
Air Bersih
Angkutan jalan raya
Angkutan Laut
Bank
Lembaga Keuangan Lainnya
Jasa Pemerintahan
Jasa Perorangan & RT
Daya
Penyebaran
1.196474
1.116227
1.063960
1.063960
1.058105
1.117558
1.140096
1.224020
1.233493
1.341264
1.368345
1.164297
1.155177
1.001752
Derajat
Kepekaan
2.604486
1.112007
1.015261
1.015261
1.424241
1.698927
1.891377
1.080227
1.454620
1.125862
1.243002
1.022958
1.085640
1.441991
E. Sektor-sektor Potensial
Kabupaten Gresik memiliki delapan sektor potensial dengan
karakteristik memiliki kemampuan pemanfaatan output oleh sektor
lainnya/keterkaitan ke depan yang di atas rata-rata total seluruh
perekonomian namun memiliki kemampuan untuk menyerap sektor yang
menyumbang input/keterkaitan ke belakang masih dibawah rata-rata total
seluruh perekonomian.
Sektor tersebut masih potensial untuk
dikembangkan karena masih memiliki keunggulan dari salah satu
keterkaitan. Sektor-sektor potensial tersebut antara lain:
Tabel 4. Hasil Analisis Sektor Potensial
Kode
Uraian Sektor
44
45
48
52
Kimia Dasar Kecuali Pupuk
Pupuk Dan Pestisida
Barang-Barang Kimia Lainnya
Bahan Bangunan, Keramik Dan BarangBarang Dari Tanah Liat
Barang-Barang Elektronika, Komunikasi
Dan Perlengkapannya
Listrik Dan Gas
Bangunan
Jasa Perdagangan
58
63
65
66
Daya
Penyebaran
0.784811
0.722280
0.975793
0.690376
Derajat
Kepekaan
1.192834
4.098703
1.138758
1.099601
0.739410
1.066435
0.903246
0.965226
0.804838
1.639627
1.087176
4.803657
Selain sektor potensial yang memiliki ciri keterkaitan ke depan yang
besar namun keterkaitan ke belakang yang rendah, kategori potensial
15
lainnya yang dimiliki oleh kabupaten Gresik adalah sektor potensial yang
memiliki karakteristik tinggi keterkaitan ke belakang namun keterkaitan ke
depan yang rendah. Sektor-sektor tersebut masih dapat masuk dalam
kategori potensial karena setidaknya memiliki kemampuan untuk
menggerakan sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang. Sektor-sektor
potensial tersebut antara lain:
Tabel 6. Hasil Analisis Sektor Potensial
Kode
Uraian Sektor
2
3
4
5
6
7
8
10
23
24
25
27
28
31
32
34
39
40
41
50
51
53
55
57
60
67
68
69
72
78
82
Jagung
Ketela Pohon
Umbi-Umbian Lain
Kacang Tanah
Kedele
Kacang-Kangan Lainnya
Sayur-Sayuran
Tanaman Bahan Pangan lainnya
Ayam
Telur
Unggas Lainnya
Perikanan Laut
Ikan Darat Dan Hasil Perairan Darat
Pengol. & Pengawetan Ikan & Biota
Beras
Industri makanan lainnya
Kulit, Dan Barang Dari Kulit
Alas Kaki
Bambu Kayu Dan Rotan
Karet Remah Dan Barang Dari Karet
Barang-Barang Plastik
Kaca Dan Barang-Barang Dari Kaca
Logam Dasar Besi Dan Baja
Industri Mesin Dan Perlengkapannya
Kapal Dan Perbaikannya
Jasa Perhotelan
Jasa Restoran
Angkutan Kereta Api
Angkutan Penyeberangan
Jasa Perusahaan
Jasa Hiburan, Rekreasi Dan
Kebudayaan
Daya
Penyebaran
1.053709
1.058994
1.067361
1.067773
1.053158
1.047097
1.062707
1.081485
1.057126
1.039467
1.039036
1.149015
1.128649
1.035549
1.396346
1.158758
1.020361
1.123260
1.009809
1.048766
1.098946
1.112246
1.130606
1.028593
1.049799
1.040462
1.088539
1.137647
1.286796
1.038213
1.147822
Derajat
Kepekaan
0.746215
0.715128
0.688039
0.726536
0.714938
0.71856
0.750789
0.793478
0.858857
0.69704
0.687911
0.777944
0.815469
0.983127
0.688282
0.933426
0.714145
0.724585
0.926491
0.799067
0.906508
0.824491
0.931831
