Silabus MP Bhs Sunda Revisi 2017 SD MI

(1)

(2)

KURIKULUM TINGKAT DAERAH

MUATAN LOKAL

MATA PELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA SUNDA

BERBASIS KURIKULUM 2013

REVISI 2017

JENJANG SD/MI


(3)

(4)

KURIKULUM TINGKAT DAERAH

MUATAN LOKAL

MATA PELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA SUNDA

BERBASIS KURIKULUM 2013

REVISI 2017

JENJANG SD/MI

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

DINAS PENDIDIKAN


(5)

SUSUNAN TIM PENGEMBANG

KURIKULUM TINGKAT DAERAH MUATAN LOKAL MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA

BERDASARKAN KURIKULUM 2013 REVISI 2017 Penanggung Jawab

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Dr. Ir. Ahmad Hadadi, M.Si.

Pengarah

Kepala Balai Pengembangan Bahasa dan Kesenian Daerah Drs. H. Husen R. Hasan, M.Pd.

Tenaga Ahli

Prof. Dr. H. Yayat Sudaryat, M.Hum. (UPI) Dr. H. Dingding Haerudin, M.Pd. (UPI)

Dr. H. Usep Kuswari, M.Pd. (UPI) Dr. Dedi Koswara, M.Hum. (UPI)

Tim Pengembang Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

Tim Pengembang Kurikulum SD/MI

Ida Widaningsih, S.Pd., M.M. Nita Rosyana, S.Pd., M.M.Pd.

Sri Asdianwati, S.Pd., M.Pd.

Tim Pengembang Kurikulum SMP/MTs

Susi Budiwati, S.Pd., M.Pd. Elah, S.Pd., M.Pd. Uus Rustandi, S.Pd., M.Pd.

Tim Pengembang Kurikulum SMA/MA

Darpan, S.Pd., M.Pd. Dra. Hermin Ruliati Ivan Adzam Wahyudin, S.Pd.

Tim Pengembang Kurikulum SMK/MAK

Drs. Moch. Ridwan Iskandar, M.Pd. Rani Rabiussani, S.Pd.

Ilah Nurlelah, S.Pd.

Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor : 819/8653-Setdisdik


(6)

S

AMBUTAN

KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Sejak tahun 2001 rencana perubahan kurikulum sudah sampai ke sekolah. Kurikulum 1994 diganti dengan kurikulum baru yang berorientasi kepada kompetensi. Sementara itu, dalam rangka pemantapannya, beberapa mata pelajaran yang termasuk muatan nasional sudah diujicobakan, sehingga masa transisi pembelajaran antara kurikulum lama dengan yang baru makin terasa.

Balai Pengembangan Bahasa Daerah Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat sejak tahun 2003 sudah mengadakan pemantauan terhadap kenyataan ini, khususnya yang berkaitan dengan (1) kurikulum, (2) bahan ajar, (3) sarana dan sumber belajar, dan (4) pelaksanaan pengajaran. Sejalan dengan keluarnya Kurikulum 2013 terdapat iga jenis kurikulum, yakni Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum Tingkat Daerah, dan Kurikulum Tingkat Sekolah. Kurikulum Tingkat Nasional disusun dan diberlakukan secara nasional. Kurikulum Tingkat Daerah disusun dan diberlakukan di daerah berdasarkan Kurikulum Tingkat Nasional sesuai dengan kebijakan daerah masing-masing. Sementara, Kurikulum Tingkat Sekolah disusun dan diberlakukan pada seiap jenjang sekolah.

Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menyusun Kompetensi Ini dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran Bahasa Sunda. Kompetensi Ini dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda ini dikeluarkan sebagai arahan atau pedoman bagi guru dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Isinya memuat kompetensi ini (KI) dan kompetensi dasar (KD), yang harus disusun dan dikembangkan lagi oleh guru dan sekolah menjadi kurikulum yang berisi KI, KD, indikator, pengalaman belajar, lingkup materi, dan jenis evaluasi. Penyusunan kurikulum tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan dan kondisi setempat.

Masih berhubungan dengan keadaan setempat yang berbeda satu dengan lainnya, perlu diperimbangkan pengelompokan keadaan (kategorisasi lokal), baik di wilayah pemakaian bahasa Sunda maupun wilayah yang memiliki dialek bahasa


(7)

Sunda atau bahasa daerah lain seperi Melayu-Betawi di daerah Depok dan Bekasi serta Bahasa Cirebon di wilayah Cirebon dan Indramayu. Bahasa-bahasa tersebut termasuk bahasa daerah yang hidup di Propinsi Jawa Barat sesuai dengan Peraturan Daerah Jawa Barat No. 5/2003 tentang Pelestarian Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah yang kemudian diubah menjadi Perda No. 14/2014.

Sebagai Kurikukulum Tingkat Daerah Muatan Lokal yang bengacu pada Kurikulum Nasional, KIKD Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda berbasis Kurikulum 2013 dilakukan revisi pada tahun 2017. Revisi tersebut berkaitan dengan perumusan KD dan pemetaan materi ajar bahasa daerah memperimbangkan keragaman lokalitas dan mewadahi fenomena kebahasaan dan pola komunikasi yang berkembang di lingkungan masyarakat.

Revisi Kurikulum ini dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, yang untuk kepeningan regional Jawa Barat disusun berdasarkan Pergub Jabar Nomor 69 Tahun 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah pada Jenjang Pendidikan Dasar dan menengah di Jawa Barat, dan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor 819/8653-Setdisdik tanggal 20 Pebruari 2017 tentang Tim Pengembang Kurikulum Mulok Bahasa dan Sastra Sunda

Terima kasih kepada Tim Ahli dan Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, yang telah berkenan melakukan revisi Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa Sunda berbasis Kurikulum 2013. Semoga semua ini dapat dirasakan manfaatnya oleh dunia pendidikan kita.

Bandung, Maret 2017

Kepala Dinas Pendidikan

Provinsi Jawa Barat,

Dr. Ir. H. Ahmad Hadadi, M.Si.

Pembina Utama Madya


(8)

K

ATA PENGANTAR

KEPALA BALAI

PENGEMBANGAN BAHASA DAN KESENIAN DAERAH

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah di sekolah-sekolah yang awalnya menggunakan Kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum KTSP, mulai menggunakan Kurikulum Mulok yang baru, terutama di sekolah-sekolah yang menjadi percontohan. Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah yang mengacu pada Kurikulum 2013 ini terdiri dari Struktur Kompetensi Ini dan Kompetensi Dasar (KIKD) serta Silabusnya. Sebagai penunjang pembelajaran, BPBKD juga mengupayakan penyusunan buku ajar sesuai rambu-rambu yang ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Seperi diketahui, implementasi Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah hingga saat ini pun sangat dinamis. Berbagai revisi dan perubahan terjadi hampir seiap tahun, terutama menyangkut berbagai perangkat implementasinya di lapangan. Tahun 2016, revisi bahkan menyangkut struktur ini kurikulum dengan adanya perubahan pada tataran KIKD dan landasan konseptualnya. Sedikitnya ada empat Peraturan Mentri (Permen) Pendidikan dan Kebudayaan dikeluarkan untuk menggani Permen lama berkaitan dengan revisi Kurikulum. Antara lain Permendikbud No. 20 tahun 2016 Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan menengah, Permendikbud No. 21 tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan dan Dasar dan Menengah, dan Permendikbud No. 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Melihat dinamika yang terjadi pada Kurikulum 2013 tersebut, sudah seharusnya pula Kurikulum Mulok Bahasa dan Sastra Daerah menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di atas. Di samping itu, implementasi Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah sendiri menemui beberapa masalah, antara lain ditemukan pada struktur isi kurikulum yang masih dianggap kompleks dan sulit untuk dipahami oleh siswa. Kurikulum Bahasa dan Sastra Daerah juga dianggap idak memiliki tujuan yang jelas di seiap jenjang pendidikan. Tidak dijelaskan apa skala prioritas yang ingin dicapai dari pengajaran bahasa Sunda di ingkat, SD, SMP, dan SMA, karena masih ditemukan materi-materi pelajaran yang bertumpuk dan berulang-ulang.


(9)

Kendala lain yang juga sering disuarakan oleh masyarakat dan para guru adalah idak meratanya kurikulum diberlakukan di seiap satuan pendidikan karena berbagai hal, kendai Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah telah ditetapkan penggunaannya melalui Pergub. Kriik juga muncul dari masyarakat berkaitan dengan kekeliruan bahan ajar dan karakter Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah yang cenderung terlalu meniru struktur kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia.

