IMPLEMENTASI TAZKIYAH AL NAFS PADA INABA

IMPLEMENTASI TAZKIYAH AL NAFS PADA INABAH
YAYASAN SERBA BAKTI PONDOK PESANTREN
SURYALAYA TASIKMALAYA JAWA BARAT
Andi Neha
Abstrak: Islam is deemed able to provide insight into all aspects of human life. There is a
diversity of elements of Islamic teachings which can be interpreted in various scientific
fields. One is Sufism. The development of Sufism in Indonesia made emergence and
development of various kinds of institutes. The purpose of these congregations are
heading Tazkiah al nafs. The object of this study is the Qadiri Order Naqsyabandiyah
Suryalaya Tasikmalaya founded by Sheikh Abdullah bin Mubarak bin Mubarak Nur Nur
Muhammad or Abah Sepuh (1836-1956) in conjunction with the establishment of
boarding school as a center Suryalaya kemusyidan TQN in Tasikmalaya. In essence,
people are expected to cleanse his soul through the streets taqarrub ila Allah, especially
with conducting worship to God and leave all his ban. Not only that, the implementation
Tazkiyah al-nafs in Inabah XVII Princess looks quite systematic and well programmed.
In addition, through this process as depicted in Inabah real daughter can bring the values
and positive traits in humans, so it can still live in the modern without losing the essence
of humanity that is spirituality.
Key words: Tazkiah al nafs, sufism, boarding school

A. PENDAHULUAN

Agama Islam terdiri dari berbagai unsur yang terjalin padu menjadi satu sistem ajaran yang
utuh. Islam tidak hanya hadir untuk memenuhi satu dimensi kehidupan manusia, namun hadir
untuk memenuhi seluruh dimensi kehidupan manusia, baik itu dimensi sosial, psikologis,
intelektual, dan juga spiritual. Islam juga tidak hanya berdialog dengan satu aspek daya
tangkap manusia (indra, akal, dan hati/nurani), namun juga berdialog dengan semua daya
tangkap tersebut.
Dengan demikian Islam hadir untuk memberikan kepuasan terhadap indra, akal, dan juga
hati manusia, melalui ajaran yang sarat dengan kandungan moral-praktis yang memenuhi
kerinduan psikologis dan dapat dicerna logis oleh akal manusia, serta penuh dengan unsurunsur spiritual keagamaan.

1

Keragaman unsur ajaran Islam menjadikan Islam dapat

ditafsirkan dalam berbagai bidang keilmuan, fiqih, tasawuf, ilmu kalam, atau juga filsafat.
Bidang-bidang keilmuan ini pula yang kemudian dikembangkan dalam tradisi Islam,
sehingga lahir para tokoh-tokoh di bidang masing-masing keilmuan. Khususnya tasawuf,
sebagai salah satu unsur Islam yang dapat dikatakan sebagai ajaran Sufistik untuk Taqarrub
1


Lihat Ahmad Tafsir (Ed.) Tasawuf Jalan Menuju Tuhan, (Tasikmalaya: Latifah Press Institut Agama Islam
Latifah Mubarakiyah, PP Suryalaya-Tasikmalaya, 1995), hlm. 20

1

ila Allah atau dalam bentuk organisai-formalnya sebagai sebuah tarekat merupakan suatu

didikan spiritual yang tidak dapat dilepaskan dari sejarah Islam, termasuk Islam di Indonesia.
Dirujuk lebih jauh ke belakang, tasawuf dalam Islam banyak disandarkan pada peri
kehidupan Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya utamanya yang dikategorikan sebagai
Khalifah al-Rasyidin. Harun Nasution menerangkan bahwa Nabi Muhammad sebelum

menjadi rasul beliau bertafakur mengasingkan diri di Gua Hira pada setiap bulan Ramadhan.
Muhammad berpikir bahwa agama dan adat hidup yang digunakan bangsa Arab ketika itu
bukanlah agama dan adat yang betul, melalui upaya puasa pada bulan Ramadhan tersebut
jiwa Muhammad menjadi suci, hingga akhirnya siap menerima wahyu Allah. 2
Sedangkan dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia, tasawuf tumbuh sejak awal
masuknya Islam di Nusantara sekitar abad ke empat dan ke lima Hijriyah yang kental dengan
unsur-unsur tasawuf. Bahkan masih kelihatan menjadi bagian tidak terpisahkan dari
pengalaman keagamaan sebagian kaum muslimin di Indonesia hingga saat ini. Terbukti

dengan maraknya kajian tasawuf di Indonesia dan perkembangan berbagai Tarekat
Muktabarah3 yang masih berpengaruh di tengah kehidupan masyarakat Islam di Nusantara,

dengan berbagai organisasi-formal, dan metode tarekatnya.
Penyebaran tasawuf di Indonesia dilakukan oleh pribadi-pribadi yang keberadaannya
dapat pertanggung jawabkan secara historis, mereka di antaranya adalah: Hamzah Fansuri
(1588), Syamsuddin Sumatrani (1575-1630), Nuruddin al-Raniri (w. 1583), Abd al-Rauf (w.
1693), Abd Shamad al-Palimbani (lahir 1112), Muhammad Nafis al-Banjari (lahir 1735),
Syekh Yusuf al-Makassari (1626-1699) pelopor dan penyebar tarekat Khalwatiyah Yusufiyah
di Sulawesi dan Afrika Selatan, Daud Fatani (1769-1847) pengembang tarekat Samaniyah di
Gresik, Isma‟il al-Minangkabawi (w. 1928) pelopor tarekat Naqsabandiyah Khalidiyah di
Minangkabau, Abd al-Wahhab Rokan dari Langkat penyebar tarekat Naqsabandiyah di
Langkat hingga ke Malaysia, Syekh Ahmad Khatib Sambas (1802-1872) pengembang tarekat
Naqsabandiyah dan tarekat Qadiriyah dan pendiri tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di

Indonesia, Abd al-Karim Banten (lahir 1840) penyebar tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di
Banten dan sekitarnya, Syekh Muslih ibn Abd al-Rahman (1917-1881) pendiri cabang tarekat
Qadiriyah Naqsabandiyah di Mragen Jawa Tengah, dan K.H.A. Shohibulwafa tajul Arifin

2


Harun Nasution (Ed.) Thoriqot Qodiriyyah Naqsabandiyyah, Sejarah, Asal-Usul dan Perkembangannya,
(Tasikmalaya: Institut Islam Latifah Mubarokiyyah (IAILM), 1990), hlm. 4
3
Kata Muktabarah dikenal dalam tradisi NU yaitu istilah Tarekat Multabarah (sah) dan Tareqat Ghairu
Muktabarah (tidak sah)