0.859652
0.766653
0.695066
0.799972
0.692313
0.697711
0.964405
0.798493
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
16
Berdasarakan hasil analisis dan mengamati secara langsung
dinamika kondisi makro ekonmi daerah Kabupaten Gresik, maka
ditemukan beberapa temuan yang dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, berdasarakan hasil analisis terhadap indikator kinerja ekonomi
makro dari aspek kesejahteraan masyarakat ditemukan ada beberapa
indikator yang menunkkukkan nilai positif dan sebagian kecil masih perlu
diperbaiki. Indikator yang menunjukkan nilai positif diantaranya: (a) laju
inflasi dalam lima tahun terakhir menunjukkan trend menurun; (b) PDRB
per Kapita menunjukkan trend meningkat; (c) Indeks Gini dan indeks
pemerataan,
dan indeks ketimpanganregional menunjukkan nilai
penurunan, dengan demikian tingkat pemerataan semakin membaik; (d)
persentase penduduk diatas garis kemiskinan, menunjukkan trend
meningkat. Sedangkan indikator yang masih perlu ditingkatkan kinerjanya
dan memerlukan kebijakan khusus antara lain indikator: (a) pertumbuhan
PDRB dalam lima tahun terakhir masih belum stabil; (b) angka kriminalitas
juga masih menunjukkan trend yang fluktuastif, bahakan tahun 2012
meningkat hampir 60% dibandingkan tahun 2011. Sedangkan
berdasarakan hasil analisis dari indikator pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan, serta seni budaya dan olahraga secara umum
menunjukkan hasil posistif.
Berdasarakan hasil analisis terhadap indikator kinerja ekonomi
makro dari aspek pelayanan umum dari seluruh inidkator secara umum
sudah menunjukkan hasil yang positif, namun ditemukan beberapa
inidkator yang perlu mendapatkan perhatian khusus yaitu: (a) pelayanan
pendidikan dari aspek fasilitas fisik secara kuantitas sudah menunjukkan
capaian yang postif, namun dari aspek rasio kecukupan guru baik di
tingkat sekolah dasar dan menengah masih relatif kurang; (b) pelayanan
tempat pelayanan kesehatan baik posyandu dan puskesmas sudah relatif
memadai, namun jumlah tenaga medis masih perlu ditambah, mengingat
rasionanya masih relatif tinggi (satu tenaga medis melayani 80-100
orang); (c) perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan
pemerintah daerah masih sering terjadi.
Sedangkan dari aspek daya saing daerah ditemukan ada beberapa
indikator yang menunkkukkan nilai positif dan sebagian kecil masih perlu
ditingkatkan. Indikator yang menunjukkan nilai positif diantaranya: (a) total
pengeluaran rumah tangga menunjukkan trend meningkat, meskipun
nominalnya masih relatif kecil (Rp. 318.621); (b) konsumsi non panagan
sudah menacapai 50%, kondisi ini mendorong permintaan konsumsi
produk-produk non pangan; (c) indikator lingkungan hidup seperti
penggunaan air bersih menunjukkan perkembangan positif; (d)
komunikasi dan informatika semakin membaik; (e) pelayanan energi
semakin menjangaku pelaoksok darah; (f) proses perijinan sudah relatif
cepat dan murah. Sedangkan inidkator yang perlu mendapat perhatian
dan peningkatan antara lain: (a) Rasio panjang jalan per jumlah
kendaraan terus menurun, artinya jumlah kendaraan tidak berimbang
dengan panjang jalan yang ada; (b) jumlah demo meningkatdalam lima
tahun terakhir, jika tidak diantisipasi bisa mengganggu iklim investasi.
