PENGARUH KONDISI FUNDAMENTAL INFLASI DAN (1)

PENGARUH KONDISI FUNDAMENTAL, INFLASI, DAN SUKU BUNGA
SERTIFIKAT BANK INDONESIA TERHADAP HARGA SAHAM
(Study Kasus pada Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2010-2013)
Devita Fajar Tri Andarini
Dewi Kusuma Wardani*
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
*[email protected]

ABSTRACK
This research is motivated by the results of researches differences which have
been done by other researchers. Moreover, it is also because construction companies
in the sector of Real Estate and Property which develops a lots. The developing
influences the stock prices in the sector of Real Estate and Property in Indonesia. This
study aimed to examine the effect of the fundamental conditions, inflation, and SBI
interest rates on the stock prices. This research is done in Pojok Bursa Efek
Indonesia. the fundamental factors which are used in this research is Current Ratio,
Return on Asset, Debt Equity Ratio, and Total Asset Turn Over. The data which are
used are the secondary data which are taken from IDX with 180 populations, and 132
data are treated. The sampling method in this research is purposive sampling. The

data technique analysis in this research uses multiple linear regression techniques.
The regression test results show that the influence of fundamentals, inflation, and SBI
interest rates partially positive effect on stock prices. The third influence of
independent variable on the dependent variable is just 10.5%. It is necessary for the
addition of variables in future researches.
Key words: fundamental conditions, inflation, SBI interest rates, and stock prices

PENDAHULUAN

ekspansi, penambahan modal kerja dan

Pasar Modal memiliki peran
penting

bagi

perekonomian

suatu


negara

yang

mempunyai

fungsi

lain-lain, kedua pasar modal menjadi
sarana

bagi

masyarakat

untuk

berinvestasi.

sebagai sarana bagi pendanaan usaha


Saham memiliki risiko paling

atau sebagai sarana bagi perusahaan

tinggi diantara semua jenis instrumen

untuk

mendapatkan

dana

dari

investasi. Investor bisa kehilangan

masyarakat pemodal (investor). Dana

semua


yang diperoleh dari pasar modal dapat

bangkrut. Untuk melakukan investasi

digunakan untuk pengembangan usaha,

dalam

modalnya

bentuk

apabila

saham

emiten

diperlukan


analisis untuk mengukur nilai saham,

saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai

yaitu analisis fundamental dan analisis

inflasi.

teknikal (Nirohito, 2009).
Analisis

Menurut Sadono (2006), suku
fundamental

bunga adalah persentase pendapatan

merupakan analisis yang berdasarkan

yang diterima oleh kreditur dari pihak


faktor fundamental perusahaan yang

debitur selama interval waktu tertentu.

ditunjukkan dalam laporan keuangan

Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan

perusahaan.

laporan

mempengaruhi nilai sekarang (present

dapat

value) aliran kas perusahaan, sehingga

keuangan


Atas
para

dasar
investor

melakukan penilaian kinerja keuangan

kesempatan‐

perusahaan

hal

yang ada tidak akan menarik lagi.

Faktor

Tingkat bunga yang tinggi juga akan


fundamental yang sering digunakan

meningkatkan biaya modal yang akan

untuk memprediksi harga saham atau

ditanggung perusahaan dan juga akan

return saham adalah rasio keuangan

menyebabkan return yang diisyaratkan

dan rasio pasar. Rasio keuangan yang

investor dari suatu investasi akan

berfungsi untuk memprediksi harga

meningkat (Subalno, 2009).


terutama

melakukan

dalam

investasi.

saham antara lain: Current Ratio (CR),
Return On Assets (ROA), Debt Equity
Ratio (DER), dan Total Asset Turn
Over (TATO).

