Makna perayaan ekaristi bagi anggota misdinar di Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta. - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAKNA PERAYAAN EKARISTI BAGI ANGGOTA MISDINAR
DI PAROKI SANTO ANTONIUS PADUA KOTABARU YOGYAKARTA
SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh :
Veronika Sigalingging
NIM: 141124004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI

MAKNAPERAYAANEKARISTIBAGIANGGOTA
MISDINAR DI PAROKI SANTO ANTONllJS PADUA KOTABARU
YOGYAKARTA

Oleh:

~: p
FX.

~YiPaD

Tanggal17Desember2018

SFK, M. Pd

11


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI

MAKNA PERAYAAN EKARISTI BAGI ANGGOTA
MISDINAR DI PAROKI SANTO ANTONIUS PADUA KOTABARU
YOGYAKARTA
Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Veronika Sigalingging
NIM:: 141124004

Telah dipertaliankan di depan Eanitia Penguji
Pad tanggal7 Jan~

2019

dan dinyatakan. memenuhi syarat


SUSUNAN PANITIA PENGUn

~

Nama
Ketua

: Dr. B. Agus. Rukiyanto, 8J.

Sekretaris

: Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd.

Anggota

: 1. FX. Dapiyanta SFK, M. Pd
2. P. Banyu Dewa HS. S.Ag. M.Si.. ,
3. M. Ariya S'e~

S.Pd. Mag. Theo


11l

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Skripsi ini kupersembahkan kepada
“Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbingku, serta kepada
Bunda maria yang mulia yang menghantarkan doa-doaku kepada Bapa”
“Anggota Misdinar Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta”
“Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma yang
telah mendidik dan memberikan pengalaman terindah didalam hidupku”
Kedua Orang tuaku
“Abner Sigalingging dan Ibu Theresia Sinaga”
Kakak dan adikku
“Saut, Lusiana, Yohannes, Gunawan, Alfonsius”


iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah
teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu,
dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu”
(1 Timotius 4:12)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.


Yogyakarta, 7 Januari 2019

vero~ng

VI

~1 MmA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBARPERNYATAANPERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama

:Veronika Sigalingging

NIM


: 141124004
Derni

pengembangan

ilmu pengetahuan

saya memberikan

kepada

perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
MAKNA PERAYAAN EKARISTI BAGI ANGGOTA MISDINAR PAROKI
SANTO ANTONIUS PADUA KOTABARU YOGYAKARTA.

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada)Dengan demikian saya memberikan
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dan membentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan,
mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet dan media

lain untuk kepentingan akadernis tanpa perIu merninta ijin dari saya maupun
memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 7 Januari 2019

nak ~Y
Veronika Sigalingging

VII

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Skripsi ini berjudul MAKNA PERAYAAN EKARISTI BAGI
ANGGOTA MISDINAR DI PAROKI SANTO ANTONIUS PADUA
KOTABARU, YOGYAKARTA. Judul ini dipilih berdasarkan keingintahuan
penulis sejauh mana para misdinar yang aktif sebagai pelayan altar memaknai

perayaan Ekaristi.
Sakramen Ekaristi adalah sakramen utama, dikatakan utama karena
Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani. Dalam perayaan
Ekaristi diungkapkan iman seluruh Gereja akan penyelamatan Allah yang terjadi
dalam Kristus. Dalam Ekaristi umat bersatu sebagai Gereja yang nyata. Melalui
Ekaristi orang yang mengimani Kristus semakin penuh bersatu dengan tubuh dan
darah Kristus sebagai sumber keselamatan dan puncak seluruh hidup Kristiani.
Fokus penelitian adalah Makna Ekaristi yang secara primer meliputi pengalaman
keterlibatan remaja menjadi misdinar dalam perayaan Ekaristi. Misdinar dapat
memaknai perayaan Ekaristi untuk memperkuat iman remaja dalam setiap
keterlibatan. Sedangkan secara sekunder, meliputi sikap yang tercermin dalam
perbuatan hidup sehari-hari baik dilingkungan Gereja dan masyarakat.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomologis. Peneliti
memilih informan menurut kriteria tertentu yang telah diterapkan yaitu informan
yang benar-benar aktif dalam setiap setiap tugas atau pertemuan misdinar dan
sudah memiliki banyak pengalaman, informan yang dipilih pun bersedia untuk
terlibat dalam penelitian ini. Penulis menggunakan metode Triangulasi sumber
data, untuk mencapai validitas data penulis memeriksa kembali informasi dari
responden dengan mewawancara orang tua dan pendamping. Informasi-informasi
tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif dengan cara reduksi data, penyajian

data, verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman misdinar mengenai arti
perayaan Ekaristi sebatas hafalan yakni sebagai kesempatan untuk berdoa dan
bersyukur sedangkan makna Ekaristi bagi misdinar mendapat pelajaran baru
mengenai Injil melalui homili dan tempat untuk berdoa meminta berkat Tuhan
atas kehidupan sehari-hari. Dalam hidup sehari-hari anggota misdinar juga sering
mengalami kesulitan, mereka belum melibatkan Ekaristi sebagai sumber dan
puncak hidup, yang mereka lakukan selalu berdoa dan intropeksi diri. Sebagai
misdinar bertanggung jawab dalam menjalankan tugas yang sudah dibagi dan
berlatih terus untuk mempersiapkan tugas yang akan datang sehingga pada saat
perayaan Ekaristi dapat berjalan dengan lancar.
Merespon permasalahan tersebut maka penulis mendesain program
pendampingan rekoleksi untuk komunitas Misdinar Paroki Kotabaru sebagai
upaya untuk membantu misdinar memahami Ekaristi dan memaknainya dalam
hidup sehari-hari mereka. Melalui rekoleksi tersebut, penulis akan mengajak
Misdinar untuk melihat dan menjadikan Ekaristi sebagai sumber dan puncak iman
kristiani yang mereka hayati.
viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