2

(Abah Anom) (lahir 1915) merupakan pengembang tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di
Suryalaya Tasikmalaya.4
Perkembangan TQN di Tasikmalaya yang berpusat pada Pondok Pesantren Suryalaya,
Tasikmalaya5 di bawah pimpinan K.H Shahibulwafa Tajul Arifin nampak unik dan berbeda
dengan pusat-pusat TQN lainnya. Pada Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya sebagai
pusat TQN di Tasikmalaya, yaitu kentalnya kepedulian sosial dalam upaya mengatasi
masalah-masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat global dewasa ini.
Jamak dimaklumi, era globalisasi tidak saja membawa dampak positif tapi juga dampak
negatif. Dampak positif globalisasi dapat dilihat dalam kemudahan akses terhadap informasi
dan kemajuan tekhnologi dan ilmu pengetahuan yang dapat dinikmati oleh masyarakat dunia
global. Sedangkan dampak negatifnya dapat terlihat jelas dalam perubahan perilaku yang

berkaca pada kebudayaan pop ala Barat yang serba permisif. Hal tersebut jika ditinjau dalam
kacamata tasawuf telah mengotori jiwa manusia, akibatnya berbagai penyakit jiwa dengan
mudah menghinggapi manusia modern yang telah kehilangan visi ke-Ilahianan dan
mengalami kekosongan/krisis spiritual. Mulai dari depresi, stress, dan berbagai kenakalan
remaja yang terjadi kalangan masyarakat tanpa mengenal jenis kelamin, umur, dan juga status
sosial-ekonomi.
Dalam kasus inilah Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya, sebagai pusat TQN,
berupaya melibatkan diri dalam mengatasi masalah sosial kemasyarakat tersebut melalui
pendirian sebuah pondok pembinaan dikhususkan dalam proses tazkiyah al-nafs yang pada
akhirnya menjadi semacam terapi sufustik dalam mengembalikan seseorang yang telah
tergelincir dari jalan yang benar. Pondok itulah yang dikenal dengan pondok Inabah pada
Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya.
Keberadaan pondok Inabah cukup unik, di tengah anggapan bahwa tarekat atau tasawuf
umumnya merupakan gerakan keagamaan yang sepi dari aktivitas sosial, bahkan dalam
ajaran tarikat tasawuf dikenal konsep-konsep zuh yang menginginkan seseorang untuk
menjauhkan diri dari dunia, termasuk di dalamnya keterlibatan sosial. Kenyataan inilah yang
menjadi masalah cukup serius untuk dituntaskan apakah benar tasawuf hanya bentuk
keagamaan yang memutuskan keterlibatan sosial, atau hal itu hanya berlaku dalam suatu
kondisi.


4

Untuk lebih mengetahui para tokoh diatas dapat dirijuk pada karya Sri Mulyati, Mengenal dan
Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), Cet. Ke-3
5
Hal ini dapat dimaklumi, Karena memang tarekat dengan jumlah pengikut terbesar di Indonesia
berkembang di pondok pesantren. (lihat Dhofier, Tradisis Pesantren, hlm. 141)

3

Menanggapi kenyataan di atas, menurut Said Agil Husin Munawwar, tasawuf yang
demikian dapat terhapus oleh citra baru tasawuf yang menghapus tuduhan terhadap tasawuf
sebagai jalan hidup yang menolak dan mengabaikan kehidupan duniawi. Tuduhan ini tidak
dapat dibenarkan jika berkaca pada citra tasawuf modern yang mementingkan keseimbangan
antara jasmani dan rohani, lahiriah dan batiniah, spiritual dan materil. Dimana dipahami
bahwa kemajuan spiritual hanya bisa diperoleh melalui hidup yang saleh dalam kehidupan
sosial.6 Inilah ajaran sufi yang benar.
Jelaslah bahwa hakikat kehidupan sufi tidak mengharuskan seseorang untuk melepaskan
keterlibatan dalam pergaulan sosial, justru dalam kehidupan para sufi tersurat ajaran untuk
mementingkan orang lain dari pada diri sendiri. Inilah dasar-dasar ajaran sosial yang patut

diapresiasi dan ditonjolkan dalam kehidupan para sufi yang cenderung hanya dibatasi dalam
kehidupan astetik semata. Hal ini pula yang dilakukan oleh TQN di Tasikmalaya dalam
berbagai terapi sufistik dalam mengatasi penyakit jiwa yang nemiliki landasan rasionalitas
historis tersendiri, mengingat TQN merupakan sebuah tarekat yang sarat dengan pembinaan
psikologis yang dikembangkan bagi pengikutnya, terutama melalui dzikir kepada Allah.
Dimana teknis pelaksanaanya tidak sederhana ia bersifat filosofis dan membutuhkan
kesabaran, ketekunan, dan tingkat keseriusan yang tinggi.7
Tujuan tazkiyah al-nafs demikian pula yang menjadi tujuan segenap prosesi pada Pondok
Inabah TQN yang dalam kenyataannya menunjukkan hasil yang cukup ampuh dalam
mengembalikan kesadaran diri seseorang dari jerat-jerat dosa menuju cahaya keimanan
dengan penuh kesadaran.

B. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. Pengertian Tazkiyah al-Nafs dalam Tasawuf
Kata tazkiyah al-nafs berasal dari dua buah bahasa Arab, yaitu tazkiyah dan al-nafs.
Kata tazkiyah ini merupakan masdhar dari madhi zakka yang mengandung dua pengertian,
yaitu pertumbuhan dan pembersihan. Sedangkan kata al-nafs merupakan mufrad yang
berjamak anfus dan nufus yang berarti “jiwa, diri, pribadi, hidup, pikiran, hati” yang
sepadan dengan kata soul, psyche, dan nous.8 Dengan demikian kata tazkiyah al-nafs
merujuk pada proses penyucian jiwa yang merupakan salah satu proses sekaligus tujuan

H. Said Agil Husin Munawwar, al-Qur a Me ba gu Tradisi Kesaleha Hakiki, Jakarta: Ciputat Press,
2005), hlm. 377
7
Hal diatas dapat dilihat dalam karya K.H. Zarmaji Soeraji, al-Tadzkirat al-Nafi ah, Pare: Tp.1 6 Jilid 1
8
Lihat H.A Rivay Siregar, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme,(Jakarta: Raja Grasindo Persada,
2002), hlm. 231 dan hlm. 235
6

4

dalam tasawuf di samping tujuan lanjutannya yaitu taqarrub ila Allah (mendekatkan diri
kepada Allah). Sebagai tujuan tasawuf tazkiyah al-nafs diupayakan untuk mengkondisikan
jiwa manusia agar merasa tenang, tentram, dan senang berdekatan dengan Allah (ibadah),
yang melaluinya diharapkan semua kotoran dan penyakit jiwa akan tersucikan. 9 Sebagai
proses sekaligus tujuan pokok dalam tarekat, tazkiyah al-nafs menjadi pembuka jalan
menuju kedekatan terhadap Allah, bahwa dengan bersihnya jiwa secara otomatis akan
semakin mendekatkan seseorang kepada Allah.10
Karena itulah al-nafs dalam tasawuf memperoleh perhatian yang cukup besar,
mengingat jiwa itu membutuhkan pembinaan dan latihan untuk dikembangkan menuju

