PIPA VENTILASI TELINGA PADA ANAK ANAK DE

PIPA VENTILASI TELINGA PADA ANAK-ANAK DENGAN OTITIS MEDIA
EFUSI DAN HIPERTROFI ADENOID

Vlad Postelnicu1, Oana Iosif1, Viorel Rosu2, Raluca Bidiga3, Miruna
Georgescu3, Constantin Giosanu3, Gabriela Oproiu4, Tatiana Serban5, Monica
Zamfirescu6, Mihaela Marcu-Cristescu3
1MEDLIFE Baneasa, Bucharest, Romania - ENT Department
2MEDLIFE Grivita, Bucharest, Romania - Radiology Department
3MEDLIFE Pediatrics Hospital, Bucharest, Romania - Pediatrics Department
4IOMC “Prof.Dr. A. Rusescu”, Bucharest, Romania - Pediatrics Clinic
5MEDLIFE Baneasa, Bucharest, Romania - Endocrinology Department
6MEDLIFE Unirii, Bucharest, Romania - Allergology Department

ABSTRAK
LATAR BELAKANG:
Otitis media akut adalah salah satu penyakit yang paling sering menyerang pada
anak-anak usia di bawah 5 tahun dan sebagian besar kasus membutuhkan terapi
medis yang berkelanjutan karena kemungkinan komplikasi dan gangguan
pendengaran. Deteksi awal Otitis Media Efusi (OME) pada anak-anak sangat
penting untuk perkembangan bicara yang normal.


TUJUAN:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas adenoidektomi
dibandingkan adenoidektomi dengan fiksasi pipa telinga pada saat operasi, pada
pasien yang didiagnosis dengan hipertrofi adenoid, OME dan riwayat OME
berulang.

BAHAN DAN METODE:
Penelitian ini dilakukan pada 40 anak yang dipilih dalam rentang usia 2-7 tahun,
yang didiagnosis dengan hipertrofi adenoid disertai dengan OME uni / bilateral
yang berulang. Semua pasien menjalani adenoidektomi; timpanitomi dengan
fiksasi pipa telinga dilakukan pada 35% kasus.
HASIL
Tuli konduksi bilateral (CHL) ditemukan pada 80% pasien. Pada pasien OME
yang menjalani adenoidektomi sebagai prosedur tunggal, CHL remisi lengkap
dicapai dalam waktu 1 bulan. CHL remisi segera dapat dicapai pada semua pasien
yang menjalani timpanitomi dan fiksasi pipa telinga antara 14 sampai 30 hari.
Kambuhnya OME dan CHL terdapat pada 42,3% pasien yang hanya menjalani
adenoidektomi; kesembuhan dari kekambuhan dapat dicapai dengan perawatan
medis hingga 21 hari pada sebagian besar pasien. Pada 21,4% kasus tercatat
muncul kotoran telinga yang menyumbat pipa telinga, durasi keluarnya kotoran

telinga dan CHL sampai remisi mencapai 7 hari. Semua kekambuhan dapat
disebabkan oelh infeksi sekunder dari infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

KESIMPULAN
Adenoidektomi memberikan remisi lebih cepat pada OME dan efektif dalam
mencegah kekambuhan. Periode penyembuhan OME yang kambuh jauh menjadi
lebih cepat setelah adenoidektomi. Fiksasi pipa telinga menjamin peluang
pemulihan lebih cepat dari telinga dan mengurangi CHL. Durasi CHL jauh lebih
pendek pada pasien yang mengalami penyumbatan pipa telinga akibat kotoran
telinga dibandingkan pada pasien tanpa pipa telinga. Drainase awal dari efusi
telinga tengah memastikan peningkatan kualitas hidup, baik segera setelah operasi
dan pada jangka panjang, dan mendukung ventilasi rongga udara tulang mastoid,
yang penting untuk fungsi normal dari telinga.
Kata kunci: otitis media, pipa telinga, adenoidektomi

