INFLASI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (2)

INFLASI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Ekonomi Islam
Dosen Pengampu : Agus Arwani, M. Ag

IAIN PEKALONGAN
Disusun oleh:
1.

Qonita Zuhdiyana

(2013116352)

2.

Nurul Hidayatus S

(2013116353)

3.


Faula Arina

(2013116359)

4.

Nailam Shofa

(2013116381)

KELAS D
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan anugerah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah “INFLASI DALAM PERSPEKTIF

EKONOMI ISLAM” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sholawat
serta salam tidak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga kita
semua mendapatkan syafaatnya di hari akhir kelak. Tak lupa pula kami ucapkan
terima kasih kepada seluruh sumber yang telah memberikan kami ilmu dasar
mengenai materi yang akan kami sampaikan dalam makalah ini.
Meskipun kami berupaya untuk membuat makalah ini sempurna, namun tentu
masih terdapat kelemahan dan banyak perbaikan. Untuk itu, kami selaku penulis
membuka bagi pembaca untuk memberikan saran lanjutan sebagai bentuk
perbaikan.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi penulis sendiri
khususnya, maupun bagi pembacanya.

Pekalongan, 5 Desember 2017

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN.......................................................iv
ABSTRAK......................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan Makalah .............................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Konsep dan Definisi Inflasi ............................................................3
2.2 Sejarah Inflasi .................................................................................5
2.3 Penyebab Inflasi .............................................................................8
2.4 Indikator Inflasi ............................................................................14
2.5 Kebijakan Ekonomi Konvensional dalam Mengatasi Inflasi .......16
2.6 Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam ......................................18
2.7 Kebjakan Ekonomi Islam dalam Inflasi .......................................23
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................29

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN


Kami menyatakan dengan bersungguh-sungguh bahwa makalah dengan judul:
“Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam”
Yang dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Islam semester
ganjil tahun 2017 merupakan karya dan pemikiran kami sendiri, dan bukan hasil
plagiat. Apabila terdapat karya orang lain, maka kami akan mencantumkan
sumber yang jelas.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
di kemudian hari terdapat penyimpangan atas pernyataan ini maka kami bersedia
menerima sanksi yang berlaku sesuai dengan peraturan yang berlaku di Institut
Agama Islam Negeri Pekalongan.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sadar dan tanpa paksaan dari
pihak manapun.

Pekalongan, 5 Desember 2017

Penulis

Penulis

Penulis


Penulis

(Qonita Z)

(Nurul H.S)

(Faula A)

(Nailam S)

ABSTRAK

Inflasi dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan
nilai unit uang terhadap suatu komoditas. Secara umum penyebab terjadinya
inflasi adalah; natural inflationdi akibatkan oleh turunnya Penawaran Agregatif
atau naiknya Permintaan Agregatif yang disebabkan oleh sebab-sebab alamiah dan
manusia tidak mempunyai kendali dalam mencegahnya, misalkan inflasi karena
terjadi paceklik, dan naiknya daya beli masyarakat secara riil. Inflasi juga dapat
disebabkan oleh human error inflation misalnya corruption and bad

administration, excessive tax, dan excessive seignorage.
Fenomena moneter ini berakibat buruk pada perekonomian karena
menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, distorsi harga, merusak output,
meruntuhkan efiensi dan investasi produktif dan menimbulkan ketidak-adilan
serta ketegangan sosial. Ekonomi Islam menawarkan solusi untuk mengatasi
inflasi diantaranya reformasi terhadap system moneter, menghubungkan antara
kuantitas peredaran uang dengan kuantitas produksi, mengarahkan belanja dan
melarang sikap berlebihan, mencegah pemenimbunan barang komoditas dan
meningkatkan produksi. Solusi lain yang diterapkan untuk mengatasi inflasi
adalah dengan menerapkan fiscal policy yang diantaranyamemaksimalkan
penghimpunan zakat serta pengoptimalan pemanfaatan zakat, mengenakan biaya
atas dana yang menganggur (cost of idle fund), dan menggunakan prinsip bagi
hasil pada setiap transaksi atau segala jenis usaha dan meninggalkan bunga.
Keyword : inflasi, moneter, fiskal

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Permasalahan ekonomi di Indonesia saat ini adalah inflasi. Kebijakan

pemerintah yang saat ini sudah ditentukan masih belum bisa menangani itu
semua. Padahal jika Indonesia mau merubah sistem perekonomiannya menjadi
syariah maka pemerintah akan lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat tanpa
memikirkan lagi inflasi. Hal ini telah dibuktikan pada awal tahun 1997, terjadi
krisis ekonomi di Indonesia yang berdampak besar terhadap goncangan lembaga
perbankan yang berakhir likuidasi pada sejumlah bank, Bank Islam yaitu Bank
Muamalat malah bertambah semakin pesat. Selanjutnya pada tahun 1998, sistem
perbankan Islam dan gerakan ekonomi Islam di Indonesia mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Selain itu sistem ekonomi Syariah kian tumbuh dan
berkembang tidak hanya di negara-negara Islam tapi juga negara-negara barat.
Realitanya 75 negara di dunia telah mempraktekkan sistem ekonomi dan
keuangan Islam, baik di Asia, Eropa, Amerika maupun Australia. Mereka
berpendapat bahwa dalam ekonomi Islam memiliki beberapa unsur yang
diperlukan orang-orang saat ini, tidak hanya materi bahkan kebutuhan rohani saat
ini menjadi alasan orang-orang meninggalkan kapitalisme.
Sebagai contoh, dalam penanggulangan inflasi. Sebenarnya inflasi tidak dapat
dihapus dan dihentikan, namun laju inflasi dapat ditekan sedemikian rupa. Tokohtokoh ekonomi Islam klasik sebelumnya sudah menemukan solusi. Misalnya alGhazali menyatakan, pemerintah mempunyai kewajiban menciptakan stabilitas
nilai uang. Dalam ini al-Ghazali membolehkan penggunaan uang yang bukan
berasal dari logam mulia seperti dinar dan dirham, tetapi dengan syarat
pemerintah wajib menjaga stabilitas nilai tukarnya dan pemerintah memastikan

tidak ada spekulasi dalam bentuk perdagangan uang. Hal ini terjadi kombinasi
antara Sin, Lam dan Mim. Di mana Sin yaitu pemerintah dan Lam yaitu

menciptakan stabilitas nilai uang sedangkan Mim yaitu tidak ada spekulasi yang
jika dihubungkan larangan terhadap riba merupakan unsur ibadah.
1.2 Rumusan masalah
Makalah berjudul “Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam” ini selain dibuat
sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah Ekonomi Islam juga terkait dengan
bidang ekonomi terutama dalam pembahasan inflasi. Maka rumusan masalah yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
1.