Berkaitan dengan masalah-masalah tersebut di atas, perlu adanya upaya untuk merevisi dan mengembangkan kembali Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Namun sebelum revisi dilakukan, diperlukan landasan konseptual yang jelas menyangkut apa saja yang harus menjadi perimbangan im review. Diperlukan poko-pokok pikiran yang jelas untuk nani digunakan oleh im pengembang Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah sebagai landasan bekerja.

Buku ini merupakan dokumen kurikulum ingkat daerah Provinsi Jawa Barat yaitu Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda Berbasis Kurikulum 2013 yang telah direvisi. Dokumen kurikulum diharapkan dapat dijadikan pedoman pembelajaran muatan lokal bahasa dan sastra Sunda pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Jawa Barat, terhitung mulai tahun pelajaran 2017/2018.

Semoga buku ini ada kemanfaatan di dalamnya dan pada akhirnya akan membawa pada perbaikan dalam pembinaan, pengembangan dan pelestarian bahasa dan sastra daerah melalui jalur pendidikan di Jawa Barat.

Bandung, Maret 2017

Kepala Balai

Pengembangan Bahasa dan Kesenian Daerah,

Drs. H. Husen R. Hasan, M.Pd.

Pembina Tk. I


(10)

D

AFTAR ISI

SAMBUTAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN

PROVINSI JAWA BARAT ... v

KATA PENGANTAR KEPALA BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAN KESENIAN DAERAH DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH ... 1

A. Rasional ... 2

B. Struktur Kurikulum Muatan Lokal ... 6

C. Perbaikan Kurikulum Tingkat Daerah Berbasis Kurikulum 2013 .... 10

D. Kekhasan Kurikulum Tingkat Daerah ... 13

E. Keragaman Lokalitas dan Bahasa Pengantar Pembelajaran ... 14

F. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar ... 16

BAB II: KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR (KIKD) MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA ... 19

A. Rasional ... 20

B. Pengertian ... 21

C. Fungsi ... 21

D. Tujuan... 21

E. Tema untuk Sekolah Dasar ... 22

F. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Dan Sastra Sunda Jenjang SD/MI ... 23

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 37

Lampiran 1: SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA SD/MI ... 38

A. Pengertian SIlabus ... 38

B. Komponen Silabus ... 38


(11)

Lampiran 2: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI)

MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA ... 75

A. Batasan ... 75

B. Komponen RPP ... 75

C. Prinsip Penyusunan RPP ... 76


(12)

B A B I


(13)

A. RASIONAL

Sejalan dengan keluarnya Kurikulum 2013 terdapat tiga jenis kurikulum, yakni Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum Tingkat Daerah, dan Kurikulum Tingkat Sekolah. Kurikulum Tingkat Nasional disusun dan diberlakukan secara nasional. Kurikulum Tingkat Daerah disusun dan diberlakukan di daerah berdasarkan Kurikulum Tingkat Nasional sesuai dengan kebijakan daerah masing-masing. Sementara, Kurikulum Tingkat Sekolah disusun dan diberlakukan pada setiap jenjang sekolah.

Kurikulum Tingkat Nasional yang disebut Kurikulum 2013 telah mengalami revisi sehingga disebut Kurikulum 2013 edisi revisi. Kurikulum Tingkat Daerah pun turut mengalami perbaikan sehingga disebut Kurikulum Tingkat Daerah Muatan Lokal berbasis Kurikulum 2013 revisi 2017. Revisi ini dilakukan berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20, 21, 22, dan 23 Tahun 2016.

Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi

Lulus-an Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan sebagai acuan utama

pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasa-rana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Dengan diberlakukanya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar

dan Menengah memuat tentang Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Ruang lingkup

materi yang spesiik untuk setiap mata pelajaran dirumuskan berdasarkan

Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan

Dasar dan Menengah merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk


(14)

mencapai kompetensi lulusan. Dengan diberlakukanya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian

Pendidikan yang merupakan kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menyusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah. Selain disesuaikan dan didasarkan pada struktur Kurikulum Tingkat Nasional 2013, KIKD Mata Pelajaran Bahasa Sunda didasarkan pada Surat Edaran Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat Nomor 423/2372/Set-Disdik tertanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/ MA.

Di samping itu, penyusunan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

(KIKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah didasari pula oleh Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 14 Tahun 2014 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda, diajarkan pada pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang bersumber dari UUD 1945 yang menyangkut Pendidikan dan Kebudayaan. Sejalan pula dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs./ SMPLB, SMA/MAN/ SMALB, dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan lokal yang relevan dan Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang “pemeliharaan bahasa-bahasa ibu di dunia”.


(15)

Hal di atas sejalan pula dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, di antaranya menyatakan bahwa: Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara terintegrasi dengan matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau diajarkan secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut. Hal ini diperkuat dengan Permendikbud Nomor 79 tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013, Pasal 9 dan Pasal 10, bahwa Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat mengembangkan muatan lokal.

Bahasa Sunda, Bahasa Cirebon, dan Bahasa Melayu Betawi berkedudukan sebagai bahasa daerah, yang juga merupakan bahasa ibu bagi masyarakat Jawa Barat di wilayah tertentu. Bahasa daerah juga menjadi bahasa pengantar pembelajaran di kelas-kelas awal SD/MI. Melalui pembelajaran bahasa daerah diperkenalkan kearifan lokal sebagai landasan etnopedagogis.

Berdasarkan kenyataan tersebut, bahasa daerah sebagai salah satu khasanah dalam kebhineka-tunggal-ikaan bahasa dan budaya Nusantara akan menjadi landasan bagi pendidikan karakter dan moral bangsa. Oleh karena itu, bahasa daerah harus diperkenalkan di Taman Kanak-kanak (TK)/ Raudhatul Athfal (RA) dan diajarkan di sekolah-sekolah mulai Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), sampai Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliah (MA). Untuk kepentingan itu, telah disusun dan direvisi Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sesuai dengan satuan pendidikan tersebut.

Pembelajaran bahasa dan sastra daerah diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya dan budaya Sunda, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat Jawa Barat, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa dan sastra daerah diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Daerah dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap budaya dan hasil karya sastra daerah.


(16)

Kompetensi inti mata pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah yang memiliki kesamaan dengan kompetensi inti mata pelajaran lainnya merupakan

kualiikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan

penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra daerah. Kompetensi Inti ini menjadi dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, dan nasional. Secara substansial terdapat empat Kompetensi Inti yang sejalan dengan pembentukan kualitas insan yang unggul, yakni (1) sikap keagamaan (beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa) untuk

menghasilkan manusia yang pengkuh agamana (spiritual quotient), (2) sikap

kemasyarakatan (berakhlak mulia) untuk menghasilkan manusia yang jembar

budayana (emotionalquotient), (3) menguasai pengetahuan, teknologi, dan

seni (berilmu dan cakap) untuk menghasilkan manusia yang luhung élmuna

(intellectualquotient), dan (4) memiliki keterampilan (kreatif dan mandiri) untuk

menghasilkan manusia yang rancagé gawéna (actional quotient).

Keempat Kompetensi Inti tersebut merupakan pengejawantahan dari tujuan pendidikan nasional (Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3), yakni “untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah ini, selaras dengan alasan pengembangan kurikulum 2013, diharapkan peserta didik memiliki:

1. Kemampuan berkomunikasi;

2. Kemampuan berpikir jernih dan kritis;

3. Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan; 4. Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab;

5. Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda;

6. Kemampuan hidup dalam maysrakat yang mengglobal; 7. Minat yang luas dalam kehidupan;

8. Kesiapan untuk bekerja;

9. Kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya; dan 10. Rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.


(17)

B. STRUKTUR KURIKULUM MUATAN LOKAL

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA dinyatakan bahwa Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara terintegrasi dengan matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau diajarkan secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut.

Dasar pendidikan muatan lokal adalah Permendikbud Nomor 79 tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013. Dalam peraturan itu yang dimaksud dengan muatan lokal adalah bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya. Muatan lokal dikembangkan atas prinsip: (1) kesesuaian dengan perkembangan peserta

didik; (2) keutuhan kompetensi; (3) leksibilitas jenis, bentuk, dan pengaturan

waktu penyelenggaraan; dan (4) kebermanfaatan untuk kepentingan nasional dan menghadapi tantangan global.

Pendidikan Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah

merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan melalui pemerintah daerah, dalam hal ini Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.

Kewenangan pemerintah daerah untuk mengembangkan bahasa daerah diperkuat oleh UU nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Pasal 42 Ayat (1) dan Ayat (2) berbunyi sebagai berikut.

(1) Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.


(18)

(2) Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh pemerintah daerah di bawah koordinasi lembaga kebahasaan.