PENDAHULUAN
Otitis Media Akut (OMA) merupakan salah satu Penyakit yang sering menyerang
pada sebagian besar anak-anak di bawah usia 5 tahun, dan sebagian besar dari
mereka membutuhkan terapi medis yang berkelanjutan karena komplikasi yang
dan gangguan pendengaran mungkin terjadi. Diagnosis dini otitis media pada

anak-anak memiliki peran penting dalam perkembangan bicara normal, waktu
yang paling tepat untuk deteksi dini adalah antara dua sampai empat tahun1-4.
Otitis media efusi (OME) merupakan akumulasi cairan non-purulen dengan
berbagai viskositas dalam rongga telinga tengah dan merupakan peradangan
nonspesifik2,5. Peradangan telinga tengah menyebabkan metaplasia dari mukosa
telinga tengah akibat perkembangan kelenjar lendir dan sel goblet6. Patofisiologi
otitis media efusi biasanya melibatkan peradangan di nasofaring yang
menyebabkan disfungsi dari tuba Eustachius dan penurunan tekanan atau aerasi di
telinga tengah. Mekanisme ini menyebabkan tekanan negatif di cavum timpani
dan menyebabkan pembentukan efusi serosa dan transformasi metaplasia dari
mukosa. Efusi mukosa sebagian besar terlihat pada anak-anak, sedangkan pada
orang dewasa kebanyakan berupa efusi serosa7-10. Penelitian yang dilakukan pada
anak-anak memberikan kesimpulan untuk memperhatikan komplikasi penyakit
telinga tengah yang dapat menyebabkan: otitis kronis, otitis akut berulang, radang
jaringan mastoid (mastoiditis akut atau kronis), retraction pockets dan komplikasi
adhesive, perforasi membran timpani, timpanosklerosis, kolesteatoma, labirintitis
toksik, keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa karena periode gangguan
pendengaran1-15.
Literatur menjelaskan tentang peran kelenjar adenoid dalam memproduksi
IgA, sebagai salah satu mekanisme pertama perlindungan terhadap invasi

mikroorganisme

dan

molekul asing.

Hipertrofi adenoid

mengakibatkan

pertumbuhan jaringan adenoid normal di nasofaring yang dapat sepenuhnya
menghalangi aliran udara dari hidung; 5 tahun adalah usia maksimal dimana
komplikasi telinga tengah yang menyertai adenoid dapat terjadi 16-19.

BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan sampel 40 anak yang didiagnosis dengan hipertrofi
adenoid dan otitis media dengan efusi pada saat operasi. Para pasien diambil dari
Departemen THT antara April 2010 dan Februari 2011 dan berusia antara 1 tahun
11 bulan dan 6 tahun 11 bulan pada saat operasi. Mean interval antara kunjungan
pertama dan operasi adalah 71 hari. Penelitian ini akan mengulas beberapa aspek

tentang otitis media efusi pada anak dengan hipertrofi adenoid, yaitu:
• kesempatan fiksasi pipa telinga;
• periode total gangguan pendengaran konduktif yang menyertai otitis media
dengan efusi;
• upaya untuk membuat hubungan antara adanya adenoid dan otitis media
berulang dengan efusi dan gangguan pendengaran konduktif pada anak-anak.
Kriteria inklusi:
• Adanya hipertrofi adenoid;
• Adanya otitis media efusi pada saat operasi;
• Sejarah otitis media berulang dengan efusi.
Kriteria eksklusi:
• Tidak adanya hipertrofi adenoid;
• Riwayat adenoidektomi sebelumnya atau operasi telinga;
Diagnosis sebelum operasi:
• Data semua pasien yang dilibatkan dalam penelitian yang didapatkan dari:











Endoskopi hidung, menggunakan 2.5mm fiberscope fleksibel;
Endoskopi telinga, menggunakan 0 derajat, 3 mm teleskop kaku;
Tympanogram dan refleks stapedian;
Audiogram nada murni atau perilaku, tergantung pada usia pasien;
Data subyektif dari orang tua tentang sumbatan hidung, tingkat
pendengaran, mendengkur, kualitas tidur, kualitas hidup;

Gambar 1. Distribusi usia, n=40

• Pemeriksaan radiologi dilakukan pada kasus tertentu seperti otitis media akut
berulang, otitis media efusi yang tidak responsif terhadap pengobatan, otitis
media akut supuratif, perforasi membran timpani spontan – dengan foto
rontgen proyeksi Schuller, CT / MRI.
Follow up setelah operasi:
• Kontrol setelah 3, 10 hari dan 1, 3 dan 6 bulan dan setiap kali orang tua