Apa yang dimaksud dengan inflasi?

2.

Bagaimana sejarah terjadinya inflasi?

3.


Apa penyebab timbulnya inflasi?

4.

Apa saja indikator inflasi?

5.

Bagaimana kebijakan ekonomi konvesional dalam mengatasi inflasi?

6.

Bagaimana inflasi dalam perspektif ekonomi islam?

7.

Bagaimana kebijakan ekonomi islam dalam mengatasi inflasi?

1.3 Tujuan Makalah
1.


Mengetahui arti dari inflasi.

2.

Mengetahui sejarah terjadina inflasi.

3.

Mengetahui penyebab timbulnya inflasi.

4.

Mengetahui indikator-indikator inflasi.

5.

Mengetahui kebijakan ekonomi konvesional dalam mengatasi inflasi.

6.


Mengetahui arti inflasi dalam perspektif ekonomi islam.

7.

Mengetahui kebijakan ekonomi islam dalam mengatasi inflasi.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep dan Definisi Inflasi
Inflasi merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang selalu
dihadapi setiap negara. Namun, buruknya masalah inflasi ini akan berbeda dari
satu wilayah ke wilayah lainnya, dan berbeda pula dari Negara satu ke Negara
lainnya. Tingkat inflasi biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan
sampai

dimana

buruknya

permasalahan

ekonomi

yang dihadapi

suatu

negara.Dalam perekonomian yang sedang tumbuh, inflasi yang rendah
tingkatnnya biasa dinamakan inflasi merayap-yaitu sekitar 2 hingga 4 persen,
biasanya tidak dapat dielakkan. Namun tingkat inflasi yang mencaai 10 persen
atau lebih akan menjadi suatu permasalahan yang serius. Bahkan pada kondisi
peperangan atau ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai tingkat yang
sangat

tinggi,

bisa

mencapai

beberapa

ratus

bahkan

beberapa

ribu

persen.Kenaikanharga seperti ini dinamakan dengan hiper inflasi, dan ini pernah
dialamiIndonesia yang mengalami tingkat inflasi sebesar 600 persen.1
Dalam banyak literature disebutkan bahwa inflasi didefinisikan sebagai
kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian.Sedangkan
menurut Rahardja dan Manurung, mengatakan bahwa inflasi adalah gejala
kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan berlangsung secara terus
menerus.2Sedangkan menurut Sukirno, inflasi yaitu kenaikan dalam harga barang
dan jasa yang terjadi karena permintaan pasar bertambah lebih besar dibadingkan
dengan penawaran barang di pasar.3 Dengan kata lain, terlalu banyak uang yang
memburu barang yang terlalu sedikit. Dari dua definisi di atas inflasi adalah suatu
kondisi dimana terjadi kenaikan harga. Sementara kondisi dimana terjadi
penurunan harga dinamakan dengan deflasi.
1 Al-Arif, M. Nur Rianto, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syari’ah, Bandung:
Alfabeta,2010, hlm. 85.
2 Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Makroekonomi,
Jakarta: LPFE-UI, 2004, hlm. 155.
3 Sadono Sukirno, Makroekonomi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers,
2002, hlm. 333.

Dari pengertian tersebut, dapat dianalisis bahwa telah dikatakan inflasi jika:4
1.

Terjadi kenaikan harga
Inflasi memberikan makna bahwa telah terjadi suatu kenaikan harga bila
dibandingkan dengan tingkat harga pada periode sebelumnya.Misalkan, bulan
lalu harga satu kilogram gula adalah RP 10.000, dan bulan ini telah terjadi
kenaikan harga satu kilogram gula menjadi Rp 11.000.berarti harga satu
kilogram telah mengalami kenaikan harga sebesar Rp 1.000/kg.

2.

Bersifat umum
Belum dapat dikatakan sebagai inflasi jika kenaikan harga hanya terjadi pada
suatu komoditas dan kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara
umum naik.Misalkan harga buah manga di Jakarta apabila sedang tidak
musimdapat mencapai Rp 10.000 per kilogram.Namun jika sedang musimnya
dapat dibeli hanya dengan harga Rp 5.000-Rp 7.000 per kilogram. Jadi harga
manga pada periode tertentu akan mengalami kenaikan harga, namun
kenaikan harga tersebut tidak menimbulkan inflasi karena harga komoditas
lain tidak naik.
Namun hal yang berbeda akan terjadi apabila yang naik adalah harga bahan
bakar minyak (BBM). Untuk kasus di Indoesia, setiap terjadi kenaikan harga
BBM, maka harga-harga komoditas lain turut naik. Karena BBM merupakan
komoditas strategis sebab memiliki efek berantai yang dapat menyebabkan
kenaikan harga pada komoditas lain.

3.

Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum memunculkan inflasi jika
hanya terjadi sesaat, misalkan terjadi kenaikan harga hari ini dibandingkan
hari sebelumnya, namun keesokan hari harga sudah kembali turun/stabil.
Biasanya perhitungan inflasi dalam rentang waktu minimal bulanan. Sebab
dalam satu bulan akan terlihat kenaikan harga bersifat umum dan terusmenerus. Rentang waktu lain adalah triwulan, semester dua tahunan.

