UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KAWENGEN 02 KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20072008

  

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN

MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER PADA

SISWA KELAS V SD NEGERI KAWENGEN 02 KECAMATAN

UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2007/2008

  

SKRIPSI

  Diajukan Gm a Memenuhi Kewajiban Dan Syarat Untuk Memperoleh G ilar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd. I)

  Dalam Ilmu Tarbiyah Oleh:

  

A S R O R I

NI M : 114 06 153

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

  

2008

DEPARTEMEN AGAMA

  Jl. Stadion

03 Teip. ( 0 2 9 8 ) 3 2 3 7 0 6 , 3 2 3 4 3 3 Fax 3 2 3 4 3 3 Salatiga 50721

  

\\ \ \ J m ; i : i - i ; :i a

Website: lillp : •^s^n sd jilj^u ic.td F-m ail: •;Uiins:iiaiiga.ae.id;

DEK LARASI

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi maleri yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referansi yang ada, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqosah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, / Agustus 2008

  : 114 06 153

DEPARTEMEN AGAMA

  

SALATIGA

NGTA PEMBIMBING

  K e p a d a Yth. Ketua STAIN Salatiga di -

  MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KAWENGEN 02 KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG TAHUN

  Jurusan/Prograrr : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam J u d u l UPAYA MENINGKATKAN

  N a m a : ASRORI N I M : 114 06 153

  T e m p a t Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperi unya, maka skripsi saudari :

  Naskah Skripsi Sdr. Asrori

  Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721

  :

  eksemplar H a l

  : 3

  Lamp

  Dosen STAIN Salatiga

  Drs. Djoko Sutopo

PELAJARAN 2007/2008 Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqosyah. Demikian surat ini dibuat, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya. Salatiga, Agustus 2008 Pembimbing Drs. Joko Sutopo NIP. 150 231 366

  

DEPARTEMEN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

  

J l Tentara Pelajar No. 2 Telp. (0298) 23433, 23706 Fax, 23733 Salatiga 50721

PENGESAHAN

  JUDUL SKRIPSI

  UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

  ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KAWENGEN 02 KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

  NAMA : ASRORI NIM : 11406153 PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

  Salatiga, 26 Agustus 2008 Dewan Penguji:

  Sekretaris Nafis Irchami. M.Ag.

  Dra. Hi. Lilik Srivanti. M.Si.

  N IP .150327092 NIP. 15024:5903

  MOTTO

( t c u jjw a ) d a n ja n c f a n t o lo n g m e n o lo n g k a m u d a la m

2 > a n ^ lo la + U f m e n a la n ^ la U k a m u d a la m h e J t a ik a n

  ii

k u d o if a b o n e k a . K a la u i n c j i n A u k & e A , m a k a t o lo n g

^ J a lo u X f, m e n o lo n g w a n iia n t fa n c j, l u l t u s i d a n m e n ja d i

n

  PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan skripsi ini untuk :

  1. Ayah dan bunda tercinta, yang telah sabar, ikhlas mencurahkan kasih sayang dan memberikan berbagai macam bantuan dan nasehat sehingga dapat menghantarkan penulis kejenjang sarjana.

  2. Adik-adiku (Sajiyah dan Sudarti) yang selalu memberi dorongan dan motivasi demi terselesainya penulisan skripsi ini.

  3. Teman-teman SDN Kawengen 02 yang selalu membantu baik berupa moril dan materiil.

  4. Kekasihku yang jauh di sana "N" yang bekerja selalu memberikan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

  5. Dan teman-teman serta kakaku yang telah semangat memberikan motivasi sehingga penulisan skripsi terselesaikan.

KATA PENGANTAR

  a o ( ^ . ^ }

  63d> jJ'J J J

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, dan para sahabatnya yang telah menghantarkan kepada iranusia pad ajalan yang benar sesuai dengan perintah dan petunjuk Allah SWT.

  Penyusunan Skripsi yang berjudul :

  " UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN

MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING

  a SISWA KELAS V SD NEGERI KAWENGEN 02 TOGETHER PAD KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

  TAHUN PELAJARAN 2007/2008”

  Sebagai insan yang penuh kelemahan dan kekurangan, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat:

  1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga.

  2. Bapak Drs. Sa’adi, M. Ag., selaku ketua Jurusan Tarbiyah.

  3. Bapak Drs. Joko Sutopc, selaku ketua program studi PAI Ekstensi.

  4. Bapak Drs. Joko Sutopo, selaku pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan &c lam penyelesaian skripsi ini.

  5. Bapak Ibu Dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga.

  6. Segenap staf administrasi STAIN Salatiga.

  7. Bapak kepala sekolah dan guru SD Negeri Kawengen 02 Kabupaten Semarang.

  8. Bapak dan ibu serta sai.dara-saudaraku yang selalu memberikan dorongan dan doanya.

  9. Teman-temanku yang selalu membantu dan memotivasi penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

  Akhirnya penulis Iurnya berdoa kepada Allah SWT, Semoga semua amal baik dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mendapat balasan yang berlipat ganda dan selalu mendapat hidayah, keberkahan, serta Ridlo dari- Nya. Amin.

  Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umunya. Amiin.

  Salatiga, Agustus 2008 Penulis

  ASROR1 NIM : 114 06 153

  

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  BAB II KAJIAN PUST AKA

D AFTAR ISI

  BAB IV ANALISA DATA

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

DAFTAR TA BEL

   Tabel II Hasil Obser\asi Minat Siswa Sebelum Kaji Tindak dan Pada Kaji

   Tabel III Hasil Respon Siswa Pada Kaji Tindak I, II, dan III dengan Metode

   Taoel IV Hasil Rata-Rata Siswa Minat Berdasarkan Hasil Observasi Sebelum

  

  

  

ABSTRAK

  Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Menerapkan Model Pembelajaran Learning

  

Together pada Siswa Kelas V SD Negeri Kawengen 02 Kecamatan Ungaran

  Timur Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008, Asrori, NIM. 11406153, Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  Minat adalah kecenderungan jiwa ke arah sesuatu, minat bukan kecenderungan yang dipaksa. Dari beberapa definisi di atas, dapat penulis simpulkan bahwa minat adalah suatu keinginan atau hasrat yang lahir dari dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.

  Minat kaitannya dengan belajar, adalah ketertarikan atau kegairahan siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari. Jika seorang siswa memiliki keinginan yang kuat untuk belajar, ia akan mudah memahami serta mengingatnya, karena ia akan mengarahkan seluruh perhatian, tenaga, pikiran dan waktunya untuk belajar, tanpa adanya paksaan dari orang lain.

  Salah satu contoh diantaranya strategi pembelajaran aktif adalah learning

  

together. Strategi ini merupakan strategi pembelajaran yang menarik untuk

  digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibaskan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang i ain.

  Pendekatan dengan model pembelajaran learning together melibatkan partisipasi aktif individu dan kerjasama kelompok. Dengan penyusunan pembelajaran demikian rupa sehingga setiap anggota kelompok memiliki informasi yang unik dan pengaruh tertentu. Hasil kelompok tidak lengkap bila tanpa masing-masing kelompok melakukan kegiatannya. Hal tersebut diibaratkan sebagai Jigsaw Puzzle yang tidak lengkap tanpa setiap kepingan digabungkan.

  Dari proses penelitian tindakan kelas yang berdaur 4 (empat) siklus dengan diawali dengan observasi terfokus, tiap siklus menunjukkan perubahan pada minat siswa dalam rrengikuti Pendidikan Agama Islam. Ini terbukti dari hasil analisis siklus pertama sebesar 38,5%, siklus kedua sebesar 87,2% berarti ada peningkatan 48,2% dai siklus ketiga sebesar 94% dari siklus kedua ada peningkatan sebesar 7,7%. Apabila dilihat dari peningkatan siklus kedua dan ketiga sangat kecil akan tetapi apabila dilihat dari peningkatan siklus pertama sampai ketiga sebesar 56,2% ini merupakan peningkatan yang sangat signifikan atau berarti. Kata kunci : minat, belajar, learning together

  

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Mas* lah

  Sebagai salah satu komponen kegiatan belajar mengajar (KBM), guru memiliki posisi yang menentukan keberhasilan pembelajaran, peranan guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor perencana, supervisor, motivator, dan konselor.

  Menurut pendapat Gagne fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, dan mengevaluasi pembelajaran. Guru bertugas mengalihkan seperangkat pengetahuan yang teroiganisasikan sehingga pengetahuan itu menjadi bagian dari sistem pengetahuar siswa.1

  Dalam pendidik m Azas Ki Hajar Dewantara dalam filosofinya adalah

  Ing Ngarsa Sung Tu'ada, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri

  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menegaskan Handayani. bahwa kedudukan guri dalam kegiatan proses belajar mengajar sangat strategis dan menentukan. Strategis karena guru akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pek jaran. Menentukan karena gurulah yang memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Salah satu factor yang dapat digunakan oleh guru dalam upaya memperluas dan mmperdalam materi ia ah rancangan pembelajaran yang efektif, efisien, *

  1 Elane B.J., Contexts al Teaching & Learning, Penerbit Corwin Press, Inc. California, 2007, him. 234

  2

  menarik, dan hasil pe nbelajaran yang bermutu tinggi dapat dilakukan dan dicapai oleh setiap guru.2 Apabila dilihat guru di lapangan jarang memanfaatkan fungsi efektif, efisien, menarik, dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi secara optimal.

  Kondisi ini disebabkan oleh kenyataan bahwa tugas yang diemban guru sebagai perancang pembelajaran adalah sangat rumit, karena berhadapan dengan dua variabel di luar kontrolnya, yaitu cakupan isi pembelajaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan tujuan yang akan dicapai, dan siswa yang membawa seperangkat sikap, kemampuan awal, dan karakteristik perseorangan lainnya k c dalam situasi pembelajaran.