menganggap perlu (Infeksi saluran pernapasan atas, peningkatan gangguan
gangguan pendengaran dll);
• Prosedur diagnostik yang sama seperti dalam diagnosis sebelum operasi.
Pengobatan.
a. Pengobatan sebelum operasi. Semua anak menjalani lavage nasal dengan
semprotan Isoton saline nasal di setidaknya dua kali sehari di rumah, dari
kunjungan pertama; pasien dengan sumbatan hidung sedang dan berat
menerima dekongestan nasal topikal selama 7-14 hari; beberapa pasien,
terutama mereka yang memiliki riwayat rhinitis alergi, menerima
kortikosteroid nasal sekali sehari setelah pembersihan hidung dengan

semprotan saline. Pada penyakit radang akut telinga - otitis media
kongestif akut, otitis media akut supuratif – pasien menerima terapi antiinflamasi intra-auricular untuk menghilangkan rasa sakit untuk jangka
waktu 1 sampai 5 hari; pasien tertentu dengan otitis media supuratif akut
diberikan antibiotik oral yang direkomendasikan.
b. Bedah. Semua pasien menjalani adenoidektomi dengan / tanpa
timpanitomi dan fiksasi pipa ventilasi telinga dalam kondisi yang sama.
Operasi dilakukan di bawah anestesi umum, dengan reseksi kelenjar
adenoid pada posisis head-extended ("posisi menggantung")20 di bawah
pengawasan endoskopik20,21,22.

Spesimen yang direseksi (kelenjar adenoid) dikirim untuk pemeriksaan
patologi-anatomi. Biopsi dilakukan untuk pemeriksaan dengan formalinfixed, paraffin-embedded dan histopatologi; pengecatan untuk pemeriksaan
histopatologi digunakan cat Hematoksilin Eosin23. Tahap kedua operasi
adalah dilakukan timpanitomi di bawah mikroskop optik di ruang operasi
yang sama. Setelah dilakukan timpanitomi, dilakukan penghisapan kotoran
dari telinga tengah dan bilas telinga tengah dengan Dexamethasone 21phosfate pada semua kasus24,25,26. Sekret dari mukosa telinga tengah
dikirim untuk pemeriksaan bakteriologi.
c. Pengobatan setelah operasi. Dalam pengawasan periode pasca-operasi,
terus dilakukan pembersihkan hidung dengan larutan garam dan
penggunaan tetes hidung dengan efek vasokonstriksi hanya untuk periode
infeksi saluran pernapasan atas akut. Pada kasus dengan kotoran telinga
pada pipa telinga yang disumbat dilakukan lavage tabung telinga dengan
Dexamethasone dan drainase aktif dari efusi pada pipa telinga; pasien
menerima tetes antibiotik telinga hingga 5 hari.
HASIL
Insiden tertinggi hipertrofi adenoid disertai otitis media efusi terjadi pada anak
usia 3 tahun (Gambar 1). Pada saat operasi, 72,5% dari 29 semua anak yang
dimasukkan dalam penelitian ini menderita media bilateral otitis dengan efusi

(akut, dalam remisi atau otitis media kronik dengan efusi), 7,5%3 otitis media

efusi dan disfungsi tuba eustachius (ETD) dan hanya 20%8 otitis media dengan
efusi unilateral. Kesimpulannya, 80% dari anak-anak memiliki derajat tuli
konduktif bilateral yang berbeda pada saat operasi (Gambar 2).

Gambar 2. Penyakit telinga dan CHL saat operasi, n=40
40 pasien yang dilibatkan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
• kelompok pertama: 26 pasien (65%) – dilakukan pembedahan hanya
adenoidektomi;
• kelompok kedua: 14 pasien (35%) - diperlakukan pembedahan, adenoidektomi
dan uni atau bilateral timpanitomi dengan fiksasi pipa ventilasi telinga.
Pada kelompok pasien pertama dilakukan pembedahan adenoidektomi
sebagai prosedur tunggal pada 26 orang anak yang termasuk dalam penelitian ini
dan didapatkan:
• otitis media dengan efusi akut atau dalam fase remisi, dan
• pembesaran adenoid di rinofaring (Gambar 3).

Gambar 3. a) pembesaran adenoid yang ditutupi oleh sekret, menghalangi aliran
hidung dan ostium Eustachius, lubang hidung kiri; b) Hipertrofi adenoid medium,
dengan obstruksi parsial dan tidak ada halangan dari ostium Eustachius, lubang
hidung sebelah kanan; c) otitis media akut dengan efusi, fase remisi, telinga kirimelalui membran timpani yang relative semitransparan dapat dilihat secara jelas

gelembung udara dalam cairan sero-citrine dari cavum timpani tersebut; d) otitis
media kronis dengan efusi, telinga kanan - melalui membran timpani yang relatif
transparan dapat dilihat cairan coklat kekuningan dengan aspek seperti
meniskus27.