Mengingat kewenangan pemerintah daerah dalam mengembangkan dan membina bahasa daerah, adanya kebijakan kurikulum tingkat daerah, dan keberagaman pemerintah daerah dalam menetapkan konten muatan lokal maka untuk Kurikulum 2013 ditetapkan pendidikan bahasa daerah tetap menjadi wewenang pemerintah daerah. Kurikulum 2013 menyediakan muatan lokal untuk pendidikan bahasa daerah dan pendidikan seni budaya.

Berkaitan dengan bunyi undang-undang tersebut, maka Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda termasuk mata pelajaran muatan lokal di wilayah Provinsi Jawa Barat. Kedudukannya dalam proses pendidikan sama dengan kelompok mata pelajaran inti dan pengembangan diri. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Sunda juga diujikan dan nilainya wajib dicantumkan dalam buku rapor.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengeluarkan Surat Keputusan No. 423/2372/Set-disdik tanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/ MA). Kedudukan Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah dalam Struktur Kurikulum Nasional adalah sebagai berikut.

Tabel 1: Struktur Kurikulum Tingkat Daerah Jenjang SD/MI

No. Komponen

Jumlah Jam Pelajaran Tiap Kelas

I II III IV V VI Kelompok A

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekeri 4 4 4 4 4 4 2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 6 6 6 4 4 4

3. Bahasa Indonesia 8 8 10 7 7 7

4. Matemaika 5 6 6 6 6 6

5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3

6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3

Kelompok B

7. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 5 5 5

8. Pendidikan Jasamani, Olahraga, dan Kesehatan 4 4 4 4 4 4

9. Bahasa dan Sastra Daerah 2 2 2 2 2 2


(19)

Tabel 2: Struktur Kurikulum Tingkat Daerah Jenjang SMP/MTs

. No. Komponen Jumlah Jam Pelajaran Tiap Kelas

VI VIII IX

Kelompok A

1. Agama dan Budi Pekeri 3 3 3

2. Pendidikan Pancasila &

Kewarganegaraan 3 3 3

3. Bahasa Indonesia 6 6 6

4. Matemaika 5 5 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

7. Bahasa Inggris 4 4 4

Kelompok B

8. Seni Budaya 3 3 3

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga,

dan Kesehatan 3 3 3

10. Prakarya 2 2 2

11. Bahasa dan Sastra Daerah 2 2 2

Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 40 40 40

Tabel 3: Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah Kelompok Mata

Pelajaran Wajib

No. Komponen Jumlah Jam Pelajaran Tiap Kelas

X XI XII

Kelompok A (Wajib)

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekeri 3 3 3

2. Pendidikan Pancasila &

Kewarganegaraan 2 2 E

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Matemaika 4 4 4

5. Sejarah Indonesia 2 2 2

6. Bahasa Inggris 2 2 2

Kelompok B (Wajib)

7. Seni Budaya 2 2 2

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga,

dan Kesehatan 3 3 3

10. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2

11. Bahasa dan Sastra Daerah 2 2 2


(20)

Kelompok C (Peminataan)

Mata pelajaran peminatan Akademik (untuk

SMA/MA) 18 20 20

Jumlah Jampel yang harus ditempuh per

minggu 44 46 46

Tabel 4: Struktur Kurikulum SMA/MA

MATA PELAJARAN

KELAS

X XI XII

Kelompok A dan B (Wajib) 26 26 26

C. Kelompok Peminatan

I Peminatan Matemaika dan Ilmu-ilmu Alam

1. Matemaika 3 4 4

2. Biologi 3 4 4

3. Fisika 3 4 4

4. Kimia 3 4 4

II. Peminatan Ilmu-ilmu Sosial

1. Geograi 3 4 4

2. Sejarah 3 4 4

3. Sosiologi dan Antropologi 3 4 4

4. Ekonomi 3 4 4

III Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya

1. Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4

2. Bahasa dan Sastra Daerah 3 4 4

3. Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4

4. Bahasa dan Sastra Asing

Lainnya 3 4 4

5. Antropologi 3 4 4

Mata Pelajaran Pilihan Pendalaman

Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat 6 4 4

Jumlah Pelajaran yang tersedia per minggu 71 82 82 Jumlah Jampel yang harus ditempuh per minggu 44 46 46


(21)

Tabel 5: Struktur Kurikulum SMK/MAK

MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU PER MINGGU

X XI XII

Kelompok A (Wajib)

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekeri 3 3 3

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Matemaika 4 4 4

5. Sejarah Indonesia 2 2 2

6. Bahasa Inggris 2 2 2

Kelompok B (Wajib)

7. Seni Budaya 2 2 2

8. Bahasa dan Sastra Daerah 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 3 3 3

10. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2

Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu 26 26 26 Kelompok C (Peminatan)

Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (SMK/

MAK) 24 24 24

JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU 50 50 50

C. PERBAIKAN KURIKULUM TINGKAT DAERAH

BERBASIS KURIKULUM 2013

Dengan adanya revisi Kurikulum 2013 pada tingkat nasional, Kurikulum Tingkat Daerah Kurikulum Muatan Lokal pun mengalami perubahan. Nama kurikulum tidak berubah menjadi kurikulum nasional, tapi tetap Kurikulum 2013 Edisi Revisi yang berlaku secara Nasional.Perubahan tersebut didasarkan pada tiga Permendikbud, yakni Permendikbud No. 20 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi, Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, dan Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

Meskipun ada revisi, struktur matapelajaran dan lama belajar di sekolah tidak diubah. Poin utama revisi Kurikulum 2013 adalah meningkatkan hubungan atau keterkaitan antara kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar


(22)

(KD). Jika diintisarikan, terdapat lima poin penting revisi Kurikulum 2013. 1. Peningkatan hubungan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar

(KD). Kompetensi Inti 1 (Aspek Keagamaan) dan Kompetensi Inti 2 (Aspek Sosial) tidak lagi dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar hanya dijabarkan dari Kompetensi Inti 2 (Pengetahuan) dan Kompetensi Inti 4 (Keterampilan).

a. Penomoran KI dan KD tidak lagi ditandai dengan jenjang pendidikan (kelas), tetapi sesuai dengan nomor urutan KI. Nomor KI sebanyak satu digit angka (KI 3), sedangkan nomor KD sebanyak dua digit angka (KD 3.1).

b. Dalam rumusan KD lama yang awalnya hanya menggambarkan materi kesastraan saja, pada rumusan KD baru ditambahkan unsur-unsur kebahasaan. Hal ini menunjukkan bahwa belajar bahasa daerah dilaksanakan melalui sastra daerah.

c. Permusan KD yang awalnya terlalu spesiik dan operasioal, kemudian

pada edisi revisi diubah menjadi rumusan yang lebih umum agar tidak menyulitkan pendidik dalam menyusun indikator.

d. Rumusan KD pada jenjang SD/MI disesuaikan dengan materi pokok dan tema nasional. Untuk beberapa tema KD disesuaikan dengan tema kedaerahan.

e. Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antar jenjang pendidikan memperhatikan (1) perkembangan psikologis anak; (2) lingkup dan kedalaman; (3) kesinambungan; (4) fungsi satuan pendidikan; dan (5) lingkungan. Dipertimbangkan pula penguasaan pengetahuan dan keterampilan berbahasa dan bersastra secara gradual daerah sesuai dengan jenjang pendidikan.

f. Pemetaan materi ajar bahasa daerah mempertimbangkan keragaman lokalitas dan mewadahi fenomena kebahasaan dan pola komunikasi yang berkembang di lingkungan masyarakat.

2. Proses berpikir siswa tidak lagi dibatasi. Pada kurikulum yang lama, berlaku sistem pembatasan, yaitu anak SD sampai memahami, SMP menganalisis, dan SMA mencipta. Pada kurikulum hasil revisi ini, anak SD boleh berpikir sampai tahap penciptaan. Tentunya dengan kadar penciptaan yang sesuai dengan usianya.

3. Penggunaan metode pembelajaran aktif. Guru berperan menjadi fasilitator pembelajaran yang membuat siswa menyenangi kegiatan


(23)

belajar-mengajar. Adanya penerapan Pendekatan 5M (Mengingat, Memahami,

Menerapkan, Menganalisis, dan Mencipta). Pendekatan Saintiik 5M

bukanlah satu-satunya yang dapat diacu menjadi metode saat mengajar. Apabila digunakan, maka susunan 5Mitu tidak harus berurutan.Pemilihan

pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintiik dan/atau

inkuiri (inquiry) dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.

4. Penyederhanaan aspek penilaian siswa oleh guru. Pada Kurikulum 2013 versi lawas, seluruh guru wajib menilai aspek sosial dan spiritual (keagamaan) siswa. Sistem ini yang lantas dikeluhkan banyak guru. Dalam skema yang baru, penilaian sosial dan keagamaan siswa cukup dilakukan oleh guru PPKn dan guru Pendidikan Agama-Budi Pekerti.