4 Al-Arif, M. Nur Rianto,…,hlm. 86.

Inflasi

biasanya

menunjuk

pada

harga-harga

konsumen,

biasanya

diekspresikan sebagai persentase perubahan angka indeks. Tingkat harga yang
melambung sampai 100% atau lebih dalam setahun (hiperinflasi), menyebabkan
hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap mata uang. Hal ini menyebabkan
masyarakat lebih menyukai menyimpan kekayaannya dalam bentuk asset seperti
emas, property atau asset lainnya yang diperkirakan tidak akan mengalami
penurunan nilai di masa yang akan datang. Inflasi tidak terlalu bahaya apabila bisa
diprediksikan karena setiap orang akan mempertimbangkan prospek harga yang
lebih tinggi di masa yang akan dating dalam pengambilan keputusan.
Namun dalam kenyataanya, inflasi tidak bisa diprediksikan, berarti orangorang seringkali dikagetkan dengan kenaikan harga. Hal ini mengurangi efisiensi
ekonomi karena orang akan mengambil risiko yang lebih sedikit untuk
meminimalkan peluang kerugian akibat kejutan harga. Semakin cepat kenaikan
inflasi, semakin sulit untuk memprediksikan inflasi di masa yang akan datang.
Sebagian besar para ahli ekonomi berpendapat bahwa perekonomian akan berjalan
efisien apabila tingkat inflasi rendah. Idealnya, kebijakan ekonomi makro harus
bertujuan menstabilkan harga-harga. Sejumlah ekonom berpendapat bahwa
tingkat inflasi yang rendah merupakan hal yang baik apabila itu terjadi akibat dari
inovasi. Produk-produk baru yang diperkenalkan pada harga tinggi, akan jatuh
dengan cepat karena persaingan.
Sehingga inflasi merupakan suatu masalah dalam perekonomian suatu negara
yang tidak dapat dihindari, selama tingkat inflasi tersebut masih dapat
dikendalikan oleh pemerintah. Karena masyarakat pun menyadari bahwa sulit
untuk menghindar dari kenaikan harga, namun bagaimana pemerintah mampu
mengendalikan harga agar ketika terjadi kenaikan harga, maka harga tersebut
tidak naik secara mendadak dan dalam waktu yang singkat. Sehingga masyarakat
mampu memprediksikan kenaikan harga yang terjadi dan mereka mampu
mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik.

2.2 Sejarah Inflasi
Emas memberikan “nilai” pada suatu mata uang dan juga akseptabilitas
(tingkat penerimaan masyarakat) di tempat lain. Dalam hal ini, perekonomian
Kerajaan Byzantium menjadi sejarah kemunculan inflasi. Byzantium berusaha
keras untuk mengumpulkan emas dengan melakukan ekspor komoditasnya
sebanyak mungkin ke negara-negara lain dan mencegah impor dari negara lain
agar dapat mengumpulkan uang emas sebanyak-banyaknya. Tetapi yang terjadi
pada akhirnya orang-orang harus makan, membeli pakaian, mengeluarkan biaya
transportasi, serta juga menikmati hidup sehingga mereka akan membelanjakan
uang (kekayaan) yang dikumpulkannya tadi, sehingga akhirnya hal tersebut justru
menaikan

tingkat

harga

komoditasnya

sendiri.

Spanyol

setelah

era

“conquistadores” juga mengalami hal yang sama, begitu juga dengan Inggris
setelah perang dengan Napoleon (Napoleon war). Pada masa kontemporer saat
ini, terutama setelah era kapitalis dimulai, masalah yang sama tetap menjadi
perdebatan para ekonom dan otoritas keuangan. Nama-nama seperti Adam Smith,
David Ricardo, J.M. Keynes, Andrew Jackson, William Jennings Bryan, Charles
Gaulle, Milton Friedman, dan Allan Greenspan terlibat dalam masalah yang
sama.5
Dinar di Negara-negara Arab ataupun mata uang Negara-negara Eropa seperti
Inggris, Perancis, Spanyol, Italia, Swdeia, dan Rusia bahkan Amerika, semuanya
mengalami apa yang dinamakan inflasi. Awal inflasi mata uang dinar dimulai
bahkan

pada

saat

ketika

Irak

sedang

mengalami

masa

puncak

kejayaannya.Coinage debasement dan inflasi ikut mendahului perkembangan
yang cepat dari peminjaman uang (pertumbuhan kredit) serta perbankan,
khususnya di Italia yang merupakan “motor” pertumbuhan lebih lanjut dari
perekonomian.Inflasi acap kali berbentuk kenaikan tingkat harga secara gradual
daripada ledakan kekacauan ekonomi.Resolusi harga di eropa terjadi sepanjang
beberapa abad, pola kenaikan tingkat harga pertama kali tampak di Italia dan
Jerman sekitar tahu 1470 (mengikuti wabah black dead pada tahun
1349).Kemudian, seperti penyakit yang sangat menular.Inflasi menyerang eropa
5 Al-Arif, M. Nur Rianto,…,hlm. 88.

dalam beberapa tahapan; dimulai dari Inggris dan perancis pada tahun 1480-an,
meluas ke semenanjung Iberia pada decade selanjutnya dan menyerang eropa
timur pada tahun 1500-an. Kenaikan tingkat harga sangat cepat pada bahan-bahan
mentah terutama makanan. Di Inggris hanya kayu, ternak, dan biji-bijian
meningkat lima sampai tujuh kali lipat pada tahun 1480 sampai tahun 1650,
sementara itu barang manufaktur harganya meningkat sebesar tiga kali lipat.
Kenaikan sebesar 700% selama 170 tahun itu jika dihitung secara compound
hanya sebesar 1,2% pertahunnya. Akan tetapi di lain sisi, ganji hanya meningkat
kurang dari 0,5% pertahunnya, sehingga masyarakat sangat mengalami goncangan
akibat tekanan inflasi. Daya beli uang dan gaji pekerja menurun dengan tingkat
yang dianggap sangat mencemaskan.
Tidak ada satu sebab utama yang dapat “disalahkan” dalam inflasi. Semuanya
adalah akibat gabungan dari penurunan produksi pertanian, pajak yang berlebihan,
depopulasi, manipulasi pasar, high labor cost, pengangguran, kemewaha yang
berlebihan, dan sebab-sebab yang lainnya, seperti perang yang berkepanjangan,
embargo, dan pemogokan pekerja. Adapun negara Eropa yang dianggap bertahan
dengan sukses menghadapi inflasi adalh Inggris.Akan tetapi, hal itu terjadi pada
masa-masa perekonomiannya dianggap terbelakang dibandingkan dengan negaranegara eropa lainnya.Paham “Financial Rectitude” walaupun banyak dikagumi,
tidak pernah menjadi jalan untuk mencapai kemakmuran. Setelah pertumbuhan
pesat (pendanaan kredit) dan simpanan bank akibat kebutuhan pembiayaan perang
dengan Napoleon dan kemudian untuk pembiayaan Perang Dunia I, Inggris
terpaksa menghentikan konvertibilitas antara steerling dengan emas serta juga
obsesinya terhadap penciptaan “superior-quality money” karena terjadi deflasi
yang drastic yang diikuti gangguan social yang sangat serius. Keputusan untuk
kembali ke standar emas pada 1925, yang mendahului beberapa kebijakan yang
“mencekik” perekonomian, akhirnya diakhiri pada 1931. Penderitaan dan
kesengsaraan yang terjadi cukup buruk, akan tetapi Inggris tidak pernah kembali
ke standar emas dan menciptakan “superior-quality money” yang dianggap
merupakan sumber kemakmuran dan menjadi kebanggaan selama beberapa abad.6
6 Al-Arif, M. Nur Rianto,…,hlm. 88.