Penyakit telinga bilateral (otitis media bilateral dengan efusi, otitis media
dengan efusi dan disfungsi tuba eustachius) dan tuli konduksi bilateral ditemukan
pada 76,9%20 anak dari kelompok pertama. Mengingat bahwa periode rata-rata
antara kunjungan pertama dan operasi adalah 71 hari, dibuat catatan khusus pada
durasi tuli konduktif dalam derajat yang berbeda, tetapi pada kasus remisi terdapat
dalam kasus ini (Gambar 4).
Remisi gejala otitis media berulang dengan efusi dan tuli konduktif pada
pasien yang menderita adenoidektomi sebagai prosedur tunggal didapatkan hingga
1 bulan setelah operasi. Di kelompok pasien kedua dilakukan adenoidektomi dan
timpanotomi dengan fiksasi pipa ventilasi telinga pada 35%14 anak dalam
penelitian ini. Fiksasi pipa telinga dilakukan hanya pada anak-anak dimana tes

diagnostik tambahan mengungkapkan adanya cairan di telinga tengah dan respon
yang buruk terhadap terapi ( endoskopi / mikroskop telinga, fibroscopy hidung,
timpanometri dan refleks stapedian, audiometric nada murni, pemeriksaan

radiologi).

Gambar 4. Penyakit telinga dan CHL pada anak yang dilakukan adenoidektomi,
n=26.

Kriteria seleksi adalah apabila ada satu atau lebih dari:
• otitis media kronik dengan efusi atau otitis media akut dengan efusi yang
memberikan respon lambat dengan terapi;
• otitis media efusi berulang;
• riwayat otitis media akut berulang dengan perforasi membran timpani
spontan;
• penyakit telinga unilateral atau patologi yang lebih parah pada satu telinga;
• hipertropi adenoid medium (non obstruktif)

Fiksasi pipa ventilasi telinga dilakukan di kedua telinga pada 78,6%

11

anak dan

3

pada satu telinga pada 21,4% anak (Gambar 5).

Gambar 5. Penyakit telingan dan CHL pada anak yang dilakukan adenoidektomi
dan fiksasi pipa ventilasi telinga, n=14.
Remisi gejala otitis media efusi dan tuli konduktif (berulang atau respon
kurang terhadap terapi) pada pasien yang menderita adenoidektomi dan fiksasi
pipa telinga terlihat langsung setelah operasi; remisi dicapai setelah 14 dan 30 hari
pada sebagian besar pasien dengan pipa telinga. Pemeriksaan bakteriologis sekret
telinga tengah diambil selama timpanotomi, 71,4%10 menunjukkan pertumbuhan
koloni bakteri pada media: 28,6%4 Streptococcus pneumoniae, 21,4%3
Staphylococcus

epidermidis

dan

dengan

frekuensi

yang

sama,

7,1%1

Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Streptococcus viridans. Tidak
adanya pertumbuhan koloni bakteri terdaftar pada 28,6% 4 kasus (Gambar 6).

Gambar 6. Hasil dari pemeriksaan bakteriologis dari sekret telinga selama
timpatotomi, n=14.
Kekambuhan. 42,3% dari 11 pasien yang menjalani adenoidektomi sebagai satusatunya prosedur bedah dilaporkan mengalami otitis media akut rekuren dan otitis
media dengan efusi pada rata-rata 74 hari setelah operasi; gejala tuli konduktif
sepenuhnya pulih dalam perawatan medis sampai dengan 21 hari. Pada
kebanyakan pasien, kekambuhan terjadi karena infeksi sekunder akibat ISPA di
musim dingin / musim semi tahun 2010/2011 (November-April) (Gambar 7).
Sumbatan pada pipa telinga dengan efusi rekuran / kotoran telinga terdapat pada
21,4%3 kasus. Didapatkan 2 kasus infeksi sekunder akibat ISPA bilateral dan 1
unilateral pada musim dingin / musim semi tahun 2010/2011 (November-April);
periode rata-rata kekambuhan kotoran telinga pada 62 hari paska operasi (Gambar
7).

