Strategi Pengelolaan Pasar Tradisional dalam Meningkatkan Penerimaan Retribusi Pelayanan Pasar pada Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masuknya kekuatan ekonomi besar (multi coporate) tidak mungkin
terbendung dalam ekspansi ekonomi dunia. Karena proyeksi pemberlakuan pasar
bebas melalui AFTA membuka peluang yang besar ke arah liberalisasi ekonomi
dunia menjadi semakin mapan. Sehingga mempengaruhi strategi dan kebijakan
Negara dunia ketiga termasuk Indonesia. Di tengah laju perkembangan pasarpasar modern dalam bentuk mall, supermarket, mini market. Pasar tradisional
sepertinya memiliki posisi strategis. Sekalipun di sebagian tempat, pasar
tradisional memang cenderung kalah bersaing dengan pasar modern.
Saat ini banyak ibu rumah tangga kelas menengah-atas yang bekerja di
luar rumah berbelanja kebutuhan rumah tangga lebih efisien jika dilakukan dalam
jumlah banyak dan tidak dilakukan setiap hari. Dalam kondisi seperti ini,
berbelanja di pasar modern lebih disukai, karena pengemasan yang lebih baik,
sehingga barang yang bersifat mudah rusak (perishable) dapat tahan lebih lama
walaupun dengan harga sedikit mahal. Dengan melakukan pembelanjaan dalam
jumlah besar dapat menghemat biaya transportasi, meminimalkan waktu produktif
yang hilang, dan mengisi waktu luang untuk berbelanja sambil berekreasi.
Tidak semua pasar tradisional mengalami penurunan peminat. Pasar
tradisional yang melibatkan transaksi dalam jumlah besar, terutama yang tematik
(pasar buah, sayuran, batik, tekstil) akan lebih dapat bertahan meskipun
Universitas Sumatera Utara
bermunculan pasar modern. Kondisi ini menunjukkan peran preferensi (pilihan)
masyarakat dan skala transaksi, menentukan keberadaan suatu pasar tradisional.
Saat ini pasar tradisional masih menjadi wadah utama penjualan produkproduk berskala ekonomi rakyat seperti petani, nelayan, pedagang barang
kerajinan tangan dan produk industri rumah tangga (industri rakyat). Pasar
tradisional merupakan sandaran hidup bagi banyak orang dan interaksi sosial yang
terjadi sangat kental di dalam pasar dengan cara penjualan langsung (sistem tawar
menawar). Pasar tradisional merupakan kumpulan para wirausaha yang memiliki
modal sendiri dengan kekuatan sendiri. Bagi masyarakat, pasar tradisional bukan
sekedar sebagai tempat jual beli semata, namun lebih dari itu pasar terkait dengan
konsepsi hidup dan sosial budaya. Pasar tidak semata mewadahi kegiatan
ekonomi, akan tetapi pelaku juga dapat mencapai tujuan-tujuan lain. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pasar tradisional dapat menjadi wadah kegiatan
ekonomi, interaksi sosial, dan sarana rekreasi baik suasana pasar maupun produk
barang dagangan yang khas.
Sisi kelabu yang tidak dapat diingkari, daya tarik pasar tradisional
menurun akibat buruknya kondisi serta kelengkapan sarana dan prasarana pasar
tradisional, pasar tradisional dikenal sebagai tempat transaksi rakyat yang
berwajah semrawut dengan ciri sampah berserakan, becek, kumuh, bau
menyengat, keadaan pasar yang padat suasana sumpek, penataan barang dagangan
yang berlebih dari petak jualan, ruang gerak koridor yang sangat terbatas dan
sistem keamanan yang minim, yang semua itu bertolak belakang dengan pasar
modern. Dengan tampilan fisik yang demikian ditambah realitas pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
pasar modern yang kian penetratif membuat keberadaan pasar tradisional semakin
surut daya saingnya.
Pasar tradisional, jika dikaji secara jernih, memang memiliki beberapa
fungsi penting yang tidak dapat digantikan begitu saja oleh pasar modern.
Setidaknya, ada empat fungsi ekonomi yang sejauh ini bisa diperankan oleh pasar
tradisional (www.usdrp-indonesia.org/files/downloadContent/1181.pdf).
Pertama, pasar tradisional merupakan tempat dimana masyarakat berbagai
lapisan memperoleh barang-barang kebutuhan harian dengan harga terjangkau,
karena memang seringkali harga di pasar tradisional lebih murah dibandingkan
harga yang ditawarkan pasar modern. Dengan kata lain pasar tradisional
merupakan pilar penyangga ekonomi masyarakat kecil. Kedua, pasar tradisional
merupakan tempat yang relative lebih bisa dimasuki oleh pelaku ekonomi lemah
yang menempati posisi mayoritas dari sisi jumlah. Pasar tradisional jelas jauh
lebih bisa diakses oleh sebagian besar pedagang yang bermodal kecil ketimbang
pasar modern. Ketiga, pasar merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD) lewat retribusi yang ditarik dari para pedangang. Keempat,
akumulasi aktivitas jual beli di pasar merupakan faktor penting dalam perhitungan
tingkat pertumbuhan ekonomi baik pada skala lokal, regional maupun nasional.