  Guru hanya berpeluang untuk memanipulasi strategi atau model pembelajaran di bawah kendala karakteristik tujuan pembelajaran dan siwa.

  Pada hakikatnya hanya variable metode pembelajaran yang berpeluang besar untuk dapat dimanipulasi oleh setiap guru dalam perancang pembelajaran, karena guru dapat men>esuaikan model pembelajaran yang mana yang sesuai dengar, materi yang akan dipelajari oleh siswa.

  Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, pada umumnya guru menggunakan metode secara sembarangan. Penggunaan metode secara sembarangan ini tidak berdasarkan pada analisis kesesuaian antara tipe isi pelajaran dengan tipe kinerja (performansi) yang menjadi sasaran belajar.

  Padahal keefektifan suatu metode pembelajaran sangat ditentukan oleh Conny Semiawan, Pendidikan Tinggi : Peningkatan Kemampuan

  Jakarta, Dirjen Dikti Depdikbud,

  Manusia Sepanjang Hayat Seoptimal Mungkin,

  1998, him. 43

  3

  kesesuaian antara tipe .isi dengan tipe performansi. Suatu hasil belajar memerlukan kondisi belajar internal dan kondisi belajar eksternal yang berbeda. Sejalan dengan ini, Metode pembelajaran seringkah hanya cocok untuk belajar tipe isi tertentu di bawah kondisi tertentu. Hal ini berarti bahwa untuk belajar tipe isi yang lain di bawah kondisi yang lain, diperlukan metode pembelajaran yang berbeda.

  Salah satu kendala yang dihadapi oleh guru untuk menghasilkan metode atau model pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang efektif ialah fakta bahwa, pertama, guru berhadapan dengan kehidupan agama yang memiliki cakupan sangat kompleks. Hal ini dapat menyulitkan guru untuk menstrukturisasi dan nensistematisasikan materi pelajaran secara cermat berdasarkan tipe isi dalam kaitannya dengan tujuan pembelajaran.

  Menstrukturisasi dan mensistematisasikan pelajaran secara cermat sesuai dengan sasaran belajar bukanlah tugas yang mudah. Tugas ini memerlukan pengetahuan yang cukup baik tentang perancangan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi das;ir. Kedua, kemampuan guru dalam merencanakan dan mengimplementasikan l urikulum belum memuaskan.

  Ketika persepsi negatif merasuki pikiran siswa, minat dan motivasi belajarnya merosot. Interaksi belajar dalam kelas cenderung monoton. Guru asyik berceramah, sedangkan para siswa mengangguk-angguk pertanda guru harus segera mengakhiri pembelajaran itu. Ada yang melakukan aktivitas yang lain, seperti mengganggu teman, mendesah, dan merintih. Ketika diadakan

  4

  evaluasi ringan, banyak yang menunjukkan ketidakmengertiannya, lalu mereduksi bahwa matt pelajaran sosial sulit dan menjenuhkan sebetulnya bagi siswa pelajaran ekonomi dari urutan kompetensi dasar dapat diamati dilingkungan keluargt, bahkan mungkin siswa sendiri sebagai pelakunya seperti seorang siswa nembantu orangtuanya berjualan di pasar saat hari libur sekolah atau sore hari.

  Hal ini yang memperhebat persepsi negatif siswa adalah kurangnya pengetahuan guru akar situasi-situasi sosial aktual, yang tengah berlangsung dalam masyarakat. Guiu kurang mampu menghubungkan relevansi pelajaran dengan kenyataan praltis dan keterkaitannya dengan ilmu-ilmu lain dalam mengeksplorasi bahan pembelajaran. Selain itu, situasi dan kondisi belajar yang tidak nyaman, bising, panas, dan kurang variatif juga akan mengurangi gairah belajar siswa.

  Adanya indikasi kegagalan siswa dalam mempelajari ekonomi mendesak penulis untul< melihat masala-masalah itu dalam kaitannya dengan alternative pemecahan yang boleh ditempuh dalam proses pembelajaran, sehingga ada harapar bagi guru bahkan siswa sendiri untuk bisa menghengkangkan persepsi dan gejala yang menghantui sebagian pelajar itu. Sekurang-kurangnya ada tiga masalah pokok yang melatarbelakangi keengganan peserta didik untuk mempelajari ekonomi.