17
Kedua, berdasarkan analisis keterkaitan sektoral baik keterkaitan
ke belakang (backward linkages) maupun keterkaitan ke depan (forward
linkages), ditemukan beberapa temuan yang dapat disimpulkan sebagai
berikut: (a) Sektor yang mempunyai nilai backward linkages dan forward
linkages tinggi (Indeks Daya penyebaran > 1, Indeks Derajat Kepekaan >
1) antara lain: padi, mangga, permadani, kertas, barang-barang hasil
kilang minyak, industri barang dari logam, air bersih, angkutan jalan raya,
angkutan laut, bank, lembaga keungan lainnya, jasa pemerintah, dan jasa
perorangan dan rumah tangga; Sektor ini di yakni berdasarkan
pendekatan analisa input-output memiliki kemampuan untuk menggerakan
sektor yang memiliki keterkaitan kebelakang atau penyuplai input sektor
tersebut yang tinggi diatas rata-rata total perekonomian serta output
sektor tersebut banyak dimanfaatkan oleh sektor lainnya di Kabupaten
Gresik sebagai input antara; (b) Sektor yang mempunyai nilai backward
linkages rendah dan forward linkages tinggi (Indeks Daya penyebaran < 1,
Indeks Derajat Kepekaan > 1) antara lain: kimia dasar, pupuk dan
pestisida, barang kimia lainnya, bahan bangunan, barang elektronik, listrik
dan gas, bangunan, dan jasa perdagangan; Sektor tersebut memiliki
keterkaitan kebelakang yang rendah diakibatkan oleh faktor input yang
digunakan untuk memproduksi sektor tersbut pada umumnya diperoleh
dari impor luar daerah gresik baik impor antar daerah maupun impor dari
luar negeri; (c) Sektor yang mempunyai nilai backward linkages tinggi dan
forward linkages rendah (Indeks Daya penyebaran > 1, Indeks Derajat
Kepekaan < 1) antara lain: jagung, katela pohon, umbi-umbian, kacang
tanah, kedele, kacang-kacangan lain, sayur-sayuran, tanaman bahan
pangan, ayam, telur, unggas, perikanan laut, ikan darat, pengolahan dan
pengawetan ikan dan biota, beras, indsutri makanan dan minuman, kulit,
alas kaki, bambu, karet, barang plastik, kaca, logam dasar, industri
mmesin, kapal, jasa hotel, jasa restoran, angkutan kereta api, angkutan
penyeberangan, jasa perusahan, dan jasa hiburan.
Ketiga, berdasarakan analisis sektor yang berpotensi besar untuk
dikembangkan karena efek multipliernya (linkage-nya), ditemukan
beberapa temuan sebagai berikut: (a) sektor yang paling berdampak
pada pendapatan rumah tangga terdapat 52 sektor diantaranya: padi,
jagung, ketela, dan seterusnya (lihat table 6.6); (b) sektor yang paling
berdampat terhadap nilai tambah broto kabupaten Gresik terdapat 68
sektor.
5.2. Saran
Berdasarakan hasil temuan-temuan diatas, maka saran yang bisa
disampaikan dalam kajian ini antara lain:
1. Dalam upaya menyusun produk rencana yang akurat dan
komprehensif tentunya dibutuhkan ketersediaan data yang
lengkap. Dalam kajian ini tidak semua indikator bisa dianalisis
karena keterbatasan data, untuk itu kedepan kelengkapan data
perlu mendapat perhatian.
