Peningkatan sikap kedisiplinan pada pembelajaran PKn menggunakan model paradigma pedagogi reflektif bagi siswa kelas III Di SD Kanisius Kadirojo tahun ajaran 2015/2016.

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

BAGI SISWA KELAS III DI SD KANISIUS KADIROJO

Brigita Yosi Pratiwi Universitas Sanata Dharma

2016

Salah satu tujuan pembelajaran dalam PKn adalah membentuk sikap kedisiplan. Maka, melalui penggunaan model pembelajaran pada mata pelajaran PKn diharapkan dapat mengembangkan karakter peserta didik. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu 1) menggambarkan dan mengetahui pelaksanaan pembelajaran menggunakan model paradigma pedagogi reflektif (PPR) pada pembelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa dan 2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap kedisiplinan pada pembelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo menggunakan model pembelajaran PPR.

Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatan sikap kedisiplinan siswa terhadap aturan yang berlaku di masyarakat. Penelitian dilakukan selama 2 siklus setiap siklus melalui tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai panduan adalah kuesioner skala sikap.

Hasil penelitian yang dilakukan pada penggunaan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif dalam kegiatan belajar mengajar PKn di kelas III SD Kanisius Kadirojo dapat meningkatkan sikap kedisiplinan siswa. Peningkatan sikap kedisiplinan siswa dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata sikap kedisiplinan yang diperoleh pada kondisi awal sebesar 64,675, pada siklus 1 sebesar 77,825, dan siklus 2 sebesar 82,85. Persentase siswa yang memiliki sikap kedisiplinan ninimal cukup kondisi awal sebesar 52,50%, siklus 1 sebesar 95%, dan siklus 2 sebesar 95%.


(2)

ABSTRACT

THE INCREASING DISCIPLINE ATTITUDE ON CIVIC LEARNING USE PEDAGOGY REFLECTIVE PARADIGM MODEL

FOR THIRD GRADE KADIROJO KANISIUS ELEMENTARY SCHOOL

Brigita Yosi Pratiwi Sanata Dharma University

2016

One of the goals of learned in civic education is to form an attititude of disciplined. Thus, through the use of models of learning on the subjects of Civics are expected to develop the character of students. The purpose of this study is: 1) described and knowed the implementation of learned to used reflective pedagogy paradigm models on learned Civics for grade 3rd in Kadirojo Kanisius Elementary School to improved student disciplined and 2) improved and knowed the attitude of disciplined on civics lesson for grade 3rd student in Kadirojo Kanisius Elementary School used reflective pedagogy paradigm models .

Research carried out an Classroom Action Research to improved students attitudes toward disciplined rules that applyed in the community. The study was conducted during two cycles each cycle through the stages of planning, action, observation and reflection. Data collection techniques that are used as a guide is attitude scale questionnaire.

Results of research conducted on the used reflective pedagogy paradigm models in teaching and learning activities in the 3rd grade Civics Kadirojo Kanisius Elementary School can improved student disciplined attitude. Improved disciplined students attitude can be seen from the overall average results obtained in the initial condition amounted to 64.675, in first cycle of 77.825, and the second cycle at 82.85. If the overall percentage is calculated on the initial condition for 52,50%, in first cycle of 95%, and the second cycle at 95%. Keyword: Pedagogy Reflective Paradigm, civic learning, attitude, disciplined


(3)

i

PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

BAGI SISWA KELAS III DI SD KANISIUS KADIROJO TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Brigita Yosi Pratiwi 121134099

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini akan aku persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus, Bunda Maria, dan Santa Pelindungku yang senantiasa mencurahkan Roh Kudus untuk membimbing, memberkati dan mencurahkan rahmat dalam segala hal.

2. Bapak Yohanes Suprapto dan Ibu Veronika Siska yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dukungan dan doa.

3. Saudara-saudaraku yang selalu memberi semangat, dukungan, dan doa. 4. Pak Wahana dan Bu Maya selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberi semangat. 5. Teman-teman, sahabat dan rekan-rekan yang selalu memberikan doa,


(7)

v

MOTTO

“ Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;

carilah, makan kamu akan mendapat;

ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Matius 7:7)

“ Camkan ini: orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga dan

Orang menabur banyak akan menuai banyak juga” (2 Korintus 9:6)

“ Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah

jatuh.

Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah.

Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat

menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah kedua”.


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Januari 2016


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Brigita Yosi Pratiwi

Nomor Mahasiswa :121134099

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF BAGI SISWA KELAS III DI SD KANISIUS KADIROJO TAHUN AJARAN 2015/2016.

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain demi kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 28 Januari 2016 Yang menyatakan


(10)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

BAGI SISWA KELAS III DI SD KANISIUS KADIROJO

Brigita Yosi Pratiwi Universitas Sanata Dharma

2016

Salah satu tujuan pembelajaran dalam PKn adalah membentuk sikap kedisiplan. Maka, melalui penggunaan model pembelajaran pada mata pelajaran PKn diharapkan dapat mengembangkan karakter peserta didik. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu 1) menggambarkan dan mengetahui pelaksanaan pembelajaran menggunakan model paradigma pedagogi reflektif (PPR) pada pembelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa dan 2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap kedisiplinan pada pembelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo menggunakan model pembelajaran PPR.

Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatan sikap kedisiplinan siswa terhadap aturan yang berlaku di masyarakat. Penelitian dilakukan selama 2 siklus setiap siklus melalui tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai panduan adalah kuesioner skala sikap.

Hasil penelitian yang dilakukan pada penggunaan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif dalam kegiatan belajar mengajar PKn di kelas III SD Kanisius Kadirojo dapat meningkatkan sikap kedisiplinan siswa. Peningkatan sikap kedisiplinan siswa dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata sikap kedisiplinan yang diperoleh pada kondisi awal sebesar 64,675, pada siklus 1 sebesar 77,825, dan siklus 2 sebesar 82,85. Persentase siswa yang memiliki sikap kedisiplinan ninimal cukup kondisi awal sebesar 52,50%, siklus 1 sebesar 95%, dan siklus 2 sebesar 95%.


(11)

ix

ABSTRACT

THE INCREASING DISCIPLINE ATTITUDE ON CIVIC LEARNING USE PEDAGOGY REFLECTIVE PARADIGM MODEL

FOR THIRD GRADE KADIROJO KANISIUS ELEMENTARY SCHOOL

Brigita Yosi Pratiwi Sanata Dharma University

2016

One of the goals of learned in civic education is to form an attititude of disciplined. Thus, through the use of models of learning on the subjects of Civics are expected to develop the character of students. The purpose of this study is: 1) described and knowed the implementation of learned to used reflective pedagogy paradigm models on learned Civics for grade 3rd in Kadirojo Kanisius Elementary School to improved student disciplined and 2) improved and knowed the attitude of disciplined on civics lesson for grade 3rd student in Kadirojo Kanisius Elementary School used reflective pedagogy paradigm models .

Research carried out an Classroom Action Research to improved students attitudes toward disciplined rules that applyed in the community. The study was conducted during two cycles each cycle through the stages of planning, action, observation and reflection. Data collection techniques that are used as a guide is attitude scale questionnaire.

Results of research conducted on the used reflective pedagogy paradigm models in teaching and learning activities in the 3rd grade Civics Kadirojo Kanisius Elementary School can improved student disciplined attitude. Improved disciplined students attitude can be seen from the overall average results obtained in the initial condition amounted to 64.675, in first cycle of 77.825, and the second cycle at 82.85. If the overall percentage is calculated on the initial condition for 52,50%, in first cycle of 95%, and the second cycle at 95%. Keyword: Pedagogy Reflective Paradigm, civic learning, attitude, disciplined


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya yang selalu melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Judul tugas akhir yang ditulis dan disusun oleh penulis

adalah “Peningkatan Sikap Kedisiplinan Pada Pembelajaran PKn Menggunakan

Model Paradigma Pedagogi Reflektif Bagi Siswa Kelas III SD Kanisius Kadirojo

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan penyusunan tugas akhir ini. Ucapan terimakasih penulis berikan kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J.,S.S.,BST.,M.A. selaku Ketua Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.A. selaku Wakil Ketua Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasara Universitas Sanata Dharma.

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing 1 yang telah membimbing, memberi masukan, dan semangat kepada penulis.

5. Elisabeth Desiana Maya Sari, S.Psi.,M.A. selaku dosen pembimbing 2 yang telah membimbing, memberi masukan, dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya.


(13)

xi

6. Th. Tin Supartinah, selaku kepala sekolah SD Kanisius Kadirojo yang telah memperkenankan dan memberi ijin untuk melaksanakan penelitian. 7. Chandra Noveriawan, selaku wali kelas III SD Kanisius Kadirojo yang

telah memberi ijin, bekerjasama, dan memberi masukan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.

8. Seluruh guru dan karyawan di SD Kanisius Kadirojo yang mendukung, memberi saran dan informasi yang berkaitan dengan penelitian.

9. Siswa-siswi kelas III SD Kanisius Kadirojo yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian yang dilakukan penulis.

10.Kedua orangtuaku, Yohanes Suprapto dan V. Siska Paginta yang selalu memberi semangat dan kasih sayang dalam hal rohani dan jasmani bagi keberhasilan putrinya untuk menyelesaikan tugas.

11.Seluruh anggota keluarga dan kerabat yang selalu mendoakan kelancaran dan keberhasilan penulis dalam menyelesaikan segala tugas yang dilewati oleh penulis.