ABSTRACT
The title of this study is THE MEANING OF EKARISTIES FOR
ACOLYTES IN THE SANTO ANTONIUS PADUA KOTA BARU PARISH,
YOGYAKARTA. This title was chosen based on the writer's curiosity to the extent
to which the acolytes who were active as altar servants interpreted the celebration
of the Eucharist.
The Sacrament of the Eucharist is the main sacrament,it said to be
primary because the Eucharist is the source and culmination of the entire
Christians life. In the celebration of the Eucharist the faith of the whole Church is
revealed in the salvation of God that occurs in Christ In the Eucharist the people
unite as the real Church. Through the Eucharist the person who believes in Christ
is more fully united with the body and blood of Christ as the source of salvation
and the peak of the whole Christian life. The focus of the research is the
Eucharistic Meaning which primarily includes experiences of adolescent
involvement into acolyte in the celebration of the Eucharist. Acolytes can interpret
the celebration of the Eucharist to strengthen the faith of adolescents in every
engagement. While secondary, includes attitudes that are reflected in the actions
of daily living both within the Church and society.
The method used in this research is phenomenological qualitative.
Researcher chooses informants according to certain criteria that have been
applied, namely informants who are truly active in each task or meeting, and
have had a lot of experience, the selected informants are also willing to be
involved in this research. The author uses the triangulation method of data
sources, to achieve the validity of the data the author re-checks information from
respondents by interviewing parents and companions. The information is then
analyzed qualitatively by means of data reduction, data presentation, verification.
The results of the research show that the understanding of meaning of the
celebration of the Eucharist is limited to memorization, namely as an opportunity
to pray and be grateful while the Eucharistic meanings for acolytes receive new
lessons about the gospel through homilies and places to pray for God's blessings
on daily life. In the daily life of the acolyte members, they often experience
difficulties, they have not involved the Eucharist as the source and peak of life,
which they do always pray and self-reflections. As an acolyte, it is responsible for
carrying out the tasks that have been shared and continues to practice preparing
for the upcoming task so that when the Eucharistic celebration can run smoothly.
Responding to these problems, researcher designed a recollection
assistance program for the Acolytes in Kotabaru Parish community as an effort to
help the acolyte understand the Eucharist and interpret it in their daily lives.
Through the recollection, the author will invite Misdinar to see and make the
Eucharist the source and culmination of the Christian faith they live in.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena kasih karunia dan
bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul
MAKNA EKARISTI BAGI ANGGOTA MISDINAR DI PAROKI SANTO
ANTONIUS PADUA KOTABARU YOGYAKARTA ini terselesikan dengan
baik.
Skripsi ini ditulis dengan maksud memberikan sumbayangn pemikiran
mengenai makna Ekaristi bagi anggota misdinar di paroki Santo Antonius Padua
Kotabaru Yogyakarta. Selain itu skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
pendidikan, Universitas Santa Dharma Yogyakarta.
Tersusunnya Skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. B. Agus. Rukiyanto, SJ selaku Kaprodi Pendikkat Universitas Sanata
Dharma, yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada penulis
selama menjalankan proses perkuliahan di kampus.
2. F.X. Dapiyanta SFK, M. Pd selaku dosen pembimbing akademik dan dosen
penguji I bersedia meluangkan waktu dan penuh kesabaran, ketulusan dan
kesetiaan mendampingi dan membimbing penulis hingga akhir penulisan
skripsi.
3. P. Banyu Dewa HS. M.Si selaku dosen II yang telah meluangkan waktu dalam
mendampingi penulis pada saat ujian berlangsung

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. M. Ariya Seta, S,Pd., Mag.Theol. selaku dosen III yang telah meluangkan
waktu dalam mendampingi penulis pada saat ujian berlangsung
5. Segenap Dosen prodi Pendikkat, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis
selama proses belajar hingga selesainya skripsi ini.
6. Segenap Staf Sekretariat, Perpustakan Prodi Pendikkat, Perpustakan Kolsani,
dan segenap karyawan bagian lain yang telah memberi dukungan kepada
penulis dalam penulisan skripsi.
7. Romo Macarius Maharsono Proboho Sj, Gereja Santo Antonius Padua
Kotabaru Yogyakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk
menjalankan penelitian di Paroki.
8. Para Orang tua anggota Misdinar yang telah meluangkan waktu untuk dapat
diwawancara dan membantu penulis dalam menjalankan penelitian di Paroki.
9.

Anggota Misdinar Paroki Santo Antonius Padua Kota Baru, Yogyakarta yang
telah meluangkan waktu memberikan jawaban dalam penelitian wawancara.

10. Bapak Abner Sigalingging dan Ibu Theresia Rosula Sinaga, selaku orang tua
penulis yang selalu setia mendampingi, memberi kasih sayang dan mendukung
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar.
11. Kakak saya Saut Nauli Margaretha Sigalingging, Lusi ana Sigalingging,
Yohanes Ferdinan Sigalingging, Mendrat Gunawan Sigalingging, Alfonsius
Rivaldi

Sigalingging, yang mendukung dan menyemangati penulis

menyelesaikan skripsi.

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12. Induk sornang selama di Yogyakarta(+) Bapak Modestus Adi Sulistyana dan
Ibu Anastasia Endang Murtiasih, Bude Ning, mba Vitalista Epivani Tyas
Murwaningsih, Mikael Aditya. Yang selalu mendukung dan mernbantu penulis
menyelesaikan skripsi.
13. Sahabat-sahabat saya, Elisabeth Dhian Novitasari, Retno Wulandari, Mega
Hylda Carolina Simanungkalit, Maria Fransiska Burek Sari, Guslita Seventina,
GusH Laurensius, Fuad Insani Anif, Santy Utami, Maria Merianti Malau,
yang selalu mendukung dan membantu penulis menyelesaikan skripsi.
14. Teman-ternan Pendikkat angkatan 2014 yang selalu memberi dukungan dan
semangat dalam menyelesaikan skripsi.
15. Tomio: tempat part time yang selalu rnendukung dan membantu penulis
rnenyelesaikan skripsi.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan, dukungan, doa, perhatian dan keIjasama sehingga skripsi ini dapat
selesai dengan baik.
Penulis juga menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
dalarn menyusun skripsi. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan skripsi akan penulis terima dengan senang hati.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua
pembaca.
Yogyakarta,7 Januari 2019

.
xu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………...
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………….
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………..
HALAMAN MOTTO……………………………………………………...
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………...
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI
ABSTRAK…………………………………………………………………
ABSTRACT…………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………….
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………...
B. Identifikasi Masalah.........................................................................