2. Meskipun pertumbuhan ekonomi kabupaten Gresik dalam lima
tahun terakhir sudah menunjukkkan tingkat pertumbuhan yang
18
3.
4.
5.
6.
7.
8.
tinggi, namun masih cenderung fluktuatif. Lima tahun kedepan
sebaiknya fokus pemerintah lebih mengarah pada stabilitas dan
pemerataan pertumbuhan, melalui perbaikan iklim dan pemerataan
invastasi ke daerah tertinggal.
Penyediaan pelayanan umum masih perlu ditingkatkan khususnya
pada aspek peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan
pelayanan kesehatan terutama kulitas pendidik dan ketersediaan
tenaga medis.
Pelayanan fasilitas umum terutama jalan dan jembatan perlu
tingkatkan dalam upaya mendorong lalulintas barang-barang
industri dan perdagangan anatar daerah.
Penanganan ketertiban umum perlu ditingkatkan, melalui
pendekatan yang lebih persuasif, terutama yang berkaitan dengan
demo dan senketa pengusaha dan buruh. Kondisi ini bisa
mengancam iklim investasi yang kondusif di Kabupaten Gresik.
Dalam pengembangan ekonomi sektoral, Sebaiknya pemerintah
tidak hanya fokus pada sektor industri saja, mengingat potensi
sektor pertanian khususnya tanaman pangan dan perikanan
sangat potensial untuk menggerakkan ekonomi di Kabupaten
Gresik.
Pemerintah sebaiknya juga mengembangkan agroindustri dan
makanan minuman untuk mengintegrasikan antara sektor
pertanian dan industri di kabupaten Gresik.
Sektor jasa menjadi sektor alternatif untuk dikembangkan kedepan,
mengingat sektor ini menjadi kunci pengembangan sektor
perinudtrian dan perdagangan yang tumbuh pesar dalam lima
tahun terakhir.
DAFTAR PUSTAKA
19
Abdullah, P., Alisjahbana, A., Effendi, N., Boediono. 2002. Daya Saing
Daerah: Konsep dan Pengukurannya di Indonesia, BPFE
Yogyakarta.
Adisasmita, Raharjo, 2005, Dasar-dasar Ekonomi Wilayah, Graha Ilmu,
Yogyakarta
Akita, T.1999.The Role of the Kanto Region in the Growth of Japanese
Regional Economies 1965-1985: An Extended Growth Factor
Decomposition
Analysis. In Understanding and Interpreting
Economic Structure, edited by G.J.D. Hewing, M.Sonis, M.
Madden dan Y.Kitamura, 155-166, Gerlin/Heidelberg. SpringerVerlag.
Amirudin, Ardani. 1992. Analysis of Regional Growth and Disparity The
Impac Analysis of the INPRES Project on Indonesia Development,
a Doctor
desertasion, USA: University of Pennsylvania
Philadelphia
Anderson, J, (1978). Public Policy-Making, Second edition, Holt,
Rinehart and Winston: 1979 dalam Islamy, Irfan, Prinsip-Prinsip
Perumusan
Kebijakan Negara, Cetakan 12, Bumi Aksara,
Jakarta:2003.
Arief, M Idris. 2007. PengembanganEkonomi Rakyat. www.ekofeum.or.id.
Arsyad Lincolin. 1997. Ekonomi Pembangunan (Edisi Ketiga), Yogyakarta:
STIE-YKPN.
Arsyad Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan
Ekonomi Daerah, BPFE, Yogyakarta
Badrudin Rudy. 1999. Pembangunan Wilayah Propinsi Istimewa
Yogyakarta Pendekatan Teoritis. Jurnal Ekonomi Pembangunan,
Vol. 4 No. 2
Bastian, Indra. 2001.
Akuntansi Sektor Publik . Penerbit BPFE,
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Biro Neraca Produksi dan Biro Neraca Konsumsi dan Akumulasi, 1995,
Tabel Input – Output, Kerangka Teori dan Analisa, Biro Pusat
Statistik, Vieky Citra Buana, Jakarta
Boediono, 1985. Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE
Blakely, Edward. J. 1994. Planing Local Economic Development Theory
and Practice, Second Edition,USA, Sage Publication.