Keberadaan pasar diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pembeli,
pedagang, pengelola pasar dan pemerintah daerah. Pada era sekarang ini, salah
satu tuntutan masyarakat terhadap pasar adalah peningkatan pelayanan pasar.
Pengelola pasar dalam menjalankan tugasnya tidak terlepas dari aktivitas
dalam peningkatan pelayanan kepada pelanggan dan stakeholders. Pelanggan dan
stakeholders bagi sektor publik adalah mereka yang secara langsung atau tidak
Universitas Sumatera Utara
langsung menggunakan pelayanan publik atau mereka yang secara langsung
maupun tidak langsung terpengaruh oleh tindakan-tindakan atau kebijakankebijakan publik.
Permasalahan terkait pengelolaan pasar tradisional antara lain : (1)
permasalahan dan citra negatif pasar tradisional umumnya terjadi akibat kurang
disiplinnya pedagang, pengelola pasar yang tidak profesional, dan tidak tegas
dalam menerapkan kebijakan atau aturan terkait pengelolaan operasional pasar;
(2) pasar tradisional umumnya memiliki desain yang kurang baik, termasuk
minimnya fasilitas penunjang, banyaknya pungutan liar dan berkeliarannya
"preman-preman” pasar serta sistem operasional dan prosedur pengelolaannya
kurang jelas; (3) masalah internal pasar seperti buruknya manajemen pasar, sarana
dan prasarana pasar yang sangat minim, pasar tradisional sebagai sapi perah untuk
penerimaan retribusi, menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL) yang mengurangi
pelanggan pedagang pasar, dan minimnya bantuan permodalan yang tersedia bagi
pedagang pasar tradisional. Hal ini sama dengan yang disampaikan oleh bapak G.
Sembiring selaku staff bidang program yang mengatakan bahwa :
“pasar tradisional sangat semrawut para pedagang kaki lima memenuhi
jalan-jalan menuju pasar dan pasar-pasar kita juga sudah tua jadi wajar
kalau jelek”.
Pada dasarnya pasar tradisional dapat dikelola dengan manajemen
sederhana baik itu orangnya atau teknologinya. Manusia sebagai pengelola perlu
diatur mekanisme perekrutannya. Sistem manajemen pengelolaan dan keuangan
dilakukan sebersih mungkin agar selalu dapat diawasi oleh pedagang dan pembeli.
Sedangkan teknologinya secara sederhana dapat menggunakan teknologi
konstruksi yang cukup untuk memberikan kekokohan bangunan, sanitasi yang
Universitas Sumatera Utara
baik, lantai kering dan tidak licin, sirkulasi udara yang baik, pencahayaan yang
cukup, dan jalur antar blok yang membuat pembeli mudah bergerak dari satu blok
ke blok lain. Perlu ditambahkan, dan alangkah baik dibuatkan papan pengumuman
yang berisikan peta tata letak dari blok-blok itu sendiri.
Pasar tradisional juga dapat mengelola papan iklan pada bagian luar
pasarnya untuk mempromosikan harga tertentu yang sedang didiskon atau
promosi sebuah produk baru. Promosi ini dapat dilakukan melalui papan
pengumunan atau menggunakan teknologi pengeras suara. Dalam bentuk papan
iklan, bisa dibuat iklan layanan masyarakat tentang pentingnya memperhatikan
komoditas yang memenuhi standar kesehatan, gizi, dan kesegaran dengan
memberikan sosialisasi secara gratis tentang ciri-ciri komoditas yang demikian.
Selain itu, banyak program tertentu baik itu bersumber dari pemerintah desa untuk
menumpang dalam bentuk pengumuman atau sosialisasi melalui pasar tradisional.
Untuk meningkatkan rasa kepemilikan badan hukum pasar tradisional
perlu dirubah. Pasar tradisional umumnya adalah milik pemerintah daerah. Perlu
didorong untuk pengelolaan dengan menggunakan model bisnis tertentu sehingga
pasar itu juga dimiliki oleh pedagang yang ada di pasar. Strateginya dengan
membentuk koperasi pedagang, lalu pedagang diberi saham dalam pengelolaan
pasar tradisional tersebut. Bentuk model bisnis yang partisipatif ini akan
memperkuat rasa kepemilikan pedagang untuk meningkatkan kualitas pasar
tempat mereka berdagang. Model bisnis ini akan memudahkan komunikasi antara
pemerintah daerah dan pedagang.
Dengan model bisnis seperti itu, pedagang dan pemerintah daerah dapat
secara bersama melakukan seleksi untuk pengelola pasar yang cakap melalui
Universitas Sumatera Utara
pemilihan. Pengelola pasar yang mengajukan diri diminta memaparkan
programnya untuk memajukan pasar sesuai dengan dana yang ada untuk pasar
tersebut. Pengelola juga diminta untuk melakukan pelaporan keuangan yang
transparan dengan menyediakan papan keuangan sederhana yang menjelaskan
tentang uang masuk dan uang keluar. Uang masuk bisa didapatkan dari parkir,
papan iklan, retribusi, iuran pedagang pasar, bantuan lembaga nirlaba, penjualan
sampah yang bisa didaur ulang, dan dana APBD untuk rehabilitasi pasar.