  , masalah teknik pembelajaran yang tidak menumbuhkan

  Pertama

  motivasi siswa. Seharusnya, proses pembelajaran itu dapat memacu keingintahuan siswa untuk membedah masalah-masalah seputar lingkungan

  5

  sosialnya sekaligus dapat membentuk opini pribadi terhadap masalah-masalah tersebut. Disini, mereka bukan lagi dianggap sebagai tabularasa kertas kosong atau pribadi yang menerima secara pasif sajian yang tidak dapat sasaran empunya guru, pribadi yang tidak mengetahui apa-apa, melainkan pribadi yang telah berinteraksi dengan lingkungan dan berhak untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

  Kedua, eksistensi guru bukan sebagai fasilitator yang membelajarkan

  siswa, melainkan pribadi yang mengajar atau menggurui siswa. Kalau hal ini menjadi prioritas dahan pembelajaran maka kesan negative yang bisa mematikan kreativitas siswapun timbul, bahwa guru itu sumber ilmu tetapi siswa gudangnya ilmu. Siswa adalah “bank” dan guru adalah “nasabahnya”.

  Guru menabung ilmu dalam bank empunya siswa, sedangkan siswa tidak memiliki ilmu itu. Bukanlah kehadiran seorang guru ibarat seorang bidang yang membantu mengeluarkan bayi dari perut seorang ibunya? Peran aktif siswa dalam mengeksplorasi dan mengkonstruksi pengetahuannya sangat diutamakan. Guru Curia memfasilitasi siswa guna mengikuti pola-pola kognitif dan memperlihatkan konsep pengetahuannya itu dapat berlaku benar untuk setiap keadaan ate.u sudah baku menurut referensi ilmu dan kebenaran epistemologi tertentu. Jadi, masalahnya terletak pada proses pembelajaran yang masih mengganggap siswa sebagai obyek yang tidka mengetahui sesuatu.

  Siswa membentuk konsep atau skemata melalui proses asimilasi dan akomodasi, sedangkan guru menunjukkan kebenaran konsep atau skemata

  6

  pengetahuan siswa it j dengan hukum, teori dan kebenaran yang berlaku umum. Jika yang diperoleh siswa adalah ketidaksesuaian, maka guru dapat menunjukkan kesalahan konsep itu dan memperlihatkan yang benar, atau membantu mencari alas an, bukti dan referensi ilmiah untuk mengkonstruksi pengetahuan baru. Yang diharapkan dari guru adalah menguasai ketrampilan professional dan unjuk kerjanya. Membuat skenario pembelajaran yang mengesankan dan memacu keingintahuan peserta didik. Melatih kemampuan berpikir dan berinteraksi siswa secara benar sehingga siswa terpesona lalu berkesimpulan “saya berpikir, maka saya ada, saya mengalaminya, maka syaa bisa”. penyamiaian pesan pembelajaran dengan media yang kurang

  Ketiga,

  interaktif dan aktraktif. Yang diharapkan dari siswa adalah merasa at home, menyenangi pelajaran, merasa membutuhkan ilmu itu serta dapat melaksanakan pesan pembelajaran. Siswa dapat menterjemahkan isi pesan itu ke dalam ranah-ranah kognitif dan afektif karena dari situlah sumber kompetensi baginya dai haluan evaluasi bagi guru. Siswa dapat memiliki keahlian afektif dan psikomotorik yang bisa diukur. Situasi ini membawa dampak pada ketidakmampuan siswa dalam menghubungkan materi pelajaran dengan pemanfaatannya secara konkrit. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka bisa diajarkan, yaitu menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Mereka sangat perlu

  7

  untuk memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat pada umumnya dimana mereka akan hidup dan bekerja/ Strategi Pembelajaran Aktif Model “Learning Together1' adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan memecahkan masalah. Dengan asumsi dasar pada batasan tersebut, strategi pembelajaran aktif model learning together, menjadi relevan untuk diterapkan sebagai strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

  Dengan pendekatan, strategi pembelajaran aktif model learning together diasumsikan belajar Pendidikan Agama Islam akan menjadi menarik karena obyek yang dipelajari s tuas i dunia nyata yang dekat dengan kehidupan siswa. Disamping itu, konsep pengetahuan esensial yang dipelajari akan menggerakan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan dengan sendirinya akan mendorong siswa untuk belajar pada situasi bagaimana belajar.

  Dari latar belakang masalah, penulis bermaksud membuktikan melalui penelitian tindakan kelas. Untuk itu penulis mengangkat judul penelitian sebagai berikut : Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Mata

  Pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Menerapkan Model Pembelajaran Learning Together pada Siswa Kelas V SD Negeri Kawengen 02 Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Tahun

Pelajaran 2007/2008. * J Nurhadi, Kurikulun 2004 Pertanyaan dan Jawaban, Jakarta, Grasindo,

  2004, him. 43

  8 B. Rumusan Masalah

  Dari penelitian tindakan kelas dengan metode observasi atau pengamatan dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

  1. Apakah dengan pendekatan Strategi Pembelajaran Aktif Model “Learning

  Together ” dapat meningkatkan minat belajar Pendidikan Agama Islam

  siswa kelas V SDN Kawengen 02?

  2. Bagaimana perubahan pemahaman konsep yang menyertai peningkatan minat belajar Pendidikan Agama Islam melalui Strategi Pembelajaran Aktif Model “Learning Together”?