12.Teman-teman sepayung Astrid, Ika, Hilda, Sita, Purnomo, Johan, Oka, Nugroho, dan Bravi yang membantu, memberikan semangat, dan masukan dalam penyusunan tugas akhir ini.

13.Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, untuk membantu dan terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis


(14)

xii

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini jauh dari kata sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan YME. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan minta maaf yang sebesar-besarnya apabila ada salah dalam penulisan tugas akhir ini dan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 28 Januari 2016 Penulis


(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 6

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Definisi Operasional ... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.1.1 Sikap ... 10

2.1.2 Kedisiplinan ... 12

2.1.3 Mata Pelajaran PKn ... 15


(16)

xiv

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan ... 22

2.3 Kerangka Berpikir ... 25

2.4 Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Setting Penelitian ... 29

3.2.1 Tempat Penelitian ... 29

3.2.2 Subjek Penelitian ... 29

3.2.3 Objek Penelitian ... 29

3.2.4 Waktu Penelitian ... 30

3.3 Persiapan ... 30

3.4 Rencana Setiap Siklus ... 31

3.4.1 Siklus 1 ... 31

3.4.1.1 Perencanaan ... 31

3.4.1.2 Pelaksanaan ... 32

3.4.1.3 Observasi ... 35

3.4.1.4 Refleksi ... 36

3.4.2 Siklus 2 ... 36

3.4.2.1 Perencanaan ... 36

3.4.1.2 Pelaksanaan ... 36

3.4.2.3 Observasi ... 38

3.4.2.4 Refleksi ... 38

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.5.1 Wawancara ... 39

3.5.2 Observasi ... 40

3.5.3 Kuesioner atau Angket ... 40

3.6 Instrumen Penelitian ... 42

3.6.1 Instrumen Wawancara ... 42

3.6.2 Observasi ... 43

3.6.3 Instrumen Kuesioner ... 44


(17)

xv

3.7.1 Validitas ... 47

3.7.2 Reliabilitas ... 52

3.8 Teknik Analisis Data ... 55

3.9 Indikator Keberhasilan ... 59

3.10 Jadwal Penelitian ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 63

4.1.1 Kondisi Awal ... 63

4.1.2 Siklus 1 ... 69

4.1.2.1 Perencanaan ... 69

4.1.2.2 Pelaksanaan ... 71

4.1.2.3 Observasi ... 71

4.1.2.4 Refleksi ... 78

4.1.3 Siklus 2 ... 78

4.1.3.1 Perencanaan ... 78

4.1.3.2 Pelaksanaan ... 79

4.1.3.3 Observasi ... 79

4.1.3.4 Refleksi ... 85

4.2 Pembahasan ... 85

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 97

5.3 Saran ... 98

DAFTAR REFERENSI ... 100

LAMPIRAN ... 102


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ... 42

Tabel 3.2 Format Observasi Pembelajaran ... 43

Tabel 3.3 Pernyataan Favorable dan Unfavorable Kuesioner ... 45

Tabel 3.4 Skala Jawaban Kuesioner Favorable dan Unfavorable ... 46

Tabel 3.5 Validasi Skala Sikap Kedisiplinan ... 51

Tabel 3.6 Nomor Pernyataan Kuesioner Valid ... 52

Tabel 3.7 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 54

Tabel 3.8 Rentang Skor Kriteria Sikap Kedisiplinan ... 57

Tabel 3.9 Batasan Siswa Memenuhi Aspek Kognitif ... 58

Tabel 3.10 Batasan Siswa Memenuhi Aspek Afektif ... 59

Tabel 3.11 Batasan Siswa Memenuhi Aspek Konatif ... 60

Tabel 3.12 Indikator Keberhasilan Rerata Per Aspek ... 61

Tabel 3.13 Indikator Keberhasilan Rerata Keseluruhan ... 61

Tabel 3.14 Indikator Keberhasilan Sikap ... 61

Tabel 3.17 Jadwal Penelitian ... 63

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Aspek Kognitif Kondisi Awal ... 64

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Aspek Afektif Kondisi Awal ... 65

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Aspek Konatif Kondisi Awal ... 67

Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Perhitungan Sikap Kondisi Awal ... 68

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Aspek Kognitif Siklus 1 ... 72

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Aspek Afektif Siklus 1 ... 74

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Aspek Konatif Siklus 1 ... 75

Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Perhitungan Sikap Siklus 1 ... 76

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Sikap Kognitif Siklus 2 ... 80

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Sikap Afektif Siklus 2 ... 81

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Sikap Konatif Siklus 2 ... 82

Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Perhitungan Sikap Siklus 2 ... 84


(19)

xvii

Tabel 4.14 Persentase Sikap Kedisiplinan Siswa ... 89

Tabel 4.15 Rata-rata Sikap Kedisiplinan Siswa Per Aspek ... 90

Tabel 4.16 Persentase Sikap Kedisiplinan Siswa Per Aspek ... 93


(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dinamika PPR ... 18

Gambar 2.2 Diagram Penelitian yang Relevan ... 24

Gambar 3.1 Model PTK ... 28

Gambar 3.2 Rumus Product Moment ... 50

Gambar 3.3 Rumus Reliabilitas ... 53

Gambar 3.4 Hasil Reliabilitas ... 55

Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Nilai Sikap Kedisiplinan Siswa ... 88

Gambar 4.2 Grafik Persentase Sikap Kedisiplinan Siswa ... 89

Gambar 4.3 Grafik Rerata Nilai Sikap Kedisiplinan Siswa Per Aspek ... 92


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 102

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 113

Lampiran 3 Validasi RPP Guru dan Dosen ... 143

Lampiran 4 Kuesioner Sebelum Validasi ... 150

Lampiran 5 Validasi Kuesioner Guru dan Dosen ... 158

Lampiran 6 Kuesioner Valid ... 166

Lampiran 7 Contoh Kuesioner Kondisi Awal ... 171

Lampiran 8 Contoh Kuesioner Siklus 1 ... 176

Lampiran 9 Contoh Kuesioner Siklus 2 ... 181

Lampiran 10 Wawancara Guru ... 186

Lampiran 11 Observasi Pembelajaran ... 190

Lampiran 12 Tabel Rangkuman Kuesioner ... 197

Lampiran 13 Foto Penelitian ... 200

Lampiran 14 Surat Ijin Penelitian ... 204

Lampiran 15 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 206


(22)

1

BAB I PENDAHULAN

Bab ini akan membahas tentang: (1) latar belakang masalah, (2) batasan masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) definisi operasional.

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Pendidikan merupakan usaha sadar yang ditujukan bagi pengembangan diri manusia secara utuh melalui berbagai macam dimensi yang dimiliki manusia demi proses penyempurnaan secara terus menerus dalam memaknai hidup dan sejarahnya di dunia ini dalam kebersamaan dengan orang lain (Koesoema, 2007:63). Proses penyempurnaan dalam memaknai hidup terkait nilai-nilai kemanusiaan yang dialami di dunia terlaksana dalam kebersamaan dalam hidup dengan orang lain.

Salah satu nilai kemanusiaan yang ada dalam kehidupan sehari-hari adalah nilai kedisiplinan. Nilai kedisiplinan sangat penting untuk membentuk karakteristik dan kepribadian seorang anak. Menurut Depdiknas (2001) mendefinisikan disiplin adalah suatu sikap konsisten dalam melakukan sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), menyatakan disiplin adalah: (a) tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dsb.), (b) ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib, dan


(23)

(c) bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu. Jadi, kedisiplinan adalah suatu tindakan yang tercipta melalui proses yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan atau ketertiban dalam melaksanakan suatu tugas.

Nilai kedisiplinan dapat ditemukan pada pembelajaran PKn di sekolah. Melalui pembelajaran PKn karakter anak dibentuk agar menjadi manusia yang berbudi luhur. Pembelajaran PKn di sekolah diharapkan dapat menanamkan aspek pencapaian dalam belajar. Aspek dalam pembelajaran tidak hanya mengembangkan pengetahuan siswa (kognitif), tetapi juga perasaan siswa (afektif), dan perilaku (perilaku). Jadi, pembelajaran yang disampaikan oleh guru tidak hanya diketahui dan dipahami siswa tetapi juga dapat dihayati dengan sungguh-sungguh sehingga diterapkan dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Gambaran potret pendidikan atau pembelajaran di Indonesia menurut Pusat Kurikulum (2002) dalam Ine (2010: 8-9) yang masih begitu buruk disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) penilaian hanya sebatas pengetahuan (kognitif) tingkat rendah, (2) siswa pasif (mendengar, duduk, diam, catat, hitung), tidak terjadi proses interaktif, (3) kelas kaku dan tidak bervariasi, (4) ceramah, tidak menggunakan metode lain, dan (5) pembelajaran untuk mengejar nilai.

Pendidikan di Indonesia saat ini menurut Paul Suparno SJ (dalam Sukardjo, 2009:79) diibaratkan seperti mobil tua yang mesinnya rewel dan sedang berada di tengah arus lalu lintas di jalan bebas hambatan.


(24)

Soedijarto (dalam Sukardjo, 2009:80) mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia lebih mementingkan kecerdasan intelektual, akal, dan penalaran tanpa diimbangi dengan intensifnya pengembangan kecerdasan hati, perasaan, dan emosi. Akibatnya, apresiasi output pendidikan terhadap keunggulan nilai humanistik, keluhuruan budi, dan hati nurani menjadi dangkal.