Gambar 7. Angka kambuhnya efusi telinga pada pasien dengan adenoidektomi
+/- fiksasi tabung telinga (hijau: pasien yang menjalani prosedur tertentu, merah:
kekambuhan), n = 40.
Dalam kasus ini, total durasi tuli konduktif jauh lebih pendek daripada di
kelompok pertama. 7 hari dengan pengobatan local, telinga dinyatakan telah
kering. Pada Gambar 8 disajikan evolusi telinga kiri pasien 5 tahun dengan tabung
telinga dan kotoran telinga yang menyumbat pipa telinga setelah 60 hari paska
operasi. 45,5%5 pasien dengan pipa telinga bilateral menderita infeksi saluran
pernapasan atas akut pada lebih dari 1 bulan setelah operasi tetapi tanpa keluhan
pada telinga karena adanya pipa ventilasi (keluhan utama mereka adalah keluhan
umum sebelum operasi).
14,3%

2

anak-anak menderita otitis media efusi dengan infeksi sekunder

pada saluran pernapasan atas yang terjadi setelah 1 bulan pengambilan pipa
telinga, remisi otitis media efusi diperoleh setelah 1 bulan pengobatan medis.

Gambar 8. Evolusi dari OME telinga kiri pada pasien berusia 5 tahun, gambar
endoskopik: a) kelenjar adenoid membesar ditutupi oleh sekret, menghalangi
aliran udara dan ostium Eustachius pada lubang hidung sebelah kanan, pada
kunjungan pertama; b) OME telinga kiri - melalui transparansi membran timpani
dapat dilihat gelembung udara dalam cairan sero-citrine, kunjungan pertama; c)
pipa ventilasi telinga, 4 hari setelah operasi - membran timpani yang normal tanpa
sekret di cavum timpani; d) otitis media akut setelah ISPA - pipa ventilasi telinga
tersumbat oleh sekret purulen; melalui membran timpani dapat dilihat kotoran
purulen yang mendorong jaringan sehat - 60 hari paska operasi; e) evolusi
abortive dari otitis media akut dengan pengobatan lokal - tabung telinga diblokir
oleh sekcret kuning yang mengering, melalui membrane timpani terlihat sekret
serosa mengisi seluruh cavum timpani; secret kuning kering di saluran
pendengaran eksternal - 66 hari dari operasi; f) evolusi abortive dari otitis media
akut – pipa telinga permeabel, di mana sekret serosa dari telinga tengah ke keluar
menuju liang telinga - 69 hari paska operasi27.

Dua anak yang dilakukan operasi adenoidektomi dan fiksasi pipa telinga
unilateral menderita otitis media akut pada telinga sehat selama 3 bulan setelah
operasi yang disebabkan karena infeksi sekunder dari ISPA (pada foto rontgen
proyeksi Schuller tampak telinga dengan pneumatisasi normal dan rongga udara
mastoid). Telinga dengan pipa ventilasi tidak terpengaruh keadaan inflamasi
karena adanya pipa ventilasi, sehingga tingkat pendengaran anak selama masa
penyembuhan hampir normal pada telinga yang dioperasi. Remisi dari otitis media
akut dengan efusi yang mengalami infeksi sekunder dari ISPA pada telinga yang
tidak dioperasi mencapai 14 hari setelah terapi medis (dengan pemberian
dekongestan nasal) di kedua pasien (Gambar 9).

DISKUSI
Peningkatan signifikan dari kualitas hidup (pernapasan melalui hidung,
mendengkur, sleep apnea, konsentrasi di sekolah) dilaporkan oleh orang tua
setelah operasi. Remisi lengkap dari gangguan pendengaran pada pasien dengan
otitis media efusi, yang hanya dilakukan adenoidektomi, telah dilaporkan hingga 1
bulan setelah operasi. Peningkatan signifikan dari tingkat pendengaran dilaporkan
pasca operasi pada anak-anak yang menjalani timpanotomi dengan tabung
ventilasi telinga fiksasi. Lamanya gangguan pendengaran dilaporkan

lebih

pendek pada pasien dengan pipa telinga. Kekambuhan otitis media akut dan otitis
media efusi pada pasien yang hanya dilakukan adenoidektomi jauh lebih tinggi
(42,3%) dibandingkan dengan rekurensi dari kotoran telinga yang menyumbat
pipa telinga pada pasien yang dilakukan adenoidektomi dengan fiksasi pipa
telinga (21,4%). Sebagian besar kekambuhan disebabkan oleh infeksi sekunder
karena ISPA.