Sementara guru isika dan mata pelajaran lainnya hanya menilai aspek

akademik sesuai bidang yang diajarkan saja.Guru mata pelajaran lain boleh menilai aspek sosial sewajarnya. seperti terkait kenakalan atau misalnya saat siswa ketahuan mencontek.

a. Penilaian sikap KI-1 dan KI-2 sudah ditiadakan di setiap mata pelajaran hanya Matapelajaran Agama dan PPKn, namun KI tetap dicantumkankan dalam penulisan RPP.

b. Jika ada 2 nilai praktik dalam satu KD, maka yang diambil adalah nilai yang tertinggi. Penghitungan nilai keterampilan dalam satu KD ditotal (praktek, produk, portofolio) dan diambil nilai rata-rata untuk pengetahuan, bobot penilaian harian, dan penilaian akhir semester itu sama.

c. Perubahan terminologi ulangan harian menjadi penilaian harian, UAS menjadi Penilaian Akhir Semester untuk Semester 1 dan Penilaian Akhir Tahun untuk Semester 2. Oleh karena itu, sudah tidak ada lagi UTS, langsung ke Penilaian Akhir Semester.

d. Skala penilaian menjadi 1-100. Sementara itu, penilaian sikap diberikan dalam bentuk Predikat dan Deskripsi.

e. Remedial diberikan untuk nilai siswa yang kurang, namun sebelumnya siswa diberikan pembelajaran ulang. Nilai Remedial adalah nilai yang dicantumkan dalam hasil.


(24)

f. Hasil evaluasi akhir diperoleh dari gabungan evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran.

5. Perencanaan pembelajaran mencakup silabus dan Recana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

a. Silabus Kurikulum 2013 edisi revisi lebih ramping, hanya tiga kolom, yakni KD, Materi Pembelajaran, dan Kegiatan Pembilajaran.

b. Di dalam RPP tidak perlu disebutkan nama metode pembelajaran yang digunakan dan materi dibuat dalam bentuk lampiran berikut dengan rubrik penilaian (jika ada).

D. KEKHASAN KURIKULUM TINGKAT DAERAH

Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda di dalamnya memuat materi yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial peserta didik. Pembelajarannya diatur secara mandiri serta menopang peningkatan kemampuan penguasaan kurikulum nasional.

Program pembelajaran bahasa dan sastra Sunda yang

dikembangkanmemperhatikan rambu-rambu pengembangan muatan lokal yang tertuang dalam lampiran Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013, Pasal 9 dan Pasal 10, bahwa Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat mengembangkan muatan lokal. Permendikbud ini merupakan revisi dari Permendikbud Nomor 81a Tahun

2013 tentang Implementasi Kurikulum, di antaranya kedekatan secara isik dan secara psikis.Dekat secara isik berarti bahwa terdapat dalam lingkungan

tempat tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan dekat secara psikis berarti bahwa bahan kajian tersebut mudah dipahami oleh kemampuan berpikir dan mencerna informasi sesuai dengan usia peserta didik.

Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan kaidah keilmuannya, yaitu bahasa, sastra, budaya Sunda sebagai kearifan lokal. Setiap sekolah wajib melaksanakannya agar peserta didik memperoleh pengalaman berbahasa, bersastra, dan berbudaya Sunda. Pendidik yang mengampu mata pelajaran ini diharapkan mampu membangkitkan minat belajar, rasa keingintahuannya, menumbuhkembangkan kesadaran, serta kemampuan apresiasi peserta didik terhadap budayanya masyarakatnya. Hal ini merupakan wujud pembentukan karakter yang


(25)

memungkinkan seseorang hidup secara beradab dan toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk.

Mata pelajaran bahasa dan sastra Sunda dikemas sedemikian rupa agar menarik bagi perserta didik. Kemasan yang menarik dan perencanaan yang tepat akan mampu mengembangkan beragam kompetensi peserta didik baik secara konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur etika, estetika, logika, dan kinestetika.

E. KERAGAMAN LOKALITAS DAN BAHASA

PENGANTAR PEMBELAJARAN

Untuk mewadahi keragaman lokalitas perlu dipertimbangkan bahasa dan budaya yang berkembang di lingkungan belajar peserta didik. Kenyataan menunjukkan bahwa selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula bahasa-bahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak berdasarkan daerah administrasi pemerintah. Misalnya, sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah bahwa yang dimaksud dengan bahasa daerah di Jawa Barat adalah bahasa Sunda, bahasa Cirebon, dan bahasa Melayu-Betawi. Dalam hubungan itu, bagi daerah-daerah yang peserta didiknya berbahasa ibu bukan bahasa Sunda, kompetensi dasar itu perlu disesuaikan dengan keadaan kebahasaan dan budaya daerah setempat. Pembelajaran tidak berlangsung untuk semua kompetensi dasar, tetapi dipilih mana yang mungkin bisa dilaksanakan.

Berkaitan dengan kategorisasi lokal, di Jawa Barat ada masyarakat yang berbahasa ibu bahasa Sunda lulugu ada pula yang menggunakan bahasa

Sunda wewengkon. Bahkan di pesisir utara dan sebagian besar wilayah

Cirebon mempunyai bahasa ibu yang bukan bahasa Sunda. Masyarakat penuturnya menyebutnya sebagai bahasa Cirebon, yang awalnya merupakan perpaduan antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa.

Sehubungan dengan kenyataan seperti itu, bahan pembelajaran bahasa Sunda tentu tidak akan seragam. Penentuan bahan pembelajaran diserahkan sepenuhnya kepada pendidik di tempatnya masing-masing dengan mengadakan perembukan terpumpun dalam wadah Pusat Kegiatan


(26)

Guru (PKG). Lebih jauh lagi, penentuan yang lebih spesiik lagi diserahkan

kepada guru di sekolah yang bersangkutan.

Kategorisasi lokal dalam penentuan bahan pembelajaran dapat dibedakan atas tiga kategori A, B, dan C. Ketiga kategori lokal tersebut masing-masing memiliki ciri tersendiri.

1. Kategori A berlaku ditempat-tempat yang masyarakatnya menggunaan

bahasa Sunda lulugu, yakni bahasa yang kini dianggap baku dan resmi

menurut ukuran umum di Jawa Barat. Sebagi contoh yang termasuk kategori ini adalah daerah Bandung dan sekitarnya dengan mengabaikan beberapa kosakata wewengkon yang memang hanya sedikit.

2. Kategori B berlaku di tempat-tempat yang masyarakatnya menggunakan

bahasa Sunda wewengkon, yakni bahasa yang sampai saat ini dianggap

sebagai ragam bahasa yang mempunyai perbedaan dengan bahasa

lulugu, akan tetapi tetap dianggap sebagai bahasa Sunda. Perbedaan tersebut berada pada tataran fonetik dan semantik, di samping perbedaan onomasiologis (konsep yang sama dalam kosakata yang berbeda) dan perbedaan semasiologis (konsep yang berbeda dengan kosakata yang sama). Sebagai conto yang termasuk kategori B adalah bahasa Sunda di Kuningan dan Karawang.

3. Kategori C berlaku di tempat-tempat yang masyarakatnya kental

menggunakan bahasa wewengkon atau bahasa daerah khusus

seperti bahasa Cirebon (bahasa Sunda Dialek Cirebon atau bahasa Jawa Dialek Cirebon) dan bahasa Melayu Dialek Betawi. Misalnya, di sebagian wilayah Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon, selain diajarkan bahasa Sunda sebagai muatan lokal wajib, juga diperkenankan untuk mengajarkan bahasa Cirebon sebagai muatan lokal pilihan. Khusus di daerah ini, untuk Kelas I-III SD, alokasi waktu untuk pelajaran bahasa Sunda dapat digunakan untuk pelajaran bahasa daerah setempat. Keadaan yang sama dapat pula berlaku bagi sebagian Kota dan Kabupaten Bekasi serta Kota Depok yang masyarakatnya menggunakan Bahasa Melayu Dialek Betawi, meskipun sampai saat ini belum dapat diajarkan di sekolah-sekolah.

Kategorisasi lokal tersebut dapat mengikuti perimbangan komponen

kompetensi bahasa (pemahaman dan penggunaan), ragam bahasa (lulugu


(27)

(a) Di wilayah kategori A, diutamakan pemahaman dan penggunaan bahasa, materi bahasa Sunda baku, dan menggunakan pengantar bahasa Sunda baku.

(b) Di wilayah kategori B, diutamakan pemahaman dan penggunaan bahasa,

materi bahasa Sunda baku dan bahasa Sunda wewengkon seimbang,

dan menggunakan pengantar bahasa Sunda baku.