  C. Tujuan Penelitian

  1. Mengetahui dengan pendekatan Strategi Pembelajaran Aktif Model “Learning Together'’ dapat meningkatkan minat belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas V SDN Kawengen 02.

  2. Mengetahui perubahan pemahaman konsep yang menyertai peningkatan minat belajar Pendicikan Agama Islam melalui Strategi Pembelajaran Aktif Model “Learning Together

D. Hipotesis

  Dengan asumsi c i atas, bahwa minat belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan mcdel pembelajaran learning together, maka sebagai jawaban setnentara penulis mengajukan hipotesis penelitian : ’’Dengan

  9

  metode pembelajaran learning together dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pe ajaran Pendidikan Agama Islam”. Hipotesa adalah jawaban yang sifatnya masih sementara.4

E. Kegunaan Penelitian

  1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori tentang model pembelajaran pendidikan agama Islam.

  2. Manfaat praktis Penelitian ini dapat memberikan masukan yang baik bagi sekolah untuk selalu mengadakan pembaharuan, memajukan program sekolah pada umumnya kearah yang lebih baik.

F. Definisi Istilah

  Agar tidak terjadi kemungkinan penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis ddam penggunaan kata pada judul penelitian ini, perlu dijelaskan beberapa istilih pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel penelitian. Adapun istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:

  1. Meningkatkan Yang dimaksud dengan meningkatkan adalah adanya lebih dari, atau menuju sesuatu." Artinya upaya meningkatkan minat belajar siswa

  4 Prof. Dr. Winamo Surachmad, Dasar dan Teknik Research, Transito, Bandung, 1975, him. 37

  ^WJS. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1999, him. 362.

  10

  pelajaran PAI dengan metode learning together itu terdapat benang merah yang saling berkaitan.

  2. Minat Minat adalah kecenderungan hati terhadap sesuatu. 6 Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui seberapa besar rasa suka atau kecenderungan siswi untuk mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas V SD Negeri Kawengen 02 Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, tahun pelajaran 2007/2008.

  Agar definisi dari variabel yang digunakan dalam judul penelitian ini lebih jelas, penulis akan menguraikan indikator minat anak dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Ag ima Islam adalah sebagai berikut: 1. Memperhatikan keter angan guru.

  2. Sering bertanya apabi la tidak paham.

  3. Memiliki catatan yang lengkap.

  4. Aktif membaca buku-buku Aqidah Akhlak selain buku pelajaran PAI 5. Absensi terpenuhi minimal 80 persen dari kehadiran.

G. Metode Penelitian

  1. Subyek Penelitian

  a. Populasi bIbid„ him. 650.

  11 Populasi adalah keseluruhan individu yang diperoleh dan

  digeneralisasikan.7 Adapun populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V

  Sekolah Dasar Negeri Kawengen 02 Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2007/2008.

  b. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. 8 Semen:ara Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.9

  Dalam penelitian ini jumlah sampel sama dengan populasi, karena jumlah responden ada 46 siswa dari kelas V Sekolah Dasar Negeri Kawengen 02 Kecamatan Ungaran Timur, dimana jumlah tersebut di bawah 100 orang, maka diambil semuanya (sampel penuh).

  Sebagaimana Suharsimi Arikunto menyatakan : “Apabila subyeitnya kurang dari seratus, lebih baik diambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi.

  Selanjutnya jika lebih dari seratus dapat diambil antara 10%-l 5 % atau 20%-25% atau lebih. Adapun yang menjadi populasi dan sampel

  7 Suharsimi Arikuntc, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Edisi Revisi IV, Rineka Cipta, Jakarta, 199, him. 67

  8 Ibid., him. 71

  9 Ibid., him. 71

  12

  dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V Sekolah Dasar Negeri Kawengen 02 Kecamaan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.

  2. Variabel Penelitian Definisi variabel penelitian adalah sebagai obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. 10 Di dalam suatu variabel terdapat situ atau lebih gejala, yang mungkin pula terdiri dari berbagai aspek atau unsur sebagai bagian yang tidak terpisahkan.

  Penelitian ir i terdiri dari 2 variabel, variabel independennya adalah meningkatkan minit belajar siswa dan variabel dependennya adalah dengan menerapkan metode pembelajaran learning together.

  3. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui lima langkah, yaitu : a. Menentukan sumber data : data penelitian bersumber pada siswa kelas

  V SD Negeri Kiwengen 02 sebanyak 46 siswa yang terdiri dari 26 siswa pria dan 20 siswa wanita.

  b. Jenis data : jenis data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif, yakni minat siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam yang menggunakan metode learning together.

  c. Teknik pengambilan data, data diambil dengan melalui observasi, yaitu dengan cara melakukan observasi terhadap kegiatan belajar siswa

  10 Ibid., him. 91

  13

  dalam belajar Pendidikan Agama Islam yang menggunakan metode

  learning together, yang meliputi aktivitas :

  1) Memperhat ikan penj elasan guru 2) Mencatat materi atau penjelasan dari guru 3) Mengajukan pertanyaan 4) Mengemuk.ikan pendapat 5) Mengerjakan tugas-tugas dari guru.

  d. Pengolahan dat i Dalam pengolahan data dilakukan melalui tiga langkah, yaitu :

  1) Refleksi : berupa penyempurnaan kerja, perbaikan kekurangan- kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan.