Gambar 9. Evolusi anak usia 4 tahun 2 bulan yang didiagnosis dengan hipertrofi
adenoid, dengan otitis media akut supuratif pada telinga kiri dan riwayat otitis
media berulang dengan efusi telinga kiri yang menjalani adenoidektomi dan
timpanotomi dengan fiksasi pipa ventilasi telinga di telinga kiri. Kunjungan
pertama (huruf a-b): a) membran timpani telinga kanan normal, b) telinga kiri otitis media akut, tahap pra-perforasi. Setelah 1 bulan (pra operasi, huruf c-d): c)
membran timpani telinga kanan normal, d) telinga kiri - otitis media dengan efusi
- melalui transparansi membran timpani dapat dilihat cairan coklat kekuningan
yang mengisi seluruh cavum timpani. 3 bulan setelah adenoidektomi dan fiksasi
pipa ventilasi di telinga kiri, saat menderita ISPA ( huruf e-f): e) telinga kanan otitis media akut dengan efusi - melalui transparansi membran timpani dapat
dilihat cairan serosa yang mengisi seluruh cavum timpani dengan kecenderungan
untuk menjadi purulen, f) telinga kiri - membran timpani normal dengan pipa
ventilasi telinga di kuadran postero-inferior; tidak ada sekresi yang terlihat
melalui transparansi membran timpani atau di saluran pendengaran eksternal;
(huruf g-h) - foto Schuller tulang mastoid yang dibuat pada kunjungan pertama
(sesuai dengan a-b): g) telinga kanan - pneumatisasi moderat rongga udara tulang
mastoid, h) telinga kiri - pneumatisasi miskin dan kekeruhan dari rongga udara
tulaang mastoid 27.

Setelah adenoidektomi, komplikasi telinga selama kekambuhan lebih sedikit
dan pemulihan lengkap lebih cepat daripada di episode otitis media efusi pada saat
sebelum adenoidektomi (sampai 21 hari, pada anak-anak yang hanya dilakukan
adenoidektomi). Durasi tuli konduktif pada pipa telinga yang tersumbat kotoran
telinga sampai dengan 7 hari, secara signifikan lebih pendek daripada di rekurensi
pada telinga yang tidak dioperasi.
Efisiensi aerasi telinga yang dihasilkan oleh pipa telinga pada pasien yang
cenderung mengalami gangguan telinga ditunjukkan dalam waktu singkat
berdasarkan perubahan kedua telinga yang sehat dan juga telinga yang dioperasi.
Pada infeksi saluran pernapasan atas akut seperti yang ditunjukkan di atas: pada
telinga yang sehat berkembang menjadi otitis media akut dengan efusi dan
gangguan, namun pada telinga yang telah dioperasi tidak ada gangguan.
Untuk lavage telinga tengah selama timpanotomi, digunakan deksametason
untuk efek anti-inflamasi pada mukosa telinga tengah dan juga untuk perawatan
yang tepat pada telinga tengah dengan efusi, sehingga menurunkan risiko
komplikasi adesi pasca operasi dan atelektasis (seperti yang dijelaskan dalam
literatur)24,25,26. Pada sebagian besar anak, pembersihan sehari-hari yang dilakukan
lebih lanjut melalui hidung dengan larutan garam setelah operasi, memberikan
keseimbangan

normal fungsi

nasofaring,

menurunkan kekambuhan dan

meminimalkan komplikasi penyakit.
Dalam penelitian ini, didapatkan penurunan ukuran tonsil palatina setelah
operasi pada pasien yang didiagnosis pada kunjungan pertama dengan hipertrofi
tonsil palatina. Penyebab yang mungkin adalah karena penurunan inflamasi /
peradangan menular sekitarnya dan peningkatan fungsi pernapasan. Prosedur
diagnostik yang dilakukan pada otitis media efusi adalah fibroscopy hidung,
endoskopi atau mikroskopi telinga, timpanometri dan refleks stapedian,
pemeriksaan pendengaran (garpu tala dan audiometric nada murni - bila mungkin
mempertimbangkan usia), mikrobiologi dan kultur dari sekret hidung dan telinga
(pada otitis media dengan efusi - efusi diambil selama timpanostomi), foto
rontgen posisi Schuller atau CT / MRI (otitis media akut dengan perforasi

