PENGARUH METODE PEMETAAN PIKIRAN MIND MA

1

PENGARUH METODE PEMETAAN PIKIRAN (MIND
MAPPING) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
KELAS VIII
PADA MATERI KUBUS DAN BALOK
(Studi Eksperimen pada siswa dan siswi SMP Katolik Santa Maria Gorontalo)
Yoppy X. Wowiling1, Tedy Machmud2, Lailany Yahya3
Jurusan Pendidikan Matematika
FMIPA Universitas Negeri Gorontalo
Email: yoppywowiling11@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan penguasaan konsep
siswa yang diajar dengan menggunakan Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) dan
siswa yang diajar dengan metode pembelajaran diskusi
Penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian
Posttest-Only Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP
Katolik Santa Maria Kota Gorontalo, Sampel dalam penelitian ini adalah populasi karena
hanya terdiri dari dua kelas saja, selanjutnya menentukan kelas eksperimen dan kelas
control dengan melakukan undian terhadap 2 kelas tersebut yaitu siswa kelas VIII SMP

Katolik Santa Maria Kota Gorontalo. Data yang terkait dianalisis dengan Uji t
Independen.
Dari hasil analisis data diperoleh penguasaan konsep siswa yang diajarkan dengan
metode pemetaan pikiran (Mind Mapping) lebih tinggi daripada metode pembelajaran
diskusi.
Kata Kunci: Mind Mapping, Matematika dan Penguasaan Konsep 1

ABSTRACT
The purpose of this research is to determine the differences in the students' mastery of
concepts taught using Mind Mapping Method and students who are taught by the
discussion method of learning
This research is a kind of quasi-experimental research design with posttest research-Only
Control Group Design. The study population was all students in Catholic Junior High
School Santa Maria Gorontalo, sample in this study is the population as it consists of only
two classes, further define the experimental class and control class by lottery to the
second class is the Catholic eighth grade students of SMP Santa Maria Gorontalo.
Related data were analyzed by independent t test.
From the analysis of data obtained students' mastery of concepts taught by the mind
mapping method higher than discussion method of learning.
Kata Kunci: Mind Mapping, Mathematics and Control Concept 2


YOPPY X WOWILING, 411 410 078, JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA,
FAKULTAS MIPA, 2Dr. TEDY MACHMUD, M.Pd, 3Dra. LAILANY YAHYA, M.Si
1

2

Pendidik atau guru sangat penting karena kedudukan mereka bisa secara langsung
melihat situasi dan kondisi peserta didik dalam aktivitas belajar di kelas (face to face),
Christine (2009: 5). Guru pada proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap
memegang peranan penting. Peranan guru belum bisa digantikan baik oleh mesin, radio,
tape recorder, maupun mesin komputer yang paling modern sekalipun. Oleh karena itu
guru matematika seharusnya mampu menyajikan pembelajaran yang menarik dan jangan
menimbulkan kesan menakutkan siswa. Hal ini sangat perlu, mengingat guru masih harus
menjelaskan konsep-konsep dasar. Untuk itu sangat beralasan jika guru harus mampu
menyajikan pembelajaran lebih menarik, agar pembelajaran matematika tidak monoton
dan membosankan. Menurut Rusydie (2012: 10) guru harus memahami bahwa setiap
siswa memiliki kemampuan, kecerdasan, potensi dan keahlian, dimana semua ini tidak
bisa diwadahi hanya dengan satu kemampuan guru berupa kemampuan menyampaikan
materi saja, guru harus memiliki banyak metode agar bisa mengatasi segala permasalahan