Berdasarkan potret kasus pendidikan di Indonesia yang sudah terkumpul secara umum, peneliti juga mengamati proses pembelajaran di sekolah yang telah ditentukan. Sesuai dengan objek pengamatan pada penelitian, mata pelajaran yang diamati oleh peneliti adalah PKn. Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru-guru kelas yang pernah mengajar peserta didik yang saat ini berada di kelas III.

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 3 Agustus 2015 disimpulkan bahwa pembelajaran yang terjadi di kelas kurang kondusif. Keadaan ini terlihat ketika, guru hanya menerapkan model pembelajaran tanya jawab dan ceramah, pengetahuan awal peserta didik berdasarkan kehidupan sehari-hari mereka masih kurang digali lebih dalam. Pembelajaran yang kurang menarik tersebut membuat peserta didik banyak yang kurang memperhatikan guru saat menyampaikan materi. Hanya ada 5 sampai dengan 10 dari 40 peserta didik yang terlihat antusias menjawab pertanyaan guru. Terdapat 3 sampai dengan 5 dari 40 peserta didik yang asyik bermain sendiri atau menganggu temannya pada saat pelajaran berlangsung.


(25)

Pembelajaran PKn di kelas hanya disampaikan seperti yang tertulis dari buku paket atau LKS. Kurangnya menggali pengalaman peserta didik dan tindak lanjut dari guru membuat penanaman sikap disiplin saat pembelajaran sangat kurang. Proses pembelajaran yang kurang menarik membuat peserta didik tidak antusias untuk mengikuti pembelajaran. Sehingga, peserta didik tidak menerapkan aturan kelas yang sudah dibuat sebelumnya.

Hasil wawancara dengan wali kelas pada saat peserta didik kelas III berada di kelas II yaitu peserta didik sudah mengetahui dan memahami tentang arti kedisiplinan, namun hanya 30% siswa yang menerapkan kedisiplinan di kelas pada saat pembelajaran. Salah satu penyebab peserta didik tidak menerapkan kedisiplinan di dalam kelas karena model yang digunakan guru pada saat pembelajaran kurang menarik.

Peneliti juga membagikan kuesioner untuk melihat penerapan sikap kedisiplinan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Hasil keseluruhan penghitungan yang dilakukan oleh peneliti, mendapatkan hasil bahwa sikap nilai rata-rata sikap kedisiplinan siswa sebesar 64,675, sedangkan persentase jumlah siswa yang memiliki sikap kedisiplinan sebesar 52,50%. Maka, apabila dilihat berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti hasil dari nilai rata-rata sikap kedisiplinan siswa

kelas III “Rendah”.

Beberapa model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para ahli. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip


(26)

pembelajaran, teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung menurut Joyce & Weil dalam Rusman (2012:132). Model pembelajaran menurut Rusman (2012:144) adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang tempat yang lain.

Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku siswa secara adaptif maupun generatif (Hanafiah, 2009:41). Beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru pada kegiatan belajar mengajar diantaranya yaitu model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran PAKEM, dll. Penggunaan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah untuk menarik perhatian peserta didik agar fokus terhadap materi yang disampaikan.

Peneliti memilih salah satu model yang akan diterapkan dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Alasan peneliti memilih metode PPR karena model tersebut memiliki tahapan dalam belajar yang sistematis yaitu terdapat lima unsur tahapan dari konteks, pengalaman, refleksi, dan aksi di dalam belajar (Subagya, 2010:6). Selain itu, model pembelajaran PPR juga memiliki keunggulan yaitu murah meriah, dapat dipadukan dengan berbagai macam


(27)

kurikulum, dan hasilnya cepat terlihat (Subagya, 2010:57). Selain itu, sekolah yang digunakan sebagai subjek penelitian adalah sekolah Kanisius yang menerapkan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

Model ini mendukung penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu untuk mengatasi masalah yang ada pada saat pembelajaran PKn yaitu siswa yang kerap kali hanya sampai pada tingkat memahami. Melihat pada tahapan yang terdapat pada model pembelajaran PPR yaitu salah satunya adalah refleksi dan aksi. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran PPR layak menjadikan pembelajaran semakin bermakna karena siswa tidak hanya memahami materi tetapi juga merenungkan dan menerapkan yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

Melihat dari berbagai macam masalah yang dijabarkan dan solusi yang ditawarkan, maka peneliti merumuskan judul untuk penelitian tentang sikap kedisiplinan yaitu “Peningkatan Sikap Kedisiplinan Pada Pembelajaran PKn Menggunakan Model Paradigma Pedagogi Refkektif (PPR) Bagi Siswa Kelas III di SD Kanisius Kadirojo”.

1.2Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan dijabarkan diatas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu sikap kedisiplinan yang menjadi nilai luhur bagi bangsa Indonesia. Penelitian ini dibatasi pada peningkatan sikap kedisiplinan pada mata pelajaran PKn


(28)

bagi siswa kelas III di SD Kanisius Kadirojo. Nilai kedisiplinan di kelas III terdapat pada standar kompetensi 2. Melaksanakan norma yang berlaku di masyarakat. Pada kompetensi dasar 2.1 Mengenal aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar, 2.2 Menyebutkan contoh aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar, dan 2.3 Melaksanakan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang ditemukan oleh peneliti, maka rumusan masalah yang disusun sebagai berikut:

1.3.1 Bagaimanakah pelaksanaan model PPR dalam upaya meningkatkan sikap kedisiplinan pada pembelajaran PKn bagi siswa kelas III di SD Kanisius Kadirojo?

1.3.2 Apakah ada peningkatan sikap kedisiplinan dalam pembelajaran PKn menggunakan model paradigma pedagogi reflektif bagi siswa kelas III di SD Kanisius Kadirojo?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :

1.4.1 Menggambarkan dan mengetahui gambaran pelaksanaan model paradigma pedagogi reflektif (PPR) pada pembelajaran PKn bagi siswa kelas III di SD Kanisius Kadirojo dalam upaya meningkatkan sikap kedisiplinan siswa.


(29)

1.4.2 Meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap kedisiplinan pada pembelajaran PKn bagi siswa kelas III menggunakan model pembelajaran PPR di SD Kanisius Kadirojo.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.2 Bagi Siswa

Manfaat yang diperoleh siswa dari penelitian ini adalah siswa menjadi pribadi yang lebih baik. Sikap siswa terkait dengan sikap kedisiplinan yang ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari semakin baik. Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang baru dan lebih bermakna. Siswa juga tidak hanya belajar sampai pada tahap memahami saja tetapi juga sampai kegiatan aksi yang akan siswa lakukan dalam kehidupan sehari-hari.

1.5.1 Bagi Guru

Manfaat yang diperoleh guru dari penelitian ini adalah guru memperoleh pengetahuan baru mengenai metode yang digunakan untuk melakukan pembelajaran di kelas. Guru juga mendapatkan pengetahuan tentang cara meningkatkan sikap dari nilai-nilai yang ditanamkan untuk pendidikan berkarakter bagi siswa.

1.5.3 Bagi Sekolah

Manfaat yang sekolah dari penelitian ini adalah sekolah mendapatkan referensi cara untuk meningkatkan model pembelajaran PPR yang menjadi ciri khas sekolah yayasan Kanisius.


(30)

1.5.4 Bagi Peneliti

Manfaat yang diperoleh peneliti dari penelitian ini adalah peneliti mendapatkan pengalaman langsung tentang langkah-langkah melakukan penelitian tindakan kelas. Peneliti juga memperoleh pengetahuan tentang cara meningkatkan sikap siswa pada materi PKn dengan menggunakan metode PPR.

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Sikap adalah reaksi batin seseorang terhadap sikap yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan konatif.

1.6.2 Kedisiplinan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri agar patuh, tertib dan taat pada saat melaksanakan tugas tertentu. 1.6.3 Siswa sekolah dasar adalah pelajar yang berada pada jenjang dasar

pada pendidikan formal di Indonesia dan ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas I sampai kelas IV.

1.6.4 Model pembelajaran adalah rencana, rancangan pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan di kelas atau tempat lain agar terwujudnya pembelajaran yang diharapkan.

1.6.5 Paradigma Pedagogi Refletif adalah model pembelajaran yang memiliki unsur yaitu konteks, pengalaman, refleksi, dan aksi dalam rangka mengembangkan siswa secara utuh dalam competence, conscience, compassion.


(31)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas tentang: (1) kajian pustaka, (2) penelitian-penelitian yang relevan, (3) kerangka berpikir, dan (4) hipotesis penelitian-penelitian.

2.1Kajian Pustaka

Bagian ini akan membahas tentang teori-teori yang dapat mendukung penelitian, yang diambil dari buku atau jurnal dan referensi yang lainnya. Teori-teori yang akan dijelaskan pada bagian ini yaitu tentang sikap, kedisiplinan, mata pelajaran PKn, dan metode pembelajaran pedagogi reflektif.

2.1.1 Sikap

Sikap merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sikap adalah suatu bentuk reaksi dari perasaan seseorang terhadap suatu peristiwa yang sedang dialaminya. Sikap menurut Secord & Backman (dalam Azwar 2015:5) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang menurut Azwar (2015: 23-24) yaitu komponen yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan komponen konatif


(32)

mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap (Azwar, 2015: 24). Apabila kepercayaan telah terbentuk, maka akan menjadi pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu.