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xiii
Xv
1
1
7

C. Pembatasan Masalah……………………………………………….

7

D. Rumusan Masalah………………………………………………….

7

E. Tujuan Penulisan…………………………………………………...

8

F. Manfaat Penulisan………………………………………………….

8

G. Sistematika Penulisan……………………………………………...

9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA………………………………………………

11

A. Perayaan Sakramen Ekaristi……………………………………….

11

1. Sakramen ……………………………………………………...

11

2. Gereja Sebagai Sakramen………………………………………

13

3. Tujuh Sakramen Dalam Gereja………………………………...

15

4. Sakramen Ekaristi……………………………………………..

17

5. Menghayati Sakramen Ekaristi………………………………...

20

6. Liturgi Sakramen Ekaristi……………………………………...

22

7. Struktur Perayaan Ekaristi……………………………………..

22

B. Perkembangan Iman dan Moral Anak Usia Misdinar ……………..

25

1. Kepercayaan Mitis-Harfiah……………………………………

25

2. Kepercayaan Sintetis-Konvensional…………………………...

26

3. Kepercayaan Individuatif-Reflektif ……………………………

27

C. Misdinar…………………………………………………….......

xiii

28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Sejarah Misdinar……………………………………………….

29

2. Bentuk-Bentuk Kegiatan Misdinar……………………………..

30

a. Tugas Dalam Perayaan Ekaristi…………………………….

30

b. Latihan Misdinar…………………………………………...

31

c. Pertemuan Rutin……………………………………………

31

3. Spiritualitas Misdinar…………………………………………..

32

a. Melayani Dengan Penuh Cinta………………………………

32

b. Melayani Tanpa Pamrih……………………………………..

32

c. Mewaspadai Virus Misdinar………………………………..

33

D. Makna Perayaan Ekaristi Bagi Misdinar……………………………

35

E. Penelitian Yang Relevan……………………………………………

43

F. Fokus Penelitian……………………………………………………

43

BAB III. PENELITIAN METODOLOGI………………………………..

45

A. Jenis Penelitian……………………………………………………..

45

B. Desain Penelitian …………………………………………………..

46

C. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………..

46

D. Responden Penelitian……………………………………………..

46

E. Pertanyaan Penelitian………………………………………………

47

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data…………………………

48

1. Teknik Pengumpulan Data…………………………………….

48

2. Instrumen pengumpulan Data …………………………………

48

a. Pedoman Wawancara………………………………………

48

G. Teknik Keabsahan Data……………………………………………

50

H. Teknik Analisis Data……………………………………………….

51

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………….

53

A. Hasil Penelitian ……………………………………………………

53

1. Profil Responden……………………………………………….

53

2. Hasil Wawancara……………………………………………….

55

a. Pemahaman Anggota Misdinar Kotabaru Mengenai Perayaan
Ekaristi……………………………………………………..
b. Makna Perayaan Ekaristi Bagi Anggota Misdinar…………

xiv

56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Pelaksanaan Tugas Sebagai Misdinar………………………

60
67

3. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………..

70

a. Pemahaman Ekaristi Bagi Anggota Misdinar……………..

71

1. Pemahaman Arti Ekaristi Bagi Anggota Misdinar…………

71

2. Makna Perayaan Ekaristi Bagi Anggota Misdinar…………

71

3. Keterlibatan Menjadi Misdinar…………………………….

72

B. Usulan Program……………………………………………………

73

1. Latar Belakang ………………………………………………..

73

2. Tujuan Program ………………………………………………..

75

3. Usulan Kegiatan Program……………………………………..

75

a. Tema Umum ………………………………………………

75

b. Tujuan Rekoleksi …………………………………………..

76

c. Peserta ……………………………………………………..

76

d. Tempat dan Waktu…………………………………………

76

e. Bentuk dan Metode ……………………………………….

76

f. Sarana ….…………………………………………………..

76

g. Materi ……………………………………………………...

76

h. Susunan Acara Rekoleksi…………………………………..

80

C. Refleksi……………………………………………………………

84

D. Keterbatasan Penelitian……………………………………………..

86

E. BAB V PENUTUP …………………………………………………

89

A. Kesimpulan ……………………………………………………...

89

B. Saran …………………………………………………………….

91

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….

92

LAMPIRAN ………………………………………………………………..

93

Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian ………………………

1

Lampiran 2: Surat Bersedia Memberi Hasil Penelitian……………….

2

Lampiran 3: Panduan Wawancara…………………………………….

3

Lampiran 4: Hasil Wawancara ………………………………………

4

Lampiran 5: Presensi Penelitian………………………………………

15

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN
A. SINGKATAN DOKUMEN GEREJA
KHK

: Kitab Hukum Kanonik (Codex luris Canonici)

SC

: Sacrosantum Concilium, Konsili Suci, Konstitusi Dogmatis
Konsili Vatikan II tentang Liturgi kudus, 8 Desember 1965

LG

: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Gereja, 21 November 1964

PO

:Presbyterorum Ordinis, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II
tentang pelayanan dan kehidupan Imam, 7 Desember 1965

RS

: Rademptionis Sacramentum, Konstitusi Dogmatis Konsili
Vatikan II tentang Sakramen penebusan.

B. Singkatan lain
PUMR

: Pedoman Umum Misale Romawi (Institutio Generalis Missalis
Romawi) buku liturgi 14 Juli 1570

TPE

: Tata Perayaan Ekaristi

DSA

: Doa Syukur Agung

KWI

: Konferensi Waligereja Indonesia

St

: Santo

Lih

: Lihat

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan manfaat penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
A. Latar Belakang Masalah
Sejak awal Gereja tekun merenungkan, merefleksikan, dan menggali
kekayaan makna Ekaristi bagi hidup panggilan melayani dan perutusan di dunia
ini. Dalam Perayaan Ekaristi, berlangsunglah perjumpaan antara Allah dan umat
beriman melalui Yesus Kristus dalam ikatan Roh Kudus yang merupakan
penghayatan iman dalam hidup kita (Martasudjita, 2005:9). Perayaan Ekaristi
adalah ungkapan pujian syukur umat atas berkat yang dirasakan di dalam
kehidupan sehari-hari. Ekaristi dipandang juga sebagai sumber dan puncak hidup
Gereja yang membawa perubahan bagi umat dan mengingat karya penyelamatan
Allah. Umat bersama-sama mengenang peristiwa penebusan-Nya dan bersatu
dalam tubuh Kristus. Dengan dipersatukannya kita dengan Kristus, kita akan
mengambil bagian dalam kehidupan-Nya dan makna Sakramen Ekaristi akan
diubah menjadi serupa dengan Dia. Kesatuan sebagai Gereja merupakan
kebersamaan yang melibatkan lebih dari satu orang. Saat Perayaan Ekaristi,
Kristus hadir dan merayakan bersama seluruh umat di dalamnya sehingga menjadi
satu persatuan di dalam iman kita.
Ekaristi merupakan salah satu sakramen Gereja. Seluruh sakramen Gereja
berpusat pada sakramen Ekaristi. Ekaristi sebagai pelaksanaan diri Gereja di
bidang perayaan Ekaristi. Sebagai sakramen yang merupakan tanda dan sarana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