(c) Di wilayah kategori C, diutamakan pemahaman bahasa, materi bahasa Sunda baku dan bahasa Sunda wewengkon atau bahasa setempat seimbang, dan dapat menggunakan bahasa pengantar bahasa Sunda wewengkon (bahasa setempat) atau menggunakan bahasa Indonesia.

Di sekolah yang mempunyai kondisi khusus, seperti di sekolah-sekolah yang peserta didiknya banyak yang berbahasa ibu bukan bahasa Sunda, walaupun sebenarnya termasuk kategori A atau kategori B, dapat ditentukan kebijakan lain.

Pada prinsipnya bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Sunda adalah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda dapat digunakan bahasa Indonesia atau bahasa setempat, baik sebagian maupun sepenuhnya, atau menggunakan dwibahasa Sunda-Indonesia. Akan tetapi, selalu disertai usaha untuk secara berangsur-angsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki basa Sunda wewengkon, kata-kata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau meningkatkan kualitas pembelajaran.

F. PEMANFAATAN MEDIA DAN SUMBER BELAJAR

1. Pemanfaatan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi

Teknologi informasi dan komunikasi dapat berupa media cetak dan elektronik. Kini perkembangannya semakin pesat dan canggih. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi pembelajara bahasa dan sastra Sunda. Dalam batas-batas dan cara-cara tertentu semua itu dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan kualitas dan kelancaran pembelajaran bahasa dan sastra Sunda.


(28)

2. Pemanfaatan Lingkungan Alam, Sosial, dan Budaya

Sumber pembelajaran bahasa dan sastra Sunda dapat pula berupa lingkungan alam, masyarakat, dan budaya Sunda. Peserta didik diupayakan agar berhubungan langsung dengan masyarakat untuk mengetahui kehidupan bahasa dan budaya Sunda saat ini, yang selanjutnya dijadikan informasi dalam pembelajaran bahasa Sunda. Berkaitan dengan pembelajaran sastra, peserta didik diupayakan untuk mengetahui kehidupan sastra secara eksplisit maupun implisit dengan mengapresiasi dan mengekspresikan isinya.

3. Bacaan Wajib

Pembelajaran bahasa dan Sastra Sunda harus didukung oleh adanya buku babon, buku pendukung pembelajaran, atau buku-buku bacaan kanonik untuk mendorong siswa gemar membaca dan membangkitkan minat dan kesenangannya mempelajari bahasa dan sastra Sunda. Buku yang akan digunakan dalam pembelajaran bahasa Sunda adalah buku-buku yang sebelumnya telah dinyatakan lolos seleksi penilaian oleh lembaga berwenang serta dan proses seleksinya harus memperhatikan kejujuran dan kualitas buku.

Sebagai upaya meningkatkan apresiasi sastra dan gemar membaca, setiap peserta didik pada setiap jenjang pendidikan diwajibkan membaca sejumlah karya sastra (puisi, prosa, dan drama) yang sesuai dengan tingkatannya dalam jumlah yang memadai. Pemilihan buku bacaan sastra ini disesuikan dengan tingkat perkembangan psikologis peserta. Upaya ini juga berkaitan dengan gerakan literasi sekolah yang menjadi unsur penunjang dalam kurikulum yang berlaku saat ini.


(29)

(30)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

(KIKD)

MATA PELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA SUNDA

B A B I I


(31)

A. RASIONAL

Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda adalah mata pelajaran Muatan lokal yang berdiri sendiri. Ketetapan kebijakan ini sejalan dengan Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pasal 1 s.d 4. Atas dasar itulah, maka materi pembelajaran yang tertuang dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda mengutamakan keunggulan dan kearifan daerah.

KI-KD Kurikulum 2013 Muatan Lokal Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda serta revisinya diberlakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai berikut. (1) UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; (2) UU No. 24/2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan; (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs./ SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan lokal yang relevan; (4) Permendikbud No. 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA; (5) Permendikbud No. 79/2014 tentang Kurikulum 2013, Pasal 5 (a) dan (b), yaitu materi mata pelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Sunda yang dirumuskan dalam bentuk dokumen berupa KompetensiDasar dan Silabus; (6) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 20, 21, 22, dan 23 Tahun 2016 tentang Standar Kelulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian; (7) Perda No. 14/2014 tentang Pemeliharan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah; (8) Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 69 Tahun 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah pada Jenjang Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; (9) Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor 423/2372/ Set-disdik tertanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA; serta (10) Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang Pemeliharaan Bahasa-bahasa Ibu di Dunia.


(32)

B. PENGERTIAN

Dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2014 tentang KIKD Pelajaran pada Kurikulum 2013 disebutkan bahwa kompetensi inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas, sedangkan kompetensi dasar merupakan merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti.

Kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Sunda adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda.

C. FUNGSI

Standar kompetensi dan kompetensi dasar berfungsi sebagai acuan bagi guru-guru di sekolah dalam menyusun kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sehingga segi-segi pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda dapat terprogram secara terpadu.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini disusun dengan mempertimbangkan kedudukan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dan sastra Sunda sebagai sastra Nusantara. Pertimbangan itu berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran Bahasa Sunda sebagai (1) sarana pembinaan sosial budaya regional Jawa Barat; (2) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya; (3) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (4) sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian bahasa Sunda untuk berbagai keperluan; (5) sarana pengembangan penalaran; dan (6) sarana pemahaman aneka ragam budaya daerah (Sunda).

D. TUJUAN

Pertimbangan itu berkonsekuensi pula pada tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda yang secara umum agar peserta didik mencapai tujuan-tujuan berikut.


(33)

1. Peserta didik menyenangi pengalamannya berbahasa Sunda baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

2. Peserta didik memahami dan mampu menggunakan bahasa Sunda dalam berbagai konteks komunikasi untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosi, dan kematangan sosial.

3. Peserta didik menghargai bahasa Sunda sebagai bagian dari warisan kebudayaan masyarakat Sunda dan bagian dari kekayaan kebudayaan nasional.

4. Peserta didik mampu menghargai, membanggakan, menikmati, dan memanfaatkan karya sastra Sunda untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan, dan memahami budaya serta intelektualitas manusia Sunda.

E. TEMA UNTUK SEKOLAH DASAR

Tabel 3.1: Daftar Tema dan Alokasi Waktunya Pada Kelas I-III

KELAS I KELAS II KELAS III

TEMA WAKTU TEMA WAKTU TEMA WAKTU

Diri Sendiri 4

Minggu Hidup Rukun

4 Minggu

Sayangi Hewan dan Tumbuhan di Sekitar

4 Minggu

Kegemaranku 4 Minggu

Bermain di Ling-kunganku 4 Minggu Pengalaman yang Mengesankan 4 Minggu Kegiatanku 4 Minggu Tugasku Sehari-hari 4 Minggu Mengenal Cuaca dan Musim 4 Minggu Keluargaku 4 Minggu

Aku dan Se-kolahku

4 Minggu

Ringan Sama Di-jinjing Berat Sama Dipikul

4 Minggu

Pengalamanku 4 Minggu

Hidup Bersih dan Sehat

4 Minggu

Mari Kita Bermain dan Berolahraga

4 Minggu Lingkungan Bersih,

Sehat, dan Asri

4 Minggu

Air, Bumi, dan Matahari 4 Minggu Indahnya Persa-habatan 4 Minggu Benda, Binatang,

dan Tanaman di sekitarku 4 Minggu Merawat Hewan dan Tumbuhan 4 Minggu

Mari Kita Hemat Energi untuk Masa Depan

4 Minggu

Perisiwa Alam Minggu4

Keselamatan di Rumah dan Per-jalanan 4 Minggu Berperilaku Baik dalam Kehidupan Sehari-hari 4 Minggu


(34)

Tabel 3.2: Daftar Tema dan Alokasi Waktunya Pada Kelas IV-VI

KELAS IV KELAS V KELAS VI

TEMA WAKTU TEMA WAKTU TEMA WAKTU

1. Indahnya Ke-bersamaan

4 Minggu

1. Bermain dengan Ben-da-benda di sekitar

4 Minggu

1. Selamatkan makhluk hidup

4 Minggu

2. Selalu Berhe-mat Energi

4 Minggu

2. Perisiwa dalam Ke -hidupan

2.a Perisitwa yang Menyenangkan, Menyedihkan, dan Berkesan.