Selain
perusahaan,
eksternal

kesempatan


investasi

Obyek yang digunakan dalam
penelitian

ini

adalah

perusahaan

industry real estate dan property yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

faktor
ada
lainnya

fundmental


Sektor ini dipilih menjadi obyek

beberapa

faktor

penelitian karena sektor ini telah

yang

dapat

mengalami

perkembangan

setelah

mempengaruhi harga saham, seperti

krisis moneter dan mulai menunjukkan

inflasi dan suku bunga SBI. Inflasi

kontribusinya

didefinisikan sebagai suatu gejala di

perekonomian

mana tingkat harga umum mengalami

Perkembangan sektor property ini

kenaikan secara terus menerus (Nanga,

dapat dilihat dari menjamurnya real

2001). Berdasarkan definisi tersebut,

estate di kota-kota besar (Prihatini,

kenaikan tingkat harga umum (general

2009).

price level) yang terjadi sekali waktu

pada

pertumbuhan

akhir-akhir

ini.

Industri real estate dan property
merupakan

industri

yang

sedang

berkembang pesat, sehingga harganya

asset perusahaan, dan berhak hadir

yang cenderung selalu naik. Dengan

dalam Rapat Umum Pemegang Saham

pernyataan

(RUPS) (www.idx.co.id).

tersebut,

maka

permasalahan dalam penelitian ini

Kondisi Fundamental

adalah:
Kondisi
1. Apakah
(CR,

Kondisi
DER,

berpengaruh

Fundamental

ROA,

TATO)

terhadap

harga

saham?

fundamental

adalah

kondisi riil keuangan perusahaan yang
mengeluarkan saham. Kondisi riil ini
dapat

diketahui

langsung

dengan

melihat data-data perusahaan berupa

2. Apakah

Inflasi

berpengaruh

terhadap harga saham?
3. Apakah

Tingkat

Sertifikat

keuangan

yang

kemudian

dapat ditarik kesimpulan apakah suatu

Suku

Bank

berpengaruh

laporan

Bunga

Indonesia

terhadap

harga

saham?

perusahaan layak untuk dijual atau
dibeli.

Menurut

Mulyono

(2001),

analisis fundamental merupakan nilai
suatu saham yang mewakili nilai
perusahaan, tidak hanya nilai instrinsik

TINJAUAN PUSTAKA

suatu saat, bahkan lebih penting adalah

Saham

harapan akan kemampuan perusahaan
Saham merupakan suatu bentuk
penanaman modal pada suatu entitas
(badan usaha) yang dilakukan dengan
menyetorkan sejumlah dana tertentu
dengan
sebagian

tujuan
hak

untuk

menguasai

pemilikan

atas

perusahaan tersebut (Sunariyah, 2004
dalam Praditasari, 2009). Saham dapat
didefinisikan sebagai tanda penyertaan
modal seseorang atau pihak (badan
usaha) dalam suatu perusahaan atau
perseroan

terbatas.

Dengan

menyertakan modal tersebut, maka
pihak tersebut memiliki klaim atas
pendapatan perusahaan, klaim atas

dalam

meningkatkan

nilai

ekonomisnya dikemudian hari dan
bagaimana

perusahaan

dapat

mengembalikan jumlah investasi dari
investor dengan sepenuhnya dalam hal
ini adalah return. Analisis fundamental
berkaitan dengan penilaian kinerja
perusahaan, tentang efektifitas dan
efisiensi
sasarannya.

perusahaan
Untuk

mencapai
menganalisis

kinerja perusahaan dapat digunakan
rasio keuangan yang terbagi dalam 4
kelompok, yaitu Current Ratio (CR)
yang merupakan rasio likuiditas, Debt
Equity Ratio (DER) yang merupakan

rasio solvabilitas, Return on Assets

merupakan sinyal yang positif bagi

(ROA) merupakan rasio profabilitas,

investor seiring dengan turunnya risiko

dan Total Asset Turn Over (TATO)

daya beli uang dan risiko penurunan

merupakan rasio aktivitas.

pendapatan riil (Tandelilin, 2003).