Komponen komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap (Azwar, 2015: 26). Reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek termaksud. Komponen konatif dalam sttruktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

Komponen-komponen karakter yang baik menurut Lickona (2014: 74-79) terdiri dari aspek pengetahuan moral merupakan ilmu yang dapat dimanfaatkan ketika seseorang menghadapi tantangan-tantangan moral dalam hidup. Terdapat enam ranah pengetahuan moral yaitu kesadaran moral, mengetahui nilai-nilai moral, pengambilan perspektif, penalaran moral, pengambilan keputusan dan pengetahuan diri. Aspek pengetahuan moral ini dapat disebut juga sebagai komponen kognitif dari sikap.

Komponen-komponen karakter yang baik selanjutnya menurut Lickona (2014: 79-85) yaitu aspek perasaan moral yang


(33)

memiliki arti pertimbangan hati untuk menentukan susuatu tindakan yang benar atau salah. Terdapat enam ranah dalam perasaan moral yaitu hati nurani, penghargaan diri, empati, menyukai kebaikan, kontrol diri, dan kerendahan hati. Aspek perasaan moral ini dapat disebut juga sebagai komponen afektif dari sikap.

Komponen-komponen karakter yang baik berikutnya menurut Lickona (2014: 86-87) yaitu aspek tindakan moral yang memiliki arti perbuatan benar atau salah yang didasari oleh pengetahuan dan perasaan yang siswa miliki. Terdapat tiga ranah tindakan moral yaitu kompetensi, kehendak, dan kebiasaan. Aspek tindakan moral ini dapat disebut juga sebagai komponen konatif dari sikap.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli diatas mengenai sikap, peneliti menyimpulkan bahwa sikap yang menjadi pengamatan yaitu konsistensi antara kepercayaan sebagai komponen kognitif, perasaan sebagai komponen afektif, dan perilaku sebagai komponen konatif. Ketiga komponen tersebut menjadi landasan penyimpulan sikap yang dicerminkan oleh jawaban terhadap skala sikap.

2.1.2 Kedisiplinan

Disiplin merupakan salah satu nilai kemanusiaan yang diajarkan di sekolah dasar. Kata disciple memiliki arti mengajar


(34)

atau melatih (Hurlock, 1978:82). Disiplin merupakan bagian dari proses berkelanjutan pengajaran atau pendidikan (Khalsa:2008). Disiplin menjadi salah satu materi yang diterapkan di sekolah dasar dengan berbagai tujuan sesuai yang diharapkan bagi pribadi siswa maupun dampaknya bagi orang lain disekitar.

Kedisiplinan diperlukan bagi anak sejak dini, agar menjadi pribadi yang berkarakter baik. Beberapa tujuan yang diperoleh dengan menerapkan sikap disiplin menurut Hurlock (1978:83), yaitu: (1) disiplin mengarahkan anak untuk melakukan hal yang baik dan melarang hal yang tidak baik, (2) disiplin dapat memacu anak untuk mencapai hal yang diharapkan atau dicita-citakannya, dan (3) disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani atau suara hati untuk mengambil keputusan dan mengendalikan perilaku. Kedisiplinan mempengaruhi pertumbuhan, emosi dan adaptasi pribadi di lingkungan masyarakat.

Disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat. Empat unsur pokok untuk menerapkan disiplin (Hurlock, 1978:84) yaitu: (1) peraturan sebagai pedoman perilaku, (2) konsistensi peraturan yang digunakan, diajarkan dan dilaksanakan, (3) hukuman untuk pelanggaran aturan, dan (4) penghargaan untuk perilaku yang baik dan sesuai dengan peraturan


(35)

yang berlaku. Masing-masing unsur pokok berperan dalam perkembangan moral anak.

Schaefer (1986:3) mengungkapkan bahwa tujuan disiplin terbagi menjadi dua yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek dari disiplin adalah untuk melatih dan mengontrol anak. Sedangkan tujuan jangka panjang dari disiplin adalah untuk perkembangan pengendalian diri dan pengarahan diri sendiri (self control and self direction) yaitu dalam hal mana anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar.

Tujuan-tujuan disiplin yang dikemukakan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai untuk membentuk pribadi anak menjadi berkarakter sesuai dengan nilai kemanusiaan yang diterapkan di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, penting sekali apabila kedisiplinan ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini.

Berdasarkan pendapat diatas, peneliti menyimpulkan tujuan disiplin Indikator kedisiplinan yang diturunkan dari skala sikap (attitude scale) sebagai acuan penyusunan pernyataan-pernyataan yaitu terdiri dari: (1) memahami dan mengetahui aturan-aturan di rumah, sekolah, dan masyarakat, (2) menyadari dan mengontrol diri, dan (3) menyadari akan tujuan. Berdasarkan pernyataan-pernyataan yang disusun dari indikator kedisiplinan respons individu berupa jawaban setuju atau tidak setuju.


(36)

2.1.3 Mata Pelajaran PKn

Mata pelajaran di sekolah dasar salah satunya adalah mata pelajaran PKn yaitu Pendidikan Kewarganegaraan. Materi dalam pembelajaran beragam, bahasannya tentang dunia disekitar kehidupan peserta didik. Menurut Ine & Markum (2010:18) menjelaskan bahwa kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam, baik dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa, untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter. Jadi, mata pelajaran PKn sama dengan pendidikan karakter apabila dilihat dari materi-materi yang dibahas dalam pelajaran PKn.

Dilihat dari materi pembelajaran PKn, menurut Ine & Markum (2010:18) materi-materi yang diajarkan bertujuan mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa dalam hal berikut: (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan (3) berkembang secara positif dan semokratis untuk membentuk diri berdasar pada karakter-karakter masyarakat Indonesia. Berdasarkan tujuan-tujuan yang diuraikan diatas, mata pelajaran PKn mempunyai peran penting di dalam pendidikan untuk


(37)

membentuk pribadi peserta didik menjadi manusia yang bermatabat luhur.

Mata pelajaran PKn juga membahas materi mengenai nilai yang menjadi tolok ukur manusia dalam betingkah laku di kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran PKn berkaitan dengan pendidikan nilai karena di PKn dan nilai sangat berkesinambungan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan nilai menurut Ine & Markum (2010:37) adalah suatu proses dalam upaya membantu siswa mengekspresikan nilai-nilai yang ada melalui pengujian kritis, sehingga peserta didik dimungkinkan untuk meningkatkan atau memperbaiki kualitas berpikir serta perasaannya. Jadi, pendidikan nilai memiliki tujuan yang hampir sama dengan PKn yaitu membentuk peserta didik menjadi pribadi yang berkarakter.

Berdasarkan pendapat dari ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran PKn sangat mendukung untuk membentuk karakter siswa. Pembelajaran PKn membahas materi mengenai nilai-nilai dalam kemanusiaan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran PKn juga memiliki tujuan untuk mengembangkan siswa agar berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi kejadian yang dialami.

2.1.4 Paradigma Pedagogi Reflektif

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan salah satu model pembelajaran yang diterapkan di Universitas Sanata


(38)

Dharma. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) diciptakan dan dikembangkan oleh pendiri Serikat Jesuit yang bernama Ignatius (Subagya, 2010: 3). Paradigma Pedagogi Reflektif juga disebut sebagai Pedagogi Ignatian karena diambil dari nama pencipta dan pengembangnya yaitu Ignatius. Pada awal pengembangannya tujuan dari Pedagogi Ignatian ini adalah untuk mendidik dengan cara yang efektif bagi pengembangan manusia-manusia yang unggul dalam iman dan berkarakter (Subagya, 2010: 3). Paradigma Pedagogi Reflektif mulai menggema dan mengubah penyelenggarakan pendidikan di sekolah-sekolah Jesuit dimana-mana (Subagya, 2010: 6). Salah satu sekolah Jesuit yang ada di Yogyakarta adalah sekolah dibawah Yayasan Kanisius.

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan polapikir dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang menjunjung nilai kemanusiaan. Polapikir yang menjadi tujuan dalam PPR adalah membentuk pribadi, siswa diberi pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan pengalaman tersebut, dan berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut (Subgya, 2008:39).

Dinamika pokok Pedagogi Reflektif terdiri dari tiga unsur utama yaitu pengalaman, refleksi dan aksi di dalam proses belajar (Subagya, 2010: 6). Unsur yang menjadi sentral dalam dinamika


(39)

Pedagogi Reflektif adalah konteks, pengalaman, reflektif, aksi dan evaluasi. Subagya (2008:41) menggambarkan pembinaan siswa melalui PPR secara singkat adalah sebagai berikut:

KONTEKS

T U J U A N

Gambar 2.1 Dinamika PPR menurut Subagya (2008:41)

Refleksi: Memperdalam

pemahaman. Mencari makna kemanusiaan, kemasyarakatan. Menyadari motivasi, dorongan, keinginan.

Evaluasi: Evaluasi ranah intelektual. Evaluasi perubahan pola pikir, sikap, perilaku siswa.

Aksi:

Memutuskan untuk bersikap, berniat, berbuat. Perbuatan konkret.

Pengalaman:

Mempelajari sendiri, latihan kegiatan sendiri (lawan

ceramah). Tanggapan afektif terhadap yang dilakukan, latihan dari yang dipelajari.