siswa dalam belajar.
Kegiatan belajar mengajar bukan sekadar memorisasi dan pengulangan (recall),
bukan sekedar penekanan pada penguasaan pengetahuan atau informasi matematik yang
diajarkan, akan tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan
sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik. Dengan begitu siswa dapat memandang,
menggali permasalahan, mencoba mencari pemecahan masalah-masalah yang berkaitan
dengan matematika, disiplin ilmu lain maupun yang berkaitan dengan kehidupan seharihari. Kemampuan seperti ini biasa disebut sebagai kreativitas dan koneksi matematik.
Pembelajaran di sekolah sekarang pada umumnya masih menggunakan
pembelajaran linear yaitu hanya mengandalkan kemampuan mengajar dan menyuruh
siswa mencatat apa yang sudah dijelaskan dengan cara biasa atau linear. Pembelajaran
yang linear hanya memacu kerja otak kiri yang memiliki sifat kaku, sistematis, logis dan
dilakukan secara sadar dan penuh dengan alasan. Apabila seseorang cenderung
mendominasi otak kiri, maka setiap tindakan yang dilakukannya akan dilakukan
berdasarkan pada urutan-urutan, ikut-ikutan, dan yang lebih berbahaya lagi merekamereka yang mendominasi otak kiri cenderung akan terlalu banyak melakukan
pertimbangan-pertimbangan yang berakhir pada timbulnya alasan untuk tidak melakukan
apa yang harus dilakukannya. Sedangkan otak kanan yang berhubungan dengan warna,
gambar, imajinasi dan kreativitas bersifat seperti lebih fleksibel, menerima hal-hal baru
yang terkadang tidak logis, imajinatif, penuh inovasi, kreatif, dan dilakukan secara tidak
sadar belum digunakan secara optimal. Belahan otak kiri bersifat berurutan,

mengkhususkan pada teks, menganalisa rincian-rincian dan belahan otak kanan bersifat
simultan, mengkhususkan pada konteks, mensintesiskan keseluruhan prespektif tetang
sesuatu (Pini, 2012: 34-39). Akibatnya proses berpikir kreatif siswa menjadi terhambat,
siswa tidak menghasilkan ide-ide kreatif dalam memecahkan masalah apalagi
kemampuan untuk mengkoneksikan masalah serta penguasaan konsep pada materi yang
telah diberikan masih rendah.
Untuk itu perlu digunakan metode pembelajaran yang dapat membuat catatan
ataupun mengoptimalkan kemampuan otak siswa baik otak kiri maupun otak kanan untuk
mengingat kembali materi pelajaran yang sudah diajarkan. Salah satu metode yang bisa
digunakan adalah Mind Mapping. Menurut Mulyatiningsih (2013: 238) Pemetaan Pikiran
(Mind Mapping) adalah upaya yang dapat mengoptimalkan fungsi otak kiri dan kanan,
yang kemudian dalam aplikasinya sangat membantu untuk memahami masalah dengan
cepat karena telah terpetakkan. Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang
melengkung, Mind Map lebih merangsang secara visual daripada metode pencatatan

YOPPY X WOWILING, 411 410 078, JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA,
FAKULTAS MIPA, 2Dr. TEDY MACHMUD, M.Pd, 3Dra. LAILANY YAHYA, M.Si
2

3


tradisional, yang cenderung linear dan satu warna. Contoh kecilnya saat siswa ingin
mencari pengertian tentang juring, tembereng, persamaan garis singgung dan lainnya
mereka akan cepat memahami jika menggunakan gambar apalagi gambar tersebut
menggunakan lebih dari satu warna untuk menjelaskan. Leonardo Da Vinci menggunakan
gambar, diagram, simbol dan ilustrasi sebagai cara termurni untuk menangkap pikiranpikiran yang bermunculan di otaknya dan mencurahkannya ke kertas. tidak heran buku
catatannya sekarang paling berharga didunia. Mind Map akan memberikan pandangan
menyeluruh pokok masalah atau area yang luas, memungkinkan kita merencanakan rute
atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui arah tujuan, mengumpulkan sejumlah data
disuatu tempat, mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalanjalan terobosan yang kreatif baru dan menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna dan
diingat. Buzan (2006: 5). Dengan demikian Mind Map dalam matematika bisa membuat
materi yang saling berhubungan bisa terlihat dan konsep-konsep yang ada bisa di ingat
dengan lebih baik serta bisa di kelompokkan untuk dibandingkan. Hasil Mind Map yang
di buatpun bisa mengukur siswa sampai dimana daya pikir siswa terhadap materi yang
diajarkan.
Penguasaan konsep dalam matematika adalah tingkat pemahaman siswa untuk
dapat menguasai konsep dengan cara menggunakan konsep-konsep dari bahan ajar atau
materi yang telah diterima dengan caranya sendiri tanpa mengubah konsep yang sudah
ada sehingga siswa mampu menyelesaikan masalah dalam berbagai kesulitan. Menurut
Soejadi (2000: 13) mengemukakan bahwa dalam matematika bahwa objek dasar yang