jiwa yang lebih baik. Al-Qur‟an sendiri mengisyaratkan bahwa jiwa perlu disempurnakan
sebagaimana dalam Q.S al-Syams, ayat 7. Proses penyempurnaan jiwa ini adalah proses di
mana manusia berupaya mengadakan peningkatan kualitas dirinya atau jiwanya yang
menjadi tanggung jawab tiap individu. Apakah ia akan membentuk jiwa menuju jalan
fujur (buruk), yaitu jalan yang mengarah pada hal-hal yang merugikan dan destruktif
(buruk) atau jalan ketaqwaan yaitu jalan yang mengarah kepada kebaikan dan
menyelamatkan kehidupan manusia.
Dengan demikian terlihat jelas apa yang dimaksud dengan tazkiyah al-nafs dalam
tradisi sufisme adalah proses perkembangan jiwa manusia, proses pertumbuhan dan
pembinaan akhlaq al-karimah dalam diri dan kehidupan manusia, sehingga manusia akan
menemukan al-falah (kemenangan) atau sa’adah (kebahagiaan), yang terkulminasi dalam
keberhasilan manusia memberi bentuk dan isi pada keluhuran martabatnya sebagai
makhluk yang berakal budi, makhluk yang telah diserahi tugas sebagai khalifah Allah fi
al-ardh atau khalifah Allah di muka bumi. Ketka hal ini tercapai ketika itulah manusia

baru dapat disebut sebagai ahsan al-taqwim (makhluk yang paling sempurna kejadiannya).
Hal ini pula yang dilakukan TQN melalui berbagai pondok Inabah yang didirikan
oleh Shahibulwafa Tajul Aripin Di mana tazkiyah al-nafs diarahkan untuk membersihkan
diri seseorang dari perilaku dan akhlak yang mulia melalui berbagai metode dan latihan
tazkiyah al-nafs sesuai dengan tuntutan syari‟at Islam, yang berintikan pada ibadah dalam


upaya taqarrub ila Allah .

9

Mir Valiuddin, Contemplative Diciplines in Sufism, MS. Nasrullah (Terj.), Zikir dan Kontemplasi dalam
Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996), hlm. 45
10
Lihat Rahman, al-Futuhat al-Rabbaniyah, hlm. 4

5

2. Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah Suryalaya Tasikmalaya
a. Sejarah dan Ajaran Qadiriyah Naqsabandiyah Suryalaya, Tasikmalaya
1) Sejarah pendirian
Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN) Suryalaya Tasikmalaya yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kemursyidan TQN yang ada di Suryalaya
Tasikmalaya. Kemursyidan ini didirikan oleh Syekh Abdullah Mubarak ibn Nur
Mubarak bin Nur Muhammad atau Abah Sepuh (1836-1956) bersamaan dengan
pendirian Pondok Pesantren Suryalaya sebagai pusat kemusyidan TQN di

Tasikmalaya. Syekh Abdullah Mubarak sendiri lahir pada tahun 1836 di Kampung
Cicalung Desa Bojongsoban Kecamatan Tarikolot, Kabupaten Sumedang (sekarang ,
Kampung Cicalung Desa Tanjungsari, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten
Tasikmalaya) dari pasangan Rd. Nura Pradja/Eyang Upas kemudian bernama Nur
Muhammad dengan Thu Emah.
Walaupun Syekh Abdullah Mubarok telah menjadi pimpinan dan mengasuh
sebuah pengajian pada tahun 1890 di Tundangan Tasikmalaya, beliau masih terus
belajar dan mendalami ilmu Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah kepada mama Guru
Agung Syekh Tholhah bin Talabudin di daerah Trusmi dan Kalisapu Cirebon.
Akhirnya ia memperoleh kepercayaan dan diangkat menjadi Wakil Talqin. Sekitar
tahun 1908, dalam usia 72 tahun, beliau diangkat secara resmi sebagai guru Mursyid
Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah oleh Syekh Tholhah. Beliau juga memperoleh
bimbingan ilmu tarekat dan (bertabaruk) kepada Syekh Kholil Bangkalan Madura
dan bahkan memperoleh ijasah khusus shalawat Bani Hasyim.11
Kemursyidan TQN KH. Abdullah Mubarak didirikan pada tahun 1890, yang
merupakan dasar pondasi pendidikan dan dakwah Islam bernuansa TQN di Priangan
Timur, Tasikamalaya. Saat itu Abah Sepuh telah berusia 54 tahun dengan
penguasaan ilmu agama yang matang dan terpadu. Karena kecurigaan masyrakat
terhadap ajarannya dan tempat juga kurang strategis pengajian ini terhenti dan
dipindahkan ke kampong Cisero, namun lagi-lagi karena alasan serupa pengajian
dihentikan pada tahun 1901 atau 1902. Pengajian selanjutnya dipindahkan di
Kampung Godebag dan terus bertahan hingga tahun 1905 tepatnya ketika Abah

11

Tim penyusun, Satu Abad Pondok Pesantren Suryalaya: Perjalanan
(Tasikmalaya: Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya, 2005), hlm. 9

6

dan Pengabdian 1905-2005,

Sepuh mendirikan Pondok Pesantern Suryalaya, Tasikmalaya. Pondok inilah yang
kemudian menjadi pusat kemursyidan TQN di Tasikmalaya.12
Masa awal perjalanan Pondok Pesantren Suryalaya sebagai lembaga
pendidikan Islam dengan ciri khusus spesialisasi pengajian, pengamalan dan
pengembangan TQN tidak berjalan mulus begitu saja. Karena ada kesalah pahaman
sebagian masyarakat, ditambah kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang kurang
mendukung berkembangnya tarekat pada umumnya.
Pemerintah kolonial Belanda melihat dan mencatat bahwa kyai tarekat
termasuk santri dan pesantren sebagai provokator, penyulut timbulnya kekacauan
seperti Perang Banten (1658-1682), Perang Padri (1821-1838), Perang Aceh (18731903), Perang Diponegoro (1825-1830), dan pemberontakan Cilegon-Banten (1888)
serta pemberontakan di Kedongdong Cirebon (1893). Atas bukti-bukti tersebut,
maka pemerintah penjajahan Belanda memandang tarekat sebagai musuh besar yang
sangat ditakuti dan harus dikikis habis.
Tindakan yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda awal abad ke-19
dalam melaksanakan strategi kikis-habis semua tarekat di Indonesia adalah melalui
langkah-langkah berikut: (a) Ulama-ulama yang mengajarkan dan mengamalkan
tarekat dikucilkan atau dipersempit ruang geraknya agar masyarakat luas menolak
kehadiran mereka, membenci dan kalau bisa mengusir dari tempat tinggalnya; (b)
Membujuk ulama-ulama lain yang beda paham dan kurang pengetahuan untuk terus
menerus menyatakan dan mengumumkan kepada warga masyarakat di lingkungan
bahwa ajaran tarekat adalah ajaran yang menyimpang (bid‟ah) dan dapat
membahayakan

jiwa

yang

mengamalkannya

(bisa

menjadi

tidak

normal

perilakunya); (c) Melakukan penangkapan terhadap para uama yang memimpin
pesantren atau madrasah apabila ditemukan tanda-tanda atau bukti-bukti bahwa di
pesantren itu diajarkan tarekat. Dalil yang digunakan oleh polisi Belanda untuk
penangkapan adalah mempersiapkan pemberontakan melawan pemerintah kolonial
atau meresahkan masyarakat; (d) Melarang aparat kolonial Belanda di daerah unutk
mempelajari terlebih lagi mengamalkan terkat. Pelanggaran terhadap ini dikenakan
sanksi yang cukup berat.
2) Amalan Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah Suryalaya, Tasikmalaya
a) Zikrullah