2.b Perisiwa Ben -cana Aalam

8 Minggu

2. Persatuan dalam per-bedaan

4 Minggu

3. Peduli terha-dap Makhluk Hidup

4

Minggu 3. Hidup Rukun

4 Minggu

3. Tokoh dan Pen-emu

4 Minggu 4. Berbagai

Pekerjaan

4

Minggu 4. Sehat itu Pening

4 Minggu

4. Globalisasi 4 Minggu 5. Menghargai

Jasa Pahlawan 4 Minggu

5. Bangga sebagai Bang-sa Indonesia

4

Minggu 5. Wirausaha

4 Minggu 6. Indahnya

Negeriku

4 Minggu

6. Menjaga Kelestarian Lingkungan

4 Minggu

6. Kesehatan masyarakat

4 Minggu

7. Cita-citaku 4 Minggu

7. Makanan Sehat dan Bergizi

4 Minggu 8. Daerah

Tem-pat Tinggalku 4 Minggu

F. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA

SUNDA JENJANG SD/MI

Kelas 1

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.


(35)

Rumusan Kompetensi SikapSpiritual, yaitu “Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan kompetensi sikap sosial, yaitu “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepan-jang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertim-bangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut.

TEMA

KI 3 KI 4

3. Memahami pengeta-huan faktual dengan cara mengamai (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan ben-da-benda yang dijumpai di rumah, sekolah.

4. Menyajikan pengetahu-an faktual dalam bahasa yang jelas dan logis da-lam karya yang esteis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam inda -kan yang mencermin-kan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

1. Diri Sendiri

3.1 Mengenalvokal dan konsonan pada teks sederhana tentang mera-wat diri sendiri (melalui menyebutkan anggota badan, memperkenalkan diri, cara merawat diri) (Tema 1).

4.1 Melafalkandan menya-lin vokal dan konsonan, (cara menulis di udara di buku, menjiplak dan menyambung huruf) tentang merawat diri sendiri (Tema 1).

2. Kegemaranku

3.2

Mengenal

kata pada

teks sederhana tentang

kegemaranku (bias

menggunakan, kartu

huruf dan kartu kata).

(Tema2)

4.2 Melafalkandan menya-linkata tentang berba-gai kegemaran. (tema 2)


(36)

3. Kegiatanku

3.3 Mengetahui dan memaha-mikata pada teks seder-hana tentang kegiatanku (di rumah, sekolah, dan di lingkungan tempat bermain). (Tema 3)

4.3 Menyalindan merang -kaikan huruf menjadi sebuah kata yang ter -diri dari dua suku kata tentang kegiatanku (di rumah, di sekolah, atau di lingkungan tempat bermain). (Tema3)

4. Keluargaku

3.4 Mengenal dan memahami teks sederhana tentang keluargaku secara lisan dan tulismelalui gambar, foto keluarga dan/atau bagan silsilah keluarga. (Tema 4)

Mengucapkan

kosa

kata yang tepat

da-lam memperkenalkan

keluarga berdasarkan

foto keluarga/gambar.

(Tema 4)

5. Pengalamanku

3.5

Memahami

teks

seder-hana tentang

pengala-manku (Tema 5)

4.5 Menceritakan dan me-nyalin teks sederhana tentang pengalamanku. (Tema 5)

6. Lingkungan Bersih, Sehat, dan Asri

3.6 Mengenal dan memahami teks sederhana tentang lingkungan bersih, sehat, dan asri. (Tema 6)

4.6 Menceritakandan me-nyalin teks sederhana tentang lingkungan bersih, sehat, dan asri. (Tema 6)

7. Benda, Binatang, dan Tanaman di sekitarku

3.7

Mengenal dan memahami

teks sajak sederhana,

tentang benda,

bina-tang, dan tanaman yang

terdapat di sekitarku.

(Tema7).

4.7 Membacakanteks sajak sederhana tentang benda, binatang, dan tanaman di sekitarku menjadi kalimat seder-hana. (Tema 7). 8. Perisiwa

Alam

3.8 Memahamiisi teks kakawihan tentang peris-iwa alam. (Tema8)

4.8 Menyanyikankakawihan tentang perisiwa alam. (Tema 8)

Kelas II

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.


(37)

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual, yaitu “Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan kompetensi sikap sosial, yaitu “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut.

TEMA

KI 3 KI 4

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamai (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpai di rumah, sekolah.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dalam karya yang esteis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam indakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

1. Hidup Rukun

3.1 Mengenal dan

memahamiteks pupuh tentang hidup rukun. (Tema 1)

4.1 Melantunkan tekspupuh tentang hidup rukun. (Tema 1).

2. Bermain di Lingkunganku

3.2 Memahamiteks sederhana tentang bermain di lingkunganku (bisa dengan gambar bermain tayangan, bermain secara langsung di lingkungan sekolah). (Tema 2)

4.2 Membaca nyaring bacaan yang berupa teks deskripsi tentang kegiatan bermain di lingkunganku. (Tema 2)


(38)

3. T u g a s k u Sehari-hari

3.3 Memahami cerita bergambar tentang tugasku sehari-hari (di rumah, di sekolah, dan di lingkungan tempat bermain). (Tema 3)

4.3 Membuat kalimat tentang tugas sehari-hari berdasarkan cerita bergambar, kemudian membacakannya dengan lafal dan intonasi yang benar. (Tema 3)

4. Aku dan Sekolahku

3.4

Memahami

teks

narasi sederhana

yang menceritakan

pengalaman berkesan

(Tema 4).

4.4

Membaca

nyaring

bacaan yang berupa

teks narasi sederhaana

tentang pengalaman

yang berkesan. (Tema

4)

5. Hidup Bersih dan Sehat

3.5 Memahami teks percakapan sederhana yang berisi tentang hidup bersih dan sehat (di rumah, di sekolah dan di lingkungan tempat bermain). (Tema 5)

4.5 Menyajikanpercakapan dengan teman mengenai hidup bersih dan sehat dengan intonasi yang benar. (Tema 5)

6. Air, Bumi, dan Matahari

3.6 Mengenal puisi sederhana yang berisi tentang air dan bumi. (Tema 6)

4.6 Membacakan puisi sederhana yang berisi tentang air dan bumi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagai bentuk ungkapan diri. (Tema 6)

7. M e r a w a t Hewan dan Tumbuhan

3.7 Mengenal teks tentang merawat hewan dan tumbuhan. (Tema 7)

4.7 Menceritakan kembali isi teks tentang merawat hewan dan tumbuhan. (Tema 7)

8. Keselamatan di Rumah dan Perjalanan

3.8 Memahamiteks sederhana tentang keselamatan di rumah dan di perjalanan. (Tema 8)

4.8 Menyusun kata menjadi kalimat tentang

keselamatan di rumah dan perjalanan dengan intonasi benar. (Tema 8)


(39)

Kelas III

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompeten sisikap spiritual, (2) sikapsosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual, yaitu “Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan kompetensi sikap sosial, yaitu “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut.

TEMA

KI 3 KI 4

3. Memahami pengetahuan factual dengan cara mengamai (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpai di rumah, sekolah.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dalam karya yang esteis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam indakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

1. Sayangi hewan dan tumhuhan di sekitar kita.

3.1 Memahami isi teks pupuh tentang menyayangi hewan dan tumbuhan. (Tema 1)

4.1 Melantunkan pupuh tentang menyayangi hewan dan tumbuhan. (Tema 1)


(40)

2. Pengalaman yang me-ngesankan

3.2 Memahami teks narasi sederhana tentang pengalaman yang mengesankan. (Tema 2)

4.2 Membaca nyaring teks narasi sederhana tentang pengalaman yang mengesankan dengan lafal dan intonasi yang benar. (Tema 2)

3. Mengenal Cuaca dan Musim

3.3 Memahami teks sederhana tentang cuaca dan musim (melalui teks lagu gambar, tayangan video) (Tema 3)

4.3 Menyajikan teks des-kripsi sederhana ten-tang cuaca dan musim dalam bahasa lisan dan tulis. (Tema 3)

4. Ringan Sama Dijinjing Berat Sama Dipikul

3.4 Memahami teks percakapan (paguneman) sederhana tentang kehidupan

bergotong royong. (Tema 4)

4.4 Mendemonstrasikan teks percakapan sederhana

(paguneman) tentang kehidupan bergotong royong. (Tema 4) 5. Mari Kita

Bermain dan Berolahraga

3.5 Mengetahui isi teks kakawihan dalam bermain dan berolah raga. (Tema 5)

4.5 Melantunkan kakawihan dalam bermain dan berolah raga. (Tema 5)

6. Indahnya persahabat-an

3.6 Memahami isi dongeng tentang indahnya persahabatan. (Tema 6)

4.6 Menceritakan kembali isi dongeng tentang indahnya persahabatan dengan lafal dan intonasi yang benar. (Tema 6) 7. Mari Kita

Hemat Energi untuk Masa Depan

3.7 Memahami teks argumentasi sederhana tentang hemat energi. (Tema 7)

4.7 Menceritakan isi teks, tentang hemat energi (melalui kalimat tanya yang membutuhkan jawaban tentang alasan/ argumentasi). (Tema 7) 8. Berperilaku

Baik dalam Kehidupan Sehari-hari

3.8 Mengenal teks pupujian tentang berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari. (Tema 8)

4.8 Melantunkan teks pupujian dan menyusun kalimat sederhana tentang berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari (Tema 8)


(41)

Kelas IV

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual, yaitu “Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan kompetensi sikap sosial, yaitu “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut.