dipelajari adalah abstrak, sering juga disebut objek mental. Objek dasar itu meliputi (1)
Fakta (2) Konsep (3) Operasi atau Relasi, (4) Prinsip.
Adapun objek dasar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)

2)
3)

4)

Fakta (Abstrak) berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan symbol tertentu.
symbol Bilangan (3) secara umum sudah dipahami sebagai bilangan (tiga). jika
disajikan angka tiga (3) orang sudah dengan sendirinya menangkap maksudnya yaitu
(tiga). sebaliknya kalau seseorang mengucapkan (tiga) dengan sendirinya dapat
menyimbolkan (3)
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau
mengklasifikasikan sekumpulan objek
Operasi (abstrak) adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan
matematika lain. sebagai contoh misalnya “penjumlahan” “perkalian” dan lain-lain.
unsur-unsur yang dioperasikan juga abstrak

Prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. prinsip dapat
berupa “aksioma”, “teorema”, “sifat” dan sebagainya

Agar penguasaan konsep siswa meningkat maka dibutuhkan metode
pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam hal mengingat dan menghubungkan
suatu konsep yang telah diberikan pada materi pembelajaran.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Pengaruh Metode Pemetaan
Pikiran (Mind Mapping) terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Kubus dan
Balok Kelas VIII SMP Katolik Santa Maria Gorontalo”
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Katolik Santa Maria Gorontalo pada bulan
mei semester genap Tahun Ajaran 2013/2014, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo,
Provinsi Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu tiga bulan (April Juni) pada pembelajaran semester genap Tahun pelajaran 2013/2014 yang meliputi
kegiatan observasi, persiapan, eksperimen, test penguasaan konsep siswa, pengolahan
data, hingga penyusunan laporan penelitian.

4

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu, dimana peneliti akan
merandom 2 kelas untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas

eksperimen diberikan perlakuan Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) dan kelas
kontrol diberikan perlakuan Metode Diskusi. Karena menurut wawancara terhadap guru
pengajar matematika kedua kelas memiliki homogenitas terlihat juga pada nilai ujian
tengah semester mereka bahwa kemampuan kedua kelas cenderung homogen, sehingga
desain yang digunakan dalam penelitian ini Posttest-Only Control Group Design
(Sugiyono, 2012: 76), setelah itu kedua kelas sampel diberi perlakuan pada akhirnya
untuk mengukur penguasaan konsep kedua kelas akan diberi post test dapat di gambarkan
pada tabel berikut.
Tabel 1 Posttest-Only Control Group Design

Kelas

Perlakuan

Post Test

Kelas Eksperimen

X1


O1

Kelas Kontrol

X2

O2

Keterangan :
X1 : Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping)
X2 : Metode Diskusi
O1 : Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen
O2 : Tes akhir (post test) untuk kelas Kontrol
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Katolik Santa
Maria Gorontalo, sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Katolik Santa Maria Gorontalo yang tersebar di dua kelas dengan 20 siswa untuk Kelas
VIII-A dan 19 siswa untuk kelas VIII-B . Total populasi berjumlah 39 orang.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar matematika
siswa pada mata pelajaran matematika materi program linier. Data tersebut diperoleh
dengan menggunakan instrumen berupa tes berbentuk essay. Instrumen yang dimaksud