Inflasi

Suku Bunga SBI
Inflasi adalah suatu keadaan

dimana

senantiasa

meningkatnya

Suku bunga menurut Khalwaty
(2000)

merupakan

instrumen

harga-harga pada umumnya, atau suatu

konvensional

keadaan dimana senantiasa turunnya

atau

nilai mata uang karena meningkatnya

tingkat inflasi. Sertifikat merupakan

jumlah

tidak

suatu surat keterangan atau pernyataan

peningkatan

tertulis atau tercetak dari orang yang

uang

diimbangi

yang

beredar

dengan

untuk

menekan

mengendalikan

laju

pertumbuhan

persediaan barang (Efni, 2009). Salah

berwenang

satu

dapat

sebagai bukti suatu kejadian. Sertifikat

digunakan untuk mengukur laju inflasi

yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia

adalah Gross National Product (GNP)

(BI) dikenal dengan Sertifikat Bank

deflator, indeks ini mencakup jumlah

Indonesia

barang dan jasa yang termasuk dalam

Indonesia (SBI) adalah surat berharga

hitungan GNP (Kewal, 2012).

yang

indeks

harga

yang

yang

(SBI).

dikeluarkan

dapat

digunakan

Setifikat

Bank

Bank

Indonesia

tinggi

sebagai pengakuan utang berjangka

biasanya dikaitkan dengan kondisi

waktu pendek (1-3 bulan) dengan

ekonomi

panas

sistem diskonto bunga. SBI merupakan

kondisi

salah satu mekanisme yang digunakan

ekonomi mengalami permintaan atas

Bank Indonesia untuk mengontrol

produk

kestabilan nilai rupiah. Tingkat suku

Tingkat

inflasi

yang

(overheated).

yang

terlalu
Artinya,

yang

melebihi

kapasitas

penawaran produknya, sehingga harga-

bunga

harga cenderung mengalami kenaikan.

penjualan

Di samping itu, inflasi yang tinggi juga

mekanisme pasar ber dasarkan sistem

bisa mengurangi tingkat pendapatan

lelang.

riil

Pengembangan Hipotesis

yang

diperoleh

investor

dari

investasinya. Sebaliknya jika tingkat
inflasi

suatu

penurunan,

negara

maka

hal

mengalami
ini

akan

yang

berlaku

SBI

pada

setiap

ditentukan

oleh

H1: Current Ratio berpengaruh positif
terhadap harga saham

H2: Return On Asset berpengaruh

Uji Heteroskedastisitas

positif terhadap harga saham

Uji

H3: Debt to Equity Ratio memiliki

bertujuan

heteroskedastisitas
menguji

apakah

dalam

pengaruh negatif terhadap harga

model regresi terjadi ketidaksamaan

saham

variance dari residual satu pengamatan

H4:

Total

Asset

berpengaruh

Turn

positif

Over

terhadap

ke pengamatan yang lain. Pengujian
dilakukan dengan uji Spearman’s rho
yaitu salah satu dari uji bivariate

harga saham

asosiatif non parametis. Artinya uji
H5: Inflasi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga saham.
H6: Suku bunga SBI berpengaruh
negatif terhadap harga saham

non parametis yang digunakan untuk
menguji kesesuaian antara 2 kelompok
variabel yang berasal dari subjek
berbeda atau disebut juga data bebas
dengan skala ordinal.

Metodologi Penelitian

Uji Autokorelasi

Populasi dan Sampel

Uji

autokorelasi

bertujuan

Populasi yang digunakan adalah

menguji apakah dalam model regresi

perusahaan Real Estate dan Property

linier ada korelasi antara kesalahan

periode

yang

pengganggu pada periode t dengan

digunakan adalah purposive sampling,

kesalahan pengganggu pada periode t-

yaitu pemilihan sampel menggunakan

1

kriteria

digunakan untuk uji autokorelasi yaitu

2010-2013.

tertentu.

Sampel

Perusahaan

yang

(sebelumnya).

memenuhi kriteria adalah sebanyak 33

Cochrane-Ocrutt.

perusahaan.

Uji Multikolinieritas

yang

Uji multikolinieritas bertujuan

Metode Analisis Data
Uji Normalitas

Metode

untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi yang tinggi

Uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Uji statistik
lainnya yang dapat digunakan untuk
menguji normalitas adalah One sample
Kolmogorov-smirnov Test.

atau

sempurna

antar

variabel

independen. Model regresi yang baik
adalah yang tidak terjadi korelasi yang
tinggi antar variabel independen.

Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi pada dasarnya

variabel

dependen/terikat

(Ghozali,

2011).

adalah studi mengenai ketergantungan

Uji Signifikan Parameter Individual

variabel dependen (terikat) dengan satu

(Uji Statistik t)

atau

lebih

independen

Uji statistik t pada dasarnya

(variabel bebas), dengan tujuan untuk

menunjukkan seberapa jauh pengaruh

mengestimasi dan/atau memprediksi

satu

rata-rata populasi atau nilai rata-rata

secara individual dalam menerangkan

variabel dependen berdasarkan nilai

variasi variabel dependen (Ghozali,

variabel independen yang diketahui

2011).

(Gujarati,

variabel

2003).

Metode

variabel

penjelas/independen

analisis

berganda dalam penelitian ini secara

Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada

matematis dapat dituliskan sebagai

intinya

berikut:
Y=

mengukur

seberapa

jauh

kemampuan

model

dalam

menerangkan

variasi

variabel

Keterangan:

dependen. Nilai koefisien determinasi

Y

adalah antara nol dan satu. Nilai R2

= Harga Saham

yang

= Konstata

kecil

berarti

variabel-variabel
= Koefisien regresi linier X

menjelaskan

kemampuan

independen dalam
variabel-variabel

X1

= Kondisi Fundamental

dependen amat terbatas.

X2

= Suku Bunga SBI

Analisis dan Hasil Pembahasan

= error

Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan
melihat

Uji

Signifikansi

Simultan

(Uji

Statistik F)

angka

signifikan

dari

Kolmogorov-Smirnov test. Pengujian

normalitas dilakukan dengan melihat

Uji statistik F pada dasarnya

nilai

2-tailed

significant

melalui

menunjukkan apakah semua variabel

pengukuran

independen

yang

sebesar 5% atau 0,05. Data bisa

dimasukkan dalam model mempunyai

dikatakan berdistribusi normal bila

pengaruh secara simultan terhadap

nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih dari

atau

bebas

tingkat

signifikansi

5%. Sebaliknya, apabila nilai Asymp.

pada tabel di bawah ini menunjukkan

Sig (2-tailed) kurang dari 5% maka

bahwa data berdistribusi normal. Hasil

data

output SPSS, nilai Asymp. Sig. (2-

tidak

(Ghozali,

berdistribusi

2009).

Hasil

normal
pengujian

normalitas diperoleh sebagai berikut:
Berdasarkan hasil uji normalitas

tailed)

sebesar 0,488 lebih besar

daripada 0,05 menunjukkan bahwa
data berdistribusi normal.

Tabel 1
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Normal Parameters

Unstandardized
Residual
114
.0000000
.44023496
.078
.078
-.047
.835
.488

N
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

a,,b

Most Extreme Differences

a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
bawah ini, dimana nilai Sig. (1-tailed)
Uji Heteroskesdastisitas
Uji

pada variabel LNX1, LNX2, LNX3,

Heretoskesdastisitas

dilakukan dengan uji Spearmans’rho.
Hasil dari uji ini terlihat pada tabel di

LNX4, LNX5, dan LNX6 > 0,05 jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskesdastisitas.

Tabel 2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Correlations
.

Unstandardized Residual

Spearman's rho LN_X1

LN_X2

LN_X3

Correlation Coefficient

-.009

Sig. (1-tailed)

.463

N

114

Correlation Coefficient

-.035

Sig. (1-tailed)

.357

N

114

Correlation Coefficient

.023

Sig. (1-tailed)

.406

N
LN_X4

114

Correlation Coefficient

LN_X5

LN_X6

-.011

Sig. (1-tailed)

.453

N

114

Correlation Coefficient

.013

Sig. (1-tailed)

.447

N

114

Correlation Coefficient

-.007

Sig. (1-tailed)

.471

N
**.Correlatin is significant at the 0.01 level (1-tailed)
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi

114

1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
bertujuan

menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan

maka dinamakan ada problem korelasi.
Pengujian ini menggunakan Durbin
Watson. Ketentuan dari Uji DurbinWatson (uji DW) yaitu sebagi berikut:

kesalahan pengganggu pada periode tTabel 3
Durbin Watson d test
Hipotesis Nol
Keputusan
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
Tidak ada autokorelasi positif
No decision
Tidak ada autokorelasi negatif
Tolak
Tidak ada autokorealsi nagatif
No decision
Tidak ada autokorelasi positif atau
Tidak ditolak
negative

Model
1

R
.935a

dengan

pengujian

metode

du < d < 4 - du

Tabel 4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Adjusted R
Std. Error of the
R Square Square
Estimate
.874
.867
.29512

a. Pedictors: Lag_LNX6, Lag_LNX2,
Lag_LNX5
b. Dependent Variable: Lag_LNY
Hasil

Jika
0 < d < dL
dL ≤ d ≤ du
4 - dL < d < 4
4 - du ≤ d ≤ 4 - dL

autokorelasi

Cochrane

Ocrutt

Lag_LNX1,

Lag_LNX4,

DurbinWatson
1.842
Lag_LNX3,

dihasilkan nilai Durbin Watson sebesar
1,842.

Selanjutnya,

nilai

DW

dibandingkan dengan nilai du dan 4-du

independen sehingga regresi ini layak

yang terdapat

digunakan.

pada tabel

Durbin

Watson. Nilai du diambil dari tabel

Uji Multikolinieritas

DW dengan n berjumlah 132 dan k =
6, sehingga diperoleh du sebesar
1,6220.

Pengambilan

keputusan

Uji multikolinieritas berikut ini
menggunakan data yang sudah di

dilakukan dengan ketentuan du < d ≤ 4

Logaritma Natural (LN). Di bawah ini

– du atau 1,6220 < 1,842 ≤ 4 – 1,6220.

terlihat jelas bahwa nilai tolerance >

Jika dihitung menjadi 1,6220 < 1,842 ≤

0,1 dan VIF < 10, maka dapat

2,1884. Dapat disimpulkan dari nilai
DW di atas bahwa tidak terjadi
autokorelasi

antara

variabel

disimpulkan bahwa uji regresi ini tidak
terjadi multikolinieritas. Artinya model
regresi ini layak untuk digunakan.

Tabel 5
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
t
1 (Constant)
1.864
1.701
1.096
LN_X1
.007
.068
.011
.108
LN_X2
.199
.072
.305
2.766
LN_X3
.181
.065
.272
2.791
LN_X4
-.073
.103
-.071
-.705
LN_X5
-.508
.357
-.187
-1.421
LN_X6
1.420
1.138
.162
1.248
a. Dependent Variable: LN_Y

Uji simultan (F) dilakukan
signifikansi

1.346
1.532
1.199
1.300
2.186
2.116

tabel di bawah ini diperoleh nilai F

Uji Simultan (Uji F)
menguji

.743
.653
.834
.769
.457
.473

Berdasarkan hasil analisis pada

Pengujian Hipotesis

untuk

Sig.
.276
.914
.007
.006
.483
.158
.215

Collinearity
Statistics
Tolerance VIF

model

sebesar 3,209 dan tingkat signifikansi
sebesar

0,006.

Nilai

signifikansi

regresi. Tujuan dari uji F ini adalah

tersebut jauh lebih kecil dari 0,05,

untuk membuktikan secara statistik

berarti bahwa Kondisi Fundamental,

bahwa keseluruhan koefisien regresi

Inflasi, dan Suku Bunga SBI secara

yang digunakan dalam analisis ini

simultan berpengaruh terhadap harga

signifikan.

saham sehingga uji model diterima.

Tabel 6
Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model
1

Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
3.940
6
.657
3.209
Residual
21.900
107
.205
Total
25.841
113
a. Predictors: (Constant), LN_X6, LN_X2, LN_X3, LN_X4, LN_X1, LN_X5
b. Dependent Variable: LN_Y

Sig.
.006a

parsial jika, nilai t hitung > t tabel.

Uji Parsial (Uji statistik T)

Nilai df = N-k-1 = 132-6-1 = 125,
Pengujian

secara

parsial
sehingga diperoleh t tabel sebesar 1,

bertujuan untuk mengetahui apakah
657. Hasil dari uji parsial setiap
secara

individui

(parsial)

variabel
variabel independen dapat dilihat pada

independen

berpengaruh

terhadap
tabel 7.

variabel dependen. Nilai signifikansi
yang tidak lebih besar dari 0,05

Berdasarkan

tabel

7

dapat

dijabarkan persamaan regresi linear
menunjukkan adanya pengaruh yang

berganda sebagai berikut:

kuat antara kedua variabel. Suatu
variabel dikatakan berpengaruh secara
Y=
Tabel 7
Hasil Uji Parsial (Uji Statistik T)

Model
1
(Constant)
LN_X1
LN_X2
LN_X3
LN_X4

Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
1.864
1.701
.007
.068
.011
.199
.072
.305
.181
.065
.272
-.073
.103
-.071

t
1.096
.108
2.766
2.791
-.705

Sig.
.276
.914
.007
.006
.483

LN_X5
-.508
LN_X6
1.420
a. Dependent Variable: LN_Y

a.

Hipotesis

1:

Current

.357
1.138

Ratio

berpengaruh positif terhadap harga

-.187
.162

-1.421
1.248

.158
.215

Hal itu terjadi apabila nilai variabel
independen yang lain dalam persamaan
regresi bernilai tetap.

saham.
Berdasarkan tabel 7 di atas,

c. Hipotesis 3: Debt Equity Ratio

dapat

berpengaruh negatif terhadap harga

maka

dilihat

bahwa

nilai

signifikansi variabel Current Ratio

saham.

lebih dari 0,05 (0,914 > 0,05) dan nilai

Pada tabel 7 di atas terlihat

t hitung < t tabel (0,108 < 1,657). Hal

bahwa nilai signifikansi debt equity

ini berarti menerima H0 dan menolak

ratio sebesar 0,006, yang berarti <

H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa

0,005 dan nilai t hitung > t tabel

current

ratio

tidak

berpengaruh

terhadap harga saham.

(2,791>1,657). Hal ini berarti menolak
H0 dan menerima H3, sehingga dapat

b. Hipotesis 2: Return On Asset
berpengaruh positif terhadap harga

disimpulkan bahwa debt equity ratio
berpengaruh positif terhadap harga
saham.

saham.
Dari tabel 7 dapat dilihat nilai

Nilai koefisien debt equity ratio

signifikansi variabel return on asset

sebesar 0,181 dan bertanda positif hal

sebesar 0,007, hal ini berarti < 0,05

ini

dan

kenaikan satu satuan variabel debt

nilai

t

hitung

>

t

tabel

(2,766 0,05 dan nilai t hitung <

Dari tabel 7 di atas terlihat

t tabel (-0,705 < 1,657). Hal ini

bahwa nilai signifikansi suku bunga

menunjukkan bahwa H0 diterima dan

SBI sebesar 0,215 (0,191 > 0,05) dan

H4 ditolak, maka dapat disimpulkan

nilai t hitung < t tabel (1,248 < 1,657).

bahwa

Hal

return

on

asset

tidak

berpengaruh terhadap harga saham.

dan

signifikan

menunjukkan

bahwa

H0

diterima dan menolak H6, maka dapat

e. Hipotesis 5: Inflasi berpengaruh
negatif

ini

terhadap

disimpulkan bahwa suku bunga SBI
tidak

berpengaruh

terhadap

harga

saham.

harga saham.

Koefisien Determinasi

Pada tabel 7 diketahui bahwa

Pada

nilai signifikasi inflasi sebesar 0,158
yang berarti > 0,05 dan nilai t hitung <

output

SPPS

menunjukan

Summary

Model

besarnya

t tabel (-1,421 < 1,657). Hal ini

adjusted R Square sebesar 0,105, hal

menunjukkan bahwa H0 diterima dan

ini

H5 ditolak, maka dapat disimpulkan
bahwa

inflasi

tidak

berpengaruh

terhadap harga saham.

berarti

besarnya

variabel

independen mempengaruhi variabel
dependen

hanya

sedangkan

sisanya

sebesar
sebesar

10,5%,
89,5%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
f. Hipotesis 6: Suku bunga SBI
berpengaruh negatif terhadap harga
saham.

diteliti seperti net profit margin, gross
profit margin, return on equity, dan

jumlah uang yang beredar.

Model Summary

Model
1

R

R Square
.390a

Adjusted R Square
.152
.105

Std. Error of the
Estimate
.45241

a. Predictors: (Constant), LN_X6, LN_X2, LN_X3, LN_X4, LN_X1, LN_X5

saham,

Kesimpulan

menghasilkan

kesimpulan

sebagai berikut
Berdasarkan data yang telah
dikumpulkan

dan

diuji

mengenai

1. Current

pengaruh kondisi fundamental, inflasi,

berpengaruh

dan suku bunga SBI terhadap harga

saham.

Ratio

tidak

terhadap

harga

2. Return On Asset berpengaruh
positif terhadap Harga Saham.

Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya:

3. Debt Equity Ratio berpengaruh
positif terhadap harga saham.
4. Total Asset Turn Over tidak
berpengaruh

terhadap

harga

selanjutnya

hendaknya menambah sampel
perusahaan, tidak hanya pada
sektor real estate dan property,

saham.
5. Inflasi

1. Penelitian

tidak

berpengaruh

terhadap harga saham.
6. Suku bunga SBI berpengaruh
negatif terhadap Harga Saham.
7. Kondisi fundamental, inflasi,
dan suku bunga SBI secara
simultan berpengaruh positif
terhadap Harga Saham.

tetapi juga dari sektor lain agar
dapaat mencerminkan reaksi
dari

pasar

modal

secara

keseluruhan.
2. Penelitian

selanjutnya

sebaiknya menggunakan proksi
lain seperti EPS, Dividend,
ROE, atau kriteria lain yang
ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Efni, Yulia. 2009. Pengaruh Suku Bunga
Deposito, SBI, Kurs, dan Inflasi
terhadap Harga Saham Perusahaan
Real Estate dan Property di BEI. Ejornal Universitas Riau, Vol. 17, No
01.
Ghozali, Imam. 2011. Ekonometrika Teori,
Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17.
Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Kewal, Suramaya Suci. 2012. Pengaruh
Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan
Pertumbuhan PDB terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan. Jurnal
Ekonomi, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Musi, Palembang, Vol. 8, No
1, April.
Khalwaty, Tajul. 2000. Inflasi dan solusinya,
Edisi pertama, PT. SUN, Jakarta.

Praditasari, Kurnia, Windias. 2009.
Analisis
Pengaruh
Tingkat
Kesehatan Bank terhadap Harga
Saham
pada
Perusahaan
Perbankan
yang
Go-Public
Periode
2004-2008.
Jurnal
Fakultas Ekonomi, Universitas
Gunadarma.

Prihartini, Ratna. 2009. Analisis
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar,
ROA, DER dan CR Terhadap
Return Saham. Tesis Magister
Manajemen,
Universitas
Diponegoro. Semarang.
Sadono. 2006. Dalam Wijaya Trisnadi.
Analisis
Pengaruh
Tingkat
Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI
dan
Nilai
Tukar
Rupiah
Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) Di Bursa
Efek. 2009.

Nanga. 2001. Berbagai Definisi Tentang
Inflasi Telah Dikemukakan Oleh Para
Ahli. www.scribd.com

Subalno. 2009. Analisis Pengaruh
Faktor
Fundamental
Dan
Kondisi Ekonomi Terhadap
Return Saham. Tesis Magister
Manajemen,
Universitas
Diponegoro, Semarang.

Nirohito, Vernande. 2009. Analisis Pengaruh
Faktor Fundamental dan Risiko
Sistematik Terhadap Harga Saham
pada Industri Properti dan Real Estate
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Akuntansi, Universitas Gunadarma,
Jakarta.

Tandelilin, Eduardus (2010) Portofolio
dan Investasi : Teori dan
Aplikasi. Edisi 1. Yogyakarta:
Kanisius.
www.idx.co.id (10 Agustus 2015)