persatuan dengan Allah dan dengan sesama manusia. Ekaristi adalah Gereja dalam
bentuk Sakramen yang merupakan perayaan umat di mana menandakan kehadiran
dalam umat yang sungguh-sungguh dihayati dalam iman. Di dalam Sakramen
Ekaristi, Gereja merayakan dan mengenangkan misteri sengsara, wafat dan
kebangkitan Yesus Kristus, dalam penyelamatan umat manusia. Gereja
mengajarkan kepada kita bagaimana memaknai perjamuan Ekaristi setiap kali kita
merayakannya. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Yesus bersama dengan
para murid sebelum ia memasuki misteri sengsara dan wafatnya. Inilah yang terus
dirayakan Gereja sampai saat ini. Ekaristi dikatakan sebagai sumber dan puncak
hidup umat beriman. Dalam sakramen Tuhan hadir dan berkarya secara nyata,
maka dikatakan Ekaristi sebagai puncak misteri keselamatan (Hadisumarta,
2003:2).
Di dalam (KHK) § 1247 dinyatakan bahwa pada hari minggu dan pada
hari pesta wajib lain, umat beriman berkewajiban untuk ambil bagian dalam
Ekaristi; selain itu, hendaknya mereka tidak melakukan pekerjaan dan urusanurusan yang merintangi ibadat yang harus dipersembahkan kepada Allah atau
merintangi kegembiraan khusus hari Tuhan atau istirahat yang dibutuhkan bagi
jiwa dan raga.
Tata cara Perayaan Ekaristi memiliki 4 bagian yaitu Ritus pembuka,
Liturgi Sabda, Liturgi Ekaristi dan Ritus penutup. Empat bagian tata cara
perayaan Ekaristi ada yang perlu kita pahami. Ekaristi dibuka dengan sebuah ritus
pembuka, yang bertujuan mempersatukan kita (umat) dan mempersiapkan umat
agar menyadari kehadiran Allah, agar dapat mendengarkan sabda Allah dengan
pantas dan bergairah dan dapat merayakan Ekaristi dengan pantas. Liturgi Sabda
dan Liturgi Ekaristi merupakan dua bagian pokok dalam perayaan Ekaristi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

(PUMR 28), keduanya berhubungan erat. Dalam Liturgi Sabda, dipaparkan karya
keselamatan Allah yang disyukuri dalam Liturgi Ekaristi. Perutusan merupakan
konsekuwensi dari seluruh perayaan. Setelah mendengarkan firman Tuhan, kita
dipanggil untuk mewartakan melalui hidup sehari-hari.
Dalam Perayaan Ekaristi diperlukan pelayan tertahbis dan umat. Di antara
umat beriman dipilih para petugas perayaan Ekaristi yang ambil bagian antara lain
lektor, misdinar, prodiakon, koor, petugas musik, serta keterlibatan umat. Umat
yang hadir dalam Perayaan Ekaristi perlu secara sadar dan aktif. Sadar berarti tahu
apa yang diperbuat sedangkan aktif berarti terlibat yang sepenuhnya dan
seutuhnya. Sadar dan aktif itu mencakup pemahaman akan seluruh misteri yang
dirayakan dan sekaligus keterlibatan yang penuh, utuh, dan aktif sejak persiapan,
pelaksanaan, hingga sesudah perayaan, yakni dengan ikut memaknai Perayaan
Ekaristi. Partisipasi aktif dari umat dalam Perayaan Ekaristi sulit untuk dinilai.
Melalui pengalaman saya sendiri pada saat Perayaan Ekaristi dimulai,
umat yang ada di sekitar saya pada saat menyahut, nyanyian bersama dan
jawaban-jawaban doa hanya diam. Umat tersebut sadar tapi tidak terlibat secara
penuh, karena itu berkaitan dengan pribadi masing-masing umat. Mungkin belum
banyak yang terpikir, bahwa ada bentuk partisipasi aktif lain yang tidak kalah
pentingnya: yaitu diam dan hening. Bisa jadi diam dan hening adalah bentuk
partisipasi aktif yang paling sulit dilakukan umat. Kadang lebih mudah bagi umat
untuk bicara dan bergerak daripada diam dan hening. Kapan umat dituntut untuk
berpartisipasi aktif dengan diam dan hening dalam Perayaan Ekaristi?
Sesungguhnya, dalam Perayaan Ekaristi ada banyak waktu di mana umat diminta
untuk diam dan hening Hal keaktifan ini yang harus diketahui untuk semakin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

menemukan makna Ekaristi, terlebih perayaan Ekaristi merupakan suatu yang
sakral dan suci bagi umat Katolik.
Kesan saya pada saat mengikuti Perayaan Ekaristi ada beberapa umat
seharusnya sadar dan aktif dalam berpartisipasi mengikuti tata perayaan Ekaristi
tetapi ada beberapa umat belum terlibat secara penuh pada saat berdiri memilih
duduk. Umat hanya fokus pada diri sendiri tidak pada Perayaan Ekaristi yang
sedang berlangsung. Perayaan Ekaristi tidak hanya terbatas pada ritual kesalehan,
karena akan cenderung mengarah pada sikap kaku, tertutup dan beku, sehingga
Perayaan Ekaristi menjadi kering dan mati. Hal ini bertentangan dengan
kenyataan bahwa Ekaristi merupakan perayaan yang hidup dan ungkapan kasih
yang tergambar nyata dalam pengorbanan diri Yesus. Ekaristi juga menumbuhkan
sikap dalam diri umat sikap saling berbagi satu sama lain. Sebab dalam semangat
saling berbagi umat beriman secara personal maupun melayani Tuhan.
Melalui pengalaman dalam mendampingi Misdinar tahun 2017, anak-anak
yang bergabung menjadi Misdinar memiliki karakter dan kemampuan yang
berbeda-beda, untuk menyatukan itu semua sangat sulit. Ada anak yang mudah
diajak untuk latihan secara serius dan ada yang suka bercanda terus pada saat
latihan. Kesabaran dalam mendampingi anak-anak sangatlah perlu. Pada saat
Misdinar bertugas terjadi kesalahan. Karena anak-anak lebih fokus pada urutan
tugasnya bukan pada tugas. Ini bisa dimaklumi karena masih anak-anak dan
sebagai pendamping tidak harus dimarah tapi lebih ditingkatkan menjadi lebih
baik. Menjadi seorang misdinar sering

terjebak pada Tata Perayaan Ekristi,

sehingga dalam tugas dan pelayanannya menjadi kaku dan kering. Misdinar
menjadi kurang menghayati dalam setiap tugas karena takut salah. Sebagai
pelayan dalam Perayaan Ekaristi, misdinar dapat membantu umat memahami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

esensi dari Perayaan Ekaristi itu sendiri, yaitu berkumpul sebagai komunitas
beriman dan mengenang peristiwa penyelamatan Allah yang terwujud dalam diri
Yesus Kristus.
Misdinar dalam menjalankan perannya perlu memahami dengan baik
mengenai sakramen, memiliki spiritualitas seperti St. Tarsisius yang karena
keberaniannya berkorban membela hosti kudus. Spiritualitas ini menunjukkan
betapa bermaknanya hosti bagi umat Kristiani, dan tata cara Ekaristi. Pemahaman
ini sangat diperlukan karena Perayaan Ekaristi itu sendiri penuh dengan simbol,
ada berbagai warna pakaian, tata gerak, dan berbagai peralatan misa. Spiritualitas
Santo Tarsisius membantu misdinar memahami dalam tugas pelayananya pada
Perayaan Ekaristi. Selain itu anggota misdinar juga harus mampu menjalin kerja
sama atau komunikasi yang baik terhadap romo dan teman satu kelompok.
Terjalinnya hubungan komunikasi yang baik antara teman kelompok sangat
membantu berjalannya tugas sebagai misdinar dengan lancar.
Misdinar sangat diharapkan memahami tugas sebelum Perayaan Ekaristi
dimulai, sehingga mampu mengikuti tugas dengan serius. Dengan adanya tata cara
perayaan Ekaristi dapat membantu Misdinar memahami dan mengetahui apa
misdinar hanya tahu tata cara tapi tidak bisa memaknainya. Terkadang Misdinar
bingung dan lupa dalam tugas yang diemban dan mengakibatkan saling bertanya
dan berbicara. Misdinar lupa bahwa mereka berada di tengah-tengah Panti Imam
dan seluruh mata tertuju dalam setiap gerak yang dilakukan. Misdinar tahu
mengenai sikap-sikap liturgi seperti Berdiri, berlutut, atau duduk, bukan sekedar
hafal melainkan mengerti maknanya sehingga juga melakukan dengan
kesungguhan hati. Hambatan yang dialami oleh misdinar yaitu sikap dan perilaku
pada saat tugas. Seperti mempertahankan keserasian dalam bekerjasama dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

bertugas, berbicara dengan rekan sesama Misdinar pada saat bertugas dalam
Perayaan Ekaristi, pandangan mata liar, keterlambatan dan sebagainya. Hal ini
bisa mengganggu konsentrasi umat yang sedang berlangsung mengikuti Perayaan
Ekaristi. Dengan mengalami berbagai hambatan Misdinar belum bisa dan
memaknai perayaan Ekaristi.
Misdinar bisa mengalami perjumpaan dengan Allah dalam Perayaan
Ekaristi. Namun untuk mengalami hal itu, misdinar mesti tinggal bersama Yesus,
bekerja bersama Yesus, dan bekerja seperti Yesus. Jika ketiga prasyarat tersebut
kita penuhi, niscaya kita akan mengalami perjumpaan dengan Allah (Gabriel
1997:9). Tinggal dan bekerja seperti Yesus dimaksud bahwa sebagai anak
Misdinar yang belum mengetahui banyak mengenai Ekaristi anak-anak diajak
untuk mengikuti Yesus yang tulus dalam melayani orang lain tanpa harus diberi
imbalan. Bekerja bersama Yesus dimaksud bahwa setiap tugas pelayanan yang
kita lakukan selalu menghadirkan Yesus hadir dalam doa untuk melancarkan
segala tugas yang kita lakukan. Bekerja seperti Yesus berarti memiliki semangat
tugas pelayanan sebagai misdinar, segala tantangan Ia hadapi tidak menjadi
halangan untuk melayani sesama. Tidak jarang misdinar sekedar melaksanakan
tugas akibatnya malas dan hanya rutinitas.
Untuk masuk menjadi anggota Misdinar berusia 9-16 tahun, jenjang
pendidikan dari kelas IV SD sampai dengan kelas III SMA. Pada usia tersebut
mereka berada pada tahap remaja, di mana pola pikir anggota misdinar tersebut
masih sangat sederhana dan membutuhkan pendampingan.
Berdasarkan kenyataan, penulis tertarik untuk menulis skripsi yang
berjudul: MAKNA EKARISTI BAGI ANGGOTA MISDINAR DI PAROKI
SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
1. Umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi perlu sadar dan aktif. Sadar
berarti paham apa yang dilakukan sedangkan aktif terlibat sepenuhnya dan
seutuhnya.
2. Partisipasi umat pada saat bernyanyi dan menyahut terlihat diam, umat
tersebut sadar tapi tidak sepenuhnya terlibat.
3. Pada saat bertugas anak-anak lebih fokus pada urutan tugas perayaan
Ekaristi yang akan dilakukan selanjutnya sehingga misdinar tidak
sepenuhnya memaknai perayaan Ekaristi.

C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan keterbatasan penulisan dan sumber pustaka yang ada,
dan judul penelitian, maka pembatasan masalah terfokus pada makna perayaan
Ekaristi bagi anggota misdinar di paroki Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

penulisan

ini,

dirumuskan

beberapa

permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana anggota misdinar menjalankan tugasnya di paroki Santo Antonius
Padua Kotabaru Yogyakarta?
2. Bagaimana anggota misdinar memahami sakramen Ekaristi?
3. Bagaimana anggota Misdinar mamaknai perayaan Ekaristi di paroki Santo
Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

E. Tujuan Penulisan
Skripsi ini ditulis dengan tujuan memberi pemahaman lebih mendalam
terkait makna perayaan Ekaristi bagi anggota misdinar di paroki Santo Antonius
Padua Kotabaru Yogyakarta, dengan demikian tujuan penulisan ini dirumuskan
sebagai berikut:
1. Mengetahui anggota misdinar menjalankan tugasnya di paroki Santo Antonius
Padua Kotabaru Yogyakarta.
2. Mengetahui misdinar memahami sakramen Ekaristi di paroki Santo Antonius
Padua Kotabaru Yogyakarta.
3. Mengetahui anggota Misdinar dalam memaknai perayaan Ekaristi di paroki
Santo Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta.
4. Mengetahui Misdinar menghayati perayaan Ekaristi.

F. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan mampu memberikan manfaat berbagai pihak,
baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini
adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai sakramen Ekaristi bagi misdinar, umat Gereja untuk semakin
memahami dan memaknai perayaan Ekaristi
2. Manfaat Praktis
a.

Bagi Penulis

1) Mengetahui sejauh mana misdinar memahami makna Ekaristi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

2) Membagikan pengetahuan yang didapatkan selama kuliah terkait makna
Ekaristi untuk membuka wawasan misdinar gereja Santo Antonius
Kotabaru.
b. Bagi anggota Misdinar
1) Memberi pemahaman tentang Ekaristi dan makna perayaan Ekaristi.
2) Mengetahui makna Perayaan Ekaristi sebagai pelayan Altar dan Mengetahui
sejarah Misdinar sehingga semakin mampu untuk mengenal.
c. Pastor Paroki
1) Mendorong Mesdinar untuk tetap aktif dalam pelayanan Altar.
2) Membantu Misdinar yang pasif untuk kembali menjadi pelayan altar.
d. Orang tua
Membantu orang tua ikut mengawasi putra-putrinya pada waktu latihan
maupun dalam pergaulan sehari-hari digereja serta ikut memberikan dorongan
padanya.

G. Sistematika Penulisan
BAB I: berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, perumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sitematika penulisan.
BAB II: berisi tentang kajian teori tentang perayaan Ekaristi yang meliputi:
pengertian sakramen, Gereja sebagai sakramen, tujuh sakramen dalam Gereja,
sakramen Ekaristi, menghayati sakramen Ekaristi, liturgi sakramen Ekaristi,
struktur perayaan Ekaristi, perkembangan iman dan moral anak usia misdinar,
pengertian misdinar, sejarah misdinar, bentuk-bentuk kegiatan misdinar, nilainilai yang didapatkan misdinar, makna perayaan Ekaristi, penelitian relevan,
fokus penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

BAB III: menjelaskan metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, desain
penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, pertanyaan
penelitian, pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, pedoman wawancara,
teknik keabsahan data, dan teknik analisis data.
BAB IV: menguraikan tentang hasil penelitian yang terdiri dari uji persyaratan
analisis, deskripsi data hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, refleksi
kateketik, dan keterbatasan penelitian
BAB V: merupakan bagian penutup yang berisikan, kesimpulan dan saran atas
hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dan sekaligus menjawab
permasalahan dari judul yang telah dipilih oleh penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Di dalam kajian pustaka ini penulis akan membahas tentang perayaan Ekaristi
dan makna perayaan Ekaristi bagi Misdinar. Pada pembahasan ini akan dibahas lebih
mendalam tentang perayaan Ekaristi mengenai Gereja sebagai sakramen, tujuh
sakramen dalam Gereja, sakramen Ekaristi, menghayati sakramen mahakudus, liturgi
sakramen Ekaristi, struktur perayaan Ekaristi. Pembahasan tentang Misdinar
mengenai perkembangan iman dan moral anak usia Misdinar, Misdinar, sejarah
Misdinar, bentuk kegiatan Misdinar, spiritualitas Misdinar, makna Ekaristi bagi
Misdinar.
A. Perayaan Sakramen Ekaristi
1. Sakramen
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI, 1996:400) mendefinisikan pengertian
sakramen sebagai berikut: “sakramen sebagai konkret duniawi yang menandai,
menampakkan dan melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah atau dengan
lebih tepat Allah yang menyelamatkan”. Sakramen itu sungguh-sungguh nyata yang
datang dari Allah sendiri yang mampu menyelamatkan umat-Nya. Keselamatan yang
datang melalui sakramen-sakramen bisa dirasakan dengan penghayatan dalam hidup
sehari-hari.
Menurut KHK § 840 “sakramen merupakan tanda dan sarana yang
mengungkapkan dan menguatkan iman”. Sakramen yang telah kita terima bukan
sekedar tanda, tetapi tanda yang menyangkut hubungan kita dengan Allah sebagai
tanda yang mendatangkan rahmat. Menerima suatu sakramen juga diartikan sebagai
sarana untuk menyelamatkan kita melalui rahmat yang diterima.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Di dalam SC 59 menyatakan pengertian sakramen sebagai berikut: “Sakramen
dimaksud sebagai tanda untuk mendidik”. Sakramen memberi tanda dengan
memperoleh rahmat secara nyata. Melalui rahmat Allah secara nyata, membuahkan
hasil nyata, yaitu untuk menyembah Allah secara benar, dan mengamalkan cinta
kasih, menjadi salah satu tanda mendidik iman. Maka dari itu umat kristiani dapat
memahami arti lambang-lambang Sakramen, yang kita terima untuk memupuk hidup
iman kristiani.
KGK 1118 menyatakan bahwa “Sakramen merupakan kekuatan-kekuatan
yang datang dari Tubuh Kristus yang tetap hidup dan menghidupkan”. Kekuatankekuatan yang kita terima melalui sakramen, memberikan kehidupan baru melalui
rahmat Allah. Rahmat yang kita rasakan yakni persaudaraan, kasih sesama yang
saling menghidupkan suatu kesatuan didalam diri Allah. Bagi umat yang
menerimanya dengan sikap batin yang terbuka akan menghasilkan buah yang baik.
Kata sakramen dalam bahasa Indonesia berasal dari kata Latin, “Sacramentum
berakar pada kata sacr, sacer yang berarti: kudus, suci, lingkungan orang kudus atau
bidang yang suci. Bahasa latin sacrare berarti menyucikan, menguduskan”. Kata
sacramentum

menunjuk

tindakan

penyucian

ataupun

menguduskan.

Kata

sacramentum menunjuk “sumpah” prajurit yang digunakan untuk menyatakan
kesediaan diri seseorang untuk mengabdikan diri atau menguduskan diri bagi dewata
dan Negara. Kata sacramentum menunjuk pada uang jaminan atau denda yang ditaruh
dalam suatu kuil dewa oleh orang-orang atau pihak-pihak yang berperkara dalam
pengadilan. Pihak yang menang berhak mendapat kembali uangnya sedangkan yang
kalah merelakan uang jaminan menjadi milik dewa atau Negara. Sacramentum sendiri
dipakai untuk menerjemahkan mysterion dalam Kitab Suci. Dalam Perjanjian Lama
mysterion menggambarkan Allah sendiri yang mewahyukan diri baik dalam sejarah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

masa kini maupun masa yang akan datang (eskatologis). Atau rencana penyelamatNya dalam sejarah manusia. Perjanjian Baru memahami mysterion sebagai rencana
keselamatan Allah yang terlaksana dalam Yesus Kristus (Martasudjita 2003:61).
Berdasarkan pengertiaan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sakramen
adalah sebuah peristiwa konkret duniawi yang menandai, menampakkan dan
melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah atau dengan lebih tepat Allah
yang menyelamatkan. Sakramen itu sungguh-sungguh nyata yang datang dari Allah
sendiri yang mampu menyelamatkan umat-Nya. Keselamatan yang datang melalui
sakramen-sakramen bisa kita rasakan dengan penghayatan dalam hidup sehari-hari.
Sakramen yang telah kita terima bukan sekedar tanda tetapi tanda yang menyangkut
hubungan langsung dengan Allah sebagai tanda yang mendatangkan rahmat. Melalui
rahmat Allah secara nyata, membuahkan hasil nyata untuk menyembah Allah secara
benar dan mengamalkan cinta kasih, menjadi salah satu tanda kekuatan-kekuatan
yang kita terima melalui sakramen. Rahmat yang kita rasakan yakni persaudaraan,
kasih sesama yang saling menghidupkan suatu kesatuan di dalam diri Allah. Bagi
umat yang menerimanya dengan sikap batin yang terbuka akan menghasilkan buah
yang baik.

2.

Gereja sebagai Sakramen
Menurut Martasudjita (2003: 102-103) menyatakan bahwa Gereja sebagai

Sakramen keselamatan Allah sungguh-sungguh suatu ajaran yang harus kita syukuri.
Dengan sebutan sebagai sakramen, Gereja bukan lagi institusi penyelamatan itu
sendiri yakni seolah-olah Gereja sendiri adalah lembaga penyelamatan Allah.
“Keyakinan mengenai Gereja sebagai institusi penyelamatan Allah telah menjadi
kepercayaan Gereja selama berabad-abad. Gereja konsili Vatikan II adalah Gereja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

yang mestinya mengakui dengan rendah hati bahwa yang terpenting dan yang
menjadi penyelamat adalah Yesus Kristus dan bukan diri sendiri”. Gereja hanyalah
sakramen keselamatan Allah dan bukan lembaga keselamatan itu sendiri. Kerajaan
Allah dan karya keselamatan Allah jauh lebih luas daripada Gereja. Gereja hanya
menampakkan saja yakni menandakan dan menghadirkan keselamatan itu bagi dunia.
Menurut Kasper dalam Martasudjita (2003: 104-105) menafsirkan mengenai
sakramen Gereja dalam dokumen Vatikan II, yang terbagi menjadi 4 poin. Pertama,
peristilaan Gereja sebagai sakramen keselamatan harus dimengerti dalam keseluruhan
eklesiologi Vatikan II. Istilah tersebut bukan satu-satunya yang dikatakan Vatikan II
mengenai Gereja. Ada banyak sebutan lain: “umat Allah, kandang, tanaman dan
ladang Allah, bangunan Allah, keluarga Allah, mempelai Kristus, dan tubuh Kristus”.
Adanya banyak sebutan untuk Gereja ini menunjuk pemahaman Konsili bahwa
Gereja pertama-tama merupakan misteri. Istilah Gereja sebagai sakramen tidak tepat.
Kedua, pemahaman Gereja sebagai sakramen Keselamatan perlu diletakan dalam
Kristologis yang jelas, menunjuk bahwa “Gereja itu bagaikan sakramen dalam
Kristus”. Artinya Kristus, yang ditinggikan, mampu menarik para murid untuk
mengikutinya. Ia mengutus Roh-Nya yang menghidupkan ke dalam hati para muridNya, dan melalui Roh itu Ia menjadikan Tubuh-Nya, yakni Gereja, sakramen
keselamatan

bagi

semua

orang.

Dengan

demikian,

ciri

Kristologis

dari

sakramentalitas Gereja harus betul-betul sadar. Ketiga, istilah Gereja sebagai
sakramen keselamatan. Gereja berada dalam tanda keselamatan yang sudah tampak
dan sekaligus belum juga dipenuhi. Gereja ini merupakan benih awal mula Kerajaan
Kristus di dunia. “Sementara itu, Gereja lambat-laut berkembang, mendambakan
kerajaan yang sempurna, dan dengan sekuat tenaga berharap dan menginginkan agar
kelak dipersatukan dalam kemuliaan”. Dengan demikian ciri eskatologis juga menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

sifat dari sakramentalitas Gereja. Keempat, pernyataan Vatikan II mengenai Gereja
sebagai sakramen sebenarnya di satu pihak menunjuk bahwa sebutan sakramen
“menunjuk pada realitas Gereja yang kompleks yang membuat kesatuan tegangan
antara kelihatan dan tidak kelihatan yang manusiawi dan Ilahi dan yang untuk misteri
itu orang hanya bisa memahami dalam iman”. Gereja disebut sakramen, itu berarti
bahwa apa yang tampak dalam Gereja menjadi simbol real, yakni tanda yang efektif
dan menghadirkan keselamatan Allah yang terlaksana di dalam Kristus bagi dunia.
Menurut Madya Utomo (2017:3-4) karya keselamatan Allah itu dinyatakan
dalam Yesus Kristus, maka Yesus Kristus dapat disebut sebagai sakramen pokok.
Sebagai sakramen keselamatan Bapa, Kristus dapat disebut sebagai “simbol
representatif karya keselamatan Allah”. Representatif yaitu simbol yang menunjuk
dan menghadirkan realitas melalui tanda dan simbol. Seluruh hidup Yesus
menampilkan karya keselamatan Allah. Maka Ia menjadi sakramen Allah, tanda dari
keselamatan yang ditawarkan Allah kepada manusia. Kehadiran Kristus di dunia
menghadirkan karya keselamatan Allah diteruskan oleh Gereja. Dengan hidup dan
karya-Nya, Gereja menghadirkan karya Kristus sendiri di dunia ini melalui sakramen
Kristus yang menjadi tanda dan sarana yang menghasilkan keselamatan Allah.

3.

Tujuh Sakramen dalam Gereja
Gereja sebagai sakramen terwujud dalam tujuh sakramen Gereja. yaitu

Sakramen Baptis, Sakramen Ekaristi, Sakramen Krisma, Sakramen Tobat, Sakramen
Perkawinan, Sakramen Tahbisan, Sakramen pengurapan orang sakit.
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI, 1996:420) mendefinisikan pengertian
Sakramen Baptis sebagai berikut:
Sakramen Baptis merupakan langkah pertama kearah kesatuan hidup dan mati
Kristus yang sudah terbebas dari dosa asal dan dilahirkan kembali menjadi
putra Allah dalam kehidupan yang baru dan menandakan sudah sah menjadi
anggota Gereja. Dengan menerima sakramen baptis kesatuan kita dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Yesus dan Menjadi anggota Gereja, berarti menjadi pengikut Kristus dan
mampu terlibat dalam pelayanan Gereja.
Menurut Martasudjita (2003:266) “sakramen Ekaristi merupakan sakramen
utama, dikatakan utama karena Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup
Kristiani”. Seluruh misteri kehidupan bersama dengan Allah dan manusia yang
mengalami kepenuhannya dengan Kristus. Secara lebih mendalam sakramen Ekaristi
akan dibahas pada no 4.
Martasudjita (2003:245) menjelaskan bahwa sakramen krisma adalah
“penerimaan karunia Roh Kudus dengan pengurapan minyak. Maka itu berarti bahwa
umat yang beroleh bagian atau ambil bagian dalam pengurapan roh Allah pada diri
Kristus”. Pengurapan Roh Kudus atas diri orang-orang Kristiani lebih merupakan
suatu gambaran bahwa Roh Kudus ini benar-benar berkarya dalam diri mereka,
sebagaimana Kristus terurapi. Penguatan dihubungkan dengan karunia Roh Kudus
yang memberi kekuatan untuk bertumbuh sebagai orang Kristiani dan memampukan
orang beriman ikut ambil bagian dalam tugas pelayanan Gereja.
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI 1996:430) mendefinisikan pengertian
sakramen tobat sebagai berikut:
Sakramen Tobat adalah mengakui segala dosa melalui sakramen tobat, tidak
hanya dosanya diampuni, tetapi Ia dapat lagi mengambil bagian secara penuh
dalam kehidupan Gereja. Di mana kita memperoleh belas kasihan Allah
berupa pengampunan atas dosa yang diakui dan disesali. Tetapi bisa terjadi
kejahatan yang besar terkena hukuman Gereja yaitu ekskomunikasi.orang
tersebut tetap menjadi anggota Gereja namun dilarang mengambil bagian
dalam perayaan Ekaristi dan tugas gereja lainya.
Martasudjita (2013: 370) menjelaskan bahwa “Sakramen tahbisan sering juga
disebut sakramen Imamat. Dengan istilah Imamat diungkapkan terutama aspek tugastugas menguduskan seperti pelayanan Ekaristi, pemberian absolusi sakramen tobat,
dan sebagainya, meskipun tentu saja, tugas Imamat meliputi bidang pengembalaan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

pelayanan, dan pengudusan”. Sedangkan tahbisan lebih menekankan aspek peristiwa
penuh rahmat yang mengubah dan menguduskan seseorang menjadi pemimpin gereja.
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI 1996:435-436) mendefinisikan
pengertian Sakramen Perkawinan sebagai berikut: “sakramen perkawinan pada
dasarnya juga menyangkut keanggotaan Gereja dalam arti Sakramen perkawinan
adalah syarat dapat mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi”.
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI, 1996: 414) menyatakan bahwa
“sakramen Pengurapan orang sakit adalah orang yang menerima sakramen
perminyakan dan doa khusus ketika orang sungguh-sungguh menghadapi musuh yang
terakhir ialah “maut”. Melalui perminyakan suci dan doa para imam dan seluruh
Gereja menyerahkan orang yang sakit kepada Tuhan. Untuk itu ia perlu dikuatkan
secara khusus, dengan mengoleskan minyak suci dan doa. Sakramen ini
mengharapkan penyembuhan ataupun kekuatan untuk menghadapi maut.

4. Sakramen Ekaristi
Menurut Konferensi Waligereja Indonesia (KWI 1996:401-403) Sakramen
Ekaristi adalah “sakramen utama”. Ini sesuai dengan ajaran Konsili Vatikan II, yang
menyebut Ekaristi sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani.
Konsili Vatikan kedua memakai istilah Yunani kuno untuk Ekaristi, yakni
synaxiz. Kata yunani itu berarati “kumpulan” atau “pertemuan”, sama dengan
ekklesia (gereja). Tetapi itu tidak berarti bahwa perayaan Ekaristilah satusatunya pertemuan Gereja. Di banyak tempat, bila tidak ada Imam, umat
berkumpul untuk ibadat sabda atau doa bersama yang lain. Disitu pun
terlaksana kesatuan umat dalam Kristus walaupun tidak dalam bentuk
sakramen. Istilah sumber dan puncak yang dipakai Konsili Vatikan II dapat
member

Dokumen yang terkait

Makna spiritualitas Santo Tarsisius dalam tugas pelayanan misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta.

11 115 214

Peranan lagu rohani ekaristi dalam meningkatkan pemaknaan perayaan ekaristi bagi kaum muda Katolik di Paroki Santo Antonius Kotabaru.

0 3 146

Upaya inovasi pelaksanaan liturgi perayaan ekaristi di Paroki ST. Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta demi keterlibatan kaum muda - USD Repository

0 0 123

Peran film “Cheng-Cheng Po� untuk mananamkan semangat perdamaian bagi remaja Katolik di Stasi Santo Antonius Padua, Paroki Santo Hendrikus, Melolo, Sumba Timur - USD Repository

0 0 128

Pengaruh iringan gamelan Jawa terhadap penghayatan iman umat dalam perayaan ekaristi di Paroki Hati Kudus Yesus Pugeran Yogyakarta - USD Repository

0 2 156

Pengaruh perayaan ekaristi bagi keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di wilayah Brayat Minulya, Balecatur, Paroki Santa Maria Assumta, Gamping, Yogyakarta - USD Repository

1 3 135

SISTEM PENGENDALIAN INTI PADA ORGANISASI RELIGIUS Studi Kasus pada Paroki Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta

0 1 216

Pengaruh model pendampingan kooperatif tipe student teams achievement divisions dalam persiapan komuni pertama terhadap keterlibatan anak dalam perayaan ekaristi di Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, Sleman, Yogyakarta - USD Repository

0 1 184

Peranan mengikuti kegiatan persekutuan doa Karismatik Katolik di Gereja Santo Antonius Kotabaru Keuskupan Agung Semarang terhadap keaktifan anggota dalam hidup menggereja - USD Repository

0 0 159

Makna ekaristi bagi spiritualitas pelayanan prodiakon Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan - USD Repository

0 0 169