12

Tim Penyusun , Satu Abad Pondok Pesantren Suryalaya, hlm. 7-8

7

Secara luhgawi artinya ingat, mengingat atau eling dalam bahasa sunda.
Zikir terbagi dua, ada zikir bimakna „am (zikir bimakna umum) dan ada zikir
bimakna khas (zikir dalam arti khusus). Zikir dalam arti yang pertama adalah segala
bentuk ketaatan kepada Allah. Sebagai contoh, shalat adalah zikir, puasa zikir, zakat
zikir, pergi melaksanakan haji ke tanah suci zikir, membaca al-Qur‟an adalah zikir.
Sedangkan zikir yang dimaksud dalam TQN adalah zikir bermakna khas.
Zikir bermakna khas adalah hudhur al-Qalbi ma‟a Allah (hadirnya hati kita bersama
Allah). Zikir dalam arti khusus ini terbagi dua yaitu zikir jahr dan zikir khafi. Zikir
jahr melafalkan kalimah thayyibah yakni Laa Ilahaillallah yang dilafalkan secara
lisan dengan suara keras dan cara-cara tertentu. Sedangkan zikir khafi adalah ingat
kepada Allah dengan zikir isbat saja yaitu mengingat nama Allah secara sir di dalam
hati.13
b) Talqin dan Bai‟at
Untuk dapat mengamalkan zikir khas (yakni zikir dalam TQN), begitu juga
amalan-amalan TQN yang lainnya, seorang salik (murid) mesti berawal dengan
proses talqin. Talqin ialah peringatan guru kepada murid. Sedangkan bai‟at adalah
kesanggupan dan kesetiaan murid di hadapan gurunya untuk mengamalkan dan
mengerjakan segala kebajikan yang diperintahkan.14
c) Khataman
Kata khataman berasal dan kata khatama, yakhtumu, khatman, artinya
selesai/menyelesaikan. Maksud khataman dalam TQN adalah menyelesaikan atau
menamatkan pembacaan aurad (wirid-wirid) yang menjadi ajaran TQN pada waktuwaktu tertentu. Wirid minimal dibaca secara keseluruhan sampai khatam satu kali
dalam satu minggu. Khataman dilakukan setelah selesai salat fardhu dan zikirnya. Isi
amalan khataman terdiri atas tawassul, bacaan ayat-ayat tertentu dari al-Qur‟an,
salawat, dan diakhiri dengan doa khataman. Intinya bagaimana wirid dapat
dilakukan secara khusyu‟ dan tuntas. Adapun tradisi di Pondok Pesantren Suryalaya
khataman dilaksankan setiap ba‟da maghrib sampai tiba waktu isya, juga
dilaksanakan setiap ba‟da ashar hari senin dan kamis.15

13

Tim Penyusun, Satu Abad Pondok Pesantren Suryalaya, hlm. 86
Tim Penyusun, Satu Abad Pondok Pesantren Suryalaya, hlm. 96
15
Tim Penyusun, Satu Abad Pondok Pesantren Suryalaya,hlm. 99-100
14

8

d) Manaqiban
Kata manaqiban merupakan kata jama‟ dari manqabah yang artinya
babakan/paparan sejarah hidup seseorang. Jama‟ kata manqabah adalah manaqib.
Dalam tradisi bahasa sunda kata manaqib ditambah dengan akhiran an sehingga
bacaannya menjadi manaqiban yang mengandung arti proses pembacaan penggalan
hidup sesorang secara spiritual. Manaqib dala TQN adalah manaqib Syaikh Abdul
Qadir al-Jailani sebagai pendiri tariqat Qadiriyah. Isi manaqib secara khusus
menceritakan akhlak, silsilah, kegiatan dakwah, karamah dll.16
e) Riyadhah
Riyadhah secara etimologis berarti latihan, yaitu latihan rohani dengan caracara tertentu yang lazim dilakukan dalam tasawuf. Dalam TQN, riyadhah yang
paling penting ialah zikrullah. Tetapi ketika zikrullah sudah menjadi amalan yang
dilakukan setiap selesai shalat fardhu, seorang salik boleh meminta kepada guru
(mursyid) tambahan amalan yang dapat memperkokoh keimanan, mempermudah
mencapai cita-cita hidup, dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam
kehidupan. Riyadhah biasa diberikan secara sistematis mulai dan belajar mandi
malam, mandi taubat, mandi kemanusiaan, puasa-puasa sunat pada hari-hari tertentu,
melek (tidak tidur beberapa waktu tertentu sambil membaca doa tertentu), saefi
(hizbul yaman), niis (tidak makan nasi, tidak makan yang mengandung garam, tidak
makan daging, tidak minim air dalam waktu tertentu) dan lain-lain. Semua amalan
ini dilakukan di bawah bimbingan dan pengawasan.17
f) Ziarah
Ziarah menurut bahasa berasal dan akar kata zaara, yazuuru, ziyaaratan
artinya berkunjung. Menurut istilah tasawuf ziarah ialah berkunjung kepada orangorang salih, para nabi, para wali para ulama, baik yang masih hidup maupun yang
sudah wafat. Pada awal-awal Islam memang ziarah keapad yang sudah wafat pernah
dilarang oleh Rasulullah karena beliau khawatir terjadi kemusyrikan dan perilaku
orang yang berziarah yang masih dekat dengan kehidupan jahiliyyah. Tetapi ketika
Rasulullah melihat bahwa perilaku sahabat tidak akan menyimpang kepada
kemusyrikan karena maka Rasulullah menganjurkan ziarah kepada para sahabat.

16
17

Yaysan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya, Satu Abad., hlm. 100
Yaysan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya, Satu Abad., hlm. 101

9

3) Tanbih
TQN tidak hanya mementingkan hubungan dengan Allah tetapi juga
hubungan terhadap sesame manusia dan hamba Allah. Ajaran yang mengatur rambu
hubungan dengan sesame inilah yang digariskan dalam tanbih, yang mengandung
ajaran moral, menyangkut berbagai bidang kehidupan.

C. IMPLEMENTASI

TAZKIYAH

AL-NAFS

PADA INABAH

XVII

PUTRI

PONDOK PESANTREN SURYALAYA TASIKMALAYA
1.