(40)

Berdasarkan gambar diatas berikut adalah penjelasan secara rinci setiap tahapan yang dikemukakan oleh Subagya (2008:42-44), sebagai berikut:

a. Konteks dalam pembelajaran PPR bertujuan untuk mengembangkan dan menyadarkan siswa tentang nilai-nilai kemanusiaan. Guru sebagai fasilitator memberikan semangat dan membimbing siswa untuk menghayati nilai-nilai kemanusiaan yang dibahas sebagai materi.

b. Pengalaman dalam pembelajaran PPR bertujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan yang dibahas sebagai materi. Guru sebagai fasilitator menyediakan pengalaman langsung maupun tidak langsung di dalam proses pembelajaran. Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang sudah atau akan siswa lakukan dalam melaksanakan nilai-nilai kemanusiaan yang dibahas. Pengalaman tidak langsung dapat diciptakan dari membaca atau mempelajari suatu kejadian. Selanjutnya, guru memberikan sugesti agar siswa dapat menggunakan imajinasi mereka dengan cara mendengarkan cerita, melihat gambar, bermain peran ataupun melihat tayangan film/video.

c. Refleksi dalam pembelajaran PPR bertujuan agar siswa meyakini makna nilai yang diperoleh dari pengalaman. Guru memfasilitasi dengan pertanyaan agar siswa terbantu untuk berefleksi. Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan divergen agar siswa


(41)

secara otentik dapat memahami, mendalami dan meyakini nilai-nilai yang dibahas dan diperoleh siswa.

d. Aksi dalam pembelajaran PPR dilakukan dengan cara guru memfasilitasi siswa menggunakan pertanyaan aksi agar siswa terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil refleksinya. Melalui membangun niat dan berperilaku sesuai kemauannya sendiri siswa membentuk pribadinya agar memperjuangkan nilai-nilai yang direfleksikannya.

e. Evaluasi dalam pembelajaran PPR dilakukan setelah pembelajaran selesai, guru memberikan evaluasi untuk mengukur kompetensi siswa dari sisi akademik. Guru dan sekolah memang diharuskan untuk mengembangkan ranah akademik dan menyiapkan siswa menjadi kompeten di bidang studi yang dipelajarinya.

Paradigma pedagogi reflektif juga memiliki kelebihan sekaligus keuntungan dalam penerapannya pada proses pembelajaran di sekolah (Subagya, 2008:57), antara lain:

a. Paradigma pedagogi reflektif merupakan pembelajaran yang murah meriah.

Pembelajaran PPR diintegrasikan dengan bidang studi yang diajarkan, maka tidak memerlukan sarana dan prasarana yang khusus. Untuk menumbuhkembangkan persaudaraan, solidaritas, saling menghargai, dapat dicapai melalui belajar bersama di


(42)

dalam sebuah kerja sama kelompok yang kemudian di refleksikan dan ditindaklanjuti dengan aksi.

b. Paradigma pedagogi reflektif dapat diterapkan pada semua kurikulum.

PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum: KTSP, KBK, Kurikulum 1994, bahkan pada kurikulum mana pun. Pembelajaran PPR tidak menuntut tambahan bidang studi baru, tetapi yang dibutuhkan hanyalah pendekatan baru pada cara mengajarkannya pada mata pelajaran yang ada.

c. Paradigma pedagogi reflektif memberikan hasil yang cepat terlihat.

Menumbuhkembangkan seorang siswa menjadi pribadi yang dewasa dan manusiawi, biasanya membutuhkan waktu yang lama dan biasanya terlihat setelah lulus SMP atau SMA. Apabila sekolah sepakat dan semua guru menerapkan PPR, dalam waktu satu tahunsudah terlihat bahwa siswa mau solider satu dan saling membantu dalam belajar, serta mau saling menghargai satu sama lain. Pengelolaan kelas juga menjadi mudah karena kebiasaan tidak baik siswa berkurang dan tak terlihat lagi.

Proses paradigma pedagogi reflektif mengharapkan siswa menguasai materi, bukan hanya manghafal, tetapi mampu menjelaskan dan memahami nilai yang ada di dalamnya. Suparno (2015: 19) menjelaskan tujuan paradigma pedagogi reflektif adalah


(43)

agar siswa menjadi manusia utuh yang memiliki competence, conscience, dan compassion. Manusia utuh yang dikatakan dalam paradigma pedagogi reflektif dalah berkembangnya 3 C tersebut.

Menurut Suparno (2015: 19) competence berarti menguasai ilmu pengetahuan atau keterampilan sesuai bidangnya. Conscience berarti mempunyai hati nurani yang dapat membedakan baik dan tidak baik.

Compassion berarti mempunyai kepekaan untuk berbuat baik bagi orang lain yang membutuhkan, punya kepedulian pada orang lain.

Berdasarkan penjelasan dari ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran yang disampaikan kepada siswa melalui model PPR tidak hanya sebatas pengetahuan. Jadi bukan hanya dari segi pengetahuan atau inteleknya saja yang berkembang, tetapi juga afeksi (suara hati) dan konatif (bela rasa).

2.2Penelitian-Penelitian yang Relevan

Penelitian yang akan diteliti oleh peneliti memiliki hubungan dengan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya diantaranya adalah:

2.2.1 Penelitian yang dilakukan oleh Meiyanti Wulandari (2014) dengan

judul “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Melalui Proses

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan”. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan data tidak berupa angka tetapi uraian.


(44)

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu melakukan pengarahan klasikal tentang pentingnya kedisiplinan dan memberikan pesan moral berupa keteladanan guru. Strategi yang digunakan adalah metode kooperatif student teams achievement division (STAD). 2.2.2 Penelitian yang dilakukan oleh Nisa Dian Rachmawati (2014)

berjudul “Hubungan Disiplin Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran PKn Di Sekolah Dasar Negeri Sumber Jaya

04 Tambun Selatan Kabupaten Bekasi”. Metode penelitian yang

digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas IV.

2.2.3 Penelitian yang dilakukan oleh Andri Widiyanti berjudul

“Pengaruh Pendidikan Karakter Dengan Pendekatan PPR Dan Motivasi Belajar Terhadap Kepribadian Siswa”. Metode yang

digunakan dalam penelitian yaitu teknik analisis variansi (ANAVA). Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan pendidikan karakter dengan pendekatan paradigma pedagogi reflektif dan pendekatan konvensional terhadap kepribadian siswa dalam Pendidikan Agama Katolik.

Penelitian-penelitian yang dilakukan di atas digambarkan oleh peneliti melalui sebuah bagan yaitu:


(45)

Gambar 2.2 Bagan Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang telah dilakukan oleh Meiyanti dan Nisa yaitu berkaian dengan kedisiplinan dalam pembelajaran PKn. Penelitian yang dilakukan oleh Andri Wijayanti yaitu mengenai model yang digunakan untuk penelitian adalah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Berdasarkan ketiga penelitian yang dilakukan sebelumnya diatas maka peneliti merumuskan judul penelitian yaitu Peningkatan Sikap Kedisiplinan Pada Pembelajaran PKn menggunakan Model Paradigma Pedagogi Refelktif (PPR) Bagi Siswa Kelas III di SD Kanisius Kadirojo.

Meiyanti Wulandari (2014)

“Upaya Meningkatkan

Kedisiplinan Siswa Melalui Proses Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan”

Kedisiplinan dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Nisa Dian Rachmawati (2014)

“Hubungan Disiplin Belajar

Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Di Sekolah Dasar Negeri Sumber Jaya 04 Tambun

Selatan Kabupaten Bekasi”

Andri Widiyanti

“Pengaruh Pendidikan

Karakter Dengan Pendekatan PPR Dan Motivasi Belajar Terhadap Kepribadian

Siswa”

PPR

Brigita Yosi Pratiwi (2015)

“Peningkatan Sikap Kedisiplinan Pada Pembelajaran PKn

Menggunakan Model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Bagi


(46)

2.3Kerangka Berpikir

Pembelajaran PKn di sekolah dasar sangat penting dilakukan untuk membentuk karakter siswa menjadi pribadi yang luhur. Kegiatan dalam pembelajaran PKn tidak hanya sampai pada tahap mengetahui (kognitif), tetapi juga melalui tahap menghayatai (afektif), dan tahap melaksanakan (konatif). Apabila tahap kognitif, afektif, dan konatif dapat tercapai dan terpenuhi maka, tujuan pembelajaran PKn dalam menanamkan karakter baik dalam pribadi siswa.

Salah satu karakter yang ditanamkan kepada siswa sejak dini adalah sikap kedisiplinan. Tetapi kenyataan yang terjadi dilapangan pembelajaran PKn hanya diberikan sampai pada tahapan kognitif. Kurangnya penggunaan model pembelajaran yang lebih inovatif menjadi salah satu penghambat pembelajaran dalam PKn hanya sampai pada tahap kognitif. Pembentukan karakter siswa membutuhkan pembelajaran yang mampu mengembangkan, meningkatkan, menyadarkan, dan mendorong sikap disiplin.

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mendukung tercapainya pembelajaran yang inovatif. Peneliti memilih model paradigma pedagogi reflektif, karena model tersebut memiliki tahapan pengalaman dan aksi yang membantu siswa untuk mengembangkan siswa menjadi manusia yang utuh. Selain itu juga terdapat tahapan refleksi dengan tujuan agar siswa mampu menemukan manfaat kedisiplinan dan menjadikan siswa terdorong brtindak disiplin.