Sedangkan uang keluar digunakan untuk perawatan pasar, upah untuk pengelolaan
kebersihan,
masalah
atap
bocor,
dan
perbaikan
fasilitas
lainnya
(http://m.suarakomunitas.net/baca/27074/strategi-pengelolaan-pasar
tradisional.html).
Dengan adanya hubungan yang kuat dan jelas antara pengelola, pedagang,
dan pemerintah daerah akan memungkinkan pasar tradisional semakin maju.
Dengan pengelolaan yang baik, pelanggan dan stakeholders akan memperoleh
keuntungan. Pembeli akan memperoleh kemudahan dalam mendapatkan barang
kebutuhan dan bahan mentah yang bersih dan sehat, memperoleh kenyamanan
dan jaminan keamann serta mendapatkan perlindungan akan hak-haknya. Bagi
pedagang sendiri diharapkan akan mendapatkan layanan fasilitas yang lebih baik,
mendapatkan kenyamanan dan keamanan, mendapatkan perlindungan akan hakhaknya, peningkatan jumlah pembeli serta peningkatan pendapatan. Dengan
pengelolaan pasar yang baik, tentunya akan memberikan manfaat bagi pengelola
pasar dan pemerintah daerah berupa pengembangan dan promosi produk-produk
tradisional setempat, rekelola limbah pasar, optimalisasi dan efesiensi dalam
pengelolaan pasar, peluang mendapatkan apresiasi dari individu, lembaga
Universitas Sumatera Utara
pemerintah atau lembaga lain, peningkatan pembeli serta peningkatan penerimaan
retribusi pelayanan pasar. Pengelolaan pasar yang baik akhirnya akan memberi
manfaat yaitu tersalurnya produk-produk lokal, penyerapan sumber daya
setempat, terkelolanya dampak pencemaran kegiatan pasar serta tertatanya akses
transportasi.
Pemerintah melalui Peratura Presiden No. 112 tahun 2007 telah mengatur
mengenai penataan pasar tradisional dimana lokasi pendirian pasar tradisional
wajib mengacu pada rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten/Kota, dan Rencana
Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota, termasuk peraturan zonasinya. Pendirian
pasar tradisional wajib memenuhi ketentuan diantaranya adalah memperhitungkan
kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan pasar tradisional, pusat
perbelanjaan dan toko moderen serta usaha kecil, termasuk koperasi yang ada di
wilayah yang bersangkutan, menyediakan areal parkir paling sedikit sluas
kebutuhan parkir satu buah kendaraan roda empat untuk setiap 100 m2 (seratus
meter per segi) luas lantai penjualan pasar tradisional, dan menyediakan fasilitas
yang menjamin pasar tradisional yang bersih, sehat, aman, tertib dan ruang publik
yang nyaman serta penyediaan areal parkir yang dilakukan berdasarkan kerjasama
antara pengelola pasar tradisional dengan pihak lain. Kementrian Perdagangan
Republik Indonesia juga mengeluarkan Peraturan Mentri Perdagangan Republik
Indonesia No. 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang pedoman penataan dan
pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Namun,
sayangnya peraturan ini belum diterapkan oleh kabupaten deli serdang. Hal ini
senada dengan yang disampaikan oleh bapak G. Sembiring bahwa :
Universitas Sumatera Utara
“pasar-pasar deli serdang umumnya dibangun pada tahun 1980an sehingga
tata letaknya tidak sesuai dengan permendag tersebut. Nanti kalau kita
membangun pasar tradisional yang baru kita akan menerapkan permendag
tersebut”.
Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan
Keuangan
penyelenggaraan
antara
Pemerintahan
Pemerintah
Daerah
Pusat
dilakukan
dan
Daerah,
dengan
maka
memberikan
kewenangan yang lebih luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada Daerah.
Dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah, dipandang perlu menekankan prinsipprinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, dan
akuntabilitas serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah
yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab. Dalam upaya meningkatkan pendapatan daerah melalui
Retribusi Daerah, maka Pemerintah mengatur dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 Tentang
Retribusi Daerah. Retribusi Daerah terdiri dari 3 Golongan Retribusi yang
meliputi Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan
Tertentu.
Deli Serdang adalah salah satu Kabupaten yang ada di Sumatera Utara
yang memiliki Retribusi Pelayanan Pasar untuk pendapatan daerahnya. Kabupaten
Deli Serdang memiliki keterbatasan potensi Sumber Daya Alam dan wilayah.
Universitas Sumatera Utara
Dalam
menindaklanjuti
penyelenggaraan
daerah,
potensi-potensi
daerah
diharapkan memberi kontribusi bagi pembiayaan pemberdayaan daerah. Potensi
daerah antara lain terdiri dari sektor pariwisata, budaya, jasa, perdagangan dan
pendidikan.
Salah satu potensi yang dapat dikembangkan adalah dengan
pengembangan pasar tradisional sebagai sarana tempat berjualan para pedagang,
karena dalam hal ini para pedagang yang menempati pasar tertsebut memberikan
kontribusi pemasukan bagi Kas Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
Usaha meningkatkan penerimaan retribusi pelayanan pasar dan juga pasar
sebagai tempat para pedagang berjualan untuk menjualkan barang dagangannya
dan tempat membeli kebutuhan pokok sehari-hari yang sangat besar manfaatnya
bagi masyarakat sekitar maka Kabupaten Deli Serdang melalui Dinas Pasar
sebagai pengelola pasar berusaha meningkatkan pelayanan dan pengawasan
terhadap pedagang.