Blau, M Peter dan M. W. Meyer.1987. BirokrasiMasyarakat Modern,
EdisiKedua, CetakanPertama, AlihBahasa Gary RachmanJusuf, UIPress, Jakarta.
Brojonegoro, Bambang P.S. 1999. The Impact of Currnt Economic Crisis
to Regional Development Pattern in Indonesia, Paper, LPEM-FEUI,
Jakarta.
20
BPS, 2000 Teknik Penyusunan Tabel Input –Output, Jakarta
BPS. (1998). 1996 Economic Census Complete Count Result: Indonesia,
Jakarta: Biro Pusat Statistik.
D.A. Garvin, 1994, KualitasProduk :AlatStrategi Yang Penting, Free Press
Dick, H., Fox, J. J., & Mackie, J. (Eds.). 1993. Balanced Development:
East Java in the New Order, Singapore: Oxford University Press
Gujarati, Damodar. 1995. Basic Ekonometrics (3rd edition ed), New York,
Mc-Graw Hill, Inc
Glasson, J. 1974. An Introduction to Regional Planning, Hutchinson
Education, London
Haerudin, Andi. 2001. Identifikasi Kecamatan Sebagai Pusat Pertumbuhan
Wilayah di Kabupaten Soppeng 1994/1995-1999/2000, Tesis S-2
Program Pascasarjana UGM, Tidak dipublikasikan.
Harris, Richard, 1995, Cointegration Analysis in Econometric Modelling,
Prentice Hall, New York.
Hill, H. 1996. The Indonesian Economy Since 1966: Southeast Asia's
Emerging Giants, Cambridge: Cambridge University Press.
Isard, W. 1956. Location and Space Economy, Cambridge: MIT Press.
Juoro, U. 1989. Perkembangan Studi Ekonomi Aglomerasi dan Implikasi
Bagi Perkembangan Perkotaan di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan
Keuangan Indonesia, Vol. 37 No. 2
Kadariah. 1985. Ekonomi Perencanaan, Lembaga Penerbit FE-UI
Kuncoro M. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi (Bagaimana
Meneliti dan Menulis Tesis), Erlangga, Jakarta.
Kuncoro M. 2001. Analisis Spasial dan Regional (Studi Aglomerasi dan
Kluster Industri Indonesia, UPP AMPYKPN, Yogyakarta
Kuncoro, M., Adji, A., & Pradiptyo. R. (1997).Ekonomi Industri: Teori,
Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia, Yogyakarta: Widya
Sarana Informatika.
Kuncoro, M. (2003). Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan
Kebijakan. (1st ed.), Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Kuncoro, M dan Aswandi, H. 2002. Evaluasi Penetapan kawasan andalan:
studi empiris
di Kalimantan Selatan 1993 – 1999, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia , Vol. 17, No. 1. 27 – 45. UGM,
Jogjakarta
Kunarjo, 2000. Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan, Jakarta, UI
Press
Kuznets, S. 1955. Economic Growth and Income Inequality. American
Economic Review 49: 1-28.
21
Nazara, Suahasil, 1994, Pertumbuhan Ekonomi Regional Indonesia,
Suatu Aplikasi Fungsi Produksi Agregat Indonesia, 1985 – 1991,
Prisma, No 04 April
Nazara, Suahasil, 2005, Analisa Input – Ouput, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Maijidi, Nasyith. 1997. Anggaran Pembangunan dan Ketimpangan
Ekonomi antar Daerah,Prisma, No. 3
Mishkin, Frederic S., 1996, “What Monetary Policy Can and Cannot Do,”
Conference on Monetary Policy in Transition in East and West:
Strategies, Instruments and Transmission Mechanism, November 1719, Vienna.