(47)

Model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif menjadikan siswa berkembang dalam competence, conscience, dan compassion. Melalui competence siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan tentang kedisiplinan. Melalui conscience siswa menjadi mampu menilai sisi baik dan tidak baik, dan akhirnya dapat mengambil keputusan yang lebih baik. Melalui compassion siswa memiliki bela rasa, kepekaan pada orang lain, dan terdorong untuk mewujudkan kedisiplinan demi kesejahteraan bersama.

2.4Hipotesis Penelitian

Peneliti menyimpulkan jawaban sementara dari penelitian peningkatan sikap kedisiplinan dalam pembelajaran PKn menggunakan model paradigma pedagogi reflektif (PPR) bagi siswa kelas III di SD Kanisius Kadirojo Yogyakarta, bahwa:

1. Pelaksanaan pembelajaran pada model Paradigma Pedagogi Reflektif terdapat 5 tahap, yaitu: konteks, pengalaman, refleksi, aski, dan evaluasi dalam upaya untuk meningkatkan sikap kedisiplinan siswa kelas III di SD Kanisius Kadirojo.

2. Terdapat peningkatan sikap kedisiplinan pada pembelajaran PKn bagi siswa kelas III menggunakan model paradigma pedagogi reflektif (PPR) di SD Kanisius Kadirojo Yogyakarta.


(48)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan membahas tentang: (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian, (3) rencana tindakan, (4) teknik pengumpulan data, (5) instrumen penelitian, (6) validitas dan reliabilitas, (7) teknik analisis data, (8)indikator keberhasilan dan (9) jadwal penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Muslich, 2012:34) adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan dengan sikap mawas diri. Penelitian tindakan kelas menurut Suyanto (dalam Muslich, 2012:35) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional. Peneliti menyimpulkan pengertian penelitian tindakan kelas adalah tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas secara sistematis, terencana dan bersifat reflektif.

Tujuan dilakukannya penelitian tindakan kelas adalah untuk: 1) meningkatkan dan memperbaiki praktek pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru, 2) meningkatkan dan memperbaiki layanan profesional guru dalam menangani proses belajar mengajar, dan 3) terwujudnya proses


(49)

latihan dalam jabatan selama proses penelitian berlangsung. Menurut Trianto (2011:205) terdapat dua esensi penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Penelitian tindakan bertujuan untuk menemukan masalah yang terjadi dan sekaligus memberikan pemecahan terhadap masalah tersebut.

Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) terdapat berbagai macam model yang dapat digunakan untuk penelitian. Salah satu model yang dipilih oleh peneliti untuk diterapkan dalam penelitian yaitu model Kemmis dan Taggart (Muslich, 2012), yang digambarkan dengan bagan seperti berikut:

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Taggart (Muslich, 2012)

RENCANA TINDAKAN

REFLEKSI OBSERVASI

PERBAIKAN RENCANA TINDAKAN

REFLEKSI OBSERVASI

Siklus 1


(50)

Dari gambar diagram di atas, terlihat bahwa PTK merupakan penelitian bersiklus. Setiap siklus terdiri dari Plan (perencanaan), Action

(pelaksanaan), Observe (pengamatan), Reflect (refleksi) pada siklus 1. Setelah itu, pada siklus 2 terdiri dari Revised Plan (perbaikan perencanaan), Action

(pelaksanaan), Observe (pengamatan), Reflect (refleksi).

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Kadirojo Yogyakarta yang beralamat di Purwomartani, Kalasan, Yogyakarta. Alasan peneliti memilih SD tersebut adalah siswa-siswi SD tersebut memiliki karakteristik yang beragam. Latar belakang ekonomi siswa-siswi SD tersebut juga beragam dari menengah ke bawah dan menengah ke atas.

3.2.2 Subjek Penelitian

Peneliti memilih siswa-siswi kelas III SD Kanisius Kadirojo sebagai subjek penelitian. Jumlah siswa-siswi yang berada di kelas III sebanyak 21 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Karakteristik dan kemampuan siswa pada bidang kognitif, afektif, dan konatif kelas III beragam.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan sikap kedisiplinan pada mata pelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo tahun pelajaran 2015/2016. Sikap yang dipahami, dihayati dan dilaksanakan


(51)

siswa dilihat melalui aktivitas siswa dan juga skala sikap dalam lembar kuesioner yang dibagikan sebanyak tiga kali pada saat penelitian. Pertama, pada saat sebelum dilakukannya penelitian untuk mengetahui kondisi awal sebelum siswa diberi tindakan. Kedua, pada saat di akhir siklus 1, setelah dilakukannya pembelajaran. Ketiga, pada akhir siklus 2 setelah dilakukannya pembelajaran.

3.2.4 Waktu Penelitian

Waktu yang ditempuh selama penelitian ini dari perencanaan dan pelaksanaan penelitian adalah dari bulan Juli 2015 – Oktober 2015. Atau pada saat pelaksanaan PPL di tahun ajaran gasal yaitu tahun ajaran 2015/2016.

3.3 Persiapan

Langkah-langkah dalam persiapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas bagi siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo adalah sebagai berikut:

1. Meminta izin kepada Kepala SD Kanisius Kadirojo untuk melakukan kegiatan penelitian di SD tersebut.

2. Meminta izin kepada wali kelas III SD Kanisius Kadirojo untuk melakukan kegiatan penelitian di kelas tersebut.

3. Melakukan observasi pada siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo untuk memperoleh gambaran awal kondisi kelas dan kegiatan pembelajaran PKn serta karakteristik siswa.


(52)

4. Melakukan wawancara dengan guru kelas III SD Kanisius Kadirojo untuk memperoleh data awal karakteristik dan hasil belajar PKn siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo.

5. Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas.

6. Menganalisis masalah yang terjadi dalam pembelajaran PKn yang berkaitan dengan materi kedisiplinan.

7. Merumuskan masalah.

8. Memilih penyelesaian masalah. 9. Merumuskan hipotesis.

10.Menyusun rencana penelitian ke dalam siklus.

11.Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokoknya.

12.Menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan siswa (LKS), dan instrumen penelitian.

3.4 Rencana Tiap Siklus 3.4.1 Siklus I

1. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi kedisiplinan dan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif (PPR).

2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

3) Lembar kuesioner yang akan dibagikan setelah pembelajaran selesai.


(53)

2. Pelaksanaan

 Pertemuan 1 a. Kegiatan awal

1) Menyiapkan siswa secara fisik dan psikis untuk memulai pelajaran

2) Siswa dan guru berdoa bersama dengan dipimpin oleh salah satu siswa

3) Guru menanyakan kabar siswa 4) Guru melakukan presensi

5) Guru memberikan kontrak belajar 6) Guru menyampaikan tujuan pelajaran b. Kegiatan Inti

1) Konteks: Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai pengertian aturan.

2) Konteks: Siswa menyebutkan pengertian aturan sesuai dengan pengetahuan mereka.

3) Guru memberikan penjelasan tentang aturan, bisa menambahkan maupun membenarkan pendapat dari siswa 4) Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok dengan anggota

setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 anak.

5) Pengalaman: Guru membagikan puzzle kepada setiap kelompok dan menginstruksikan siswa untuk menyusunnya yang nantinya siswa akan menjelaskan tentang gambar yang ada di puzzle dan tujuan gambar tersebut dilakukan.


(54)

6) Pengalaman: Siswa menyusun puzzle

7) Refleksi: Siswa secara berkelompok mempresentasikan puzzlenya yang berupa gambar aturan di sekolah maupun di masyarakat.

8) Aksi: Selain mempresentasikan puzzle setiap siswa juga membuat daftar kegiatan yang akan dilakukannya sebagai perwujudan bahwa mereka akan melaksanakan aturan baik di sekolah maupun di masyarakat.

9) Memberikan umpan balik positif terhadap keberasilan siswa. 10)Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum

berpartisipasi aktif selama pembelajaran. 11)Siswa diberi kesempatan bertanya 12)Evaluasi: Siswa diberikan latihan soal. c. Penutup

1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran 2) Melakukan refleksi

3) Menetukan aksi

4) Pemberian tugas rumah untuk siswa

5) Guru menyampaikan materi pembelajaran berikutnya 6) Doa penutup dan salam


(55)

 Pertemuan 2

a. Kegiatan Awal

1) Guru memberi salam kepada siswa

2) Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa 3) Guru mengabsen siswa

4) Guru menanyakan siapa yang selalu menaati aturan

5) Konteks: Guru menampilkan macam-macam gambar tentang aturan-aturan dan contohnya yang berlaku di sekolah, rumah dan masyarakat.

6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran berdasarkan gambar yang ditampilkan

b. Kegiatan Inti

1) Guru memberikan penjelasan mengenai macam-macam aturan yang berlaku di masyarakat beserta contohnya seperti gambar yang sudah ditampilkan

2) Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok

3) Guru membagikan macam-macam gambar aturan yang berlaku di masyarakat

4) Pengalaman: Guru meminta siswa mengelompokkan gambar yang diberikan sesuai dengan macam-macam aturan yang berlaku di masyarakat

5) Refleksi: Guru meminta siswa menuliskan manfaat adanya aturan dalam kehidupan sehari-hari


(56)

6) Refleksi: Guru meminta kelompok yang telah selesai mengerjakan untuk mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan di dalam kelompok

7) Guru mengoreksi jawaban siswa

8) Guru menanyakan kepada siswa hal yang belum dipahami atau kesulitan selama pembelajaran

9) Evaluasi: Guru membagikan latihan soal sebagai evaluasi 10)Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan

pembelajaran c. Kegiatan Akhir

1) Guru membagikan kertas refleksi kepada siswa dan meminta siswa menjawab pertanyaan guru berkaitan tentang pembelajaran yang telah dialami siswa

2) Aksi: Guru mengajak siswa untuk membuat contoh aturan yang cocok berlaku di kelas

3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam dan mempersilahkan siswa untuk istirahat

3. Observasi

Peneliti dibantu oleh seorang guru dan 1 atau 2 teman sejawat untuk mengamati proses pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung. Kegiatan observasi ini bertujuan untuk mengamati kesulitan dan kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung.