Retribusi umumnya diartikan sebagai kutipan oleh suatu lembaga dengan
menyediakan fasilitas bagi yang dikenai retribusi tersebut. Hal ini menunjukan
adanya pengumpulan dana masyarakat secara mengikat dengan memberikan
pelayanan tertentu kepada masyarakat tersebut. Dalam pasal 1 Undang-undang
Nomor. 28 Tahun 2009 menyebutkan ” Retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan/atau
diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”.
Pungutan retribusi mengurangi penghasilan/ kekayaan individu tetapi sebaliknya
merupakan penghasilan masyarakat yang kemudian dikembalikan lagi kepada
masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin daerah dan pembangunan
yang akhirnya kembali lagi kepada seluruh masyarakat baik yang membayar
Universitas Sumatera Utara
ataupun yang tidak membayar retribusi. Retribusi ini merupakan bagian dari
pajak yang secara nyata dapat membiayai kepentingan masyarakat. Pajak
mempunyai tujuan untuk memasukakan uang sebanyak-banyaknya dalam Kas
Negara, dengan maksud untuk membiayai pengeluaran Negara,yang dikatakan
bahwa dalam hal ini pajak mempunyai fungsi budgeter.
Salah satu sumber pendapatan dari retribusi yang dipungut di daerah
adalah retribusi pelayanan pasar yang merupakan sumber penghasilan daerah.
Yang dimaksud retribusi pelayanan pasar adalah pembayaran atas penyediaan
fasilitas pasar tradisional/ sederhana yang berupa halaman/pelataran,los dan atau
kios yang dikelola oleh pemerintah daerah dan pasar yang dibangun pihak swasta.
Dengan kata lain retribusi pelayanan pasar ini merupakan kontraprestasi
langsung atas jasa pasar yang dipakai oleh masyarakat. Seperti daerah-daerah lain,
maka deli serdang juga menyelenggarakan pasar guna menampung para pedagang
baik yang berasal dari daerah itu sendiri maupun dari luar daerah kabupaten deli
serdang.
Adanya penyelenggaraan dan pelayanan pasar deli serdang berhak
memungut retribusi pelayanan pasar sebagai balas jasa serta kewajiban
masyarakat untuk menjaga stabilitas penerimaan dari sektor ini agar terus
meningkat dan dapat mencapai target yang ditetapkan sebelumnya.
Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang sebagai pengelola pasar tradisional
harus memiliki strategi dalam pengelolaan pasar tradisional untuk meningkatkan
pendapatan retribusi pelayanan pasarnya. Srategi tersebut disusun dengan
menggunakan analisis SWOT untuk melihat kekuatan dan kelemahan apa yang
ada serta peluang dan ancaman apa yang datang dari luar. Dengan adanya strategi
Universitas Sumatera Utara
maka tujuan yang hendak dicapai akan lebih terarah dan pencapaian pendapatan
retribusi pelayanan pasar akan meningkat. Berdasarkan uraian-uraian di atas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pengelolaan
Pasar Tradisional dalam Meningkatkan Penerimaan Retribusi Pelayanan
Pasar pada Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka permasalahan
yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Strategi
Pengelolaan Pasar Tradisional dalam Meningkatkan Penerimaan Retribusi Pasar
Pada Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang ?”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menegetahui strategi pengelolaan pasar tradisional Dinas Pasar
Kabupaten Deli Serdang
2. Untuk mengetahui kebijakan yang dikeluarkan Dinas Pasar Kabupaten
Deli Serdang terkait dengan strategi pengelolaan pasar
3. Untuk mengetahui peningkatan retribusi pasar dengan adanya strategi
pengelolaan pasar tradisional Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang
4. Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan strategi pengelolaan pasar
tradisional Kabupaten Deli Serdang
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Secara ilmiah
Sebagai saran untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir
ilmiah,
sistematis
mengembangkan
dan
metodologis
kamampuan
menulis
serta
karya
bermanfaat
ilmiah
di
untuk
lapangan
berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari ilmu
administrasi negara.
2. Secara praktis
Untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang strategi pengelolaan
pasar tradisional Deli Serdang oleh Dinas Pasar Deli Serdang, selain itu
sebagai sumbangan pemikiran, saran dan sebagai bahan pertimbangan
bagi pengelola pasar tradisional Deli Serdang.
3. Secara akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan departemen ilmu
administrasi negara dan bagi kalangan penulis yang tertarik untuk
mengeksplorasi kajian tentang strategi pengelolaan pasar tradisional.
Universitas Sumatera Utara
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka mempaparkan
keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai
berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, dan
sistematika penulisan.
BAB II
METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan
penelitian, dan teknik analisa data.
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini memuat tentang gambaran umum mengenai tempat
penelitian yang
meliputi struktur organisasi, visi dan misi
organisasi.
BAB IV
PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat tentang hasil data-data yang diperoleh di lapangan.
BAB V
ANALISA DATA
Bab ini memuat tantang uraian data-data yang diperoleh setelah
melaksanakan penelitian.