adalah tes penguasaan konsep siswa dalam bentuk essay. Instrumen tes yang diperoleh
dikembangkan dan divalidasi dengan menggunakan dua validasi yaitu validasi konten dan
validasi empirik. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari dua bagian, yaitu analisis data deskriptif dan analisis data inferensial.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t dua sampel bebas
(independent t-test) dengan kriteria jika ttabel ≥ thitung maka H0 diterima dan H1 ditolak,
dengan dk = (n1+n2-2). Syarat uji t adalah kedua kelompok harus berasal dari populasi
yang berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen.
HASIL PENELITIAN
Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah data penguasaan konsep
siswa pada mata pelajaran matematika khususnya materi kubus dan balok. Data
penguasaan konsep siswa yang dianalisis terdapat dua kelompok data yakni kelompok
data penguasaan konsep siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan Metode Pemetaan
Pikiran (Mind Mapping) dan kelompok data penguasaan konsep siswa yang dibelajarkan
dengan Metode Diskusi. Data ini dideskripsikan dalam bentuk rata-rata atau mean ( ),

5

median (Me), modus (Mo), standar deviasi (SD), distribusi frekuensi, dan histogram yang
bertujuan untuk menggambarkan data penelitian yang telah terkumpul.


Tabel 2. Daftar Distribusi Frekuensi Penguasaan
Menggunakan Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping)

Konsep

No.

Kelas
Interval

fi

fkum

frelatif (%)

1

61-68

7

7

35

2

69-76

4

11

20

3

77-84

7

18

35

4

85-92

1

19

5

5

93-100

1

20

5

Jumlah

20

Siswa

Dengan

100

Dari data pada Tabel 1 diperoleh rata-rata ( X ) skor penguasaan konsep siswa
adalah 74,6 nilai tengah (Me) adalah 73,5 nilai yang paling banyak muncul (Mo) adalah
77,9 dan standar deviasi (SD) sebesar 9,57 berdasarkan persentase dapat dilihat bahwa
terdapat 7 siswa atau 35% memperoleh skor dibawah dari kelas interval yang memuat
rata-rata, 4 siswa atau 20% berada pada kelas interval yang memuat skor rata-rata namun
4 siswa tersebut berada dibawah nilai rata-tata dan 9 orang atau 45% memperoleh skor
diatas dari kelas interval yang memuat skor rata-rata. 4 siswa yang terdapat pada kelas
interval yang memuat rata-rata tersebut berada pada jangkauan rata-rata kelas yang
mengartikan bahwa sebaran data rata-rata siswa berada pada rentang kelas interval yang
memuat rata-rata ekstrim.
Tabel 3 Daftar Distribusi Frekuensi Penguasaan Konsep Siswa Dengan Menggunakan
Metode Diskusi

No.

Kelas
Interval

fi

fkum

frelatif (%)

1

41-51

2

2

10.53

2

52-62

5

7

26.32

3

63-73

4

11

21.05

4

74-84

6

17

31.58

5

85-95

2

19

10.53

Jumlah

19

100

Dari data pada Tabel 2 diperoleh rata-rata ( X ) skor penguasaan konsep siswa
adalah 68,58 nilai tengah (Me) adalah 69,75 nilai yang paling banyak muncul (Mo)
adalah 77,167 dan standar deviasi (SD) sebesar 13,459 Berdasarkan persentase dapat