(57)

4. Refleksi

Peneliti bersama dengan guru kelas mengidentifikasi kejadian, kesulitan atau hambatan yang terjadi di dalam kelas. Selain itu, peneliti membandingkan kondisi awal dengan hasil pada siklus 1, serta mengambil kesimpulan dari perbandingan kedua hasil tersebut.

3.4.2 Siklus II

1. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi kedisiplinan dan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif (PPR).

2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

3) Lembar kuesioner yang akan dibagikan setelah pembelajaran selesai.

2. Pelaksanaan a. Kegiatan awal

1) Guru memberi salam kepada siswa

2) Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa 3) Guru mengabsen siswa

4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran b. Kegiatan Inti

1) Konteks: Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai aturan-aturan apa saja yang ada di lingkungan sekitar dan sikap apa yang


(58)

harus dimiliki untuk melaksanakan aturan-aturan itu serta pernahkah siswa melakukan aturan itu.

2) Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok dengan anggota setiap kelompoknya terdiri dari 5-6 anak.

3) Pengalaman: Siswa secara berkelompok mempraktikan cerita yang berwujud dialog mengenai contoh sikap disiplin atau sikap tidak disiplin yang telah disiapkan oleh guru di depan kelas.

4) Refleksi: Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk membedakan mana sikap disiplin dan yang mana sikap tidak disiplin berdasarkan cerita yang dipraktikkan.

5) Aksi: Siswa secara berkelompok membuat poster mengenai contoh sikap disiplin atau tidak disiplin dan akibatnya terhadap aturan-aturan yang ada di lingkungan masyarakat.

6) Memberikan umpan balik positif terhadap hasil yang dikerjakan siswa.

7) Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif selama pembelajaran

8) Siswa yang belum paham diberi kesempatan bertanya c. Penutup

1) Evaluasi: Siswa mengerjakan soal evaluasi

2) Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran 3) Melakukan refleksi


(59)

5) Pemberian tugas rumah untuk siswa

6) Guru menyampaikan materi pembelajaran berikutnya 7) Doa penutup dan salam

5. Observasi

Peneliti dibantu oleh seorang guru dan 1 atau 2 teman sejawat untuk mengamati proses pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung. Kegiatan observasi ini bertujuan untuk mengamati kesulitan dan kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung.

6. Refleksi

Peneliti bersama dengan guru kelas mengidentifikasi kejadian, kesulitan atau hambatan yang terjadi di dalam kelas. Selain itu, peneliti membandingkan kondisi awal dengan hasil pada siklus 1, dan hasil pada siklus 2 serta mengambil kesimpulan dari perbandingan ketiga hasil tersebut.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengetahui kondisi awal kelas adalah dengan wawancara dan observasi. Sedangkan untuk peningkatan sikap kedisiplinan siswa adalah dengan kuesioner skala sikap. Kuesioner yang digunakan pun terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable. Kuesioner yang disusun peneliti terdiri dari 20 pernyataan yang harus dijawab oleh siswa sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Pernyataan-pernyataan yang disusun memiliki empat alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.


(60)

Kuesioner yang disusun oleh peneliti sudah mencakup aspek pemahaman (kognitif), penghayatan (afektif) dan pelaksanaan (konatif) nilai kedisiplinan. Berdasarkan kuesioner tersebut peneliti menganalisis dan mengukur seberapa besar dan banyaknya siswa yang memiliki pemahaman (kognitif), penghayatan (afektif), dan pelaksanaan (konatif) sikap kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari.

3.5.1 Wawancara

Wawancara atau interviu (interview) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data dengan cara berdialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari narasumber. Sebelum melaksanakan wawancara peneliti menyiapkan instrumen wawancara yang disebut pedoman wawancara. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi berkenaan dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian (Sukmadinata, 2011:216).

Wawancara memiliki dua jenis yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur (Kusumah, 2010: 77). Peneliti menggunakan wawancara terstruktur sebagai alat penelitian untuk mengetahui dan mengumpulkan data bahwa sikap kedisiplinan siswa kelas III perlu ditingkatkan. Peneliti menggunakan wawancara terstruktur karena peneliti menggunakan pedoman pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya.


(61)

3.5.2 Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2011:220). Kegiatan yang diamati bisa tentang cara guru mengajar, siswa belajar, dsb. Kegiatan pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan kondisi dan siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Observasi terdapat dua jenis yaitu observasi berstruktur (dengan menggunakan pedoman) dan observasi tidak berstruktur (tidak menggunakan pedoman) (Kusumah. 2010: 66). Peneliti menggunakan observasi berstruktur (dengan menggunakan pedoman) sebagai alat penelitian untuk melihat kondisi pembelajaran dari kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, hasil yang diperoleh dapat mendukung berlangsungnya penelitian.

3.5.3 Kuesioner atau Angket

Kuesioner atau angket merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (Sukmadinata, 2011:219). Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, peneliti tidak perlu langsung bertanya kepada responden. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data jenis angket adalah juga disebut angket atau kuesioner. Kuesioner atau angket berisi pernyataan atau pertanyaan yang dapat dijawab oleh responden.


(62)

Kuesioner sendiri dibagi menjadi 4 struktur yaitu: (1) kuesioner berstruktur, (2) kuesioner tak berstruktur, (3) kuesioner kombinasi berstruktur dan tak berstruktur, serta (4) kuesioner semi terbuka (Margono, 2003: 168). Peneliti dalam hal ini menggunakan teknik kuesioner berstruktur. Kuesioner berstruktur atau kuesioner tertutup berisi pertanyaan dan pernyataan yang disertai dengan beberapa alternatif jawaban yang diesdiakan (Margono, 2003:168). Responden hanya menjawab dan mengisi pertanyaan atau pernyataan yang diberikan dengan memilih alternatif jawaban yang sudah disediakan.

Bentuk angket dalam penelitian ini adalah angket tertutup yang berisi sejumlah pernyataan-pernyataan dengan beberapa alternatif jawaban yang disediakan (Margono, 2003: 168). Pembuatan angket didasarkan pada indikator yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Indikator yang disusun peneliti adalah sebagai tolok ukur dalam menyusun instrumen penelitian yang berupa pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono, 2011:136). Kuesioner atau angket yang disebarkan tersebut diisi oleh siswa terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable. Pernyataan

favorable merupakan pernyataan yang menunjukkan perasaan menudukung. Pernyataan unfavorable merupakan pernyataan yang menunjukkan perasaan tidak mendukung atau tidak memihak.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah lembar kuesioner skala sikap, lembar observasi proses pembelajaran, dan pedoman


(63)

wawancara kepada guru kelas. Peneliti menyusun instrumen yang digunakan dengan format sebagai berikut.

3.6.1 Intrumen Wawancara

Peneliti telah mempersiapkan format atau contoh pertanyaan yang dapat digunakan pada saat penelitian berlangsung. Wawancara yang dilakukan adalah kepada guru kelas pada saat siswa di kelas II. Contoh pertanyaan yang dapat diajukan pada saat melakukan wawancara yaitu:

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara

Indikator Pernyataan Jawaban Keterangan

Ya Tidak

Aturan-aturan di rumah, sekolah dan

masyarakat

Apakah semua siswa menaati peraturan

sekolah?

Apakah semua siswa

melaksanakan peraturan kelas? Apakah siswa memakai

seragam sesuai dengan aturan sekolah?

Menyadari dan mengontrol diri

Apakah ada

siswa yang telat mengumpulkan tugas? Jika ada seberapa sering?

Apakah ada

jadwal piket kelas? Jika ada apakah semua siswa

melaksanakan tugas piket sesuai jadwal?


(64)

Apakah semua siswa masuk kelas tepat waktu?

Kesadaran akan tujuan

Apakah semua siswa memiliki sikap dan nilai kedisiplinan yang baik pada raport?

Apakah ada

manajemen kelas di dalam kelas? Jika ada, apakah semua siswa

menerapkannya?

3.6.2 Instrumen Observasi

Peneliti juga telah menyusun format observasi yang akan digunakan oleh peneliti pada saat pelaksanaan penelitian. Adapun format tersebut adalah:

Tabel 3.2

Format Observasi Pembelajaran

Indikator Aspek yang diamati Deskripsi Hasil Pengamatan

Proses pembelajaran

Siswa memperhatikan guru saat melakukan pembelajaran

Siswa tidak ramai sendiri pada saat proses pembelajaran

berlangsung

Aktivitas belajar siswa Pengelolaan

kelas

Siswa menjalankan aturan yang berlaku di kelas


(65)

3.6.3 Instrumen Kuesioner

Penyusunan kuesioner yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan indikator sikap dan kedisiplinan yang disusun berdasarkan skala sikap kedisiplinan yaitu: 1) siswa memahami dan mengetahui aturan-aturan di rumah, di sekolah, dan di masyarakat, 2) siswa menyadari dan mengontrol diri, dan 3) siswa mampu menyadari akan tujuan. Berikut adalah format kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data. Kuesioner yang disusun oleh peneliti terdiri dari pernyataan favorable dan pernyataan

unfavorable.