BAB VI
PENUTUP
Bab ini memuat tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang
dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang
membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masuknya kekuatan ekonomi besar (multi coporate) tidak mungkin
terbendung dalam ekspansi ekonomi dunia. Karena proyeksi pemberlakuan pasar
bebas melalui AFTA membuka peluang yang besar ke arah liberalisasi ekonomi
dunia menjadi semakin mapan. Sehingga mempengaruhi strategi dan kebijakan
Negara dunia ketiga termasuk Indonesia. Di tengah laju perkembangan pasarpasar modern dalam bentuk mall, supermarket, mini market. Pasar tradisional
sepertinya memiliki posisi strategis. Sekalipun di sebagian tempat, pasar
tradisional memang cenderung kalah bersaing dengan pasar modern.
Saat ini banyak ibu rumah tangga kelas menengah-atas yang bekerja di
luar rumah berbelanja kebutuhan rumah tangga lebih efisien jika dilakukan dalam
jumlah banyak dan tidak dilakukan setiap hari. Dalam kondisi seperti ini,
berbelanja di pasar modern lebih disukai, karena pengemasan yang lebih baik,
sehingga barang yang bersifat mudah rusak (perishable) dapat tahan lebih lama
walaupun dengan harga sedikit mahal. Dengan melakukan pembelanjaan dalam
jumlah besar dapat menghemat biaya transportasi, meminimalkan waktu produktif
yang hilang, dan mengisi waktu luang untuk berbelanja sambil berekreasi.
Tidak semua pasar tradisional mengalami penurunan peminat. Pasar
tradisional yang melibatkan transaksi dalam jumlah besar, terutama yang tematik
(pasar buah, sayuran, batik, tekstil) akan lebih dapat bertahan meskipun
Universitas Sumatera Utara
bermunculan pasar modern. Kondisi ini menunjukkan peran preferensi (pilihan)
masyarakat dan skala transaksi, menentukan keberadaan suatu pasar tradisional.
Saat ini pasar tradisional masih menjadi wadah utama penjualan produkproduk berskala ekonomi rakyat seperti petani, nelayan, pedagang barang
kerajinan tangan dan produk industri rumah tangga (industri rakyat). Pasar
tradisional merupakan sandaran hidup bagi banyak orang dan interaksi sosial yang
terjadi sangat kental di dalam pasar dengan cara penjualan langsung (sistem tawar
menawar). Pasar tradisional merupakan kumpulan para wirausaha yang memiliki
modal sendiri dengan kekuatan sendiri. Bagi masyarakat, pasar tradisional bukan
sekedar sebagai tempat jual beli semata, namun lebih dari itu pasar terkait dengan
konsepsi hidup dan sosial budaya. Pasar tidak semata mewadahi kegiatan
ekonomi, akan tetapi pelaku juga dapat mencapai tujuan-tujuan lain. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pasar tradisional dapat menjadi wadah kegiatan
ekonomi, interaksi sosial, dan sarana rekreasi baik suasana pasar maupun produk
barang dagangan yang khas.
Sisi kelabu yang tidak dapat diingkari, daya tarik pasar tradisional
menurun akibat buruknya kondisi serta kelengkapan sarana dan prasarana pasar
tradisional, pasar tradisional dikenal sebagai tempat transaksi rakyat yang
berwajah semrawut dengan ciri sampah berserakan, becek, kumuh, bau
menyengat, keadaan pasar yang padat suasana sumpek, penataan barang dagangan
yang berlebih dari petak jualan, ruang gerak koridor yang sangat terbatas dan
sistem keamanan yang minim, yang semua itu bertolak belakang dengan pasar
modern. Dengan tampilan fisik yang demikian ditambah realitas pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
pasar modern yang kian penetratif membuat keberadaan pasar tradisional semakin
surut daya saingnya.
Pasar tradisional, jika dikaji secara jernih, memang memiliki beberapa
fungsi penting yang tidak dapat digantikan begitu saja oleh pasar modern.
Setidaknya, ada empat fungsi ekonomi yang sejauh ini bisa diperankan oleh pasar
tradisional (www.usdrp-indonesia.org/files/downloadContent/1181.pdf).
Pertama, pasar tradisional merupakan tempat dimana masyarakat berbagai
lapisan memperoleh barang-barang kebutuhan harian dengan harga terjangkau,
karena memang seringkali harga di pasar tradisional lebih murah dibandingkan
harga yang ditawarkan pasar modern. Dengan kata lain pasar tradisional
merupakan pilar penyangga ekonomi masyarakat kecil. Kedua, pasar tradisional
merupakan tempat yang relative lebih bisa dimasuki oleh pelaku ekonomi lemah
yang menempati posisi mayoritas dari sisi jumlah. Pasar tradisional jelas jauh
lebih bisa diakses oleh sebagian besar pedagang yang bermodal kecil ketimbang
pasar modern. Ketiga, pasar merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD) lewat retribusi yang ditarik dari para pedangang. Keempat,
akumulasi aktivitas jual beli di pasar merupakan faktor penting dalam perhitungan
tingkat pertumbuhan ekonomi baik pada skala lokal, regional maupun nasional.
Keberadaan pasar diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pembeli,
pedagang, pengelola pasar dan pemerintah daerah. Pada era sekarang ini, salah
satu tuntutan masyarakat terhadap pasar adalah peningkatan pelayanan pasar.