  2) Partisipasi : melibatkan seluruh personil yang terkait dalam pelaksanaan penelitian termasuk subyek dan pembantu penelitian.

  3) Kolaborasi : menciptakan kerjasama antara unsur sekolah, dan masyarakat yang satu dengan unsur yang lain dalam pelaksanaan penelitian.

  e. Validasi UntuK nenyakinkan hasil penelitian dilakukan langkah- langkah yaitu :

  1) Melakukan wawancara dengan siswa atau guru terhadap berbagai kemungkinan yang terjadi berupa kesulitan, hambatan, serta kendala dalan pelaksanaan kaji tindak maupun dalam pelaksanaan observasi kegiatan.

  14

  2) Menanyakan kembali terhadap hasil observasi yang dirasa adanya suatu kejanggalan untuk memperoleh suatu kejelasan masalah serta data yang d inginkan. Selain metode di atas yang digunakan, sebagai bahan pelengkap skripsi ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut: a. Dokumentasi

  Teknik dokumentasi yaitu mencari sumber data mengenai sesuatu yang berupa catatan, buku, surat kabar, agenda dan sebagainya. 11 Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif, yaitu nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa (diperoleh melalui buku leger nilai) dan situasi umum siswa kelas Sekolah V Dasar Negeri Kawengen 02 Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2007/2008, yang meliputi sejarah singkat berdirinya, letak geografis, struktur organisasi dan lain-lain.

  b. Interview Interview atau wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada masalah tertentu, ini merupakan tanya jawab lesan di mana dua orang atau lebih berhadap secara fisik.1

  1

  12

  11 Sutrisno Hadi, M. A., op. cit, him. 67

  12 Prof. Dr. Sutrisno Hadi, M. A., Metodologi Research II, Andi Ofset, Yogyakarta, 1989, hal. 192

  15 Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai

  keadaan yang berkaitan dengan penelitian terutama dengan responden meliputi jumlai siswa, keadaan sekolah, dan keadaan guru, c. Observasi

  Yaitu mtuk memperoleh pencatatan dan pengamatan secara sistematis tentang gejala-gejala yang diamati untuk mengumpulkan data tentang minat siswa.

  4. Analisis Data Data yang diperoleh di kemas dengan baik kemudian dilakukan analisa dengan menggunakan analisa table dan persentase. Hasil analisa digunakan sebagai dasar dalam membuat rumusan-rumusan yang mengarah pada pemberian jawaban atau pembuktian hipotesa yang telah dirumuskan.

  Untuk mengetahui efekivitas atau tidaknya dalam pelaksanaan tindakan yang diberikan kepada siswa, diperlukan ketetapan atau norma sebagai indikator dalam membuat kesimpulan hasil kerja. Dalam penelitian ini ditetapkan indikator sebagai berikut: a. Minimal 75 % siswa minat dalam mengikuti dan menerima materi pelajaran.

  b. Minimal 75 % guru telah melaksanakan metode learning together dalam menyampaikan materi pelajaran.

  Kesimpulan diambil berdasarkan hasil analisa data yang dikonfirmasikan dengan indikator yang telah ditetapkan. Apabila prosentase dari analisa data menunjukkan angka lebih kecil dari indikator yang ditetapkan, maka hipotesa yang dirumuskan ditolak, dan apabila hasil analisa

  16

  data menunjukkan prosentase lebih besar dari indikator yang ditetapkan, maka hipotesa diterima. Apabila hipotesa yang dirumuskan diterima, maka kesimpulan hasil penelitian dinyatakan bahwa : peningkatan aktivitas belajar dengan menggunakan metode learning together dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas V SD Negeri Kawengen 02 Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

  Skripsi ini memuat lima bab, yaitu : B a b I : Pendahuluan

  3ab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, difinisi istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. B a b U : Lanaasen Teori

  Bab ini memuat masalah Pendidikan Agama Islam pokok bahasan puasa, yang meliputi : Batasan pengertian, dasar dan tujuan materi puasa, skop kurikulum Pendidikan Agama 1 siam. B a b III : Laporan Hasil Penelitian

  Bab ini melaporkan situasi umum Sekolah Dasar Negeri Kawengen 02 Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2QQ7/2Q08 dan penyajian data.

  17 B a b IV : Analisis Data

  >ada Bab ini membahas hasil penelitian tindakan kelas untuk mengetahui tingkat minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menerapkan metode pembelajaran learning together pada siswa kelas V SD Negeri Kawengen 02 Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten

  Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008 menggunakan rumus prosentise.. B a b V : Penutu

  r

  Meliputi Kesimpulan dan saran

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Strategi Pembelajaran Aktif

  Strategi pembelajaran atau strategi instruksional (instructional

  strategies) merupakan strategi belajar mengajar dan diartikan sebagai pola

  umum perbuatan *uru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Pengertian strategi dalam hal ini menunjuk kepada karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan guru dan murid dalam peristiwa belajar mengajar.1

  Istilah strategi pembelajaran atau strategi instruksional dengan istilah model penga aran. Ia mengemukakan :

  ”The teaching model, which dates back to as early as John Dewey has had a very strong revival during the past decade. This model is a most effective approach or teaching higher-level thinking processes, helping student process information already in their possession and assisting students to construct their own knowledge about the social and physical world around them.

  Model pengejaran sebagaimana sejak dulu telah diuraikan oleh John Dewey dibeberapa waktu yang lalu, merupakan model yang paling efektif untuk pendekatan berpikir tingkat tinggi, membantu siswa memproses

  1 Danim Sudarwan, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004, him. J

  19

  informasi agar selalu siap menuntun mereka dengan pengetahuan fisik dan sosial masyarakat c isekelilingnya).z Difinisi yang lain mengenai instruksional sebagai berikut:

  "Strategy o f instruction as treated here, this consist o f (a) determining the sequencing o f enabling objectives within an objectives end (h) deciding how to implement the instructional ”. events for individual lessons

  (Strategi instruksional dalam hal ini mengandung suatu pengertian (a) menguraikan urutan-urutan tujuan instruksional dan (b) penyusunan atau memutuskan mengenai bagaimana melaksanakan suatu pelajaran tentang suatu pelaja-an yang diampu oleh seseorang.

  Strategi instruksional yang dihubungkan dengan model pengembangan instruksional. Pendapatnya sebagai berikut :”Strategi instruksional yang juga harus dikembangkan adalah menentukan bagaimana kegiatan belajar-mengajar akan diatur agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Penentuan strategi instruksional ini oleh Briggs disoroti dari dua segi pandangan, yaitu menurut guru sebagai perancang kegiatan instruksional dan menurut tim pengembang instruksional dan dikembangkan dalarr strategi instruksional”.

  Pandangannya mengenai strategi instruksional sebagai berikut:

  ”Strategies should not be taught as separate topic in the curriculum. Important strategies are best learned when they are practiced with the kinds o f mate rials that students are expected to master when using 2

  2 Panen Palina, Konstvuktivisme dalam Pembelajaran, Jakarta, PAU PPAI, 1999, him. 32

  20 in the strategies ”. ' Strategi tidak dapat diajarkan sebagai suatu topic yang

  terpisah dari kurikulum. Hal terpenting untuk mempelajari strategi adalah mempraktekkan strategi dengan materi tertentu dan siswa diharapkan dapat menguasai materi yang diajarkan dengan menggunakan strategi yang dipilih)/

  Istilah straiegi pembelajaran dan model pembelajaran sering diartikan untuk menjelaskan pengertian atau makna yang sama tetapi ada juga yang berpendapat kedua kata tersebut mempunyai arti yang berbeda.

  Kadang-kadang pendekatan diartikan sama dengan strategi, karena pendekatan merup.ikan gambaran pola umum perbuatan guru dan perbuatan siswa dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.*

  4 Dan cakupan luasnya pengertian pemaknaan istilah-istilah maka tidak perlu adanya penegasan perbedaan yang ketat dalam istilah pendekatan, strategi, model, pola, metode, teknik dan istilah yang sejenis, sehingga dalam pembahasan ini semua istilah tersebut dimungkinkan digunakan pada saat-saat tertentu dengan tanpa mengurangi makna yang dimaksud dalam proses pembelajaran.

  Beberapa pengertian strategi pembelajaran dari para ahli pendidikan di atas perlu ditambahkan juga pengertian strategi dalam bahasa pada cakupan lain seperti dibawah ini : istilah strategi yang dipakai dalam perincian ada 2 macam, yaitu (1) dalam perencanaan strategi dan J Ibid., him. 54

  4 Nurhadi, Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Tantangan, Jakarta, Grasindo,

  him. 21

  21

  (2) dalam analisis metode dan alat. Seperti diuraikan di atas Robbin dan Cunningham memakai istilah strategi dalam arti yang pertama. Sedangkan dalam arti yang kedua dipakai antara lain oleh Mc. Ashan dan Kuafman.

  Strategi disini dimaksudkan bagaimana menjelaskan aktivitas yang dikembangkan dalam analisis system yaitu mencari alternative pemecahan.