6

dilihat bahwa terdapat 7 siswa atau 36,85% memperoleh skor dibawah dari kelas interval
yang memuat rata-rata, 4 siswa atau 21,05% berada pada kelas interval yang memuat skor
rata-rata namun 4 siswa tersebut terdapat 1 siswa dibawah nilai rata-tata dan 3 siswa di
atas nilai rata-rata dan 8 siswa atau 42,10% memperoleh skor di atas dari kelas interval
yang memuat skor rata-rata. 4 siswa yang terdapat pada kelas interval yang memuat ratarata tersebut berada pada jangkauan rata-rata kelas yang mengartikan bahwa sebaran data
rata-rata siswa berada pada rentang kelas interval yang memuat rata-rata ekstrim.
Melihat data dari kedua kelas terlihat bahwa rata-rata ( X ), nilai tengah (Me) dan
nilai yang paling banyak muncul (Mo) pada kelas eksperimen lebih besar dari pada ratarata ( X ), nilai tengah (Me) dan nilai yang paling banyak muncul (Mo) pada kelas
control. dengan demikian penguasaan konsep pada kelas eksperimen cendrung lebih
tinggi dari kelas kontrol
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal
dari subjek penelitian yang berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan uji
liliefors pada taraf nyata α = 0,05. Kriteria uji normalitas adalah H0 diterima jika L hitung
< L tabel dan H0 ditolak jika L hitung > L tabel. Dengan diterimanya H0 berarti data
penelitian berasal dari populasi berdistribusi normal, begitupun sebaliknya. Hasil uji
normalitas kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Data Penguasaan Konsep Siswa Dari Kedua Kelompok
Data.

Kelompok

N

Lhitung

Kelas
20
Eksperimen
Kelas
19
Kontrol

Kesimpulan

0,149

Ltabel

0,196

0,091

0,190

Normal

Normal

Uji Homogenitas Varians
Tabel 5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Data Penelitian Melalui Uji-F

Kelompok
Data

Fhitung

Ftabel

Kesimpulan

(=5%)

Kelas
Eksperimen
1,804

2,22

Homogen

Kelas
Kontrol

Uji t Dua Sampel Idependen adalah suatu teknik penghitungan (statistik
parametrik) yang bertujuan untuk menyelidiki pengaruh perbedaan Metode Pemetaan
Pikiran (Mind Mapping) dan Metode Diskusi terhadap penguasaan konsep siswa pada
pelajaran matematika.
Tabel 6 Hasil Perhitungan Uji t Data Penguasaan Konsep Siswa

7

Kelompok data

t hitung

t tabel

1,843

1,560

kelas eksperimen
kelas Kontrol
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengolahan data post test, didapatkan bahwa terdapat
perbedaan penguasaan konsep yang signifikan setelah penerapan pembelajaran dengan
Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) pada kelas eksperimen, dan pembelajaran
dengan Metode Diskusi pada kelas kontrol. terbukti bahwa penguasaan konsep siswa
yang dibelajarkan dengan Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) memiliki skor
rata-rata 74,50 lebih tinggi daripada penguasaan konsep siswa dengan Metode Diskusi
dengan skor rata-rata 67,89 hal ini menunjukkan adanya pengaruh penggunaan Metode
Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) terhadap penguasaan konsep siswa pada materi
kubus dan balok. Jadi secara umum menunjukkan bahwa penerapan Metode Pemetaan
Pikiran (Mind Mapping) dalam pembelajaran matematika dapat memberikan pengaruh
positif terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya hasil Mind Map siswa secara
kelompok yang menandakan bahwa cara bantu siswa untuk mengingat lebih mudah
karena telah terpetakan dan memiliki kreasi tersendiri agar mudah mengingat materi
seperti pernyataan Gagne dalam Trianto (2007: 12) yang mengatakan bahwa untuk
terjadinya belajar pada diri siswa diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal
maupun kondisi eksternal. Agar siswa memperoleh hasil belajar yang diharapkan,
sebaiknya memperhatikan atau menata pembelajaran yang memungkinkan mengaktifkan
memori siswa yang sesuai agar informasi yang baru dapat dipahaminya. Kondisi internal
merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar terdahulu. Kondisi eksternal
bertujuan antara lain merangsang ingatan siswa, penginformasian tujuan pembelajaran,
membimbing belajar materi yang baru, memberi kesempatan kepada siswa
menghubungkannya dengan informasi baru. Seperti pada gambar 1.

Gambar 1 Mind Map Karya Kelompok Siswa Materi Kubus
Metode Diskusi merupakan pembelajaran yang aktif dan berpusat pada siswa dan
sumber-sumber lainnya, guru hanya sebagai pengantar/ atau fasilitator, namun metode ini
juga hanya menggunakan cara mencatat linear sehingga siswa hanya menulis apa yang
menjadi hal penting pada saat mereka berdiskusi sehingga mengakibatkan penguasaan

8

konsep mereka cepat menurun karena karena tidak terdapat alat bantu mengingat. Metode
diskusi ini cocok digunakan pada siswa yang memiliki penalaran dan daya ingat yang
berada di atas rata-rata atau tinggi.