TEMA

KI 3 KI 4

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamai (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpai di rumah, sekolah.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dalam karya yang esteis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam indakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.


(42)

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR 1. Indahnya

kebersama-an

3.1 Mengideniikasi isi percakapan tentang indahnya kebersamaan (Tema 1)

4.1 Memeragakan percakapan tentang Indahnya

kebersamaan (Tema1) 2. Selalu

Berhemat Energi

3.2 Memahami teks

argumentasi sederhana tentang selalu berhemat energi. (Tema 2)

4.2 Menceritakan isi teks argumentasi sederhana tentang selalu berhemat energi. (Tema2)

3. Peduli terhadap Makhluk Hidup

3.3 Memahami teks percakapan tentang peduli terhadap sesama mahluk hidup. (Tema 3)

4.3 Memeragakan percakapan tentang peduli terhadap sesame mahluk hidup dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang benar. (Tema 3)

4. Berbagai Pekerjaan

3.4 Memahami teks deskripsi sederhana tentang berbagai pekerjaan (gambar berbagai jenis pekerjaan). (Tema 4)

4.4 Menyusun karangan pendek berdasarkan gambar tentang berbagai jenis pekerjaan dengan menggunakan ejaan yang tepat. (Tema 4)

5. Menghargai Jasa

Pahlawan

3.5 Memahami teks narasi sederhana tentang menghargai jasa pahlawan dari daerah Sunda. (Tema 5)

4.5 Menceritakan isi teks narasi sajak tentang menghargai jasa pahlawan dari Sunda secara lisan. (Tema 5)

6. Indahnya Negeriku

3.6 Memahami teks sajak tentang indahnya negeriku. (Tema 6)

4.6 Membaca teks sajak tentang indahnya negeriku dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang benar. (Tema 6) 7. Cita-citaku 3.7 Memahami teks kawih

tentang cita-citaku. (Tema 7)

4.7 Melantunkan kawih tentang cita-citaku. (Tema 7)

8. Daerah Tempat Tinggalku

3.8 Memahami teks percakapan tentang daerah tempat inggalku. (Tema 8)

4.8 Memeragakan percakapan daerah tempat inggalku dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang benar. (Tema 8)


(43)

Kelas V

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual, yaitu “Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan kompetensi sikap sosial, yaitu “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran sertakebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut.

TEMA

KI 3 KI 4

3. Memahami pengetahuan faktualdan

konseptualdengan cara mengamai, menanya, dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpai di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktualdan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistemais, logis, dan kriis dalam karya yang esteis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam indakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.


(44)

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR 1. Bermain

dengan Benda-benda di sekitar

3.1 Memahamiteks deskripsi tentang kaulinan barudak yang menggunakan benda di sekitar. (Tema 1)

4.1 Memeragakan

kaulinan barudak yang menggunakan benda di sekitar. (Tema1)

2. Perisiwa dalam Kehidupan

3.2 Memahami teks narasi tentang perisiwa dalam kehidupan (perisiwa yang menyenangan, menyedihkan, berkesan). (Tema 2a)

4.2 Membuat ringkasan dari teks narasi tentang perisiwa dalam kehidupan. (Tema 2a)

3.2b Memahami teks carpon tentang perisiwa alam (bencana/ musibah) dengan membaca di dalam hai, mengideniikasi kosa kata dan bertanya jawab. (Tema 2b)

4.2b Menceritakan kembali isi carpon berdasarkan kata-kata sendiri dengan kalimat yang baik dan santun. (Tema 2b)

3. Hidup Rukun

3.3 Memahami isi teks guguritan tentang hidup rukun. (Tema 3)

4.3 Menembangkan dan menceritakan isi

guguritan tantang hidup rukun. (Tema 3)

4. Sehat itu Pening

3.4 Memahami isi teks percakapan tentang sehat itu pening. (Tema 4)

4.4 Memeragakan dan menceritakan isi percakapan tentang sehat itu pening. (Tema 4)

5. Bangga sebagai Bangsa Indonesia

3.5 Memahami teks kawih tentang bangga sebagai bangsa Indonesia. (Tema 5)

4.5 Melantunkan dan menceritakan isi kawih tentang bangga sebagai bangsa Indonesia. (Tema 5)


(45)

6. Menjaga Kelestarian Lingkungan

3.6 Memahami teks sajak tentang menjaga kelestarian lingkungan melalui membaca nyaring dan membaca dalam hai. (Tema 6)

4.6 Membacakan sajak tentang menjaga kelestarian lingkungan dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang benar. (Tema 6)

Makanan Sehat dan Bergizi

3.7 Memahami teks eksposisi sederhana tentang

makanan sehat dan bergizi (makanan tradisional Sunda. (Tema 7)

4.7 Menyajikan teks eksposisi sederhana tentang makanan sehat dan bergizi (makanan tradisional Sunda) baik secara lisan maupun tulis. (Tema 7)

KELAS 6

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual, yaitu “Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan kompetensi sikap sosial, yaitu “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengankeluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepan-jang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertim-bangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

Kompetensi Pengetahuandan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut.


(46)

TEMA

KI 3 KI 4

3. Memahami pengetahuan factual dan konseptual dengan cara mengamai, menanya, dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpai di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan factual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistemais, logis, dan kriis dalam karya yang esteis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam indakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

KD KD Review

1. Selamatkan Makhluk Hidup

3.1 Memahami teks carita pondok tentang

penyelamatan makhluk. (Tema 1)

4.1 Menceritakan isi teks carpon tentang penyelamatan mahluk. (Tema 1)

2. Persatuan dalam Perbedaan

3.2 Memahami teks argumentasi tentang persatuan dalam perbedaan (melalui kegiatan mengamai gambar dan tayangan video). (Tema 2)

4.2 Menyajikan isi teks argumentasi tentang persatuan dalam perbedaan. (Tema 2)

3. Tokoh dan Penemu

3.3 Memahami bagian teks biograi tokoh Sunda sebagai teladan dan kebanggaan (seperi Mochtar Kusumaatmaja, Ajip Rosidi, Prof. Ganjar Kurnia, jrre). (Tema 3)

4.3 Menceritakan kembali isi bagian teks biograi tokohSunda. (Tema 3)

4. Globalisasi 3.4 Memahami teks deskripsi tentang globalisasi. (Tema 4)

4.4 Menceritakan kembali isi teks tentang globalisasi. (Tema 4)


(47)

5. Wirausaha

3.5 Memahami teks wawancara tentang wirausaha. (Tema 5)

4.5 Menyajikan teks laporan hasil wawancara tentang wirausaha. (Tema 5)

6. Kesehatan Masyarakat

3.6 Mengamai teks pidato tentang kesehatan masyarakat. (Tema 6)

4.6 Membacakan teks pidato tentang kesehatan masyarakat dengan suara nyaring. (Tema 6)


(48)

(49)

Lampiran 1

SILABUS MATA PELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA SUNDA SD/MI

A. PENGERTIAN SILABUS

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) termasuk ke dalam desain pembelajaran perencanaan pembelajaran yang mengacu kepada standar isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan

Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.

B. KOMPONEN SILABUS

Di dalam lampiran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses disebutkan bahwa silabus paling sedikit memuat beberapa komponen, yakni:

1. Identitas mata pelajaran (misalnya: Bahasa dan Sastra Sunda);

2. Identitas sekolah, diisi dengan satuan pendidikan dan kelas (SD/Kelas I);


(50)

3. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;

4. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesiik yang mencakup

sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;

5. Tema (khusus SD/MI),

6. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;

7. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;

8. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;

9. Alokasi waktu, sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan

10. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.

Komponen silabus tersebut termasuk komponen yang lengkap. Dalam perkembangan selanjutnya dan perbaikan Kurikulum 2013, komponen silabus hanya terdiri atas tiga komponen, yakni (1) kompetensi dasar, (2) materi pembelajaran, dan (3) kegiatan pembelajaran.