Pengelola pasar dalam menjalankan tugasnya tidak terlepas dari aktivitas
dalam peningkatan pelayanan kepada pelanggan dan stakeholders. Pelanggan dan
stakeholders bagi sektor publik adalah mereka yang secara langsung atau tidak
Universitas Sumatera Utara
langsung menggunakan pelayanan publik atau mereka yang secara langsung
maupun tidak langsung terpengaruh oleh tindakan-tindakan atau kebijakankebijakan publik.
Permasalahan terkait pengelolaan pasar tradisional antara lain : (1)
permasalahan dan citra negatif pasar tradisional umumnya terjadi akibat kurang
disiplinnya pedagang, pengelola pasar yang tidak profesional, dan tidak tegas
dalam menerapkan kebijakan atau aturan terkait pengelolaan operasional pasar;
(2) pasar tradisional umumnya memiliki desain yang kurang baik, termasuk
minimnya fasilitas penunjang, banyaknya pungutan liar dan berkeliarannya
"preman-preman” pasar serta sistem operasional dan prosedur pengelolaannya
kurang jelas; (3) masalah internal pasar seperti buruknya manajemen pasar, sarana
dan prasarana pasar yang sangat minim, pasar tradisional sebagai sapi perah untuk
penerimaan retribusi, menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL) yang mengurangi
pelanggan pedagang pasar, dan minimnya bantuan permodalan yang tersedia bagi
pedagang pasar tradisional. Hal ini sama dengan yang disampaikan oleh bapak G.
Sembiring selaku staff bidang program yang mengatakan bahwa :
“pasar tradisional sangat semrawut para pedagang kaki lima memenuhi
jalan-jalan menuju pasar dan pasar-pasar kita juga sudah tua jadi wajar
kalau jelek”.
Pada dasarnya pasar tradisional dapat dikelola dengan manajemen
sederhana baik itu orangnya atau teknologinya. Manusia sebagai pengelola perlu
diatur mekanisme perekrutannya. Sistem manajemen pengelolaan dan keuangan
dilakukan sebersih mungkin agar selalu dapat diawasi oleh pedagang dan pembeli.
Sedangkan teknologinya secara sederhana dapat menggunakan teknologi
konstruksi yang cukup untuk memberikan kekokohan bangunan, sanitasi yang
Universitas Sumatera Utara
baik, lantai kering dan tidak licin, sirkulasi udara yang baik, pencahayaan yang
cukup, dan jalur antar blok yang membuat pembeli mudah bergerak dari satu blok
ke blok lain. Perlu ditambahkan, dan alangkah baik dibuatkan papan pengumuman
yang berisikan peta tata letak dari blok-blok itu sendiri.
Pasar tradisional juga dapat mengelola papan iklan pada bagian luar
pasarnya untuk mempromosikan harga tertentu yang sedang didiskon atau
promosi sebuah produk baru. Promosi ini dapat dilakukan melalui papan
pengumunan atau menggunakan teknologi pengeras suara. Dalam bentuk papan
iklan, bisa dibuat iklan layanan masyarakat tentang pentingnya memperhatikan
komoditas yang memenuhi standar kesehatan, gizi, dan kesegaran dengan
memberikan sosialisasi secara gratis tentang ciri-ciri komoditas yang demikian.
Selain itu, banyak program tertentu baik itu bersumber dari pemerintah desa untuk
menumpang dalam bentuk pengumuman atau sosialisasi melalui pasar tradisional.
Untuk meningkatkan rasa kepemilikan badan hukum pasar tradisional
perlu dirubah. Pasar tradisional umumnya adalah milik pemerintah daerah. Perlu
didorong untuk pengelolaan dengan menggunakan model bisnis tertentu sehingga
pasar itu juga dimiliki oleh pedagang yang ada di pasar. Strateginya dengan
membentuk koperasi pedagang, lalu pedagang diberi saham dalam pengelolaan
pasar tradisional tersebut. Bentuk model bisnis yang partisipatif ini akan
memperkuat rasa kepemilikan pedagang untuk meningkatkan kualitas pasar
tempat mereka berdagang. Model bisnis ini akan memudahkan komunikasi antara
pemerintah daerah dan pedagang.
Dengan model bisnis seperti itu, pedagang dan pemerintah daerah dapat
secara bersama melakukan seleksi untuk pengelola pasar yang cakap melalui
Universitas Sumatera Utara
pemilihan. Pengelola pasar yang mengajukan diri diminta memaparkan
programnya untuk memajukan pasar sesuai dengan dana yang ada untuk pasar
tersebut. Pengelola juga diminta untuk melakukan pelaporan keuangan yang
transparan dengan menyediakan papan keuangan sederhana yang menjelaskan
tentang uang masuk dan uang keluar. Uang masuk bisa didapatkan dari parkir,
papan iklan, retribusi, iuran pedagang pasar, bantuan lembaga nirlaba, penjualan
sampah yang bisa didaur ulang, dan dana APBD untuk rehabilitasi pasar.
Sedangkan uang keluar digunakan untuk perawatan pasar, upah untuk pengelolaan
kebersihan,
masalah
atap
bocor,
dan
perbaikan
fasilitas
lainnya
(http://m.suarakomunitas.net/baca/27074/strategi-pengelolaan-pasar
tradisional.html).
