PENGARUH KONDISI FUNDAMENTAL INFLASI DAN (1)
PENGARUH KONDISI FUNDAMENTAL, INFLASI, DAN SUKU BUNGA
SERTIFIKAT BANK INDONESIA TERHADAP HARGA SAHAM
(Study Kasus pada Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2010-2013)
Devita Fajar Tri Andarini
Dewi Kusuma Wardani*
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
*[email protected]
ABSTRACK
This research is motivated by the results of researches differences which have
been done by other researchers. Moreover, it is also because construction companies
in the sector of Real Estate and Property which develops a lots. The developing
influences the stock prices in the sector of Real Estate and Property in Indonesia. This
study aimed to examine the effect of the fundamental conditions, inflation, and SBI
interest rates on the stock prices. This research is done in Pojok Bursa Efek
Indonesia. the fundamental factors which are used in this research is Current Ratio,
Return on Asset, Debt Equity Ratio, and Total Asset Turn Over. The data which are
used are the secondary data which are taken from IDX with 180 populations, and 132
data are treated. The sampling method in this research is purposive sampling. The
data technique analysis in this research uses multiple linear regression techniques.
The regression test results show that the influence of fundamentals, inflation, and SBI
interest rates partially positive effect on stock prices. The third influence of
independent variable on the dependent variable is just 10.5%. It is necessary for the
addition of variables in future researches.
Key words: fundamental conditions, inflation, SBI interest rates, and stock prices
PENDAHULUAN
ekspansi, penambahan modal kerja dan
Pasar Modal memiliki peran
penting
bagi
perekonomian
suatu
negara
yang
mempunyai
fungsi
lain-lain, kedua pasar modal menjadi
sarana
bagi
masyarakat
untuk
berinvestasi.
sebagai sarana bagi pendanaan usaha
Saham memiliki risiko paling
atau sebagai sarana bagi perusahaan
tinggi diantara semua jenis instrumen
untuk
mendapatkan
dana
dari
investasi. Investor bisa kehilangan
masyarakat pemodal (investor). Dana
semua
yang diperoleh dari pasar modal dapat
bangkrut. Untuk melakukan investasi
digunakan untuk pengembangan usaha,
dalam
modalnya
bentuk
apabila
saham
emiten
diperlukan
analisis untuk mengukur nilai saham,
saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai
yaitu analisis fundamental dan analisis
inflasi.
teknikal (Nirohito, 2009).
Analisis
Menurut Sadono (2006), suku
fundamental
bunga adalah persentase pendapatan
merupakan analisis yang berdasarkan
yang diterima oleh kreditur dari pihak
faktor fundamental perusahaan yang
debitur selama interval waktu tertentu.
ditunjukkan dalam laporan keuangan
Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan
perusahaan.
laporan
mempengaruhi nilai sekarang (present
dapat
value) aliran kas perusahaan, sehingga
keuangan
Atas
para
dasar
investor
melakukan penilaian kinerja keuangan
kesempatan‐
perusahaan
hal
yang ada tidak akan menarik lagi.
Faktor
Tingkat bunga yang tinggi juga akan
fundamental yang sering digunakan
meningkatkan biaya modal yang akan
untuk memprediksi harga saham atau
ditanggung perusahaan dan juga akan
return saham adalah rasio keuangan
menyebabkan return yang diisyaratkan
dan rasio pasar. Rasio keuangan yang
investor dari suatu investasi akan
berfungsi untuk memprediksi harga
meningkat (Subalno, 2009).
terutama
melakukan
dalam
investasi.
saham antara lain: Current Ratio (CR),
Return On Assets (ROA), Debt Equity
Ratio (DER), dan Total Asset Turn
Over (TATO).
Selain
perusahaan,
eksternal
kesempatan
investasi
Obyek yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
perusahaan
industry real estate dan property yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
faktor
ada
lainnya
fundmental
Sektor ini dipilih menjadi obyek
beberapa
faktor
penelitian karena sektor ini telah
yang
dapat
mengalami
perkembangan
setelah
mempengaruhi harga saham, seperti
krisis moneter dan mulai menunjukkan
inflasi dan suku bunga SBI. Inflasi
kontribusinya
didefinisikan sebagai suatu gejala di
perekonomian
mana tingkat harga umum mengalami
Perkembangan sektor property ini
kenaikan secara terus menerus (Nanga,
dapat dilihat dari menjamurnya real
2001). Berdasarkan definisi tersebut,
estate di kota-kota besar (Prihatini,
kenaikan tingkat harga umum (general
2009).
price level) yang terjadi sekali waktu
pada
pertumbuhan
akhir-akhir
ini.
Industri real estate dan property
merupakan
industri
yang
sedang
berkembang pesat, sehingga harganya
asset perusahaan, dan berhak hadir
yang cenderung selalu naik. Dengan
dalam Rapat Umum Pemegang Saham
pernyataan
(RUPS) (www.idx.co.id).
tersebut,
maka
permasalahan dalam penelitian ini
Kondisi Fundamental
adalah:
Kondisi
1. Apakah
(CR,
Kondisi
DER,
berpengaruh
Fundamental
ROA,
TATO)
terhadap
harga
saham?
fundamental
adalah
kondisi riil keuangan perusahaan yang
mengeluarkan saham. Kondisi riil ini
dapat
diketahui
langsung
dengan
melihat data-data perusahaan berupa
2. Apakah
Inflasi
berpengaruh
terhadap harga saham?
3. Apakah
Tingkat
Sertifikat
keuangan
yang
kemudian
dapat ditarik kesimpulan apakah suatu
Suku
Bank
berpengaruh
laporan
Bunga
Indonesia
terhadap
harga
saham?
perusahaan layak untuk dijual atau
dibeli.
Menurut
Mulyono
(2001),
analisis fundamental merupakan nilai
suatu saham yang mewakili nilai
perusahaan, tidak hanya nilai instrinsik
TINJAUAN PUSTAKA
suatu saat, bahkan lebih penting adalah
Saham
harapan akan kemampuan perusahaan
Saham merupakan suatu bentuk
penanaman modal pada suatu entitas
(badan usaha) yang dilakukan dengan
menyetorkan sejumlah dana tertentu
dengan
sebagian
tujuan
hak
untuk
menguasai
pemilikan
atas
perusahaan tersebut (Sunariyah, 2004
dalam Praditasari, 2009). Saham dapat
didefinisikan sebagai tanda penyertaan
modal seseorang atau pihak (badan
usaha) dalam suatu perusahaan atau
perseroan
terbatas.
Dengan
menyertakan modal tersebut, maka
pihak tersebut memiliki klaim atas
pendapatan perusahaan, klaim atas
dalam
meningkatkan
nilai
ekonomisnya dikemudian hari dan
bagaimana
perusahaan
dapat
mengembalikan jumlah investasi dari
investor dengan sepenuhnya dalam hal
ini adalah return. Analisis fundamental
berkaitan dengan penilaian kinerja
perusahaan, tentang efektifitas dan
efisiensi
sasarannya.
perusahaan
Untuk
mencapai
menganalisis
kinerja perusahaan dapat digunakan
rasio keuangan yang terbagi dalam 4
kelompok, yaitu Current Ratio (CR)
yang merupakan rasio likuiditas, Debt
Equity Ratio (DER) yang merupakan
rasio solvabilitas, Return on Assets
merupakan sinyal yang positif bagi
(ROA) merupakan rasio profabilitas,
investor seiring dengan turunnya risiko
dan Total Asset Turn Over (TATO)
daya beli uang dan risiko penurunan
merupakan rasio aktivitas.
pendapatan riil (Tandelilin, 2003).
Inflasi
Suku Bunga SBI
Inflasi adalah suatu keadaan
dimana
senantiasa
meningkatnya
Suku bunga menurut Khalwaty
(2000)
merupakan
instrumen
harga-harga pada umumnya, atau suatu
konvensional
keadaan dimana senantiasa turunnya
atau
nilai mata uang karena meningkatnya
tingkat inflasi. Sertifikat merupakan
jumlah
tidak
suatu surat keterangan atau pernyataan
peningkatan
tertulis atau tercetak dari orang yang
uang
diimbangi
yang
beredar
dengan
untuk
menekan
mengendalikan
laju
pertumbuhan
persediaan barang (Efni, 2009). Salah
berwenang
satu
dapat
sebagai bukti suatu kejadian. Sertifikat
digunakan untuk mengukur laju inflasi
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
adalah Gross National Product (GNP)
(BI) dikenal dengan Sertifikat Bank
deflator, indeks ini mencakup jumlah
Indonesia
barang dan jasa yang termasuk dalam
Indonesia (SBI) adalah surat berharga
hitungan GNP (Kewal, 2012).
yang
indeks
harga
yang
yang
(SBI).
dikeluarkan
dapat
digunakan
Setifikat
Bank
Bank
Indonesia
tinggi
sebagai pengakuan utang berjangka
biasanya dikaitkan dengan kondisi
waktu pendek (1-3 bulan) dengan
ekonomi
panas
sistem diskonto bunga. SBI merupakan
kondisi
salah satu mekanisme yang digunakan
ekonomi mengalami permintaan atas
Bank Indonesia untuk mengontrol
produk
kestabilan nilai rupiah. Tingkat suku
Tingkat
inflasi
yang
(overheated).
yang
terlalu
Artinya,
yang
melebihi
kapasitas
penawaran produknya, sehingga harga-
bunga
harga cenderung mengalami kenaikan.
penjualan
Di samping itu, inflasi yang tinggi juga
mekanisme pasar ber dasarkan sistem
bisa mengurangi tingkat pendapatan
lelang.
riil
Pengembangan Hipotesis
yang
diperoleh
investor
dari
investasinya. Sebaliknya jika tingkat
inflasi
suatu
penurunan,
negara
maka
hal
mengalami
ini
akan
yang
berlaku
SBI
pada
setiap
ditentukan
oleh
H1: Current Ratio berpengaruh positif
terhadap harga saham
H2: Return On Asset berpengaruh
Uji Heteroskedastisitas
positif terhadap harga saham
Uji
H3: Debt to Equity Ratio memiliki
bertujuan
heteroskedastisitas
menguji
apakah
dalam
pengaruh negatif terhadap harga
model regresi terjadi ketidaksamaan
saham
variance dari residual satu pengamatan
H4:
Total
Asset
berpengaruh
Turn
positif
Over
terhadap
ke pengamatan yang lain. Pengujian
dilakukan dengan uji Spearman’s rho
yaitu salah satu dari uji bivariate
harga saham
asosiatif non parametis. Artinya uji
H5: Inflasi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga saham.
H6: Suku bunga SBI berpengaruh
negatif terhadap harga saham
non parametis yang digunakan untuk
menguji kesesuaian antara 2 kelompok
variabel yang berasal dari subjek
berbeda atau disebut juga data bebas
dengan skala ordinal.
Metodologi Penelitian
Uji Autokorelasi
Populasi dan Sampel
Uji
autokorelasi
bertujuan
Populasi yang digunakan adalah
menguji apakah dalam model regresi
perusahaan Real Estate dan Property
linier ada korelasi antara kesalahan
periode
yang
pengganggu pada periode t dengan
digunakan adalah purposive sampling,
kesalahan pengganggu pada periode t-
yaitu pemilihan sampel menggunakan
1
kriteria
digunakan untuk uji autokorelasi yaitu
2010-2013.
tertentu.
Sampel
Perusahaan
yang
(sebelumnya).
memenuhi kriteria adalah sebanyak 33
Cochrane-Ocrutt.
perusahaan.
Uji Multikolinieritas
yang
Uji multikolinieritas bertujuan
Metode Analisis Data
Uji Normalitas
Metode
untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi yang tinggi
Uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Uji statistik
lainnya yang dapat digunakan untuk
menguji normalitas adalah One sample
Kolmogorov-smirnov Test.
atau
sempurna
antar
variabel
independen. Model regresi yang baik
adalah yang tidak terjadi korelasi yang
tinggi antar variabel independen.
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi pada dasarnya
variabel
dependen/terikat
(Ghozali,
2011).
adalah studi mengenai ketergantungan
Uji Signifikan Parameter Individual
variabel dependen (terikat) dengan satu
(Uji Statistik t)
atau
lebih
independen
Uji statistik t pada dasarnya
(variabel bebas), dengan tujuan untuk
menunjukkan seberapa jauh pengaruh
mengestimasi dan/atau memprediksi
satu
rata-rata populasi atau nilai rata-rata
secara individual dalam menerangkan
variabel dependen berdasarkan nilai
variasi variabel dependen (Ghozali,
variabel independen yang diketahui
2011).
(Gujarati,
variabel
2003).
Metode
variabel
penjelas/independen
analisis
berganda dalam penelitian ini secara
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada
matematis dapat dituliskan sebagai
intinya
berikut:
Y=
mengukur
seberapa
jauh
kemampuan
model
dalam
menerangkan
variasi
variabel
Keterangan:
dependen. Nilai koefisien determinasi
Y
adalah antara nol dan satu. Nilai R2
= Harga Saham
yang
= Konstata
kecil
berarti
variabel-variabel
= Koefisien regresi linier X
menjelaskan
kemampuan
independen dalam
variabel-variabel
X1
= Kondisi Fundamental
dependen amat terbatas.
X2
= Suku Bunga SBI
Analisis dan Hasil Pembahasan
= error
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan
melihat
Uji
Signifikansi
Simultan
(Uji
Statistik F)
angka
signifikan
dari
Kolmogorov-Smirnov test. Pengujian
normalitas dilakukan dengan melihat
Uji statistik F pada dasarnya
nilai
2-tailed
significant
melalui
menunjukkan apakah semua variabel
pengukuran
independen
yang
sebesar 5% atau 0,05. Data bisa
dimasukkan dalam model mempunyai
dikatakan berdistribusi normal bila
pengaruh secara simultan terhadap
nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih dari
atau
bebas
tingkat
signifikansi
5%. Sebaliknya, apabila nilai Asymp.
pada tabel di bawah ini menunjukkan
Sig (2-tailed) kurang dari 5% maka
bahwa data berdistribusi normal. Hasil
data
output SPSS, nilai Asymp. Sig. (2-
tidak
(Ghozali,
berdistribusi
2009).
Hasil
normal
pengujian
normalitas diperoleh sebagai berikut:
Berdasarkan hasil uji normalitas
tailed)
sebesar 0,488 lebih besar
daripada 0,05 menunjukkan bahwa
data berdistribusi normal.
Tabel 1
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Normal Parameters
Unstandardized
Residual
114
.0000000
.44023496
.078
.078
-.047
.835
.488
N
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a,,b
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
bawah ini, dimana nilai Sig. (1-tailed)
Uji Heteroskesdastisitas
Uji
pada variabel LNX1, LNX2, LNX3,
Heretoskesdastisitas
dilakukan dengan uji Spearmans’rho.
Hasil dari uji ini terlihat pada tabel di
LNX4, LNX5, dan LNX6 > 0,05 jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskesdastisitas.
Tabel 2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Correlations
.
Unstandardized Residual
Spearman's rho LN_X1
LN_X2
LN_X3
Correlation Coefficient
-.009
Sig. (1-tailed)
.463
N
114
Correlation Coefficient
-.035
Sig. (1-tailed)
.357
N
114
Correlation Coefficient
.023
Sig. (1-tailed)
.406
N
LN_X4
114
Correlation Coefficient
LN_X5
LN_X6
-.011
Sig. (1-tailed)
.453
N
114
Correlation Coefficient
.013
Sig. (1-tailed)
.447
N
114
Correlation Coefficient
-.007
Sig. (1-tailed)
.471
N
**.Correlatin is significant at the 0.01 level (1-tailed)
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi
114
1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
bertujuan
menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan
maka dinamakan ada problem korelasi.
Pengujian ini menggunakan Durbin
Watson. Ketentuan dari Uji DurbinWatson (uji DW) yaitu sebagi berikut:
kesalahan pengganggu pada periode tTabel 3
Durbin Watson d test
Hipotesis Nol
Keputusan
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
Tidak ada autokorelasi positif
No decision
Tidak ada autokorelasi negatif
Tolak
Tidak ada autokorealsi nagatif
No decision
Tidak ada autokorelasi positif atau
Tidak ditolak
negative
Model
1
R
.935a
dengan
pengujian
metode
du < d < 4 - du
Tabel 4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Adjusted R
Std. Error of the
R Square Square
Estimate
.874
.867
.29512
a. Pedictors: Lag_LNX6, Lag_LNX2,
Lag_LNX5
b. Dependent Variable: Lag_LNY
Hasil
Jika
0 < d < dL
dL ≤ d ≤ du
4 - dL < d < 4
4 - du ≤ d ≤ 4 - dL
autokorelasi
Cochrane
Ocrutt
Lag_LNX1,
Lag_LNX4,
DurbinWatson
1.842
Lag_LNX3,
dihasilkan nilai Durbin Watson sebesar
1,842.
Selanjutnya,
nilai
DW
dibandingkan dengan nilai du dan 4-du
independen sehingga regresi ini layak
yang terdapat
digunakan.
pada tabel
Durbin
Watson. Nilai du diambil dari tabel
Uji Multikolinieritas
DW dengan n berjumlah 132 dan k =
6, sehingga diperoleh du sebesar
1,6220.
Pengambilan
keputusan
Uji multikolinieritas berikut ini
menggunakan data yang sudah di
dilakukan dengan ketentuan du < d ≤ 4
Logaritma Natural (LN). Di bawah ini
– du atau 1,6220 < 1,842 ≤ 4 – 1,6220.
terlihat jelas bahwa nilai tolerance >
Jika dihitung menjadi 1,6220 < 1,842 ≤
0,1 dan VIF < 10, maka dapat
2,1884. Dapat disimpulkan dari nilai
DW di atas bahwa tidak terjadi
autokorelasi
antara
variabel
disimpulkan bahwa uji regresi ini tidak
terjadi multikolinieritas. Artinya model
regresi ini layak untuk digunakan.
Tabel 5
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
t
1 (Constant)
1.864
1.701
1.096
LN_X1
.007
.068
.011
.108
LN_X2
.199
.072
.305
2.766
LN_X3
.181
.065
.272
2.791
LN_X4
-.073
.103
-.071
-.705
LN_X5
-.508
.357
-.187
-1.421
LN_X6
1.420
1.138
.162
1.248
a. Dependent Variable: LN_Y
Uji simultan (F) dilakukan
signifikansi
1.346
1.532
1.199
1.300
2.186
2.116
tabel di bawah ini diperoleh nilai F
Uji Simultan (Uji F)
menguji
.743
.653
.834
.769
.457
.473
Berdasarkan hasil analisis pada
Pengujian Hipotesis
untuk
Sig.
.276
.914
.007
.006
.483
.158
.215
Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
model
sebesar 3,209 dan tingkat signifikansi
sebesar
0,006.
Nilai
signifikansi
regresi. Tujuan dari uji F ini adalah
tersebut jauh lebih kecil dari 0,05,
untuk membuktikan secara statistik
berarti bahwa Kondisi Fundamental,
bahwa keseluruhan koefisien regresi
Inflasi, dan Suku Bunga SBI secara
yang digunakan dalam analisis ini
simultan berpengaruh terhadap harga
signifikan.
saham sehingga uji model diterima.
Tabel 6
Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
3.940
6
.657
3.209
Residual
21.900
107
.205
Total
25.841
113
a. Predictors: (Constant), LN_X6, LN_X2, LN_X3, LN_X4, LN_X1, LN_X5
b. Dependent Variable: LN_Y
Sig.
.006a
parsial jika, nilai t hitung > t tabel.
Uji Parsial (Uji statistik T)
Nilai df = N-k-1 = 132-6-1 = 125,
Pengujian
secara
parsial
sehingga diperoleh t tabel sebesar 1,
bertujuan untuk mengetahui apakah
657. Hasil dari uji parsial setiap
secara
individui
(parsial)
variabel
variabel independen dapat dilihat pada
independen
berpengaruh
terhadap
tabel 7.
variabel dependen. Nilai signifikansi
yang tidak lebih besar dari 0,05
Berdasarkan
tabel
7
dapat
dijabarkan persamaan regresi linear
menunjukkan adanya pengaruh yang
berganda sebagai berikut:
kuat antara kedua variabel. Suatu
variabel dikatakan berpengaruh secara
Y=
Tabel 7
Hasil Uji Parsial (Uji Statistik T)
Model
1
(Constant)
LN_X1
LN_X2
LN_X3
LN_X4
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
1.864
1.701
.007
.068
.011
.199
.072
.305
.181
.065
.272
-.073
.103
-.071
t
1.096
.108
2.766
2.791
-.705
Sig.
.276
.914
.007
.006
.483
LN_X5
-.508
LN_X6
1.420
a. Dependent Variable: LN_Y
a.
Hipotesis
1:
Current
.357
1.138
Ratio
berpengaruh positif terhadap harga
-.187
.162
-1.421
1.248
.158
.215
Hal itu terjadi apabila nilai variabel
independen yang lain dalam persamaan
regresi bernilai tetap.
saham.
Berdasarkan tabel 7 di atas,
c. Hipotesis 3: Debt Equity Ratio
dapat
berpengaruh negatif terhadap harga
maka
dilihat
bahwa
nilai
signifikansi variabel Current Ratio
saham.
lebih dari 0,05 (0,914 > 0,05) dan nilai
Pada tabel 7 di atas terlihat
t hitung < t tabel (0,108 < 1,657). Hal
bahwa nilai signifikansi debt equity
ini berarti menerima H0 dan menolak
ratio sebesar 0,006, yang berarti <
H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa
0,005 dan nilai t hitung > t tabel
current
ratio
tidak
berpengaruh
terhadap harga saham.
(2,791>1,657). Hal ini berarti menolak
H0 dan menerima H3, sehingga dapat
b. Hipotesis 2: Return On Asset
berpengaruh positif terhadap harga
disimpulkan bahwa debt equity ratio
berpengaruh positif terhadap harga
saham.
saham.
Dari tabel 7 dapat dilihat nilai
Nilai koefisien debt equity ratio
signifikansi variabel return on asset
sebesar 0,181 dan bertanda positif hal
sebesar 0,007, hal ini berarti < 0,05
ini
dan
kenaikan satu satuan variabel debt
nilai
t
hitung
>
t
tabel
(2,766 0,05 dan nilai t hitung <
Dari tabel 7 di atas terlihat
t tabel (-0,705 < 1,657). Hal ini
bahwa nilai signifikansi suku bunga
menunjukkan bahwa H0 diterima dan
SBI sebesar 0,215 (0,191 > 0,05) dan
H4 ditolak, maka dapat disimpulkan
nilai t hitung < t tabel (1,248 < 1,657).
bahwa
Hal
return
on
asset
tidak
berpengaruh terhadap harga saham.
dan
signifikan
menunjukkan
bahwa
H0
diterima dan menolak H6, maka dapat
e. Hipotesis 5: Inflasi berpengaruh
negatif
ini
terhadap
disimpulkan bahwa suku bunga SBI
tidak
berpengaruh
terhadap
harga
saham.
harga saham.
Koefisien Determinasi
Pada tabel 7 diketahui bahwa
Pada
nilai signifikasi inflasi sebesar 0,158
yang berarti > 0,05 dan nilai t hitung <
output
SPPS
menunjukan
Summary
Model
besarnya
t tabel (-1,421 < 1,657). Hal ini
adjusted R Square sebesar 0,105, hal
menunjukkan bahwa H0 diterima dan
ini
H5 ditolak, maka dapat disimpulkan
bahwa
inflasi
tidak
berpengaruh
terhadap harga saham.
berarti
besarnya
variabel
independen mempengaruhi variabel
dependen
hanya
sedangkan
sisanya
sebesar
sebesar
10,5%,
89,5%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
f. Hipotesis 6: Suku bunga SBI
berpengaruh negatif terhadap harga
saham.
diteliti seperti net profit margin, gross
profit margin, return on equity, dan
jumlah uang yang beredar.
Model Summary
Model
1
R
R Square
.390a
Adjusted R Square
.152
.105
Std. Error of the
Estimate
.45241
a. Predictors: (Constant), LN_X6, LN_X2, LN_X3, LN_X4, LN_X1, LN_X5
saham,
Kesimpulan
menghasilkan
kesimpulan
sebagai berikut
Berdasarkan data yang telah
dikumpulkan
dan
diuji
mengenai
1. Current
pengaruh kondisi fundamental, inflasi,
berpengaruh
dan suku bunga SBI terhadap harga
saham.
Ratio
tidak
terhadap
harga
2. Return On Asset berpengaruh
positif terhadap Harga Saham.
Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya:
3. Debt Equity Ratio berpengaruh
positif terhadap harga saham.
4. Total Asset Turn Over tidak
berpengaruh
terhadap
harga
selanjutnya
hendaknya menambah sampel
perusahaan, tidak hanya pada
sektor real estate dan property,
saham.
5. Inflasi
1. Penelitian
tidak
berpengaruh
terhadap harga saham.
6. Suku bunga SBI berpengaruh
negatif terhadap Harga Saham.
7. Kondisi fundamental, inflasi,
dan suku bunga SBI secara
simultan berpengaruh positif
terhadap Harga Saham.
tetapi juga dari sektor lain agar
dapaat mencerminkan reaksi
dari
pasar
modal
secara
keseluruhan.
2. Penelitian
selanjutnya
sebaiknya menggunakan proksi
lain seperti EPS, Dividend,
ROE, atau kriteria lain yang
ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Efni, Yulia. 2009. Pengaruh Suku Bunga
Deposito, SBI, Kurs, dan Inflasi
terhadap Harga Saham Perusahaan
Real Estate dan Property di BEI. Ejornal Universitas Riau, Vol. 17, No
01.
Ghozali, Imam. 2011. Ekonometrika Teori,
Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17.
Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Kewal, Suramaya Suci. 2012. Pengaruh
Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan
Pertumbuhan PDB terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan. Jurnal
Ekonomi, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Musi, Palembang, Vol. 8, No
1, April.
Khalwaty, Tajul. 2000. Inflasi dan solusinya,
Edisi pertama, PT. SUN, Jakarta.
Praditasari, Kurnia, Windias. 2009.
Analisis
Pengaruh
Tingkat
Kesehatan Bank terhadap Harga
Saham
pada
Perusahaan
Perbankan
yang
Go-Public
Periode
2004-2008.
Jurnal
Fakultas Ekonomi, Universitas
Gunadarma.
Prihartini, Ratna. 2009. Analisis
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar,
ROA, DER dan CR Terhadap
Return Saham. Tesis Magister
Manajemen,
Universitas
Diponegoro. Semarang.
Sadono. 2006. Dalam Wijaya Trisnadi.
Analisis
Pengaruh
Tingkat
Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI
dan
Nilai
Tukar
Rupiah
Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) Di Bursa
Efek. 2009.
Nanga. 2001. Berbagai Definisi Tentang
Inflasi Telah Dikemukakan Oleh Para
Ahli. www.scribd.com
Subalno. 2009. Analisis Pengaruh
Faktor
Fundamental
Dan
Kondisi Ekonomi Terhadap
Return Saham. Tesis Magister
Manajemen,
Universitas
Diponegoro, Semarang.
Nirohito, Vernande. 2009. Analisis Pengaruh
Faktor Fundamental dan Risiko
Sistematik Terhadap Harga Saham
pada Industri Properti dan Real Estate
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Akuntansi, Universitas Gunadarma,
Jakarta.
Tandelilin, Eduardus (2010) Portofolio
dan Investasi : Teori dan
Aplikasi. Edisi 1. Yogyakarta:
Kanisius.
www.idx.co.id (10 Agustus 2015)
SERTIFIKAT BANK INDONESIA TERHADAP HARGA SAHAM
(Study Kasus pada Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2010-2013)
Devita Fajar Tri Andarini
Dewi Kusuma Wardani*
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
*[email protected]
ABSTRACK
This research is motivated by the results of researches differences which have
been done by other researchers. Moreover, it is also because construction companies
in the sector of Real Estate and Property which develops a lots. The developing
influences the stock prices in the sector of Real Estate and Property in Indonesia. This
study aimed to examine the effect of the fundamental conditions, inflation, and SBI
interest rates on the stock prices. This research is done in Pojok Bursa Efek
Indonesia. the fundamental factors which are used in this research is Current Ratio,
Return on Asset, Debt Equity Ratio, and Total Asset Turn Over. The data which are
used are the secondary data which are taken from IDX with 180 populations, and 132
data are treated. The sampling method in this research is purposive sampling. The
data technique analysis in this research uses multiple linear regression techniques.
The regression test results show that the influence of fundamentals, inflation, and SBI
interest rates partially positive effect on stock prices. The third influence of
independent variable on the dependent variable is just 10.5%. It is necessary for the
addition of variables in future researches.
Key words: fundamental conditions, inflation, SBI interest rates, and stock prices
PENDAHULUAN
ekspansi, penambahan modal kerja dan
Pasar Modal memiliki peran
penting
bagi
perekonomian
suatu
negara
yang
mempunyai
fungsi
lain-lain, kedua pasar modal menjadi
sarana
bagi
masyarakat
untuk
berinvestasi.
sebagai sarana bagi pendanaan usaha
Saham memiliki risiko paling
atau sebagai sarana bagi perusahaan
tinggi diantara semua jenis instrumen
untuk
mendapatkan
dana
dari
investasi. Investor bisa kehilangan
masyarakat pemodal (investor). Dana
semua
yang diperoleh dari pasar modal dapat
bangkrut. Untuk melakukan investasi
digunakan untuk pengembangan usaha,
dalam
modalnya
bentuk
apabila
saham
emiten
diperlukan
analisis untuk mengukur nilai saham,
saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai
yaitu analisis fundamental dan analisis
inflasi.
teknikal (Nirohito, 2009).
Analisis
Menurut Sadono (2006), suku
fundamental
bunga adalah persentase pendapatan
merupakan analisis yang berdasarkan
yang diterima oleh kreditur dari pihak
faktor fundamental perusahaan yang
debitur selama interval waktu tertentu.
ditunjukkan dalam laporan keuangan
Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan
perusahaan.
laporan
mempengaruhi nilai sekarang (present
dapat
value) aliran kas perusahaan, sehingga
keuangan
Atas
para
dasar
investor
melakukan penilaian kinerja keuangan
kesempatan‐
perusahaan
hal
yang ada tidak akan menarik lagi.
Faktor
Tingkat bunga yang tinggi juga akan
fundamental yang sering digunakan
meningkatkan biaya modal yang akan
untuk memprediksi harga saham atau
ditanggung perusahaan dan juga akan
return saham adalah rasio keuangan
menyebabkan return yang diisyaratkan
dan rasio pasar. Rasio keuangan yang
investor dari suatu investasi akan
berfungsi untuk memprediksi harga
meningkat (Subalno, 2009).
terutama
melakukan
dalam
investasi.
saham antara lain: Current Ratio (CR),
Return On Assets (ROA), Debt Equity
Ratio (DER), dan Total Asset Turn
Over (TATO).
Selain
perusahaan,
eksternal
kesempatan
investasi
Obyek yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
perusahaan
industry real estate dan property yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
faktor
ada
lainnya
fundmental
Sektor ini dipilih menjadi obyek
beberapa
faktor
penelitian karena sektor ini telah
yang
dapat
mengalami
perkembangan
setelah
mempengaruhi harga saham, seperti
krisis moneter dan mulai menunjukkan
inflasi dan suku bunga SBI. Inflasi
kontribusinya
didefinisikan sebagai suatu gejala di
perekonomian
mana tingkat harga umum mengalami
Perkembangan sektor property ini
kenaikan secara terus menerus (Nanga,
dapat dilihat dari menjamurnya real
2001). Berdasarkan definisi tersebut,
estate di kota-kota besar (Prihatini,
kenaikan tingkat harga umum (general
2009).
price level) yang terjadi sekali waktu
pada
pertumbuhan
akhir-akhir
ini.
Industri real estate dan property
merupakan
industri
yang
sedang
berkembang pesat, sehingga harganya
asset perusahaan, dan berhak hadir
yang cenderung selalu naik. Dengan
dalam Rapat Umum Pemegang Saham
pernyataan
(RUPS) (www.idx.co.id).
tersebut,
maka
permasalahan dalam penelitian ini
Kondisi Fundamental
adalah:
Kondisi
1. Apakah
(CR,
Kondisi
DER,
berpengaruh
Fundamental
ROA,
TATO)
terhadap
harga
saham?
fundamental
adalah
kondisi riil keuangan perusahaan yang
mengeluarkan saham. Kondisi riil ini
dapat
diketahui
langsung
dengan
melihat data-data perusahaan berupa
2. Apakah
Inflasi
berpengaruh
terhadap harga saham?
3. Apakah
Tingkat
Sertifikat
keuangan
yang
kemudian
dapat ditarik kesimpulan apakah suatu
Suku
Bank
berpengaruh
laporan
Bunga
Indonesia
terhadap
harga
saham?
perusahaan layak untuk dijual atau
dibeli.
Menurut
Mulyono
(2001),
analisis fundamental merupakan nilai
suatu saham yang mewakili nilai
perusahaan, tidak hanya nilai instrinsik
TINJAUAN PUSTAKA
suatu saat, bahkan lebih penting adalah
Saham
harapan akan kemampuan perusahaan
Saham merupakan suatu bentuk
penanaman modal pada suatu entitas
(badan usaha) yang dilakukan dengan
menyetorkan sejumlah dana tertentu
dengan
sebagian
tujuan
hak
untuk
menguasai
pemilikan
atas
perusahaan tersebut (Sunariyah, 2004
dalam Praditasari, 2009). Saham dapat
didefinisikan sebagai tanda penyertaan
modal seseorang atau pihak (badan
usaha) dalam suatu perusahaan atau
perseroan
terbatas.
Dengan
menyertakan modal tersebut, maka
pihak tersebut memiliki klaim atas
pendapatan perusahaan, klaim atas
dalam
meningkatkan
nilai
ekonomisnya dikemudian hari dan
bagaimana
perusahaan
dapat
mengembalikan jumlah investasi dari
investor dengan sepenuhnya dalam hal
ini adalah return. Analisis fundamental
berkaitan dengan penilaian kinerja
perusahaan, tentang efektifitas dan
efisiensi
sasarannya.
perusahaan
Untuk
mencapai
menganalisis
kinerja perusahaan dapat digunakan
rasio keuangan yang terbagi dalam 4
kelompok, yaitu Current Ratio (CR)
yang merupakan rasio likuiditas, Debt
Equity Ratio (DER) yang merupakan
rasio solvabilitas, Return on Assets
merupakan sinyal yang positif bagi
(ROA) merupakan rasio profabilitas,
investor seiring dengan turunnya risiko
dan Total Asset Turn Over (TATO)
daya beli uang dan risiko penurunan
merupakan rasio aktivitas.
pendapatan riil (Tandelilin, 2003).
Inflasi
Suku Bunga SBI
Inflasi adalah suatu keadaan
dimana
senantiasa
meningkatnya
Suku bunga menurut Khalwaty
(2000)
merupakan
instrumen
harga-harga pada umumnya, atau suatu
konvensional
keadaan dimana senantiasa turunnya
atau
nilai mata uang karena meningkatnya
tingkat inflasi. Sertifikat merupakan
jumlah
tidak
suatu surat keterangan atau pernyataan
peningkatan
tertulis atau tercetak dari orang yang
uang
diimbangi
yang
beredar
dengan
untuk
menekan
mengendalikan
laju
pertumbuhan
persediaan barang (Efni, 2009). Salah
berwenang
satu
dapat
sebagai bukti suatu kejadian. Sertifikat
digunakan untuk mengukur laju inflasi
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
adalah Gross National Product (GNP)
(BI) dikenal dengan Sertifikat Bank
deflator, indeks ini mencakup jumlah
Indonesia
barang dan jasa yang termasuk dalam
Indonesia (SBI) adalah surat berharga
hitungan GNP (Kewal, 2012).
yang
indeks
harga
yang
yang
(SBI).
dikeluarkan
dapat
digunakan
Setifikat
Bank
Bank
Indonesia
tinggi
sebagai pengakuan utang berjangka
biasanya dikaitkan dengan kondisi
waktu pendek (1-3 bulan) dengan
ekonomi
panas
sistem diskonto bunga. SBI merupakan
kondisi
salah satu mekanisme yang digunakan
ekonomi mengalami permintaan atas
Bank Indonesia untuk mengontrol
produk
kestabilan nilai rupiah. Tingkat suku
Tingkat
inflasi
yang
(overheated).
yang
terlalu
Artinya,
yang
melebihi
kapasitas
penawaran produknya, sehingga harga-
bunga
harga cenderung mengalami kenaikan.
penjualan
Di samping itu, inflasi yang tinggi juga
mekanisme pasar ber dasarkan sistem
bisa mengurangi tingkat pendapatan
lelang.
riil
Pengembangan Hipotesis
yang
diperoleh
investor
dari
investasinya. Sebaliknya jika tingkat
inflasi
suatu
penurunan,
negara
maka
hal
mengalami
ini
akan
yang
berlaku
SBI
pada
setiap
ditentukan
oleh
H1: Current Ratio berpengaruh positif
terhadap harga saham
H2: Return On Asset berpengaruh
Uji Heteroskedastisitas
positif terhadap harga saham
Uji
H3: Debt to Equity Ratio memiliki
bertujuan
heteroskedastisitas
menguji
apakah
dalam
pengaruh negatif terhadap harga
model regresi terjadi ketidaksamaan
saham
variance dari residual satu pengamatan
H4:
Total
Asset
berpengaruh
Turn
positif
Over
terhadap
ke pengamatan yang lain. Pengujian
dilakukan dengan uji Spearman’s rho
yaitu salah satu dari uji bivariate
harga saham
asosiatif non parametis. Artinya uji
H5: Inflasi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga saham.
H6: Suku bunga SBI berpengaruh
negatif terhadap harga saham
non parametis yang digunakan untuk
menguji kesesuaian antara 2 kelompok
variabel yang berasal dari subjek
berbeda atau disebut juga data bebas
dengan skala ordinal.
Metodologi Penelitian
Uji Autokorelasi
Populasi dan Sampel
Uji
autokorelasi
bertujuan
Populasi yang digunakan adalah
menguji apakah dalam model regresi
perusahaan Real Estate dan Property
linier ada korelasi antara kesalahan
periode
yang
pengganggu pada periode t dengan
digunakan adalah purposive sampling,
kesalahan pengganggu pada periode t-
yaitu pemilihan sampel menggunakan
1
kriteria
digunakan untuk uji autokorelasi yaitu
2010-2013.
tertentu.
Sampel
Perusahaan
yang
(sebelumnya).
memenuhi kriteria adalah sebanyak 33
Cochrane-Ocrutt.
perusahaan.
Uji Multikolinieritas
yang
Uji multikolinieritas bertujuan
Metode Analisis Data
Uji Normalitas
Metode
untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi yang tinggi
Uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Uji statistik
lainnya yang dapat digunakan untuk
menguji normalitas adalah One sample
Kolmogorov-smirnov Test.
atau
sempurna
antar
variabel
independen. Model regresi yang baik
adalah yang tidak terjadi korelasi yang
tinggi antar variabel independen.
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi pada dasarnya
variabel
dependen/terikat
(Ghozali,
2011).
adalah studi mengenai ketergantungan
Uji Signifikan Parameter Individual
variabel dependen (terikat) dengan satu
(Uji Statistik t)
atau
lebih
independen
Uji statistik t pada dasarnya
(variabel bebas), dengan tujuan untuk
menunjukkan seberapa jauh pengaruh
mengestimasi dan/atau memprediksi
satu
rata-rata populasi atau nilai rata-rata
secara individual dalam menerangkan
variabel dependen berdasarkan nilai
variasi variabel dependen (Ghozali,
variabel independen yang diketahui
2011).
(Gujarati,
variabel
2003).
Metode
variabel
penjelas/independen
analisis
berganda dalam penelitian ini secara
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada
matematis dapat dituliskan sebagai
intinya
berikut:
Y=
mengukur
seberapa
jauh
kemampuan
model
dalam
menerangkan
variasi
variabel
Keterangan:
dependen. Nilai koefisien determinasi
Y
adalah antara nol dan satu. Nilai R2
= Harga Saham
yang
= Konstata
kecil
berarti
variabel-variabel
= Koefisien regresi linier X
menjelaskan
kemampuan
independen dalam
variabel-variabel
X1
= Kondisi Fundamental
dependen amat terbatas.
X2
= Suku Bunga SBI
Analisis dan Hasil Pembahasan
= error
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan
melihat
Uji
Signifikansi
Simultan
(Uji
Statistik F)
angka
signifikan
dari
Kolmogorov-Smirnov test. Pengujian
normalitas dilakukan dengan melihat
Uji statistik F pada dasarnya
nilai
2-tailed
significant
melalui
menunjukkan apakah semua variabel
pengukuran
independen
yang
sebesar 5% atau 0,05. Data bisa
dimasukkan dalam model mempunyai
dikatakan berdistribusi normal bila
pengaruh secara simultan terhadap
nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih dari
atau
bebas
tingkat
signifikansi
5%. Sebaliknya, apabila nilai Asymp.
pada tabel di bawah ini menunjukkan
Sig (2-tailed) kurang dari 5% maka
bahwa data berdistribusi normal. Hasil
data
output SPSS, nilai Asymp. Sig. (2-
tidak
(Ghozali,
berdistribusi
2009).
Hasil
normal
pengujian
normalitas diperoleh sebagai berikut:
Berdasarkan hasil uji normalitas
tailed)
sebesar 0,488 lebih besar
daripada 0,05 menunjukkan bahwa
data berdistribusi normal.
Tabel 1
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Normal Parameters
Unstandardized
Residual
114
.0000000
.44023496
.078
.078
-.047
.835
.488
N
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a,,b
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
bawah ini, dimana nilai Sig. (1-tailed)
Uji Heteroskesdastisitas
Uji
pada variabel LNX1, LNX2, LNX3,
Heretoskesdastisitas
dilakukan dengan uji Spearmans’rho.
Hasil dari uji ini terlihat pada tabel di
LNX4, LNX5, dan LNX6 > 0,05 jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskesdastisitas.
Tabel 2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Correlations
.
Unstandardized Residual
Spearman's rho LN_X1
LN_X2
LN_X3
Correlation Coefficient
-.009
Sig. (1-tailed)
.463
N
114
Correlation Coefficient
-.035
Sig. (1-tailed)
.357
N
114
Correlation Coefficient
.023
Sig. (1-tailed)
.406
N
LN_X4
114
Correlation Coefficient
LN_X5
LN_X6
-.011
Sig. (1-tailed)
.453
N
114
Correlation Coefficient
.013
Sig. (1-tailed)
.447
N
114
Correlation Coefficient
-.007
Sig. (1-tailed)
.471
N
**.Correlatin is significant at the 0.01 level (1-tailed)
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi
114
1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
bertujuan
menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan
maka dinamakan ada problem korelasi.
Pengujian ini menggunakan Durbin
Watson. Ketentuan dari Uji DurbinWatson (uji DW) yaitu sebagi berikut:
kesalahan pengganggu pada periode tTabel 3
Durbin Watson d test
Hipotesis Nol
Keputusan
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
Tidak ada autokorelasi positif
No decision
Tidak ada autokorelasi negatif
Tolak
Tidak ada autokorealsi nagatif
No decision
Tidak ada autokorelasi positif atau
Tidak ditolak
negative
Model
1
R
.935a
dengan
pengujian
metode
du < d < 4 - du
Tabel 4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Adjusted R
Std. Error of the
R Square Square
Estimate
.874
.867
.29512
a. Pedictors: Lag_LNX6, Lag_LNX2,
Lag_LNX5
b. Dependent Variable: Lag_LNY
Hasil
Jika
0 < d < dL
dL ≤ d ≤ du
4 - dL < d < 4
4 - du ≤ d ≤ 4 - dL
autokorelasi
Cochrane
Ocrutt
Lag_LNX1,
Lag_LNX4,
DurbinWatson
1.842
Lag_LNX3,
dihasilkan nilai Durbin Watson sebesar
1,842.
Selanjutnya,
nilai
DW
dibandingkan dengan nilai du dan 4-du
independen sehingga regresi ini layak
yang terdapat
digunakan.
pada tabel
Durbin
Watson. Nilai du diambil dari tabel
Uji Multikolinieritas
DW dengan n berjumlah 132 dan k =
6, sehingga diperoleh du sebesar
1,6220.
Pengambilan
keputusan
Uji multikolinieritas berikut ini
menggunakan data yang sudah di
dilakukan dengan ketentuan du < d ≤ 4
Logaritma Natural (LN). Di bawah ini
– du atau 1,6220 < 1,842 ≤ 4 – 1,6220.
terlihat jelas bahwa nilai tolerance >
Jika dihitung menjadi 1,6220 < 1,842 ≤
0,1 dan VIF < 10, maka dapat
2,1884. Dapat disimpulkan dari nilai
DW di atas bahwa tidak terjadi
autokorelasi
antara
variabel
disimpulkan bahwa uji regresi ini tidak
terjadi multikolinieritas. Artinya model
regresi ini layak untuk digunakan.
Tabel 5
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
t
1 (Constant)
1.864
1.701
1.096
LN_X1
.007
.068
.011
.108
LN_X2
.199
.072
.305
2.766
LN_X3
.181
.065
.272
2.791
LN_X4
-.073
.103
-.071
-.705
LN_X5
-.508
.357
-.187
-1.421
LN_X6
1.420
1.138
.162
1.248
a. Dependent Variable: LN_Y
Uji simultan (F) dilakukan
signifikansi
1.346
1.532
1.199
1.300
2.186
2.116
tabel di bawah ini diperoleh nilai F
Uji Simultan (Uji F)
menguji
.743
.653
.834
.769
.457
.473
Berdasarkan hasil analisis pada
Pengujian Hipotesis
untuk
Sig.
.276
.914
.007
.006
.483
.158
.215
Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
model
sebesar 3,209 dan tingkat signifikansi
sebesar
0,006.
Nilai
signifikansi
regresi. Tujuan dari uji F ini adalah
tersebut jauh lebih kecil dari 0,05,
untuk membuktikan secara statistik
berarti bahwa Kondisi Fundamental,
bahwa keseluruhan koefisien regresi
Inflasi, dan Suku Bunga SBI secara
yang digunakan dalam analisis ini
simultan berpengaruh terhadap harga
signifikan.
saham sehingga uji model diterima.
Tabel 6
Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
3.940
6
.657
3.209
Residual
21.900
107
.205
Total
25.841
113
a. Predictors: (Constant), LN_X6, LN_X2, LN_X3, LN_X4, LN_X1, LN_X5
b. Dependent Variable: LN_Y
Sig.
.006a
parsial jika, nilai t hitung > t tabel.
Uji Parsial (Uji statistik T)
Nilai df = N-k-1 = 132-6-1 = 125,
Pengujian
secara
parsial
sehingga diperoleh t tabel sebesar 1,
bertujuan untuk mengetahui apakah
657. Hasil dari uji parsial setiap
secara
individui
(parsial)
variabel
variabel independen dapat dilihat pada
independen
berpengaruh
terhadap
tabel 7.
variabel dependen. Nilai signifikansi
yang tidak lebih besar dari 0,05
Berdasarkan
tabel
7
dapat
dijabarkan persamaan regresi linear
menunjukkan adanya pengaruh yang
berganda sebagai berikut:
kuat antara kedua variabel. Suatu
variabel dikatakan berpengaruh secara
Y=
Tabel 7
Hasil Uji Parsial (Uji Statistik T)
Model
1
(Constant)
LN_X1
LN_X2
LN_X3
LN_X4
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
1.864
1.701
.007
.068
.011
.199
.072
.305
.181
.065
.272
-.073
.103
-.071
t
1.096
.108
2.766
2.791
-.705
Sig.
.276
.914
.007
.006
.483
LN_X5
-.508
LN_X6
1.420
a. Dependent Variable: LN_Y
a.
Hipotesis
1:
Current
.357
1.138
Ratio
berpengaruh positif terhadap harga
-.187
.162
-1.421
1.248
.158
.215
Hal itu terjadi apabila nilai variabel
independen yang lain dalam persamaan
regresi bernilai tetap.
saham.
Berdasarkan tabel 7 di atas,
c. Hipotesis 3: Debt Equity Ratio
dapat
berpengaruh negatif terhadap harga
maka
dilihat
bahwa
nilai
signifikansi variabel Current Ratio
saham.
lebih dari 0,05 (0,914 > 0,05) dan nilai
Pada tabel 7 di atas terlihat
t hitung < t tabel (0,108 < 1,657). Hal
bahwa nilai signifikansi debt equity
ini berarti menerima H0 dan menolak
ratio sebesar 0,006, yang berarti <
H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa
0,005 dan nilai t hitung > t tabel
current
ratio
tidak
berpengaruh
terhadap harga saham.
(2,791>1,657). Hal ini berarti menolak
H0 dan menerima H3, sehingga dapat
b. Hipotesis 2: Return On Asset
berpengaruh positif terhadap harga
disimpulkan bahwa debt equity ratio
berpengaruh positif terhadap harga
saham.
saham.
Dari tabel 7 dapat dilihat nilai
Nilai koefisien debt equity ratio
signifikansi variabel return on asset
sebesar 0,181 dan bertanda positif hal
sebesar 0,007, hal ini berarti < 0,05
ini
dan
kenaikan satu satuan variabel debt
nilai
t
hitung
>
t
tabel
(2,766 0,05 dan nilai t hitung <
Dari tabel 7 di atas terlihat
t tabel (-0,705 < 1,657). Hal ini
bahwa nilai signifikansi suku bunga
menunjukkan bahwa H0 diterima dan
SBI sebesar 0,215 (0,191 > 0,05) dan
H4 ditolak, maka dapat disimpulkan
nilai t hitung < t tabel (1,248 < 1,657).
bahwa
Hal
return
on
asset
tidak
berpengaruh terhadap harga saham.
dan
signifikan
menunjukkan
bahwa
H0
diterima dan menolak H6, maka dapat
e. Hipotesis 5: Inflasi berpengaruh
negatif
ini
terhadap
disimpulkan bahwa suku bunga SBI
tidak
berpengaruh
terhadap
harga
saham.
harga saham.
Koefisien Determinasi
Pada tabel 7 diketahui bahwa
Pada
nilai signifikasi inflasi sebesar 0,158
yang berarti > 0,05 dan nilai t hitung <
output
SPPS
menunjukan
Summary
Model
besarnya
t tabel (-1,421 < 1,657). Hal ini
adjusted R Square sebesar 0,105, hal
menunjukkan bahwa H0 diterima dan
ini
H5 ditolak, maka dapat disimpulkan
bahwa
inflasi
tidak
berpengaruh
terhadap harga saham.
berarti
besarnya
variabel
independen mempengaruhi variabel
dependen
hanya
sedangkan
sisanya
sebesar
sebesar
10,5%,
89,5%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
f. Hipotesis 6: Suku bunga SBI
berpengaruh negatif terhadap harga
saham.
diteliti seperti net profit margin, gross
profit margin, return on equity, dan
jumlah uang yang beredar.
Model Summary
Model
1
R
R Square
.390a
Adjusted R Square
.152
.105
Std. Error of the
Estimate
.45241
a. Predictors: (Constant), LN_X6, LN_X2, LN_X3, LN_X4, LN_X1, LN_X5
saham,
Kesimpulan
menghasilkan
kesimpulan
sebagai berikut
Berdasarkan data yang telah
dikumpulkan
dan
diuji
mengenai
1. Current
pengaruh kondisi fundamental, inflasi,
berpengaruh
dan suku bunga SBI terhadap harga
saham.
Ratio
tidak
terhadap
harga
2. Return On Asset berpengaruh
positif terhadap Harga Saham.
Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya:
3. Debt Equity Ratio berpengaruh
positif terhadap harga saham.
4. Total Asset Turn Over tidak
berpengaruh
terhadap
harga
selanjutnya
hendaknya menambah sampel
perusahaan, tidak hanya pada
sektor real estate dan property,
saham.
5. Inflasi
1. Penelitian
tidak
berpengaruh
terhadap harga saham.
6. Suku bunga SBI berpengaruh
negatif terhadap Harga Saham.
7. Kondisi fundamental, inflasi,
dan suku bunga SBI secara
simultan berpengaruh positif
terhadap Harga Saham.
tetapi juga dari sektor lain agar
dapaat mencerminkan reaksi
dari
pasar
modal
secara
keseluruhan.
2. Penelitian
selanjutnya
sebaiknya menggunakan proksi
lain seperti EPS, Dividend,
ROE, atau kriteria lain yang
ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Efni, Yulia. 2009. Pengaruh Suku Bunga
Deposito, SBI, Kurs, dan Inflasi
terhadap Harga Saham Perusahaan
Real Estate dan Property di BEI. Ejornal Universitas Riau, Vol. 17, No
01.
Ghozali, Imam. 2011. Ekonometrika Teori,
Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17.
Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Kewal, Suramaya Suci. 2012. Pengaruh
Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan
Pertumbuhan PDB terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan. Jurnal
Ekonomi, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Musi, Palembang, Vol. 8, No
1, April.
Khalwaty, Tajul. 2000. Inflasi dan solusinya,
Edisi pertama, PT. SUN, Jakarta.
Praditasari, Kurnia, Windias. 2009.
Analisis
Pengaruh
Tingkat
Kesehatan Bank terhadap Harga
Saham
pada
Perusahaan
Perbankan
yang
Go-Public
Periode
2004-2008.
Jurnal
Fakultas Ekonomi, Universitas
Gunadarma.
Prihartini, Ratna. 2009. Analisis
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar,
ROA, DER dan CR Terhadap
Return Saham. Tesis Magister
Manajemen,
Universitas
Diponegoro. Semarang.
Sadono. 2006. Dalam Wijaya Trisnadi.
Analisis
Pengaruh
Tingkat
Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI
dan
Nilai
Tukar
Rupiah
Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) Di Bursa
Efek. 2009.
Nanga. 2001. Berbagai Definisi Tentang
Inflasi Telah Dikemukakan Oleh Para
Ahli. www.scribd.com
Subalno. 2009. Analisis Pengaruh
Faktor
Fundamental
Dan
Kondisi Ekonomi Terhadap
Return Saham. Tesis Magister
Manajemen,
Universitas
Diponegoro, Semarang.
Nirohito, Vernande. 2009. Analisis Pengaruh
Faktor Fundamental dan Risiko
Sistematik Terhadap Harga Saham
pada Industri Properti dan Real Estate
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Akuntansi, Universitas Gunadarma,
Jakarta.
Tandelilin, Eduardus (2010) Portofolio
dan Investasi : Teori dan
Aplikasi. Edisi 1. Yogyakarta:
Kanisius.
www.idx.co.id (10 Agustus 2015)