Dasar Konseptual Implementasi Tazkiyah al-Nafs pada Inabah XVII Putri Pondok
Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat
a. Jiwa dalam Pandangan Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah
Manusia dalam pandangan TQN bermula dari qudrah (ketentuan) dan iradah
(kehendak) Allah, yang menjadikan manusia dari dua eksistensi yang berbeda, yaitu
eksistensi yang berasal dari „alam al-amr (alam perintah) dan eksistensi yang berasal dari
„alam al-khalq (alam ciptaan). Ada lima entitas yang berasal dari „alam al-amr, yang
disebut latha‟if (jama‟dari kata lathifah, yang berarti kelembutan), yaitu lathifah al-akhfa,
lathifah al-khafi, lathifah al-sirriy, lathifah al-ruhi, dan lathifah al-qalbi. Sedangkan yang
berasal dari alam al-khalq ada lima entitas, yaitu satu lathifah dan empat anasir (jama‟
dari unsur). Kelima entitas itu adalah lathifah al-nafs (ruh), unsur api, unsur udara, unsur
air, dan unsur tanah.18
Dalam pandangan TQN, jiwa (al-nafs) adalah kelembutan (lathifah) yang bersifat
ketuhanan (rabbaniyah). Sebelum bersatu dengan badan jasmani manusia lathifah ini
disebut dengan al-ruh, dan jiwa adalah ruh yang telah masuk dan bersatu dengan jasad
yang menimbulkan potensi

kesadaran (al-idrak). Jiwa yang diciptakan oleh Allah

sebelum bersatu dengan jasad bersifat suci, bersih dn cenderung mendekat kepada Allah,
mengetahu akan Tuhannya. Akan tetapi setelah ruh bersatu dengan jasad akhirnya ia
melihat (mengetahui) yang selain Allah.19Itulah sebabnya sehingga jiwa (ruh yang
menyatu dengan tubuh) perlu dididik, dilatih, dan dibersihkan agar kembali dapat

Zamroji Saerozi, al-Tadzkirat al-Nafi ah, Pare: tp.,tth , Juz 1, hl . Lihat pula M. ‘o li Ta i , alTsamarat al-Fikriyah Risalat fi Silsilat al-Thariqatain wa Naqsyabandiyah, (Jombang: tp., t. th), hlm. 3
19
Mutawalli al-Sya ra i, Nihayat al-A la , A ir Ha zah Faruddi Terj. , ‘ahasia Allah di balik Hakikat
Alam Semesta, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), hlm. 28
18

10

melihat, mengetahui dan berdekatn denganAllah, yaitu melalui tazkiyah al-nafs
(penyucian jiwa) atau tashfiyah al-qalb (pembersihan hati).20
b. Pengaruh Jiwa Terhadap Sifat Manusia
1) Nafs al-Amarah
Jiwa amarah ini berasal dari unsur jasmaniyah (walaupun sustansi lathifa),
karena itu, cenderung pada tabiat badaniyah dan memiliki ketertarikan pada alam
yang lebih rendah yaitu alam al-syahadah (alam materil), namun juga dapat
dipengaruhi oleh jiwa diatasnya. Karena itu jika tidak dilatih dengan baik jiwa amarah
dapat membawa qalb (lathifah al-qatbi) ke arah lebih rendah, dengan menuruti
keinginan-keinginan duniawi yang dilarang oleh syariat. Jiwa ini merupakan sumber
segala kejahatan, dan akhlaq yang tercela. 21
Pusat mekanisme kerja jiwa ini berada dalam otak jasmaniyah yaitu pada
lapisan pertama. Sehingga dari realitas yang tampak, jiwa ini berpusat di tengahtengah kening, di antara dua alis mata. Ia memiliki cahaya biru terang yang disebut
dengan nur al-samawat. Inilah esensi nafs (jiwa) sebagai sebuah kesadaran, dan
padanya terkumpul tiga potensi dasar manusia. Keadaan jiwa demikian ini akan
menimbulkan karakter dan kepribadian seseorang yang tida baik, yaitu: kikir (albukhl), berambisi pada hal-hal yang materialistic (al-hirsh), dengki dan iri hari (alhasad), bodoh dalam menerima kebenaran (al-jahl), memiliki keingianan untuk
memperturutkan hawa nafsu duniawi.
Keadaan jiwa amarah pada tahap yang destruktif dapat menimbulkan tipologi
dan kepribadian seseorang yang sangat jelek, namun melalui proses tazkiyat al-nafs,
ia dapat diperbaiki menjadi nafs al-lawwamah.
2) Nafs al-Lawwamah
Jiwa penyesalan ini menunjukkan pada suatu kesadaran tentang kebaikan dan
kejahatan, sehingga memunculkan sikap suka mencela (al-laum) perbuatan butuk pada
diri sendiri dan orang lain. Jiwa ini ada pada cahaya hati (cahaya warna kuning yang
tak terhinggakan), yang dapat menimbulkan semangat untuk berbuat baik, tetapi juga
terkadang ia menimbulkan semangat untuk berbuat baik, tetapi juga terkadang ia
menimbulkan semangat untuk tidak berbuat baik, dan keinginan berbuat maksiat.
Dalam arti keadaannya cenderung tidak tetap (berbolak-balik) antara memperturutkan
Abd. Barra Sa ad Ib Muha
ad al-Takhisi, Tazkiyat al-nafs, Muqimudin Shaleh (Terj.) Tazkiyat al-nafs,
(Solo: Pustaka Mantiq, 1996), hlm. 27
21
M. Amin al-Kurdi, Tanwir al-Qulub fi Mu a
alati Alla al-Ghuyub, (Beirut: Dar al-Fikr, 1995), hlm.
409
20

11

hawa nafsu dengan akal budi (hati nurani).22 Jika seseorang melakukan kesalahan
akan muncul penyesalan dan akhirnya mencela diri sendir, karena itu jiwa ini
merupakan

sumber

munculnya

penyesalan,

pusat

hawa

nafsu,

penyebab

ketergelinciran dan kerakusan.
Walaupun jiwa ini didominasi oleh sifat-sifat jelek, tetapi lathifah al-qalbi ini
juga merupakan tempatnya sifat baik yaitu: keyakinan akan kebenaran syari‟at (aliman), (penyerahan diri kepada ketentuan-ketentuan syari‟at Allah (islam), tauhid,
serta makrifat).23 Kalau sifat buruk dalam jiwa ini berhasil dihilangkan melalui
pembersihan diri, maka ia akan meningkat pada kualitas kejiwaan yang lebih baik
yaitu nafs al-mulhimah.
3) Nafs al-Mulhimah
Pada dasarnya jiwa yang diilhami ini adalah lathifah al-ruhi. Karena itu jiwa
ini berada pada lapisan ke tiga dal system interioritasi jiwa manusia. Kelembutan jiwa
ini merpakan kesadarn yang mudah menerima pengetahuan. Jiwa al-mulhinah
memiliki pusat pengendalian di bawah susu kanan berjarak sekitar dua jari. Ia
memiliki hubungan dengan paru-paru jasmaniyah manusia, dengan cahaya berwarna
merah tidak terhingga. Menurut TQN jiwa al-mulhimah memiliki tujuh sifat yang
dominan yaitu: dermawan, (al-sakhawah), rendah hati (tawadhu‟), dapat menerima
ketetapan Allah (qana‟ah), taubat, sabar, dan dapat menerima (al-tahammul).24
4)

Nafs al-Muthmainnah
Hakikat jiwa ini merupakan realitas dan gejala dari lathifah al-sirri, maka

pusatnya berada di atas susu kiri , jarak dua jari dan condong ke kiri. Warna cahaya
yang memancar dari jiwa ini adalah putih yang tak terhinggakan, berada di bawah
kaki kekuasaan (qidam) Nabi Musa. Jiwa didominasi oleh sifat-sifat yang baik yaitu:
tidak kikir tehadap harta, demi untuk ketaatan kepada Allah (al-judu), berserah diri
kepada Allah sebagaimana anak kecil berpasrah kepada ibunya (al-tawakkal), ikhlas
dalam ibadah (al-ibadah), syukur, rela terhadap hokum dan ketentuan Allah (al-ridha),
takut mengerjakan maksiat kepada Allah (al-khaswah).25 Di samping adanya dominasi
sifat baik-baik, dalam jiwa ini juga bersemayam sifat yang jahat binatang buas
22

Dalam hal ini al-Ghazali menerangkan bahwa manusiamemiliki dua kesadaran pokok, yaitu akal-budi
dan nafsu syahwat. Maka orang yang memenangkan hawa nafsu syahwat atas akal budi akan menjadi hina dari
binatang, jika sebaliknya, orang akan menjadi lebih mulia dari malaikat. (Abu Hamid, Makasyif al-Qulb alMuqarib ila Hadrat al- Alla al-Ghuyub fi Il Tasawuf, Mesir: Abd. Ha id Ha afi, t. th. , hlm. 16
23
Jalaluddin, Sinar Keemasan, Jilid 2, hlm. 181
24
Saerozi, al-Tadzkirat al-Nafi ah, hlm. 40-41
25
Saerozi, al-Tadzkirat al-Nafi ah, hlm. 41

12

(sbu‟iyyah), kalau jiwa ini (muthmainnah)ntidak dihidupkan, maka yang muncul
adalah sifat nafsu binatang tersebut, yaitu kecenderungan hati untuk bersifat rakus,
ambisius menghalalkan segala cara, suka betengkar dan bermusuhan. Jiwa al-radhiyah
adalah tingkatan ideal jiwa seorang sufi sunni, tetapi dalam tingkatan kualitas jiwa
murni, diatasnya masih ada lagi tingkatan yang lebih baik, yang dinamakan jiwa
mardliyyah.
5)

Nafs al-Mardliyyah
Jiwa yang puas ini merupakan realitas dari lathifah al-khafi, maka ia bersifat

sangat lembut dan cenderung pada sifat yang bersih, suci, dan dekat kepada Tuhan,
karena jauh dari pengaruh unsur-unsur jasmaniyah. Jiwa ini muncul sebagai kesadaran
dan kecenderungan rela (menerima dengan senang hati ) akan Allah sebagai
Tuhannya sebagai tempat penyerahan diri (al-tawakkal) atas segala urusannya.
Selanjutnya ia senatiasa taslim atau menyerah diri kepada ketentuan-Nya, dan
menikmati beribadah kepada-Nya. Sehingga Allah pun ridha terhadapnya.26
Memiliki cahaya warna hitam cemerlang, berada di bawah qidam kewalian
Nabi Isa, dan berhubungan limpa jasmaniyah.27 Dalam TQN, jiwa ini didominasi oelh
enam sifat manusia, yaitu: baik budi pekerti lahir dan bathin (husn al-khulq),
meninggalkan yang selain Allah (taraka ma siwa Allah), belas kasi terhadap sesame
makhluk (al-luthf), mengajak kepada kebaikan, pemaaf terhadap keslahan sesame
makhluk (al-„afwu „ani al-dhzunub al-khalq), menyayangi makhluk dengan maksud
unutk mengeluarkan mereka dari pengaruh tabiat dan nafsu mereka kepada cahaya
ruhani yang suci.
Selain sifat-sifat terpuji tersebut, dalam jiwa ini juga bersarang sifat-sifat jelek,
yaitu sifat-sifat kesetanan (syaithaniyah) yaitu sifat-sifat dan tabia‟atnya iblis, seperti
hasad, takabbur, khianat, licik, dan busuk hati, munafik.
6)

Nafs al-Kamilah
Jiwa al-kalimah ini merupakan penjelmaan al-akhfa, sebuah kelembutan yang

paling dalam pada kesadaran manusia. Dengan demikian ia merupakan kesadaran
(jiwa) yang paling bersih dari pengaruh unsur-unsur materi yang lebih rendah. Pusat
pengendalian jiwa ini berada di tengah-tengah dada manusia, warna cahaya hijau yang

26
27

Kurdi, Tanwir al-Qulub…., hlm. 28
Saerozi, al-Tadzkirat al-Nafi ah, hlm. 42-43

13

tak terhinggakan. Jiwa ini berada dalam pengendalian qidam wilayah Nabi
Muhammad.28
Jiwa ini didominasi oleh sifat-sifat mulia yang sangat utama, yaitu „ilmu alyaqin , „ainu al-yaqin. Selain adanya tiga sifat utama dalam pusat kesadaran (jiwa) ini,
maka di sini juga ada sifat ketuhanan yang ketuhanan yang negative, yaitu sifat alrububiyah yakni sifat ketuhanan yang tidak semestinya dipergunakan oleh manusia,
seperti takabbur, ujub, riya‟, dan sebagainya.29
7)

Nafs al-Radliyah
Jiwa yang diridhai Ini merupakan kesadaran ruhaniyah dari lathifah al-galab,

yang memiliki sifat baik ruhaniyah maupun jasmaniyah. Ia merupakan jiwa tertinggi
bagi manusia sebagai makhluk jasmani dan ruhani, hamba Tuhan, dan juga khalifah
Allah di dunia. Pusat pengendalian jiwa ini berada diseluruh tubuh (badan
jasmaniyah) manusia, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Cahayanya adalah
cahaya ilahiyah yang bening tiada bewarna. Adapun sifat-sifat dominan yang dimiliki
jiwa ini adalah: mulia senang shadaqah dan beramal jariyah (al-karm), meninggalkan
materi dan menerima materi hanya yang halal walaupun sedikit, meninggalkan yang
syubhat (zuhud), memurnikan niat hanya kepada Allah (ikhlas), berhati-hati dalam
beramal dan memilih yang benar-benar baik dalam syari‟at (wara‟), latihan terus
menerus (al-riyadhah) untuk menyiksa hawa nafsu dengan selalu menghiasi diri
dengan budi pekerti yang mulia (akhlaq al-karimah), dan senantiasa memegang janji
kepada Allah (al-wafa‟).30

2. Metode Tazkiyah al-Nafs XVII Putri
a. Talqin
Metode talqin lebih menunjukkan kepada aspek penyentuhan kejiwaan sebagai
proses awal penyembuhan. Setiap anggota tubuh dan nyawa hanyalah titipan dari
Allah semata; agar kita dapat menempuh perjalanan hidup, lalu kita menggunakan
badan dalam keadaan menangis ini, Abah Anom terus memasukkan berbagai petuah
sampai akhirnya anak bina berhenti menangis dan emosinya kembali stabil.31

28

Jalaluddin, Sinar Keemasan, Jilid 2, hlm. 9
Saerozi, al-Tadzkirat al-Nafi ah, hlm. 45
30
Saerozi, al-Tazdkirat al-Nafi ah,hlm. 47-49
31
Burhanuddin dan Baedowi, Transformasi Otoritas Keagamaan, hlm. 283
29

14

b. Mandi Taubat
Mandi tengah mala mini digambarkan sebagai perjuangan melawan rasa
kantuk, dingin, dan kemalasan. Diyakini bahwa melalui mandi tengah malam
pembuluh darah di permukaan tubuh menciut, sehingga darah lebih banyak naik ke
otak dan tubuh bagian terdalam lainnya. Jadi, mandi taubat yang dilakukan tengah
malam merupakan hidroterapi yang sangat efektif, menyegarkan jiwa dan raga yang
pernah tersiksa oleh berbagai penyakit jiwa.32
Mandi taubat termasuk amalan sunnah yang biasa dilakukan para sufi dan ahli
tarekat. Mandi taubat dilakukan dengan niat bertaubat atau menghilangkan dosa
seluruh anggota tubuh, mulai dari ujung rambut samapai ujung kaki. Mandi taubat di
Pondok Inabah merupakan kegiatan yang harus dikerjakan oleh seluruh anak bina, di
bawah bimbingan para Pembina Inabah. Kegiatan ini mulai sekitar pukul 02.00 dini
hari.
Bagi kebanyakan orang, keamanan penyembuhan melalui mandi tengah taubat
yang dilaksanakan malam hari sering dipertanyakan afektivitasnya, karena dipercaya
justeru dapat merusak atau membahayakan kesehatan tulang dan paru-paru, atau dapat
menimbulkan penyakit rematik dan paru-paru basah. Sementara dalam ajaran sufistik
TQN mandi taubat diyakini sebagai metode yang ampuh dalam meningkatkan
kesadaran (self consciousness) dan dapat menyembuhkan dari berbagai penyakit fiisk
dan psikis.
c. Shalat
Shalat merupakan ibadah madhah (ritual) yang terpenting dalam ajaran Islam.
Dalam ajaran TQN amalan shalat menjadi metode penyadaran diri yang sangat
diutamakan di Pondok Inabah, baik shalat wajib maupun shalat sunnah. Amalan shalat
ini dikerjakan dengan peraturan yang sangat ketat. Semua jenis shalat yang telah
ditetapkan sebagai kurikulum Inabah diberlakukan sebagai “kewajiban” bagi anak
bina, sekalipun itu adalah shalat sunnah. Dengan demikian, dalam sehari semalam,
anak bina pada Pondok di Inabah melaksanakan semua amalan shalat, yang wajib
maupun yang sunnah, sebanyak 82 rakaat.33
Ketika shalat dapat dilakukan dengan benar, maka shalat akan membekas
dalam perilaku membuat seseorang malu dan takut untuk berbuat maksiat, keji,
mungkar, karena senatiasa ingat kepada Allah. Selain itu diyakini pula bahwa shalat
32
33

Burhanuddin da Baedowi, Transformasi Otoritas Keagamaan,hlm. 284
Aqib, Inabah, hlm. 180

15

memuiliki dampak psikomatif terhadap tubuh, karena gerakan shalat mengandung
unsur oleh gerak badan yang baik bagi kesehatan tubuh.34
d. Zikir
Zikir atau teknik kejiwaan melalui zikir dalam TQN dilakukan melalui dua
cara, yakni zikir jahr dan zikir khafi, dengan kata lain, aspek pikiran (kognitif), aspek
perasaan

(afektif),

aspek

kemauan

(konatif),

dan

gerakan-gerakan

tubuh

(psikomotorik) dipadukan dalam arahan yang satu, yakni hati nurani. Cara ini
merupakn upaya untuk mencapai kepribadian yang sempurna atau insan kamil. Efek
zikir dirasakan oleh penderita sebagai suatu gejala kejiwaan yang luar biasa, yang
belum pernah dialami sebelumnya. Target yang ingin dicapai melalui zikir ini adalah:
(1) perolehan pengalaman kenikmatan melebihi waktu fly oleh narkotik, (2) hilangnya
rasa resah, gelisah dan khawatir, (3) tumbuhnya keteguhan jiwa, berani menghadapi
masalah segala tantangan hidup, karena memiliki anggapan kecil terhadap dunia, (4)
gerakan zikir juga merupakan olahraga jantung dan paru samapai lelah, sehingga
nafsu makan bertambah karena biasanya korban narkotik sangat enggan makan, (5)
zikir khafi menjadi pengawasan batin agar tidak tergoda oleh perbuatan dosa.35
e. Qiyam al-Lail
Qiyam al-lail atau shalat malam ini juga merupakan amalan yang sangat lazim
dilakukan oleh ahli tarekat, amalan sunnah ini sangat diistimewakan dalam TQN,
sehingga tiap murid diwajibkan mengikutinya. Qiyam al-lail untuk mendirikan shalat
sunnah yang diutamakan atau melakukan aktivitas ibadah lainnya sebagaimana yang
diterapkan pada Pondok Inabah TQN ini jelas memiliki sumber yang cukup kuat
dalam ajaran Islam. Dimana diyakini bahwa hal ini sangat bermanfaat bagi kesehatan
tubuh dalam upaya memperlancar peredaran darah. Selain itu diyakini bahwa saat itu
adalah saat yang paling mustajab dalam berdoa, yaitu pada waktu suhu dan kepekatan
udara dalam kondisi paling jernih (titik jenuh), selain itu adalah saat rentan tubuh
terserang penyakit dari kematian.
f. Puasa
Puasa menurut al-Ghazali merupakan ajaran pokok Islam, yang memiliki nilai
tazkiyah al-nafs. Melalui latihan menahan hawa nafsu, puasa dapat akan
meningkatkan kualitas jiwa dan memperlemah daya hewani dan potensi primitive
manusia. Dalam Islam puasa dibagi dua yaitu puasa wajib dan puasa sunnah, namun
34
35

Aqib, Inabah, hlm. 183
Burhanuddin dan Baedowi, Transformasi Otoritas Keagamaan, hlm. 283-284

16

dalam bahasan tasawuf pembicaraan tntang puasa biasa tertuju pada puasa sunnah,
karena puasa wajib sudah tentu dilaksanakan.
Sebagai sebuah teknik tazkiyah al-nafs, puasa memiliki dampak yang cukup
besar bagi kesehatan jiwa dan raga manusia. Karena itu pondok Inabah menjadikan
puasa sebagai sarana atau metode terapi, walaupun pelaksanaanya tidak dipaksakan,
karena ia merupakan ibadah yang menuntut kesadaran penuh, kedisiplinan tinggi, dan
sulit untuk dimonitoring. Karena itu puasa hanya ditekankan pada anak bina yang
sudah memiliki kesadaran untuk melaksanakan puasa sunnah semisal puasa seninkamis, puasa kifarat (tiga hari tiap bulan), dan puasa baidh (awalbulan, tiga hari
pertengahan bulan, akhir bulan). Hal ini dilakukan untuk mendukung proses
penyembuhan dan meningkatkan pembentukan kualitas jiwa yang lebih baik.36
Dengan demikian diharapkan akan terjadi perubahan sikap.

D.

RELEVANSI IMPLEMENTASI TAZKIYAH AL-NAFS PADA NASABAH
DALAM KONTEKS KRISIS SPIRITUAL MANUSIA MODERN

Pembinaan dalam upaya tazkiyah al-nafs jika dihubungkan dengan realitas kemodernan
dewasa ini tampak cukup relevan dalam mengatasi berbagai kekosongan spiritualitas yang
melanda masyrakat modern. Hal ini misalnya diakui oleh Syed Hossein Nasr, yang
mengkritik modernitas atau manusia modern dewasa ini, sebagai system atau wujud yang
mengarahkan pemahaman dunianya hanya pada bagian luar (permukaan) benda
(material/jasmani/fisik) dengan meminggirkan dimensi atau objek batin (ruhaniyah/psikis).
Manusia modern hanya melihat seluruh perspektif spiritualitas sebagai hal yang tidak bisa
dibuktikan dan tidak relevan. Manusia kontemporer hanya melihat secara berlawanan dari
manusia tradisional yang primordial tanda-tanda dan symbol –simbol alam sebagai sumber
bagi kekuatan diri dan ekspresi akalnya semata, hingga mengakibatkan sikap mereka
terhadap alam lebih dikuasai oleh keinginan untuk menaklukkan dan menghancurkan
daripada keinginan untuk memahami alam sebagai sumber pengetahuan dan penyedia
kebutuhan duniawi. Singkat kata, dalam kemodernan citra manusiayang mendalam menjadi
sketsa yang kabur tanpa substansi dan jiwa.37
Artinya manusia modern umumnya adalah manusia yang hanya mementingkan satu
dimensi dari dua dimensi yang harusnya dilihat sebagai totalitas. Hal inilah yang menjadikan
36

Aqib, Inabah, hlm. 192
Azyu ardi Azra,Se i ar Sehari,”Spiritualitas, Krisis Du ia Moder da Aga a Masa Depa ”, Jakarta:
Kerjasama Paramadina dan Mizan, 28 Juni 1993), hlm. 2
37

17

manusia modern kehilangan spiritualitas yang sebenarnya merupakan inti dari kemanusiaan.
Dalam hal ini tazkiyah al-nafs sangat ampuh untuk mengembalikan kembali kesadaran
spiritualitas manusia modern yang telah mengabur oleh berbagai urusan yang bersifat
keduniaan yang terwujud dalam krisis spiritualitas manusia modern.
Dapat dikatakan tazkiyah al-nafs yang merupakan prosesi pembersihan jiwa untuk
mengatasi berbagai penyakit dan kotoran jiwa tepat diterapkan pada konteks zaman yang
penuh dengan kekotoran jiwa dewasa ini, di mana nilai-nilai spiritual di singkirkan, nilai
kejujuran dibuang, idealism dikorban, demi pengejaran satu dimensi yaitu materi. Dimana
orang sanggup melakukan segala hal untuk mengejarnya, dan jika tidak berhasil akan
mengalami depresi. Stress, atau lari pada hal-hal yang dianggap dalam memberikan
kebahagiaan seperti narkoba, ataupun melakukan perbuatan dan kenakalan yang tercela. Perlu
diketahui bahwa prosesi tazkiyah al-nafs bukan hal mudah.

E. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang cukup panjang tentang implementasi tazkiyah al-nafs pada
Inabah XVII Putri Pondok Pesantren Suyralaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, dapat ditarik
kesimpulan, yaitu:
1. implementasi tazkiyah al-nafs pada Inabah XVII Putri dilandasi oleh konsep jiwa
yang juga diyakini dalam TQN, bahwa jiwa manusia bersumber dari „alam al-„amr
(alam perintah). Selanjutnya diyakini bahwa keadaan jiwa manusia memiliki
pengaruh terhadap sikap dan perilaku manusia, hal ini dapat dilihat dari kandungan
sifat baik dan buruk yang ada dalam tiap tingkatan jiwa (al-nafs). Intinya manusia
diharapkan dapat membersihkan jiwanya melalui jalan-jalan taqarrub ila Allah,
terutama dengan melaksanakan ibadah kepada Allah dan meninggalkan semua
larangan-Nya.
2. implementasi tazkiyah al-nafs pada Inabah XVII Putri terlihat cukup sistematis dan
terprogram dengan baik. Program dan metode ini secara hati-hati disusun berdasarkan
amalan-amalan ibadah yang dianjurkan dalam Islam dan telah dijadwal sedemikian
rupa, meliputi mandi taubat, shlat wajib dan sunnah, hingga doa dan zikir, dan juga
sosialisasi dalam kelompok sesuai dengan ajran TQN.
3. Pembinaan tazkiyah al-nafs pada Inabah XVII jika dihubungkan dengan realitas
kemodernan dewasa ini tampak cukup relevan dalam mengatasi berbagai kekosongan
spiritualitas. Hal ini misalnya diakui oleh Syed Hossein Nasr, yang mengkritik
manusia modern ibaratkan robot-robat yang kehilangan jiwa spiritualnya. Karena itu
18

pembinaan tazkiyah al-nafs merupakan metode dan juga merupakan proses amat
mumpuni dan menjaga jiwa tetap bersih tetap sesuai dengan fitrahnya yang cenderung
pada kebaikan. Selain itu melalui proses ini seperti yang tergambar pada Inabah Putri
nyata dapat memunculkan nilai-nilai dan sifat-sifat positif dalam diri manusia,
sehingga tetap dapat hidup di alam modern tanpa kehilangan inti dari kemanusiaannya
yaitu spritualitas.

BIBLIOGRAFI
Aqib, Inabah, “Jalan Kembali” dari Narkoba,Stress dan Kehampaan Jiwa” Surabaya: Bina
Ilmu, 2005
Azra, Azyumardi, Seminar Sehari,”Spiritualitas, Krisis DuniaModern dan Agama Masa
Depan”, Jakarta: Kerjasama Paramadina dan Mizan, 28 Juni 1993
Burhanuddin, Jajat dan Ahmad Baedowi (Penyunting), Transformasi Otoritas Keagamaan:
Pengalaman Islam di Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2003
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta:
LP3ES, 1985
Jalaluddin, Syekh, Sinar Keemasan, Ujung Pandang: PPTI, 1987
Kurdi, M. Amin al-, Tanwir al-Qulub fi Mu‟ammalati „allam al-Ghuyub, Beirut: Dar alFikr,1995
Mulyati, Sri, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2006, Cet. Ke-3
Munawwar, H. Said Agil Husin al-, al-Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,
Jakarta: Ciputat Press,2005
Rahman, Abd. Rahman, al-Futuhat al-Rabbaniyat fi al-Thariqat al-Qadiriyat wa
Naqsyabandiyat, Semarang: Thoha Putra,1994
Saerozi, Zamroji, al-Tadzkirat al-Nafi‟ah, Pare: tp., tth, Juz 1
Sya‟rani, Mutawalli al-,Nihayat al-A‟lam, Amir Hamzah Faruddin (Terj.), Rahasia Allah di
balik Hakikat Alam Semesta, Bandung: Pustaka Hidayah, 1994
Tafsir, Ahmad (Ed.) Tasawuf Jalan Menuju Tuhan, Tasikmalaya: Latifah Press Institut
Agama Islam Latifah Mubarakiyah, PP Suryalaya-Tasikmalaya,1995
Tim Penyusun, Satu Abad Pondok Pesantren Suryalaya: Perjalanan dan Pengabdian 19052005, Tasikmalaya: Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya, 2005
19

20

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124