Dengan adanya hubungan yang kuat dan jelas antara pengelola, pedagang,
dan pemerintah daerah akan memungkinkan pasar tradisional semakin maju.
Dengan pengelolaan yang baik, pelanggan dan stakeholders akan memperoleh
keuntungan. Pembeli akan memperoleh kemudahan dalam mendapatkan barang
kebutuhan dan bahan mentah yang bersih dan sehat, memperoleh kenyamanan
dan jaminan keamann serta mendapatkan perlindungan akan hak-haknya. Bagi
pedagang sendiri diharapkan akan mendapatkan layanan fasilitas yang lebih baik,
mendapatkan kenyamanan dan keamanan, mendapatkan perlindungan akan hakhaknya, peningkatan jumlah pembeli serta peningkatan pendapatan. Dengan
pengelolaan pasar yang baik, tentunya akan memberikan manfaat bagi pengelola
pasar dan pemerintah daerah berupa pengembangan dan promosi produk-produk
tradisional setempat, rekelola limbah pasar, optimalisasi dan efesiensi dalam
pengelolaan pasar, peluang mendapatkan apresiasi dari individu, lembaga
Universitas Sumatera Utara
pemerintah atau lembaga lain, peningkatan pembeli serta peningkatan penerimaan
retribusi pelayanan pasar. Pengelolaan pasar yang baik akhirnya akan memberi
manfaat yaitu tersalurnya produk-produk lokal, penyerapan sumber daya
setempat, terkelolanya dampak pencemaran kegiatan pasar serta tertatanya akses
transportasi.
Pemerintah melalui Peratura Presiden No. 112 tahun 2007 telah mengatur
mengenai penataan pasar tradisional dimana lokasi pendirian pasar tradisional
wajib mengacu pada rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten/Kota, dan Rencana
Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota, termasuk peraturan zonasinya. Pendirian
pasar tradisional wajib memenuhi ketentuan diantaranya adalah memperhitungkan
kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan pasar tradisional, pusat
perbelanjaan dan toko moderen serta usaha kecil, termasuk koperasi yang ada di
wilayah yang bersangkutan, menyediakan areal parkir paling sedikit sluas
kebutuhan parkir satu buah kendaraan roda empat untuk setiap 100 m2 (seratus
meter per segi) luas lantai penjualan pasar tradisional, dan menyediakan fasilitas
yang menjamin pasar tradisional yang bersih, sehat, aman, tertib dan ruang publik
yang nyaman serta penyediaan areal parkir yang dilakukan berdasarkan kerjasama
antara pengelola pasar tradisional dengan pihak lain. Kementrian Perdagangan
Republik Indonesia juga mengeluarkan Peraturan Mentri Perdagangan Republik
Indonesia No. 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang pedoman penataan dan
pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Namun,
sayangnya peraturan ini belum diterapkan oleh kabupaten deli serdang. Hal ini
senada dengan yang disampaikan oleh bapak G. Sembiring bahwa :
Universitas Sumatera Utara
“pasar-pasar deli serdang umumnya dibangun pada tahun 1980an sehingga
tata letaknya tidak sesuai dengan permendag tersebut. Nanti kalau kita
membangun pasar tradisional yang baru kita akan menerapkan permendag
tersebut”.
Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan
Keuangan
penyelenggaraan
antara
Pemerintahan
Pemerintah
Daerah
Pusat
dilakukan
dan
Daerah,
dengan
maka
memberikan
kewenangan yang lebih luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada Daerah.
Dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah, dipandang perlu menekankan prinsipprinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, dan
akuntabilitas serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah
yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab. Dalam upaya meningkatkan pendapatan daerah melalui
Retribusi Daerah, maka Pemerintah mengatur dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 Tentang
Retribusi Daerah. Retribusi Daerah terdiri dari 3 Golongan Retribusi yang
meliputi Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan
Tertentu.
Deli Serdang adalah salah satu Kabupaten yang ada di Sumatera Utara
yang memiliki Retribusi Pelayanan Pasar untuk pendapatan daerahnya. Kabupaten
Deli Serdang memiliki keterbatasan potensi Sumber Daya Alam dan wilayah.
Universitas Sumatera Utara
Dalam
menindaklanjuti
penyelenggaraan
daerah,
potensi-potensi
daerah
diharapkan memberi kontribusi bagi pembiayaan pemberdayaan daerah. Potensi
daerah antara lain terdiri dari sektor pariwisata, budaya, jasa, perdagangan dan
pendidikan.
Salah satu potensi yang dapat dikembangkan adalah dengan
pengembangan pasar tradisional sebagai sarana tempat berjualan para pedagang,
karena dalam hal ini para pedagang yang menempati pasar tertsebut memberikan
kontribusi pemasukan bagi Kas Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
Usaha meningkatkan penerimaan retribusi pelayanan pasar dan juga pasar
sebagai tempat para pedagang berjualan untuk menjualkan barang dagangannya
dan tempat membeli kebutuhan pokok sehari-hari yang sangat besar manfaatnya
bagi masyarakat sekitar maka Kabupaten Deli Serdang melalui Dinas Pasar
sebagai pengelola pasar berusaha meningkatkan pelayanan dan pengawasan
terhadap pedagang.