C. PENGEMBANGAN SILABUS

Pengembangan Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi dalam rangka mewujudkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, dan inovatif. Oleh karena itu proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan


(51)

Memperhatikan konteks global dan kemajemukan masyarakat Indonesia, misi dan orientasi Kurikulum 2013 diterjemahkan dalam praktik pendidikan dengan tujuan khusus agar peserta didik memiliki kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan masyarakat di masa kini dan di masa mendatang, seperti tampak pada gambar 1.

Gambar 1

Kompetensi yang dimaksud yaitu: (1) menumbuhkan sikap religius dan etika sosial yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; (2) menguasai pengetahuan; (3) memiliki keterampilan atau kemampuan menerapkan pengetahuan dalam rangka melakukan penyelidikan ilmiah, pemecahan masalah, dan pembuatan karya kreatif yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Mata pelajaran bahasa dan Sastra Sunda yang dikembangkan di setiap jenjang pendidikan harus mempertimbangkan pemanfaatan tekhnologi informasi dan komunikasi. Untuk itu kemampuan pendidik dalam menggunakan dan memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi menjadi faktor penting agar pembelajaran Bahasa dan Sastra Sunda mampu menjawab tantangan abad moderen dewasa ini. Selain penggunaan dan pemanfaatan teknonolgi, pembelajaran Bahasa dan Sastra Sunda juga harus memperhatikan kebutuhan daerah dan peserta didik, sehingga mata pelajaran ini dapat menjadi penyaring dari masuknya kebudayaan asing sekaligus mendorong peserta didik untuk memiliki kearifan terhadap budaya lokal atau budaya masyarakat setempatnya.


(52)

Silabus mata pelajaran bahasa dan sastra Sunda SD/MI, SMP/MTs, SMA/ MA/MAK disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan

format dimaksudkan agar penyajiannya lebih eisien, tidak terlalu banyak

halaman namun lingkup dan substansinya tidak berkurang, serta tetap

mempertimbangkan tata urutan (sequence) materi dan kompetensinya.

Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide,

desain, dan pelaksanaan kurikulum; mudah diajarkan oleh guru (teachable);

mudah dipelajari oleh peserta didik (learnable); terukur pencapainnya

(measurable); dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan peserta didik.

Silabus ini bersifat leksibel, kontekstual, dan memberikan kesempatan

kepada guru untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran, serta mengakomodasi keungulan-keunggulan lokal. Atas dasar prinsip tersebut, komponen silabus mencakup kompetensi dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Uraian pembelajaran yang terdapat dalam silabus merupakan alternatif kegiatan yang dirancang berbasis aktivitas. Pembelajaran tersebut merupakan alternatif dan inspiratif sehingga guru dapat mengembangkan berbagai model yang sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dalam melaksanakan silabus ini guru diharapkan kreatif dalam pengembangan materi, pengelolaan proses pembelajaran, penggunaan metode dan model pembelajaran, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan peserta didik.

KOMPETENSI DASAR, MATERI PEMBELAJARAN, DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kelas I

Alokasi waktu : 2 jam pelajaran/minggu

Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial, dicapai

melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), pada pembelajaran

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.


(1)

4. Melalui kegiatan latihan membaca percakapan secara berkelompok, siswa bisa membaca teks percakapan dengan intonasi dan lagu kalimat yang tepat.

5. Melalui kegiatan membaca latihan menyusun kalimat yang menggunakan ragam bahasa loma dan hormat, siswa bisa memprak-tikkan percakapan bersama temannya dengan menggunakan lafal, intonasi, danekspresi yang benar.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3.3 Memahami teks percakapan

tentang perduli terhadap sesama mahluk hidup. (Tema 3)

Peserta didik dapat:

3.3.1 Mengideniikasi kata dari teks

percakapan yang berhubungan dengan makhluk hidup (isilah miara ingon-ingon).

3.3.2 Mencari 2 contoh kata yang memakai rarangken barung ka-an.

3.3.3 Menerapkan isilah miara ingon-ingon pada kalimat ngantet satata dengan benar, sesuai denga kaidah-kaidahnya

4.3 Memeragakan percakapan tentang perduli terhadap sesama makhluk hidup dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang benar. (Tema 3)

Peserta didik dapat:

4.3.1 Membacakan teks paguneman dengan suara nyaring dan intonasi yang benar.

4.3.2 Memeragakan percakapan tentang perduli terhadap sesama makhluk hidup dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang benar.

C. MATERI PEMBELAJARAN 1. Wacana “paguneman”

2. Kosa kata/istilah “ingon-ingon”

3. Kalimat majemuk setara (Kalimah ngantet satata) 4. Ragam bahasa “loma jeung hormat”


(2)

D. METODE PEMBELAJARAN - Pendekatan : Saintiik

- Model : Cooperative Learning (Kerja sama dalam kelompok) - Teknik : bermain peran, Ceramah, Diskusi, Latihan

E. MEDIA PEMBELAJARAN

- Gambar - Audio

F. SUMBER PEMBELAJARAN

- Buku Pakét Basa Sunda - Koran

- Majalah

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN

BUBUKA

1. Mempersiapkan siswa untuk belajar; merapihkan kelas, memberi salam, berdo’a, memeriksa kebersihan siswa, mengabsen. 2. Moivasi: apersepsi, mengajak siswa

memperhaikan gambar ayam dan teks nyanyian “Kongkorongok Si Jago”:

Kongkorongok si jago Kukuruyuk si pelung Rebun-rebun geus nyaring, Ngajak caringcing,

Ngabar sora jeung baturna, Raong kongkorongok, Bari papacok.

3. Membentuk kelompok belajar. 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.


(3)

1. Siswa mengamai gambar berbagai mahluk hidup pada slide atawa gambar pada karton.

2. Siswa menyimak pembacaan teks percakapan oleh guru. Contoh tzks percakapan:

INTI

Dida : “Kur…kur…!”

Cepi : “Naon Dida, rek maraban hayam?” Tadi mah nempo hayam maneh teh keur ngoreh di kebon Pa Surya.”

Dida : “Hayu atuh anteur neangan, hayam, Cep!”

Duanana indit ka kebon Pa Surya.

Pa Surya : “Rek naon barudak laha-loho ka kebon Bapa?”

Dida: “Bade milari hayam abdi, Pa. Manawi Bapa ningali?”

3. Siswa bertanya tentang berbagai hal berkaitan dengan percakapan dan gambar yang

ditampilkan.

4. Siswa berlaih membacakan teks percakapan dengan kelompoknya masing-masing. 5. Bersama guru siswa membahas isi teks

percakapan.

6. Siswa mencari kata-kata yang berkaitan dengan isilah “ingon-ingon”.

7. Dengan bimbingan guru, siswa dengan kelompoknya membahas isilah “ingon-ingon” dan menggunakannya dalam kalimat. 8. Siswa dan guru melakukan tanya jawab

mengenai kosa kata dan kalimat majemuk

40 Menit


(4)

9. Siswa berlaih menyusun teks percakapan secara berkelompok dengan menerapkan ragam bahasa “loma” dan “hormat”. 10. Siswa mempraktekan/mendemonstrasi-kan

percakapan.

PENUTUP

1. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran.

2. Siswa menjawab pertanyaan dari guru. 3. Siswa bersama guru melakukan réléksiuntuk

memperkuat sikap dan keterampilan siswa terhadap tema yang sudah diajarkan. 4. Guru memberi tugas sebagai indak lanjut

dari pembelajaran yang telah disampaikan.

20 menit

H. PENILAIAN

1. Aspek Pengetahuan Bentuk Tés : Lisan

Instrumén Soal :

Jawab patalékan ieu di handap kalawan bener!

1. Kecap naon wae nu aya apatalina jeung ngurus ingon-ingon nu aya dina paguneman di luhur?

2. Bere 2 (dua) conto kecap nu make rarangken barung ka-an!

3. Larapkeun kana kalimah ngantet satata istilah miara ingon-ingon anu aya dina wacana paguneman kalawan bener!

Kunci Jawaban!

1. Maraban, milari, hayam, jst. 2. Kaparaban, katungguan, jst.

3. Dida keur maraban hayam, ari Cepi mah keur ngangon domba. 2. Aspek Keterampilan

Unjuk Kerja (Produk)

Melafalkan/mendemonstrasikan percakapan secara berkelompok dengan intonasi dan ekspresi yang tepat!


(5)

No. Kelompok/ Nama Siswa

Lafal Intonasi Ekspresi

Kelancaran dalam Penyampaian

secara Lisan

Jumlah Nilai

A B C D E F

1. 2. 3. 4. 5. dst

Skor : Maksimal 4 minimal 1 untuk masing-masing unsur Nilai : A + B + C + D x 4

4

Mengetahui Kepala Sekolah,

... NIP. ...

Bandung, ... Guru Mata Pelajaran,

... NIP. ...


(6)