Tabel 3.3

Pernyataan Favorable dan Unfavorable Skala Sikap Kedisiplinan

Aspek No

Item

Item Favorable No

Item

Item Unfavorable

Kognitif 7. Saya meyakini membuat jadwal kegiatan sehari-hari dapat menjadikan hidup teratur.

15. Saya memahami pentingnya menaati peraturan hanya di rumah saja. 17. Saya yakin bahwa

aturan disiplin dapat membantu saya menjadi rajin.

18. Saya tidak

bersungguh-sungguh dalam melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat. Metode

pembelajaran

Guru melaksanakan pembelajaran sesuai langkah-langkah dalam

model Paradigma

Pedagogi Reflektif (PPR)

Guru menggunakan

media yang mendukung pembelajaran


(66)

19. Saya tahu jika

melaksanakan piket itu dapat menjaga

kebersihan.

20. Saya tahu piket dapat membuat saya lelah.

Afektif 3. Saya bangga memakai

seragam sesuai peraturan sekolah.

5. Saya senang memakai seragam bebas ke sekolah. 6. Saya menghargai teman

yang sedang piket dengan tidak berada di dalam kelas.

12. Saya tidak ingin melaksanakan aturan disiplin di kelas karena saya merasa bosan.

14. Aturan di sekolah tidak terlalu penting bagi saya.

Konatif 1. Saya mengumpulkan

tugas tepat waktu.

2. Saya mencontek ketika ulangan, demi memperoleh nilai baik.

4. Saya sudah

melaksanakan piket di kelas sesuai dengan jadwal.

9. Saya malas untuk bangun pagi.

8. Saya datang ke sekolah tepat waktu.

10. Saya melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat dengan sungguh-sungguh. 11. Saya memakai seragam

sesuai peraturan sekolah agar tidak mendapat sanksi. 13. Saya berniat

memperhatikan penjelasan guru saat pelajaran di kelas. 16. Saya membuat jadwal

kegiatan sehari-hari agar hidup lebih teratur.


(67)

Berdasarkan tabel diatas, terdapat 20 pernyataan favorable dan

unfavorable yang mewakili indikator dan juga mewakili 3 aspek yang diamati yaitu aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghayatan), dan konatif (pelaksanaan).

Tabel 3.4 Skala Jawaban Kuesioner Favorable dan Unfavorable

No Alternatif Jawaban Skor Favorable Skor Unfavorable

1. Sangat Setuju 5 1

2. Setuju 4 2

3. Netral 3 3

4. Tidak Setuju 2 4

5. Sangat Tidak Setuju 1 5

Alternatif jawaban yang dipakai oleh peneliti adalah setuju dan tidak setuju. Peneliti menggunakan dua alternatif jawaban agar tidak membingungkan siswa pada saat memilih jawaban dari pernyataan yang diberikan. Kuesioner favorable atau pernyataan positif memiliki jawaban dengan skor tertinggi yaitu 5 (lima) dengan alternatif jawaban sangat setuju, sedangkan alternatif jawaban yang paling rendah yaitu sangat tidak setuju dengan skor 1 (satu). Kuesioner unfavorable atau pernyataan negatif memiliki jawaban dengan skor tertinggi yaitu 5 (lima) dengan alternatif jawaban sangat tidak setuju, sedangkan alternatif jawaban paling rendah yaitu sangat setuju dengan skor 1 (satu). Siswa menjawab kuesioner yang memiliki item pernyataan sebanyak 47 dan terdiri pernyataan favorable

dan unfavorable yang mencakup tentang ketiga indikator yang telah disusun. Alternatif jawaban netral dengan skor 3 (tiga) untuk pernyataan


(68)

favorable maupun unfavorable tidak peneliti cantumkan karena menghindari kecenderungan siswa memilih jawaban netral.

3.7 Teknik Pengujian Instrumen 3.7.1 Validitas

Pengujian validitas ini dilakukan untuk mengetahui instrumen yang disusun oleh peneliti sesuai dengan yang ingin diukur oleh peneliti. Validitas atau kesahihan adalah menunjukkan sejauh mana alat ukur mampu mengukur apa yang diukur (Siregar, 2012: 46). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: validitas rupa (face validity),

validitas isi (content validity), dan validitas konstruk (construct validity).

a. Validitas Rupa (Face Validity)

Validitas rupa merupakan validitas yang menunjukkan suatu alat ukur/instrumen penelitian dari segi rupanya nampak mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2012:46). Validitas ini biasanya mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen penelitian.

Validitas rupa diujikan kepada guru kelas 4 dan guru kelas 3. Selain dengan guru validitas rupa juga diujikan kepada 2 dosen ahli. Validitas rupa diujikan untuk menilai pernyataan-pernyataan yang disajikan mudah dipahami siswa atau sulit dipahami serta layak digunakan sebagai alat penelitian atau memerlukan perbaikan lagi.


(69)

b. Validitas Isi (Content Validity)

Validitas isi sangat penting diketahui dalam penelitian, karena isi alat ukur atau instrumen ini yang akan menjadi hasil penelitian. Validitas isi (content validity) merupakan pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui tingkatan seberapa besar item-item instrumen mewakili konsep yang diukur 6 (Jogiyanto, 2008: 56). Validitas isi yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk mengukur kuesioner dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang digunakan sebagai alat penelitian.

Mengukur validitas isi tidak mudah karena perlu dilakukan dengan expert judgement atau dilakukan oleh yang ahli dan mengetahui tentang konsep yang akan diukur. Ahli yang dipilih oleh peneliti untuk mengukur instrumen penelitian ini adalah 2 dosen dan 2 guru (1 guru kelas 3 dan 1 guru kelas 4). Para ahli ini memberikan penilaian dan komentar terhadap instrumen penelitian yang telah disusun oleh peneliti. Pengujian kuesioner dan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk menentukan instrumen penelitian sudah layak digunakan atau tidak layak digunakan, sehingga peneliti dapat melakukan perbaikan sebelum instrumen digunakan sebagai alat uji penelitian.

c. Validitas Konstruk (Construct Validity)

Validitas Konstruk (Construct Validity) merupakan penilaian pada alat ukur yang dipakai mengandung suatu definisi operasional dari suatu konsep teoritis (Margono, 2003:187).


(70)

Pengujian validitas konstruk dapat dilakukan dengan uji empiris. Uji empiris langsung dilaksanakan kepada siswa dengan pembagian kuesioner sikap kedisiplinan.

Peneliti melakukan uji empiris kepada siswa kelas IV di SD Negeri Nanggulan. Jumlah responden uji empiris di SD Negeri Nanggulan berjumlah 31 siswa. Jumlah tersebut memenuhi kriteria minimal untuk uji empiris yaitu paling sedikit 30 responden. Teknik penghitungan yang dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik korelasi product-moment Pearson. Korelasi ini digunakan untuk menganalisis korelasi dua variabel (X=variabel bebas, Y=variabel terikat) (Mundir, 2013:114). Rumus korelasi product-moment tersebut yaitu:

2 2 2

2

)

( X n Y Y

X n Y X XY n rxy           

Gambar 3.2 Rumus Product Moment

Keterangan:

rxy= koefisien validitas X= skor butir soal Y = skor total

n= jumlah responden

Data yang diperoleh dari uji empiris tersebut lalu diolah untuk mengetahui pernyataan yang valid dan tidak valid. Penghitungan yang dilakukan peneliti adalah menggunakan progam SPSS 16.1. Output hasil uji empiris yang dihitung


(1)

LAMPIRAN 14

Surat Ijin


(2)

205

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

LAMPIRAN 15

Surat Keterangan

Telah

Melaksanakan

Penelitian


(4)

207

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

LAMPIRAN 16


(6)

209

Daftar Riwayat Hidup

Brigita Yosi Pratiwi adalah anak pertama dari pasangan Yohanes Suprapto dan Veronika Siska. Lahir di Kulon Progo, 23 Juli 1994. Pendidikan awal di TK Tanjung Dlingseng selesai pada tahun 2000. Kemudian melanjutkan ke SDK Indra Siswa Bondowoso, tamat pada tahun 2006. Tahun 2006-2009 melanjutkan sekolah ke SMPK Indra Prastha Bondowoso. Tahun 2009-2012 melanjutkan ke SMAK Mater Dei Probolinggo. Tahun 2012 penulis melanjutkan studi ke Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Selama menempuh pendidikan penulis telah banyak mengikuti kegiatan diantaranya, paduan suara di SD. Pada saat SMP penulis aktif di kegiatan OSIS. Saat SMA penulis mengikuti kegiatan paduan suara. Pada saat perguruan tinggi penulis mengikuti kegiatan kampus yaitu HMPS (Himpunan Mahasiswa Progam Studi) pada masa jabatan 2012-2013, EMC (English Mass Comunity) pada tahun 2012.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

Peningkatan hasil belajar PKn melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe card sort di kelas III MI Al – Furqon Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

1 3 108

Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok

0 6 189

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IVA SD Negeri 1 Metro Barat menggunakan media audio visual tahun pelajaran 2012/2013.

0 5 42

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok tekanan kelas VIII semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 12

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok tekanan kelas VIII semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 29

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok tekanan kelas VIII semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 1 21

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok tekanan kelas VIII semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 48