  Strategi seperti ini terjadi pada analisis metode dan alat (sesudah analisis sistem), yaitu me tentukan metode beserta alatnya termasuk sumber pendidikan yang akin dilibatkan.3

  Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa atau mahasiswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa atau mahasiswa belajar secara aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baikuntuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, siswa atau mahasisv'a akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

2. Pengertian Minat

  Agar tercipta suasana proses belajar mengajar yang efektif dan efisien diperlukan adanya hubungan timbal balik atau interaksi aktif antara guru dengan siswa. Siswa sebagai subyek didik oleh Allah telah dibekali suatu potensi berupa ntellegensi yang dibawa sejak lahir.

5 Ib id ., him. 54

  21

  (2) dalam analisis metode dan alat. Seperti diuraikan di atas Robbin dan Cunningham memacai istilah strategi dalam arti yang pertama. Sedangkan dalam arti yang kedua dipakai antara lain oleh Mc. Ashan dan Kuafman.

  Strategi disini dimaksudkan bagaimana menjelaskan aktivitas yang dikembangkan dalan analisis system yaitu mencari alternative pemecahan.

  Strategi seperti ini :erjadi pada analisis metode dan alat (sesudah analisis sistem), yaitu menentukan metode beserta alatnya termasuk sumber pendidikan yang ak.in dilibatkan.3

  Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa ctau mahasiswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa atau mahasiswa belajar secara aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dergan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baikuntuk menemui can ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, siswa atau mahasiswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

2. Pengertian Minat

  Agar tercipta suasana proses belajar mengajar yang efektif dan efisien diperlukan adanya hubungan timbal balik atau interaksi aktif antara guru dengan siswa. Siswa sebagai subyek didik oleh Allah telah dibekali suatu potensi berupc intellegensi yang dibawa sejak lahir.

3 Ibid., him. 54

  22 Namun unti k mencapai hasil belajar secara maksimal tidak cukup

  hanya dengan intelegensi itu. Ada faktor-faktor lain yang ikut mencantumkan keberhasilan, di antaranya adalah minat. Guru harus mampu menumbuhkan minat siswa di dalam proses belajar mengajar.

  Minat secara etimologis berarti perhatian atau perasaan suka terhadap sesuatu. 6 Secara terminologis ada berbagai macam pengertian yang dikemukakan oleh para ahli antara lain :

  a. Minat adalah tenaga penggerak yang terpercaya bagi proses belajar.7 *

  Q b. Minat adalah suatu sumber hasrat belajar.

  c. Minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu obyek, seseorang, mata soal, atau suatu situasi, mengandung sangkut paut dengan dirinya dan harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar. 9

  d. Muhibbin Syah, dalam bukunya Psikologi Belajar mendefinisikan minat sebagai kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang ?esar terhadap sesuatu. 10

  e. Dalam buku Psikologi Pendidikan karangan Ngalim Purwanto, yang dimaksud minat adalah mengarahkan perbuatan

  6M. Sastra Praja, Kamus Istilah Pendidikan Umum, Usaha Nasional, Surabaya, 1978, him. 325.

  7Kurt Singer, Memlina Hasrat Belajar di Sekolah, teij. Bergman Sitorus, Remaja Karya, Bandung, 1973, him. 25. o Abdul Rahman Saleh, Didaktik Pendidikan Agama di Sekolah Dasar, Pelajar, Bandung, 1969, hln. 90.

  9H. C. Witheringtcn, Psikologi Pendidikan, terj. M. Buchori, Aksara, Baru, Jakarta, 1978. him. 124.

  10Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, PT. Logos Wacana Ilmu, Ciputat, Cet. Ke-III, Juni 2001, him. 136.

  23

  kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. 11 Minat adalah kecenderungan jiwa ke arah sesuatu, minat bukan kecenderungan yang dipaksa. Dari beberapa definisi di atas, dapat penulis simpulkan bahwa minat adalah suatu keinginan atau hasrat yang lahir dari dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.

  Minat kaitmnya dengan belajar, adalah ketertarikan atau kegairahan siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari. Jika seorang siswa memiliki keinginan yang kuat untuk belajar, ia akan mudah memahami serta mengingatnya, karena ia akan mengarahkan seluruh perhatian, tenaga, pikiran dan waktunya untuk belajar, tanpa adanya paksaan dari orang lain, a. Pentingnya Minat dalam Belajar

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 15 50

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.1 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 2 SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN

0 5 67

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.1 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 2 SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN

0 12 65

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN TEMATIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA KELAS III SD NEGERI 2 PRINGSEWU TIMUR KECAMATAN PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 26 61

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VII SMP ISLAM KALIANDA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012-2013

0 8 70

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 2 MARGODADI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 47

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MIND MAPPING BERBANTUAN PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS 4 SD NEGERI KLERO 02 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN AJARAN 20142015 Skripsi Untu

0 0 14

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAT MATA PELAJARAN AKHLAK MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR NEGERI KALIKAYEN 02 KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG - Test Repository

0 0 77

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI PENERAPAN METODE )EMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SOBOREJO KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2 0 0 9 2 0 1 0

1 0 96

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER PADA SISWA KELAS III SD NEGERI JATIRUNGGO 02 KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2008 - Test Repository

1 2 93