membrane timpani spontan, riwayat otitis media akut berulang / otitis media
dengan efusi terutama pada satu sisi, otitis media dengan efusi yang tidak
berespon dengan pengobatan, otitis media kronis dengan efusi, mastoiditis).
Sebagian besar pasien dengan otitis media efusi pada saat pembedahan atau
selama eksaserbasi, setelah operasi didapatkan hasil pada foto Schüller’s berupa
pneumatisasi miskin dengan kekeruhan daerah proyeksi rongga udara tulang
mastoid atau tidak adanya pneumatisasi dari rongga udara mastoid. Aspek
radiologis mastoid, ditemukan pada pasien dengan respon yang buruk terhadap
terapi medis, yang menjadi tuntunan dalam pengambilan keputusan untuk
dilakukan timpanotomi dengan atau tanpa fiksasi pipa. Dalam penelitian ini,
tulang mastoid dianggap sebagai organ kunci yang utama dalam menjalankan
fungsi telinga tengah.
Selain itu, saat ini tidak ada bukti kuat untuk mendukung manajemen
operasi otitis media efusi unilateral6, dalam kasus-kasus tertentu di mana tes
diagnostik tambahan menunjukkan secara signifikan patologi satu telinga yang
lebih parah (misalnya, perbedaan besar pneumatisasi antara dua mastoids di
kejadian X-ray Schuller), dilakukan prosedur yang sama dengan timpanotomi
adenoidektomi unilateral dengan fiksasi pipa ventilasi telinga pada telinga yang
terkena, dengan hasil yang baik.
Dalam penelitian ini tercatat untuk keseluruhan periode tuli konduksi pada
setiap episode otitis media efusi berlangsung setidaknya 14 hari sampai sembuh
total. Pada rentang usia 2 sampai 4 tahun, plastisitas otak untuk belajar bicara
maksimal. Terbatasnya informasi auditori akan menyebabkan keterlambatan
bahasa, pada orang tua sering terlihat sebagai keterlambatan atau kesalahan
pengucapan huruf dan kata-kata. Orang tua sering mengeluhkan anak kesulitan
bernapas, meskipun pada konsultasi pertama kebanyakan dari anak memiliki
masalah pendengaran, sebagai konsekuensi dari otitis media dengan efusi karena
disfungsi sekunder tuba Eustachius akibat hipertrofi adenoid. Penelitian ini
menemukan bahwa penting untuk menilai kesehatan anak selama konsultasi dari
berbagai bagian antara spesialis THT, dokter anak dan ahli radiologi bila perlu.

KESIMPULAN
Hipertrofi adenoid memainkan peran penting dalam onset dan kekambuhan dari
otitis media efusi pada anak-anak. Adenoidektomi memberikan remisi lebih cepat
pada otitis media efusi dan efektif dalam mencegah kekambuhan. Setelah
adenoidektomi insiden kekambuhan dan periode penyembuhan pada otitis media
efusi menjadi lebih kecil. Frekuensi kekambuhan dan respon yang buruk terhadap
terapi pada otitis medis efusi lebih tinggi pada pasien dengan pneumatisasi tulang
mastoid miskin atau tidak ada sama sekali.
Periode tuli konduktif terbukti secara signifikan lebih kecil pada anak
dengan otitis media efusi yang menjalani adenoidektomi dengan fiksasi pipa
ventilasi telinga. Durasi tuli konduktif juga lebih pendek pada pasien dengan pipa
telinga yang tersumbat kotoran telinga dibandingkan pada pasien tanpa pipa
telinga. Didapatkan data secara signifikan bahwa periode total kehilangan
pendengaran lebih tinggi pada pasien yang menjalani adenoidectomy tanpa tabung
telinga baik selama penyembuhan otitis media efusi setelah operasi maupun
selama rekurensi. Pemasangan pipa telinga meningkatkan peluang pemulihan
lebih cepat dari telinga dan mengurangi tuli konduktif sekunder akibat otitis media
efusi dengan segera dan mencegah kekambuhan. Manajemen bedah pada otitis
media efusi unilateral harus dipertimbangkan dalam kasus-kasus di mana tes
diagnostik tambahan secara signifikan menunjukkan kelainan patologi yang lebih
parah pada satu telinga.
Drainase awal dari efusi telinga tengah meningkatkan kualitas hidup, baik
segera setelah operasi maupun secara jangka panjang dan mendukung ventilasi
rongga udara mastoid yang berperan penting dalam menjalankan fungsi normal
dari telinga.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25