Mishkin, Frederic S., 2001, The Economics of Money, Banking, and
Financial Market, sixth edition, Addison Wesley Longman.
Mulyana Soekarni PPSK- BI / FE UNPAD, Profil dan Pemetaan Daya
Saing Ekonomi
Daearah Kabupaten/Kota, PT.Raja Grafindo
Persada Jakarta
Munir, Badrul, 2002, Perencanaan Pembangunan Daerah dalam
Perspektif Otonomi Daerah, cetakan ke-2 2002, Bappeda Propinsi
NTB, Mataram.
Perroux. 1950. Ekonomic Development Culture Change, Growth and
Development, Hafner Publishing Company, New York
Sadono,Sukirno,
PembangunanDaerah,
Jakarta
1976,BeberapaAspekDalamPersoalan
FakultasEkonomiUniversitas Indonesia,
Setyarini, Djati. 1999. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesenjangan
Pembangunan Ekonomi antar Daerah di Propinsi Jawa Tengah,
Tesis S-2 Program Pascasarjana, UGM, Tidak dipublikasikan.
SetiawanBudi. 2009,Analisis Peran Sektor Ekonomi Yang Berpengaruh
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja(Studi Pada Kabupaten/Kota Di
Wilayah Jawa Timur). Tesis.FAkultasEkonomiUniversitasBrawijaya
Simanjuntak, Payaman J. 1998. PengantarEkonomiSumberDayaManusia.
Jakarta: FE UI.
Sjafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional
Wilayah Indonesia Bagian Barat, Prisma, LP3ES, No.3
Soepono, Prasetyo. 1998. Peranan Daerah Perkotaan Bagi
Pembangunan Regional: Penerapan Model Van Thunen yang
dimodifikasi di Indonesia,Junal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.
13 No.2
Soepono, Prasetyo. 2000. Model Gravitasi sebagai Alat Pengukur Hinter
Land dari Central Place suatu Tinjauan Teoritik, Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Vol. 15 No. 4
22
Soepono, Prasetyo. 1999. Teori Lokasi: Representasi Landasan Mikro
Bagi Teori Pembangunan Daerah, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.
14 No.4
Sumarsono, Sony. 2003. EkonomiManajemenSumberDayaManusia dan
Ketenagakerjaan. Yogyakarta :GrahaIlmu.
Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan, LP3ES UI, Jakarta
Sukirno, Sadono, 1995. MakroEkonomi. Edisi 1, CetakanKetiga, PT. Raja
GrafindoPersada, Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2005.
GrafindoPersada.
MakroEkonomi
Modern.
Jakarta
:
Raja
Sutarno. 2002. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan PDRB Per
Kapita Antar Kecamatan Di Kabupaten Banyumas, (1993-2000),
Tesis S-2 Program Pascasarjana UGM, Tidak dipublikasikan
Suzetta, P. 2007 . Perencanaan Pembangunan Indonesia . Menteri
Negara
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Kepala
BAPPENAS . www.bappenas.go.id. (pdf) Di akses, 3 November
2007
Todaro, Michael, P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi
Ketujuh (diterjemahkan oleh Haris Munandar), Erlangga, Jakarta
Warpani, Suwarjoko. 1983. Analisis Kota dan Daerah, Edisi ketiga, ITB
Bandung
Wei, Y., Dennis and Fan, C., Cindy. 2000. Regional Inequality in China:
Acase Study of Jiangsu Province, Asian Economic Journal, Vol 52
Williamson, J.G. 1965. Regional Inequality and The Process of National
Development, a description of Pattern, Economic Development and
Cultural Change, Vol. XXXVII No. 27, 11-13.
Ying, Long, G. 2000. China’s Changing Regional Disparities during the
Reform Period, Economic Geography, Vol. XXIV No. 7
Yeremias T. Keban. 1995. ”Forecasting Dalam Analisis Kebijakan.”
Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah
Mada
23