KESIMPULAN
Simpulan Teoritis
Mind Mapping adalah metode pembelajaran yang dapat membuat catatan ataupun
mengoptimalkan kemampuan otak siswa baik otak kiri maupun otak kanan untuk
mengingat kembali materi pelajaran yang sudah diajarkan. Menurut Mulyatiningsih
(2013: 238) Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) adalah upaya yang dapat mengoptimalkan
fungsi otak kiri dan kanan, yang kemudian dalam aplikasinya sangat membantu untuk
memahami masalah dengan cepat karena telah terpetakkan. Dengan kombinasi warna,
gambar, dan cabang-cabang melengkung, Mind Map lebih merangsang secara visual
daripada metode pencatatan tradisional, yang cenderung linear dan satu warna.

Simpulan Empiris
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
penerapan Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap penguasaan konsep siswa. Hal ini didapatkan dari hasil analisis data
menggunakan uji t. Data hasil perhitungan perbedaan rata-rata post test kedua kelompok
diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel sebesar (1,843.> 1,560).
Saran
Pembelajaran dengan Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) merupakan
metode yang dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa. Oleh karena itu, Metode
Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) perlu diterapkan. Dalam penelitian ini, yang diukur
adalah penguasaan konsep siswa. Penelitian selanjutnya, disarankan untuk mengukur
aspek kognitif dan afektif dari kreativitas, dan mengukur indikator penguasaan konsep
yang lain. Karena pada Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) merupakan metode
yang juga dapat meningkatkan kereatifitasan siswa pada pola pikir.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Umar, Atun. 2013. Pengaruh model pembelajaran Cooverative learning type numbered
head together (NHT) terhadap penguasaan konsep metematika siswa. Skripsi:
UNG
Ayu Anzela, Sari and Afgani. D, Jarnawi. (2008) Pengaruh Pemberian Tugas Creative
Mind Map setelah Pembelajaran Terhadap Kemampuan Kreativitas dan Koneksi
Matematik Siswa. Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan
Matematika. ISSN 978-979-16353-1-8.
Buzan, Tony. (2006). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Christine, Maylanny. (2009). Strategi Dan Teknik Mengajar Dengan Berkesan. Bandung:
PT. Setia Purna Inves
H. Pini, Daniel. (2012). Buku Pintar Otak Kanan Manusia . Jogjakarta: Think
Herawati, Oktiana D. P. dkk (2010) Pengaruh Pembelajaran Problem Posing Terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Jurnal: UnSri

9

Huda, Miftahul. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar
Kesumawati, Nila (2008). Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran
Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan
Matematika. ISSN 978-979-16353-1-8.
Mulyatiningsih, Endang. (2013). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Maumbu, Sri Multina M. (2013). Deskripsi Pemahaman Konsep Bentuk Aljabar dalam
Mind Mapping siswa kelas VII SMP Negeri 3 Gorontalo. Skripsi: UNG W.
Putra, Sitiatafa Rizema. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains .
Jogjakarta: DIVA Press.
Tim Primapena. Kamus Besar Bahasa Indonesia . ISBN 979-789-050-5: Gitamedia Press
Rusydie, Salman. (2012). Jadi Guru Multitalenta. Jogjakarta : DIVA press
Rokhayati, Nuri. (2010). Peningkatan Penguasaan Konsep Matematika Melalui Model
Pembelajaran Guided Discovery-Inquiry Pada Siswa Kelas VII SMP N 1
Sleman. Skripsi: UNY.
Sarwono, Sarlito. (2013). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers
Sagala, Syaiful. (2013). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Soejadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia . Jakarta: Depdiknas
Sudjana, N, 2008. Metoda Statistik. Bandung: Tasito
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kuliatatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka