LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS CINTA

LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS CINTA LINGKUNGAN (StudiPada Madrasah AliyahNegeri di Kota Medan)

Oleh: DEDI SAHPUTRA NAPITUPULU

NIM: 3003163013

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERISUMATERA UTARA MEDAN 2017

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Isu mengenai lingkungan hidup memang tidak terlalu populer jika dibandingkan dengan isu politik, ekonomi, terorisme, toleransi beragama dan isu- isu lainnya. Perhatian mengenai lingkungan hidup baru mencuat kepermukaan manakala terjadi bencana seperti banjir, kebakaran hutan, tanah longsor dan sebagainya. Tetapi belakangan ini lingkungan hidup menjadi ramai dibicarakan di forum-forum ilmiah dan menjadi salah satu isu hangat dan menjadi perhatian dunia Internasional. Selama ini banyak orang yang lalai dan lupa bahwa ternyata kelestarian lingkungan juga memiliki dampak yang besar terhadap kesejahteraan manusia.

Lingkungan dalam arti alam adalah keadaan (kondisi, kekuatan) sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku organisme. 1 Sedangkan yang

dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta

mahluk hidup lainnya. 2 Dengan demikian, maka lingkungan hidup sangat berpengaruh terhadap siapa saja yang berada didalamnya. Baik buruknya kualitas

seseorang tergantung dari lingkungan tempat tinggalnya. Demikian juga dengan lembaga pendidikan, kualitasnya sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan sekitarnya.

Interaksi antara manusia dan lingkungan sesungguhnya tidak dapat dipisahkan. Lingkungan dapat mempengaruhi manusia tapi tidak jarang pula bahwa kehadiran manusia juga dapat mempengaruhi bahkan merubah lingkungan.

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besa r Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 675. 2

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 pasal 1 ayat 1.

Keberlangsungan hidup manusia sangat ditentukan oleh kemampuannya menyesuaikan diri dengan lingkungan (adaptasi). Oleh karenanya sangat disayangkan bila terjadi hubungan yang kurang baik antara manusia dengan lingkungannya.

Banyaknya bencana yang terjadi dewasa ini merupakan indikasi bahwa kesadaran lingkungan pada sebahagian besar masyarakat kita dinilai sangat memperihatinkan. Dimulai dari sekala Internasional bahwa menipisnya lapisan ozon yang menyebabkan bumi ini semakin panas serta cuaca ekstim yang terjadi di berbagai belahan dunia, masalah tersebut terbungkus dalam istilah Global warming yang kini menjadi permasalahan yang sangat serius. Pada level Nasional kita maklumi bersama bahwa perusakan dan pembakaran hutan khususnya diwilayah Riau dan Kalimantan sangat masif dilakukan oleh kelompok-kelompok orang yang tidak bertanggungjawab. Sedangkan pada tingkat lokal bencana banjir masih sering terjadi akibat kesadaran masyarakat yang membuang sampah pada tempatnya masih sebatas selogan saja.

pada diri seseorang menyebabkannya tidak mempunyai kontrol diri sehingga akan berbuat sesuka hatinya. Sangat besar kemungkinan terjadi perusakan lingkungan atau ketidak pedulian seseorang terhadap lingkungan sekitar dikarenakan lemahnya pemahaman dan pengamalannya dalam beragama. Oleh sebab itu, perlu trobosan baru dalam mengabungkan kecintaan terhadap alam melalui internalisasi nilai- nilai keagamaan.

Realitas sosial saat ini telah membuktikan adanya kerusakan lingkungan. Penanganannya secara teknik-intelektual sudah banyak diupayakan, namun secara moral spiritual belum cukup diperhatikan dan dikembangkan. Oleh sebab itu, pemahaman masalah lingkungan hidup dan penanganannya perlu diletakkan di atas suatu pondasi moral dengan cara menghimpun dan merangkai sejumlah Realitas sosial saat ini telah membuktikan adanya kerusakan lingkungan. Penanganannya secara teknik-intelektual sudah banyak diupayakan, namun secara moral spiritual belum cukup diperhatikan dan dikembangkan. Oleh sebab itu, pemahaman masalah lingkungan hidup dan penanganannya perlu diletakkan di atas suatu pondasi moral dengan cara menghimpun dan merangkai sejumlah

Alquran secara tegas telah mensinyalir bahwa berbagai kerusakan yang terjadi di bumi ini disebabkan karena ulah tangan manusia yang tidak perduli terhadap kelestarian lingkungan hidup sehingga akibatnya terjadi berbagai bencana alam yang silih berganti. Didalam surah Ar-Ru>m/30: 41 telah dijelaskan sebagai berikut:

Arti nya: “ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali kejalan yang benar ” .

Ayat diatas menjelaskan kepada kita bahwa kerusakan yang terjadi dibumi adalah karena ulah tangan manusia. Dari sini dapat dipahami betapa Islam sangat menaruh perhatian yang serius terhadap kelestarian lingkungan demi kesejahteraan manusia hidup di bumi Allah ini. Lebih dari sekedar itu ayat diatas sekaligus memberikan peringatan dan ancaman kepada manusia tentang urgensi menjaga alam ini. Jika alam ini dirusak maka timbul bencana sebagai peringatan kepada tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab. Bukan hanya itu, yang tidak ikut berperan dalam merusak lingkungan pun juga akan terkena imbasnya.

Demikian pula di dalam hadis Rasulullah Saw juga di jelaskan bahwa salah satu indikator keimanan seseorang adalah dengan menjaga kebersihan lingkungannya. Dengan demikian maka sebenarnya Islam sangat memberikan perhatikan yang serius terhadap permasalahan lingkungan. Dalam hal ibadah misalnya, kesucian lahir dan batin, badan, pakaian serta tempat menjadi prasyarat diterimanya amalan seseorang. Bahwa kenyataan yang dilapangan masih terdapat

3 Fahmi Hamidi, “Lingkungan Hidup Dalam Perspektif Fiqih Islam”, dalam Ta‟lim Muta‟alim, vol. III, h. 77.

berbagai persoalan-persoalan yang tidak sesuai dengan harapan merupakan masalah lain, yang jelas perhatian Islam terhadap lingkungan sangat serius.

Manusia diciptakan Allah dimuka bumi ini memiliki dua tugas pokok yaitu sebagai hamba dan khalifah. Sebagai khalifah manusia ditugaskan untuk mengatur dan menata bumi ini, tentu amanah yang diberikan kepada manusia sangatlah berat. Sepertinya Allah tidak salah pilih, diantara makhluk ciptaannya hanya manusialah yang diberi tugas untuk mengelola bumi demi keberlangsungan dan kesejahteraan hidup mereka dan anak cucu generasi berikutnya. Sebagai seorang hamba manusia tentunya harus tunduk dan patuh terhadap perintah Allah termasuk dalam hal pengelolaan lingkungan alam ini. oleh karena itu, memelihara dan membangun lingkungan di permukaan bumi ini adalah ajaran yang penting

dalam Islam. 4

Untuk mengatasi persoalan lingkungan yang semakin hari kian krisis ini tentu perlu dicari jalan keluar melalui berbagai upaya yang dilakukaan. Salah satu upaya yang dimaksud adalah melalui integrasi pendidikan Islam khususnya pada lembaga pendidikan Islam dan kesadaraan akan lingkungan hidup. Melalui lembaga pendidikan Islam diharapkan mampu menghasilkan insan yang cinta terhadap lingkungan. Dengan berbagai metode yang dilakukan, lembaga pendidikan Islam diharapkan mampu mengubah setiap sendi kehidupaan masyarakat tidak hanya mampu memecahkan persoalan keagamaan tetapi juga peranan pendidikan Islam diharapkan mampu berkontribusi pada persolan umum seperti sosial, ekonomi, politik termasuk kearifan terhadap lingkungan. Salah satu cara untuk menanamkan kecintaan terhadap lingkungan khususnya di madrasah adalah melalui dengan cara pencanangan program cinta lingkungan sebagai basis atau visi madrasah yang kemudian diterapkan dengan tindakan nyata oleh seluruh warga madrasah. Melalui kecintaan terhadap lingkungan hidup akan mampu merubah prilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

4 Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan P emikiran (Bandung: Mizan, 1998), h. 206.

kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan

lingkungan untuk kepentingan sekarang dan generasi yang akan datang. 5

Secara tidak langsung kondisi lingkungan berpengaruh pada kualitas masyarakat yang berdomisili ditempat itu. Lingkungan yang kumuh biasanya terdapat didaerah-daerah yang masyarakatnya berpendidikan dan berpenghasilan rendah. Sementara lingkungan yang asri biasanya dihuni oleh mereka kelompok elit. Demikian pula jika berbicara mengenai lingkungan madrasah Secara tidak langsung lingkungan yang sejuk, rapi dan bersih akan berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam mengikuti dan menerima pelajaran di madrasah, jika lingkungan madrasahnya baik maka para siswa akan merasa nyaman belajar namun jika lingkungan madrasah kumuh siswa tidak akan bergairah untuk mengikuti pelajaran.

Kesadaran akan lingkungan madrasah yang sudah tertanam pada seluruh warga madrasah akan mengantarkan madrasah tersebut menjadi madrasah yang berprestasi dan berhasil melaksanakan program kegiatan belajar mengajar. Hal itu memang sangat pantas karena baik buruknya sebuah lembaga pendidikan sangat bergantung pada kualitas lingkungannya.

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) yang berada di kota Medan adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan Islam favorit yang telah membuktikan bahwa madrasah sesungguhnya mampu menerapkan kesadaran lingkungan bagi seluruh siswa, guru dan pegawai. Hal ini dapat terwujud karena memang kesadaran akan lingkungan tertuang secara gamblang didalam visi dan misi serta dalam tindakan nyata.

Sebagai sebuah sekolah yang bercirikan Islam, madrasah tidak hanya mengajarkan mata pelajaran agama saja, tetapi juga melaksanakan pembelajaran

5 Dewi Liesnoor Setyowati, et.al. Pendidikan Lingkungan Hidup (Semarang: Pusbang Universitas Negeri Semarang, 2014), h. 2.

umum sebagaimana yang lazim di sekolah menengah atas lainnya. Hal yang paling menarik di madrasah adalah siswa juga dididik bagaimana melestarikan, menjaga dan mencintai lingkungannya. Adalah patut di banggakan bahwa dari sekian banyak sekolah yang ada di Sumatera Utara, madrasah masuk nominasi sekolah hijau tingkat Nasional yang direkomendasikan oleh Gubernur untuk mengikuti kompetisi Adiwiyata dari Kementrian Lingkungan Hidup bersama sekolah-sekolah dari seluruh penjuru Nusantara. Dari pengamatan awal peneliti bahwa pada Madrasah Aliyah Negeri yang ada di kota Medan (MAN 1, MAN 2 Model dan MAN 3 Medan) telah berhasil mewujudkan lingkungan sekolah yang sejuk dan nyaman melalui penerapan visi dan misi madrasah yang berbasis pada kecintaan terhadap lingkungan. Keberhasilan ini tentu tidak terlepas dari berbagai upaya dan kerja yang telah dilakukan. Oleh karena itu apa yang telah dilakukan oleh Madrasah Aliyah Negeri di Kota Medan menurut penulis juga patut untuk diterapkan pada seluruh madrasah yang ada di Kota Medan dan tidak menutup kemungkinan kepada seluruh sekolah yang ada di seluruh penjuru Negeri.

Berangkat dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul: “Lembaga Pendidikan Islam Berbasis Cinta

Lingkungan (Studi pada Madrasah Aliyah Negeri di Kota Medan)”.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana konsep lembaga pendidikan Islam berbasis cinta lingkungan di Madrasah Aliyah Negeri di kota Medan?

2. Apa saja usaha-usaha yang dilakukan oleh Madrasah Aliyah Negeri di kota Medan dalam menerapkan konsep lembaga pendidikan Islam berbasis cinta lingkungan ?

3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam menerapkan konsep lembaga pendidikan Islam berbasis cinta lingkungan di Madrasah Aliyah Negeri di kota Medan?

C. Penjelasan Istilah

Sebagaimana judul yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan agar dapat terlihat batasan-batasan masalah yang hendak dibahas dan menjadikan penelitian ini lebih fokus. Adapun istilah-istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Lembaga secara etimologi adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberi bentuk pada yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan mengadakan sesuatu penelitian keilmuan atau melakukan suatu usaha. Dalam pengertian fisik, lembaga berarti institute yaitu sarana atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu, dalam pengertian fisik lembaga juga disebut sebagai bangunan. Sedangan pengertian lembaga secara non-fisik atau abstrak adalah institution, yakni suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan, dapat juga disebut sebagai

pranata 6 .

2. Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia

dan memetik hasilnya di akhirat. 7

3. Kata basis dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti asas, atau dasar. 8 Dalam konteks penelitian ini konsep cinta lingkungan dijadikan

sebagai dasar dan tujuan madrasah, hal ini dapat terlihat dari visi misi yang dirumuskan oleh Madrasah Aliyah Negeri yang ada di kota Medan memiliki kesamaan yaitu berbasis pada kecintaan terhadap lingkungan.

4. Lingkungan dalam arti alam adalah keadaan (kondisi, kekuatan) sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku organisme. 9

6 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. I (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 2016. 7 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tenta ng Pendidikan Islam (Bandung: Al-

Ma‟arif, 1980), h. 94. 8 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia . h. 98.

9 Ibid., h.675.

Lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkungan yang berada di sekitar Madrasah yang menjadi lokasi penelitian.

D. Tujuan Penelitian

Sebagai jawaban dari rumusan masalah diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep lembaga pendidikan Islam berbasis cinta lingkungan di Madrasah Aliyah Negeri di kota Medan

2. Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh Madrasah Aliyah Negeri di kota Medan dalam menerapkan lembaga pendidikan Islam berbasis cinta lingkungan

3. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam menerapkan konsep lembaga pendidikan Islam berbasis cinta lingkungan di Madrasah Aliyah Negeri di kota Medan.

E. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis penelitian ini berguna untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan bagi para pembaca terutama bagi orang-orang yang menekuni bidang pendidikan Islam. Dalam cakupan yang lebih luas lagi, penelitian ini bertujuan untuk memberikan konsep integrasi antara pendidikan Islam dan prilaku warga sekolah/madrasah yang cinta terhadap lingkungan.

2. Secara empiris penelitian ini berguna memberikan masukan dan kontribusi dalam hal konsep lembaga pendidikan Islam berbasis cinta lingkungan melalui upaya nyata, khususnya bagi Madrasah Aliyah Negeri yang ada di kota Medan sebagai penggagas utama yang mencantumkan visi misi dan tindakan nyata yang cinta kepada lingkungan.

3. Sebagai bahan masukan sekaligus bahan kajian bagi stake holder pendidikan khususnya bagi kepala madrasah, para guru yang berada pada lingkup lembaga pendidikan Islam dan seluh masyarakat pada umumnya.

4. Sebagai pelengkap dan tambahan perbendaharaan hasil penelitian dengan harapan dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan lembaga pendidikan Islam.

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Lembaga Pendidikan Islam

Sangat banyak definisi para ahli mengenai lembaga pendidikan. lembaga yang dimaksud adalah penyelenggara pendidikan yang bertanggungjawab untuk mencerdaskan anak bangsa. Ki Hadjar Dewantara meluaskan penyelenggaraan pendidikan dengan “ tricentra ” yang merupakan tempat pergaulan anak didik dan sebagai pusat pendidikan yang amat penting baginya. “ Tricentra ” itu adalah (1) Lembaga keluarga yang membentuk lembaga pendidikan keluarga, (2) Lembaga perguruan yang membentuk lembaga pendidikan sekolah, (3) Lembaga pemuda

yang berbentuk lembaga pendidikan masyarakat. 10

Sidi Gazalba seorang pakar agama Islam berpandangan bahwa lembaga- lembaga yang mempunyai tanggungjawab pendidikan ialah:

1. Rumah tangga, yaitu pendidikan primer untuk fase bayi dan fase kanak-kanak sampai usia sekolah. Pendidiknya adalah orang tua, sanak kerabat, famili, saudara-saudara dan teman sepermainan.

2. Sekolah, yaitu pendidikan sekunder yang mendidik anak mulai usia sekolah sampai ia keluar dari sekolah tersebut. Pendidiknya adalah guru yang professional.

3. Kesatuan sosial, yaitu pendidikan tertier yang merupakan pendidikan yang terakhir tetapi bersifat permanen. Pendidiknya adalah

kebudayaan, adat istiadat, suasana masyarakat setempat. 11 Dari pandangan-pandangan beberapa ahli tentang siapayang

bertanggungjawab menyelenggarakan pendidikan seperti yang secara tegas di sebut oleh Ki Hadjar Dewantara dan Sidi Gazalba adalah lembaga sekolah. 12

Sekolah dalam istilah lembaga pendidikan Islam akrab di kenal dengan nama

10 Muhaimin dan Abdul Mujid, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda, 1993), h. 288.

11 Sidi Gazalba, Pendidikan Umat Islam: Masalah terbesa r Kurun Kini Menentukan Nasib Umat (Jakarta: Bharata, 1970), h. 26-27. 12

Hasbi indra, Pesantren dan Transformasi Sosial , (Jakarta: PT. Pemadani, 2005). h. 214.

madrasah. Akan tetapi dua istilah ini oleh masyarakat sering dibeda-bedakan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Azyumardi Azra:

Meskipun dalam kenyataannya “madrasah” berarti “sekolah”, di Indonesia istilah tersebut secara khusus mengacu kepada “sekolah (agama) Islam”. Di Nusantara sistem madrasah mulai berkembang pada dekade-dekade awal abad ke-20 pada mulanya memfokuskan diri nyaris secara eksklusif pada studi bahasa Arab dan studi Islam lainnya. Seperti Alquran, Hadis, fiqh, sejarah Islam dan mata pelajaran Islam lainya. Lama sebelumnya, madrasah secara perlahan mengadopsi matematika, geografi dan ilmu-ilmu

umum lainnya yang dimasukkan kedalam ilmu-ilmu umum lainnya. 13 Di dalam catatan sejarah tercatat ada beberapa lembaga pendidikan Islam

yang turut berkontribusi pada pengembangan khazanah intelektual muslim dimulai dari bentuk yang paling klasik sampai dengan bentuk modern. Diantara lembaga pendidikan Islam pada masa klasik adalah kuttab, mesjid dan mesjid khan, perpustakaan, pendidikan rendah di istana, toko-toko kitab, rumah-rumah

para ulama, majelis kesusastraan, madrasah, rumah sakit dan pendidikan tinggi. 14 Dalam perkembangannya, ternyata hari ini sejumlah lembaga pendidikan Islam

tersebut yang mampu bertahan dan berkembaang pesat adalah madrasah dan pondok pesantren.

Madrasah dan Pesantren-pesantren yang pada hakikatnya adalah suatu alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata,yang sudah berurat berakar dalam masyarakat Indonesia umumnya, hendaklah pula mendapat perhatian dan bantuan yang nyata dengan berupa tuntutan dan bantuan materiil dari

pemerintah. 15

Dalam rangka konvergensi, Departemen Agama menganjurkan supaya pesantren yang tradisional dikembangkan menjadi sebuah madrasah, disusun secara klasikal, dengan memakai kurikulum yang tetap dan memasukkan mata

13 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi Modernisasi Menuju Milenium Baru (PT.Logos Wacana Ilmu, 1999), 72.

14 Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah: Kajian Dari Zaman Pertumbuhan Sampai Kebangkitan (Jakarta: Kencana, 2013), h. 86-99.

15 Karel A. Steenbrink, Pesantren Madra sah Sekolah: Pendidikan Islam Dalam Kurun Modern (Jakarta: LP3ES, 1991), h. 96.

pelajaran umum disamping agama. Sehingga murid di madrasah tersebut mendapatkan pendidikan umum yang sama dengan murid di sekolah umum. 16

Dalam hubungan itu, lembaga pendidikan yang dikenal dalam khazanah Islam banyak sekali, seperti mesjid (surau, langgar, mushala dan meunasah), pengajian dan penerangan Islam ( majelis ta‟lim), kursus-kursus keIslaman, badan-

badan konsultasi keislaman, Madrasah dan Pondok pesantren. 17 Lembaga pendidikan Islam sesungguhnya berawal dari masjid, fungsi

masjid pada masaini bukan saja sebagai tempat melaksanakan ibadah wajib seperti shalat, tetapi juga berfungsisebagai tempat untuk mengkaji ilmu pengetahuan. Tetapi kemudian masjid sangat terbatas luasnya, sementara itu jumlah penuntut ilmu pengetahuan semakin banyak, dan tak bisa ditampung lagi oleh masjid.Untuk merespon hal itu, dibuatlah tempat khusus yang tempatnya berhubungan dengaan masjid atau tempat yang tidak jauh dari masjid, mereka menanamkan pendidikan yang mengajarkan ilmu agama itu dengan nama

Madrasah atau 18 kuttab.

Sebenarnya lembaga pendidikan Islam dimulai sejalan dengan pendidikan Islam itu dimulai bersamaan dengan kedatangan agama Islam itu sendiri yaitu

pada tahun 611 M. 19 Kemudian Islam berkembang pesat menyebar keseluruh penjuru dunia serta mengalami kemajuan. Pada saat yang sama lembaga

pendidikan Islam juga menyebar keseluruh wilayah yang ditahlukkan. Oleh karena perubahan zaman, maka pendidikan dan lembaga pendidikan Islam juga mengalami dinamika perkembangan pada setiap aspeknya.

Dalam konteks penelitian ini lembaga pendidikan Islam yang dimaksud adalah madrasah. Oleh karena itu, rangkaian paragraf berikut ini akan lebih fokus membahas mengenai eksistensi madrasah, dimulai dari pengertian, sejarah berdiri sampai kepada perkembangannya.

16 Ibid ., h. 97. 17 Indra,

18 Pesantren , h. 214. Ibid. 19 Abd. Mukti, Paradigma Pendidikan Islam: Dalam Teori dan Praktek Sejak Periode

Klasik Hingga Modern (Medan: Perdana Publishing, 2016), h. 105.

B. Pengertian dan Sejarah Perkembangan Madrasah

Madrasah dalam Shorter Encyclopedia of Islam sebagaimana yang dikutip oleh Haidar adalah “ Name of an institution where the Islamic science are studied ” (nama dari suatu lembaga dimana ilmu-ilmu keIslaman diajarkan). 20 Sementara

itu, menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 1 tahun 1946 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 7 tahun 1950 maupun SKB Tiga Menteri (Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) Tahun 1975, dapat dipahami bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran pokok sebagai ciri khasnya yang

membedakan dengan sekolah. 21 Dalam sejarah Islam, Madrasah sudah menjadi fenomena yang menonjol

sejak awal abad 11-12 M (abad ke-5 H), khusunya ketika Wazir Bani Saljuk, Niz}am al-Muluk mendirikan Madrasah Niz}amiyah di Bagdad. Sebuah lembaga pendidikan yang bertujuan menyebarkan pemikiran Sunni untuk menghadapi

tantangan pemikiran Syi‟ah. 22 Pada perkembangan berikutnya, madrasah menjadi lembaga pendidikan yang berkembang dan menjadi trend di hampir seluruh

kekuasaan Islam. Menurut George Makdisi sebagaimana yang dikutip oleh Ainurrafiq dan

Ahmad Ta‟arifin mengungkapkan bahwa akar sejarah pertumbuhan madrasah dalam dunia Islam melewati tiga tahap, yaitu: (1) Tahap masjid, (2) Tahap masjid khan , dan (3) Tahap madrasah.

Tahap masjid berlangsung terutamapada abad ke delapan dansembilan. Masjid yang dimaksud dalam konteks ini adalah masjid yang selain digunakan sebagai tempat shalat berjamaah juga digunakan sebagai majelis ta‟lim (pendidikan).

Tahap kedua adalah lembaga masjid khan , yaitu masjid yang dilengkapi dengan bangunan khan (asrama atau pondok) yang masih

20 Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaha ruan P endidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2012), h. 98. 21

Ibid ., h.106. 22 Ainurrafiq dan Ahmad Ta‟arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pondok pesantren

(Jakarta: Listafariska Putra, 2004), h. 31.

bergandengan dengan masjid. Berbeda dengan masjid biasa, masjid khan menyediakan tempat penginapan yang cukup representatif bagi para pelajar yang datang dari berbagai kota. Tahap ini mencapai perkembangan yang sangat pesat pada abad ke sepuluh.

Sedangkan tahap ketiga adalah madrasah yang khusus diperuntukkan bagi lembaga pendidikan. pada tahap ini, madrasah yang pada umumnya terdiri dari ruang belajar, ruang pemondokan, dan masjid telah berhasil mengintegrasikan kelembagaan masjid biasa (tahap pertama) dengan

masjid 23 khan (tahap kedua). Satu abad setelah berdirinya Madrasah Niz}am al-Mulk, di Mesir

didirikan pula Madrasah al-Hafiz}iya>t oleh khalifah Hafiz}lidi>nilla>hal- Fat}imiy (525 H/1131 M) di Iskandariyah dan Madrasah al- Syafi‟iya>t yang didirikan oleh Ibn Salaz pada tahun (546 H/1151 M) di Kairo. Keduanya

merupakan madrasah pertama di Mesir, bahkan Afrika Utara. 24 Pada awalnya usaha pendirian madrasah ini dilatar belakangi oleh pertarungan pemikiran aliran

dan paham ummat Islam kala itu. Seperti paham keagamaan yang berkembang pada awal mula madrasah didirikan adalah paham Syi‟ah, maka didirikan madrasah di tempat yang lain oleh kelompok orang yang berpaham Sunni.

Pada gilirannya nanti, siapa yang berkuasa maka paham keagamaan penguasanya lah yang di sebar luaskan dengan cara menjadikan paham tersebut mazhab resmi Negara. Seperti kasus yang terjadi ketika awal berdirinya al-Azhar yang dikembangkan adal ah paham Syi‟ah karena penguasa ketika itu dinasti Fat}imiyah berpaham Syiah, tetapi belakangan, beralih menjadi Sunni hingga hari ini. Dari kenyataan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa sistem politik pemerintahan sangat berpengaruh besar pada sistem yang ada didalam lembaga pendidikan Islam.

Kebiasaan mendirikan madrasah sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah terdahulu ternyata diikuti oleh kahalifah sesudahnya. Setelah dinasti Ayyubiah diteruskan oleh sultan Mamluk (648 H/1250 M) madrasah baru terus bermunculan, diantaranya adalah Madrasat al-S}ahibiya>t yang didirikan pada

23 Ibid., h. 32. 24 Abd. Mukti, Pembaharuan Lembaga Pendidika n di Mesir: Studi Tentang Sekolah-

Sekolah Modern Muhammad „Ali Pasya (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008), h. 57-58.

tahun (654 H/1256 M), Madrasat Maglat}i al-Juma>li yang didirikan pada tahun (730 H/ 1329 M) di Kairo dan Madrasat al-Jai> yang didirikan pada tahun (768

H/1366 M) di Kairo. 25 Selain dari Niz}amul Mulk, Nuruddin Zinky juga mendirikan madrasah-

madrasah, menurut catatan sejarah, beliaulah orang pertama mendirikan madrasah di Damaskus. Madrasah yang didirikannya cukup banyak tersebar di kota-kota

Syiria sampai ke desa-desa. 26 Setelah kemunduran madrasah Niz}amiyah maka pada abad ke-13 muncul madrasah yang sangat terkenal yaitu madrasah

Mustansiriyah yang didirikan oleh khalifah al-Mustansir ayah khalifah Abbasiyah yang terakhir Mustashim. Demikian seterusnya madrasah berkembang pesat sampai ke India. Misalnya sangat terkenal Madrasah Deoband yang banyak

melahirkan ulama-ulama India. 27 Tidak hanya sampai di India, Islam juga menyeber ke Asia Tenggara termasuk Indonesia, seiring dengan itu pertumbuhan

lembaga pendidikan Islam termasuk madrasah mengalami perkembangan yang pesat.

C. Madrasah di Indonesia

Tumbuh dan berkembaangnya madrasah di Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan tumbuh dan berkembangnya ide-ide pembaharuan dikalangan ummat Islam. Di permulaan abad ke-20 banyaklah pulang ke tanah air para pelajar yang telah belajar dan bermukim bertahun-tahun di Timur Tengah. Sekembalinya mereka ke Indonesia mereka mengembangkan ide-ide baru dalam bidang

pendidikan. salah satu diantaranya melahirkan madrasah. 28 Seperti yang di ungkapkan oleh Azyumardi Azra bahwa Saling silang hubungan ulama yang

terlibat dalam jaringan menciptakan komunitas-komunitas intelektual internasional yang saling berkaitan satu sama lain, hubungan mereka pada

25 Ibid., 61. 26 Daulay dan Pasa, Pendidikan Islam , h. 97.

28 Ibid ., h. 98. Daulay, Sejarah , h. 100.

umumnya dalam kaitan dengan upaya pencarian ilmu melalui lembaga-lembaga pendidikan, seperti masjid, madrasah dan ribat}. Karena itu kaitan dasar antara

mereka bersifat akademis 29 Sejalan dengan itu, Faisal Ismail juga berkomentar tentang ide

pembaharuan pendidikan Islam: Jika usaha dan upaya pembaharuan pendidikan Islam bermula dari

gagasan dan pemikiran, maka gagasan dan pemikiran pembaharuan pendidikan Islam harus dicetuskan oleh kaum cendikiawan dan sarjana Islam. Disinilah tugas, peran dan tanggungjawab para cendikiawan dan sarjana Islam dalam menyusun dan merumuskan pokok-pokok pikiran pembaharuan pendidikan Islam baik secara konseptual maupun teknis operasional. Para tokoh pendidik Islam, para ulama, para cendikiawan dan para sarjana Islam mempunyai tanggungjawab bersama dan bersama seluruh lapisan masyarakat menata dan mengembangkan pembaharuan

pendidikan. 30 Lebih lanjut mengenai sejarah pertumbuhan dan perkembangan madrasah

di Indonesia serta tokoh pendirinya di jelaskan oleh Haidar Putra Daulay: Diantara ulama yang berjasa dalam menggagas tumbuhnya

madrasah di Indonesia antara lain Syekh Abdullah Ahmad, pendiri Madrasah Adabiyah di Padang pada tahun 1909. Pada tahun 1915 Madrasah ini menjadi HIS Adabiyah yang tetap mengajarkan agama. Syekh M. Thalib Umar pada tahun 1910 mendirikan Madrasah School di Batu Sangkar. Tiga tahun kemudian madrasah ini ditutup dan baru pada tahun 1918 dibuka kembali oleh Mahmud Yunus pada tahun 1923 madrasah ini berganti nama menjadi Diniyah School. Pada tahun yang sama, Rangkayo Rahmah Elyunusiyah mendirikan Madrasah Diniyah Putri di Padang Panjang, sebelumnya yaitu pada tahun 1915 Zainudin Labai al- Yunusi mendirikan Madrasah Diniyah di Padang Panjang. Madrasah Diniyah inilah yang kemudian berkembang di Indonesia baik merupakan bagian dari pesantren atau surau, maupun berdiri di luarnya.

Dikalangan organisasi Islampun giat pula melaksanakan pembaharuan dalam bidang pendidikan, tercatat diantara yang termasyhur adalah Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912. Dalam bidang pendidikan Muhammadiyah memakai sistem persekolahan modern waktu itu.

29 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusanta ra Abad XVII dan XVIII (Bandung: Mizan, 1998), h. 106.

30 Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), h. 99.

Organisasi lainnya adalah al-Irsyad didirikan di Jakarta pada tahun 1913. Lembaga ini mengasuh sekolah-sekolah umum dan agama, memiliki Madrasah Awaliyah, (tiga tahun), Madrasah Ibtida‟iyah (empat tahun), Madrasah Tajh}iyah (dua tahun), Madrasah Mu‟allimi>n (empat tahun), dan Madrasah Takhas}sus} (dua tahun).

Di Majalengka, Jawa Barat berdiri organisasi Perhimpunan Umat Islam (PUI) didirikan oleh K.H.A. Halim pada tahun 1917. Didirikanlah suatu lembaga pendidikan yang bernama Santri Asrama, dibagi tiga bagian, tingkat permulaan, dasar, dan lanjutan. Mata pelajaran yang diajarkan disini, disamping mata pelajaran agama dan umum juga diajarkan keterampilan seperti pertanian, pekerjaan tangan (besi dan kayu).

Di Bandung Jawa Barat, didirikan Persatuan Islam (Persis) pada permulaan tahun 1920 oleh Ahmad Hasan dan Muhammad Natsir. Didirikan sebuah lembaga pendidikan yang mengasuh sekolah Taman Kanak-kanak, HIS, MULO, dan sebuah Sekolah Guru serta Pesantran. Nahdlatul Ulama yang didirikan pada tahun 1926 oleh K.H.Hasyim Asy‟ari juga banyak mendirikan madrasah dengan susunan sebagai berikut: Madrasah Awaliyah (dua tahun), Madrasah Ibtida‟iyah (tiga tahun), Madrasah Tsanawiyah (tiga tahun), Madrasah Mu‟alimi>n Wust}a (dua tahun), dan Madrasah Mu‟allimi>n „Ulya> (tiga tahun). Di Sumatera Barat pada tahun 1928 berdiri organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) yang dipelopori oleh Sulaiman Ar-Rasuli pemilik surau di Candung. Diperkirakan pada tahun 1942 sudah terdapat 300 sekolah PERTI dengan 45.000 orang Murid.

Di Sumatera Utara, khususnya di kota Medan atas prakarsa guru- guru dan pelajar Maktab Islamiyah Tapanuli pada tahun 1930 didirikanlah organisasi Al- Jam‟iyatul Washliyah. Organisasi ini juga mendirikan dua sistem pendidikan umum dan agama. Selain itu didirikan juga madrasah yang menitikberatkan mata pelajaran agama, dapat diklasifikasikan: Tazh}iyah (dua tahun), Ibtida‟iyah (empat tahun), Tsanawiyah (dua tahun), Madrasah Qismul „A<li>(tiga tahun), Madrasah Takhas}s}us} (dua tahun). organisasi berikutnya yang juga besar perannya dalam bidang pendidikan di Sumatera Utara adalah Al-Ittihadiyah. Organisasi ini didirikan pada tahun 1932. Ittihadiyah juga bergerak dalam bidang pendidikan.sejumlah sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar, menengah pertama dan atas banyak tersebar di Medan, Langkat, Deli Serdang dan

kabupaten lainnya. 31 Dari kenyataan historis diatas maka dapat dikatakan bahwa semangat umat

Islam dalam menumbuh kembangkan lembaga pendidikan Islam sangat antusias. Tidak hanya oleh kelompok intelektual dan sarjana lulusan Timur Tengah saja,

31 Daulay, Sejarah , h. 101-104.

sesungguhnya lembaga pendidikan Islam berhutang banyak kepada ormas Islam yang turut serta mendirikan dan memajukan lembaga pendidikan Islam.

Perkembangan dan kemajuan madrasah sebagaimana yang kita rasakan hari ini sesungguhnya tidak terlepas dari proses panjang dan rumit. Dimulai dari zaman pra kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan telah melalui dinamika yang sangat kompleks. Eksistensi madrasah di Indonesia juga sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki kontribusi yang sama dengan sekolah umum lainnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kelancaran pelaksanaan pendidikan di madrasah juga sangat tergantung pada berfungsi tidaknya sistem kerjasama dalam

kehidupan umat Islam. 32 Setelah membaca tuntas buku sejarah pertumbuhan dan pembaharuan

pendidikan Islam di Indonesia karya Prof. Dr. Haidar Putra Daulay, MA maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan Madrasah pasca kemerdekaan Indonsia dibagi menjadi tiga fase:

Fase pertama (1945-1974) Madrasah pada fase ini lebih terkonsentrasi kepada mata pelajaran

agama, sehingga penghargaan ijazah yang dimiliki madrasah tidak sama dengan sekolah. Tamatan madrasah diperbolehkan melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi agama saja, begitu juga hak-hak lainnya yang dimiliki oleh sekolah tidak dimiliki oleh madrasah.

Fase kedua (1975-1989) Madrasah pada fase ini adalah memasuki era Madrasah SKB Tiga

Menteri yang telah diuraikan terdahulu. Inti pokok dari madrasah ini adalah bahwa ijazah madrasah sama dengan ijazah sekolah. Tamatan madrasah memiliki hak yang sama dengan hak yang dimiliki oleh tamatan sekolah.

Fase ketiga (1990 sampai sekarang) Madrasah pada fase ini telah memasuki era madrasah sebagai

sekolah yang berciri khas agama Islam. Madrasah ini dari seluruh struktur kurikulum pengetahuan umum sama dengan sekolah, dan sebagai ciri khasnya di berikan ciri khas keislaman yang diwujudkan dalam bentuk

32 Syafaruddin, et. Al.,Ilmu Pendidikan Islam: Melejitkan Potensi Budaya Umat (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2006), h. 168.

pelajaran keIslaman yang melebihi apa yang diberikan di sekolah, begitu juga suasana lingkungan sekolah yang Islami, serta pendidik dan peserta

didiknya yang memiliki ciri keIslaman. 33 Seperti sekolah-sekolah yang berada dibawah naungan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat madrasah Negeri maupun swasta; seluruhnya berada dibawah pengelolaan Departemen Agama. Seperti halnya sekolah umum dan sekolah Islam, madrasah juga terdiri dari tiga tingkat pendidikan: Madrasah Ibtida‟iyah (dasar, 6 tahun), Madrasah Tsanawiyah (menengah, 3 tahun) dan Madrasah Aliyah (menengah atas, 3 tahun). 34 Baik

sekolah Islam maupun kebanyakan madrasah, seperti mungkin diduga, umumnya dikelola secara swasta oleh yayasan-yayasan Islam. Hal ini penting untuk dikemukakan, karena berbeda dengan sekolah umum yang kebanyakan dikelola oleh Negara, sekitar 80 persen madrasah dikelola oleh swasta, atau lebih tepatnya

oleh yayasan-yayasan Islam. 35 Dari kenyataan tersebut maka kita harus mengakui bahwa madrasah masih

sedikit tertinggal dari sekolah-sekolah umum. Sebabnya adalah kebanyakan madrasah yang dikelola oleh swasta. Akibatnya dari sisi bangunan fisik, fasilitas dan kualitas pembelajaran masih tertinggal. Hal ini juga senada dengan apa yang pernah diungkapkan oleh Karel A. Ste enbrink bahwa: “Kalau ada keluhan tentang pesantren dan madrasah, isinya hampir selalu bukan tentang pendidikan Agama yang kurang, namun keluhan hampir umum yaitu kurangnya pendidikan umum yang tidaksetaraf dengan sekolah semacam dan tidak mempunyai efek sipil dalam

masyarakat 36 ”.

Namun demikian, untuk tidak putus harapan kita harus selalu optimis bahwa madrasah akan mampu menyaingi sekolah-sekolah umum. Data-data terakhir ini menunjukkan bahwa prestasi yang diukir oleh madrasah tidak kalah

34 Daulay, Sejarah , h. 122. Azra, Pendidikan , h. 72.

36 Ibid., h. 73. Steenbrink, Pesantren , h. 214.

dengan sekolah pada level regional, Nasional bahkan pada level Internasional, madrasah sudah mulai menunjukkan kebolehannya.

D. Lingkungan Hidup

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita. hidup dan kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari pengaruh lingkungan. 37 Lingkungan

juga diartikan sebagai segala sesuatu yang sifatnya eksternal terhadap individu; karena lingkungan merupakan sumber informasi yang diperoleh melalui panca indera yang kemudian diterima oleh otak. Lingkungan menyediakan berbagai hal

yang dapat menjadi bahan pembelajaran. 38 Bagi manusia, lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitarnya, baik berupa benda hidup, benda mati, benda

nyata ataupun abstrak, termasuk manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di alam tersebut. 39

Dalam terminologi Islam, lingkungan dikenal dengan Istilah “ al- Bi‟ah”, yang secara kuantitatif di gunakan dalam Alquran sebanyak 18 kali. Kata al- Bi‟ah dalam Alquran berkonotasi pada lingkungan sebagai ruang kehidupan Khususnya

bagi spesies manusia. 40 Tidak ketinggalan di dalam Undang-undang juga memuat definisi lingkungan yaitu kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan

makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk

hidup lain. 41

37 Yudi Utomo, dkk, Pendidikan Lingkungan Hidup (Malang: Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, 2009), h. 1.

38 Oos M. Anwas, “Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran dan Pengaruhnya Terhadap Kompetensi Penyuluh Pertanian ”, dalam Pendidikan dan Kebudayaan , Vol. XII, h. 284.

39 Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996), h. 35.

40 Mujiono Abdillah, Agama Ramah Lingkunga n: Perspektif Al- Qur‟an (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 49.

41 Undang-undang Republik Indonesia, No. 32 tahun 2009. Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Dalam definisi yang agak panjang Jain mengemukakan bahwa: “… the environment is made up as a combination of our natural and physical surroundings and the relationship of people with that environment, wich includes

aestetic, historical, cultural, economic and social aspects”. 42 Lingkungan terdiri atas suatu kombinasi alam dan fisik sekeliling dan hubungan manusia dengan

lingkungan tersebut, yang mencakup segi estetika, sejarah, budaya, ekonomi dan aspek sosial.

Lingkungan hidup itu diartikan sebagai The phisycal, chemical and biotic condition surrounding and organism 43 . Sementara itu, lingkungan hidup adalah

karunia Allah yang diamanahkan kepada manusia untuk melestarikan dan melindunginya, bukan untuk dieksploitasi secara tidak wajar sehingga timbul kerusakan dan ketidakseimbangan yang berakibat pada terganggunya kehidupan

didunia ini. 44 Dengan maksud yang sama namun redaksi yang berbeda N.H.T. Siahaan memberikan definisi tentang lingkungan hidup adalah semua benda, daya

dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya. 45

Menurut Agoes Soegianto, lingkungan hidup merupakan suatu upaya penggalian pengetahuan tentang bagaimana alam ini bekerja. Artinya adalah bagaimana manusia mempengaruhi lingkungan dan menyelesaikan masalah lingkungan yang sedang dihadapi manusia untuk menuju masyarakat yang berkelanjutan. Agar dapat bertahan hidup, semua makhluk hidup harus cukup mendapatkan makanan, udara bersih, air bersih, dan perlindungan yang

dibutuhkan sebagai kebutuhan dasarnya. 46 Menurut Emil Salim, guru besar Universitas Indonesia yang juga mantan menteri pembangunan dan lingkungan

42 Jain R.K. et. al., Environmental Impact Analysis: A New Dimensioni In Decision Making, second Edition (New York: Van Nostrand Reinhold Company, 1981), h. 2. 43

Michael Allaby, Dictionary of the Environment, (London: the Mac Millan Press, 1979), h. 213.

44 AliYafie, Merintis Fikih Lingkungan Hidup (Jakarta: Ufuk Pers, 2006), h. 9. 45 N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan (Jakarta: PT Gelora

Aksara Pratama, 2004), h. 4. 46 Agoes Soegianto, Ilmu Lingkungan: Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan

(Surabaya: Erlangga Press, 2005), h. 2.

hidup di era Soeharto, lingkungan hidup diartikan sebagai segala benda, kondisi keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita tempati dan

mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. 47 Dari berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan

hidup adalah ruang atau wadah yang ditempati oleh setiap makhluk hidup yang saling berpengaruh dan berhubungan. Karenanya antara satu komponen dengan komponen lainnya saling ketergantungan.

Menurut NommyH.T. Siahaan merumuskan unsur-unsur lingkungan sebagai berikut:

1. Semua benda, berupa manusia, hewan, tumbuhan, organisme, tanah, air, udara, rumah, sampah, mobil dan lain-lain. Keseluruhan yang disebutkan ini digolongkan sebagai materi. Sedangkan satuan- satuannya digolongkan sebagai komponen.

2. Daya, disebut juga dengan energi

3. Keadaan, disebut juga kondisi atau situasi

4. Perilaku atau tabiat

5. Ruang, yaitu wadah berbagai komponen berada

6. Proses interaksi, disebut juga saling mempengaruhi, atau biasa pula disebut dengan jaringan kehidupan. 48

Dengan memahami unsur-unsur diatas, maka secara umum Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga: Pertama, Unsur Hayati (Biotik) yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Kedua, Unsur Fisik (Abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Ketiga, Unsur Sosial Budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yangdibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.

47 Emil Salim, Lingkungan Hidup dan Pembangunan (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1995), h. 32.

48 Ibid.

Berdasarkan peristiwa kejadiannya, lingkungan dibedakan atas dua macam:

1. Lingkungan Alamiah, artinya yang telah ada di alam

2. Lingkungan buatan, yang merupakan hasil karya, karsa dan ciptaan makhluk hidup (termasuk manusia). 49

Lebih lanjut menurut Azrul Aswar, pembagian lain didasarkan pada wujud dari faktor lingkungan tersebut, yakni:

1. Lingkungan materi (substansi), dapat berupa kehidupan (biotik) seperti manusia, hewan maupun tumbuhan, atau dapat pula mati (abiotik) seperti batu, kayu, radiasi, dan sebagainya. Disebutkan bahwa benda hidup umumnya mempunyai sifat tumbuh, berkembang, menyerap energi dari alam, peka dan responsif terhadap keadaan luar, sedangkan benda mati umumnya mempunyai sifat tidak tumbuh, tidak berkembang, sebagai reservoir energi serta tak dapat menahan energi tanpa penghancuran.

2. Lingkungan non materi, seperti adat istiadat, kebudayaan dan kepercayaan. 50

Menurut Fuad Ansyari, lingkungan hidup ada tiga bagian yaitu:

1. Lingkungan fisik ( Physical Environment ), Yaitu segala sesuatu di sekitar kita yang bersifat benda mati seperti gedung, sinar, air dan lain- lain

2. Lingkungan biologis ( Biological Environment ), yaitu segala sesuatu yang berada di sekitar kita yang bersifat organis, seperti manusia, binatang, jasad renik, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya

3. Lingkungan sosial ( Social Environment ), yaitu manusia-manusia lain yang berada di sekitar atau kepada siapa kita mengadakan hubungan

pergaulan. 51

Sedangkan menurut Juli Soemirat Slamet lingkungan dapat diklasifikasikan berikut:

1. Lingkungan yang hidup (biotis) dan lingkungan tidak hidup (abiotis)

2. Lingkungan alamiah, dan lingkungan buatan (manusia)

49 Azrul Aswar, Ilmu Kesehatan Lingkungan (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1979), h.11.

50 Ibid. 51 Fuad Ansyari, P rinsip-prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan (Jakarta : Ghalia

Indonesia, 1977), h.18.

3. Lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal

4. Lingkungan biofisis dan lingkungan psikososial

5. Lingkungan air (hydrosfir), lingkungan udara (atmosfir), lingkungan tanah (litosfir), lingkungan biologis (biosfir) dan lingkungan sosial (sosiosfir)

6. 52 Kombinasi dari kalsifikasi-klasifikasi tersebut. Antara manusia dengan lingkungan lingkungan hidupnya terdapat

hubungan yang dinamis. Perubahan dalam lingkungan hidup akan menyebabkan perubahan dalam kelakuan manusia untuk menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru. Perubahan dalam kelakuan manusia ini selanjutnya akan menyebabkan pula perubahan dalam lingkungan hidup. Dengan adanya hubungan dinamis-sirkuler antara manusia dan lingkungan hidupnya, dapat dikatakan hanya dalam lingkungan hidup yang baik, manusia dapat berkembang secara maksimal, dan hanya dengan manusia yang baik, lingkungan hidup dapat berkembang kearah

yang lebih optimal. 53 Seiring dengan pertambahan penduduk, kebutuhan akan pangan semakin

meningkat. Namun peningkatan kebutuhan tersebut tidak sejalan dengan jumlah manusia yang kian hari semakin bertambah. Karena itu diperlukanlah revolusi di dalam bidang pertanian dengan menggunakan aneka pupuk dan zat kimia lainnya sebagai media. Hutan yang seharusnya hijau ditebang dan dialihkan menjadi lahan pertanian. Usaha intensifikasi pertanian secara berlebihan akan menimbulkan dampak yang buruk terhadap lingkungan. Pemupukan dengan bahan kimia secara berlebihan akan menimbulkan pencemaran air dan tanah. Penggunaan pestisida untuk tanaman akan menimbulkan akibat yang buruk pula terhadap kesehatn

manusia. 54 Sikap yang mengabaikan lingkungan adalah sikap yang tidak

mencerminkan suatu kepedulian bagi masa depan. 55 Belakangan ini sikap manusia terhadap lingkungan sungguh sangat memperihatinkan, dimana pada setiap

lingkungan tidak lagi dianggap penting. Jika diperhatikan kebanyakan bencana

52 Slamet, Kesehatan Lingkungan , h. 36. 53 Sufrilsyah dan Fitriani, “Agama dan Kesadaran Menjaga Lingkungan Hidup”, dalam

Substantia , Vol.XIV, h. 64. 54 Risman,

55 Pertanian Ramah Lingkungan (Jakarta: Citra Unggul Laksana, 2005), h. 4. Ahmad Faisal, Hukum Lingkungan (Yogyakarta: Pustaka Yustisa, 2016), h. 1.

alam yang merugikan manusia justeru terjadi karena ulah tangan mereka sendiri. Oleh karena itu, upaya penyadaran dan penanaman karakter berbasis cinta lingkungan sangat perlu dan harus senantiasa digalakkan.

E. Islam dan Lingkungan Hidup