Lebih baru ketika Inggris memutuskan keluar dari European Monetary Union
(EMU) pada tahun 1992 dan membiarkan mata uangnya mengalami depresiasi,
ekspor melonjak naik dan perekonomian tumbuh, sedangkan Negara EMU yang
lainnya

mengalami

stagnasi.

Selain

Inggris,

Perancis

juga

mengalami

permasalahan antara emas-nilai mata uang-inflasi. Michael Chevalier (seorang
ekonom Perancis pada abad ke-19) dalam karangannya “On the Probable Fall in
the Value of Gold: The Commercial and Social Consequences Which May Ensue,
and the Measures Which It Invites” pada tahun 1859 menyebutkan bahwa
pertambahan penawaran emas akibat diketemukannya tambang-tambang emas
baru di California, Australia, dan Afrika Selatan akan mengakibatkan turunnya
harga emas relative dibandingkan perak yang kemudian akan membawa pada
turunnya nilai riil emas (inflasi) atau naiknya tingkat harga seluruh barang kecuali
emas. Diketahui nahwa ada hubungan yang besar antara kenaikan produksi emas
dengan kenaikan tingkat inflasi di Perancis pada tahun 1870. Hal ini sesuai
dengan penelitian Jean Bodin pada tahun 1568 yang meneliti bahwa
meningkatnya jumlah emas dan perak berhubungan erat dengan meningkatnya
tingkat harga-harga secara umum.
Inflasi dapat terjadi karena pada saat tingkat harga secara umum naik,
pembeli harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk jumlah barang dan jasa
yang sama. Dengan kata lain, inflasi tidak akan berlanjut jika tidak “dibiayai”
dengan berbagai cara. Jika konsumen tidak dapat menemukan uang lebih untuk
membeli barang demi mempertahankan tingkat pembelanjaanya, mereka akan
membatasi pembelian dengan membeli libih sedikit yang kemudian pada akhirnya
akan membatasi kemampuan penjual untuk menaikkan harga. Kaum monetaris
berpendapat bahwa Revolusi Harga tidak akan trjadi jika tidak dibantu oleh
kenaikan penawaran uang yang berasal dari bullion emas dan perak yang
diproduksi oleh New York (Amerika, Australia, dan Afrika Selatan) yang
walaupun banyak juga emas dan perak tersebut akhirnya ditumpuk oleh pribadi
atau institusi sehingga keluar dari sirkulasi, ataupun jadi perhiasan dan ornamentornamen untuk bangunan istana dan katedral serta banyak juga dari emas tersebut
yang akhirnya dikapalkan ke Asia dan tidak pernah kembali lagi.

2.3 Penyebab Inflasi
Meurut Sukirno bahwa berdasarka pada sumber atau penyebab atas kenaikan
harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk yaitu:7
1.

Inflasi Tarikan Permintaan (demand pull inflation)
Yaitu inflasi yang terjadi karena terjadinya kenaikan permintaan atas suatu
komoditas.Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian yang
berkembang pesat.Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat
pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang
melebihi kemampuan ekonomi dalam mengeluarkan barang dan jasa.
Pengeluaran yang berlebihan ini yang akan menimbulkan inflasi, karena
terlalu banyak uang yang beredar. Seperti yang telah dipelajari dalam
mikroekonomi, bahwa apabila jumlah permintaan meningkat, sementara disisi
lain penawaran tetap maka akan terjadi kenaikan harga. Kenaikan permintaan
inilah yang dapat memicu terjadinya inflasi.

2.

Inflasi desakan biaya (cost push inflation)
Yaitu inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi. Pada saat
krisis ekonomi 1997, ketika banyak industry di Indonesia bahan bakunya
terlalu bergantung kepada bahan baku impor sehingga ketika terjadi
penurunan nilai mata uang rupiah maka akan berpengaruh terhadap kenaikan
biaya produksi. Implikasi selanjutnya dari kenaikan biaya produksi adalah
kenaikan harga kepada konsumen.

3.

Inflasi Diimpor (Imported Inflation)
Yaitu inflasi yang disebabkan oleh terjadinya inflasi di luar negeri. Inflasi ini
terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga
memiliki peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran di perusahaanperusahaan. Contohnya kenaikan harga bahan baku bagi industri di dalam
negeri yang diimpor dari luar negeri, sehingga apabila harga bahan baku
tersebut naik maka kenaikan harganya dapat menyebabkan kenaikan harga
pula di dalam negeri.

7 Sadono Sukirno,…, hlm. 333.

Kemudian adapula pembagian inflasi berdasarkan penyebabnya menurut
Adiwarman A.Karim, yakni:8
1.

Natural Inflation dan Human Error Inflation. Sesuai dengan namanya,
natural inflation adalah inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah dan
manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya, misalkan inflasi
karena terjadi paceklik. Sedangkan, human error inflation adalah inflasi yang
terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.

2.

Actual/anticipated/expected

Inflation

dan

Unanticipated/unexpected

Inflation. Pada expected inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama
dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi. Sedangkan
pada unexpected inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau
tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek infalsi.
3.

Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation. Demand Pull Inflation
diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi permintaan
agregat dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. Cost Push Inflation
adalah inflasi yang terjadi karena adanya perubahan-perubahan pada sisi
penawaran agregat dari barang dan jasa pada suatu perekonomian.

4.

Spiralling Inflation, inflasi jenis ini adalah infalsi yang diakibatkan oleh
infalsi yang terjadi sebelumnya, dimana inflasi yang sebelumnya itu terjadi
sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya.

5.

Imported Inflasi dan Domestin Inflation. Imported Inflation bisa dikatakan
adalah inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu negara karena harus
menjadi price taker-pengikut harga-dalam pasar perdagangan internasional.
Domestin Inflation bisa dikatakan inflasi yang hanya terjadi di dalam negeri
suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi negara-negara lainnya.
Studi tentang penyebab inflasi di Indonesia telah banyak dilakukan, antara lain

oleh Boorman (1975), Djiwandono (1980), Nasution (1983), Ahmad (1985), dan
8 Adiwarman A.Karim, Ekonomi Makro Islam, Jakarta, Rajawali Pers, 2007,
hlm.138.

Ikhsan (1991). Namun, pada umumnya dari studi di atas menunjukkan bahwa
penyebab inflasi di Indonesia ada 2 macam, yaitu Inflasi yang Diimpor dan
Deficit dalam Anggaran Pemerintah Belanja Negara (APBN). Penyebab inflasi
lainnya menurut Sadono Sukirno adalah kenaikan harga-harga barang yang
diimpor, penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh
pertambahan produksi dan penawaran barang, serta terjadinya kekacauan politik
dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang bertanggungjawab.
Adapun penyebab lain dari inflasi antara lain uang yang beredar lebih besar
daripada jumlah barang yang beredar, sehingga permintaan akan barang
mengalami kenaikan, maka dengan sendirinya produsen akan menaikkan harga
barang dan apabila kondisi seperti ini dibiarkan maka akan terjadi inflasi.9
Beberapa kelompok besar dari inflasi adalah :
1.

Policy Induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa
merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiaannya.

2.

Cosh-Push Inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa terjadi
walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat pengunaan
kapasitas produksi rendah.

3.

Demand-Pull Inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan
yang mendorong kenaikan tingkat harga umum. Kenaikan permintaan agregat
akan menyebabkan harga yang naik, karena permintaan naik sementara
penawaran tetap secara mikro ekonomi akan menyebabkan harga-harga
menjadi naik.

4.

Innertial Inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama sampai
kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah. Jika inflasi terus bertahan, dan
tingkat ini diantisipasi dalam bentuk kontrak finansial dan upah, kenaikan
inflasi akan terus berlanjut.
Menurut Paul A.Samuel Son seperti sebuah penyakit, inflasi dapat

digolongkan menurut tingkat keparahannya yaitu Sebagai berikut:10
1.

Moderate Inflation

9 Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, Jakarta, Kencana, 2008, hlm.176.
10 Paul A Samuelson, Economics 14thed, New York: McGraw Hill, 1992, hlm.
592

Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat, umumnya
dikenal dengan inflasi satu digit. Pada tingkat inflasi seperti ini masyarakat
masih mau untuk memegang uang dan menyimpan kekayaannnya dalam
bentuk uang daripdada dalam bentuk aset riil.
2.

Gallloping Inflation
Inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai dengan 200%
pertahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang hanya mau memegang uang
seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk aset-aset riil.
Masyarakat akan menumpuk barang-barang, membeli properti. Pasar uang
akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan melalui caracara selain dari tingkat bunga serta orang tidak akan mau memberikan
pinjaman kecuali dengan tingkat bunga yang sangat tinggi.

3.

Hyper Inflation
Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu beberapa ratus
persen sampai dengan beberapa ribu persen hanya dalam waktu singkat.
Walaupun sepertinya banyak negara yang perekonomiannya dapat bertahan
menghadapi Galloping Inflation, tetapi tidak akan pernah ada pemerintahan
yang dapat bertahan pada kondisi Hyper Inflation.
Inflasi memiliki beberapa dampak buruk terhadap individu dan masyarakat

menurut Prathama Rahardja dan Manurung yaitu:11
1.

Menurunnya tingkat kesejahteraan masyakakat
Inflasi menyebabkan daya beli masyarakat menjadi berkurang atau malah
semakin rendah, apalagi bagi orang-orang yang berpendapatan tetap,
kenaikan upah tidak secepat kenaikan harga-harga, maka inflasi ini akan
menurunkan upah riil setiap individu yang berpendapatan tetap, seperti
pegawai negeri sipil ataupun karyawan.

2. Memperburuk distribusi pendapatan

11Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Makroekonomi, hlm.
169.

Bagi masyarakat yang berpendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan
nilai riil dari pendapatannya dan pemilik kekayaan dalam bentuk uang akan
mengalami penurunan juga. Akan tetapi, bagi pemilik kekayaan tetap seperti
tanah atau bangunan tetap mempertahankan atau justru menambah nilai riil
kekayaannya. Dengan demikian inflasi akan menyebabkan pembagian
pendapatan diantara golongan yang berpendapatan tetap dengan para pemilik
kekayaan tetap akan semakin tidak merata.
3. Terganggunya stabilitas ekonomi
Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak pergerakan atas
kondisi di masa depan (ekspetasi) para pelaku ekonomi. Sehingga hal ini akan
mengacaukan stabilitas dalam perekonomian suatu negara, karena akan
memunculkan perilaku spekulasi dari masyarakat
Selain dampak di atas, dampak lainnya dirasakan pula oleh para penabung,
oleh kreditur atau debitur, dan oleh produsen. Dampak inflasi bagi para penabung
ini menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang yang
ditabung semakin menurun. Penabung akan mampu menghasilkan bunga atau
bagi hasil, tetapi jika tingkat inflasi terjadi masih di atas tingkat bunga yang
diterima oleh penabung, tetap saja nilai mata uang yang diterima oleh penabung
akan menurn. Bila orang sudah enggan menabung, maka dunia usaha dan
investasi

akan

sulit

berkembang,

karena

berkembangnya

dunia

usaha

membutuhkan dana dari masyarakat yang disimpan di Bank.
Adapun dampak inflasi bagi debitur atau yang meminjam uang pada bank,
inflasi ini justru menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada
kreditur, nilai uang lebih rendah dibanding pada saat meminjam, tetapi sebaliknya
bagi kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian
karena nilai mata uang pengembalian lebih rendah dibandingkan pada saat
peminjaman. Begitupun bagi produsen, inflasi bisa menguntungkan bila
pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal
ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya-inflasi
yang terjadi karena kenaikan permintaan (Demand Pull Inflation). Namun, bila

inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya-inflasi yang
terjadi karena kenaikan biaya produksi (Cosh Push Inflation). Sedangkan dampak
inflasi bagi perekonomian secara keseluruhan, misalnya prospek pembangunan
ekonomi jangka panjang akan semakin memburuk, inflasi mengganggu stabilitas
ekonomi dengan merusak rencana jangka panjang para pelaku ekonomi. Inflasi
jika tidak cepat ditangani, maka akan susah untuk dikendalikan, inflasi cenderung
akan bertambah cepat.
Sementara bagi perekonomian nasional, inflasi dapat berdampak kepada
beberapa hal, diantaranya adalah:12
1.

Investasi berkurang

2.

Mendorong tingkat bunga

3.

Mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif

4.

Menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan

5.

Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa yang akan datang

6.

Menyebabkan daya saing produk nasional berkurang

7.

Menimbulkan defisit neraca pembayaran

8.

Merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, dan

9.

Meningkatnya jumlah pengangguran
Selain itu, inflasi juga mengakibatkan masalah-masalah yang berhubungan

dengan akuntansi seperti:13
1.

Apakan penilaian terhadapaset tetap dan aset lancar dilakukan dengan metode
biaya histories atau metode biaya aktual?

2.

Pemeliharaan modal riil dengan melakukan isolasi keuntungan inflasioner.

3.

Inflasi menyebabkan dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi operasi (index)
untuk mendapatkan kebutuhan perbandingan waktu dan tempat.

12Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, diakses pada
20 November 2017.
13 Rafiq al-Masri, a paper submitted in the Second Workshop on Inflation:
Inflation and Its Impact on Societies – The Islamic Solution ; Kuala Lumpur
1996.

2.4 Indikator Inflasi
Ada beberapa indikator makroekonomi yang digunakan untuk mengetahui lau
inflasi selama suatu periode tertentu, yaitu:14
1.

Index Harga Konsumen (Consumer Price Index)
Index Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang menunjukkan
tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode
tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan
jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masingmasing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot (weighted) berdasarkan
tingkat keutamaannya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi
bobot yang paling besar. Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan dengan
mempertimbangkan sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk lebih
mencerminkan keadaan yang sebenarnya, perhitungan IHK dilakukan dengan
melihat perkembangan regional, yaitu dengan mempertimbangkan tingkat
inflasi kota-kota besar terutama ibukota provinsi-provinsi di Indonesia.
Adapun rumus perhitungan IHK adalah sebagai berikut:
Inflasi =

( IHK −IHK −1)
IHK −1

x 100 %

Dilihat dari cakupan komoditas yang dihitung IHK kurang mencerminkan
tingkat inflasi yang sebenarnya. Tetapi IHK sangat berguna karena
menggambarkan besarnya kenaikan biaya hidup bagi konsumen, sebeb IHK
memasukkan komoditas-komoditas yang relevan (pokok) yang biasanya
dikonsumsi masyarakat.
2.

Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)
Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka indeks harga perdagangan
besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu, IHPB sering
juga disebut sebagai indeks harga produsen (producen price Index). IHPB
menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat

14 Al-Arif, M. Nur Rianto,…,hlm. 94.

produksi. Prinsip menghitung inflasi berdasarkan data IHPB adalah sama
dengan cara berdasarkan IHK, yaitu :
Inflasi =

3.

( IHPB−IHPB−1)
IHPB −1

x 100%

Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)
Meskipun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran laju
inflasi yang sangat terbatas. Sebab , dilihat dari metode penghitungannya,
kedua indikator tersebut hanya melingkupi beberapa puluh kota saja. Padahal
dalam kenyataannya jenis barang dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi
dalam sebuah perekonomian dapat mencapai ribuan, puluhan ribu bahkan
mungkin ratusan ribu jenis, melainkan seluruh pelosok wilayah. Untuk
mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan sebenarnya,
ekonomi menggunakan indeks berdasarkan IHI dilakukan dengan menghitung
perubahan angka indeks.
Inflasi =

(IHI −IHI −1 )
IHI

x 100%

2.5 Kebijakan Ekonomi Konvesional dalam Mengatasi Inflasi
Mewujudkan inflasi nol persen secara terus menerus dalam perekonomian
yang sedang berkembang adalah sulit untuk dicapai. Oleh sebab itu, dalam jangka
panjang yang perlu diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi berada pada
tingkat yang sangat rendah. Untuk menjaga kestabilan ekonomi, pemerintah perlu
menjalankan kebijakan menurunkan tingkat inflasi karena bagaimana pemerintah
mempunyai perananyang penting dalam mengendalikan laju inflasi karena
bagaimanapun

pemerintah

mempunyai

peranan

yang

penting

dalam

mengendalikan laju inflasi sebab terjadi atau tidaknya inflasi tergantung dari
kebijakan-kebijakan

pemerintah

dalam

menjalankan

roda

perekonomian.

Kebijakan-kebijakan yang digunakan untuk mengatasi masalah inflasi yaitu
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.

1.

Kebijakan Fiskal
Ada dua kebijakan fiskal yang bisa dilaksanakan oleh pemerintah untuk

menekan tingkat inflasi, yaitu :
a.

Meningkatkan Pajak15
Jika ada penambahan pendapatan masyarakat dengan naiknya jumlahuang
beredar, setiap penambahan pendapatan masyarakat Rp.10.00, jika diikuti
dengan pajak 20% (MPC masyarakat diasumsikan 0,8), maka penambahan
pendapatan Rp.10.00 akan menambah konsumsi Rp.6,4 lebih kceil bila di
bandingkan dengan tidak adanya penambahan pajak yaitu Rp.8,00. Maka
tinggi pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan, maka semakin
kecil konsumsi masyarakat. Dengan naiknya pajak yang di kenakan
pemerintah terhadap pendapatan masyarakat akan dapat menekan tingkat
konsumsi.

b.

Mengurangi Pengeluaran Pemerintah16
Kebijakan yang akan di laksanakan adalah dalam bentuk mengurangi
pengeluaran pemerintah, langkah ini menimbulkan efek yang cepat dalam
mengurangi pengeluaran dalam perekonomian. Maka untuk menerangkan
tentang efek dari kebijakan fiskal dalam mengatasi inflasi perlu di bedakan
dalam dua keadaan, yaitu pertama keadaan dimana inflasi berlaku tanpa
kontrol pemerintah, kedua inflasi yang di atasi kebijakan fiskal.
Jika inflasi dalam kondisi tanpa kontrol pemerintah, pengeluaran agregat
akan mengalami kenaikan sehingga akan menimbulkan efek pada pendapatan
nasional yang meningkat, begitu pula dengan tingkat harga yang mengalami
peningkatan. Maka dari itu diperoleh tingkat pengangguran yang sanagat
rendah. Dan jika dilihat kondisi kedua yaitu inflasi di atasi melalui kebijakan
fiskal, maka akan terwujud kesempatan kerja penuh dan harga-harga tidak
mengalami kenaikan yang terlalu tinggi, hal ini dapat dilihat dari kebijaan
pemerintah yang mencoba mengatasi dengan cara mengurangi pengeluaran,

15 Mulia Nasution, Ekonomi Moneter: Uang dan Bank, Jakarta: Penerbit
Djambatan, 1998, hlm. 225
16 Nurul Huda, Op.cit., hlm. 182-183

sehingga menyebabkan agregat meningkat dan keseimbangan pendapatan
nasional mencapaikesempatan kerja penuh.
2.

Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter ialah peraturan dan ketentuan yang dikluarkan oleh

otoritas moneter (bank sentral) untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Agar
ekonomi tumbuh lebih cepat,bank sentral bisa memberikan lebih banyak kredit
kepada sistem perbankan melalui operasi pasar terbuka,atau bank sentral
menurunkan pesyaratan cadangan dari bank-bank atau menurunkan tingkat
diskonto, yang harus dibayar oleh bank jika hendak meminjam dari bank sentral.
Akan tetapi, apabila ekonomi tumbuh terlalu cepat dan inflasi menjadi masalah
yang semakin besar, maka bank sentral dapat melakukan operasi pasar terbuka
(open market operations), menarik uang dari sistem perbankan, menaikkan
persyaratan cadangan minimum (reserve requirment), atau menaikkan tingkat
diskonto (interest or discount rate), sehingga dengan demikian akan
memperlambat pertumbuhan ekonomi. Instrumen kebijakan moneter lain berkisar
dari kebijakan kredit selektif sampai moral suasion, suatau kebijakan yang
sederhana, tetapi sering sangat efektif.
Menaikkan suku bunga bank melalui bank sentral akan meningkatkan minat
masyarakat untuk menabung, dengan naiknya suku bunga yang disebabkan
naiknya suku bunga bank sentral akan menyebabkan permintaan uang untuk
investasi akan berkurang. Maksud menaikkan suku bunga ini adalah untuk
menarik uang yang beredar dalam masyarakat. Setelah uang tujuan produktif ,
sehingga penambahan uang yang beredar dapat diimbangi dengan penambahan
produksi barang, sehingga sektor riil pun dapat berkembang.
Dalam kondisi inflasi, pemerintah dapat pula menerapkan kebijakan uang
ketat (right money policy) yang merupakan salah satu kebijakan ampuh untuk
mengatasi terjadinya inflasi. Karena kebijakan ini mempengaruhi seluruh sektor
perekonomian, dengan tindakan ini seluruh sektor ekonomi akan mengalami
kemacetan dalam menjalankan aktivitasnya, namun tingkat inflasi pun dapat

menurun tajam. Indonesia pernah menerapkan kebijakan ini pada akhir tahun
1990 dan hasilnya terlihat dimana menurunnya tingkat inflasi pada tahun 1992.
2.6 Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam
Ekonomi islam merupakan ikhtiar pencairan sistem ekonomi yang lebih baik
setelah ekonomi kapitalis gagal total. Bisa di bayankan betapa tidak adilnya,
betapa pincangnya akibat sistem kapitalis yang berlaku skarang ini, yang kaya
semakin kaya yang miskin semakin miskin. Selain itu, dalam pelaksanaannya,
ekonomi kapitalis banyak menimbulkan permasalahan. Pertama, ketidakadilan
dalam berbagai macam kegiatan yang tercermin dalam ketidakmerataan
pembagian pendapatan masyarakat. Kedua, ketidakstabilan dari sistem ekonomi
yang ada saat ini menimbulkan berbagai gejolak dalam kegiatannya.17
Dalam ekonomi Islam tidak di kenal dengan inflasi, karena mata uang yang
dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabildan di
benarkan oleh islam, namun dinar dan dirham di sini adalah dalam artian yang
sebenarnya yaitu yang dalam bentuk emas maupun perak bukan dinar-dirham
yang sekadar nama. Adiwarman Karim mengatakan bahwa Syekh an-Nabhani
memberikan beberapa alasan mengapa mata uang yang sesuai itu adalah dengan
menggunakan emas. Ketika Islam melarang praktik penimbunan harta, Islam
hanya mengkhususkan larangan tersebut untuk emas dan perak, padahal harta itu
mencakup semua barang yang bisa di jadikan kekayaan.
1.

Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum yang baku dan tidak
berubah-ubah , ketika islam mewajibkan diyat, maka yang dijadikan sebagai
ukurannya adalah dalam bentuk emas.

2.

Rasulullah SAW telah menetapkan emas dan perak sebagai mata uang dan
beliau menjadikan hanya emas dan perak sebagai standar uang.

3.

Ketika Allah SWT mewajibkan zakat uang, Allah telah mewajibkan zakat
tersebut dengan nisab emas dan perak.

17 Nurul Huda,…,hlm. 189

4.

Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang yang terjadi dalam transaksi
uang hanya di lakukan dengan emas dan perak, begitu pun dengan transaksi
lainnya hanya di nyatakan dengan emas dan perak.
Penurunan nilai dinar atau dirham memang masih mungkin terjadi, yaitu

ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu mengalami penurunan.
Diantaranya akibat di ketemukannya emas dalam jumlah yang besar di suatu
negara, tapi keadaan ini kecil sekali kemungkinannya. Atau kondisi terjadinya
defisit anggaran pada pemerintahan Islam. Kondisi defisit anggaran pernah
terjadipada zaman Rsulullah dan ini hanya terjadi satu kali yaitu sebelum perang
Hunain.
Menurut para ekonomi Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian karena:18
1.

Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang,terutama terhadap fungsi
tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit
penghitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan
akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah mengakibatkan terjadinya
inflasi kembali, atau dengan kata lain”self feeding inflation”

2.

Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat (turunnya marginal propensity to save). Hal ini berakibat pada
menurunnya dana pembiayaan yang akan di salurkan.

3.

Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama pembelanjaan untuk
berang-barang non-primer dan barang-barang mewah (naiknya marginal
propensity to consume)

4.

Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan
kekayaan (hoarding) seperti pada aset property yaitu tanah dan bangunan,
logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah
produktif seperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.

18 Rafiq al-Masri, a paper submitted in the Second Workshopon Inflation:
Inflation and Its Impact on Societies – The Islamic Solution; Kuala Lumpur
1996

Ekonomi Islam Taqiuddin Ahmad ibn Al-Maqrizi (1364 M - 1441 M), yang
merupakan salah satu murid ari Ibn Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua
golongan yaitu:19
1.

Natural Inflation
Sesuai dengan namanya, inflasi jenis ini di akibatkan oleh sebab-sebab

alamiah di mana orang tidak mempunyai kendali atasnya (dalam hal mencegah).
Ibn Al-Maqrizi mangatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang di akibatkan oleh
turunnya Penawaran Agregatif (AS) atau naiknya Permintaan Agregatif (AD).
Maka natural inflation akan dapat di bedakan berdasarkan penyebabnya manjadi
dua golongan yaitu sebagai berikut :
a.

Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana ekspor naik
sedangkan impor turun sehingga nilai ekspor bersih sangat besar,maka
mengakibatkan naiknya Permintaan Agregat (AD). Hal ini pernah terjadi pada
masa pemerintahan khalifah umar ibn Khattab r.a. Pada masa itu kafilah
pedagang yang menjual barangnya di luar negeri membeli barang-barang
yang mereka jual (positive net export). Adanya positive net export akan
menjadikan keuntungan, keuntungan yang berupa kelebihan uang tersebut
akan dibawa masuk ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli
masyarakat akan naik. Naik nya Permintaan Agregatif, atau grafik dilukiskan
sebagai kurva AD yang bergeser ke kanan,akan mengakibatkan naiknya
tingkat harga secara keseluruhan .
Apa yang dilakukan oleh khalifah Umar Ibn Khattab r.a untuk mengatasi
permasalahan tersebut? Beliau melarang penduduk Madinah untuk membeli
barang-barang atau komoditi selama 2 hari berturut-turut. Akibatnya adalah
turunnya Permintaan Agregatif (AD) dalam perekonomian.Setelah pelarangan
tersebut berakhir maka tingkat harga kembali normal.

b.

Akibat dari turunnya tingkat produksi (Agregate Supply [AS]) karena
terjadinya paceklik, perang, ataupun embargo atau boikot. Hal ini pernah
terjadi pula pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab yaitu pada
saat terjadi paceklik yang mengakibatkan kelangkaan gandum, atau dapat

19 Adiwarman A Karim,…., hlm. 140.

digambarkan pada grafik kurva AS bergeser ke kiri, yang kemudian
mengakibatkan naiknya tingkat harga-harga. Apa yang dilakukan oleh
Khalifah Umar bin Khattab r.a. terhadap permasalahan ini? Beliau melakukan
impor gandum dari Fustat–Mesir sehingga penawaran Agregatif (AS) barang
di pasar kembali naik yang kemudian berakibat pada turunnya tingkat hargaharga.
Jadi inflasi yang terjadi karena sebab-sebab yang alamiah, atau murni karena
tarikan permintaan dan penawaran, maka pemerintah tidak perlu khawatir. Karena
solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menstabilkan baik permintaan agregat
maupun penawaran agregat pada kondisi semula sebelum terjadinya kenaikan
harga atau inflasi.
2.

Human Error Inflation
Selain dari penyebab-penyebab yang dimaksud pada natural inflation, maka

inflasi-inflasi yang disebabkan oleh hal-hal lainnya dapat digolongkan sebagai
human error inflation atau false inflation. Human error inflation dikatakan
sebagai inflasi yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan dari manusia itu sendiri.
Human error inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-penyebabnya
sebagai berikut:20
a.

Korupsi dan administrasi yang buruk.
Korupsi akan menaikkan tingkat harga, karena produsen harus menaikkan
harga jual pada produksinya untuk menutupi biaya-biaya “siluman” yang
telah mereka bayarkan. Birokrasi perijinan yang berbelit-belit, dimana hanya
untuk pengurusan suatu izin harus melalui beberapa instansi, hal ini tentu
akan menambah biaya produksi dari produsen dan berakibat pada kenaikan
harga. Hal yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah dengan
menghilangkan korupsi dan melakukan reformasi birokrasi.
Jika menggunakan pendekatan kepada permintaan agregat (AD) dan
penawaran agregat (AS), maka korupsi dan administrasi yang buruk akan
menyebabkan kontraksi pada kurva penawaran agregat, yang menyebabkan

20 Adiwarman A Karim, Ekonomi Makro Islami, 2008, hlm. 143.

terjadinya kenaikan harga. Selain menyebabkan inefisiensi alokasi sumber
daya dan ekonomi biaya tinggi, korupsi dan administrasi yang buruk akan
dapat menyebabkan perekonomian terpuruk.
Inflasi yang disebabkan korupsi dan administrasi yang buruk.

b.

Pajak yang berlebihan (excessive tax)
Efek yang ditimbulkan oleh pengenaan pajak yang berlebihan pada
perekonomian akan memberikan pengaruh yang sama dengan pengaruh yang
ditimbulkan oleh korupsi dan administrasi yang buruk yaitu terjadinya
kontraksi pada kurva penawaran agregat. Jika dilihat lebih lanjut, pajak yang
berlebihan mengakibatkan pada efficiency loss atau dead weight loss. Ini
termasuk masalah pula dalam perekonomian di Indonesia, terutama pasca
penerapan otonomi daerah, dimana setiap daerah memiliki kebijakan
tersendiri dalam menggali sektor-sektor yang dapat dijadikan sebagai obyek
untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.

c.

Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan
(excessive seignorage).
Seignorage arti tradisionalnya adalah keuntungan dari pencetakan koin yang
didapat oleh percetakannya dimana biasanya percetakan tersebut dimiliki
penguasa. Percetakan uang yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan
terlalu banyaknya jumlah uang beredar di masyarakat, hal ini berimplikasi
pada penurunan nilai mata uang. Hal ini telah terbukti di Indonesia pada masa
pemerintahan Presiden Soekarno, dimana kebutuhan anggaran pemerintah

dibiayai oleh percetakan uang. Namun Karena berlebihan hal ini dapat
menyebabkan terjadinya inflasi.
2.7 Kebijakan ekonomi Islam dalam Inflasi
1.

Kebijakan Fiskal
Dalam pemikiran islam menurut An-Nabahan pemerintah merupakan

lembaga formal yang mewujudkan dan memberikan pelayanan terbaik kepada
rakyatnya. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat, salah satunya yaitu tanggung jawab terhadap perekonomian
diantaranya mengawasi faktor utama penggerak perekonomian.21
Majid mengatakan bahwa untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera,
pemerintah Islam menggunakan dua kebijakan, yaitu kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter. Kebijakan tersebut telah dipraktikkan sejak zaman Rasullulah
dan Khulafaur Rosyidin kemudian dikembangkan oleh para ulama. Tujuan dari
kebijakan fiskal dalam Islam adalah untuk menciptakan stabilitas ekonomi,
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan, ditambah
tujuan lain yang terkandung dalam aturan Islam.22
Dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi ada beberapa