Retribusi umumnya diartikan sebagai kutipan oleh suatu lembaga dengan
menyediakan fasilitas bagi yang dikenai retribusi tersebut. Hal ini menunjukan
adanya pengumpulan dana masyarakat secara mengikat dengan memberikan
pelayanan tertentu kepada masyarakat tersebut. Dalam pasal 1 Undang-undang
Nomor. 28 Tahun 2009 menyebutkan ” Retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan/atau
diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”.
Pungutan retribusi mengurangi penghasilan/ kekayaan individu tetapi sebaliknya
merupakan penghasilan masyarakat yang kemudian dikembalikan lagi kepada
masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin daerah dan pembangunan
yang akhirnya kembali lagi kepada seluruh masyarakat baik yang membayar
Universitas Sumatera Utara
ataupun yang tidak membayar retribusi. Retribusi ini merupakan bagian dari
pajak yang secara nyata dapat membiayai kepentingan masyarakat. Pajak
mempunyai tujuan untuk memasukakan uang sebanyak-banyaknya dalam Kas
Negara, dengan maksud untuk membiayai pengeluaran Negara,yang dikatakan
bahwa dalam hal ini pajak mempunyai fungsi budgeter.
Salah satu sumber pendapatan dari retribusi yang dipungut di daerah
adalah retribusi pelayanan pasar yang merupakan sumber penghasilan daerah.
Yang dimaksud retribusi pelayanan pasar adalah pembayaran atas penyediaan
fasilitas pasar tradisional/ sederhana yang berupa halaman/pelataran,los dan atau
kios yang dikelola oleh pemerintah daerah dan pasar yang dibangun pihak swasta.
Dengan kata lain retribusi pelayanan pasar ini merupakan kontraprestasi
langsung atas jasa pasar yang dipakai oleh masyarakat. Seperti daerah-daerah lain,
maka deli serdang juga menyelenggarakan pasar guna menampung para pedagang
baik yang berasal dari daerah itu sendiri maupun dari luar daerah kabupaten deli
serdang.
Adanya penyelenggaraan dan pelayanan pasar deli serdang berhak
memungut retribusi pelayanan pasar sebagai balas jasa serta kewajiban
masyarakat untuk menjaga stabilitas penerimaan dari sektor ini agar terus
meningkat dan dapat mencapai target yang ditetapkan sebelumnya.
Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang sebagai pengelola pasar tradisional
harus memiliki strategi dalam pengelolaan pasar tradisional untuk meningkatkan
pendapatan retribusi pelayanan pasarnya. Srategi tersebut disusun dengan
menggunakan analisis SWOT untuk melihat kekuatan dan kelemahan apa yang
ada serta peluang dan ancaman apa yang datang dari luar. Dengan adanya strategi
Universitas Sumatera Utara
maka tujuan yang hendak dicapai akan lebih terarah dan pencapaian pendapatan
retribusi pelayanan pasar akan meningkat. Berdasarkan uraian-uraian di atas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pengelolaan
Pasar Tradisional dalam Meningkatkan Penerimaan Retribusi Pelayanan
Pasar pada Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka permasalahan
yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Strategi
Pengelolaan Pasar Tradisional dalam Meningkatkan Penerimaan Retribusi Pasar
Pada Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang ?”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menegetahui strategi pengelolaan pasar tradisional Dinas Pasar
Kabupaten Deli Serdang
2. Untuk mengetahui kebijakan yang dikeluarkan Dinas Pasar Kabupaten
Deli Serdang terkait dengan strategi pengelolaan pasar
3. Untuk mengetahui peningkatan retribusi pasar dengan adanya strategi
pengelolaan pasar tradisional Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang
4. Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan strategi pengelolaan pasar
tradisional Kabupaten Deli Serdang
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Secara ilmiah
Sebagai saran untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir
ilmiah,
sistematis
mengembangkan
dan
metodologis
kamampuan
menulis
serta
karya
bermanfaat
ilmiah
di
untuk
lapangan
berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari ilmu
administrasi negara.
2. Secara praktis
Untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang strategi pengelolaan
pasar tradisional Deli Serdang oleh Dinas Pasar Deli Serdang, selain itu
sebagai sumbangan pemikiran, saran dan sebagai bahan pertimbangan
bagi pengelola pasar tradisional Deli Serdang.
3. Secara akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan departemen ilmu
administrasi negara dan bagi kalangan penulis yang tertarik untuk
mengeksplorasi kajian tentang strategi pengelolaan pasar tradisional.
Universitas Sumatera Utara
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka mempaparkan
keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai
berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, dan
sistematika penulisan.
BAB II
METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan
penelitian, dan teknik analisa data.
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini memuat tentang gambaran umum mengenai tempat
penelitian yang
meliputi struktur organisasi, visi dan misi
organisasi.
BAB IV
PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat tentang hasil data-data yang diperoleh di lapangan.
BAB V
ANALISA DATA
Bab ini memuat tantang uraian data-data yang diperoleh setelah
melaksanakan penelitian.
BAB VI
PENUTUP
Bab ini memuat tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang
dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang
membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara